Anda di halaman 1dari 26

Nama Uyun Nailatul Mafaz

NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

BAB V
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

TUJUAN:
 Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida
dan natrium hidroksida
 Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

A. PRE-LAB
1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !
Jawab:
Saponifikasi adalah suatu reaksi yang terjadi antara lemak atau minyak yang dicampur
dengan larutan alkali atau basa. Larutan basa yang sering digunakan dalam proses ini adalah
NaOH dan KOH. Dan dalam proses ini akan terbentuk dua produk yaitu sabun dan gliserin
(James, 2008).
2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur
maupun sifatnya !
Jawab:
 Sabun kalium (ROOCK) sering disebut sebagai sabun lunak dan umumnya digunakan
untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian, dan juga perlengkapan rumah tangga. Sabun
kalium ini terbentuk dari lemak dan KOH dengan struktur C17H35-C-K(O)-O (Kurniadi, 2008).
 Sabun natrium (RCOONa) sering disebut dengan sebutan sabun keras dan umumnya
digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam, dan untuk mengatur kekerasan sabun
kalium. Sabun natrium ini terbentuk dari lemak dan NaOH (Kurniadi, 2008).
 Sedangkan detergen memiliki struktur molekul R-SO3-Na dengan R=CH3(CH2)16.
Detergen memiliki sifat seperti sabun yaitu sebagai daya pembersih, namun tidak terbuat dari
lemak ataupun minyak. Selain itu detergen memiliki sifat surfaktan sebagai pengemulsi dan
pembasah (Nigam, 2009).
3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !
Jawab:
Prinsip dasar dari proses saponifikasi adalah proses hidrolisis yang terjadi pada lemak atau
minyak disebabkan oleh basa dimana akan menghasilkan gliserol dan sabun. Pengujian sifat
sabun merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat yang terjadi pada
sabun yang telah dihasilkan. Pengujian sifat sabun dapat dilakukan dengan meneteskan sabun
pada air, uji menghilangkan minyak, dan lain-lain (Pracaswari, 2013).
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

4. 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan air sadah?


Air sadah adalah air yang sukar berbuih, dan tidak baik jika digunakan untuk mencuci. Air
yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu air
sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung
ion bikarbonat (HCO3-), karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air,
sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Reaksi yang terjadi adalah :
Ca(HCO3)2 (aq) –> CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g). Sedangkan Air sadah tetap adalah air
sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan
SO42-, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk
membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan
mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah
larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat
dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
(Patil, 2008).
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

B. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian dan Prinsip Saponifikasi beserta Reaksinya
Saponifikasi merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika lemak atau minyak dicampur dengan
larutan alkali dimana akan terbentuk dua produk yaitu sabun dan gliserin. Reaksi saponifikasi
bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Prinsip dasar dari proses saponifikasi adalah proses
terhidrolisisnya lemak atau minyak oleh larutan basa kuat sehingga menghasilkan gliserol dan
sabun. Reaksi dari proses saponifikasi yaitu (James, 2008).
b. Sabun Kalium dan Sabun Natrium
Sabun kalium (ROOCK) merupakan senyawa yang terbuat dari lemak dan KOH dengan
struktur C17H35-C-K(O)-O. Senyawa ini lunak, berwujud cair dan umumnya digunakan untuk

sabun mandi (). Sementara itu, sabun natrium (RCOONa) merupakan senyawa yang terbuat
dari lemak dan NaOH dengan struktur C17H35-C-K(O)-O. Senyawa ini keras, berwujud padatan
dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci (Patil, 2008).
c. Perbedaan Sabun dan Detergen
Sabun merupakan pembersih yang terbuat dari reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan
asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani melalui suatu proses yang dikenal dengan
nama saponifikasi (Isnain, 2007). Sementara itu, detergen merupakan pembersih sintetis yang
terbuat dari campuran berbagai macam bahan. Detergen terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi yaitu alkyl benzene sulfonat (ABS) yang direaksikan dengan natrium hidroksida
(NaOH) (Nigam, 2009).
d. Tinjauan Bahan:
1. Lemak
Lemak merupakan gabungan dari asam lemak dan gliserol. Lemak tersusun dari unsur-unsur
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) terkadang Fosfor (P) atau Nitrogen (N). Lemak tidak
dapat larut dalam air namun larut dalam pelarut organik (Sumardjo, 2009).
2. Minyak
Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak. Minyak berwujud
cair pada suhu kamar (25oC) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga
mudah mengalami oksidasi (Sumardjo, 2009).
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

3. KOH (10% dalam etanol 96%)


KOH atau Kalium Hidroksida merupakan basa alkali yang umum digunakan untuk membuat
sabun. KOH digunakan pada proses pembuatan sabun sebanyak 10% dalam etanol 95%
(Sumardjo, 2009).
4. Aseton
Aseton merupakan keton paling sederhana yang umum digunakan sebagai pelarut polar dalam
kebanyakan reaksi organik, bahan untuk membuat plastik, obat-obatan, dan lain-lain. Aseton
tidak berwarna dan mudah terbakar (Praja, 2015).
5. NaCl
NaCl atau natrium klorida (garam dapur) merupakan senyawa ionik berwujud padat, tidak
berbau, serta dapat larut dalam gliserol, etilen glikol, dan asam formiat, tetapi tidak larut dalam
HCl (Praja, 2015).
6. Aquades
Aquades merupakan air murni yang tidak mengandung mineral-mineral. Aquades umumnya
digunakan sebagai pelarut dan pembersih alat-alat laboratorium dari zat pengotor (Praja,
2015).
7. CaCl2 0,1%
CaCl2 atau kalsium klorida merupakan senyawa ionik yang bersifat padat pada suhu kamar.
Senyawa ini tidak berbau, tidak berwarna, dan juga tidak beracun (Riswiyanto, 2010).
8. MgCl2 0,1%
MgCl2 atau magnesium klorida merupakan senyawa yang terdapat dalam bentuk anhidrat dan
heksahidrat. Senyawa ini umumnya digunakan sebagai desinfektan (bahan pembersih lantai),
bahan pemadam api, dan sebagai katalis (Riswiyanto, 2010).
9. FeCl2 0,1 %
Besi(II)klorida adalah senyawa kimia yang berbentuk kristal atau cairan berwarna coklat
gelap. Senyawa ini larut dalam air dan memiliki daya serap yang kuat serta dapat menyerap uap
di udara (Riswiyanto, 2010).
10. Detergen
Detergen merupakan pembersih sintetis dari campuran berbagai macam bahan. Detergen
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi yaitu alkyl benzene sulfonat (ABS) yang
direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH) (Poedjiadi, 2008).
11. Air Kran
Merupakan ujung dari sumber air dalam suatu instalasi. Selain sebagai sumber air, air kran
juga dapat berfungsi sebagai pelarut (Poedjiadi, 2008).
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

