Anda di halaman 1dari 7

Studi Komparasi Interior Klentheng Hok An Kiong, Boen Bio dan

Klentheng Pak Kik Bio


Kathryn Immanuel
Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra
Jl.Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: kathrynimmanuel@yahoo.co.id

Abstrak— Budaya Tionghoa merupakan salah juga turut mengambil andil dalam menentukan
satu budaya yang telah berkembang jauh. susunan, bentuk, elemen ruang, serta pilihan warna
Kedatangan orang Tionghoa di Indonesia yang digunakan. Mengingat karakter masyarakat
mempunyai banyak sejarah. Dari sekitar banyak Tionghoa yang sangat kental dengan kepercayaan
budaya Tionghoa satu yang paling menarik religiusnya, hampir semua aspek arsitektural dapat
merupakan arsitektur Tionghoa. Arsitektur menggambarkan kebiasaan, karakter maupun
Tionghoa telah beradaptasi dengan kebudayaan kepercayaan mereka.
lokal di Indonesia. Arsitektur Tionghoa di
daerah Tiongkok memiliki konsep dan tatanan Karakter tiap jenis bangunan pun berbeda-beda,
yang pasti dalam arsitekturnya, baik rumah dimana hal tersebut dipertimbangkan dari fungsi,
tinggal, klenteng, maupun bangunan lainnya. makna, serta penghuni yang akan menempati
Namun dengan bercampurnya budaya Tionghoa bangunan tersebut. Karakter bangunan pada rumah
dengan budaya lokal Indonesia, konsep dan tinggal tentulah berbeda dengan karakter bangunan
tatanan dalam arsitektur berbeda dengan yang pada fasilitas publik seperti mall, maupun bangunan
di Tiongkok. Tujuan dari penelitian ini adalah yang ditujukan untuk kegiatan religius.
untuk meneliti apakah arsitektur klenteng di Untuk itulah penulis menggunakan klentheng
Surabaya sudah memadai kegiatan ibadah kaum sebagai objek penelitian dikarenakan oleh kental dan
KongHuCu. rincinya berbagai pertimbangan dan filosofi yang
Kata Kunci— Arsitektur, Interior, Klentheng, mendasari pembangunan bangunan tersebut
Tionghoa dibandingkan dengan rumah tinggal atau restoran.
Penulis juga melakukan analisa perbandingan antara
Abstract— Chinese culture is one of a developing tiga klentheng di Surabaya, khususnya area
culture. The arrival of Chinese people to Surabaya Utara untuk mengetahui unsur-unsur
Indonesia brings a lots of history. Among many arsitektur khas Tionghoa apa saja yang diterapkan
of the Chinese culture, one of the most interesting dan pengaruh jaman yang terjadi pada saat
one is Chinese architecture. Chinese architecture klentheng itu dibangun.
has adapted with Indonesia’s local culture.
Chinese culture at China have spatial
architecture concept of their own for their
houses, temple, and other building. But, since the II. METODE PENELITIAN
culture came to Indonesia the spatial architecture Metode penelitian yang digunakan adalah metode
concept have changed. The purpose of this kualitatif deskriptif dan perbandingan objek melalui
research is to found out whether the architecture tabel dan checklist. Metode ini dimaksudkan untuk
of the temple at Surabaya can provide the membuat deskrpsi mengenai akumulasi data yang
religious activities for the KongHuCu religion. telah dilakukan dilapangan, mencari informasi
Key word— Architecture, Interior, Temple, faktual secara detail, dan membuat komparasi dan
Chinese evaluasi. Metode kualitatif deskriptif ini
dilaksanakan dengan melakukan survey, studi kasus,
I. PENDAHULUAN studi komparatif, dan beberapa analisa. Terdapat dua
data lapangan dalam penelitian ini yaitu, data fisik
Dalam membangun sebuah bangunan di suatu yang berupa dokumentasi foto lapangan, dan juga
daerah, pastilah terdapat konsep arsitektural yang data non-fisik yaitu observasi langsung ke lapangan
memiliki pertimbangan dan makna yang berbeda dengan melakukan beberapa wawancara dengan
dengan konsep arsitektural pada daerah lain. Makna- orang yang mengetahui klenteng dengan detail.
