BAB XIII
DASAR-DASAR
Hukum Adminisrasi Negara (HAN) mempunyai beberapa istilah antara lain Hukum Tata Usaha
Negara (HTUN), dan Hukum Tata Pemerintahan (HTP). Pengertian Hukum Administrasi
Negara telah dikemukakan pada pokok bahasan Hukum Tata Negara (bab XII).
Istilah Hukum Administrasi Negara dalam bahasa Inggris “administrative law”, dan dalam
bahasa Belanda “administratiefrecht”, dan “Verwaltungsrecht” (bahasa Jeman), “droit
administratief” (bahasa Perancis).
Di dalam bukunya “Staatsrecht van Nederlans Indie” (1974 : 5) Logemann menyebutkan bahwa,
HTUN menyelidiki (onderzoekt) hubungan-hubungan istimewa, yang diadakan untuk
memungkikan para pejabat melakukan tugas mereka yang khusus. Jadi HTUN meyelidiki
(onderzoekt) sifat hukum dari misalnya: hubungan dinas umum tentang ijin-ijin pemerintah dan
perintah-perintah, tentang dispensasi-dispensasi, grasi, dan tentang penggabungan dalam milisi
dst.[3]
Dari pendapat Logemann tersebut, maka Utrecht berpendapat bahwa HAN merupakan
pelajaran tentang hubungan hukum istimewa (leer van de bijzondere rechtsbetrekkingen), yang
memungkinkan para pejabat menjalankan tugas istimewa mereka.[4]
Dengan kata lain, HAN menyelidiki hubungan-hubungan hukum istimewa yang diadakan
untuk memungkinkan para pejabat administrasi negara melakukan tugas mereka secara khusus.
Selanjutnya Utrecht menjelaskan bahwa HAN adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan
pekerjaan administrasi negara. Bagian lapangan pekerjaan administrasi negara diatur oleh
hukum tata negara, hukum privat dan sebagainya. Pengertian hukum administrasi negara dan
pengertian hukum yang mengatur pekerjaan administrasi negara itu tidak identik.[5]
W.F. Prins, berpendapat bahwa, HTN mempelajari hal-hal yang fundamental, yang merupakan
dasar-dasar dari negara, sedangkan HAN lebih menitik beratkan kepada hal-hal yang teknis
saja.[6]
Menurut Romeyn, bahwa HTN mempelajari dasar-dasar dari negara, sedangkan HAN adalah
mengenai penyelesaian teknis selanjutnya.[7]
Hukum Tata Usaha Negara, menurut Warda adalah mempelajari tentang sifat peraturan-
peraturan hukum dan bentuk bentuk hukum, yang memuat turut serta pemerintah dalam
pergaulan sosial ekonomis dan juga tentang asas-asas hukum yang menguasainya.[8]
Hukum Administrasi Negara mengatur susunan dan wewenang khusus alat-alat perlengkapan
(badan) kenegaraan seperti kepegawaian, peraturan-peraturan wajib militer, peraturan-
peraturan jaminan sosial, peraturan-peraturan perumahan, peraturan perburuhan
dansebagainya (Kranenburg).
b. mengatur cara-cara partisipasi warga negara dalam proses pengaturan dan pengendalian
masyarakat;
b. Yurisprudensi;
Ada dua pengertian tentang pemerintahan, yakni pemerintahan dalam arti luas dan
pemerintahan dalam arti sempit.[12]
Pemerintahan dalam arti luas adalah terdiri dari tiga kekuasaan menurut “trias politica dari
Montesquiu”) yang terpisah satu sama lain (separation des pouvoirs) meliputi kekuasaan :
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Menurut van Vollenhoven, pemerintahan dalam arti luas (bewindvoering) atau “regeren”
meliputi :
b. pemerintahan/pelaksana (bestuur);
c. peradilan (Rechtspraak);
d. Polisi (politie).[13]
Oleh Koentjoro Purbopranoto keempat pemerintahan dalam arti luas dari Van Vollenhoven
tersebut dinamakan “caturpraja”.