C. Diagram Alir
1. PEMBUATAN SABUN KALIUM

Sampel minyak atau lemak

Ditimbang 1,5 gram


10 ml KOH dalam etanol 96%

Ditempatkan dalam gelas beker 100 ml

Diletakkan gelas beker 100 ml pada gelas beker 500 ml berisi air mendidih

2 ml larutan Etanol

Dipanaskan hingga mendidih

Dipanaskan lagi selama 3 menit

Dilakukan uji penyabunan

Diletakkan beberapa tetes hasil reaksi ke dalam air

Diambil hasil tetesan


(Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak)

Saponifikasi tidak sempurna Saponifikasi sempurna

2 ml larutan etanol Dipanaskan hingga alkohol


menguap sempurna
Dipanaskan
kembali
Ditandai cairannya kental, liat jangan gosong

Aquades
30 ml
Diaduk konstan

Sabun Kalium (A)

B C
Dibuat untuk Dibagi
sabun natrium
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

2. PEMBUATAN SABUN NATRIUM

Separuh sampel A
(Larutan B)

Ditambahkan 15 ml NaCl jenuh

Diaduk dengan kuat

Padatan

Dipisahkan padatan dengan kertas saring

Ditekan padatan sabun Natrium

Sabun Natrium
(B)

3. PENGUJIAN SIFAT SABUN DAN DETERGEN


A. Pengujian kemampuan menghilangkan minyak atau lemak menggunakan sabun

Minyak atau lemak

Dioleskan minyak atau lemak pada gelas arloji

1 ml sabun kalium dan 1 ml


sabun natrium
Digoyangkan pada gelas arloji

Diamati minyak atau lemak hilang atau tidak

Hasil
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

B. Pengujian kemampuan menghilangkan minyak atau lemak menggunakan sabun

 Pembuatan larutan detergen

Detergen

Ditimbang 0,5 gram


Aquades 50 ml

Larutan Detergen (C)

 Detergen

Minyak atau lemak

Dioleskan minyak pada permukaan gelas arloji

1 ml sabun kalium dan 1 ml


sabun natrium
Digoyangkan pada gelas arloji

Diamati minyak atau lemak hilang atau tidak

Hasil
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

C. Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen

- Pengujian sifat sabun kalium


Sabun Kalium (A)

Diambil 4 tabung reaksi

Diisi 1 ml sabun kalium (A) setiap tabung reaksi

Masing-masing tiap tabung diisi


1 ml CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,
FeCl2 0,1%, dan Air Kran

Diaduk tiap tabung reaksi

Diamati endapan yang terjadi tiap tabung reaksi

Hasil

- Pengujian sifat sabun Natrium

Sabun Natrium (B)

Diambil 4 tabung reaksi

Diisi 1 ml sabun natrium (B) setiap tabung reaksi

Masing-masing tiap tabung diisi


1 ml CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,
FeCl2 0,1%, dan Air Kran
Diaduk tiap tabung reaksi

Diamati endapan yang terjadi

Hasil
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

- Pengujian Detergen
Detergen

Diambil 4 tabung reaksi

Diisi 1 ml detergen setiap tabung reaksi

Masing-masing tiap tabung diisi


1 ml CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,
FeCl2 0,1%, dan Air Kran
Diaduk tiap tabung reaksi

Diamati endapan yang terjadi

Hasil
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

D. HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :


1. Saponifikasi lemak : pembuatan sabun kalium

Akuades
Berat / 30 mL
Jenis Setelah Tes Setelah Ditambah Diaduk
volume dan
sampel 10 menit penyabunan dipanaskan NaCl kuat
sampel dibagi
dua
Berwarna
Berwarna kuning
Menjadi
1,5 ml kuning kental agak
larut
Sabun (30 bening Larut dalam kecoklatan
kembali
kalium tetes) aquades
berwarna
kuning

Berwarna
Sabun Terbentuk
15 mL kuning
natrium endapan
keruh

Jenis sampel Warna Bentuk


Sabun kalium Kuning bening Cair
Sabun natrium Putih tulang Padatan
Detergen Putih Serbuk

2. Sifat sabun dengan detergen

Ditambah lemak / minyak


Jenis sampel
Kelarutan Warna
Sabun kalium Globular sangat kecil, mengumpul Putih kekuningan
ditengah
Sabun natrium Globular sangat amat kecil, Putih
menyebar
Detergen Globular kecil banyak, tidak Putih keruh
menyatu mengumpul ditengah
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

Jenis
Penambahan larutan Pengamatan Diaduk
sampel
Dua lapisan bawah bening Sedikit buih ada endapan
1 mL larutan CaCl2 dan atas putih keruh tidak berwarna putih keruh
0,1% ada endapan

1 mL larutan MgCl2 Bening, tidak ada endapan Banyak buih, tidak ada
1 mL sabun 0,1% endapan, bening
kalium Sedikit buih, tidak ada
1 mL larutan FeCl2, Terdapat dua lapisan, bawah endapan, kuning orange
0,1% bening, atas kuning oren,
tidak ada endapan
Banyak buih, tidak ada
Air kran
Bening, tidak ada endapan endapan, berwarna keruh
1 mL larutan CaCl2 Tidak berbuih Berbuih sedikit, ada
0,1% endapan
1 mL larutan MgCl2 Tidak berbuih Berbuih, terdapat
1 mL sabun 0,1% endapan
natrium 1 mL larutan FeCl2, Tidak berbuih Berbuih, ada endapan
0,1%
Air kran Tidak berbuh Berbuih, ada endapan

Terdapat 2 lapisan, atas Sedikit buih, bening


1 mL larutan CaCl2
keruh bawah bening
0,1%

1 mL larutan MgCl2 Bening Sedikit buih, bening


0,1%
1 mL
Sedikit buih, ada endapan
detergen
1 mL larutan FeCl2, Terdapat 2 lapisan, atas berwarna orange
0,1% orange bawah bening, ada
endapan
Air kran Bening Banyak buih, bening
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