makna inilah yang kemudian membuat sebuah Untuk mendukung analisa yang dilakukan, telah
bangunan memiliki keunikan tersendiri, yang dikumpulkan data-data berupa literatur dan jurnal
menjadi ciri khas sebuah daerah atau kebudayaan. sebagai acuan. Data-data kemudian diubah menjadi
Mulai dari tata letak bangunan hingga pada pilihan tabel komparasi untuk memudahkan analisa lebih
material dipertimbangkan sedemikian rupa agar lanjut dan perolehan kesimpulan yang akurat.
bangunan tetap kokoh dan dapat membawa dampak
positif bagi para penggunanya. Karakter kebudayaan
III. KAJIAN TEORI Merupakan unit organisasi ruang dengan
konsep dasar meliputi penggunaan Jian
A. Teori Bentuk Arsitektural atau bay room sebagai modulasi &
dikembangkan secara berulang menjadi
Shen (1988), Zhihong (1998) dan Congzhou (2008) massa bangunan. Berbentuk persegi empat
mengungkapkan bahwa semua bangunan tiongkok yg diberi pembatas dinding atau kolom.
mempunyai konsep dasar tatanan arsitektural yang Bangunan utama memiliki minimal 3 jian.
dipengaruhi pemikiran Konfusionisme Li ( sopan
santun ) diantaranya :
1. Poros Utara-Selatan
Poros utara – selatan ini dapat ditentukan dengan
menggunakan sumbu kosmologis utara-selatan,
dimana bangunan diharapkan menghadap
selatan sebagai arah hadap yg baik untuk
mendapat aliran udara positif (Chi ) yang datang
dari katulistiwa.
2. Dinding pelingkup
Secara umum, tatanan denah berorientasi
kedalam dan memiliki dinding pelingkup,
dimana unit keluarga merupakan unit penting
dari sebuah tatanan negara (Jika keluarga tidak
baik, maka negara tidak akan baik). Jendela
berorientasi ke arah dalam untuk melindungi
penghuni dari gangguan elemen luar rumah. - Axial Planning
(daerah dalam rumah merupakan teritorial yang Memiliki bentuk struktur simetri &
teratur, sedangkan daerah luar rumah merupakan orthogonal pada denah dan potongan.
daerah yang tidak teratur). Struktur utama terletak di sumbu
3. Gerbang Penanda longitudinal yang berperan sebagai sumbu
Gerbang ini berfungsi sebagai batas teritorial utama, sedangkan struktur sekunder
pemilik rumah. Tamu diharap mempersiapkan sebagai sayap di kedua sisi membentuk
diri dengan baik sebelum memasuki daerah ruang dan halaman.
tersebut.
4. Sumur langit / Tien Ching
Biasa disebut juga dengan sebutan Courtyard ini
bersifat privat dan berperan sebagai peluang
sirkulasi udara, penerangan dan tempat
berhubungan dengan Tuhan (fungsi horizontal
dan vertikal). Daerah Tiongkok utara memiliki
Tien Ching luas dan berjumlah lebih dari satu.
Sedangkan pada daerah Tiongkok selatan, Tien
Ching lebih sempit karena luas kavling yang
terbatas.
5. Hirarki Ruang
Tiap bangunan memiliki tatanan hirarkis.
Semakin ke belakang, tempat tersebut makin
privat/sakral/tua, dan sebaliknya. Altar leluhur
berperan sebagai titik sentral tempat kegiatan
keluarga dilaksanakan. Ruang tidur orang lebih
tua adalah yang paling dekat dengan altar
leluhur. Hal ini berakar dari ajaran
Konfusionisme yang menghormati orang yg
lebih tua.
6. Simetris Arsitektur Tionghoa menggunakan kombinasi
Konsep Yin-Yang diterapkan pada keseimbangan bentuk persegi panjang dengan variasi ukuran
tatanan ruang yang akan memberikan dan posisi sesuai kebutuhan yg mematuhi prinsip
kenyamanan dan ketentraman hidup bagi keseimbangan dan simetri.
penghuninya.
Lima macam bentuk atap bangunan bergaya Cina
Menurut G. Lin, organisasi ruang pada bangunan
(Widayati dalam Udaya Pratiwi) :
Tionghoa terbagi atas 2 karakter dominan :
- Jian
Pohon bambu dan cemara melambangkan umur
panjang, kekuatan, dan keuletan dalam menjalani
kehidupan. Sedangkan pohon pinus sering digunakan
untuk melambangkan kekuatan dan tekad.
Ornamen manusia yang digunakan dapat berupa
patung maupun ukiran di dinding yang menceritakan
kisah pendek. Pada pintu depan klentheng, biasa
terdapat Men Sin, atau sepasang perwira penjaga
