Anda di halaman 1dari 3

TUGAS COMPOUNDING AND DISPENDING

NAMA : BILQIS INAYAH


NPM : APT 18-151
KELAS :A

PERUBAHAN REGULASI TERKAIT STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI


FASILITAS KESEHATAN

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 tahun 1993 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang diperbaharuimenurut Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1332 tahun 2002, Apotek adalah Suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2001 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan berhak melalukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker. Adapun asisten apoteker adalah tenaga kesehatan yang membantu Apoteker.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 679/MENKES/SK/V/2003 Pasal 1,


tentang registrasi dan izin kerja Asisten Apoteker menyebutkan bahwa “Asisten Apoteker
adalah Tenaga Kesehatan yang berijazah Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi AnalisisFarmasi dan Makanan Jurusan
Analisis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Di Apotek, Asisiten Apoteker merupakan salah satu tenaga
kefarmasian yang bekerja dibawah pengawasan seorang Apoteker yang memiliki SIA (Surat
Izin Apotek). Apoteker Pengelola Apotek (APA) merupakan orang yang bertanggung jawab
di Apotek dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan
oleh Apoteker dan Asisten Apoteker di Apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang
dimilikinya, karena Apoteker dan Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat
(pasien) untuk bersikap secara professional. Kewajiban Asisten Apoteker menurut
Kepmenkes RI No.1332/Menkes/X/2002 adalah melayani resep dokter sesuai
dengantanggung jawab standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta
melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter, serta memberi informasi kepada
pasien.

Menurut PP 51 tahun 2009, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh apoteker. Tugas dan fungsi Apotek adalah:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
b. Saran farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan
penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan
masyarakat secara meluas dan merata.
Pengelolaan apotek dibidang pelayanan kefarmasian, meliputi :

a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampura, penyimpanan, dan


penyerahan obat atau bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan kesehatan dibidang farmasi
lainnya.
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi. Pelayanan informasi yang dimaksud
meliputi :
1. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainya yang diberikan baik
kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kesehatan masyarakat.
2. Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat serta
perbekalan farmasi lainnya.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) dimana Menteri Kesehatan,


Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moloek, SpM(K) menesahkan Permenkes No. 31 tahun 2016
tentang “Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes.Per/V/2011
tentang registrasi, izin praktek, dan izin kerja tenaga kefarmasian”. Pada tanggal 18 Juli
2016 Permenkes No. 31 tahun 2016 dibuat dengan menimbang bahwa diperlukannya
penyesuaian pada Permenkes 889/Menkes/Per/V/2011 dengan perkembangan dan kebutuhan
hukum saat ini. Perubahan – perubahan mendasar ada pada pasal 17, 18 dan 19. Permenkes ini
terdiri dari 2 pasal, pasal pertama merubah nomenklatur dari Surat Izin Kerja menjadi Surat
Izin Praktik. Selain itu pada ketentuan ayat (2) pasal 17 diubah sehingga menjadi berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 17

(1) Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki
surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja.
(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa SIPA bagi Apoteker dan SIPTTK
bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 18

(1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) fasilitas
kefarmasian.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) SIPA bagi Apoteker di
fasilitas pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian.
(3) Dalam hal Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, maka Apoteker yang bersangkutan
hanya memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas pelayanan kefarmasian lain.
(4) SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas kefarmasian.
Pasal 19

SIPA atau SIPTTK sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten /kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota
tempat Tenaga Kefarmasian menjalankan praktiknya. Untuk pasal II berisi bahwa
Permenkes ini berlaku sejak diundangkan pada tanggal 4 Agustus 2016. Asisten Apoteker
adalah profesi pelayanan kesehatan di bidang farmasi bertugas sebagai pembantu tugas
Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian menurut Permenkes No.889/Menkes/Per/V/2011.
Disebut juga sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian, dengan jenjang pendidikan profesi
Asisten Apoteker setara dengan SLTA, sehingga wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
Kefarmasian, yang selanjutnya disingkat STRTTK. Dengan lahirnya UU No.36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan, pasal 88 ayat 3. Posisi Asisten Apoteker tidak lagi disebut
sebagai Tenaga Kesehatan, tetapi masuk sebagai Asisten Tenaga Kesehatan. Asisten
Apoteker tidak dimasukkan tenaga kesehatan karena pendidikannya dibawah Diploma III.

Menurut Permenkes No. 9 Tahun 2017 mendefinisikan apotek sebagai sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

Anda mungkin juga menyukai