D. PEMBAHASAN
1. Analisa Prosedur
a. Pembuatan Sabun Kalium
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan untuk percobaan pembuatan sabun kalium ini adalah
beaker glass, label, pipet tetes, pipet ukur, bulb, gelas ukur, kompor listrik, penjepit kayu,
pengaduk kaca, dan tisu. Beaker glass digunakan sebagai wadah sampel. Label digunakan
untuk memberi tanda atau nama pada beaker glass agar data tidak tertukar antara sampel yang
satu dengan sampel yang lain selama percobaan dan pengamatan berlangsung. Pipet tetes
digunakan untuk mengambil sampel dan reagen yang tidak memerlukan ukuran yang
pasti/akurat (hanya diperlukan dalam ukuran tetesan). Pipet ukur digunakan untuk mengambil
sampel dan reagen dengan lebih akurat apabila dibandingkan dengan mengambil sampel
dengan menggunakan pipet tetes. Bulb digunakan sebagai alat bantu untuk mengambil sampel
menggunakan pipet ukur. Gelas ukur digunakan untuk mengambil aquades hingga ukuran
tertentu. Kompor listrik berfungsi sebagai sumber panas. Penjepit kayu digunakan sebagai alat
bantu memegang glassware saat dilakukan pemanasan. Pengaduk kaca digunakan sebagai alat
bantu mengaduk/menghomogenkan senyawa. Tisu digunakan sebagai alat untuk mengeringkan
peralatan setelah digunakan dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah minyak, larutan
KOH 10% dalam etanol 96%, larutan etanol, dan aquades. Minyak digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan sabun yang nantinya akan direaksikan dengan basa alkali serta sebagai bahan
untuk menguji kemampuan sampel dalam menyerap minyal/lemak. KOH digunakan sebagai
bahan dasar hidrolisis untuk membentuk sabun kalium. Etanol digunakan untuk melarutkan
lemak. Aquades digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan untuk menguji kelarutan sabun.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
mengambil minyak goreng menggunakan pipet tetes, lalu dimasukkan 30 tetes minyak tersebut
ke dalam beaker glass. Kemudian, tambahkan 10 ml larutan KOH 10% (dalam etanol 96%) ke
dalam beaker glass yang berisi minyak goreng tersebut dengan menggunakan bantuan pipet
ukur 10 ml dan bulb. Selanjutnya, aquades/air kran disiapkan di dalam beaker glass lalu
dipanaskan hingga mendidih di atas kompor listrik. Setelah mendidih, beaker glass berisi
campuran minyak dan KOH 10% dalam etanol 96% dimasukkan ke dalam air mendidih dengan
cara menjepit beaker glass menggunakan penjepit kayu lalu dimasukkan ke dalam air mendidih
dan tunggu hingga sampel mendidih. Pemanasan ini berfungsi untuk mempercepat reaksi antara
minyak dengan etanol. Setelah mendidih, angkat beaker glass yang berisi minyak dan campuran
KOH 10% (dalam etanol 96%). Amati dan catat kondisi pada sampel. Kemudian, tambahkan
etanol sebanyak 2 ml dengan menggunakan bantuan pipet ukur 1 ml dan bulb sehingga
pengambilan etanol dilakukan sebanyak 2 kali. Penambahan etanol bertujuan untuk
menggantikan etanol yang telah menguap sehingga sampel masih memiliki kemampuan
melarutkan lemak. Setelah itu, panaskan kembali beaker glass yang berisi campuran minyak
dan KOH selama kurang lebih 3 menit. Amati kondisi pada sampel. Setelah campuran minyak
dan KOH menjadi cukup pekat, angkat beaker glass dari air mendidih. Ambil sedikit campuran
minyak dan KOH yang telah dipanaskan tadi menggunakan pipet tetes, kemudian teteskan ke
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

dalam beaker glass 100 ml yang berisi sejumlah aquades. Tujuan dari perlakuan ini adalah
untuk mengetahui apakah cairan dari sabun kalium ini larut dalam air atau tidak. Apabila larut
dalam air, maka reaksi saponifikasi yang terjadi sudah sempurna. Tetapi jika belum larut dalam
air, maka reaksi saponifikasi belum sempurna sehingga perlu ditambahkan etanol dan
dipanaskan kembali serta diteteskan kembali ke dalam aquades hingga terjadi reaksi
saponifikasi sempurna. Apabila reaksi saponifikasi sudah sempurna, siapkan 30 ml aquades
dengan bantuan gelas ukur. Cara menggunakan gelas ukur adalah pertama-tama tuangkan
aquades secara perlahan pada gelas ukur hingga jumlah yang diinginkan. Perhatikan meniscus
bawah sampel. Apabila sampel yang tertuang melebihi batas, ambil sampel dengan
menggunakan pipet tetes hingga sampel berada tepat pada batas yang diinginkan. Setelah itu,
tuang sampel yang berada di dalam gelas ukur ke dalam beaker glass berisi sampel dan
kemudian diaduk sehingga diperoleh sabun kalium. Setelah itu, cairan sabun kalium tersebut
dibagi menjadi 2 bagian. Tujuan dari pembagian ini adalah untuk digunakan kembali dalam
pembuatan sabun natrium dan yang satunya untuk pengujian kemampuan sabun dan detergen
dalam menghilangkan minyak serta untuk pengujian sifat kesadahan pada sabun dan detergen.
Beaker glass yang berisi sabun kalium untuk pengujian kemudian diberi nama dengan
menggunakan label. Amati dan catat kondisi warna dan bentuk dari sabun kalium tersebut.
Setelah itu, cuci semua peralatan yang telah dan sudah tidak digunakan lagi serta keringkan
dengan menggunakan tisu.
b. Pembuatan Sabun Natrium
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan untuk percobaan pembuatan sabun natrium ini adalah
beaker glass, label, pipet ukur, bulb, corong kaca, pengaduk kaca, kertas saring, dan tisu.
Beaker glass digunakan sebagai wadah sampel dan wadah dalam proses penyaringan. Label
digunakan untuk memberi tanda atau nama pada beaker glass agar data tidak tertukar antara
sampel yang satu dengan sampel yang lain selama percobaan dan pengamatan berlangsung.
Pipet ukur untuk mengambil sampel dan reagen dengan lebih akurat apabila dibandingkan
dengan mengambil sampel dengan menggunakan pipet tetes. Bulb digunakan sebagai alat bantu
untuk mengambil sampel menggunakan pipet ukur. Corong kaca digunakan sebagai alat bantu
tambahan dalam proses penyaringan. Pengaduk kaca digunakan sebagai alat bantu
mengaduk/menghomogenkan senyawa. Kertas saring digunakan sebagai alat bantu dalam
proses penyaringan sampel. Tisu digunakan sebagai alat untuk mengeringkan peralatan setelah
digunakan dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah larutan sabun
kalium dan larutan NaCl. Larutan sabun kalium digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
sabun pada percobaan ini. NaCl digunakan sebagai senyawa yang akan bereaksi dengan KOH
yang dapat memisahkan antara sabun dengan gliserol dan membentuk sabun natrium.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
menambahkan 15 ml larutan NaCl jenuh ke dalam sabun kalium dengan menggunakan pipet
ukurdan bulb. Tujuan dari penambahan NaCl jenuh ke dalam sabun kalium adalah untuk
memisahkan antara sabun dengan gliserol serta untuk membentuk sabun natrium itu sendiri.
Amati dan catat kondisi pada beaker glass tersebut. Kemudian, sabun kalium yang sudah
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

