Anda di halaman 1dari 10

Judul Novel : Persona Non Grata

Tahun Terbit : 2011

Penerbit : GIZONE

Pengarang : Riawani Elyta

Kesimpulan perbab :

`Di Ambang Galau dan Perpisahan`

Dari keenam jembatan itu, jembatan pertama dan terakhir adalah yang paling dikenal.
Jembatan pertama adalah yang paling unik, karena memiliki cable stay pengikat jembatan yang
jika dilihat sangat artistic. Sekilas menyerupai jembatan Golden Gate di San Fransisco.
Sedangkan jembatan terakhir lebih dikenal karena nilai historis yang tersimpan didalam setiap
unsur lika-liku material pembangunnya. Menjadi saksi tragedi 30 tahun silam, saat pulau Galang
yang dihubungkan oleh jembatan itu menjadi tempat penampungan seperempat juta “manusia
perahu” dari Vietnam.

Selama ini, semua cerita tentang jembatan populer ini hanya ia dengar dari mulut orang-
orang. Namun, siapa mengira sejak ketibaannya di kota ini beberapa tahun silam, ini adalah
perjalanan pertamanya melintasi Barelang.

Dean sama sekali luput dari kesadaran bahwa gadis yang duduk gelisah di sisinya telah
berkali-kali meneguk ludah, hingga stok saliva yang mengaliri rongga mulutnya perlahan susut.
Pertanyaan yang telah berkali-kali mengusik rasa penasarannya, tak ayal kembali merubung riuh.
Satu demi satu kejadian hadir dalam ingatan. Saat berhadapan dengan resepsionis hotel,
berhadapan dengan kasir restoran, terakhir transaksi yang nyaris memacetkan aktivitas
perbelanjaan disupermarket. Tak satupun proses itu yangberlangsung mulus, lancer, berjalan
sesuai prosedur. Namun diatas semua itu, kejadian disupermarket tadi adalah yang paling
memacu kadar gelisahnya.
` Kejadian di Ruli`

Sejumlah polisi langsung turun ke lokasi dan memagari pangkalan ojek dengan pita kuning
bertulis “police line”. Warga Ruli yang mengerumun kian bertambah, seakan lupa bahwa hari ini
pun mereka harus berjuang meraih sejumput harapan untuk bertahan hidup dan membebaskan
diri dari rasa lapar. Penemuan mayat dipangkalan ojek adalah kali pertama terjadi dikawasan ruli
itu.

Obrolan kedua polisi itu muda itu boleh jadi tak terlalu menarik perhatian warga yang sebagai
mulai meninggalkan lokasi seraya menutup hidung dan mulut rapat-rapat. Namun, tidak
demikian halnya dengan si gadis berkaki jenjang. Entah sejak kapan ia memilih meringkuk
dibalik dinding bamboo yang membatasi tempat mayat waria itu ditemukan dengan dirinya yang
duduk mencangkung di tanah, seraya menutup rapat mulutnya dengan sehelai kain kusam. Kata-
kata kedua polisi itu begitu jelas terdengar di telinganya, terekam kuat dalam benak, lalu secara
perlahan dan pasti menghadirkan bunyi bertalu dibilik jantungnya dan membuat ritme nadinya
memacu. Sekujur tubuhnya mulai berkeringat. Keringat yang dingin.

`Tragedi Hamster`

Hamster istilah mereka untuk menyebut barang-barang baru atau program-program aplikasi baru
yang kelak akan digandakan untuk diputar kembali menjadi uang. Tugas yang semestinya cukup
dikerjakan para new kiddies dengan jam terbangnya yang masih minim.

Satu hal yang membedakan sebutan crackers dengan hackers. Tindakan crackers cenderung
destruktif, merugikan bahkan melumpuhkan system computer yang dijebol, termasuk
mengacaukan system penyimpanan data. Sementara hackers lebih mengarah pada tindakan
konstruktif, memperbaiki kelemahan system, dan atas segala-galanya. Tak peduli bahwa
‘keisengan’ mereka yang terorganisasi itu justru mendatangkan kerugian besar bagi pihak lain,
bahkan berisiko tak kalah besar untuk diri mereka sendiri.

Sedikit heran karena sang prince meminta untuk langsung mengantarkan paket `hamster`
kerumahnya. Namun, loran telah memahami karakter sang prince. Now means now. Not tonight
or tomorrow.
`Pemilik Mata Almond`

Sesaat, gadis itu terpana. Tak menyangka kalau bocah itu akan mengajukan permintaan
kepadanya, orang yang selama ini dikucilkan oleh sebagian besar warga ruli. Termasuk bocah
pemulung didepannya ini yang sebelum hari ini, juga selalu berusaha menghindar setiap kali
melihatnya.

