Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN HASIL OBSERVASI DI SMK BANI MUSLIM PATI

TENTANG PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu: Sugiyarta Stanislaus, M.si

Oleh

Nama : Iqbal Fadlu Zaki

NIM : 5301415045

Prod : Pendidikan Teknik Elektro

Rombel : 23

No. Absensi : 34

TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016
HALAMAN PENGESAHAN

Pengesahan laporan kegiatan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMK Bani Muslim
Pati.

Tugas Individu yang berjudul “Observasi Di SMK Bani Muslim Pati Tentang Pelaksanaan Bimbingan
Konseling” ini diajukan sebagai bukti bahwa saya

Nama : Iqbal Fadlu Zaki

NIM : 3301412077

Jurusan : Teknik Elektro

Rombel : 23

No. urut hadir : 34

telah mendapatkan persetujuan observasi di SMK Bani Muslim Pati dengan tanda bukti
melampirkan Ijazah yang dilegalisasi saat melakukan observasi di SMK Bani Muslim, Ijazah
disertakan di halaman berikutnya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas limpahan rahmat
serta hidayah-Nya, Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas individu pembuatan laporan hasil observasi
tepat pada waktunya. Laporan observasi ini berisikan tentang “fungsi bimbingan di sekolah, arah
dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, syarat program bimbingan di sekolah, syarat bagi
seorang pembimbing di sekolah, prinsip-prinsip program bimbingan di sekolah dan langkah-
langkah penyusunan program BK“.
Pada hakikatnya tujuan penyusunan tugas akhir individu ini adalah untuk memenuhi
persyaratan akademik kepada dosen dan mahasiswa dalam usaha memiliki pemahaman layanan
siswa pada guru bimbingan dan konseling yang dipegang,
Dalam penyusunan laporan ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun
kesempurnaan hanya milik Tuhan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun demi kesempurnaan pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya bagi semua pihak/pembaca.

Semarang, 15 Oktober 2016

Iqbal Fadlu Zaki


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………


HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………
FOTO COPY IJAZAH .…………………………………………………..
KATA PENGANTAR .…………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penugasan


B. Gambaran Deskriptif tentang Sekolah
C. Profil BK di Sekolah
D. Perumusan Masalah pelaksanaan BK di Sekolah
E. Metode Observasi
BAB II TEMUAN DATA/INFORMASI DI LAPANGAN BERKENAAN PELAKSANAAN BK

A. Temuan Data Interview dari pihak sekolah


B. Temuan Data Angket dari Sembilan Siswa
C. Temuan Data Pengamatan dari penulis
BAB III KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA MEMUAT TEORI-TEORI/PARADIGMA
TENTANG BK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Fungsi Bimbingan di Sekolah


B. Arah dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah

BAB V PENUTUP
A. Simpulan Hasil Analisis dan Pembahasan
B. Rekomendasi Berdasarkan Simpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penugasan

Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa di bawah
pengawasan guru. Keberadaan sekolah saat ini sangat menunjang proses KBM yang akan
dilaksanakan. Peran seorang guru dalam sebuah sekolah sanga penting. Untuk itu, seorang guru
harus tahu benar bagaimana situasi dan kondisi sekolah tempat guru tersebut mengajar.

Kita sebagai calon guru merupakan calon pendidik yang nantinya berperan penting dalam
mencerdaskan anak bangsa dan berkontribusi dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Untuk itu mahasiswa harus mengetahui lebih awal tentang kondisi sesungguhnya yang ada di
sekolah sehingga pada saat terjun ke sekolah dapat mempersiapkan diri kita.

Pendidikan adalah media, aktivitas untuk mencerdaskan bangsa. Dalam prosesnya guru
merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas pendidikan sehingga semakin tinggi kualitas
guru maka kualitas pendidikan diharapkan juga meningkat, dengan demikian idealnya mampu
menjawab semua permasalahan yang dimiliki bangsa baik yang berupa material maupun spiritual.
Agar pendidikan dapat berhasil sesuai dengan tujuan diperlukan berbagai sarana atau sumberdaya
seperti bangunan sekolah, buku/materi pelajaran, guru dan sarana pendukung lainnya. Berkaitan
dengan profesionalisme guru, khususnya guru pembimbing perlu dicermati lagi, apakah sudah
optimal menjalankan tugasnya atau belum dalam mendampingi peserta didik mengatasi
permasalahan yang dialami yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka. Khususnya peserta
didik di SMK yang harus mempersiapkan diri untuk bekerja di masyarakat membutukan life skills
yang cukup, agar peserta didik tidak canggung melangkah dan berani menghadapi masalah. Untuk
itu menuntut semangat kerja guru pembimbing dalam membantu peserta didik mengubah perilaku
yang kurang baik menuju perilaku yang diharapkan di dunia pendidikan.

Guru sebagai tenaga pengajar, memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.
Menjadi seorang guru yang profesional bukanlah hal yang mudah dan tidak pula diperoleh melalui
proses yang singkat dan cepat. Sudah menjadi tugas seorang calon guru untuk mempersiapkan diri,
mengukur kemampuan diri sebelum terjun langsung ke sekolah-sekolah sebagai lahan pendidikan
yang sesungguhnya. Menjadi tenaga pendidik harus dapat memahami bagaimana kondisi siswa
saat belajar untuk mempermudah jalannya proses belajar mengajar dikelas sehingga perlu
pemahaman tentang bimbingan dan konseling dari calon tenaga pendidik. Sehingga pada saat
proses belajar seorang guru dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi siswa yang
diajarnya agar mata pelajaran yang diberikan dapat diserap dan dipahami oleh siswa tersebut.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik
dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan
dan pengembangan karier. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan
peserta didik, secara individual, dan kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serata peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu
mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik

Guru harus memiliki seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat
menunjang tercapainya penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial.

Dalam kesempatan ini saya memilih SMK Bani Muslim Pati sebagai objek observasi,
Observasi dan orientasi di sekolah dilaksanakan pada tanggal 23-9 Desember 2016.

Tujuan dilaksanakannya observasi ini adalah:


1. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling di
Universitas Negeri Semarang.

2. Mahasiswa praktikan diharapkan mempunyai bekal yang menunjang tercapainya penguasaan


kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.

3. Mendewasakan cara berpikir dan meningkatkan daya nalar mahasiswa dalam melakukan
penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah pendidikan yang ada di sekolah.

4. Untuk mengetahui gambaran dan deskripsi sebuah Sekolah Menengah Kejuruan dalam
bimbingan dan konseling, agar bisa menjadi pendidik yang bisa membimbing siswanya menuju
kemandirian.

5. Untuk mengetahui bagaimana cara membimbing siswa dengan baik dan benar dengan lebih
mendekatkan diri kepada siswa atau tidak membatasi jarak antara siswa dengan guru.
B. Gambaran Deskriptif Tentang Sekolah

Era globalisasi ditandai dengan persaingan yang sangat ketat di bidang teknologi,
manajemen dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan penugasan
teknologi agar dapat meningkatkan efisiensi kerja yang berdampak pada mutu produk. Manajemen
yang unggul akan meningkatkan mutu pendidikan di tanah air, sedangkan keunggulan SDM akan
meningkatkan daya saing sehingga mampu bersaing di era global. SMK Bani Muslim Pati yang
berdiri sejak tahun 2005 merupakan sekolah yang memiliki visi dan misi yang bermuara kepada
peningkatan sumber daya manusia baik dalam bidang teknologi dan manajemen. Bahasa Inggris
dan penugasan teknologi sangat dominan di dalam aplikasi pembelajaran di kelas guna
mewujudkan generasi muda yang memiliki daya saing di era global.