ditambahkan larutan NaCl jenuh diaduk secara cepat dan kuat dengan pengaduk kaca hingga
terbentuk gumpalan kecil berwarna putih. Amati dan catat kondisi setelah dilakukan
pengadukan dengan kuat tersebut. Setelah terdapat gumpalan atau padatan pada sabun, saring
cairan sabun tersebut menggunakan kertas saring dengan cara melipat kertas saring berbentuk
kerucut terlebih dahulu kemudian masukkan ke dalam corong yang dibawahnya sudah diwadahi
beaker glass. Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan antara sabun natrium dengan
gliserol yang terbentuk. Padatan yang tersaring merupakan sabun natrium. Jangan menyaring
semua larutan sabun tersebut karena sebagian cairan akan digunakan untuk pengujian. Beaker
glass yang berisi sabun natrium untuk pengujian kemudian diberi nama dengan menggunakan
label. Amati dan catat kondisi warna dan wujud dari sabun natrium tersebut. Setelah itu, cuci
semua peralatan yang telah dan sudah tidak digunakan lagi serta keringkan dengan
menggunakan tisu.
c. Pembuatan Larutan Detergen
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan untuk percobaan pembuatan larutan detergen ini adalah
gelas arloji, timbangan analitik, kuas pembersih, spatula besi, beaker glass, label, gelas ukur,
pengaduk kaca, dan tisu. Gelas arloji digunakan sebagai wadah bubuk detergen saat akan
ditimbang. Timbangan analitik berfungsi sebagai alat untuk mengukur massa sampel. Kuas
pembersih berfungsi sebagai alat untuk membersihkan timbangan analitik. Spatula besi
digunakan sebagai alat bantu dalam mengambil sampel. Beaker glass digunakan sebagai wadah
sampel dan wadah dalam proses penyaringan. Label digunakan untuk memberi tanda atau nama
pada beaker glass agar data tidak tertukar antara sampel yang satu dengan sampel yang lain
selama percobaan dan pengamatan berlangsung. Gelas ukur digunakan untuk mengambil
aquades hingga ukuran tertentu. Pengaduk kaca digunakan sebagai alat bantu
mengaduk/menghomogenkan senyawa. Tisu digunakan sebagai alat untuk mengeringkan
peralatan setelah digunakan dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah bubuk detergen
dan aquades. Detergen bubuk digunakan sebagai bahan utama pembuatan larutan. Aquades
digunakan sebagai pelarut.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
menimbang detergen sebanyak 0,5 gram pada timbangan analitik menggunakan bantuan gelas
arloji. Cara menggunakan timbangan analitik yaitu yang pertama adalah bersihkan timbangan
analitik dengan kuas pembersih, khususnya pada lempengan tempat untuk menimbang. Setelah
itu, tutup semua kaca pada timbangan dan nyalakan timbangan. Letakkan gelas arloji pada
lempengan timbangan. Jika angka pada timbangan sudah stabil, tekan tombol ‘Cal” untuk
mengalibrasi timbangan. Setelah itu, masukkan detergen sedikit demi sedikit dengan spatula
hingga timbangan menunjukkan angka 0,5 gram. Saat memasukkan detergen, buka kaca sedikit
(jangan terlalu lebar) dan saat penimbangan, tutup kaca tersebut hingga timbangan
menunjukkan angka yang stabil. Setelah itu, lalu masukkan detergen tersebut ke dalam beaker
glass dan tambahkan 10 ml aquades ke dalam beaker glass yang berisi detergen. Pengambilan
10 ml aquades dilakukan dengan bantuan gelas ukur. Cara menggunakan gelas ukur adalah
pertama-tama tuangkan aquades secara perlahan pada gelas ukur hingga jumlah yang
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

diinginkan. Perhatikan meniscus bawah sampel. Apabila sampel yang tertuang melebihi batas,
ambil sampel dengan menggunakan pipet tetes hingga sampel berada tepat pada batas yang
diinginkan. Penuangan aquades ke dalam beaker glass dilakukan dengan megaliri aquades pada
gelas arloji agar bubuk-bubuk detergen yang masih menempel pada gelas arloji dapat ikut
masuk ke dalam beaker glass. Setelah itu, homogenkan campuran detergen dan aquades
menggunakan pengaduk hingga butiran – butiran detergen larut. Beaker glass yang berisi
larutan detergen kemudian diberi nama dengan menggunakan label. Amati dan catat kondisi
warna dan wujud pada larutan detergen tersebut. Setelah itu, cuci semua peralatan yang telah
dan sudah tidak digunakan lagi serta keringkan dengan menggunakan tisu.
d. Pengujian Kemampuan Menghilangkan Minyak atau Lemak
 Sabun Kalium
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan untuk percobaan pengujian kemampuan menghilangkan
minyak/lemak pada sabun kalium ini adalah gelas arloji, pipet tetes, dan tisu. Gelas arloji
digunakan sebagai wadah sampel saat akan diuji. Pipet tetes digunakan untuk mengambil
sampel dan reagen yang tidak memerlukan ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam
ukuran tetesan). Tisu digunakan sebagai alat untuk mengeringkan peralatan setelah digunakan
dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sabun kalium
dan minyak. Sabun kalium digunakan sebagai sampel yang akan diuji kemampuan
menghilangkan minyaknya. Minyak digunakan sebagai penguji sampel.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
meneteskan minyak sebanyak 2 tetes dengan menggunakan pipet tetes ke dalam gelas arloji.
Setelah itu, tambahkan 1 ml sabun kalium yang setara dengan 20 tetes ke dalam minyak tersebut
dengan menggunakan pipet tetes. Goyangkan gelas arloji tersebut hingga sampel dan minyak
terlihat menyatu. Amati keadaan globular-globular minyak yang terdapat pada campuran
minyak dan sabun kalium tersebut. Catat hasil pengamatan tersebut. Setelah itu, cuci semua
peralatan yang telah dan sudah tidak digunakan lagi serta keringkan dengan menggunakan tisu.
 Sabun Natrium
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan untuk percobaan pengujian kemampuan menghilangkan
minyak/lemak pada sabun natrium ini adalah gelas arloji, pipet tetes, dan tisu. Gelas arloji
digunakan sebagai wadah sampel saat akan diuji. Pipet tetes digunakan untuk mengambil
sampel dan reagen yang tidak memerlukan ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam
ukuran tetesan). Tisu digunakan sebagai alat untuk mengeringkan peralatan setelah digunakan
dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sabun natrium
dan minyak. Sabun natrium digunakan sebagai sampel yang akan diuji kemampuan
menghilangkan minyaknya. Minyak digunakan sebagai penguji sampel.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
meneteskan minyak sebanyak 2 tetes dengan menggunakan pipet tetes ke dalam gelas arloji.
Setelah itu, tambahkan 1 ml sabun natrium yang setara dengan 20 tetes ke dalam minyak
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