Ia lantas menatap lurus ke sepasang mata Awang yang besar, namun cekung. Ada sirat keinginan
yang sungguh, terpatri di mata itu. Meski barusan mulutnya mengucapkannya dengan malu-
malu.

`MISI Rahasia`

Meski sudah cukup lama mengenal Dean, Loran dan anak-anak CC lainnya tidak pernah
menjadikan kediaman sang prince sebagai markas. Kamar kost sempit milik loran di kawasan
Roxy justru menjadi tempat mangkal paling favorit. Kerugian adalah sepenuhnya menimpa
server yang diserang. Sementara keuntungan, kepuasaan, dan penyaluran ego di titik tertinggi,
akan mengalir deras pada sang crackers.

“Thailand, India, Russia, than…. Across to Canada. Hmm a very long journey…” kalimat yang
meluncur dari bibir Dean lebih serupa gumam, namun begitu jelas terdengar di telinga loran.
Membuat mata pemuda itu terbeliak lebar. Wajahnya spontan memucat.

“ Tapi, sepertinya usaha keras elo belum melampaui tahap covering2)”, sela Dean tanpa sedikit
pun menggeser fokusnya dari monitor. “Asal lo tahu, meski elo melakukan perjalanan jutaan mil
sekalipun, lalu menembakkan serangan dari benua antartika sana, dalam waktu beberapa jam
saja, pengecekan yang lo lakukan bisa terlacak dengan mudah”.

`CEMAS`

“Elo yakin, melibatkan gue dalam misi ini, De?” Tanya loran. Sepasang matanya tetap berusaha
mengikuti aktivitas Dean, namun tak dapat mencegahnya untuk sesekali mengedarkan
pandangannya pada sekeliling. Entah kenapa, malam ini telinganya mendadak menjadi lebih
awas. Setiap bunyi yang bersumber dari arah luar, meski berada pada tingkat sangat wajar,
seperti deru motor yang melintas ataupun suara orang yang berjalan kaki sambil bercakap-cakap,
selalu saja menolehkan perhatian loran selama beberapa detik untuk memastikan bahwa bunyi itu
bukan sesuatu yang pantas untuk dicurigai.

“Masih perlu gue jawab?” tukas Dean. Tangannya membuka kotak berisi CD-RW, lalu
memasukkan kepingan tipis itu ke driver. Tak ada siapa-siapa di kamar sempit loran selain
mereka berdua ditemani dua unit laptop, juga dikelilingi perabotan sederhana khas kamar anak
kost. Dan tak seorang pun anak-anak CC mengetahui misi mereka berdua malam ini.

`SARAH`

Sepasang mata almond itu mengerjap-ngerjap. Visualnya yang berangsur jernih, menangkap
sosok dua orang pria muda. Yang satu berseragam polisi dan seorang lagi mengenakan t-shirt
berwarna gelap. Ah, tak hanya mereka. Masih ada dua orang lagi. Seorang dokter dan seorang
lagi perawat. Membuat ruang sempit disisi brankar ini menjadi kian sesak.

Sesungguhnya ini adalah kali ketiga ia membuka mata sejak kesadaran berangsur-angsur mengisi
pikirannya. Dan pada kali ketiga ini, kesadaran itu telah menyentuh titik sempurna. Sehingga
dapat dilihatnya dengan jelas saat keempat orang itu saling berpandangan, lantas tiga darinya
membalikkan tubuh dan beranjak pergi.

“S-A-R-A-H”, Sekali lagi gadis itu bergumam. Ya nama itu terdengar indah ditelinganya, juga
maknanya. Makna yang membuat perempuan manapun merasa tersanjung dan dihargai. Sarah
tersenyum.

`Merentang Jarak`

Suasana di rumah megah itu tampak berbeda malam ini. Pria dan wanita, dalam jumlah mencapai
ratusan, hilir mudik dalam balutan jas dan gaun malam mewah. Masing-masing tamu wanita
seakan berlomba menampilkan siluet tubuh dan gaun hasil karya perancang ternama. Aroma
parfum Bvlgari, Hilton, Estee Lauder, Hugo Boss, saling berbaur, menebar keharuman yang
elegan. Berpuluh bunga papan menutupi pagar dan berjejer di sepanjang tembok besar yang
mengelilingi rumah. ‘selamat ulang tahun ke-55 Bapak Rendra Pramudya’, ‘Happy Birthday, all
the best wishes for you’. Demikian bunyi sebagian besar ucapan tertera di atas bunga papan
dalam ukuran besar dan warna warni mencolok itu.
Rendra Pramudya tak lain adalah sang konglomerat yang baru-baru ini mencatatkan namanya
dalam daftar 100 pengusaha paling sukses di tanah air. Meski tak lagi muda, secara fisik, Rendra
tampak bugar dan penuh stamina.