Info Sekolah

Nama : SMK Bani Muslim

Alamat : Jl. Terminal Sleko No.2

Kecamatan : Pati

Kabupaten : Kabupaten Pati

Provinsi : Jawa Tengah

Nomor telephone : 0295 384053

Nomor faks : 0295 384053

Email : admin@smkbanimuslim.sch.id

Jenjang : Sekolah Menengah Kejuruan

Status : Swasta

Website : http://www.smkbanimuslimpati.sch.id

Kondisi lingkungan SMK Bani Muslim Pati sudah tertata dengan rapi dengan bersih,
suasananya sejuk dan indah dipandang karena SMK Bani Muslim Pati ini juga menerapkan Green
School. Bangunan gedung mulai ditambah dan gedung-gedung yang kurang sesuai mulai
direnovasi kembali. Serta dibuat kembali lapangan voli yang cukup besar dan tempat parkir motor
yang luas dan juga dibangun lagi untuk penambahan bengkel praktik untuk jurusan Teknik Audio
Video berlantai 2 yang ada beberapa tanaman di depan ruangan.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa SMK Bani Muslim Pati benar-benar menjaga
kebersihan lingkungan sekolah. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa sudah banyak tempat
sampah, sehingga dari murid maupun guru tidak membuang sampah sembarangan, karena mereka
sudah sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan sekolah agar merasa nyaman dengan sekolah
itu .

SMK Bani Muslim Pati memiliki 3 jurusan, yaitu :

1. Multimedia
2. Teknik Kendaraan Ringan
3. Teknik Audio Video

Visi dan Misi SMK Bani Muslim Pati

Visi

Mewujudkan SMK sebagai pencipta SDM yang beriman dan bertakwa, profesional, dan
berkemampuan global di bidang keahlian teknologi.

Misi

Mencetak tenaga kerja beriman dan bertakwa, profesional, mandiri, kompetitif melalui
pendidikan bidang studi keahlian teknologi, rekayasa, informasi dan komunikasi.
Struktur Sekolah

1. Ketua Yayasan :
H.A. Nidhomuddin Ali, SH
2. Institusi Pasangan :
Dunia Usaha/Dunia Industri
3. Kepala Sekolah :
Dra. Hj. Azizah, M.M
4. Ketua Komite :
H. Subhan
5. Manajemen Representatif
Musthofa, S.Pd. I, M, Si
6. Koord. Tata Usaha :
Nur Kholis S, Pd
7. WaKa Kurikulum :
Abdur Rohman, S.T
8. WaKa Kesiswaan ;
Teguh Supriyatna, S.Pd
9. WaKa Humas :
H. Arif Suhartono, S.Pd, M.M
10. WaKa Sarpras
H. Umar Said, A. Md
11. Ka. Prog TKR :
Priyo Purwanto, S.Pd
12. Ka. Prog TAV :
Dwi Agus Puwanto, S.T
13. Ka. Prog. Multimedia :
Arif Hidayat, S.Kom
14. Wali Kelas dan Guru
15. Siswa
C. Profil BK di Sekolah

Bimbingan dan konseling di SMK Bani Muslim Pati sudah berjalan dengan baik. Dalam
pelaksanaannya bimbingan, terdapat 3 guru bimbingan dan konseling dengan masing-masing guru
bimbingan dan konseling menangani empat ratus siswa. Guru bimbingan dan konseling mengisi
satu kali satu jam setiap seminggu sekali pada satu mata pelajaran.

D. Perumusan Masalah Pelaksanaan BK di Sekolah

1. Apa fungsi bimbingan di sekolah?


2. Bagaimana arah dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Apa saja syarat program bimbingan di sekolah?
4. Bagaimana syarat bagi seorang pembimbing di sekolah?
5. Bagaimana prinsip-prinsip program bimbingan di sekolah?
6. Bagaimana langkah-langkah penyusunan program bimbingan?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui fungsi bimbingan di sekolah.


2. Untuk mengetahui arah dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Untuk mengetahui apa saja syarat program bimbingan di sekolah.
4. Untuk mengetahui syarat bagi seorang pembimbing di sekolah.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip program bimbingan di sekolah.
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan program bimbingan.

E. Metode Observasi

Metode observasi yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah :


1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada observasi ini. Wawancara
dilaksanakan selama lima hari dan respondennya terdiri dari Wakil Kepala Sekolah, Koordinator
Guru Bimbingan dan Konseling, satu Guru Bahasa Jawa, satu Guru Bahasa Inggris, satu Guru
bahasa Indonesia, satu Guru Mesin, dua Guru Matematika, empat wali kelas, dan Kepala Tata
Usaha. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk memperoleh informasi secara langsung dan
lebih valid terkait dengan guru bimbingan dan konseling dalam memberikan motivasi kepada
siswanya, bagaimana proses layanan Bimbingan dan Konseling, dan peran wali kelas di SMK Bani
Muslim Pati dalam bimbingan.

2. Angket
Angket ini ditujukan ke Sembilan siswa SMK Bani Muslim Pati guna mendapatkan data
secara cepat. Dalam angket tersebut dituliskan cara pengisian dan harus diisi sesuai yang dirasakan
atau yang pernah dialami.

3. Pengamatan

Selama observasi penulis melakukan pengamatan secara berkala di SMK Bani Muslim Pati
sehingga mendapatkan data menurut sudut pandang penulis.
BAB II
TEMUAN DATA/INFORMASI DI LAPANGAN BERKENAAN PELAKSANAAN BK