tersebut dengan menggunakan pipet tetes. Goyangkan gelas arloji tersebut hingga sampel dan
minyak terlihat menyatu. Amati keadaan globular-globular minyak yang terdapat pada
campuran minyak dan sabun natrium tersebut. Catat hasil pengamatan tersebut. Setelah itu, cuci
semua peralatan yang telah dan sudah tidak digunakan lagi serta keringkan dengan
menggunakan tisu.
 Larutan Detergen
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan untuk percobaan pengujian kemampuan menghilangkan
minyak/lemak pada larutan detergen ini adalah gelas arloji, pipet tetes, dan tisu. Gelas arloji
digunakan sebagai wadah sampel saat akan diuji. Pipet tetes digunakan untuk mengambil
sampel dan reagen yang tidak memerlukan ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam
ukuran tetesan). Tisu digunakan sebagai alat untuk mengeringkan peralatan setelah digunakan
dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah larutan detergen
dan minyak. Larutan detergen digunakan sebagai sampel yang akan diuji kemampuan
menghilangkan minyaknya. Minyak digunakan sebagai penguji sampel.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
meneteskan minyak sebanyak 2 tetes dengan menggunakan pipet tetes ke dalam gelas arloji.
Setelah itu, tambahkan 1 ml larutan detergen yang setara dengan 20 tetes ke dalam minyak
tersebut dengan menggunakan pipet tetes. Goyangkan gelas arloji tersebut hingga sampel dan
minyak terlihat menyatu. Amati keadaan globular-globular minyak yang terdapat pada
campuran minyak dan sabun kalium tersebut. Catat hasil pengamatan tersebut. Setelah itu, cuci
semua peralatan yang telah dan sudah tidak digunakan lagi serta keringkan dengan
menggunakan tisu.
e. Pengujian Sifat Kesadahan dengan Penguji MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, CaCl2 0,1%, dan air
kran
 Sabun Kalium
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan pada percobaan pengujian sifat kesadahan pada sabun
kalium ini adalah tabung reaksi, label, rak tabung reaksi, pipet tetes, dan tisu. Tabung reaksi
digunakan sebagai wadah sampel yang akan diuji. Label digunakan untuk memberi tanda atau
nama pada tabung reaksi sesuai nama sampel yang terletak pada tabung reaksi agar data tidak
tertukar antara sampel yang satu dengan sampel yang lain selama percobaan dan pengamatan
berlangsung. Rak tabung reaksi digunakan sebagai wadah utuk meletakkan tabung reaksi agar
lebih tertata. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel dan reagen yang tidak memerlukan
ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam ukuran tetesan). Tisu digunakan sebagai alat
untuk mengeringkan peralatan setelah digunakan dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sabun kalium,
larutan MgCl2 0,1%, larutan FeCl2 0,1%, larutan CaCl2 0,1%, dan air kran. Sabun kalium
digunakan sebagai sampel yang akan diuji sifat kesadahannya. Larutan MgCl2 0,1%, larutan
FeCl2 0,1%, larutan CaCl2 0,1%, dan air kran digunakan sebagai penguji yang akan akan
direaksikan dengan sampel untuk menguji sifat kesadahan sampel.
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

Setelah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah
memberikan nama pada 4 tabung reaksi sesuai dengan nama sampel yang akan dimasukkan
pada tabung reaksi tersebut dengan menggunakan label. Kemudian, masukkan masing-masing
1 ml yang setara dengan 20 tetes sampel sabun kalium ke dalam 4 tabung berlabel dengan
menggunakan pipet tetes. Setelah itu, tambahkan masing-masing 1 ml penguji yang setara
dengan 20 tetes dengan menggunakan pipet tetes ke dalam tabung berlabel sesuai dengan nama
zat penguji yang akan ditambahkan. Amati kondisi (warna) pada masing-masing tabung reaksi.
Setelah itu, homogenkan seluruh senyawa pada tabung reaksi dengan menggoyang-goyangkan
tabung reaksi. Amati dan catat kondisi (warna) pada masing-masing tabung reaksi. Setelah itu,
cuci semua peralatan yang telah dan sudah tidak digunakan lagi serta keringkan dengan
menggunakan tisu.
 Sabun Natrium
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan pada percobaan pengujian sifat kesadahan pada sabun
natrium ini adalah tabung reaksi, label, rak tabung reaksi, pipet tetes, dan tisu. Tabung reaksi
digunakan sebagai wadah sampel yang akan diuji. Label digunakan untuk memberi tanda atau
nama pada tabung reaksi sesuai nama sampel yang terletak pada tabung reaksi agar data tidak
tertukar antara sampel yang satu dengan sampel yang lain selama percobaan dan pengamatan
berlangsung. Rak tabung reaksi digunakan sebagai wadah utuk meletakkan tabung reaksi agar
lebih tertata. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel dan reagen yang tidak memerlukan
ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam ukuran tetesan). Tisu digunakan sebagai alat
untuk mengeringkan peralatan setelah digunakan dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sabun natrium,
larutan MgCl2 0,1%, larutan FeCl2 0,1%, larutan CaCl2 0,1%, dan air kran. Sabun natrium
digunakan sebagai sampel yang akan diuji sifat kesadahannya. Larutan MgCl2 0,1%, larutan
FeCl2 0,1%, larutan CaCl2 0,1%, dan air kran digunakan sebagai penguji yang akan akan
direaksikan dengan sampel untuk menguji sifat kesadahan sampel.
Setelah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah
memberikan nama pada 4 tabung reaksi sesuai dengan nama sampel yang akan dimasukkan
pada tabung reaksi tersebut dengan menggunakan label. Kemudian, masukkan masing-masing
1 ml yang setara dengan 20 tetes sampel sabun natrium ke dalam 4 tabung berlabel dengan
menggunakan pipet tetes. Setelah itu, tambahkan masing-masing 1 ml penguji yang setara
dengan 20 tetes dengan menggunakan pipet tetes ke dalam tabung berlabel sesuai dengan nama
zat penguji yang akan ditambahkan. Amati kondisi (warna) pada masing-masing tabung reaksi.
Setelah itu, homogenkan seluruh senyawa pada tabung reaksi dengan menggoyang-goyangkan
tabung reaksi. Amati dan catat kondisi (warna) pada masing-masing tabung reaksi. Setelah itu,
cuci semua peralatan yang telah dan sudah tidak digunakan lagi serta keringkan dengan
menggunakan tisu.
 Larutan Detergen
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat-alat yang digunakan pada percobaan pengujian sifat kesadahan pada larutan
detergen ini adalah tabung reaksi, label, rak tabung reaksi, pipet tetes, dan tisu. Tabung reaksi
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