Dan sisa malam itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar nasib loran diselingi gelak tawa
dalam kondisi kesadaran yang kian tergerus ke titik nadir.

`SUBUH Pertama di Asrama`

Ini hari kedua Sarah tinggal di asrama. Sebelumnya, ia tak pernah punya bayangan tentang apa
yang disebut yayasan. Apalagi, yayasan yang sekaligus memiliki asrama, meski asrama yang
dimaksud Lutfhi itu sebenarnya hanya terdiri dari empat buah kamar. Terletak di bagian
belakang, terhubung oleh selasar menuju ruangan yang tersekat-sekat dengan mebeler dan
penataan yang berbeda-beda di masing-masing ruangan. Mencerminkan fungsi masing-masing
ruangan yang juga berbeda-beda.

Menatap wajah polos Sarah saat mengucapkan itu. “Baiklah. Kamu duduk saja. Sambil
memperhatikan Jemaah yang sedang shalat sunah. Di dalam lemari itu biasanya ada buku-buku
tentang tata cara dan rukun shalat. Kamu bisa membacanya sambil duduk-duduk”. Tak ada
alasan bagi Sarah untuk tidak menuruti saran Malika.

`PEKATNYA Kerinduan`

Priyatna memang belum pernah bertemu langsung dengan Raisa, selain hanya bermodalkan
selembar foto yang diberikan Rowena ketika melaporkan kehilangan Raisa waktu itu. Namun,
jika memang gadis misterius yang kini ditampung di sebuah yayasan social itu punya kemiripan
dengan Raisa, seperti yang dikatakan priyatna, rasanya tak tertutup kemungkinan, meski dalam
probabilitas sekecil atom sekalipun, bahwa ternyata gadis itu memang Raisa.

Meski itu berarti Rowena harus kembali terlempar pada kepingan peristiwa 12 tahun silam. Masa
dimana dirinya terjebak untuk meninggalkan semua jejak masa lalu demi menggores lembaran
baru yang sayangnya tak menghendaki dirinya membawa serta bagian terpenting dari masa lalu
itu.
`KABUR`

Siapa gerangan yang pada jam-jam segini masih berniat lari pagi? Meski jarak antara tempatnya
berdiri dengan bayangan yang melintas itu lebih dari 10 meter, setidaknya ia masih merasa
cukup awas untuk melihat kelebatan baju kaos bercapuchon dan celana olahraga berwarna biru
donker yang membalut sosok itu.

Gadis cerdas yang mengalami amnesia atau sebaliknya, gadis amnesia yang cerdas. Mana yang
menurutmu masuk akal? Atau jangan-jangan, ada kemungkinan lain yang tak pernah kita duga?.
Polisi kenalanku yang bertugas di Satreskrim itu akan membawa tantenya kemari siang nanti.
Sudah berbulan-bulan, putri sulung tantenya itu menghilang. Dan konon, wajahnya mirip sekali
dengan Sarah. Mudah-mudahan sarah memang putri tante priyatna.

` MISI YANG Mulai Terlaksana`

Pembobolan bank kini telah memasuki babak modus baru yang kian sulit terlacak. Beberapa
babak modus baru yang kian sulit terlacak. Beberapa nasabah bank XYZ yang mengaku
sebelumnya pernah mentransfer data rekening ke situs layanan bank untuk kepentingan
updateting saldo rekening sekaligus menggunakan aplikasi one stop service ataupun e-banking
untuk melakukan semua pembayaran tagihan, merasa terkejut saat menyadari bahwa saldo di
rekeningnya telah menyusut, serta telah terjadi beberapa transfer mencurigakan tanpa bisa
terlacak kemana perginya aliran rekening tersebut.

Senyum Loran berkembang saat langsung terkembang saat mengakses berita itu dari layanan
Yahoo. Berita yang baru beberapa menit lalu di-update oleh situs dengan miliaran pengguna di
seluruh dunia itu.