Menurut Lemaire dalam bukunya “Het Recht in Indonesie”, pemerintahan dalam arti luas
(bewindvoering) itu ada lima fungsi atau kekuasaan (pancapraja) yaitu:
b. pemerintahan (bestuur);
c. polisi (politie);
d. peradilan (rechtspraak);
Menurut Van Vollenhoven, pemerintahan dalam arti sempit adalah hanya badan pelaksana
(executive, bestuur) saja , tidak termasuk badan peradilan, badan pembuat undang-undang dan
badan kepolisian.[16]
Van Poelye, Pemerintahan dalam arti sempit adalah sebagai organ/badan/alat perlengkapan
negara yang diserahi pemerintahan (government/bestuur). Pemerintahan dalam arti luas adalah
sebagai fungsi yakni meliputi keseluruhan tindakan, perbuatan dan keputusan oleh alat-alat
pemerintahan (bestuursorganen) untuk mencapai tujuan pemerintahan (administration).[17]
Menurut Utrecht, pemerintahan dalam arti sempit (executive, bestuur, bestuurszorg) ialah
administrasi negara.[18]
Jadi menurut Utrecht bahwa, penyelenggara administrasi negara adalah pemerintahan dalam
arti sempit (eksekutif, pemerintahan, penyelenggara kesejahteraan umum).
Menurut penulis, administrasi negara adalah pemerintahan dalam arti sempit yaitu lembaga
pelaksana pemerintahan atau eksekutif (pemerintahan=bestuur, penyelenggaraan kesejahteraan
umum = bestuurszorg, dan kepolisian); tidak termasuk badan peradilan (yudikatif) dan badan
pembuat undang-undang (legislatif). Administrasi negara dalam arti luas mencakup kekuasaan
eksekutif, yudikatif dan legislative.
Menurut Utrecht, ada Sembilan macam penyelenggaraan kepentingan kolektif oleh administrasi
negara (Pemerintahan), yang bertindak adalah:
1. Administrasi Negara sendiri (pemerintahan);
2. Subyek hukum (badan hukum) lain, yang tidak termasuk administrasi negara dan yang
mempunyai hubungan istimewa atau hubungan biasa dengan pemerintah. Hubungan istimewa
(khusus) ini diatur oleh hukum publik dan hukum privat (misalnya pekerjaan yang dilakukan
oleh perusahaan asing berdasarkan undang-undang penanaman modal asing di Indonesia);
3. Subyek hukum lain, yang tidak termasuk administrasi negara dan yang menjalankan
pekerjaannya berdasarkan konsesi (consessie) atau ijin (vergunning) dari pemerintah;
4. Subyek hukum, yang tidak termasuk admnistrasi negara dan yang diberi subsidi oleh
pemerintah, misalnya Lembaga Pendidikan Swasta;
5. Pemerintah bersama-sama dengan subyek hukum lain (beberapa subyek hukum) yang
tidak termasuk administrasi negara, dan kedua belah pihak itu tergabung dalam bentuk kerja
sama (vorm van samenwerking) tertentu yang diatur oleh hukum privat, misalnya pemerintahan
bergabung dalam Perseroan Terbatas, yang dewan direksinya ada wakil pemerintah, atau
pemerintah mendirikan Perseroan Terbatas;
8. Perusahaan Negara;
9. Subyek hukum lain yang tidak termasuk admnistrasi negara, tetapi diberi suatu
kekuasaan memerintah (delegasi perundang-undangan).[22]
Dalam Hukum Administrasi Negara, yang terpenting adalah perbuatan pemerintahan yang
berdasarkan hukum (rechtshandelingen).
Perbuatan administrasi negara berdasarkan hukum publik ada dua macam, yaitu:
1. perbuatan hukum publik yang bersegi dua (berbagai pihak) atau ada persetujuan
kehendak antara dua pihak (misalnya perjanjian kontrak kerja antara perusahaan asing dengan
pemerintah, kontrak kerja menjadi militer/PNS dengan pemerintah) diatur dengan hukum
publik (HTUN) bukan berdasarkan hukum privat.
Di Negara Belanda istilah “Beschikking” diperkenalkan oeh Van der Pot dan Van Vollenhoven,
di Indonesia diperkenalkan oleh W.F. Prins.[23]
Di Indonesia istilah “beschikking” oleh Utrecht, Boedisoesetya dan ahli HAN/HTUN yang lain
diterjemahkan dengan “ketetapan”, Koentjoro Purbopranoto menyebutnya “keputusan”.[24]
Prajudi Atmosudirdjo (1988) menyebutnya “penetapan”.[25]
Penulis menggunakan istilah “keputusan” karena istilah ketetapan telah digunakan oleh MPR
yang berlaku umum yakni berupa “ketetapan MPR”. Selain itu keputusan adalah bersifat khusus,
individual dan final.
Tugas pemerintah dalam suatu negara “welfare state” adalah “bestuurszorg” yaitu
menyelengarakan kesejahteraan umum (menurut Lemaire dan E.Utrecht).
Peraturan adalah kaidah-kaidah umum atau kaidah-kaidah yang berlaku umum mengikat
umum, sedangkan “keputusan” adalah sebagai kaidah khusus berlaku terhadap orang-orang
tertentu, mengikat orang-orang tertentu (subyek hukum tertentu).
Hans Kelsen dalam bukunya “General theory of law and state” menggunakan istilah “general
norms” untuk peraturan, dan “individual norm” untuk keputusan.
Perbuatan membuat keputusan ini adalah perbuatan yang khusus dalam lapangan Pemerintah,
seperti halnya membuat undang-undang adalah perbuatan yang khusus dalam lapangan
perundang-undangan. Sesuai dengan fungsi administrasi negara yaitu melaksanakan undang-
undang, maka keputusan itu juga pada hakekatnya adalah melaksanakan undang-undang dan
peraturan-peraturan ke dalam suatu hal yang konkrit, ke dalam kejadian yang nyata tertentu.
Contoh : surat izin bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh wali kota atas permintaan A, maka
surat izin bangunan (IMB) itu yang merupakan keputusan wali kota, yang hanya mengikat dan
berlaku terhadap A saja.
Suatu ijazah Universitas adalah suatu keputusan yang hanya mengikat seseorang yang namanya
tercantum dalam ijazah itu, demikian juga sebuah surat penetapan pajak adalah suatu
keputusan/ketetapan yang hanya berlaku dan mengikat seseorang yang namanya disebut dalam
surat keputusan/penetapan pajak itu.
Menurut Utrecht “beschikking” atau “ketetapan” adalah suatu perbuatan yang berdasarkan
hukum publik yang bersegi satu, ialah yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan berdasarkan
sesuatu kekuasaan istimewa.[27]
Van der Pot dalam bukunya “Nederlandch Bestuursrecht (1934 : 203), beschikking adalah
perbuatan hukum (rechtshandelingen) yang dilakukan alat-alat pemerintahan itu (der
bestuursorganen) dalam menyelenggarakan hal khusus (hun wilsverklaringen voor het
byzondere geval), dengan maksud mengadakan perubahan dalam bidang hubungan hukum
(gericht op een wijziging in de wereld der rechtsverhodingen).[28]
A.M. Donner, menjelaskan “beschikking” adalah suatu perbuatan hukum dalam hal istmewa
yang dilakukan oleh suatu alat pemerintahan sebagai alat pemerintahan dan/atau berdasarkan
suatu ketentuan yang mengikat dan berlaku umum, dengan maksud menentukan hak-kewajiban
mereka yang tunduk pada tata tertib hukum, dan penentuan tersebut diadakan oleh alat
pemerintahan itu dengan tidak sekehendak mereka yang dikenai penentuan itu[29]
Menurut Van Poelye, “beschiking” adalah pernyataan tertulis kehendak suatu alat perlengkapan
pemerintahan dari penguasa pusat yang sifatnya sepihak dan ditujukan keluar, berdasarkan
kewenangan atas dasar suatu peraturan HTN atau HTP yang tujuannya ialah perubahan atau
pembatalan sesuatu hubungan hukum yang ada, atau penetapan sesuatu hubungan hukum yang
baru, ataupun yang memuat sesuatu penolakan pemerintah-penguasa terhadap hal-hal
tertentu.[30]
Ketetapan Positif (Positive beschikking) adalah perbuatan hukum yang menimbulkan hak/dan
kewajiban bagi yang dikenai ketetapan;
Ketetapan Negatif (Positive beschikking) ketetapan yang tidak menimbulkan perubahan dalam
keadaan hukum yang telah ada (tdak menimbulkan hak dan kewajiban). Ketetapan Negatif dapat
berbentuk: pernyataan tidak berkuasa/berwenang (onbevoegdverklaring), pernyataan tidak
dapat diterima (een niet ontvankelijkverklaring), atau suatu penolakan sepenuhnya (een algehele
afwijzing);
Ketetapan kilat (vluchting) adalah ketetapan yang hanya berlaku berakibat pada satu saat yang
singkat saja, yakni pada saat ditetapkan. Ada 4 (empat) macam (Prins) yaitu: (1) ketetapan yang
bertujuan mengubah redaksi/teks ketetapan lama; (2) ketetapan negative, ketetapan yang tidak
mengubah sesuatu dan tidak merupakan halangan untuk melakukan tindakan apabila
dikemudian hari ada perubahan keadaan; (3) pencabutan atau pembatalan ketetapan terdahulu;
(4) pernyataan pelaksanaan (de uitvoerbaarverklaring), misalnya menutup jalan raya karena ada
perbaikan jalan.
d. Dispensasi, ijin (vergunning), lisensi, dan konsesi; (1) dispensasi adalah tindakan pejabat
aministrasi yang berwenang (bestuur) yang menghapuskan berlakunya suatu ketentuan undang-
undang terhadap suatu peristiwa yang khusus (relaxation legis); (2) ijin (vergunning) adalah
ketetapan/tindakan pejabat administrasi yang berwenang (bestuur) yang memperbolehkan
suatu tindakan yang dilarang oleh ketentuan undang-undang untuk tujuan khusus, misalnya,
ijin pertambangan minyak bumi kepada PT. Pertamina; ijin Pengangkutan Udara kepada
PT.GIA; (3) lisensi, oleh Prins diartikan sebagai suatu jin yang memberikan kebebasan untuk
menjalankan perusahaan (bedrijfsvergunning). Lisensi adalah ijin yang bertujuan komersial atau
menambah fiskal dan mendatangkan keuntungan. (4) konsesi, menurut Prins “bentuk konsesi
se-akan-akan merupakan suatu kombinasi dari lisensi dan pemberian status (statusverlening)
bagi sebuah usaha yang luas bidangnya dan meliputi “het uit gebreide regime van rechten en
verplichtingen” (mengandung hak dan kewajiban yang sangat luas). [32]
Menurut Prajudi Atmosudirdjo, konsesi merupakan penetapan yang memungkinkan
konsesionaris mendapat dispensasi, izin, lisensi dan juga semacam wewenang pemerintahan
untuk memindahkan kampung, membuat jalan dan sebagainya.[33]
Asas hukum adalah alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan yang mendasari suatu norma
hukum (G.W. Paton, 1969 : 204).
Menurut Bellefroid, asas hukum (rechtsbeginsellen) merupakan norma dasar yang dijabarkan
dari hukum positif, dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang
lebih umum. Asas hukum umum adalah merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu
masyarakat (Sudikno Mertokusumo, 1988 : 32). Asas hukum adalah meta kaidah yang berkenaan
dengan kaidah hukum dalam bentuk kaidah perilaku (Bruggink, dalam Arief Sidharta, 1996 :
121). Menurut Penulis buku ini, asas-asas hukum adalah nilai-nilai moral yang mendasari atau
melandasi norma hukum positif, atau pikiran-pikiran dasar yang bersifat abstrak dari norma
hukum positif.
Asas-Asas Umum Pemerintahan yang layak (Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur) oleh
“Crince Le Roy” dirumuskan ada sebelas asas yaitu :
Agar asas-asas pemerintahan yang layak dilaksanakan dan ditaati oleh penyelenggara Negara
dan pemerintahan sebaiknya diatur tersendiri dalam undang-undang yang mengatur tentang
penyelenggaraan Negara dan pemerintahan atau pemberian pelayanan kepada publik.
Pengaturan asas-asas pemerintahan yang layak dalam undang-undang harus disertai pemberian
sanksi kepada aparatur penyelenggara Negara dan pemerintahan apabila tidak mentaatinya.