digunakan sebagai wadah sampel yang akan diuji. Label digunakan untuk memberi tanda atau
nama pada tabung reaksi sesuai nama sampel yang terletak pada tabung reaksi agar data tidak
tertukar antara sampel yang satu dengan sampel yang lain selama percobaan dan pengamatan
berlangsung. Rak tabung reaksi digunakan sebagai wadah utuk meletakkan tabung reaksi agar
lebih tertata. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel dan reagen yang tidak memerlukan
ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam ukuran tetesan). Tisu digunakan sebagai alat
untuk mengeringkan peralatan setelah digunakan dan dibersihkan.
Sementara itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah larutan
detergen, larutan MgCl2 0,1%, larutan FeCl2 0,1%, larutan CaCl2 0,1%, dan air kran. Larutan
detergen digunakan sebagai sampel yang akan diuji sifat kesadahannya. Larutan MgCl2 0,1%,
larutan FeCl2 0,1%, larutan CaCl2 0,1%, dan air kran digunakan sebagai penguji yang akan akan
direaksikan dengan sampel untuk menguji sifat kesadahan sampel.
Setelah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah
memberikan nama pada 4 tabung reaksi sesuai dengan nama sampel yang akan dimasukkan
pada tabung reaksi tersebut dengan menggunakan label. Setelah itu, tambahkan masing-masing
1 ml penguji yang setara dengan 20 tetes dengan menggunakan pipet tetes ke dalam tabung
berlabel sesuai dengan nama zat penguji yang akan ditambahkan. Amati kondisi (warna) pada
masing-masing tabung reaksi. Setelah itu, homogenkan seluruh senyawa pada tabung reaksi
dengan menggoyang-goyangkan tabung reaksi. Amati dan catat kondisi (warna) pada masing-
masing tabung reaksi. Setelah itu, cuci semua peralatan yang telah dan sudah tidak digunakan
lagi serta keringkan dengan menggunakan tisu.
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

2. Analisa Hasil
a. Pembuatan Sabun Kalium
Dalam pembuatan sabun kalium, bahan dasar yang digunakan adalah minyak dan KOH
10% dalam etanol 96%. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa sabun
kalium terbuat dari minyak dan basa alkali yaitu KOH (Saputra, 2014). Setelah minyak dan
KOH dicampur, maka campuran tersebut dipanaskan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi.
Ditengah-tengah proses pemanasan, ditambahkan etanol sebanyak 2 ml untuk menggantikan
etanol yang menguap. Setelah itu dilakukan tes penyabunan dengan cara meneteskan larutan ke
dalam aquades atau air kran biasa lalu dilihat apakah masih ada minyak atau tidak. Selesai
pemanasan larutan berubah warna menjadi kuning kental agak kecoklatan dan saat dilakukan
tes penyabunan, tidak ada minyak lagi. Hal tersebut menandakan bahwa reaksi saponifikasi
sudah sempurna. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa sabun kalium
berbentuk cair dan reaksi saponifikasi dinyatakan sempurna bila minyak dengan KOH sudah
benar-benar tercampur dan sudah tidak ada lagi minyak yang terlihat bila diteteskan ke dalam
air (Kent, 2013). Kondisi pada sabun kalium ini adalah berwujud cair berwarna kuning bening,
globular sangat kecil dan mengumpul ditengah.
b. Pembuatan Sabun Natrium
Dalam pembuatan sabun natrium, bahan dasar yang digunakan adalah sabun kalium
dengan NaCl jenuh. NaCl digunakan untuk memisahkan antara sabun dengan gliserolnya.
Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam larutan karena kelarutannya yang tinggi,
sedangkan sabun akan mengendap. Oleh karena itu, saat ditambahkan dengan larutan NaCl
jenuh, sabun kalium berubah menjadi berwarna kuning keruh dan terdapat gumpalan-gumpalan
kecil. Gumpalan yang terbentuk itu adalah sabun natrium. Sabun natrium lalu dipisahkan
dengan gliserol dengan cara disaring, dan akan didapatkan hasil sabun natrium dalam bentuk
padatan. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa sabun natrium berbentuk padatan (Saputra,
2014). Kondisi pada sabun natrium ini adalah berwarna putih tulang, berwujud padat, dan
globular sangat amat kecil, menyebar.
c. Pembuatan Larutan Detergen
Pada dasarnya, pembuatan larutan detergen hanyalah melarutkan detergen yang berwujud
padat dengan tambahan air. Larutan ini berwarna putih, berwujud serbuk dan memiliki globular
kecil banyak, tidak menyatu dan mengumpul di tengah. Pada larutan ini terkadang terlihat
seperti adanya endapan-endapan kecil. Endapan tersebut merupakan bubuh detergen yang
belum terlarut dalam air. Literatur menyatakan bahwa semua zat yang dikatakan larutan pasti
berwujud cair, sehingga larutan detergen ini sudah sesuai dengan literatur (Kent, 2013).
d. Pengujian Kemampuan Menghilangkan Minyak atau Lemak
Dalam percobaan uji kemampuan sabun dan detergen, langkah pertama yang dilakukan
adalah meneteskan 2 tetes minyak digelas arloji dan kemudian teteskan 1 ml atau 20 tetes sabun
natrium yang telah dilarutkan menggunakan aquades 10 mL, sabun kalium dan larutan detergen
ke masing-masing satu gelas arloji. Pada gelas arloji yang diteteskan sabun kalium, didapatkan
hasil bahwa minyak dapat terangkat oleh sabun kalium namun minyak yang tidak terikat pun
masih banyak. Campuran antara minyak dengan sabun kalium berwarna putih agak keruh.
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