1. Interview
Interview yang pertama dilakukan dengan Bu Anik Koordinator Guru Bimbingan dan
Konseling yang berumur 47 tahun. Menurut Bu Anik, Bimbingan dan konseling di SMK Bani
Muslim Pati sudah berjalan dengan baik. Dalam pelaksanaannya bimbingan, terdapat 3 guru
bimbingan dan konseling dengan masing-masing guru bimbingan dan konseling menangani empat
ratus siswa. Bu Anik Memaparkan dengan jelas mengenai fungsi BK, arah dan tujuan BK, syarat-
syarat BK di sekolah, syarat bagi seorang pembimbing, dan langkah-langkah menyusun program
BK. Namun semua itu akan dimasukkan dalam pembahasan masalah. Guru bimbingan dan
konseling mengisi satu kali satu jam setiap seminggu sekali pada satu mata pelajaran. Tidak ada
kesalah paham mengenai peran bimbingan dan konseling di sekolah ini. Apabila murid terlambat
maka yang mengurusi adalah bagian kesiswaan, guru bimbingan dan konseling hanya
membimbing agar tidak mengulangi kesalahan tersebut. SMK Bani Muslim Pati ini memiliki 33
kelas dan 1100 siswa. Banyak siswa yang melakukan bimbingan karena permasalahan ekonomi
yaitu sekitar 400 siswa. Idealnya seorang guru bimbingan dan konseling yaitu menangani 150
siswa, kata Bu Anik.
Interview yang kedua yaitu dengan Bu wali kelas X Teknik Elektronika Industri sekaligus
guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang berumur 36 tahun. Bu Caturwulan mengatakan bahwa
tidak ada jam khusus untuk bimbingan dengan muridnya, melainkan setiap satu minggu sekali dua
kali di awal sebelum pelajaran diisi untuk arahan maupun bimbingan. Apabila murid melakukan
kesalahan maka diberi arahan kemudian dilihat bagaimana perkembangannya apakah sudah
berubah atau belum, jika masih saja belum sadar dengan kesalahan yang diperbuat maka wali kelas
bekerja sama dengan guru bimbingan dan konseling untuk menangani murid itu. Tetapi apabila
masih saja tidak bisa maka orang tua dipanggil dan mendapat teguran. Wali kelas selalu melakukan
koordinasi dengan guru BK sehingga baik guru BK maupun wali kelas dapat mengetahui
bagaimana sikap muridnya melalui pandangan orang yang berbeda. Kesalahan murid yang sering
dilakukan adalah membolos, dulu saat pemilihan jurusan tidak sesuai dengan keinginannya, dan
beberapa siswa tidak menyukai mata pelajaran kemudian melakukan manipulasi surat izin.
Dan apabila sampai ada yang mencuri dan menggunakan narkotika, maka siswa
dikembalikan kepada orang tua.
Interview yang ketiga yaitu dengan Bu aida guru Bahasa Jawa, wali kelas dari XII TKR1
usia yaitu 38 tahun. Bapak Rian. wali kelas XII TAV mengajar Bahasa Jawa dan Bapak Arif wali
kelas X TKR2 guru bidang studi Mesin. Dalam interview ini dilakukan secara bersamaan dengan
menjawab secara bergantian. Jawaban dari ke tiga informan tak jauh berbeda dengan yang
disampaikan oleh Bu Caturwulan bahwa BK di SMK Bani Muslim Pati sudah berjalan dengan
baik. Namun Pak Arif dan Pak Rian mengatakan bahwa masih ada pemahaman yang berbeda
mengenai peran guru BK di sekolah. Siswa masih ada yang menganggap bahwa yang memasuki
ruang BK adalah hanya yang bermasalah saja, namun untuk mengatasi kesalahpahaman tersebut
setiap wali kelas memberi arahan seminggu sekali mengambil satu jam pelajaran saat wali kelas
mengajar. Wali kelas juga selalu koordinasi dengan guru BK maupun guru bidang studi lainnya
agar mengetahui mana siswa yang harus diperhatikan khusus, terlebih yang sering melakukan
kesalahan. Dan kesalahan yang dilakukan siswa relatif sama yaitu sering membolos jam pelajaran
dan terlambat. Namun ada juga yang sampai melanggar peraturan kelas berat, yaitu memanjat
gerbang siswa yang memanjat gerbang terancam dikembalikan ke orang tua karena hal tersebut
merupakan perbuatan yang tidak mencerminkan seorang pelajar. Oleh karena itu wali kelas
melakukan pendekatan dengan siswa melalui obrolan santai yang melambung namun tepat pada
sasaran. Wali kelas juga ada yang memantau siswanya melalui jejaring sosial, salah satunya adalah
facebook. Ketika wali kelas memberi arahan kepada siswa ada juga yang promosi akun
facebooknya, kemudian siswa ada yang menganggap wali kelas tersebut modern dan bisa
diajak sharing karena dapat mengikuti perkembangan dunia siswa. Padahal akun tersebut
dipromosikan agar di luar sekolah wali kelas tersebut dapat memantau siswanya dari kejauhan.
Interview yang keempat yaitu dengan Bu Anita guru bidang studi matematika. Interview
ini dilakukan cukup singkat karena Bu Anita sedang sibuk mau memberi les tambahan kepada
siswanya. Bu Anita memaparkan bahwa program BK di SMK Bani Muslim Pati sudah berjalan
dengan baik. Beliau juga membantu dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling
kepada siswa, jadi yang memberikan bimbingan kepada siswa tidak hanya wali kelas dan guru BK
melainkan guru bidang studi. Namun juga tidak semua guru bidang studi mau memberikan
bimbingan kepada muridnya karena mengandalkan dari guru BK dan wali kelas.
Interview kelima yaitu dengan wakil kepala sekolah. Dalam interview wakil kepala sekolah
memaparkan tugas dari wakil kepala sekolah dalam program BK, yaitu :
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personil
sekolah.
b. Melaksanakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan sekolah terutama dalam
pelaksanaan BK.
c. Melaksanakan konseling terhadap minimal 75 siswa. Bagi wakil kepala sekolah yang
memiliki latar belakang pendidikan BK.
Tugas dari wakil kepala sekolah tersebut sudah berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya
waktu proses konseling terhadap siswa kurang efisien karena keterbatasan waktu. Menjadi seorang
wakil kepala sekolah itu sibuk, namun masih menyempatkan waktunya untuk memperhatikan
siswanya.
Kemudian interview yang terakhir dilakukan dengan Kepala Tata Usaha yang bernama nur
kholis. Dalam interview beliau mengatakan bahwa staf tata usaha membantu guru pembimbing
dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling semisal
guru pembimbing memerlukan data-data siswa.
Kemudian data yang diperoleh dari siswa yaitu dengan hasil angket yang telah diisi. Dari
hasil angket yang disebarkan kepada Sembilan siswa menunjukkan bahwa memang program
bimbingan dan konseling di SMK Bani Muslim Pati sudah berjalan baik. Siswa menilai bahwa BK
di sekolahnya sasaran tepat untuk melakukan bimbingan baik urusan pribadi maupun masalah
sekolahnya. Siswa senang dengan pelayanan BK di sekolahnya karena guru BK di sana ramah dan
tidak hanya guru tua yang menjadi guru BK, melainkan ada juga yang masih muda. Dengan
bimbingan dan konseling siswa dapat mengembangkan potensi diri menuju arah masa depan,
melalui bimbingan siswa jadi memahami bagaimana cara untuk menyikapi kehidupan ini dengan
bijak, siswa jadi paham mengenai dirinya sendiri maupun orang lain jadi tidak semena-mena
menilai orang dengan sudut pandangnya sendiri melainkan dipikirkan dulu baru beranggapan dan
bertindak. Bimbingan dan konseling dapat membantu mengentaskan permasalahan dengan cara
siswanya sendiri. Dari angket tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang beranggapan
bahwa BK adalah polisi sekolah dan yang memasuki ruang BK hanya orang-orang yang
bermasalah saja.
2. Angket
Temuan data angket ada di bagian lampiran.

