Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN PENYAKIT “TUMOR FWMUR”

OLEH :

NITA PURNAMASARI

141100237

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YOGYAKARTA

2017/2018
LEMBAR PENGESEHAN

MAHASISWA

( NITA PURNAMASARI)

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

( Salis Miftahul K, S.Kep.,Ns.,M.kes) ( Bagus )


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN PENYAKIT TUMOR FEMUR

A. PENGERTIAN
Karsinoma (keganasan) tulang adalah pertumbuhan sel baru yang bersifat
ganas dan abnormal pada tulang primer, tulang rawan, jaringan ikat, dan sum-
sum tulang. Karsinoma tulang disebut juga dengan neoplasma tulang atau tumor
tulang.
Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-
selnya tidak pernah menjadi dewasa. Tumor tulang primer merupakan tumor
tulang dimana sel tumornya berasal dari sel-sel yang membentuk jaringan tulang,
sedangkan tumor tulang sekunder adalah anak sebar tumor ganas organ non
tulang yang bermetastasis ke tulang.

Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana


sel-sel tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering
digunakan “Tumor Tulang”, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa
jinak atau ganas.

Tumor tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal yang


bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan. Sedangkan
setiap pertumbuhan yang barudan abnormal disebut neoplasma.
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang
utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma
lainnya.

Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di


dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna
(kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya
pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama
serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan
tersebut (Robin 1999, 261, basic of pathology disease).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI MUSKULUSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawabterhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah
jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae,
dan jaringan-jaringankhusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
1. Tulang
a. Bagian-bagian utama tulang rangka
b. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang
adalah jaringan hidup yangakan suplai saraf dan darah. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-
garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi
sepertigadari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis.
c. Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi
bentuk tubuh
2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan
oleh kerja otot-ototyang melekat pada tulang tersebut;
sebagai suatu system pengungkit yangdigerakan oleh kerja
otot-otot yang melekat padanya
3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-
elemen lain
4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan
trombosit dalam sumsummerah tulang tertentu
d. Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi
1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas2.Tulang pendek
terdapat di pergelangan kaki dan tangan
2. Tulang pipih pada tengkorak dan iga4.Tulang ireguler
(bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang
wajah,dan rahang.Seperti terlihat pada gambar di bawah ini,
lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusundari jaringan
tulang yang padat, sementara pada bagian dalam di dalam
medulla berupa jaringan sponge. Bagian tulang paling ujung
dari tulang panjang dikenal sebagaiepiphyseyang berbatasan
denganmetaphysis.
Metaphysis merupakan bagian dimana tulangtumbuh
memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang
dikenal sebagaidiaphysisyang berbentuk silindris.
e. Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
1. Tulang didahului oleh model kartilago.
2. Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model
korpus. Kartilagodalam korpus ini mengalami kalsifikasi.
Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-ruang.
3. Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka
oleh sel-sel pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh
darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang(osteoklast). Tulang
berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
4. Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai
memisah pada epifisisyang menghasilkan tiga pusat
osifikasi.
5. Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis,
lembaran kartilago yangsehat dan hidup antara pusat
osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisahsecara
vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat
dan meluasmendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-
sel mati. Kemudian semua runagmebesar untuk membentuk
lorong-lorong vertical dalm kartilago yang
mengalamidegenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel
pembentuk tulang.
6. Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika
epifisis berfusidengan korpus.Pertumbuhan dan metabolisme
tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :
a. Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium
tubuh dan 90% posfor. Konsentrasi kalsium dan posfor
dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagaicontoh,
apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar
posfor akan berkurang.
b. Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi
dalam menurunkan kadar kalsium serum jika sekresinya
meningkat diatas normal.
c. Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat
menyebabkan osteomalacia pada usia dewasa.
d. Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam
serum menurun, sekresihormone paratiroid akan
meningkat dan menstimulasi tulang untuk
meningkatkanaktivitas osteoplastic dan menyalurkan
kalsium kedalam darah.
e. Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung
jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan
jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masasebelum
pubertas.
f. Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur
metabolisme protein.
g. Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas
osteobalstik dan menghambat peran hormone paratiroid.
Ketika kadar estrogen menurun seperti pada
saatmenopause, wanita sangat rentan terhadap
menurunnya kadar estrogen dengankonsekuensi
langsung terhadap kehilangan masa tulang
(osteoporosis). Androgen,seperti testosteron,
meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa
tulang.
2. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang inidipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,tendon, fasia, atau otot. Sendi
diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
a. Sendi fibrosa (sinartrodial) Merupakan sendi yang tidak dapat
bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-seratkolagen yang
kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial) Permukaan tulang ditutupi oleh
lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan fibrosakuat yang
tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan
simfisis pubis.Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit
bebas.
c. Sendi synovial (diartrodial) Sendi ini adalah jenis sendi yang paling
umum. Sendi ini biasanya memungkinkangerakan yang bebas (mis.,
lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapasendi
sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi
ini dibungkusdalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran
sinovial tipis. Membran ini mensekresicairan sinovial ke dalam
ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya
bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna
kekuningan. Jumlah yangditemukan pada tiap-tiap sendi normal
relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini
normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-
selmononuclear. Cairan synovial juga bertindak sebagai sumber
nutrisi bagi rawan sendi.
3. Otot Rangka
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi
utamanya adalahuntuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini
dengan memendekkan (kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi)
otot memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan
tulang.Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana
bagian terbesarnyamempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan
yang berhubungan langsung dengantulang, atau dimana kerjanya perlu
dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendonfibrosa. Tendon
menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada
bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu
bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system
saraf.Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas.
Otot bisep darilengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula Perlekatan
ini biasanya tetap stasioner danadalah asal (origo) dari otot. Ujung yang
lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatanini untuk menggerakan
otot dan diketahui sebagaiinsersio dari otot.Bisep adalah otot fleksor ;
otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia memendek.Otot ini
juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak tengadah
karenatitik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah
ototekstensor ; otot inimeluruskan sendi, mempunyai aksi yang
berlawanan dengan otot bisep

