Fauziyah 2017
2 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Fauziyah August 18
3
mengenal
menentukan semua faktor
menemukan
frekuensi dan yang
(ESO) sedini meminimalk mencegah
insidensi mungkin
mungkin an risiko terulangnya
ESO yang dapat
terutama kejadian kejadian
sudah menimbulka
yang berat, reaksi Obat reaksi Obat
dikenal dan n/mempenga
tidak dikenal, yang idak yang tidak
yang baru ruhi angka
frekuensinya dikehendaki dikehendaki
saja kejadian dan
jarang
ditemukan hebatnya
ESO
Tujuan MESO
Fauziyah August 18
4
mendiskusikan
mendeteksi mengidentifi melaporkan
dan
adanya kasi obat- mengevaluasi ke Pusat
mendokumenta
kejadian obatan dan laporan ESO Monitoring
sikan ESO di
reaksi Obat pasien yang dengan Efek
Tim/Sub
yang tidak mempunyai algoritme Samping
Komite/Tim
dikehendaki risiko tinggi Naranjo Obat
Farmasi dan
(ESO); mengalami Nasional
Terapi
ESO
Perangkat
Kapan meso Bagaimana Cara
melaporkan? Melaporkan?
"Sinyal“
Melaporkan informasi tentang kemungkinan hubungan kausal
antara efek samping dan obat, hubungan yang sebelumnya
tidak diketahui atau tidak terdokumentasi secara lengkap
Biasanya diperlukan lebih dari satu laporan untuk menghasilkan
sinyal, tergantung pada keseriusan dan kualitas informasi
Analisis Kausalitas
Fauziyah August 18
untuk mengidentifikasi ROTD secara lebih
14 kuantitatif. Algoritma Naranjo terdiri dari 10
pertanyaan sederhana. Setiap pilihan jawaban atas
pertanyaan tersebut memiliki skor nilai yang
berbeda.
Setiap kolom dijumlahkan ke bawah dan hasil
penjumlahan kolom dijumlahkan.
Nilai total dari hasil pengisian algoritma tersebut
akan membantu menggolongkan ROTD ke dalam
beberapa kemungkinan, yaitu pasti, lebih mungkin,
mungkin dan meragukan.
Algoritma atau skala Naranjo dapat digunakan
Fauziyah August 18
Intepretasi naranjo
Fauziyah August 18
Bukti Recall karena obat
karena MESO
Informasi Kontak: Pusat MESO/Farmakovigilans Nasional
Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan
PKRT
Badan POM RI
Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat, 10560
No Telp : 021 - 4244 755 ext.111 Fax : 021 - 4288 3485
Email : pv-center@pom.go.id
dan
Indonesia-MESO-BadanPOM@hotmail.com
Pustaka
Terima Kasih
D.W. adalah anak laki-laki berusia 9 tahun dengan osteosarcoma,
yang diobati dengan ifosfamid dan etoposida.
Dia tidak memiliki riwayat alergi.
Setelah dua episode kemoterapi, D.W. mengalami trombosis vena
pada lengan atas karena kemoterapi.
Dia dirawat di rumah sakit dan diawali dengan pemberian antibiotik
heparin, omeprazole, dan profilaksis (piperacillin/ tazobactam).
Pada hari ketiga pengobatan, bengkak dan nyeri di bagian atasnya
lengan telah menurun secara signifikan.
Contoh Kasus
1 Manakah dari berikut yang paling baik yang mengklasifikasikan
reaksi obat kemoterapi D.W. reaksi obat yang merugikan/tak
diharapkan (ROTD)?
A. Tipe A.
B. Tipe B.
C. Tipe C.
D. Tipe D.
E. Tipe E.
Contoh Kasus
2. Manakah dari instansi berikut ini yang menjadi rujukan
pendokumentasian ROTD D.W.?
A. Sistem pelaporan internal mutu rumah sakit.
B. Dinas Kesehatan Propinsi.
C. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
D. Badan Pengawasan Obat dan Makanan
E. Komite Farmasi Nasional
3. Pada hari ketiga di rumah sakit, jumlah trombosit D.W. turun 50%
dari awal, dan alkalin fosfatasenya meningkat dua kali lipat dari nilai
normal. Dari bagian pangkal kateternya ditemukan beberapa cairan
mengalir. Tim kesehatan memutuskan bahwa kejadian ini adalah
ROTD dan meminta Anda untuk mempersempit dugaan pada dua
obat. Pilihan dua jenis obat yang paling mungkin menyebabkan
ROTD ini di D.W.?
A. Omeprazol dan heparin.
B. Heparin dan ifosfamida.
C. Ifosfamid dan omeprazol.
D. Omeprazol dan piperasilin / tazobaktam.
E. Ifosfamid dan etoposida