3. Pengamatan

No. Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan


A. Siswa
1. Keterlambatan Siswa datang sesuai waktu yang ditentukan, walaupun
masih ada yang terlambat akibat faktor eksternal.
2. Kehadiran Kehadiran siswa cukup baik, sangat jarang yang
membolos, jika ada siswa yang sakit atau tidak bisa
hadir mereka menyertakan sirat ijin, atau pihak orang
tua atau wali murid memberi informasi jika siswa
yang bersangkutan tidak bisa hadir.
3. Berpakaian Pakaian siswa tergolong rapi, jika ada salah satu
pakaian siswa yang tidak rapi maka akan ditindak
lanjuti bagian kesiswaan.
4. Tata Tertib Mayoritas siswa menaati tata tertib yang berlaku di
sekolah, walaupun masih ada satu atau dua yang
melanggarnya seperti membawa ponsel genggam dan
ada yang memakainya saat KBM.
B. Proses Pembelajaran dari Guru
1. Membuka Pelajaran Pembukaan dengan salam, mengabsensi kehadiran
siswa, menanyakan tentang persiapan bahan
pelajaran, dan memberitahukan SK dan KD serta
mengaitkan dengan materi sebelumnya dengan materi
yang akan dibahas.
2. Penyesuaian Materi Penyajian materi cukup jelas.
3. Metode Pembelajaran Ceramah, tanya jawab, latihan soal.
4. Penggunaan Bahasa Bahasa Indonesia.
5. Penggunaan Waktu Sesuai dengan alokasi waktu yang digunakan.
6. Gerak Guru berdiri di depan tengah, kadang saja pindah
bergerak pindah ketika siswa terlihat tidak
memperhatikan.
7. Cara Memotivasi Siswa Guru memberikan umpan untuk meningkatkan
konsentrasi siswa dan memancing dengan pertanyaan
yang ringan/
8. Teknik Bertanya Guru bertanya untuk meningkatkan materi,
menegaskan konsep, mengecek pemahaman siswa,
tetapi menimbulkan jawaban serempak.
9. Teknik Penguasaan Kelas Guru terkadang mengendalikan kondisi kelas dengan
memperingatkan siswa yang ramai.
10. Penguasaan Media Buku teks dan formulir pendukung, papan tulis dan
spidol.
11. Bentuk dan Cara Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan memberikan latihan
bersamaan KBM.
12. Menutup Pelajaran Guru belum menyimpulkan karena materi adalah
pembahasan penugasan. Guru menyampaikan
penugasan untuk pertemuan selanjutnya, menutup
dengan salam penutup.
C. Wali Kelas
1. Berperan a. Membantu BK melaksanakan tugas-tugasnya.
b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakan
peranannya dalam pelayanan BK.
c. Membantu memberikan kesempatan dan
kemudahan bagi siswa untuk mengikuti atau
menjalani layanan dan atau kegiatan BK.
d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus
BK, seperti konferensi khusus.
e. Mengalihkan siswa yang memerlukan layanan
BK kepada konselor/pembimbing.
D. Guru Mata Pelajaran
1. Peran a. Membantu mengenalkan pelayanan BK yang
benar kepada siswa.
b. Membantu BK mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan pelayanan BK.
c. Mengalih tanganan siswa yang memerlukan
pelayanan BK
d. Membantu mengembangkan suasana kelas,
hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-
siswa yang menunjang pelaksanaan BK.
e. Memberikan kemudahan dan kesempatan
kepada siswa yang memerlukan layanan dari
BK.
f. Membantu pengumpulan informasi yang
diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
BK serta upaya tindakan lanjutan.
BAB III
KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan adalah Konsep dari kata bimbingan yang berasal dari kata “guidance”.
Guidance memiliki pengertian yang sangat luas, sehingga kata guidance di dalam bimbingan
pendidikan selalu didefinisikan berdasarkan terhadap sudut pandang dari para ahli serta dengan
penerapannya.
Dalam setiap bidang ilmu pengetahuan masing-masing memiliki pakar atau ahli yang
kerap kali memberikan pandangan dan pendapat yang berbeda beda dalam memberikan definisi
atau pengertian dari materi-materi dalam bidang keilmuan tersebut. Begitu juga dalam
memberikan definisi bimbingan dan konseling, ada banyak ahli yang memberikan definisi yang
berbeda beda untuk keilmuan tersebut. Inilah definisi tentang bimbingan dan konseling menurut
para ahli.
Bimbingan dan Konseling (BK) terdiri dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Agar
lebih mudah dalam memberikan kesimpulan definisi bimbingan dan konseling kita ikuti terlebih
dahulu pendapat para pakar satu persatu.
Frank Parson (1951) mengartikan bimbingan yaitu berupa bantuan yang diberikan kepada
individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat
kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.
Chiskolm berpendapat bahwa bimbingan ialah membantu individu untuk lebih mengenal
informasi tentang dirinya sendiri.
Bernard & Fullmer (1969) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.
Mathewson (1969) mengartikan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang
menekankan proses belajar yang sistematik.
Prayitno dan Erman Amti (2004) mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan proses
pemberian bantuan oleh orang yang ahli kepada beberapa orang atau individu, baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa.
Winkel (2005) memberikan definisi bimbingan ialah usaha melengkapi individu dengan
pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.
I. Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan
sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis kepada individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang bimbingan sepertinya para ahli kebanyakan
sepakat bahwa secara umum bimbingan mempunyai arti bantuan, namun jika kita mau
menyimpulkan pendapat para ahli tersebut dengan pengertian yang lebih luas, maka kurang lebih
kesimpulannya adalah bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk
memahami dan mengatasi permasalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut,
dengan cara terus menerus dan sistematis. Setelah kita menyimpulkan definisi bimbingan dari
beberapa ahli, sekarang yaitu tentang pengertian dari konseling.
Menurut Prayitno dan Erman Amti(2004) konseling merupakan proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang
sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh individu
tersebut.
Winkel (2005) berpendapat bahwa konseling merupakan rangkaian kegiatan paling
pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian konseling
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara khusus oleh konselor dengan cara tatap
muka dengan konseli guna mengatasi masalah yang dihadapi konseli. Setelah menguraikan
beberapa definisi tentang bimbingan dan konseling, maka dapat disimpulkan definisi Bimbingan
dan Konseling (BK) yaitu rangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
kepada konseli dengan cara tatap muka, baik secara individu atau kelompok dengan memberikan
pengetahuan tambahan untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh konseli, dengan cara
terus menerus dan sistematis.

B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling

1. Latar Belakang Psikologis

Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai peserta didik, merupakan pribadi yang unik
dengan segala karakteristiknya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hal tersebut, merupakan beberapa aspek psikologis
dalam pendidikan yang bersumber dari siswa sebagai subjek didik, dan dapat menimbulkan
berbagai masalah. Beberapa masalah psikologis yang merupakan latar belakang perlunya
bimbingan dan konseling di sekolah, antara lain :

a. Masalah Perkembangan Individu


b. Masalah Perbedaan Individu
c. Masalah Kebutuhan Individu
d. Masalah Penyesuaian Diri
e. Masalah Belajar

2. Latar Belakang Sosial Budaya

Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang diberikan di sekolah,
namun sesungguhnya kegiatan itu saja belum cukup memadai dalam membantu siswa mengatasi
berbagai permasalahan yang dialaminya dan menyiapkan siswa terjun dimasyarakat dengan
berhasil. Oleh karena itu, diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang
secara khusus diberi tugas dan tanggung jawab untuk memberi bantuan kepada siswa dalam
memecahkan berbagai masalah.

3. Latar Belakang Paedagogis

a. Perkembangan Pendidikan
Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai
komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar pembelajaran, alat bantu belajar,
sumber-sumber, dan sebagainya. Para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap
perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses dan memerlukan bantuan yang
sistematis melalui pelayanan bimbingan dan konseling.

b. Peranan Guru
Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama adalah mendidik dan
membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Maka dari itu seorang guru harus memahami
segala aspek pribadi anak didik baik dari segi jasmani maupun rohani. Seorang guru juga harus
mempunyai informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan perannya, pekerjaan,
kebutuhan dan motivasinya, kesehatan mentalnya, dan tingkat kecakapan yang harus dimilikinya.
C. Fungsi Bimbingan dan Konseling

1. Fungsi Pemahaman
Fungsi bimbingan dan konseling yaitu membantu konseli agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya sendiri (potensi yang dimilikinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan
norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif. Pemahaman yang sangat perlu yaitu pemahaman tentang dirinya klien sendiri beserta
permasalahannya, termasuk juga pemahaman tentang lingkungan diri klien.
a. Pemahaman tentang diri klien

Sebelum seorang konselor memberikan layanan, mereka perlu terlebih dahulu memahami
tentang klien yang akan dibantunya agar nantinya konselor dapat mengarahkan bimbingannya.
Bagi konselor, upaya memahami klien ialah tugas awal dari setiap penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling.

b. Pemahaman tentang masalah klien

Pemahaman terhadap klien membantu konselor dalam penanganan masalah, oleh karena
itu pemahaman ini wajib dilaksanakan. Pihak-pihak yang perlu memahami masalah klien adalah
klien itu sendiri, orang tua, guru, serta konselor.

c. Pemahaman tentang lingkungan yang luas

Untuk dapat memahami individu secara mendalam, maka pemahaman individu tidak hanya
mencakup pemahaman terhadap lingkungan dalam arti sempit tetapi pemahaman terhadap
lingkungan yang lebih luas. Pemahaman tersebut akan sangat membantu konselor dalam proses
pemberian pelayanan bantuan.