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos
dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.
•Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
•Keturunan
•Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajanan radiasi ) (Smeltzer. 2001).

Namun ada beberapa faktor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi


penyebab tumor tulang meliputi :
1. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data
penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan
sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam
kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai
peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui
mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini
dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah
mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
2. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang
mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma
pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan
jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak
1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high
grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous
histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu
antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
3. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap
torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma
hepatik.
4. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama,
luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
5. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-
mastektomi.
6. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi,
filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

D. KLASIFIKASI
1. Primer
a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid Osteoma
Ganas: - Osteosarkoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : - Kondroblastoma
Ganas : - Kondrosarkoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
- Osteokondroma
c. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
d. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : - Multiple Myeloma
Sarkoma Ewing
Sarkoma Sel Retikulum
e. Tumor lain-lain
Jinak : - Giant cell tumor
Ganas : - Adamantinoma
- Kordoma
2. Sekunder/Metastatik
3. Neoplasma Simulating Lesions
- Simple bone cyst
- Fibrous dysplasia
- Eosinophilic granuloma
- Brown tumor/hyperparathyroidism
Klasifikasi menurut TNM.
• T. Tumor induk
• TX tumor tidak dapat dicapai
• T0 tidak ditemukan tumor primer
• T1 tumor terbatas dalam periost
• T2 tumor menembus periost
• T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang
• N Kelenjar limf regional
• N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limf
• N1 tumor di kelenjar limf regional
• M. Metastasis jauh
• M1 tidak ditemukan metastasis jauh
• M2 ditemukan metastasis jauh

E. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul
reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran
tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang
lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang
yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang,
hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan
tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat
malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya
tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak
sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari
jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah
dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya
cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya,
sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh
yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian
alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat
pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut
menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya
(Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi /
proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal,
menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
F. POHON MASALAH (PATHWAY)
G. JENIS-JENIS KANKER TULANG
a. Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit
anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.
Tumor ini paling sering menyerang laki-laki berusia diatas 35 tahun. Gejala
yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang berlangsung lama. Contoh
lesi perifer sering kali tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu untuk jangka
waktu yang lama dan hanya merupakan pembesaran yang dapat diraba dan
hampir tidak menimbulkan gangguan. tetapi mungkin akan disusul dengan
suatu pertumbuhan yang cepat dan agresif. Tempat-tempat yang paling
sering ditumbuhi tumor ini adalah : pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu
dan tulang-tulang kraniofasial.
Pada radiogram kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah radiolusen
dengan bercak-bercak perkapuran yang tidak jelas. penatalaksanaan terbaik
yang dilakukan pada saat ini adalah dengan eksisi radikal, tetapi bisa
dilakukan juga dengan bedah beku, radioterapi, dan kemotrapi. untuk lesi-
lesi besar yang agresif dan kambuh berulang-ulang, penatalaksanaan yang
paling tepat mungkin adalah dengan melakukan amputasi.
b. Osteosarcoma
Osteosarcoma merupakan penyakit ganas sistemik yang terjadi pada sel
tulang, komponen hematopietik pada tulang, tulang rawan dan finrous atau
bahan sinovial.
Dalam klinis osteosarcoma dapat dibagi dalam; osteosarcoma primer dan
sekunder.
Osteosarcoma primer jarang djumpai kebanyakan metastase dari tempat atau
jaringan lainnya. Sedangkan osteosarcoma sekunder sering terjadi pada
pinggul, tulang belakang, tulang paha dan lainnya.
c. Sarkoma Ewing
Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan
tempat yang palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan
kasar adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum
tulang dan
merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk
lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang
sehingga membentuk gambaran seperti tulang bawang.
d. Multiple Myeloma
Tumor ini merupakan perpaduan antara salah satu tumor diatas, misalnya
jika seorang pasien kanker tulang didiagnosa mengidap kanker tulang jenis
osteosarcoma namun di sisi ain dia juga mengalami kondrosarcoma.

H. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa sakit (nyeri)
Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas
penyakit).
2. Pembengkakan

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas (Gale. 1999: 245).
3. Keterbatasan gerak
4. Fraktur patologik.
5. Menurunnya berat badan
6. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa
serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
7. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
4. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad.
2003).
I. PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan
meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis
tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri
atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat
jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:


1. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan
amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang
memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal
terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi
lokal tulang tanpa amputasi dengan menggunakan prosthetik metal atau
allograft untuk mendukung kembali penempatan tulang-tulang.
2. Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan
dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Observasi adanya manifestasi tumor tulang:
· Nyeri lokal pada sisi yang sakit
· Nyeri mungkin hebat atau dangkal
· Sering hilang dengan posisi fleksi
· Seringkali menimbulkan perhatian bila anak pincang, membatasi
aktivitas fisik sendiri dan tidak mampu menahan objek berat .
3. Periksa area yang sakit untuk status fungsional, tanda-tanda inflamasi,
ukuran massa, keterlibatan nodus limfe regional, dan adanya bukti keterlibatan
sistemik.
4. Dapatkan riwayat kesehatan, terutama mengenal nyeri ( petunjuk untuk durasi
dan kecepatan pertumbuhan tumor ) .
5. Bantu dengan prosedur diagnostic dan tes misalnya : radiografi, tomografi,
pemindaian tulang radioisotop, atau biopsy tulang bedah, tomografi paru, tes
lain untuk diagnose banding, aspirasi sumsum tulang (sarcoma Ewing).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal .
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Catat dan kaji lokasi dan - Untuk mengetahui
intensitas nyeri (skala 0-
- Meningkatkan respon dan sejauh mana
10). Selidiki perubahan
kenyamanan tingkat nyeri pasien.
- Dapat mengendalikan karakteristik nyeri - Mencegah pergeseran
nyeri - Berikan tindakan tulang dan penekanan
kenyamanan (contoh
- Dapat melaporkan ubah posisi sering, pada jaringan yang luka
karakteristik nyeri. pijatan lembut). - Peningkatan vena
- Berikan sokongan return, menurunkan
(support) pada
ektremitas yang luka. edema, dan mengurangi
- Berikan lingkungan - Agar pasien dapat
yang tenang.
beristirahat dan
- Kolaborasi dengan
dokter tentang mencegah timbulnya
pemberian stress
analgetik, kaji efektifitas
dari tindakan - Untuk mengurangi rasa
penurunan rasa nyeri. sakit / nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan


kerusakan muskuloskeletal
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Berikan terapi - Meningkatkan sirkulasi darah
- Menunjukkan mobilitas latihan fisik : muskuloskeletal,
- Melakukan aktivitas ambulasi, mempertahankan tonus otot,
kehidupan sehari-hari keseimbangan, mempertahakan gerak sendi,
secara mandiri. mobilitas sendi. mencegah kontraktur/atrofi
- Bantu dan dorong dan mencegah reabsorbsi
perawatan diri kalsium karena imobilisasi.
-Meningkatkan kemandirian
klien dalam perawatan diri
sesuai kondisi keterbatasan
klien.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan


tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Bimbinngan - Dapat membantu pasien
- Menunjukkan adaptasi antisipasi : /orang terdekat memulai
dengan ketunadayaan persiapkan pasien proses adaptasi pada status
fisik, penyesuaian terhadap kritis baru dan menyiapkan
psikososial. perkembangan atau beberapa untuk efek
- Menunjukkan citra kritis situasional samping.
tubuh positif dan - Peningkatan citra - Membantu mengartikan
harga diri positif. tubuh : tingkatkan masalah sehubungan dengan
- Menunjukkan persepsi sadar dan pola hidup sebelumnya dan
kepuasan terhadap tak sadar pasien serta membantu pemecahan
penampilan dan fungsi sikap terhadap tubuh masalah. Contohnya, takut
tubuh. pasien kehilamngan kemandirian,
- Menunjukkan - Peningkatan koping : kemampuan bekerja, dsb.
keinginan untuk bantu pasien - Meningkatkan kemandirian
menyentuh bagian beradaptasi dengan dan meningkatkan perasaan
tubuh yang mengalami persepsi stresor, harga diri.
gangguan perubahan atau
ancaman

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status


kesehatan
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Penurunan ansietas - Untuk Minimalkan
- Menunjukkan rasa - Teknik menenangkan kekhawatiran, ketakutan,
aman yang optimal diri prasangka, atau perasaan
tidak tenang yang
berhubungan dengan
sumber bahaya yang
diantisipasi dan tidak jelas
- Untuk meredakan
kecemasan pada pasien
yang mengalami distres
akut
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Menejemen - Mencegah potensi cedera
- Pasien dan keluarga lingkungan: pantau dan memberikan
dapat mempersiapkan lingkungan fisik keamanan lingkungan
lingkungan yang memfasilitasi sekitar pasien terhadap
aman. keamanan. cedera.
- Pasien dan keluarga - Berikan bimbingan - Untuk meningkatkan
dapat menghindari dan pengalaman pengetahuan kesehatan
cidera fisik. belajar tentang pasien dalam mencegah
- Dapat memodofikasi kesehatan individu faktor resiko cidera.
gaya hidup untuk yang kondusif. - Untuk mengetahui dan
mengurangi resiko mencegah faktor resiko
- Identifikasi faktor
potensial yg dapat
resiko potensial
mengakibatkan cidera.
terjadinya cidera.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan
jaringan
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : - Pengendalian infeksi : - Mencegah terjadinya
- Terbebas dari tanda minimalkan penyebaran agens yang
dan gejala infeksi penyebaran dan menyebabkan infeksi.
- Memperlihatkan penularan agens - mengidentifikasi dini
higiene personal yang infeksius infeksi dan mencegah
adekuat - Perlindungan infeksi : infeksi berlanjut
cegah dan deteksi dini - agar klien dan keluarga
infeksi pada pasien dapat secara mandiri
yang beresiko meenghindari infeksi
- Ajarkan klien dan tanpa bantuan perawat.
keluarga cara
menghindar infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Doenges E. Marilynn,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Salemba Medika, Jakarta.
Ns. Mutawin Arif, S. Kep. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuluskeletal. Jakarta. EGC
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC
Price Silvia A,Wilson L. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
smelzer, Suzanne, Brenda g. bare. 2002. Keperawatan medika-bedah vol.3. Jakarta:
penerbit buku kedokteran (EGC)

Anda mungkin juga menyukai