pintu masuk bernama Cin Siok Poo dan Oei Tie
Kiong. Pat Sian atau delapan dewa dalam kisah Tang
Yu dianggap sebagai dewa pelindung berbagai jenis
profesi. Ornamen ini dipakai di meja altar pada
klentheng maupun lukisan di dinding. Kisah Sam Kok
yang menceritakan tentang peperangan antar tiga
negara, diambil dari episode pengangkatan sumpah
saudara antara Lauw Pie, Kwan Kong dan Thio Hwie
di Taman Persik. Kisah ini dijadikan ornamen pada
dinding. Selain itu, terdapat pula kisah See Yu yang
menjadi ornamen di ruang pemujaan untuk dewa.
Ornamen atau simbol religi yang sering digunakan
ialah simbol Yin-Yang. Yin-Yang mewakili prinsip
keseimbangan dan kekuatan alam, dimana Yin
melambangkan bulan, kegelapan, air dan prinsip
feminin. Sedangkan Yang melambangkan matahari,
B. Teori Ornamen Cina
terang, api dan prinsip maskulin. Selain itu, terdapat
Ornamen khas Cina terbagi atas lima kategori, yaitu pula simbol lain yang disebut Pakua atau trigrams
ornamen hewan, ornamen tumbuhan, ornamen yang terdiri atas tiga garis pada kedelapan sisinya.
manusia, ornamen religi, serta meander. Tiap garis mewakili tingkat kenyataan yang berbeda.
Garis terluar/atas melambangkan aspek fisik. Garis
Ornamen hewan biasanya berupa hewan-hewan tengah mengarah pada isi pokok atau tingkat berpikir.
mitologis maupun hewan nyata yang masing-masing Garis terdalam mengarah pada intisari Tao dan
menggambarkan sebuah makna khusus. Naga Cina simbol ukuran spiritual ( perwakilan tenaga Yin ( - -
atau Liong merupakan hewan mitologis Cina dengan - ) dan Yang ( ---- ).
kepala buaya, badan yang bersisik menyerupai ular,
serta lengan dan cakar burung. Kombinasi hewan- Meander merupakan ragam hias jaman perunggu dari
hewan ini memiliki makna bahwa naga dapat hidup Asia Tenggara ke Indonesia. Teknik membatik
di tiga alam, yaitu tanah, udara, dan air. Naga Cina digabungkan dengan ragam hias Bandji dalam seni
sendiri seringkali digunakan untuk melambangkan Tionghoa.
kebijaksanaan, kekuatan, keberuntungan, penolak
roh jahat dan menjaga keseimbangan Hong Shui.
Selain naga, hewan lain yang dianggap sebagai
pelindung ialah singa Qi Ling. Hewan-hewan dengan
makna lain juga sering digunakan sebagai ornamen di
dinding, seperti burung Hong, kura-kura, rusa,
kelelawar (melambangkan keberuntungan), bangau,
dan Qilin.
Ornamen tumbuhan biasa diletakkan pada dinding,
pintu, maupun tiang dan balok. Sama seperti ornamen
hewan, tiap-tiap tumbuhan memiliki arti yang
berbeda-beda. Bunga teratai sering digunakan untuk
melambangkan kesucian dan kesuburan. Bunga
seruni, botan dan plum melambangkan kekuatan dan
Gambar 1. Ornamen kotak di dinding klenteng kapasan
keteguhan hati dalam menghadapi kehidupan.
Biasanya ornamen ini digunakna untuk menghiasi
dinding dan partisi. Bunga peony melambangkan
C. Hubungan Kepercayaan dan Arsitektur
perhatian, kasih, kekayaan dan kehormatan.
Chrysanthemum digunakan untuk melambangkan Kepercayaan religius kebudayaan Tionghoa sering
sukacita dan penolakan hal yang tak diinginkan. diterapkan pada arsitektur dan interior bangunan,
sehingga menghasilkan sebuah mahakarya yang
indah dan memiliki makna yang mendalam. Selain
itu, susunan ruang pada bangunan yang mengikuti
kepercayaan religius terbukti menghasilkan
bangunan yang kokoh berdiri hingga puluhan tahun.
Contoh penerapan konsep religius ini dapat dilihat
dari susunan ruang dengan bentuk geometris yang
berperan dalam organisasi ruang, dengan bentuk
sederhana dapat menghadirkan sumur langit atau
Tien Ching segi empat. Bangunan berlantai satu
dibangun dengan aturan tertentu di sekeliling Tien
Gambar 3. Ornamen Qi Ling pada halaman depan
Ching yang memiliki makna agar dekat dengan
tanah/bumi sehingga kesehatannya terjamin. Untuk
Qi (breath) dalam kelompok bangunan, maka ruang-
ruang tersebut diarahkan menuju void dari Tien
Ching tersebut.