Pada gelas arloji yang diteteskan larutan sabun natrium, didapatkan hasil bahwa minyak
tidak terangkat sempurna dimana minyak yang tidak terikat lebih banyak dibandingkan dengan
sabun kalium. Campuran antara minyak dengan sabun natrium berwarna putih tulang dimana
masih adanya gumpalan-gumpalan putih kecil yang sebenarnya itu adalah sabun natrium yang
belum larut secara sempurna.
Sedangkan pada gelas arloji yang diteteskan larutan detegen, diperoleh hasil bahwa
minyak dapat terangkat, walau masih terdapat sedikit sekali minyak yang tidak terikat. Bila
dibandingkan dengan sabun kalium, minyak yang tidak terikat berjumlah lebih sedikit pada
detergen. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa detergen lebih efektif untuk
membersihkan kotoran karena detergen merupakan bahan pembersih yang mengandung
senyawa petrokimia atau surfaktan. Surfaktan ini berfungsi sebagai bahan pembasah dan
pengemulsi yang menyebabkan penurunan tegangan permukaan air sehingga air dapat lebih
mudah meresap ke dalam kain untuk mengangkat kotoran yang menempel (Suryana, 2013).
e. Pengujian Sifat Kesadahan
 MgCl2
Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen pada MgCl2 0,1% yaitu dengan
menambahkan MgCl2 0,1% ke dalam tabung reaksi yang berisi sabun kalium, sabun natrium,
dan detergen. Berdasarkan data hasil praktikum, didapatkan bahwa pada sabun kalium yang
ditambahkan MgCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu berwarna bening dan tidak ada endapan.
Setelah dihomogenkan, keadaan berubah menjadi banyak buih, tidak ada endapan dan berwarna
bening.
Pada sabun natrium yang ditambahkan MgCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu tidak berbuih.
Setelah dihomogenkan, keadaannya berbuih dan terdapat endapan. Adanya endapan besar
menandakan bahwa larutan tidak dapat/hanya sedikit bereaksi dengan zat penguji sehingga
tidak bisa larut/homogen.
Pada detergen yang ditambahkan MgCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu berwarna bening.
Setelah dihomogenkan, keadaan menjadi sedikit buih dan bening.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan menyatakan bahwa adanya endapan pada
sabun kalium dan sabun natrium disebabkan oleh kation divalen dari air sadah yang mengendap
apabila bereaksi dengan anion karboksilat dari sabun. Endapan dari sabun kalium ini lebih
sedikit dari pada endapan dari sabun natrium karena sabun kalium lebih polar daripada sabun
natrium sehingga sabun kalium dapat lebih mudah larut dalam air. Menurut Laras (2012),
kalium lebih polar dari pada sabun natrium sehingga endapan pada sabun kalium akan lebih
sedikit jika dibandingkan dengan endapan sabun natrium.

 FeCl2
Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen pada FeCl2 0,1% yaitu dengan
menambahkan FeCl2 0,1% ke dalam tabung reaksi yang berisi sabun kalium, sabun natrium,
dan detergen. Berdasarkan data hasil praktikum, didapatkan bahwa pada sabun kalium yang
ditambahkan FeCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu memiliki 2 lapisan dimana lapisan atas
berwarna kuning oren dan lapisan bawah tidak berwarna (bening). Setelah dihomogenkan,
keadaan berubah menjadi sedikit buih, tidak ada endapan dan kuning orange
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

Pada sabun natrium yang ditambahkan FeCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu tidak berbuih.
Setelah dihomogenkan, keadaan menjadi ada endapan. Adanya endapan besar menandakan
bahwa larutan tidak dapat/hanya sedikit bereaksi dengan zat penguji sehingga tidak bisa
larut/homogen.
Pada detergen yang ditambahkan FeCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu memiliki 2 lapisan
dimana lapisan atas berwarna orange, lapisan bawah bening. Setelah dihomogenkan, keadaan
berubah menjadi sedikit buih, ada endapan berwarna orange
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa adanya endapan pada sabun kalium dan sabun natrium disebabkan oleh
kation divalen dari air sadah yang mengendap apabila bereaksi dengan anion karboksilat dari
sabun. Endapan dari sabun kalium ini lebih sedikit dari pada endapan dari sabun natrium karena
sabun kalium lebih polar daripada sabun natrium sehingga sabun kalium dapat lebih mudah
larut dalam air. Menurut Laras (2012), kalium lebih polar dari pada sabun natrium sehingga
endapan pada sabun kalium akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan endapan sabun
natrium.
 CaCl2
Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen pada CaCl2 0,1% yaitu dengan
menambahkan CaCl2 0,1% ke dalam tabung reaksi yang berisi sabun kalium, sabun natrium,
dan detergen. Berdasarkan data hasil praktikum didapatkan bahwa pada sabun kalium yang
ditambahkan CaCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu terdapat 2 lapisan bawah bening dan atas putih
keruh, dan tidak ada endapan. Setelah dihomogenkan, keadaan berubah menjadi berwarna putih
susu keruh secara merata, terdapat sedikit buih, dan ada endapan.
Pada sabun natrium yang ditambahkan CaCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu tidak berbuih.
Setelah dihomogenkan, keadaan berubah menjadi berbuih sedikit dan ada endapan
Pada detergen yang ditambahkan CaCl2 0,1%, keadaan larutan yaitu memiliki 2 lapisan
dimana lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah lebih bening. Setelah dihomogenkan,
keadaan berubah menjadi bening dan sedikit buih.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa adanya endapan pada sabun kalium dan sabun natrium disebabkan oleh
kation divalen dari air sadah yang mengendap apabila bereaksi dengan anion karboksilat dari
sabun. Endapan dari sabun kalium ini lebih sedikit dari pada endapan dari sabun natrium karena
sabun kalium lebih polar daripada sabun natrium sehingga sabun kalium dapat lebih mudah
larut dalam air. Menurut Laras (2012), kalium lebih polar dari pada sabun natrium sehingga
endapan pada sabun kalium akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan endapan sabun
natrium.
 Air Kran
Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen pada air kran yaitu dengan menambahkan
air kran ke dalam tabung reaksi yang berisi sabun kalium, sabun natrium, dan detergen.
Berdasarkan data hasil praktikum, didapatkan bahwa pada sabun kalium yang ditambahkan air
kran, keadaan bening tidak ada endapan. Setelah dihomogenkan, banyak buih, tidak ada
endapan dan berwarna keruh
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

Pada sabun natrium yang ditambahkan air kran, keadaan larutan yaitu tidak berbuih.
Setelah dihomogenkan, keadaan berbuih dan ada endapan. Adanya endapan menandakan
bahwa larutan tidak dapat/hanya sedikit bereaksi dengan zat penguji sehingga tidak bisa
larut/homogen.
Pada detergen yang ditambahkan air kran, keadaan larutan yaitu berwarna bening. Setelah
dihomogenkan, keadaan berubah menjadi memiliki banyak buih.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa adanya endapan
pada sabun kalium dan sabun natrium disebabkan oleh kation divalen dari air sadah yang
mengendap apabila bereaksi dengan anion karboksilat dari sabun. Endapan dari sabun kalium
ini lebih sedikit dari pada endapan dari sabun natrium karena sabun kalium lebih polar daripada
sabun natrium sehingga sabun kalium dapat lebih mudah larut dalam air. Menurut Laras (2012),
kalium lebih polar dari pada sabun natrium sehingga endapan pada sabun kalium akan lebih
sedikit jika dibandingkan dengan endapan sabun natrium.
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat digantikan
dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan larutan KOH?
Fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi adalah sebagai bahan dasar pembuatan
sabun (sabun kalium) dan juga sebagai pemicu adanya proses hidrolisis minyak atau
trigliserida. Larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain seperti NaOH yang digunakan
sebagai bahan dasar dari pembuatan sabun natrium. Pada proses saponifikasi, penggunaan basa
alkali yang berbeda tentu akan menghasilkan produk yang berbeda juga (Sinaga, 2014).
2. Jelaskan fungsi NaCl dalam percobaan ini!
Fungsi NaCl dalam percobaan ini adalah untuk memisahkan gliserol dari hasil saponifikasi
minyak dengan KOH yang sulit dipisahkan. Setelah itu, larutan diaduk dengan kuat sehingga
akan terbentuk endapan padat yang apabila disaring maka sabun natrium akan tertahan pada
saringan sementara gliserol akan lolos dari saringan (Sitompul, 2014).
3. Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa detergen
lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?
Sabun dan detergen terdiri dari ujung hidrokarbon yang bersifat hidrokarbon yang bersifat non
polar dan ujung satunya besifat polar. Bagian non polar akan mengelilingin tetesan minyak dan
melarutkannya sesuai dengan asas like dissolved like, sedangkan ujung polar dari molekul
tersebut segera akan terlarut dalam air.
Detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun karena
adanya senyawa petrokimia atau surfaktan yang berfungsi sebagai pengemulsi dan pembasah
yang menyebabkan penurunan tegangan permukaan air sehingga air lebih mudah menyerap
pada kain yang dicuci. Senyawa surfaktan yang terkandung dalam detergen dapat berinteraksi
dengan baik dengan air maupun lemak. Dimana surfaktan ini adalah sebuah senyawa yang
memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan hidrofobik pada saat yang bersamaan. Surfaktan yang
digunakan pada detergen biasanya adalah ABS, namun ada juga yang menggunakan LAS
(Cullum, 2012).
4. Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih !
Sabun tidak dapat bekerja begitu baik dengan air yang sadah. Hal tersebut terjadi karena adanya
kation bivalen yang dimiliki suatu air sadah seperti Mg2+, Ca2+, Fe2+ dimana kation bivalen
tersebut akan mengikat anion karboksilat dari sabun dan membentuk endapan. Sedangkan
detergen dapat bekerja baik walaupun dengan air sadah sekalipun (Samad, 2011).
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

E. KESIMPULAN
Prinsip dari proses saponifikasi adalah reaksi hidrolisisnya trigliserida dengan basa
alkali seperti NaOH dan KOH sehingga menghasilkan gliserin atau gliserol dan sabun. Proses
ini digunakan untuk menghasilkan sabun yang dibuat dari lemak nabati/hewani.
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan
menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida serta untuk mempelajari perbedaan
sifat sabun dan detergen.
Pada proses pembuatan sabun kalium menggunakan 10 ml KOH 10% dalam etanol 95%
serta etanol 2 ml dengan proses pemanasan, didapatkan sabun kalium hasil saponifikasi
sempurna berupa cairan berwarna kuning bening. Sedangkan pada proses pembuatan sabun
natrium, digunakan NaCl jenuh untuk ditambahkan pada sabun kalium dan akan didapatkan
sabun natrium berupa padatan berwarna putih dengan cara disaring.
Pada pengujian kemampuan sabun dan detergen dalam menghilangkan lemak, minyak
digunakan sebagai noda dan didapatkan hasil bahwa sabun kalium cukup mengikat lemak yang
ada sehingga sabun kalium cukup mampu untuk menghilangkan noda. Pada sabun natrium,
didapatkan bahwa banyak sekali lemak yang tidak terikat sehingga sabun natrium tidak efektif
bila digunakan untuk mengangkat noda. Sedangkan pada detergen, didapatkan hasil adanya
sedikit lemak yang masih belum terangkat, namun bila dibandingkan dengan sabun kalium,
lemak yang belum terangkat dalam detergen lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa detergen
sangat efektif bila digunakan untuk menghilangkan noda.
Pada pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen, dicampurkannya MgCl2 0,1%, FeCl2
0,1%, CaCl2 0,1%, dan air kran ke dalam masing-masing sampel. Pada sabun kalium didapatkan
hasil bahwa masih adanya sedikit endapan atau gumpalan yang terbentuk sehingga sabun
kalium bekerja secara kurang baik pada air sadah. Pada sabun natrium didapatkan bahwa
banyak sekali endapan yang terbentuk sehingga sabun kalium tidak bekerja baik pada air sadah.
Sedangkan pada detergen, didapatkan hanya sedikit sekali adanya endapan bila dibandingkan
dengan sabun natrium dan kalium yang menandakan bahwa detergen mampu bekerja dengan
baik walaupun dalam keadaan air sadah.
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

DAFTAR PUSTAKA
James, Joyce. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Nigam, Arti. 2008. Lab Manual in Biochemistry, Immunology and Biotechnology. New Delhi:
McGraw Hill
Patil. 2008. Textbook of Applied Materia Medica. New Delhi: B. Jain Publishers Ltd
Poedjiadi, Anna. 2008. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press
Pracaswari, Hanna. 2013. Biokimia Pangan. Bandung: Universitas Pasundan
Praja, Denny Indra. 2015. Zat Aditif Makanan Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta: Garudhawaca
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC
Riswiyanto. 2010. Kimia Organik untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Nama Uyun Nailatul Mafaz
NIM 175100107111002
Kelas A
Kelompok A8

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Cullum, D. 2012. Introduction to Surfactant Analysis. London: Springer Science & Business Media
Hidayat, S. 2013. Sabun dan Detergen. Bandung: Sekolah Tinggi Analisis Bakti Asih Bandung
Kent, J. 2013. Handbook of Industrial Chemistry and Biotechnology. London: Springer Science &
Business Media
Laras, F. 2012. Kesadahan. Surabaya: UPN Jawa Timur
Samad, A. 2011. Pemeriksaan Kesadahan pada Sampel Air Sumur Gali di Jalan Sahabat 1.
Makassar: Universitas Hasanuddin
Saputra, I.E. 2014. Pembuatan Sabun Cair Transparan Berbahan Dasar Minyak Kelapa dan Minyak
Kelapa Sawit. Bogor: IPB
Sinaga, Y. 2014. Pemanfaatan Minyak Jelantah dalam Pembuatan Sabun Padat Transparan Melalui
Proses Saponifikasi KOH dengan Penambahan Essence Kulit Jeruk Nipis. Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya
Sitompul, V. 2014. Pemanfaatan Minyak Jelantah dalam Pembuatan Sabun Padat Transparan
Melalui Proses Saponifikasi NaOH dengan Penambahan Essence Kulit Jeruk Nipis.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Suryana, D. 2013. Cara Membuat Sabun. Jakarta: Dayat Suryana Copyright

Anda mungkin juga menyukai