2. Fungsi Pencegahan (Preventif)


Fungsi pencegahan dalam pelaksanaannya bagi konselor merupakan bagian dari tugas
kewajibannya yang amat penting. Dalam dunia kesehatan mental “pencegahan” didefinisikan
sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana, lingkungan yang dapat
menimbulkan kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi (Horner & McElhaney,
1993). Layanan bimbingan bisa berfungsi pencegahan, yang artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah. Bentuk kegiatannya bisa berupa orientasi, bimbingan karier,
inventarisasi data. Bentuk orientasi yang biasa dilakukan adalah untuk memberikan pencegahan
terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.
Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai
masalah yang mungkin terjadi pada diri konseli dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak
dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang
cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik
yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa
masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya
tingkah laku yang tidak diharapkan, antara lain : bahayanya minuman keras, merokok,
penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
Adapun cara yang dilakukan atau upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor,
antara lain :
a. Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif
terhadap individu yang bersangkutan.
b. Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien.
c. Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi
perkembangan dan kehidupannya.
d. Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan risiko yang

besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.


e. Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengentasan
Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau fungsi
terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Tidak dipakainya istilah tersebut karena
istilah itu berorientasi bahwa peserta didik adalah orang yang “sakit” serta untuk mengganti istilah
“fungsi perbaikan” yang berkonotasi bahwa peserta didik yang dibimbing adalah orang “tidak baik
atau rusak”. Melalui fungsi pelayanan ini akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Walaupun fungsi pemahaman dan
pencegahan telah dilakukan, namun mungkin saja klien atau konseli masih memiliki atau
menghadapi masalah tertentu. Individu yang memiliki masalah akan merasa tidak nyaman pada
dirinya. Konseli yang bermasalah akan mendatangi konselor dengan tujuan untuk dientaskannya
masalah yang mengganggunya. Di sinilah fungsi pengentasan masalah berperan yaitu pelayanan
bimbingan dan konseling akan menghasilkan teratasinya masalah yang dialami klien.
4. . Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara
sinergi dan berkolaborasi atau bekerja sama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi,
tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

D. Tujuan Bimbingan dan Konseling


1) Tujuan Umum
Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada perkembangan konsepsi
bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu memperkembangkan
diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai
latar belakang yang ada, serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Pencapaian tujuan
umum bimbingan dan konseling tersebut dalam rangka pengembangan perwujudan keempat
dimensi kemanusiaan individu. Dimensi-dimensi tersebut dapat dirumuskan sebagai dimensi
individual (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan
dimensi keberagaman (religiusitas). Pengembangan dimensi keindividualan memungkinkan
seseorang memperkembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah
kepada aspek-aspek kehidupan yang positif. Perkembangan dimensi ini membawa seseorang
menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri, dengan aku yang
teguh, positif, produktif, dan dinamis. Perkembangan dimensi kesosialan
memungkinkan seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerja sama dan hidup
bersama orang lain. Dimensi kesusilaan memberikan warna moral terhadap perkembangan
dimensi pertama dan kedua. Dimensi kesusilaan dapat menjadi pemersatu sehingga keindividualan
dan kesosialan dapat bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna. Dalam dimensi keagamaan
ini, manusia senantiasa menghubungkan diri dengan tuhan Yang Maha Esa.

2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang
dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai
dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah yang dihadapi individu berbeda-beda dan
bersifat unik, maka tujuan khususnya bersifat unik pula, artinya tujuan bimbingan dan konseling
untuk individu yang satu dengan individu yang lain tidak boleh disamakan. Jika dirinci
berdasarkan masalah yang dihadapi klien, tujuan konseling antara lain :
a) Perubahan Perilaku
Membenarkan perilaku klien yang salah menjadi benar merupakan tugas seorang konselor.
Konseling diselenggarakan untuk membantu klien mengenali perilakunya yang salah. Jika seorang
klien tidak menyadari adanya perilaku yang salah pada dirinya maka klien tersebut akan kesulitan
dalam melakukan perubahan-perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Untuk itu seorang klien
harus mengetahui terlebih dahulu, apakah dirinya sudah benar dalam menjalani hidupnya atau
belum. Karena jika klien belum memahami kekurangan dalam dirinya itu juga akan mempersulit
konselor dalam membantunya. Setelah klien menyadari kekurangan dalam dirinya kemudian bisa
konsultasi dengan konselor, di beri pengarahan dan akhirnya masalah terselesaikan.
b) Belajar membuat keputusan
Corey (1988) menegaskan bahwa tujuan konseling tidak sekedar untuk memperoleh kepuasan
klien. Konseling dapat saja justru meningkatkan tidak puas sementara waktu, tetapi dapat
menghasilkan kepuasan jangka panjang. Keputusan yang dipelajari klien melalui hubungan
konseling diharapkan dapat membantu mengatasi masalahnya sekalipun tampak menyulitkan
dirinya. Di sini konselor memberikan dorongan kepada klien untuk berani membuat keputusan
yang dibutuhkan dengan risiko yang sudah dipertimbangkan sebagai konsekuensi alamiah.

c) Mencegah munculnya masalah


Ada tiga pengertian tentang hal tersebut, yaitu:

- Mencegah jangan sampai mengalami masalah di kemudian hari


- Mencegah jangan sampai masalah yang dialami bertambah berat atau berkepanjangan
- Mencegah jangan sampai masalah yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap
(Notosoedirdjo dan Latipun, 1999).

d) Kesehatan Mental yang Positif


Ada yang menyatakan bahwa pemeliharaan dan pencapaian kesehatan mental yang positif sebagai
tujuan konseling. Jika hal itu tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan
identifikasi positif dengan yang lainnya. Ia belajar menerima tanggung jawab, berdiri sendiri dan
memperoleh integrasi perilaku. Lebih dari 20 tahun yang lalu Thorne (Shertzer & Stone, 1980)
mengatakan bahwa tujuan utama konseling adalah menjaga kesehatan mental dengan mencegah
atau membawa ketidakmampuan menyesuaikan diri atau gangguan mental. [endapat yang lebih
baru dari Patterson (Shertzer & Stone, 1980) menyatakan bahwa karena tujuan konseling adalah
pemeliharaan, pemulihan kesehatan mental yang baik, atau harga diri, maka situasi-situasi
konseling haruslah ditandai dengan tidak adanya ancaman.

e) Keefektifan Personal
Erat hubungannya dengan pemeliharaan kesehatan mental yang baik dan perubahan tingkah laku
adalah tujuan meningkatkan keefektifan personal. Blocher (Shertzer & Stone, 1980) memberikan
batasan pribadi yang efektif sebagai berikut:

pribadi yang efektif adalah yang sanggup memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya dan
bersedia memikul risiko-risiko ekonomis, psikologis dan fisik. Ia tampak memiliki kompetensi
untuk mengenal, mendefinisikan dan memecahkan masalah-masalah. Ia tampak agak konsisten
terhadap dan dalam situasi peranannya yang khas. Ia tampak sanggup berpikir secara berbeda dan
asli, yaitu dengan cara-cara yang kreatif. Akhirnya, ia sanggup mengontrol dorongan-dorongan
dan memberikan respons-respons yang layak terhadap stres, perumusan, dan ambiguitas.
Konseling diselenggarakan tidak hanya mencegah agar tidak mengalami hambatan di kemudian
hari, tetapi juga mencegah agar masalah yang dihadapi itu secepatnya terselesaikan, dan jangan
menimbulkan gangguan.
E. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling
Dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling disekolah hendaknya mengacu
pada asas-asas bimbingan dan konseling , karena pekerjaan bimbingan dan konseling merupakan
pekerjaan yang profesional. Asas bimbingan dan konseling yaitu ketentuan-ketentuan yang harus
diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara
dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang
diharapkan dan sebaliknya. Asas-asas bimbingan dan konseling antara lain: asas kerahasiaan, asas
kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan,
asas terpadu, asas kenormatifan, asas keahlian, asas ahli tangan, dan asas Tut Wuri Handayani
(Prayitno, 1987).

Macam-macam Asas Bimbingan dan Konseling

1. Asas Kerahasiaan

Merupakan asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga rahasianya benar-benar
terjamin.

2. Asas Kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si
pembimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan dari konseli (konseli) mengikuti/menjalani
pelayanan/kegiatan yang diperlukannya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina
dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

3. Asas Keterbukaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi
sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari
luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan konseli (konseli).Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran
pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.