IV. ANALISA DATA


Klentheng Hok An Kiong
Klentheng yang biasa disebut Yayasan Sukhaloka
ini berlokasi di jalan Coklat no. 2, Surabaya. Pada
Gambar 4. Kiri : Ioe Tie Kiong ; Kanan : Cin Siok Poo
awalnya, lokasi klenteng ini berperan sebagai
tempat penampungan sementara para imigran suku Di belakang kedua patung Men Sin, terdapat pintu
Hokkian dari Fujian, Tiongkok. Dikarenakan tidak masuk menuju ruang altar utama. Pintu dicat merah
adanya tempat untuk beribadah, maka suku dengan ornamen naga hijau yang menggambarkan
Hokkian mendirikan klenteng ini pada tahun 1821. kebijaksanaan, kekuatan, keberuntungan, penolak roh
Dewa utama pada klenteng ini ialah Makco ( Thian jahat dan menjaga keseimbangan Hong Shui. Dalam
Sang Seng Bo ). Skarang, klenteng ini termasuk ruang altar utama, kedua tembok pada sisi kiri dan
dalam cagar budaya Surabaya dan dijadikan sebagai kanan ruangan dilapisi oleh keramik yang diberi
salah satu destinasi wisata. hiasan lukisan kisah rakyat Tionghoa dengan tujuan
sebagai dekorasi.
Klentheng ini memiliki susunan bangunan dengan
sumur langit atau Thien Ching yang terletak di
sebelah kanan dan kiri bangunan dengan poros yang
menghadap arah selatan. Atap yang digunakan
merupakan atap Hsuan Shan berwarna merah yang
dikombinasikan dengan outline emas. Dinding
pelingkup klentheng ini berupa tiang bata yang
dikombinasikan dengan teralis merah tanpa adanya
gerbang penanda (Gambar 1). Ornamen Qi Ling
(Gambar 2) terletak tepat di belakang pintu masuk
klentheng ini, yang diikuti dengan patung Men Sin
dengan nama Cin Siok Poo dan Ioe Tie Kiong yang
juga berperan sebagai pengawal (Gambar 3). Di sisi
kiri kan kanan Men Sin, terdapat sejumlah tombak Gambar 5. Ornamen pada dinding ruang altar utama
yang berperan sebagai senjata perang bagi Makco. Pada bagian kiri dan belakang altar utama, terdapat
ruang altar pula yang berisi dewa-dewa lainnya (
Mengelilingi Makco sebagai dewa utama pada
klentheng Hok An Kiong).
Klentheng Boen Bio
Klentheng ini dibangun tahun 1884 di area kapasan
dalam oleh Boen Tjiang Soe. Pada tahun 1904, K’ang
Y Wei datang ke Surabaya dan kunjungan ke Klenteng
Boen Bio. Ia menyayangkan letak klenteng yang
kurang strategis. Atas persetujuan dari Mayor The
Gambar 2. Bentuk atap, dinding pelingkup dan gerbang penanda Toang Ing, klenteng tersebut pindah ke tepi jalan raya,
yaitu jalan kapasan no. 141. Sekarang, klenteng ini
termasuk dalam cagar budaya Surabaya dan
mendirikan sekolah Ting Hoa Hwe Koan dan tempat
akupuntur.
Klentheng ini dibangun dengan poros yang
menghadap arah utara, dimana bentuk arsitekturalnya
lebih menyerupai bentuk arsitektural barat yang hanya Gambar 8. 5 pintu masuk menuju bangunan utama
menggunakan pagar pada bagian depan bangunan.
Atap pada klentheng ini menggunakan dua tumpuk
Pada tengah ruang bangunan ini, terdapat dua buah
atap Hsuan Shan atau atap pelana dengan tiang-tiang
tiang naga yang melambangkan ajaran Zhong Szu
kayu yang menumpuk dengan atap bagian atas yang
yang berarti setia dan tenggang rasa. Diantara dua
lebih kecil.
tiang tersebut, terdapat lampu dengan ukiran naga dari
kayu melambangkan Khonghucu yang bergelar raja
tanpa mahkota.
Enam buah jendela melambangkan bahwa langit dan
bumi mempunyai enam keharmonisan. Tiga jendela di
sebelah kiri melambangkan Thian yang berarti langit,
Teeyang berarti bumi dan Jen yang berarti manusia.
Tiga jendela di sebelah kanan melambangkan Jit yang
berarti matahari, Coat yang berarti bulan, Sing yang
berarti bintang. Langit berpasangan dengan bulan, dan
Gambar 6. Tampak depan klenteng Kapasan
bintang berpasangan dengan manusia.
Pada bagian serambi, terdapat empat buah tiang Ruang tengah dan ruang altar dibatasi oleh pembatas
dengan ukiran naga yang melambangkan naga sebagai berukir (lima ukiran) berupa gerbang. Pembatas
penguasa dari empat penjuru lautan. Pada dinding tersebut melambangkan Ngo Siang atau lima
sebelah barat, terdapat relief gunung berapi sebagai kebajikan yang terdiri dari Jen, Lee, Gie, Tie, dan Sien.
lambang Yang, sedangkan pada relief sebelah timur
terdapat relief sungai sebagai lambang dari Yin.