`PERTEMUAN yang Gagal`

Rowena memarkirkan mobilnya di depan pagar yayasan, menjaga jarak agar tak sampai
menutupi gerbang masuk. Dan Rowena tak ingin lagi menunda waktu sampai besok. Masa lalu
telah mengajarkannya bahwa setiap menit terlalu berharga. Pengabdian terhadap satu menit,
bahkan bisa membuka kesempatan untuk seribu satu kemungkinan.
Rowena mengikuti Luthfi masuk kesebuah ruang kecil di sisi kiri bagian depan bangunan.
Sebuah kursi panjang dengan enam sandaran bermotif bunga tulip menjadi penyambut mereka
berdua yang kemudian duduk saling duduk berhadapan.

Luthfi mengikuti telunjuk Malika yang terlihat olehnya hanya sebuah ranjang berukuran single,
senuah lemari kayu dua pintu, dan sebuah cermin persegi panjang menggantung di dinding.
Semuanya adalah benda mati pengisi interior kamar asrama. Tidak ada seorang pun manusia di
dalamnya. Sarah benar-benar tidak ada. Malika menimbang-nimbang dalam waktu kurang dari
tiga detik sebelum menjawab tegas. “Biar aku yang bicara pada tante priyatna.

`PENCARIAN`

Sarah menghentikan semua slide kata `seharusnya` yang seolah tak mau berhenti merongrong
benaknya saat memorinya harus kembali tersentuh meski tidak dengan cara sengaja. Lebih baik
lupakan segalanya. Toh, ia tak punya waktu lagi untuk berlengah-lengah.

Segera ia mengetikkan kata `facebook` di kolom pencarian google, lalu nama email dan sandi
sebagaimana yang diajarkan Malika kemarin, juga yang sempat ia catat diselembar kertas yang
kini masih tersimpan di dalam saku celana trainingnya. Dengan lincah, jemarinya mengetikkan
sepotong nama yang untunngnya masih ia hafal pada menu pencarian. Secara, nama itu, adalah
satu-satunya nama yang pernah menorah makna khusus di hatinya.

Sederet nama dan profile picture muncul dilayar dalam hitungan detik. Sarah tertegun, ternyata
cukup banyak yang memiliki nama serupa. Sarah mulai menelusuri halaman demi halaman
dengan menggerakkan mouse, mengarahkan kursor, sedikit kesulitan karena sebagian besar tidak
memajang foto wajah aslinya. Namun, hingga perjalanan halaman terakhir, pencariannya tetap
sia-sia.

`RENTETAN Masalah`

Sesaat, wanita hampir separuh baya yang masih terlihat sangat cantik itu memutar matanya,
seakan masih mengais harap yang tersisa dari setiap jengkal dan sudut kamar. “maafkan atas
kelalaian kami, Bu. Tapi, nyatanya memang tidak seorangpun disini yang tahu kapan Sarah
pergi”, ucap Malika penuh hati-hati.
Petang harinya… “jadi, gadis itu sempat mencuri uangmu sebelum ia kabur?”
malika hanya mengangguk. Cara Priyatna mengajukan pertanyaan demi pertanyaan seolah
tengah mengintrogasi tersangka yang tertangkap tangan.

Belum sempat Malika memikirkan jawaban atas pertanyaan Luthfi barusan saat merasakan
sesuatu mengejang dan mencengkram dari arah organ dalam perutnya. Malika menggigit bibir,
berupaya menahan sakit sekuatnya. Jangan sekarang..jangan sekarang. Desisnya dalam hati. Silih
berganti dengan ucap dzikir. “kupanggilkan dokter?” tawar Luthfi. “Tidak. Tidak usah. Aku
hanya ingin istirahat. Mungkin hanya sedikit tertekan oleh kejadian hari ini. Aku ke kamar dulu”.

`KERINDUAN Masa Lalu`

Mendadak ia merasakan sebait kerinduan untuk melangkahkan kaki kembali ke meesjid. Rindu
yang terasa aneh, juga rindu yang menyergap dalam waktu nyaris bersamaan untuk
menghadirkan kembali rasa sejuk melalui aliran wudhu yang meresap tak hanya sebatas pori-
pori, tapi jauh merembes hingga ke dinding hati.

Baru dua hari Sarah mengalami semua itu setelah taahun-tahun yang berlalu, tubuhnya lebih
banyak diselimuti kubangan lumpur. Saking tebalnya selimut itu hingga ia merasa basuhan air
mandi yang selalu mengiringi setiap perubahan itu pun tak sanggup untuk mengenyahkan semua
kotoran yang terlanjur meelekat permanen seperti tinta hitam yang menodai kain putih.