4. Asas Kekinian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan
dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya
dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang. Intinya masalah konseli yang ditangani
konselor melalui kegiatan bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang saat ini sedang
dirasakan, bukan masalah yang pernah dialami pada masa lampau, dan kemungkinan masalah yang
akan dialami pada masa yang akan datang.

5. Asas Kemandirian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuju pada tujuan umum bimbingan dan konseling,
yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru
pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.

Salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan konseling ialah kemandirian. Ciri-ciri kemandirian
pada siswa yang telah dibimbing antara lain:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b. Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh untuk diri sendiri
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya.
6. Asas Kegiatan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi
sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan
bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap
pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang untuk baginya.

7. Asas Kedinamisan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu
ke waktu. Asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan
menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya.

8. Asas Keterpaduan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak
yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

9. Asas Kenormatifan

Harmonis yaitu menghendaki agar segenap layanan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan
pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu
nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang
berlaku. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Demikian pula prosedur, teknik dan peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari
norma-norma yang berlaku (Tohirin, 2009 :93). Dilihat dari permasalahan klien, barangkali pada
awalnya ada materi bimbingan dan konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya
klien mengalami masalah melanggar norma-norma tertentu), namun justru dengan pelayanan
bimbingan dan konseling tingkah yang melanggar norma itu diarahkan kepada yang lebih
bersesuaian dengan norma (Prasetyo, 2009 : 119).

10. Asas Keahlian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam
bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode
etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan konseli (konseli) mengalih tangan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain
; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalih tangan kasus kepada guru mata
pelajaran/praktik dan lain-lain. Asas ini mengisyaratkan bahwa bila konselor sudah mengerahkan
segenap kemampuan yang dimiliki untuk membantu konseli tapi konseli belum dapa terbantu
sebagaimana yang diharapkan karena masalah yang dialami konseli berada di luar kemampuan
dan kewenangannya, maka konselor dapat mengalih tangan konseli tersebut kepada petugas atau
badan lain yang lebih ahli untuk menangani maslah konseli atas persetujuan konseli yang akan
dialih tangan. Penanganan suatu masalah akan lebih optimal hasilnya, bila ditangan oleh petugas
yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan masalah konseli dan konseling hanya menangani
konseli yang pada dasarnya normal ( tidak sakit jasmani dan rohani) dan bekerja dengan kasus-
kasus yang terbebas dari masalah-masalah kriminal ataupun perdata.

12. Asas Tut Wuri Handayani

Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik
(klien) untuk maju. Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam
rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. Lebih-lebih dilingkungan
sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya.

F. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling

Ruang lingkup bimbingan dan konseling dapat dilihat dari berbagai segi yaitu dari segi
fungsi, sasaran, layanan, masalah.

1. Segi Fungsi
Dilihat dari segi fungsinya ruang lingkup bimbingan dan konseling di sekolah mencakup
bimbingan dan fungsi-fungsi yaitu pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan pengembangan.
Penekanan prioritas pada fungsi-fungsi tertentu pada umumnya didasarkan pada kemudahan-
kemudahan yang tersedia dan pada permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

2. Segi Sasaran
Dari segi sasarannya, bimbingan dan konseling di sekolah diperuntukkan bagi semua siswa dengan
tujuan agar siswa secara perseorangan mencapai perkembangan optimal melalaui kemampuan
pengungkapan-pengenalan-penerimaan diri dan lingkungan, pengambilan keputusan, pengarahan
diri, dan perwujudan diri. Dalam hal tertentu, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, akan
terdapat prioritas dalam sasaran bimbingan dan konseling tersebut.

3. Segi Layanan
Dilihat dari layanan yang diberikan, kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi
layanan-layanan:

a. Pengumpulan data, yaitu kegiatan dalam bentuk pengumpulan data pengolahan dan
penghimpunan berbagai informasi tentang siswa beserta latar belakangnya. Tujuan layanan ini
adalah untuk memperoleh pemahaman yang objektif terhadap siswa dalam membantu mereka
mencapai perkembangan optimal.
b. Pemberian informasi, yaitu layanan dalam memberikan sejumlah informasi kepada para siswa.
Tujuan layanan ini adalah agar para siswa memiliki informasi yang memadai baik informasi
tentang dirinya maupun informasi tentang lingkungan. Informasi yang diterima oleh siswa
merupakan bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.
c. Penempatan, yaitu layanan untuk membantu para siswa agar memperoleh wadah yang sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Tujuan layanan ini adalah agar semua siswa dapat mencapai
prestasi optimal sesuai dengan potensinya. Setiap siswa diharapkan memperoleh wadah yang
tepat untuk mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
d. Alih tangan, yaitu layanan untuk melimpahkan kepada pihak yang lebih mampu dan
berwenang apabila masalah yang ditangani itu di luar kemampuan dan kewenangan petugas
pemberi bantuan yang terdahulu. Misalnya mengirim siswa ke dokter untuk pemeriksaan
kesehatan, pengiriman ke psikolog, untuk pemeriksaan psikologis, dan sebagainya.
e. Penilaian dan tindak lanjut, yaitu layanan untuk menilai keberhasilan usaha bimbingan yang
telah diberikan. Sekaligus secara tidak langsung layanan ini dapat berfungsi untuk menilai
keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan.
4. Segi Masalah
Dilihat dari masalah yang dihadapi para siswa, bimbingan dan konseling di sekolah mencakup:

1. Bimbingan pendidikan, yaitu jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Yang tergolong masalah-masalah
pendidikan misalnya, pengenalan kurikulum pemilihan jurusan, cara belajar, perencanaan
pendidikan dan sebagainya.
2. Bimbingan karier, yaitu jenis bimbingan yang membantu siswa dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier seperti : pemahaman terhadap dunia
kerja, perencanaan karier, penyesuaian pekerjaan, pemilihan lapangan kerja, dan pemahaman
terhadap keadaan dirinya serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan karier. Bimbingan
sosial, pribadi, emosional, yaitu jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah sosial, pribadi, emosional seperti masalah pergaulan,
penyelesaian konflik, penyesuaian diri, dan sebagainya.

G. Tugas dan Tanggung Jawab Personil Sekolah dalam Program Bimbingan dan Konseling
Secara operasional, pelaksana utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah
para guru pembimbing atau konselor sekolah di bawah koordinasi seorang koordinator bimbingan
dan konseling. Namun, bimbingan dan konseling di sekolah yang oleh banyak pakar dikatakan
sebagai team work (Shetzer dan Stone, 1985) dalam penyelenggaraannya mau tidak mau akan
melibatkan personil sekolah lainnya agar lebih berperan sesuai batas-batas kewenangan dan
tanggung jawabnya. Personil yang dimaksud antara lain :
1. Kepala Sekolah

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas kepala sekolah adalah:

a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran,


pelatihan, dan bimbingan dan konseling di sekolah.
b. Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah.
c. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling di sekolah.
d. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
e. Menetapkan koordinator guru pembimbing yang tanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama guru pembimbing
(konselor).
f. Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling pada setiap
awal semester.
g. Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling sebagai bahan
usulan angka kredit bagi guru pembimbing (konselor).
h. Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling.
i. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap minimal 40siswa bagi kepala
sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.
2. Wakil Kepala Sekolah

Wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam hal :

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personil


sekolah.
b. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling.
c. Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi wakil kepala
sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.

3. Koordinator Guru Pembimbing (konselor)

Tugas koordinator guru pembimbing dapat dirinci sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan para guru pembimbing (konselor) dalam :


1.) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
2.) Menyusun program
3.) Melaksanakan program
4.) Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
5.) Menilai program
6.) Mengadakan tindak lanjut.
b. Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana dan
prasarana
c. Mempertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling kepada kepala
sekolah.