Gambar 9. Ruang tengah dan ruang altar

Gambar 7. Tiang naga pada teras klenteng BoenBio


Klentheng Pak Kik Bio
Lima buah lampu di langit-langit serambi
menggambarkan lima hubungan manusia atau Ngo Klentheng ini biasa dikenal dengan nama Klentheng
Lun (norma kesopanan dalam masyarakat), yaitu Jagalan, terletak di jalan Jagalan no. 74-76, Surabaya.
hubungan atasan-bawahan, hubungan orangtua-anak, Pada tahun 1935, tuan Gan Bang Kiem mendapat
hubungan suami-istri, hubungan antar saudara, juga ilham dari Hian Tian Siang Tee untuk membangun
hubungan antar teman. Apabila kelima hal ini berjalan Pak Kik Bio sebagai penghormatan. Tahun 1946,
dengan baik, maka terciptalah keselarasan. seorang kawannya menyumbangkan tanah di jalan
Jagalan yg kemudian dibangunnya klenteng tersebut
Lima buah pintu masuk menuju bangunan utama
pada tanggal 8 April 1951.
melambangkan panca indera yang diimbangi dengan
kesusilaan. Raja akan memasuki pintu tengah, Klentheng ini dibangun dengan poros yang
samping kiri-kanan pintu tengah akan dilalui oleh menghadap arah selatan, dengan dinding pelingkup
menteri, sedangkan dua pintu di ujung dilalui oleh yang terbuat dari dinding bata, gerbang penanda, dan
rakyat. bentuk atap Hsuan Shan pada bangunan utama.
Bangunan klentheng yang lain menggunakan atap
Ngang Shan, atau atap pelana dengan dinding tembok Disekeliling pintu masuk menuju altar utama, terdapat
(Gambar 11). Susunan bangunan klentheng ini juga ornamen yang menggambarkan Qi Ling dan
menghasilkan Tien Ching yang terletak di sebelah rumahnya yang berperan sebagai penjaga.
kanan-kiri bangunan dengan ukuran yang kecil.