Rindu akan suatu masa dimana kaki-kaki kecilnya melangkah gegas ke surau bersama beberapa
pasang kaki kecil lainnya di saat adzan bergema, berebutan mengambil wudhu dari keran yang
hanya ada tiga. Sungguh tak sebanding dengan jumlah mereka yang mencapai berjamaah dan
membentuk barisan setengah lingkaran sesudahnya dengan cara duduk bersila, siap untuk belajar
mengaji.

Ada masa dalam beberapa tahun sesudahnya ia tak dapat menahan kerinduan itu, meski
lingkungan yang kemudian berada di sekeliling pinggangnya telah jauh berbeda. Lingkungan
yang dengan mata sinis dan bibir mencibir menertawai keinginannya yang mencoba menemukan
sepasang mukena di antara deretan busana pemancing berahi yang memadati lemari.

`PANIK`

Luthfi menghela nafas dalam-dalam. Terasa berat dan memilukan. Sejak kali pertama
mengetahui bahwa malika ternyata seorang ODHA dan di tubuhnya telah menunjukkan gejala
klinis keracunan ARV yang menyerang hati pada bulan-bulan terakhir ini, bahwa wanita itu akan
bertahan lebih lama dari yang sejak awal diramalkan oleh pihak medis.
Namun perintah dokter Husein barusan, dan melihat bagaimana kondisi Malika yang terus-
menerus menunjukkan gejala kesakitan yang hebat meski sebelumnya telah diberikan suntikan
pengurang rasa sakit dosis tinggi, mau tak mau Luthfi harus membangun kekuatan yang baru
lagi. Kekuatan untuk mampu menyemangati Malika melewati masa-masa sulit selama
penyembuhan di rumah sakit nantinya.

Perjalanan menuju rumah sakit itu selanjutnya berlangsung tanpa suara, selain hanya sirine
ambulance yang mengaum kencang, mengiringi Luthfi dan kedua perempuan penghuni asrama
yang ikut menemaninya pada kecemasan yang kian gegas menjalari segenap perasaan.

Dari sebagian yang saya baca ini saya menarik kesimpulan novel yang berjudul
Persona Non Grata (YANG TERBUANG) ini bercerita tentang Dean Pramudya, The Prince.
Tampan, berotak brilian, pewaris tahta kerajaan bisnis sang ayahanda. Posisi nan gilang
gemilang itu semestinya membuat ia berada di pucuk kemewahan. Jika akhirnya ia memilih
meninggalkan jalan `lurus`, dan berselancar didunia kejahatan kerah putih, kira-kira separah
apakah sakit hati yang melandasi pilihan nekadnya.

Cream Crackers, jaringan yang mengandalkan otak-otak encer para anggotanya, telah
membuat aparat kelimpungan. Tanpa ampun mereka membajak rekening-rekening para
milyader, mulai dari pembuatan kartu kredit palsu, pembobolan ATM, hingga menyelusup ke
system internet-banking.

Dean menjadi seorang penjahat yang kaya raya. Namun, pertemuannya kembali
dengan Sarah,gadis cantik yang pernah dilacurkan di sebuah lokalisasi di Batam, mengubah
semua mimpi dan ambisi Sang Pangeran. Sayang, keputusannya bertemu dengan sarah, yang
memberinya mimpi baru di sebuah negeri yang jauh, justru melemparkan Dean ke lantai
dinginnya penjara.

Tapi, hukum ternyata bungkam pada lembaran uang milik Rendra Pramudya , ayah
Dean, salah satu pemilik bisnis terbesar di negeri ini. Dengan mudah pengacara keluarga Rendra
membebaskan Dean dari segala tuntutan hukum.
KESAN : Novel ke empat Riawani Elyta yang berjudul
Persona Non Grata bab per babnya dipenuhi kejutan, padat dan mengajak
pembacanya menguak misteri dan human. Setiap babnya juga penuh membuat
para pembacanya baper atau bawa perasaan sungguh novel yang paling ditunggu-
tunggu karena alur ceritanya yang super duper keren dinovel ini konfliknya
dibangun dengan sangat bagus dan detail.

Pesan Terhadap Pembaca : semoga ada manfaat dan ibroh bisa dipetik. Kritik
dan masukkan dari anda semua adalah harapan terbesar Riawani Elyta agar
mampu berproses lebih optimal demi menghasilkan karya-karya yang lebih baik
kelak.

Anda mungkin juga menyukai