4. Guru Pembimbing (konselor)

Guru pembimbing atau konselor bertugas :

a. Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling


b. Merencanakan program bimbingan dan konseling
c. Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
d. Melaksanakan layanan pada berbagai bidang bimbingan terhadap sejumlah siswa yang
menjadi tanggung jawabnya
e. Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
f. Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling
g. Menganalisis hasil evaluasi
h. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis evaluasi
i. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
j. Penanggung jawaban tugas dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing.

5. Guru Mata Pelajaran

Guru mata pelajaran bertugas :

a. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan konseling kepada para siswa.


b. Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasikan siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
c. Mengalih tangan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing.
d. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program perbaikan dan program
pengayaan).
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dan
konseling dari guru pembimbing.
f. Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan
bimbingan; membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
layanan bimbingan.
g. Ikut serta dalam program layanan bimbingan..
h. Berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi kasus.
i. Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam pengembangan
potensi.

6. Wali Kelas

Sebagai mitra kerja guru pembimbing (konselor), wali kelas mempunyai tugas :

a. Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya.


b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya.
c. Memberikan informasi tentang siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk
memperoleh layanan bimbingan.
d. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu diperhatikan
khusus
e. Ikut serta dalam konferensi kasus.

7. Staf Tata Usaha/ Administrasi

Staf tata usaha atau administrasi adalah personil yang bertugas :

a. Membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh


kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
b. Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
c. Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling.
d. Membantu melengkapi dokumen tentang siswa seperti catatan kumulatif siswa.

H. Peran Guru dalam Pelaksanaan BK

Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di sekolah, guru


memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor., misalnya
guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin
tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin akan
langsung berhadapan dengan permasalahan siswa. Oleh karena itu tidak salah jika dalam
pelayanan bimbingan dan konseling guru ditempatkan sebagai mitra kerja utama, di samping wali
kelas. Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru ketika ia
diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.

a. Guru sebagai informator

Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan yang dapat berperan sebagai informator, terutama
berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan
layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat
menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan
manfaatnya bagi siswa.

b. Guru sebagai Fasilisator

Guru dapat berperan sebagai fasilisator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik
itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan guru pembimbing, guru lebih memahami
tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka,
pada saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat meracang program perbaikan (remedial
teaching) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan menyesuaikan dengan
gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai guru dapat memprogramkan tindak lanjut
berupa kegiatan pengayaan (enrichment).

c. Guru sebagai Mediator

Dalam kedudukannya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa, guru dapat
berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing. Hal itu tampak misalnya pada
saat seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.

d. Guru sebagai Motivator

Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat siswa seharusnya mengikuti pelajaran
di kelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan,
layanan konseling perorangan akan sulit terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan
pada sekolah-sekolah kita.

f. Guru sebagai Kolaborator


Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di sekolah, guru dapat
berperan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis
layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung
seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya yang relevan.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Fungsi Bimbingan di Sekolah


Bimbingan dan konseling disekolah berfungsi sebagai upaya untuk membantu kepala
sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah.
Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan dan konseling dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli (klien) agar
memiliki pemahaman terhadap potensi dirinya dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma
agama). Konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
2. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya
tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan
kelompok.
3. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif .
konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif. Konselor dan guru
atau staf sekolah bekerja sama membentuk tim kerja merencanakan dan melaksanakan program
bimbingan secara berkesinambungan membantu konseli mencapai tugas perkembangannya.
Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

4. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier. Teknik yang dapat digunakan
adalah konseling dan remedial teaching.
5. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karier atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi ini, konselor bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar
lembaga pendidikan.
6. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/
madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan konseli. Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam
memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/madrasah,
memilih metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli untuk
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga
dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, perasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor
melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berpikir
yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka pada
tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan
kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan
seimbang dalam seluruh aspek dalam diri konseli.
9. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini
memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan
produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik,
kreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli. Adapun fungsi khusus bimbingan dan
konseling, yakni khususnya di sekolah, menurut H.M. Umar, dkk., (21-22) adalah sebagai berikut
:
1. Menolong anak dalam kesulitan belajarnya;
Sekolah-sekolah kita pada umumnya masih kurang memperhatikan individual anak-anak.
Banyaknya jumlah mata pelajaran dan luasnya bahan pelajaran, menyebabkan guru pada
umumnya hanya memompakan bahan pelajaran itu kepada otak anak-anak. fungsi pokok dari
bimbingan dan konseling adalah menolong individu-individu yang mencari dan membutuhkan
bantuan. Jenis bantuan yang dibutuhkan oleh individu berbeda-beda meskipun ada
kemungkinan kesukaran yang dihadapi sama.
2. Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-anak.
Melaksanakan bimbingan dengan sebaik-baiknya diperlukan pengetahuan yang lengkap
tentang individu yang bersangkutan, seperti bakat, kecerdasan, minat, latar belakang keluarga,
riwayat pendidikan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan bantuan yang akan diberikan.
3. Memberikan nasihat kepada anak yang akan berhenti sekolahnya.
4. Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya, dan sebagainya.

` B. Arah dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah


Arah bimbingan dan konseling di sekolah adalah memungkinkan siswa mengenal dan
menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis
serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan
produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya dimasa depan.
Adapun tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah agar tercapai perkembangan
yang optimal pada individu yang dibimbing, dengan perkataan lain agar individu (siswa) dapat
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu
dapat berkembang sesuai lingkungannya.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan H.M. Umar, dan
kawan-kawan (1998:21-21) sebagai berikut:
Tujuan bimbingan bagi siswa:
1. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan,
minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada
2. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai
kemajuan pengajaran yang berarti
3. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan
4. Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara
maksimum terhadap masyarakat
5. Membantu siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik,
mental dan sosial.
Tujuan bimbingan bagi guru adalah sebagai berikut:
1. Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa
2. Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan tuntutan umum sekolah
dan masyarakat
3. Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program
pendidikan
4. Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan
seluruh siswa
Adapun tujuan bimbingan bagi sekolah:
1. Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam
2. Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya
3. Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan personil lainnya, yang
berhubungan dengan kegiatan bimbingan
4. Mengadakan penelitian lanjutan terhadap siswa-siswa yang telah meninggalkan sekolah.
Tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam secara rinci dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental,
jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (mutmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan
mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat
memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun
lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan
berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala
perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.
C. Syarat Program Bimbingan di Sekolah
Syarat Program Bimbingan adalah :
1. Program bimbingan itu hendaknya dikembangkan secara berangsur-angsur atau tahap dengan
melibatkan semua staf sekolah dalam perencanaannya.
2. Program bimbingan itu harus memiliki tujuan yang ideal dan realistis dalam perencanaannya.
3. Program bimbingan itu harus mencerminkan komunikasi yang berkelanjutan antara semua
anggota staf sekolah yang bersangkutan.
4. Program bimbingan itu harus menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan.
5. Program bimbingan itu harus disusun sesuai program pendidikan dan pengajaran di sekolah
yang bersangkutan.
6. Program bimbingan harus memberikan pelayanan kepada semua murid.
7. Program bimbingan harus menujukan peranan yang penting dalam menghubungkan sekolah
dengan masyarakat.
8. Program bimbingan harus memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap
diri sendiri.
9. Program bimbingan harus menjamin keseimbangan pelayanan bimbingan dalam hal:
a. Pelayanan kelompok dan individual
b. Pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan
c. Studi individual dan penyuluhan individual
d. Penggunaan alat pengukur atau teknik alat pengumpul data yang obyektif dan subyektif
e. Pemberian jenis-jenis bimbingan
f. Pemberian penyuluhan secara umum dan penyuluhan khusus
g. Pemberian bimbingan tentang berbagai program sekolah
h. Penggunaan sumber-sumber di dalam sekolah dan di luar sekolah yang bersangkutan
i. Kebutuhan individual dan kebutuhan masyarakat.
j. Kesempatan untuk berpikir, merasakan dan berbuat.
D. Syarat Bagi Seorang Pembimbing Di Sekolah
Syarat-syarat yang dituntut bagi seorang pembimbing di sekolah menurut Arifin dan Eti
Kartikawati (1994/1995) menyatakan bahwa petugas bimbingan dan konseling di sekolah
(termasuk madrasah) dipilih atas dasar beberapa kualifikasi yaitu :