Gambar 13. Patung Qiling di sebelah pintu masuk

Pada daun pintu, terdapat ornamen Liong berwarna


Gambar 10. Tampak depan klentheng Pak Kik Bio. Sumber: hijau.
wikipedia.

Patung Qi Ling berperan sebagai penjaga, terletak


pada bagian depan pintu masuk bangunan, dimana
kedua singa merupakan singa jantan, dengan anak
singa yang melambangkan keturunan dari dewa Hian
Tian Siang Tee. Jendela dengan pola Pa Kua dan
simbol Yin-Yang di tengahnya untuk menarik energi
positif ke daerah tersebut serta menjaga keseimbangan
alam dan energi.

Gambar 14. Ornamen Liong berwarna hijau pada pintu

Dengan ukiran ular pada sisi kiri dan ukiran kura-kura


pada sisi kanan ruang altar yang berperan sebagai
penjaga dan piaraan dari dewa.
Di belakang area altar utama, terdapat altar kecil untuk
dewa dan tersambung menuju altar lain dimana
pengunjung dapat berdoa dengan permohonan-
Gambar 11. Jendela Yin dan Yang
permohonan tertentu, sesuai dengan altar dewa yang
Dibawah jendela, tedapat ornamen ukiran Qilin dan dituju.
kelelawar yang dapat membawa keberuntungan.

Gambar 15. Altar pada bagian belakang klenteng


Gambar 12. Ukiran Qilin dan kelelawar
Tabel 2. Komparasi Unsur Klentheng budaya dan eksistensinya. Langkau
Betang,1(1), 88-14.
Sriti, M. S., Pramono, S. R. (2008). Kajian
ikonografis ornamen pada interior klenteng
Sanggar Agung Surabaya. Dimensi
Interior,6(2), 73-84.
Sugiharto, H., Setiawan, A. P. (2013). Perwujudan
representional meaning Kim Shin Kwan Kong
di klenteng Hok An Kiong Surabaya. Jurnal
Intra,1(1), 2-9.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
setiap klentheng di Surabaya ini menerapkan konsep
arsitektur dengan pengaruh konfusianisme Li, namun
dengan beberapa perubahan untuk menyesuaikan
bentuk arsitektur dengan kebutuhan maupun pengaruh
kebudayaan lain, seperti pada klentheng Boen Bio.
Berbeda dengan kedua klentheng lainnya, klentheng
Boen Bio memiliki bentuk bangunan yang
dipengaruhi oleh gaya arsitektural barat sehingga
tidak memiliki dinding pelindung, gerbang penanda,
maupun sumur langit. Akan tetapi, elemen interior dan
organisasi ruang dalam klentheng Boen Bio tetap
menggunakan konsep arsitektural Tionghoa.
Sedangkan pada klentheng Hok An Kiong dan
klentheng Pak Kik Bio menerapkan konsep
arsitektural Tionghoa, baik pada bentuk bangunan,
maupun organisasi ruang dan elemen interiornya.
Namun, tata letak sumur langit pada kedua klentheng
tersebut berbeda dengan pada bangunan biasanya,
yaitu terletak pada sisi kiri dan kanan.

DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin, D. (2017). Klenteng kuno Boen Bio di
Surabaya. Jurnal Lektur Keagamaan,15(1),
157-172.
Dwi, D., Suryokusumo, B., & Sugiarto, T.
https://media.neliti.com/media/publications/11
5174-ID-arah-perkembangan-klenteng-di-
jawa-timur.pdf
Kartono., Lukito, J. (2012). Studi tentang konsep
tatanan arsitektur Tionghua di Surabaya yang
dibangun sebelum tahun 1945. Journal of
Architecture and Built Environment,39(2),
101-110.
Khaliesh, H. (2014). Arsitektur tradisional
Tionghua: tinjauan terhadap identitas, karakter

Anda mungkin juga menyukai