1. Syarat yang Berkenaan dengan Kepribadian

Seorang guru pembimbing atau konselor harus memiliki kepribadian yang baik. Pelayanan
bimbingan dan konseling berkaitan dengan pembentukan perilaku dan kepribadian klien akan
efektif apabila dilakukan oleh seorang pembimbing yang memiliki kepribadian yang baik pula.
2. Syarat yang Berkenaan dengan Pendidikan
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan
profesional menuntut persyaratan-persyaratan tertentu antara lain pendidikan. Seorang guru
pembimbing atau konselor selayaknya memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan bimbingan
konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurangnya pernah mengikuti pendidikan
dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.
3. Syarat yang berkenaan dengan Pengalaman
Pengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan konseling berkontribusi terhadap keluasan
wawasan pembimbing atau konselor yang bersangkutan. Syarat pengalaman bagi calon guru BK
setidaknya pernah diperoleh melalui praktik mikro konseling dan praktik Pengalaman Lapangan
(PPL) bimbingan dan konseling. Setidaknya calon guru BK di sekolah dan madrasah pernah
berpengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada para siswa.
4. Syarat yang berkenaan dengan kemampuan
Kepemilikan kemampuan atau kompetensi dan keterampilan oleh gurur pembimbing atau konselor
merupakan suatu keniscayaan. Tanpa kepemilikan kemampuan (kompetensi) dan keterampilan,
tidak mungkin guru pembimbing atau konselor dapat melaksanakan tugas dengan baik. Dalam
pendapat lain dijelaskan bahwa persyaratan supaya seorang pembimbing dapat menjalankan
pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu,
dalam bukunya Bimbingan dan Konseling (studi dan karier) Prof. Dr. Bimo Walgito Menjelaskan,
yaitu :

1. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik segi teori
maupun praktik. Segi teori merupakan hal yang penting karena segi inilah yang menjadi
landasan di dalam praktik. Praktik tanpa teori merupakan praktik yang salah. Segi praktik
adalah perlu dan penting, karena bimbingan dan konseling merupakan applied science, ilmu
yang harus diterapkan dalam praktik sehari-hari, sehingga seorang pembimbing akan
canggung apabila ia hanya menguasai teori saja tanpa memiliki kecakapan di dalam praktik.
2. Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat mengambil tindakan yang
bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yaitu adanya kemantapan
atau kestabilan di dalam psikisnya, terutama dalam segi emosi.
3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya, apabila jasmani dan psikis tidak
sehat, maka hal itu akan mengganggu di dalam menjalankan tugasnya.
4. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap
anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan menimbulkan kepercayaan pada anak.
Tanpa adanya kepercayaan dari anak maka tidaklah mungkin pembimbing dapat
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga dapat diharapkan usaha
bimbingan dan konseling berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna demi untuk
kemajuan sekolah.
6. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja, maka seorang
pembimbing harus supel, ramah, sopan santun di dalam segala perbuatannya, sehingga
pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan
anak-anak.
7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-
prinsip serta kode etik bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.

E. Prinsip-prinsip Program Bimbingan di Sekolah


Pelayanan BK secara resmi memang ada di sekolah tetapi keberadaannya belum optimal.
Dalam hal ini, Belkin (dalam Prayitno 1994) seperti terungkap dalam tulisan Wawan Junaidi (009),
menegaskan bahwa untuk menumbuh kembangkan pelayanan BK di sekolah, ada prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
1. Sasaran layanan :
a. melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status
sosial.
b. memerhatikan tahapan perkembangan.
c. memerhatikan adanya perbedaan individu dalam layanan.
2. Berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu :
a. menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian
pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar.
b. timbulnya masalah pada individu karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
3. Program pelayanan bimbingan dan konseling :
a. bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan
individu, sehingga program bimbingan konseling diselaraskan dengan program pendidikan
dan pengembangan diri peserta didik.
b. program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan.
c. program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap
perkembangan individu.
d. program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diberikan penilaian hasil layanan.
4. Berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan :
a. pelayanan diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri
membimbing diri sendiri.
b. pengambilan keputusan yang diambil oleh individu hendaknya atas kemauan diri sendiri.
c. permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan
permasalahan individu.
d. perlu ada kerja sama dengan personal sekolah dan orang tua dan bila perlu
dengan berwenang dalam permasalahan individu.
e. proses pelayanan bimbingan konseling melibatkan individu yang telah sil pengukuran dan
penilaian layanan.
Dengan demikian, prinsip bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu dan melayani
dengan sepenuhnya para peserta didik agar tidak tertinggal dari aspek belajar dari teman-teman
sekelasnya, dan juga agar bergaul sejajar dengan mereka dengan tidak dikecualikan sama sekali.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan Hasil Analisis dan Pembahasan

Secara umum, fungsi bimbingan dan konseling yaitu: Fungsi pemahaman, fungsi preventif,
fungsi pengembangan, fungsi penyembuhan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi
penyesuaian, fungsi perbaikan, fungsi fasilitasi, dan fungsi pemeliharaan. Secara khusus arah dan
tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ada tiga macam, yaitu: Tujuan bimbingan bagi siswa,
tujuan bimbingan bagi guru dan tujuan bimbingan bagi sekolah.

Syarat-syarat bagi seorang pembimbing di sekolah menurut Arifin dan Eti Kartikawati
(1994/1995) dipilih atas dasar kualifikasi : (1) Kepribadian, (2) Pendidikan, (3) Pengalaman, dan
(4) Kemampuan.
Prinsip program bimbingan di sekolah mencakup beberapa hal yaitu: sasaran layanan,
berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu, program pelayanan bimbingan dan
konseling, berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan. Langkah-langkah penyusunan
program BK harus sesuai dan berorientasi dengan kebutuhan sekolah secara umum. Sebelum
melaksanakan bimbingan kepada peserta didik, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan
sebelum melaksanakan bimbingan. Sistematika penyusunan dan pengembangan program BK
Sekolah yang komprehensif pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar, yaitu: 1. pemetaan
kebutuhan, masalah, dan konteks layanan; dan 2. desain program yang sesuai dengan kebutuhan,
masalah, dan konteks layanan.

Program bimbingan dan konseling di SMK Bani Muslim Pati sudah berjalan baik, namun masih
banyak siswa yang beranggapan bahwa BK adalah polisi sekolah sehingga siswa cenderung takut
apabila dipanggil ke ruang BK untuk bimbingan.

B. Rekomendasi Berdasarkan Simpulan

Dari simpulan di atas seharusnya dilakukan sosialisasi tentang peran bimbingan dan
konseling di sekolah agar siswa di SMK Bani Muslim Pati tidak salah persepsi mengenai fungsi
dan peran BK di sekolah sehingga siswa dapat melakukan bimbingan dengan sukarela. Dalam hal
ini wali kelas juga penting untuk melakukan bimbingan rutin kepada kelasnya masing-masing agar
siswanya tidak terlalu banyak melakukan kesalahan yang sama. Bimbingan dengan siswanya tidak
harus di kelas melainkan dapat dilakukan dengan cara makan bersama lalu dimulai obrolan santai,
dengan begitu siswa lebih terbuka dan mudah untuk mengutarakan perasaan yang sedang
dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru. 2012. Bimbingan & Konseling. Semarang : Pusat Pengembangan MKU
& MKDK LP3 UNNES.

Nurihsan, Ahmad J. 2010. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.

Gibson, Robert L., dan Marianne H. Mitchell. 2012. Bimbingan dan Konseling.
DAFTAR LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai