Anda di halaman 1dari 148

TINGKAT KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Bernadus Yuviadi Nifatantya

NIM : 049114022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

i
ii
iii
Karya ini kupersembahkan bagi
‘malaikat-malaikat’ yang selalu mendampingi dan memelukku,
Istri dan Anakku tercinta,
Novi dan Ramon…

iv
ORANG YANG DEWASA ADALAH
ORANG YANG BERUSAHA MENYENANGI APA YANG DIA LAKUKAN
BUKAN
ORANG YANG SELALU MELAKUKAN APA YANG DIA SENANGI

v
vi
ABSTRAK
TINGKAT KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI

Bernadus Yuviadi Nifatantya


Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tingginya tingkat kecemasan
penderita hipertensi. Penelitian ini juga memaparkan perbedaan tingkat kecemasan
berdasarkan jenis kelamin, status pernikahan dan jenis pekerjaan, serta hubungan
antara tingkat kecemasan dengan umur, lama menderita, tekanan darah sistolik dan
diastolik. Hipertensi diartikan sebagai tekanan darah yang lebih besar atau sama
dengan 140/ 90 mmHg.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Skala kecemasan digunakan
untuk mengambil data pada 67 orang responden yang didapat secara insidental dari
Poliklinik Universitas Sanata Dharma, Poliklinik Universitas Negeri Yogyakarta,
Rumah Sakit Panti Rapih, Rumah Sakit Bethesda dan relasi peneliti. Skala
kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan responden dimodifikasi dari
Depression Anxiety Stress Scales sub skala Kecemasan milik Lovibond & Lovibond.
Disamping itu kuesioner juga menjaring karakteristik subjek mulai dari jenis
kelamin, status pernikahan, jenis pekerjaan, umur, lama menderita, tekanan darah
sistolik dan diastolik pada pemeriksaan terakhir. Statistik deskriptif, uji beda dan uji
korelasi digunakan untuk menganalisis data dengan bantuan program SPSS 15 for
windows.
Hasil penelitian menunjukkan adanya tingkat kecemasan yang rendah pada
penderita hipertensi karena Mean empirik < Mean teoritik (8,33 < 19,5). Tidak ada
perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara subjek laki-laki dengan
perempuan, antara subjek yang sudah menikah dengan belum menikah, serta antara
subyek yang tidak bekerja, pegawai swasta, PNS dan pensiun. Ada hubungan
signifikan antara tingkat kecemasan dengan umur (r= -0,313; p= 0,010), antara
tingkat kecemasan dengan tekanan darah sistolik (r= 0,331; p= 0,006) dan antara
tingkat kecemasan dengan tekanan darah diastolik (r= 0,365; p=0,002). Tidak ada
hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan lama menderita (r= 0,034; p=
0,782).

Kata Kunci: kecemasan, hipertensi, jenis kelamin, status pernikahan, umur, lama
menderita, tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

vii
ABSTRACT
THE ANXIETY LEVEL OF HYPERTENSION PATIENTS

Bernadus Yuviadi Nifatantya


Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009

The aim of this research’s to study the anxiety level of the hypertension
patients. This research also explained the various level of anxiety based on sex,
marital status and job, and the relationship between the anxiety level and age,
duration of disease, systolic and diastolic blood pressure. Hypertension means when
the blood pressure is more than or equals 140/90 mmHg.
This research is a quantitative descriptive. Anxiety scales was being used to
collect the data sample from 67 respondents who were incidentally taken from
Sanata Dharma University Policlinic, Yogyakarta State University Policlinic, Panti
Rapih hospital, Bethesda Hospital and from the researcher’s relation. The anxiety
scale to find out the respondent’s anxiety level was taken from modification of
Lovibond and Lovibond’s anxiety sub scale of Depression Anxiety Stress Scales. The
questionnaire was used also to understand the respondents characteristics such as
sex, marital status, job, age, duration of disease, and latest systolic and diastolic
blood pressure. Descriptive statistic, differential test and correlation test were used
to analyze the data with the assistance of SPSS 15 for windows.
The result showed that there was a low anxiety level of the hypertension
patients. Because Empirical Mean < Theoretical Mean (8,33 < 19,5). There was no
significant difference of anxiety level between male and female respondents; the
married and the single ones; the non working class, private company employees,
civil government officers and pensioners. There was a significant relationship
between anxiety level and age (r= -0,313; p= 0,010), anxiety level and systolic blood
pressure (r= 0,331; p= 0,006) and anxiety level and diastolic blood pressure (r=
0,365; p=0,002). There was no significant relationship between anxiety and duration
of disease (r= 0,034; p= 0,782).

Keywords: anxiety, hypertension, sex, marital status, job, age, duration of disease,
and systolic and diastolic blood pressure

viii
ix
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan untuk semua anugerah, rahmat, bimbingan, dan kasih sayangNya

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semua yang penulis kerjakan

merupakan anugerah dan kemurahanNya semata. Berbagai kendala dan hambatan

diyakini penulis sebagai sebuah rencana untuk membuat penulis menjadi lebih baik

lagi. Skripsi berjudul “Tingkat Kecemasan Penderita Hipertensi” digunakan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan, serta pelayanan yang telah

diberikan kepada penulis dengan segala ketulusan dari awal sampai akhir penulisan

skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus beserta keluargaNya, terima kasih atas rahmatmu yang

melimpah..

2. Ibu A.Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah bersabar

mengarahkan penulis untuk menyusun penelitian ini.

3. Aleydia Novi Sastika Krisna Wati (Nopek), my “Lovely Wife”, belahan

jiwaku tercinta, terimakasih atas doa, perhatian, cinta, kasih sayang,

kesetiaan, kesabaran dan ketulusanmu yang tak pernah luntur…

x
4. Constantinus Ardio Ramon Giannofa, my “Little Guardian Angel”, semoga

kelak jadi orang yang berani, jujur, dan bertanggung jawab, terimakasih telah

mendewasakanku dan membuatku tegar…

5. Mama, Papa, Mbak Lia, Dek Via, terimakasih atas doa, kesabaran dan

dukungannya…

6. Bapak, Ibu, Mas Niko, terimakasih atas doanya…

7. Keluarga Besar Eyang Harsono (Patangpuluhan), Keluarga Besar Eyang Radi

(Klaten), Keluarga Besar Eyang Sumantri (Ngampilan), dan Keluarga Besar

Eyang Saptoto (Wiratama) terimakasih atas doa dan dukungannya…

8. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bimbingan dan

kemudahan dalam segala surat menyurat lebih-lebih surat keterangan masih

kuliah.

9. Ibu Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang

senantiasa memberi dukungan, motivasi dan semangat untuk segera

menyelesaikan skripsi ini, terimakasih dan semoga cepat sembuh.....

10. Teman-teman yang sudah membantu menyebarkan kuesioner, Bayu, Japhar,

Eya, Shinta, Siska, Arya, Nonop, dll, terima kasih banyak atas bantuannya,

besok tak bantu juga deh…

11. Teman-teman Camp Base (eks De Britto 2004) yang ‘mati suri’, Bege, Budi,

Blacky, Gesang, Nonop, Binar dll (maaf tidak bisa menyebutkan satu per

satu) terimakasih untuk pertemanan dan dukungannya…

xi
12. Teman-teman Lapen Boyz (eks De Britto 2004) yang selalu ‘ceria’, Zozix,

Dharma, K-pleh, Dadik, Kebo, Ari Bagong, dll (maaf tidak bisa menyebutkan

satu per satu) kapan angkat gelas lagi kawan?? Keep Rock & Roll…

13. Teman-teman Komunitas Bawah Tangga Psikologi: Michael (†), Cuki,

Topik, Yumil, Wisnu, Erol, Japhar, Simin, Alit, Vebri, Dora, Blegux,

Thathat, Patje, Pakdedul, Anung, Yoyok, Anang&Vera, Dito, Yumil, Vani,

Pristi, Atik, Wilis, Beli Made, Paimun, dll (yang belum kesebut masuk sini

ya…), yang sudah menjadi sahabat dan teman selama mempelajari ilmu di

kampus…

14. Teman-teman Tumindak Ngiwo (TN) yang sudah kena gusur, Barjo, Wawan

Sapi, Windra, dll, terima kasih bantuan dan dukungannya…

15. Teman-teman di Patangpuluhan, Lilik, Kodok, Vallone, Bagong, Jati,

Bodong, Bayu, dll, kukejar kesuksesan kalian…

16. Teman-teman KKN, Yoyo, Tesi, Menyun, Cindel, Susuh, dll, ayo ‘ngidul’…

17. Pembina De Britto Photography Club, Mas Wiwik dan Romo Mardi,

terimakasih untuk pengalaman-pengalaman yang berharga serta

motivasinya…

18. Bapak Ibu dosen Fakultas Psikologi tercinta yang telah memberi ilmu dan

pengetahuan yang luar biasa...

19. Mas Gandung dan Mbak Nanik yang telah membantu kelancaran administrasi

akademik selama ini.

20. Pak Gi…yang ramah dan murah senyum...

21. Mas Muji yang sudah berbagi pengalaman dan keceriaan

xii
xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING.................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

ABSTRACK ................................................................................................ viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................... 6

A. Kecemasan ………..........…………………………......... 6

1. Pengertian Kecemasan .................................................... 6

2. Aspek- aspek Kecemasan................................................ 7

xiv
3. Jenis-jenis Kecemasan.. .................................................. 11

4. Alat Ukur Kecemasan…………………………………. 12

a. Depression Anxiety Stress Scale (DASS)………… 12

b. Cognitive Somatic Anxiety Questionnaire (CSAQ). 14

c. Leeds Scales for the Self-Assessment of Anxiety and

Depression (Leeds SAAD)……………………….. 15

d. Hospital Anxiety Depression Scale (HADS)……… 16

e. Personal Disturbance Scale (sAD)……………….. 16

f. Positive and Negative Affect Schedule (PANAS)…. 16

g. Beck Anxiety Inventory (BAI)…………………….. 17

h. Spielberg State Trait Anxiety Inventory (STAI)…… 17

i. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS atau HAS

atau HAM-A)……………………………………… 17

B. Hipertensi………….…..........…………………............... 18

1. Pengertian……………………………………………… 18

2. Klasifikasi Hipertensi...................................................... 20

3. Penyebab Hipertensi ....................................................... 21

4. Penanganan Hipertensi.................................................... 25

C. Kecemasan pada Penderita Hipertensi……………………. 25

D. Kerangka Berpikir………………………………………… 28

E. Pertanyaan Penelitian……………………………………... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 29

A. Jenis Penelitian ..................................................................... 29

xv
B. Variabel Penelitian ................................................................ 29

C. Definisi Operasional ............................................................ 29

D. Subjek Penelitian .................................................................. 30

E. Metode dan Alat Pengumpulan data ................................... 30

F. Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 32

1. Pengukuran Validitas Alat Tes........................................ 32

2. Seleksi Item..................................................................... 33

3. Pengukuran Reliabilitas Alat Tes……………………... 34

H. Teknik Analisis Data ............................................................ 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 38

A. Persiapan Penelitian ............................................................. 38

1. Perizinan Penelitian…………………………………… 39

B. Pelaksanaa Penelitian ............................................................ 40

1. Waktu Penelitian ............................................................. 40

2. Cara-cara Pelaksanaan Penelitian ................................... 40

C. Hasil Penelitian ..................................................................... 41

1. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian…………….. 41

2. Deskripsi Data Penelitian……………………………… 42

3. Kategorisasi Tingkat Kecemasan Penderita Hipertensi.. 43

4. Hasil Penelitian Tambahan……………………………. 46

a. Uji Asumsi ............................................................ 46

i. Uji Normalitas……………………………... 46

xvi
ii. Uji Homogenitas (Jenis Kelamin,

Status Pernikahan, Jenis Pekerjaan )………. 49

iii. Uji Linearitas (Umur, Lama Menderita,

Tekanan Darah Sistolik, Tekanan

Darah Diastolik…………………………….. 48

b. Uji Beda…………………………………………. 49

c. Uji Korelasi……………………………………... 51

D. Pembahasan .......................................................................... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 62

A. Kesimpulan ........................................................................... 62

B. Keterbatasan Penelitian……………………………………. 63

C. Saran……………………………………………………….. 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 66

LAMPIRAN ................................................................................................. 69

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah Menurut WHO

dalam Satuan mmHg……………………………………………….. 20

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Umur ≥ 18 Tahun

Menurut JNC VI dalam mmHg…………………………………….. 20

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Umur ≥ 18 Tahun

Menurut JNC VII dalam mmHg………………………………….... 21

Tabel 4. Blue Print DASS-A......................................................................... 31

Tabel 5. Distribusi item skala kecemasan DASS-A Sebelum Seleksi Item

(uji coba)…………………………………………………………. 31

Tabel 6. Seleksi item ……………………………………………………... 34

Tabel 7. Distribusi Item Skala Kecemasan DASS-A Setelah Seleksi Item

(penelitian)………………………………………………………… 34

Tabel 8. Kategorisasi Tingkat Kecemasan……………………………….. 37

Tabel 9. Karakteristik Subjek........................................................................ 41

Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian Tingkat Kecemasan............................. 43

Tabel 11. Kategorisasi Tingkat Kecemasan dan Karakteristiknya ............... 44

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 47

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas.................................................................. 48

Tabel 14. Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 49

Tabel 15. Hasil Uji Beda............................................................................... 50

Tabel 16. Hasil Uji Korelasi.......................................................................... 51

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. DATA KARAKTERISTIK SUBJEK ….………………. 69

LAMPIRAN B. TABULASI DATA ITEM ……………………………... 73

1. UJI COBA …………………………………………... 74

2. PENELITIAN ……………………………………….. 77

LAMPIRAN C. DESKRIPSI KARAKTERISTIK SUBJEK……………. 80

1. JENIS KELAMIN……………………………………. 81

2. STATUS PERNIKAHAN…………………………… 82

3. PEKERJAAN………………………………………… 83

4. UMUR……………………………………………….. 84

5. LAMA MENDERITA……………………………….. 86

6. TEKANAN DARAH SISTOLIK……………………. 88

7. TEKANAN DARAH DIASTOLIK………………….. 90

LAMPIRAN D. UJI RELIABILITAS…………………………………… 91

1. UJI COBA…………………………………………… 92

2. PENELITIAN………………………………………... 93

LAMPIRAN E. DESKRIPSI DATA PENELITIAN…………………….. 94

1. TINGKAT KECEMASAN…………………………... 95

2. DESKRIPSI KATEGORISASI TINGKAT

KECEMASAN……………………………………….. 97

3. DESKRIPSI TIAP KATEGORI……………………... 98

a. KATEGORI NORMAL…………………………… 98

xix
b. KATEGORI RINGAN ……………………………. 100

c. KATEGORI SEDANG …………………………… 102

d. KATEGORI BERAT ……………………………... 104

LAMPIRAN F. UJI ASUMSI …………………………………………… 105

1. UJI NORMALITAS ………………………………… 106

2. UJI HOMOGENITAS ……………………………… 107

a. JENIS KELAMIN ………………………………. 107

b. STATUS PERNIKAHAN ………………………. 107

c. JENIS PEKERJAAN …………………………… 107

3. UJI LINIERITAS ………………………………….. 108

a. UMUR ………………………………………….. 108

b. LAMA MENDERITA ………………………….. 108

c. TEKANAN DARAH SISTOLIK ………………. 108

d. TEKANAN DARAH DIASTOLIK ……………. 108

LAMPIRAN G. UJI BEDA …………………………………………… 109

1. JENIS KELAMIN ………………………………… 110

2. STATUS PERNIKAHAN ………………………… 111

3. JENIS PEKERJAAN ……………………………… 112

LAMPIRAN H. UJI KORELASI(ANTARA UMUR, LAMA

MENDERITA, TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN TEKANAN

DARAH DIASTOLIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN) ……… 114

xx
LAMPIRAN I. INSTRUMEN PENELITIAN…………………………. 115

1. UJI COBA ………………………………………… 116

2. PENELITIAN …………………………………….. 118

LAMPIRAN J. SURAT KETERANGAN TERKAIT PENELITIAN… 120

1. SURAT PERNYATAN

(Prof. dr. J. Hari Kusnanto, Dr. Ph)………………. 121

2. SURAT KETERANGAN PENELITIAN…..…….. 122

3. SURAT IJIN PENELITIAN

UNIT PELAYANAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA……… 123

4. SURAT IJIN PENELITIAN

UNIT PELAYANAN KESEHATAN

UNIVERSITAS SANTA DHARMA……………… 124

5. SURAT IJIN PENELITIAN

RS. PANTI RAPIH………………………………... 125

6. SURAT IJIN PENELITIAN

RS. BETHESDA………………………………....... 126

7. SURAT KETERANGAN SUDAH MELAKUKAN

PENELITIAN RS. BETHESDA….………..……... 127

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman modern ditandai dengan perubahan cepat di masyarakat dalam segala

bidang. Perubahan norma dan pola kehidupan di masyarakat terjadi begitu cepat,

tidak menentu dan sukar diprediksi, sehingga menimbulkan kebingungan dan

frustasi. Perubahan cepat yang terjadi di masyarakat luas maupun di tempat kerja,

menuntut dilakukannya adaptasi yang cepat pula. Apabila seseorang tidak bisa

beradaptasi dengan cepat akan mengalami kecemasan (Hutapea, 2004).

Kecemasan diartikan oleh Freud (dalam Faisal, 2006) sebagai perasaan takut

atau khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Pada akhirnya

Faisal (2006) menyimpulkan bahwa kecemasan merupakan respon terhadap situasi

yang oleh individu dirasakan sebagai ancaman atau bahaya. Karena eratnya

hubungan antara psikis dan fisik, maka Lovibond (dalam Crawford, 2003)

menyatakan bahwa kecemasan akan ditandai oleh adanya rangsangan saraf otonom,

respon otot rangka, kecemasan situasional, dan perasaan cemas yang subyektif.

Kecemasan berlarut yang tidak ditanggulangi, secara kumulatif akan merusak

tubuh dengan intensitas bervariasi, tergantung dari tingginya kecemasan dan daya

tahan seseorang. Kecemasan, stres dan gangguan emosi lain dapat melatarbelakangi

atau memperparah penyakit fisik (Sri Rahayu, 2005). National Institute of Health di

Amerika Serikat melaporkan bahwa 90% masalah kesehatan ditimbulkan dan

diperparah oleh stres dan kecemasan (Hutapea, 2004). Menurut teori ‘titik lemah’

1
2

(locus minoris) dalam ilmu kedokteran, setiap orang memliki titik lemah masing-

masing yang akan rentan terganggu terutama bila berada dalam keadaan cemas

(Hutapea 2004). Dengan dasar teori ini, kecemasan dapat menimbulkan gangguan

yang berbeda-beda untuk setiap orang, mulai dari sakit kepala, sakit punggung, sesak

nafas, sakit maag, sampai hipertensi. Hipertensi adalah kondisi kronis yang ditandai

dengan meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolik hingga lebih dari 140/90

mmHg (Beevers, 2002).

Penderita hipertensi semakin meningkat jumlahnya, bahkan 1 dari 4 orang

Amerika mengidap penyakit hipertensi (Iwan, 2007). Lebih dari 70% manajer

mempunyai masalah kesehatan yang berhubungan dengan stres kerja dan hipertensi

merupakan penyakit yang paling sering dialami, yaitu 68,4% (Kaila, 2002). Tidak

jauh dengan Amerika, 10 hingga 20% penduduk inggris menderita hipertensi

(Beevers, 2002). Di Indonesia pernah dilaporkan oleh Parsudi (dalam Karyono,

1994) bahwa prevalensi penderita hipertensi mencapai 6-15%.

Banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dan

kecemasan, diantaranya Sullivan (1981), Whitehead (1997) dan Paterniti (1999) yang

menyatakan adanya korelasi positif yang signifikan antara kecemasan dengan

meningkatnya tekanan darah. Siswanto (2002) yang memandang penyakit dari segi

psikosomatis, menjelaskan adanya saling pengaruh antara psikis dan fisik, sehingga

penyakit fisik (somatis) selalu dipengaruhi oleh faktor psikis dan sosial, dan

demikian juga sebaliknya.

Kecemasan akan melatarbelakangi dan memperparah hipertensi karena pada

saat cemas pembuluh darah akan menyempit sehingga tekanan darah akan meningkat
3

(Angela, 2007). Menurut Canon (dalam Guyton, 1986), kecemasan akan

menimbulkan respon “Fight or Flight” (melawan atau lari). Flight merupakan reaksi

tubuh untuk melarikan diri, dan di sini terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam

sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan

darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan

menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin sehingga tekanan darah

meningkat baik sistolik maupun diastolik.

Sama halnya kecemasan dapat menyebabkan hipertensi, sebaliknya hipertensi

dapat membuat cemas penderitanya. Santrock (2002) mengemukakan bahwa

hipertensi akan memicu kekhawatiran munculnya komplikasi penyakit yang lebih

berat, atau bahkan kematian. Pengelolaan hipertensi menuntut penderitanya untuk

mengubah gaya hidup, baik baik menyangkut pola makan, pola kerja/ olahraga dan

pengelolaan stres. Kekhawatiran dan tuntutan tersebut dapat meningkatkan

kecemasan penderita hipertensi.

Terkait dengan hubungan antara kecemasan dengan hipertensi, Willenz

(2002) menyatakan bahwa kecemasan pada penderita hipertensi penting untuk

ditanggulangi. Banyak cara dapat dilakukan untuk menanggulangi kecemasan

tersebut, baik secara farmakologis maupun non-farmakologis. Apapun cara yang

dipilih harus diketahui terlebih dahulu tingkat kecemasan penderita hipertensi

(Karyono, 1994). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Frazier (2002), 71,3% dari

783 perawat setuju akan pentingnya assessment tingkat kecemasan penderita

hipertensi untuk memudahkan pengamanan. Selebihnya Snaith (1976)


4

mengungkapkan pentingnya mengetahui tingkat kecemasan untuk memutuskan jenis

pemberian treatment beserta jangka waktu pemberiannya.

Sejauh ini peneliti belum menemukan informasi atau penelitian yang

mengkaji mengenai tingkat kecemasan penderita hipertensi di Indonesia pada

umumnya dan di Yogyakarta pada khususnya. Informasi tersebut sangat dibutuhkan

oleh para professional yang terkait dengan penanggulangan kecemasan seperti

misalnya psikolog, dokter, terapis fisik, dan lain-lain, untuk menentukan program

penanggulangan kecemasan penderita hipertensi. Dari kesenjangan inilah maka

peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Kecemasan Penderita

Hipertensi”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“ Bagaimana tingkat kecemasan penderita hipertensi?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, penelitian ini

bertujuan untuk:

“ Mendeskripsikan tingkat kecemasan penderita hipertensi.”


5

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Menambah khazanah ilmu, khususnya psikologi kesehatan, yang terkait

dengan kecemasan pada penderita hipertensi.

2. Secara Praktis

a. Bagi penderita hipertensi: memberikan gambaran mengenai kecemasan

yang dialaminya, beserta kaitannya dengan variabel-variabel lain yang

ada pada dirinya.

b. Bagi Dokter dan Tenaga Medis: memberi masukan dalam

mempertimbangkan pengelolaan kecemasan pada penderita hipertensi.

c. Bagi fakultas psikologi terutama bidang psikologi kesehatan: sebagai

inspirasi untuk mengembangkan program penanggulangan kecemasan

pada umumnya dan untuk penderita hipertensi pada khususnya.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Istilah kecemasan mulai diperbincangkan pada permulaan abad ke 20.

Pada mulanya Freud (dalam Faisal, 2006) mengartikan kecemasan sebagai

transformasi lepasnya ketegangan seksual yang menumpuk melalui sistem

saraf otonom. Selanjutnya kecemasan diartikan sebagai perasaan takut atau

khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Pada

akhirnya kecemasan diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi yang

dirasakan mengancam dan berbahaya. Menurut Johnston (dalam Apollo, 2007)

kecemasan merupakan reaksi terhadap adanya ancaman dan hambatan terhadap

keinginan pribadi atau perasaan tertekan yang disebabkan oleh perasaan

kecewa, rasa tidak puas, rasa tidak aman atas sikap permusuhan dengan orang

lain. Selanjutnya menurut Lazarus (dalam Apollo, 2007) kecemasan adalah

gangguan komplek disertai dengan perasaan tidak mampu dan tidak menentu

sehingga dirasa sangat mengganggu.

Menurut Faisal (2006) kecemasan merupakan pengalaman yang bersifat

subyektif, tidak menyenangkan, tidak menentu, menakutkan dan

mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya,

dan sering kali disertai oleh gejala- gejala atau reaksi-reaksi fisik tertentu

akibat peningkatan aktifitas otonomik. Haber dan Runyon (dalam Angela,

6
7

2007) menambahkan bahwa jika seseorang mengalami perasaan gelisah, gugup

atau tegang dalam menghadapi situasi yang tidak pasti berarti orang tersebut

mengalami kecemasan.

Pengertian kecemasan menurut Lovibond dan Lovibond (1995) adalah

suatu keadaan negatif pada seseorang yang ditandai oleh adanya rangsangan

saraf otonom, respon otot rangka, kecemasan situasional dan perasaan cemas

yang subyektif (Crawford 2003).

Dalam penelitian ini alat ukur kecemasan merupakan adaptasi dari

Depression Anxiety Stress Scale (DASS) yang disusun oleh Lovibond dan

Lovibond (1995), maka pengertian kecemasan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah suatu keadaan negatif pada seseorang yang ditandai oleh

adanya rangsangan saraf otonom, respon otot rangka, kecemasan situasional

dan perasaan cemas yang subyektif.

2. Aspek-aspek Kecemasan

Aspek kecemasan yang disusun oleh Lovibond dan Lovibond (1995)

dianggap sebagai tanda kecemasan, selanjutnya dirinci oleh Crawford (2003)

sampai ke indikasinya. Rincian tersebut terurai sebagai berikut:

a. Rangsangan saraf otonom, diindikasikan dengan meningkatnya aktivitas

jantung, berkeringat, mulut kering, sulit bernafas dan sulit menelan.

b. Respon otot rangka, diindikasikan dengan kondisi lemah lunglai dan

gemetar.

c. Kecemasan situasional, diindikasikan dengan kekhawatiran, kecemasan

dan perasaan ‘terbuang’.


8

d. Perasaan cemas yang subyektif, diindikasikan dengan perasaan panik,

perasaan ngeri, perasaan takut dan merasa akan pingsan

Snaith (1976) dalam skala kecemasan Leeds Scales for the Self-

Assessment of Anxiety mengindikasikan kecemasan dengan keadaan panik,

kurang istirahat, ketakutan terhadap tempat luas/ umum, mudah terkejut,

jantung berdebar-debar, ketakutan yang berlebihan dan tekanan psikis. Jika

dihubungkan dengan aspek kecemasan menurut Lovibond maka indikasi yang

dikemukakan oleh Snaith dapat diurai sebagai berikut:

a. indikasi jantung berdebar-debar masuk dalam aspek rangsangan saraf

otonom.

b. indikasi kurang istirahat, ketakutan terhadap tempat luas/ umum dan

tekanan psikis dapat digolongkan ke dalam aspek kecemasan situasional.

c. indikasi kecemasan seperti mudah terkejut, ketakutan yang berlebihan dan

tekanan psikis dapat digolongkan ke dalam aspek perasaan cemas yang

subjektif.

Jika dibandingkan dengan aspek kecemasan menurut Lovibond, indikasi

kecemasan dari Snaith belum mencakup aspek respon otot rangka, dengan kata

lain aspek kecemasan Snaith kurang lengkap dan kurang rinci dibanding

dengan aspek kecemasan Lovibond.


9

Dalam penelitian survey yang dilakukan oleh Frazier dkk (2002) yang

ditujukan pada anggota American Association of Critical Care Nurses

dipaparkan adanya empat aspek utama indikasi kecemasan, yaitu:

a. Aspek Fisiologis, diindikasikan dengan meningkatnya tekanan darah dan

denyut jantung.

b. Aspek Behavioral, diindikasikan dengan agitation, keluhan ‘cemas’ dan

kurang istirahat.

c. Aspek Somatis, diindikasikan dengan sakit dada, nafas pendek dan sulit

menelan.

d. Aspek Psikologis, diindikasikan dengan rasa takut dan marah

Jika keempat aspek di atas dihubungkan dengan aspek kecemasan

menurut Lovibond terdapat beberapa kesamaan yaitu aspek rangsangan saraf

otonom milik Lovibond dan Lovibond mencakup aspek fisiologis dan somatis

milik Frazier; sedangkan aspek kecemasan situasional milik Lovibond sesuai

dengan aspek behavioral milik Frazier; dan aspek perasaan cemas yang

subjektif milik Lovibond sesuai dengan aspek psikologis milik Frazier. Dari

perbandingan tersebut maka tampak bahwa aspek respon otot rangka milik

Lovibond tidak muncul dalam aspek kecemasan yang disusun oleh Frazier.

Schwartz (1978) dalam skala kecemasan Cognitive Somatic Anxiety

Questionnaire menggolongkan aspek kecemasan dari segi kognitif dan

somatik. Aspek kognitif ditunjukkan dengan kondisi psikis seseorang,

sedangkan aspek somatik ditunjukkan dengan kondisi fisik. Jika dibandingkan

dengan aspek kecemasan milik Lovibond perbedaan yang terlihat adalah,


10

Schwartz menggolongkan aspek kecemasan secara lebih umum dan Lovibond

menggolongkan aspek kecemasan secara lebih khusus, karena aspek kognitif

milik Schwartz mencakup aspek kecemasan situasional dan perasaan cemas

yang subyektif milik Lovibond, sedangkan aspek somatik mencakup aspek

rangsangan saraf otonom dan respon otot rangka milik Lovibond.

Menurut Bucklew (dalam Sri Rahayu 2005), secara garis besar

kecemasan termanifestasi di dalam dua tema besar yaitu reaksi psikologis dan

reaksi fisiologis. Reaksi psikologis adalah kecemasan yang berwujud sebagai

gejala-gejala kejiwaan dan reaksi fisiologis adalah kecemasan yang berwujud

sebagai gejala fisik. Keempat aspek kecemasan yang disusun oleh Lovibond

dan Lovibond sudah termasuk dalam dua tema besar manifestasi dari

kecemasan, dimana aspek saraf otonom dan respon otot rangka tergolong

dalam reaksi fisiologis, sedangkan aspek kecemasan situasional dan perasaan

cemas yang subyektif tergolong dalam reaksi psikologis.

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa aspek kecemasan menurut

Lovibond dan Lovibond sudah mewakili aspek kecemasan menurut Snaith,

lebih lengkap daripada aspek kecemasan menurut Frazier, dan lebih rinci

dibanding aspek kecemasan menurut Schwartz dan Bucklew. Berdasarkan hal

tersebut aspek kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek

kecemasan yang disusun oleh Lovibond dan Lovibond, yang terdiri atas

rangsangan saraf otonom, respon otot rangka, kecemasan situasional dan

perasaan cemas yang subyektif.


11

3. Jenis-jenis Kecemasan

Menurut Freud Kecemasan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi tiga

(dalam Shinta 2006), yaitu:

a. Kecemasan Neurotik

Ketakutan terhadap suatu bahaya yang tidak jelas, berasal dari tidak

terkendalinya naluri-naluriyang menyebabkan seseorang melakukan

tindakan bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya. Kecemasan ini

merupakan akibat konflik antara id dengan ego.

b. Kecemasan Realistik

Perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang

menyangkut tentang bahaya yang ada, kecemasan ini juga dikenal

dengan kecemasan obyektif karena taraf kecemasannya sesuai dengan

derajat ancaman atau bahaya yang ada.

c. Kecemasan Moral

Kecemasan yang terjadi akibat adanya konflik antara ego dan

superego sehingga terjadi ketakutan terhadap hati nurani

sendiri.seseorang yang hati nuraninya berkembang baik, cenderung

merasa berdosa apabila melakukan sesuatu yang bertentangan dengan

kode moral yang dimilikinya.


12

Berbeda dengan Freud, Lazarus (dalam Dionisius 2003), membagi

kecemasan sebagai suatu respon kedalam dua tema besar yaitu:

a. State Anxiety (Keadaan Cemas)

Kecemasan yang timbul jika individu dihadapkan pada situasi

tertentu dan gejalanya selalu tetap selama situasi itu ada.

b. Trait Anxiety (Sifat Cemas)

Kecemasan yang timbul sebagai suatu yang menetap pada diri

individu. Kecemasan ini berhubungan dengan kepribadian individu yang

mengalaminya.

Berdasarkan penjabaran diatas maka dalam yang dimaksud kecemasan dalam

penelitian ini State Anxiety yaitu keadaan cemas pada penderita hipertensi.

4. Alat Ukur Kecemasan

a. Depression Anxiety Stress Scale (DASS)

DASS disusun oleh Lovibond & Lovibond pada tahun 1995. DASS

adalah alat ukur depresi, kecemasan dan stres dengan model self report

yang terdiri dari tiga sub bagian, yaitu DASS-Depression (DASS-D),

DASS-Anxiety (DASS-A) dan DASS-Stress (DASS-S). Setiap sub bagian

pada DASS terdiri dari 14 item pernyataan (item total berjumlah 42).

Respon dari tiap item dalam DASS menggunakan skala Likert dari 0, 1, 2,

hingga 3 (Nieuwenhuijsen 2003). Norma DASS terdiri dari lima golongan,

yaitu 0-78 normal; 78-87 ringan; 87-95 sedang; 95-98 berat; 98-100 sangat

berat (Crawford 2003).


13

Dalam penelitian Lovibond & Lovibond (1995) DASS diberikan

pada 717 responden (pelajar). Dalam penelitian ini, DASS dikorelasikan

dengan Beck Anxiety Inventory (BAI) dan Beck Depression Inventory (BDI),

hasilnya adalah korelasi DASS-A dan BAI adalah 0,81, sedangkan DASS-D

dan BDI adalah 0,74. Selebihnya penelitian Antony dkk (1998) menemukan

hasil yang sama pada sampel klinis (Crawford 2003). Selanjutnya dalam

penelitian Crawford (2003) yang diterapkan pada 1.771 (965 wanita dan 806

laki-laki) sampel non klinis ditemukan adanya korelasi antara DASS-A dan

The Personal Disturbance Scale-sub Anxiety (sAD-A) adalah 0,72 dan

korelasi antara DASS-A dan The Hospital Anxiety and Depression Scale-

sub Anxiety (HADS-A) sebesar 0.62 (p<0.001), hasil korelasi antara DASS-

A dan HADS-A ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nieuwenhuijsen (2003) yaitu r = 0.66. Selanjutnya dalam penelitian

Crawford (2003), korelasi antara DASS-A dan Positive and Negative Affect

Schedule sebesar -0.29 untuk sub skala positive affect (PANAS-PA) dan

0.60 untuk sub skala negative affect (PANAS-NA).

Dalam penelitian Lovibond & Lovibond pada sampel non klinis (N=

2.914) ditemukan bahwa reliabilitas DASS dengan menggunakan Alpha

Cronbach adalah 0.91 untuk sub skala depresi; 0.84 untuk sub skala

kecemasan dan; 0.90 untuk sub skala stres (Crawford 2003). Selebihnya,

pada penelitian Crawford (2003) dihasilkan konsistensi internal (reliabilitas)

DASS dengan Alpha Cronbach adalah 0.897 pada sub skala kecemasan;

0.947 pada sub skala depresi dan; 0.933 pada sub skala stres. Dalam
14

penelitan yang dilakukan oleh Nieuwenhuijsen (2003) didapatkan

perhitungan statistik khususnya reliabilitas pada tiap sub skala depresi,

kecemasan dan stres secara berurutan adalah 0.94; 0.88; 0.93. Dengan

demikian baik DASS-D, DASS-A, maupun DASS-S dapat dikatakan valid

dan reliabel.

b. Cognitive Somatic Anxiety Questionnaire (CSAQ)

Skala kecemasan CASQ disusun oleh Schwartz dkk. pada tahun

1978 dengan memandang kecemasan dari segi psikobiologikal. Skala ini

diujicobakan pada 77 pekerja. Dalam penelitiannya, mereka

mengimplementasikan latihan fisik dan meditasi untuk menurunkan gejala

somatik dan kognitif pada kecemasan. CASQ terdiri dari 14 item (7 item

kognitif dan 7 item somatik). Skala respon tiap item terdiri dari 5 anchor (1-

tidak sama sekali hingga 5- sangat tepat).

Korelasi antara CSAQ dengan STAI (Spielberg State-Trait

Inventory) adalah 0.67.sedangkan korelasi antara sub skala somatik dan sub

skala kognitif sendiri adalah 0,42.

Contoh item pernyataan CSAQ:

Kognitif:

“ Saya merasa susah berkonsentrasi karena pikiran tidak terkontrol ”

“ Saya Khawatir secara berlebihan terhadap sesuatu yang tidak perlu

dicemaskan”

“ Saya membayangkan hal-hal yang mengerikan “


15

Somatik

“ Jantung saya berdetak lebih cepat “

” Saya merasa tubuh saya gelisah “

“ Saya mengalami diare “

c. Leeds Scales for the Self-Assessment of Anxiety and Depression (Leeds

SAAD)

Leeds SAAD diciptakan oleh Snaith dkk, pada tahun 1976. Leeds

SAAD merupakan skala improvisasi (ubahan) dari Wakefield Self

Assessment of Depression Inventory, yang juga diciptakan oleh Snaith pada

tahun 1971, dengan menambah beberapa item. Leeds SAAD terdiri dari 22

item, dengan item no 21 dan 22 diambil dari Anxiety Scale of the Symptom

Rating Test yang disusun oleh Kellner dan Shefield pada tahun 1973.

Respon dari tiap item terdiri dari 4 anchor (0- tidak sama sekali; 1- tidak

begitu; 2- kadang-kadang; 3- pasti) (Snaith 1976)

Korelasi antara Leeds SAAD- sub skala depresi dengan Hamilton

Depression Rating Scale sebesar 0.94, sedangkan korelasi antara Leeds

SAAD- sub skala kecemasan dengan Hamilton Anxiety Rating Scale sebesar

0.90.

Contoh item Leeds SAAD sub skala kecemasan:

“ Saya merasa sangat ketakutan/ panik terhadap sesuatu yang tidak

beralasan “

“ Saya merasa cemas ketika keluar rumah sendiri “

“ Saya merasa ketakutan “


16

“ Saya merasa tegang “

d. Hospital Anxiety Depression Scale (HADS)

HADS diciptakan oleh Zigmond & Snaith pada tahun 1983. Skala

ini digunakan untuk mengetahui tingkat depresi dan kecemasan dalam

lingkungan non-psikiatris klinis.HADS terdiri dari 14 item (7 item depresi

dan 7 item kecemasan). Dalam skal ini responden diminta untuk

mendeskripsikan dirinya dengan memilih jawaban yang paling mendekati

sesuai keadaan mereka dalam 1 minggu terakhir (Crawford 2003 dan

Nieuwenhuijsen 2003).

Contoh item pernyataan HADS-A:

“ Saya merasa tidak bisa beristirahat seakan harus bergerak “

“ Saya cepat merasa panik “

“ Saya merasa tertekan “

e. Personal Disturbance Scale (sAD)

Skala ini diambil dari Delusions-Symptoms States Invent (DSSI)

yang diciptakan Bedford dan Foulds (1978). Skala ini terdiri dari 14 item (7

item kecemasan dan 7 item depresi) (Crawford 2003).

f. Positive and Negative Affect Schedule (PANAS)

PANAS diciptakan oleh Watson dkk. pada tahun 1988. Skala dengan

model self report ini berisi mengenai perasaan positif dan negatif dengan

jumlah item sebanyak 20 (Crawford 2003)


17

g. Beck Anxiety Inventory (BAI)

BAI dibentuk oleh Aaron T. Beck. Skala ini terdiri dari 21 item

kecemasan, tiap item memiliki respon dengan skala 4 poin (dari 0 sampai

3). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Contreras dkk (2004) dihasilkan

bahwa reliabilitas BAI sebesar 0,82.

h. Spielberg State Trait Anxiety Inventory (STAI)

STAI diciptakan oleh Charles D. Spielberg. Skala ini terdiri dari 40

item total (20 sifat cemas dan 20 keadaan cemas). Seluruh respon tiap item

terdiri dari 4 skala likert, yaitu untuk sifat cemas (Trait Anxiety) terdiri dari

1- hampir tidak pernah, 2- kadang-kadang, 3- sering dan 4- selalu sedangkan

untuk keadaan cemas (State Anxiety) adalah 1- tidak sama sekali, 2- agak,

3- cenderung begitu, dan 4- sangat tepat

i. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS atau HAS atau HAM-A)

HARS disusun oleh Max Hamilton pada tahun 1959. Skala ini terdiri

dari 14 item, tiap item memiliki respon dengan skala 5 poin (0-4) (Lipsig,

www.atlantapsychiatri.com 2008)

Berdasarkan uraian berbagai macam alat ukur kecemasan, peneliti

memutuskan untuk menggunakan dan mengadaptasi DASS sub skala

anxiety (kecemasan) sebagai alat ukur tingkat kecemasan penderita

hipertensi. Selain karena DASS mengandung aspek kecemasan dari

Lovibond, juga merupakan alat ukur kecemasan yang paling baru dengan

korelasi dan reliabilitas skala yang tinggi. Selebihnya menurut

Nieuwenhuijsen (2003) skala ini dapat digunakan dalam sampel klinis


18

maupun non-klinis, bahkan tepat untuk digunakan dalam penanganan

kesehatan. Sebagai alat ukur kecemasan, depresi dan stres, DASS memiliki

tingkat pembeda yang cukup tinggi karena sudah memisahkan ketiga faktor

tersebut dalam indikator-indikator yang jelas (tidak ambigu).

B. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi diartikan sebagai kondisi tekanan darah yang menetap lebih

tinggi dari kisaran normal (Althaus, 1997). Beevers (2002) medefinisikan

hipertensi sebagai kondisi seseorang dengan tingkat tekanan darah diatas atau

sama dengan 140/90 mmHg. Sedikit berbeda dengan Beevers, Eyer serta

Gutmann (dalam Karyono 1994), secara garis besar hipertensi didefinisikan

sebagai naiknya tekanan darah secara kronis, umumnya di atas 140/95 mmHg.

Batas atas kisaran normal yang ditetapkan WHO (dalam Tuty, 2006) adalah

140 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 90 mmHg untuk tekanan darah

diastolik. Tekanan darah sistolik menggambarkan besarnya tekanan cairan

darah ke dinding pembuluh darah sewaktu jantung berkontraksi mencurahkan

darah dari jantung ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan darah diastolik

menggambarkan hal yang sama, namun pada saat jantung relaksasi

memasukkan darah dari seluruh tubuh ke dalam jantung. Dengan demikian,

setiap kali pengukuran tekanan darah dilakukan, dilaporkan dua nilai sebagai

tekanan sistolik dan tekanan diastolik (Althaus, 1997)

Hipertensi adalah salah satu penyakit kardiovaskuler (jantung dan

pembuluh darah) yang diindikasikan dengan meningkatnya tekanan darah.


19

Hipertensi merupakan penyakit permanen atau penyakit yang akan diderita

seumur hidup (Hipertensi Baru, www.elexmedia.com 2007). Meskipun

hipertensi bukan merupakan penyakit pembunuh utama, namun penyakit ini

digolongkan sebagai The Silent Killer (pembunuh diam-diam/pembunuh bisu)

karena biasanya tidak menimbulkan gejala-gajala tertentu hingga akhirnya

menimbulkan penyakit lain ataupun komplikasi yang dipicu oleh tekanan darah

tinggi tersebut, dengan kata lain penyakit ini sulit terdiagnosis sejak awal

(Beevers 2002).

Menurut Beevers (2002), hipertensi patut diwaspadai karena jika arteri

yang mengalirkan darah keluar dari jantung harus menahan tekanan yang tinggi

selama bertahun-tahun (bagi penderita yang tidak tahu dan tidak berobat),

maka pembuluh darah tersebut akan rusak, lapisannya menjadi kasar dan tebal

sehingga pada akhirnya menimbulkan penyempitan dan kekakuan dinding

pembuluh darah (arteriosklerosis). Maka jika arteri terlalu sempit, darah tidak

dapat mengalir dengan lancar, bagian tubuh yang membutuhkan pasokan darah

dan oksigen akan terhalang. Pada saat arteri menyempit, terjadi peningkatan

kecenderungan darah membeku (thrombosis), yang dapat menyebabkan

penyumbatan total pada arteri sehingga bagian tubuh yang sama sekali tidak

mendapatkan pasokan darah dan oksigen akan menjadi mati (tidak berfungsi).

Selanjutnya dipaparkan bahwa tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan

salah satu dari tiga faktor resiko utama (penyebab) serangan jantung dan

stroke.
20

2. Klasifikasi Hipertensi

Pengelompokkan kriteria hipertensi bermacam-macam, namun secara

umum kurang lebih sama. World Health Organization atau WHO (dalam Tuty

2006) mengklasifikasikan tingkat tekanan darah dalam satuan mmHg pada

tabel 1.

TABEL 1
Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah Menurut WHO dalam Satuan mmHg
No Klasifikasi Sistolik Diastolik
1 Optimal <120 <80
2 Normal <130 <85
3 Normal-tinggi 130-139 85-89
4 Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99
5 Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Hipertensi derajat 3 (berat) ≥180 ≥110
7 Hipertensi sistolik terisolasi 140 < 90
8 Subkelompok : boderline 140 – 149 < 90

Selanjutnya diterangkan jika tekanan darah sistolik dan diastolik

berbeda klasifikasi, maka klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi yang lebih

tinggi.

Menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure atau JNC, terdapat perbedaan antara JNC VI

dan JNC VII yang terlihat dalam tabel 2 dan tabel 3 berikut (Tuty 2006).

TABEL 2
Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Umur ≥ 18 Tahun
Menurut JNC VI dalam mmHg
No Klasifikasi Sistolik Diastolik
1 Optimal < 120 <80
2 Normal <130 <85
3 Normal-Tinggi 130-139 85-89
4 Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
5 Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109
6 Hipertensi Derajat 3 ≥180 ≥110
21

TABEL 3
Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Umur ≥ 18 tahun
Menurut JNC VII dalam mmHg
No Klasifikasi Sistolik Diastolik
1 Normal < 120 <80
2 Prehipertensi 120-139 80-89
3 Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
4 HipertensiDerajat 2 ≥160 ≥100

Dalam penelitian ini digunakan pengklasifikasian hipertensi ditentukan

berdasarkan klasifikasi menurut WHO karena cenderung sama dengan

pengklasifikasian hipertensi dalam JNC VI.

3. Penyebab Hipertensi

Menurut penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi:

a. Hipertensi Primer (hipertensi esensial), yaitu hipertensi yang penyebabnya

tidak diketahui secara spesifik (Beevers 2002).

b. Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yang diakibatkan oleh masalah yang

terjadi akibat efek samping pemberian suatu obat, kehamilan, atau gangguan

organik lain seperti ginjal dan paru (WHO 1978 dalam Karyono 1994).

Dalam Beevers (2002) dikatakan bahwa 95 persen kasus hipertensi

merupakan hipertensi primer atau esensial dan 5 persen sisanya merupakan

hipertensi sekunder.

Secara umum, dalam Beevers (2002) dan Karyono (1994) dipaparkan

bahwa hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:


22

a. Faktor Genetik atau Keturunan

Menurut WHO pada tahun 1978 (dalam Karyono, 1994), terdapat

empat hal yang dapat dijadikan bukti akan adanya pengaruh faktor

keturunan sebagai salah satu faktor penyebab hipertensi, yaitu:

1) Tekanan darah dalam satu keluarga relatif sama.

2) Pada kembar monozigotik tekanan darahnya cenderung sama satu sama

lain dibanding kembar dizigotik.

3) Antara anak kandung dan adopsi tidak terdapat korrelasi yang

bermakna dalam tekanan darahnya.

4) Terdapat kecenderungan antara saudara dekat dan saudara jauh memiliki

tekanan darah yang sama.

b. Faktor Pola Makan

1) Berat Badan

Seseorang dengan berat badan berlebihan (tidak disertai tinggi

badan) cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibanding

dengan orang yang kurus. Hal ini disebabkan karena semakin berat

badan seseorang maka semakin besar pula kerja jantung dan pembuluh

darah dalam melayani seluruh tubuh (Karyono 1994).

2) Konsumsi Garam

Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun

memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah karena

peningkatan kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding arteri

kecil. Kadar sodium yang tinggi memudahkan masuknya kalsium ke


23

dalam sel-sel tersebut, dan akan menyebabkan arteri kecil berkontraksi

dan menyempit (Beevers 2002).

3) Konsumsi Alkohol

Semakin banyak konsumsi alkohol maka semakin tinggi

tekanan darah di dalam tubuh. Bahkan peminum berat atau alkoholik

sangat beresiko mengalami stroke (Beevers 2002).

4) Konsumsi Potasium dan Kalsium

Potasium banyak terkandung dalam buah-buahan dan sayuran,

sedangkan kalsium banyak terkandung dalam susu. Dengan

mengonsumsi banyak buah dan sayur maka kecenderungan munculnya

hipertensi semakin kecil. Hal ini disebabkan karena sel-sel tubuh

bereaksi terhadap kandungan potasium yang tinggi dengan membuang

sodium. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan

mengkonsumsi kalsium maka tubuh aman dari kemunculan hipertensi.

Namun penelitian ini masih menjadi kontroversi (Beevers 2002).

5) Konsumsi Protein

Kurangnya konsumsi protein akan menyebabkan naiknya

tekanan darah. Hal ini diakibatkan karena tingginya masukan protein

digunakan untuk mengurangi efek tingginya masukan garam (Karyono

1994).
24

6) Konsumsi Air Lunak atau minuman ringan (Soft Drink)

Soft Drink menyebabkan kemungkinan terjadinya peningkatan

tekanan darah karena dalam soft drink terkandung kadar garam yang

cukup tinggi dan kandungan mineral yang rendah (Karyono 1994).

c. Faktor Olahraga

Dalam kenyataanya ketika berolahraga tubuh bekerja lebih keras

sehingga tekanan darahpun naik. Namun jika olahraga ini dilakukan dengan

teratur maka dapat mempengaruhi menurunnya tekanan darah dibandingkan

dengan melakukan olahraga yang cukup melelahkan namun hanya sesekali

(tidak teratur). Seseorang yang melakukan olahraga teratur cenderung

memiliki pola hidup yang lebih sehat dengan tidak memiliki kebiasaan

merokok dan mengkonsumsi alkohol (Beevers 2002).

d. Faktor Psikososial (Karyono 1994 dan Beevers 2002)

1) Konflik

Dalam Karyono (1994) dikatakan bahwa rasa bermusuhan

(konflik) atau kondisi neurotik berpengaruh pada perubahan tekanan

darah. Hal ini dikemukakan pertama kali oleh Alexander (1939) yang

dikutip oleh Prokop dan Bradley (1981).

2) Stres

Stres cenderung meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang

relatif singkat. Sebagai contoh ketika seseorang mendengar berita buruk

atau tidak menyenangkan dalam waktu singkat tekanan darah dapat

segera meningkat (Beevers 2002).


25

4. Penanganan Hipertensi

Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu

penanganan farmakologis dan penanganan nonfarmakologis. Penanganan

farmakologis menggunakan obat-obatan untuk mengurangi tekanan darah,

yang diberikan oleh dokter. Penanganan nonfarmakologis, biasanya dilakukan

dengan cara mengubah pola hidup, diantaranya melalui mengurangi konsumsi

garam, mengendalikan berat badan, mengendalikan pengkonsumsian minuman

beralkohol, melakukan olahraga, mengkonsumsi suplemen potassium dan

kalsium, mengikuti konseling stres, melakukan relaksasi dan melakukan

meditasi.

C. Kecemasan pada Penderita Hipertensi

Ada dua faktor yang paling berpengaruh pada tekanan darah, yaitu curah

jantung dan tekanan pembuluh darah tepi. Baik curah jantung maupun tekanan

pembuluh darah tepi dipengaruhi oleh aktivitas saraf dan hormon (Althaus

1997).Seperti diketahui sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf

tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, serta

berfungsi untuk mengontrol kegiatan seluruh bagian tubuh. Sistem saraf tepi

merupakan jaringan saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan

berbagai bagian tubuh. Sistem saraf tepi berdasarkan fungsinya dibagi menjadi

saraf sensorik yang bertugas menyampaikan informasi ke sistem saraf pusat, dan

saraf motorik yang bertugas menyampaikan respon gerak ke seluruh tubuh. Saraf

motorik dibagi menjadi saraf somatik yang mengatur gerakan yang bisa
26

dikendalikan (otot rangka), dan saraf otonom yang mengatur gerakan yang tidak

bisa dikendalikan (otot jantung, otot dinding pembuluh darah dan otot usus).

Sistem saraf otonom terdiri atas saraf simpatis dan saraf parasimpatis yang bekerja

berlawanan. Apabila saraf simpatis terangsang akan terjadi peningkatan denyut

jantung, penyempitan pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah. Saraf

parasimpatis bertugas mengembalikan respon peningkatan tekanan darah tersebut

ke kondisi normal.

Kecemasan akan merangsang sistem saraf simpatis yang selanjutnya akan

merangsang kelenjar anak ginjal (kelenjar adrenal) untuk mengeluarkan hormon

adrenalin dan noradrenalin, kortisol dan aldosteron. Zat-zat tersebut akan

meningkatkan denyut jantung dan mempersempit pembuluh darah sehingga

tekanan darah meningkat (Faisal, 2006). Disamping rangsangan simpatis,

kecemasan akan mengurangi pembuatan sel darah putih sehingga daya tahan

tubuh terhadap penyakit akan menurun (Frazier, 2002)

Salan (dalam Faisal 2006) mengatakan bahwa kecemasan menyebabkan

terjadinya sekresi adrenalin yang berlebihan sehingga menyebabkan tekanan

darah meningkat, akan tetapi pada ketakutan atau kecemasan yang sangat hebat,

bisa terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga

menyebabkan tekanan darah menurun. Dalam faisal (2006) terdapat beberapa

penelitian yang menunjukkan hubungan antara kecemasan dengan tekanan darah,

diantaranya Falker (1978), Knardahl (1988) dan Folkow (1982) menyatakan

bahwa peningkatan kecemasan akan meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan


27

Steproe (1982) membuktikan pengaruh kecemasan dalam meningkatkan tekanan

diastolik.

Hipertensi berpengaruh terhadap munculnya atau meningkatnya

kecemasan pada seseorang. Santrock (2002) dan Beevers (2004) mengemukakan

pendapat yang sama bahwa seseorang yang menderita hipertensi harus mengubah

gaya hidupnya, seperti melakukan diet, olah raga, menghentikan kebiasaan

merokok dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol, serta melakukan aktivitas

pengelolaan kondisi psikologis. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis

yang dapat menimbulkan komplikasi penyakit lain yang lebih berat, seperti paru-

paru, jantung, stroke dan gagal ginjal bahkan berpotensi besar menyebabkan

kematian (Santrock 2002). Paksaan untuk mengubah gaya hidup dan

kekhawatiran akan munculnya berbagai kompilikasi serta ancaman kematian

dapat menimbulkan kecemasan pada penderita hipertensi.

Pengaruh timbal balik antara kondisi kecemasan dengan kondisi hipertensi

merupakan lingkaran setan yang berpotensi memperberat kedua kondisi tersebut.

Untuk itulah diperlukan usaha untuk memotong alur timbale balik tersebut, baik

dengan cara mengelola kecemasan maupun mengelola hipertensi. Untuk memilih

cara pengelolaan kecemasan perlu diketahui terlebih dahulu tingginya tingkat

kecemasan penderita hipertensi.


28

D. Kerangka Berpikir

Kelenjar adrenalin Keluar adrenalin,


terangsang noradrenalin,
kortisol, aldosteron

Saraf simpatis -Denyut jantung meningkat


terangsang -Pembuluh darah tepi menyempit

Tekanan darah meningkat


KECEMASAN
(HIPERTENSI)

Terpaksa mengubah
gaya hidup

Khawatir akan komplikasi


penyakit yang lebih berat

Khawatir akan kematian

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasar uraian diatas, dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa rata-rata tingkat kecemasan penderita hipertensi?

2. Rata-rata tersebut tergolong dalam kategori apa?


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua

aktivitas, objek, proses, dan manusia. Penelitian deskriptif berkaitan dengan

pengumpulan fakta, identitas, dan meramalkan hubungan dalam dan antara

variabel (Basuki, 2006).

Berdasar teori di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

memberi gambaran tingkat kecemasan penderita hipertensi tanpa membuat

kesimpulan yang berlaku secara umum di luar subjek penelitian.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti yaitu tingkat kecemasan penderita hipertensi.

C. Definisi Operasional

Kecemasan adalah suatu keadaan negatif pada seseorang yang ditandai

dengan adanya rangsangan saraf otonom, respon otot rangka, kecemasan

situasional dan perasaan cemas yang subyektif. Tingkat kecemasan diukur dengan

skala DASS sub skala kecemasan. Tingginya tingkat kecemasan ditunjukkan oleh

besarnya nilai total dari skala kecemasan tersebut.

29
30

Penderita hipertensi adalah seseorang yang memiliki kondisi tekanan

darah sistolik yang lebih tinggi atau sama dengan 140 mmHg dan atau diastolik

lebih tinggi atau sama dengan 90 mmHg. Tinggi tekanan darah subjek didapat

dengan menanyakan langsung kepada penderita hipertensi yang bersangkutan

maupun menanyakan pada perawat yang telah mengukur tinggi tekanan darah

penderita hipertensi menggunakan alat spygnomanometer.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah 67 orang yang sudah didiagnosa sebagai

penderita hipertensi dan didapat dengan tekhnik accidental purposive sampling di

poliklinik USD dan UNY serta Rumah Sakit Panti Rapih dan Rumah Sakit

Bethesda. Disamping itu subyek penelitian didapat dari relasi peneliti.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan skala kecemasan yang diadaptasi dari

Depression Anxiety Stress Scale (DASS) sub skala anxiety (kecemasan) yang

dibuat oleh Lovibond dan Lovibond (dalam Crawford 2003). Skala terdiri atas 14

pernyataan dengan 4 alternatif jawaban skala Likert dalam bentuk angka, yaitu 0;

1; 2; 3. Secara berurutan pengertian dari setiap respon tersebut adalah tidak

pernah; kadang-kadang; sering; hampir setiap hari. Semua pernyataan dalam skala

ini merupakan pernyataan favorable, dan untuk lebih jelasnya akan dijabarkan

sebagai berikut.

0 : bila dalam satu minggu terakhir subjek tidak pernah mengalami sama sekali
31

1 : bila dalam satu minggu terakhir subjek kadang-kadang mengalami

2 : bila dalam satu minggu terakhir subjek cukup sering mengalami

3 : bila dalam satu minggu terakhir subjek hampir setiap hari mengalami

Penjelasan sebaran bobot setiap aspek (blue print) dan juga sebaran item

pernyataan dalam skala kecemasan ini akan dijabarkan ke dalam tabel 4 dan tabel

5 berikut ini.

TABEL 4
Blue Print DASS-A
No Aspek Jumlah Bobot
Pernyataan
1 Rangsangan Saraf Otonom 5 36 %
2 Respon Otot Rangka 2 14 %
3 Kecemasan Situasional 3 21 %
4 Perasaan Cemas yang Subjektif 4 29 %
Total 14 100 %

TABEL 5
Distribusi Item Skala Kecemasan DASS-A
Sebelum Seleksi Item (uji coba)
No Aspek Nomor Item Jumlah
1 Rangsangan Saraf Otonom 1; 2; 6; 8; 9 5
2 Respon Otot Rangka 3; 14 2
3 Kecemasan Situasional 4; 11; 13 3
4 Perasaan Cemas yang Subjektif 5; 7; 10; 12 4
total 14

Item-item dalam skala kecemasan tersebut untuk selanjutnya diuji cobakan

kepada subyek penelitian dan selanjutnya dianalisis. Analisis ini digunakan untuk

melihat kelayakan dan kesesuaian tiap item pada penelitian ini. Setiap item yang

tidak layak untuk selanjutnya akan digugurkan dan tidak disertakan ke dalam

angket penelitian.
32

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Pengukuran Validitas Alat Tes

Validitas adalah taraf kesungguhan dari sebuah instrumen penelitian

untuk mengukur secara tepat sesuatu yang ingin diukur (Kerlinger 2006).

Validitas internal (validitas isi) telah dipertanggungjawabkan oleh Lovibond

dan Lovibond dengan menyusun item pernyataan yang meliputi seluruh aspek

kecemasan. Validitas eksternal ditunjukkan oleh nilai korelasi antara instrumen

tersebut dengan instrumen lain yang sebanding. DASS-A berkorelasi dengan

Beck Anxiety Inventory (BAI) sebesar 0,81, dengan The Personal Disturbance

Scale-sub Anxiety (sAD-A) sebesar 0,72. Korelasi antara DASS-A dengan The

Hospital Anxiety and Depression Scale- sub Anxiety (HADS-A) sebesar 0.62

(p<0.001)

Adaptasi instrumen DASS-A dilakukan dengan cara

menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan dilakukan oleh

peneliti dibawah bimbingan ahli yaitu A.Tanti Arini, S.Psi., M.Si. (dosen

pembimbing) dan Dr. dr. B.M. Wara Kushartanti, MS. Hasil terjemahan

bahasa Indonesia diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Inggris oleh ahli

yang menguasai secara substansi maupun bahasa (expert judgement) yaitu Prof.

dr. J. Hari Kusnanto, Dr.PH.. Akhirnya peneliti dibawah bimbingan ahli

membandingkan instrumen DASS-A yang asli dengan terjemahan kembali

dalam bahasa Inggris. Beberapa perbedaan dikonsultasikan kembali kepada

expert judgement, dan akhirnya didapatkan instrumen adaptasi DASS-A yang

dapat dipertanggungjawabkan.
33

2. Seleksi Item

Proses seleksi item dilakukan sesudah seluruh data terkumpul. Seleksi

item digunakan untuk menganalisis dan menyaring item-item yang berkualitas,

layak dan sesuai dengan penelitian. Menurut Saifuddin (2005), seleksi item

adalah memilih item yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi

ukur yang dikehendaki penyusunnya. Prosedur seleksi item dilakukan melalui

pengukuran koefisien korelasi setiap item. Hal ini didapatkan dengan cara

mengkorelasikan skor item dengan skor item total. Skor koefisien korelasi tiap

item dikatakan baik atau layak apabila skor positif dan rix >0,25, sebaliknya

item yang gugur adalah item yang memilki rix < 0,25 dan berbentuk negatif

(Saifuddin, 2005). Koefisien item yang dihasilkan mendekati nol menunjukkan

bahwa item tersebut tidak memberikan informasi apa-apa dan menjadi item

mubazir yang keberadaannya akan mengurangi kualitas tes sehingga lebih baik

digugurkan (http://psikologistatistik.blogspot.com). Koefisien item yang

berbentuk negatif dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian item dengan item

keseluruhan, atau dengan kata lain item tersebut justru merusak reliabilitas

skala, maka harus dihilangkan. Proses penghitungan tidak dilakukan secara

manual, melainkan dengan bantuan program SPSS versi 15 for Windows.

Setelah pengukuran koefisien korelasi setiap item dilakukan maka

ditemukan bahwa salah satu item tidak memenuhi syarat atau kriteria sebagai

item yang berkualitas karena rix dari item tersebut <0,25. Item tersebut adalah

item nomer 8 (tabel 6).


34

TABEL 6
Seleksi Item
No Aspek Nomor Item Jumlah
1 Rangsangan Saraf Otonom 1; 2; 6; 8*; 9 5
2 Respon Otot Rangka 3; 14 2
3 Kecemasan Situasional 4; 11; 13 3
4 Perasaan Cemas yang Subjektif 5; 7; 10; 12 4
total 14
*) Item no 8 digugurkan karena rix < 0,25
Dengan menggugurkan salah satu item maka konsekuensi yang harus

dilakukan adalah mengatur kembali penomoran atau urutan item dalam skala

kecemasan ini. Dalam tabel 7 berikut ini tampak penomoran kembali skala

kecemasan.

TABEL 7
Distribusi Item Skala Kecemasan DASS-A
Setelah Seleksi Item (penelitian)
No Aspek Nomor Item Jumlah
1 Rangsangan Saraf Otonom 1; 2; 6; 8 4
2 Respon Otot Rangka 3; 13 2
3 Kecemasan Situasional 4; 10; 12 3
4 Perasaan Cemas yang Subjektif 5; 7; 9; 11 4
total 13

Untuk selanjutnya 13 item inilah yang akan dianalisis.

3. Pengukuran Reliabilitas Alat Tes

Pada dasarnya reliabilitas adalah tingkat kepercayaan pada suatu alat

ukur. Tingkat kepercayaan ini sangat erat hubungannya dengan besar error

(http://psikologistatistik.blogspot.com). Semakin kecil error dalam alat ukur

maka tingkat kepercayaan alat ukur tersebut semakin tinggi. Tingginya tingkat

kepercayaan menimbulkan efek keajegan, konsistensi atau kestabilan suatu alat

ukur, sehingga alat ukur tersebut dapat digunakan dalam waktu yang berbeda

dengan konteks yang sama.


35

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan konsistensi internal yaitu dengan melihat konsistensi antar item

dalam alat ukur atau instrumen itu sendiri. Analisis reliabilitasnya dilakukan

dengan teknik Alpha Cronbach. Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila

koefisiennya mendekati 1,00. Dengan koefisien reliabilitas 0,900 berarti

perbedaan (variasi) yang tampak pada skor skala tersebut mampu

mencerminkan 90% dari variasi yang terjadi pada skor murni kelompok subyek

yang bersangkutan, dengan kata lain bahwa 10% dari perbandingan skor yang

tampak disebabkan oleh variasi atau kesalahan pengukuran tersebut

(Saifudin,2005).

Reliabilitas DASS-A telah dihitung oleh Lovibond dan Lovibond

(1995) sebesar 0,84, sedangkan Crawford (2003) mendapatkan angka 0,897

dan Nieuwenhuijsen (2003) mendapatkan angka sebesar 0,88.

Perhitungan reliabilitas koefisien Alpha pada skala kecemasan DASS

dengan analisa Cronbach’s Alpha menggunakan SPSS versi 15 for Windows.

Hasil perhitungan reliabilitas skala kecemasan DASS sebelum seleksi item

adalah 0,822, sedangkan reliabilitas setelah item no 8 digugurkan naik menjadi

0,830.

G. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan adalah statistik deskriptif

kuantitatif karena data berupa angka-angka. Statistik deskriptif berusaha

menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti mean,


36

modus, median, variasi kelompok melalui rentang data dan standar deviasi. Mean

adalah nilai rata-rata hitung dari suatu kelompok. Modus adalah nilai yang paling

sering terjadi atau yang mempunyai frekuensi paling tinggi. Median adalah nilai

tengah setelah data diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar atau sebaliknya

(Kerlinger 2006).

Mean empirik yang didapat dari penelitian dan dihitung dengan bantuan

program SPSS versi 15 for Windows, akan dibandingkan dengan mean teoritik.

Mean teoritik dihitung dengan cara berikut ini (Saifuddin 2005):

1. Skor minimum : skor paling rendah yang diperoleh subjek pada skala yaitu 0.

2. Skor maksimum : skor paling tinggi yang diperoleh subjek pada skala yaitu 3.

3. Range : luas jarak sebaran antara skor maksimum dan skor

minimum.

4. Standar Deviasi (SD): luas jarak sebaran yang dibagi dalam 6 satuan standar

deviasi.

5. Mean teoritik (µ) : rata-rata teoritik dari skor maksimum dan minimum.

Dengan prosedur diatas maka penghitungan skor diatas dapat dijabarkan

sebagai berikut,

N item=13
Skor minimum teoritik : skala respon terendah × N item
: 0 X 13
:0
Skor maksimum teoritik : skala respon tertinggi × Nitem
: 3 X 13
: 39
Range teoritik : skor maksimum – skor minimum
37

: 39 – 0
: 39

Standar Deviasi (σ) :

: 6,5

Mean teoritik (µ) :

: 19,5
Mean Teoritik hasil penghitungan akan digunakan sebagai dasar

pembentukan kategorisasi tingkat kecemasan. Perumusan dalam penghitungan

kategorisasi tersebut berdasarkan model distribusi normal yang dibagi menjadi 5

kategori tingkat kecemasan, yaitu Normal; Ringan; Sedang; Berat dan; Sangat

Berat. Secara jelas pengkategorisasian tampak dalam tabel 8.

TABEL 8
Kategorisasi Tingkat Kecemasan
RUMUS Pemasukan angka Kategori
x ≤ (µ - 1,5 ) x ≤ 6,75 NORMAL
(µ - 1,5 ) < x ≤ (µ - 0,5 ) 6,75 < x ≤ 13,25 RINGAN
(µ - 0,5 ) < x ≤ (µ + 0,5 ) 13,25 < x ≤ 19,75 SEDANG
(µ + 0,5 ) < x ≤ (µ + 1,5 ) 19,75 < x ≤ 26,25 BERAT
(µ + 1,5 ) < x 26,25 < x SANGAT BERAT

Tingkat kecemasan kategori normal (tabel 8) diartikan sebagai munculnya reaksi

fisiologis dan psikologis dalam kurun waktu 1 minggu, yang mengindikasikan

kecemasan namun masih dalam batas wajar, karena seseorang tidak mungkin

terbebas sama sekali dari kecemasan. Batas wajar tersebut ditunjukkan dengan angka

kecemasan kurang dari 6,75.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

1.Perizinan penelitian

Konsep awal penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar kuesioner

secara insidental kepada penderita hipertensi, yang dimulai pada awal bulan

November 2008. Dengan konsep tersebut peneliti terjun ke lapangan dan

ternyata sulit mendapatkan responden, hal ini mungkin disebabkan karena

peneliti tidak menemukan organisasi atau tempat tertentu yang beranggotakan

penderita hipertensi, khususnya di Yogyakarta. Pada akhirnya peneliti

memutuskan untuk mengajukan izin melakukan penelitian di tempat-tempat

yang memungkinkan untuk mendapatkan subjek penelitian, dalam hal ini

penderita hipertensi. Tempat tersebut adalah poliklinik dan rumah sakit. Hal ini

dilakukan dengan harapan peneliti dapat mengumpulkan data dengan cepat.

Pengajuan izin penelitian ditujukan pada Unit Pelayanan Kesehatan

Universitas Sanata Dharma (UPK-USD) di Mrican dan Unit Pelayanan

Kesehatan Universitas Negeri Yogyakarta (UPK-UNY) di Karang Malang pada

tanggal 12 Desember 2008. Izin pelaksanaan penelitian ini menggunakan surat

izin penelitian dengan nomor 122a./D/KP/Psi/USD/XII/2008 yang sudah

disahkan oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Izin

penelitian tersebut mendapat tanggapan dari UPK-UNY pada tanggal 22

Desember 2008 melalui surat dengan nomor 27/UPK/12/08, yang berisi

38
39

pernyataan tentang diperbolehkannya peneliti untuk melakukan penelitian di

tempat tersebut. Surat tanggapan dari UPK-USD yang lebih kurang berisi hal

yang sama diterima pada tanggal 8 Januari 2009 dengan nomor 001/BAU-

UPK/1/2009. Penyebaran kuesioner pada kedua tempat tersebut dilakukan oleh

petugas UPK sehingga peneliti hanya menitipkan kuesioner.

Izin penelitian pada Rumah Sakit Panti Rapih dan Rumah Sakit Bethesda

menggunakan surat izin penelitian resmi yang berbeda dengan surat izin

penelitian di kedua poliklinik diatas, yaitu peneliti wajib memberikan surat ijin

penelitian yang lebih terstruktur dan menyertakan proposal penelitian. Pada

tanggal 18 Desember 2008 peneliti menyerahkan surat izin penelitian yang

sudah disahkan oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

dengan nomor 126a./D/KP/Psi/USD/XII/2008 beserta proposal penelitian. Surat

tanggapan yang berisi pemberian izin penelitian dari RS Panti Rapih diterima

tanggal 3 Januari 2009 dengan nomor RAPIH/UMUM/0109/L.003, sedangkan

surat tanggapan dari RS Bethesda yang berisi hal yang sama diterima tanggal 12

Januari 2009 dengan nomor 220/D.137/2009. Prosedur penelitian di kedua

Rumah Sakit ini berbeda dengan prosedur di poliklinik, yaitu peneliti harus

menyebarkan dan mewancarai sendiri penderita hipertensi pada Divisi Rawat

Jalan Penyakit Dalam.

Dengan memperhatikan jumlah responden yang telah ditemukan peneliti

memutuskan untuk mengakhiri pencarian data pada akhir bulan Januari.


40

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Secara keseluruhan pengambian data dilakukan sejak awal November 2008

hingga akhir Januari 2009. Selama jenjang waktu lebih kurang tiga bulan,

peneliti melakukan pengambilan data di tempat-tempat yang berbeda, seperti di

rumah-rumah subjek penelitian, di poliklinik UNY dan USD, maupun di Rumah

Sakit Panti Rapih dan Bethesda. Peneliti mengambil keputusan untuk

menggunakan metode try out terpakai, dengan alasan adanya keterbatasan

jumlah responden, waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Dalam

waktu tiga bulan didapatkan responden sebanyak 67 orang. Pengambilan data di

tempat-tempat yang berbeda dan letaknya yang berjauhan, dengan biaya

operasional yang cukup tinggi menjadi pertimbangan utama digunakannya

metode try out terpakai dalam penelitian ini.

2. Cara-cara pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini berbeda-beda tergantung pada tempat

penelitian. Pada poliklinik UNY dan USD pengumpulan data tidak dilakukan

langsung oleh peneliti, namun dititipkan pada paramedis jaga di tempat tersebut.

Pada Rumah Sakit Panti Rapih penelitian diawali dengan pengambilan surat izin

penelitian di bagian personalia yang dilanjutkan dengan permohonan izin pada

kepala bagian instalasi rawat jalan untuk melakukan penelitian. Pengambilan

data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan dibantu oleh perawat yang

menunjukkan pada peneliti orang-orang yang mengidap hipertensi. Sama halnya

dengan RS Panti Rapih, prosedur penelitian di RS Bethesda diawali dengan


41

pengambilan surat izin penelitian di bagian sekretariat dan selanjutnya menemui

kepala bagian Pusmarsa dan kepala bagian Instalasi Penyakit Dalam untuk

mengklarifikasi proses pengambilan data. Secara umum proses pengambilan

data di RS Bethesda tidak jauh berbeda dengan RS Panti Rapih. Selama proses

pengambilan data di beberapa tempat ini berlangsung, secara bersamaan peneliti

tetap melakukan pengambilan data secara insidental dengan bantuan informasi

dari relasi-relasi peneliti.

C. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Penjabaran frekuensi dan penghitungan mean dari karakteristik atau

demografi subjek dilakukan dengan bantuan program SPSS 15 for Windows.

Karakteristik subjek terdiri dari jenis kelamin, status pernikahan, jenis

pekerjaan, umur, lama menderita, tekanan sistolik dan tekanan diastolik.

Jumlah total subjek penelitian sebanyak 67 orang. Penjabaran singkat

mengenai karakteristik subjek dalam penelitian ini akan dituangkan secara

ringkas dalam tabel 9 dibawah ini.

TABEL 9
Karakteristik Subjek
Jenis Status Jenis Umur Lama Tekanan Tekanan
Kelamin Pernikahan Pekerjaan Menderita Darah Darah
Sistolik Diastolik

Jenis f % status f % Jenis f %


Laki- 40 59,7 Menikah 53 79,1 TB 11 16,4 Min 21 Min 2 Min 140 Min 90
laki
PNS 18 26,9 Maks 81 Maks 432 Maks 190 Maks 110
Peremp 27 40,3 Tidak 14 20,9 Swa 31 46,3
uan menikah Pens 7 10,4 Mean 49,42 Mean 78,24 Mean 153,66 Mean 95,30
42

Dari tabel 9 dapat dijelaskan bahwa dari 67 orang subjek panelitian ini

terdiri dari 40 subjek laki-laki dan 27 subjek perempuan. Subjek laki-laki

lebih banyak daripada subjek perempuan dengan prosentase sebesar 59,7%

dibanding 40,3%. Dari segi status pernikahan, subjek penelitian terdiri atas 53

orang yang sudah menikah dan 14 orang yang belum menikah, dengan

prosentase 79,1% dan 20,9%. Subjek penelitian didominasi oleh subjek yang

bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 31 orang (46,3%) dan PNS

sebanyak 18 orang (26,9%).

Berdasarkan tabel diatas dapat katakan bahwa dari 67 subjek

penelitian ini rata-rata berumur 49,42 tahun dengan rentang usia antara

21tahun hingga 81 tahun. Rata-rata lama menderita hipertensi pada subjek

adalah 78,24 bulan atau 6,5 tahun dengan rentang waktu antara 2 bulan

hingga 432 bulan (36 tahun). Ukuran rata-rata tekanan sistolik dalam

penelitian ini adalah 153,66 mm/Hg dengan rentang ukuran terendah hingga

tertinggi adalah antara 140 mm/Hg hingga 190 mm/Hg. Tekanan diastolik

subjek penelitian ini berkisar antara 90 mm/Hg hingga 110 mm/Hg dengan

rata-rata sebesar 95,30 mm/Hg.

2. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian tertuang dalam tabel 10 di bawah ini.


43

TABEL 10
Deskripsi Data Penelitian Tingkat Kecemasan
Statistik Skor
Teoritik Empirik
N 67
∑ 13
Skor Minimum 0 0
Skor Maksimum 39 20
Range 39 20
Standar Deviasi 6,5 5,112
Mean 19,5 8,33
Dari tabel 10 ditunjukkan bahwa secara umum skor empirik lebih rendah

dibanding skor teoritik khususnya mean, yaitu Mean empirik 8,33 < Mean

teoritik 19,5. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum subjek penelitian ini

cenderung memiliki tingkat kecemasan yang rendah.

3. Kategorisasi Tingkat Kecemasan Penderita Hipertensi

Kategorisasi tingkat kecemasan ini dilakukan dengan mengelompokkan

subjek dan berdasarkan distribusi normal, dengan kata lain tidak dengan

norma kelompok (Saifuddin, 2005). Hal ini menyebabkan besar kemungkinan

tidak semua tingkatan kecemasan subjek penelitian tersebar rata ke dalam

setiap kelompok kategori yang telah ditetapkan seperti yang terlihat dalam

tabel 11 berikut ini.


44
45

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa 25 orang masuk dalam kategori

tingkat kecemasan normal dengan prosentase sebesar 37,3%. Untuk kategori

ringan terdiri dari 29 orang subjek penelitian, serta untuk kategori sedang

terdiri dari 12 orang. Secara berurutan subjek pada kategori ringan dan

sedang memiliki prosentase sebesar 43,3% dan 17,9% dari keseluruhan

subjek penelitian. Hanya 1 subjek yang masuk dalam kategori tingkat

kecemasan berat.

Dari kolom jenis kelamin terlihat bahwa dalam kategori normal, jumlah

subjek perempuan hampir sama dengan jumlah subjek laki-laki. Pada kategori

ringan dan sedang jumlah subjek laki-laki lebih banyak daripada perempuan,

hal ini sesuai dengan jumlah subjek laki-laki lebih banyak dalam penelitian

ini. Pada kategori berat subjek adalah seorang perempuan.

Dari kolom status pernikahan terlihat bahwa dalam kategori normal

hingga berat subjek yang sudah menikah relatif lebih banyak dibanding

dengan yang belum menikah. Hal ini sangat mungkin terjadi karena rata-rata

umur subjek dalam penelitian ini adalah 49 tahun, biasanya pada umur ini

seseorang sudah menikah.

Semua jenis pekerjaan terdapat dalam kategori tingkat kecemasan normal,

ringan dan sedang. Dalam kategori jenis pekerjaan tersebut, pegawai swasta

cenderung lebih banyak dibanding jenis pekerjaan lainnya, bahkan dalam

kategori berat subjek bekerja sebagai pegawai swasta.

Dari tiga kolom di atas (jenis kelamin, status pernikahan dan jenis

pekerjaan) belum memperlihatkan adanya perbedaan tingkat kecemasan pada


46

tiap kelompok, karena pada setiap kategori normal, ringan dan sedang

kelompok-kelompok tersebut selalu muncul dengan prosentase yang berbeda-

beda. Berdasarkan kemunculan setiap kelompok pada setiap kategori muncul

dugaan bahwa setiap kelompok tidak memiliki perbedaan tingkat kecemasan

secara signifikan.

Dari kolom umur, tampak pola tertentu, yaitu umur yang semakin muda

disertai tingkat kecemasan yang semakin meningkat, namun rata-rata umur

kategori ringan dan sedang relatif sama. Dalam kolom tekanan darah sistolik

dan diastolik terlihat bahwa meningkatnya rata-rata tekanan darah sistolik dan

diastolik subjek seiring dengan meningkatnya kategori tingkat kecemasan.

Pola-pola ini memunculkan dugaan sementara bahwa umur, tekanan darah

sistolik dan tekanan darah diastolik memiliki hubungan yang signifikan

dengan tingkat kecemasan penderita hipertensi.

Berbeda dengan kolom umur, kolom lama menderita tidak

memperlihatkan suatu pola tertentu dalam setiap kategori. Setiap kenaikan

kategori tidak diiringi perubahan skor lama menderita secara teratur.

Berdasarkan data-data pola di atas maka akan dilakukan uji statistik untuk

membuktikan dan memperkuat dugaan-dugaan sementara yang muncul.

4. Hasil Penelitian Tambahan

a. Uji Asumsi

i. Uji Normalitas

Purbayu (2005) menerangkan bahwa Uji Normalitas adalah

pengujian mengenai kenormalan distribusi data. Lebih jelasnya, data


47

yang terdistribusi secara normal merupakan data yang akan mengikuti

bentuk distribusi normal, di mana data memusat pada nilai rata-rata

dan median. Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS

15 for Windows, dengan prosedur mencari rasio skewness, rasio

kurtosis serta uji signifikansi non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.

Memperoleh nilai rasio skewness dan rasio kurtosis dilakukan dengan

cara membagi masing-masing skor skewness dan skor kurtosis dengan

skor standar error masing-masing. Jika hasilnya adalah lebih besar

dari -2 dan lebih kecil dari 2, maka distribusi variabel tersebut dapat

dikatakan normal. Sedangkan jika melalui tes Kolmogorof-Smirnov,

suatu variabel terdistribusi secara normal jika signifikansi> 0,05.

Normalitas variabel-variabel dari penelitian ini tertuang dari tabel

berikut.

TABEL 12
Hasil Uji Normalitas
tekanan tekanan
lama darah darah tingkat
umur menderita sistolik diastolik kecemasan
N 67 67 67 67 67
Mean 49,42 78,24 153,66 95,30 8,33
Skewness -0,076 2,341 0,888 1,225 0,427
Std. Error of Skewness 0,293 0,293 0,293 0,293 0,293
Nilai Rasio Skewness -0,259* 7,989 3,030 4,180 1,457*
Kurtosis 0,013 5,977 0,044 0,618 -0,637
Std. Error of Kurtosis 0,578 0,578 0,578 0,578 0,578
Nilai Rasio Kurtosis 0,224* 10,340 0,076* 1,069* -1,102*
Signifikansi (2 tailed) dg
0,361* 0,002 0,016 0,000 0,266*
Kolmogorov-Smirnov
*) keterangan: angka yang dipertebal dan digaris bawahi menerangkan distribusi

variabel tersebut normal.


48

Dari tabel 12 dapat diartikan bahwa variabel umur terbukti

terdistribusi secara normal dengan cara-cara uji normalitas manapun,

baik rasio skewness, rasio kurtosis serta uji signifikansi non-

parametrik Kolmogorov-Smirnov. Sama halnya dengan variabel umur,

variabel dependen tingkat kecemasan juga terdistribusi secara normal

dengan tiga cara uji normalitas. Untuk variabel tekanan darah sistolik

dan diastolik terdistribusi secara normal dengan melihat nilai rasio

kurtosis yang terletak antara -2 dan 2. Satu-satunya variabel yang

tidak terdistribusi secara normal adalah lama menderita.

ii. Uji Homogenitas (Jenis Kelamin, Status pernikahan, Jenis

Pekerjaan)

Uji homogenitas merupakan uji asumsi yang harus dilakukan

sebelum uji beda. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-

variabel yang akan dibedakan tidak memiliki variansi yang berbeda.

Uji Homogenitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 15 for

Windows dan menggunakan levene’s test. Data dikatakan homogen

jika probabilitasnya (sig.) lebih besar dari 0,05. Hasil penghitungan

ditampilkan dalam tabel 13 berikut ini.

TABEL 13
Hasil Uji Homogenitas
Variabel Sig
Jenis Kelamin 0,216*
Status Pernikahan 0,615*
Jenis Pekerjaan 0,271*
*) p>0,05= tidak berbeda / homogen
49

Dari tabel 13 dapat dikatakan bahwa ketiga variabel yaitu jenis

kelamin, status pernikahan dan jenis pekerjaan adalah homogen,

sehingga dapat diartikan bahwa sebaran variansi dari data yang akan

dibedakan adalah tidak berbeda. Hal ini tampak dari skor signifikansi

ketiga variabel tersebut lebih besar dari 0,05.

iii. Uji Linearitas (Umur, Lama Menderita, Tekanan Darah Sistolik,

Tekanan Darah Diastolik dan Tingkat Kecemasan)

Uji linearitas dilakukan sebelum mengkorelasikan dua

variabel. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel

berhubungan secara linear atau tidak. Uji Linearitas dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu dengan melihat Signifikansi dalam tabel

ANOVA, dimana sig<0,05 adalah linear (Cornelius, 2005) dan

melihat grafik hubungan antara variabel dependen dan variabel

independen (Purbayu, 2005). Untuk penelitian ini uji linearitas

dilakukan dengan bantuan program SPSS 15 for Windows dan

menggunakan ANOVA table.

TABEL 14
Hasil Uji Linearitas
Variabel Sig
Umur 0,003*
Lama Menderita 0,771
Tekanan Darah Sistolik 0,007*
Tekanan Darah Diastolik 0,002*
*) p<0,005= linear

Dari tabel 14 di atas tampak bahwa hubungan antara tingkat

kecemasan dengan umur, tekanan darah sistolik dan tekanan darah

diastolik bersifat linear. Pendapat tersebut didasari oleh nilai


50

signifikansi tabel anova antara ketiga variabel tersebut dengan tingkat

kecemasan yang lebih kecil dari 0,05. Variabel lama menderita tidak

berhubungan secara linear dengan tingkat kecemasan karena nilai

signifikansi>0,05.

b. Uji Beda

Uji beda kali ini dilakukan untuk mengetahui ada-tidaknya

perbedaan rata-rata tingkat kecemasan antara kelompok laki-laki dan

perempuan, antara kelompok subjek yang sudah menikah dan belum

menikah, serta antara kelompok subjek yang tidak bekerja, PNS, swasta

dan pensiun. Pembedaan menurut jenis kelamin dan status pernikahan

menggunakan Uji t, sedangkan pembedaan menurut jenis pekerjaan

menggunakan uji anova satu jalur. Untuk penelitian ini uji beda

dilakukan dengan bantuan program SPSS 15 for Windows.

TABEL 15
Hasil Uji Beda
Variabel Kategori Mean Beda Sig
Jenis Kelamin Laki-laki 9,10 1,519 0,134
Perempuan 7,19 1,454 0,152
Status Pernikahan Menikah 8,32 -0,024 0,981
Tidak Menikah 8,36 -0,022 0,983
Jenis Pekerjaan Tidak Bekerja 9,73 0,431 0,731
PNS 7,78
Swasta 9,39
Pensiun 7,29

Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan menurut jenis

kelamin, status pernikahan maupun jenis pekerjaan tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan, meskipun mean tiap kelompok berbeda-beda.


51

c. Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan dan

signifikansinya (taraf signifikansi 0,05) antara umur, lama menderita,

tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan tingkat

kecemasan. Untuk penelitian ini uji korelasi dilakukan dengan bantuan

program SPSS 15 for Windows.

TABEL 16
Hasil Uji Korelasi
Variabel Korelasi Sig
Umur -0,313 0,010*
Lama Menderita 0,034 0,782
Tekanan Darah Sistolik 0,331 0,006*
Tekanan Darah Diastolik 0,365 0,002*
*) korelasi signifikan pada taraf 5% (0,05)

Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan

antara umur, tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan

tingkat kecemasan. Lama menderita tidak berkorelasi secara signifikan

dengan tingkat kecemasan.

D. PEMBAHASAN

Rendahnya Mean empirik jika dibandingkan dengan Mean teoritik, yaitu

Mempirik 8,33 < Mteoritik 19,5, menunjukkan bahwa tingkat kecemasan penderita

hipertensi dalam penelitian ini secara umum rendah. Skor mean empirik ini

masuk dalam kategorisasi ringan, jadi rata-rata subjek penelitian ini memiliki

tingkat kecemasan yang tergolong ringan. Lebih dari itu ditemukan bahwa dari

80,6% subjek penelitian berada pada kategori tingkat kecemasan normal dan
52

ringan, bahkan diantara seluruh subjek penelitian tidak ada yang tergolong

dalam kategori sangat berat.

Salah satu penyebab rendahnya tingkat kecemasan yang ditemukan dalam

penelitian ini terkait dengan rendahnya tingkat hipertensi dari subjek penelitian.

Sebagian besar subjek penelitian merupakan pasien tetap di poliklinik dan rumah

sakit sehingga tekanan darah mereka terkontrol dengan obat. Konsumsi obat

yang berlebihan dapat memunculkan efek samping lainnya yang lebih parah

(missal pada ginjal dan hati).

Dengan melihat rendahnya tingkat kecemasan penderita hipertensi tersebut

maka kebutuhan penderita hipertensi akan penggunaan obat penenang dapat

diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Pemikiran ini sejalan dengan Paternity

(1999) yaitu bahwa konsumsi obat penenang harus sesuai dengan tingkat

kecemasan penderita hipertensi. Seperti diketahui obat penenang sering

digunakan untuk meredam atau mengurangi kecemasan penderita hipertensi.

Penanggulangan tingkat kecemasan penderita hipertensi yang cenderung rendah

(normal-ringan) ini sangat mungkin dialihkan ke dalam penanggulangan non-

farmakologis, sehingga mengurangi kemungkinan efek samping dari

penanggulangan farmakologis.

Penanggulangan kecemasan secara non-farmakologis dapat dilakukan

dengan lifestyle modification atau perubahan pola hidup melalui beberapa

macam cara, yaitu perubahan pola makan (diet), tidak merokok, melakukan

olahraga dan mengikuti konseling pengelolaan stress, relaksasi dan meditasi

(Beevers, 2002). Relaksasi sebagai salah satu penanggulangan depresi, stress


53

dan kecemasan pada penderita hipertensi memiliki berbagai macam model.

Model terbaru dalam relaksasi adalah teknik relaksasi cepat yang cenderung

memadukan berbagai model relaksasi secara sederhana namun tidak mengurangi

manfaat dalam menanggulangi kondisi fisik dan psikis yang lemah. Teknik

relaksasi cepat memiliki beberapa kelebihan, diantaranya cukup mudah dan

sederhana, dapat dilakukan diberbagai tempat dan tidak membutuhkan alat bantu

tertentu, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya penderita hipertensi.

Dalam penelitian ini jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki lebih banyak

dibanding dengan perempuan. Santrock (2002) mengungkapkan bahwa

perempuan memiliki daya tahan lebih besar terhadap penyakit ketuaan dibanding

laki-laki, karena estrogen yang diproduksi dalam tubuh perempuan membantu

untuk melindungi dari arteriosklerosis atau penyempitan pembuluh nadi.

Berdasarkan pendapat Santrock (2002) tersebut dapat dipahami apabila jumlah

subjek penderita hipertensi laki-laki lebih banyak dalam penelitian ini.

Dilihat dari rata-rata tingkat kecemasan penderita hipertensi, laki-laki lebih

tinggi dibanding perempuan, namun dengan uji statistik ditunjukkan bahwa

perbedaan tingkat kecemasan tersebut tidak signifikan.

Tidak adanya perbedaan tingkat kecemasan secara signifikan antara

penderita hipertensi laki-laki dan perempuan sangat mungkin terjadi akibat dua

hal. Pertama, dari segi tugas dan tanggung jawab, laki-laki cenderung memiliki

beban yang lebih berat karena wajib menjamin kehidupan keluarga, sedangkan

perempuan memiliki kesempatan yang lebih terbuka untuk memilih peranan

dalam keluarga yaitu berkarir atau ibu rumah tangga (Santrock, 2002), sehingga
54

tugas yang dipikul perempuan cenderung menjadi lebih ringan. Kedua, dari segi

karakteristik kepribadian, perempuan cenderung mudah cemas dan lebih

terpengaruh pada krisis/ masalah kecil, sedangkan laki-laki memiliki karakter

lebih tegar, jarang emosional dan sangat logis (Santrock, 2002). Dari kedua hal

tersebut maka baik penderita hipertensi laki-laki maupun perempuan memiliki

potensi munculnya kecemasan yang sama di dalam dirinya.

Subjek dengan status sudah menikah lebih banyak dibanding dengan yang

belum menikah dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan perbandingan subjek

berdasarkan status pernikahan dalam kategori tingkat kecemasan normal, ringan

dan sedang, bahkan satu-satunya subjek dalam kategori tingkat kecemasan berat

berstatus sudah menikah. Perbandingan atau prosentase ini sangat mungkin

disebabkan oleh umur rata-rata subjek penelitian sebesar 49,42 tahun. Pada umur

ini kebanyakan orang sudah menikah.

Jika dilihat dari rata-rata tingkat kecemasan, subjek yang belum menikah

sedikit lebih tinggi dibanding dengan yang sudah menikah, namun perbedaan ini

tidak signifikan secara statistik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan

antara penderita hipertensi yang sudah menikah dan belum menikah.

Penjelasan berikut ini sejalan dengan kesimpulan di atas, diantaranya

seseorang yang belum menikah akan merasa tersingkirkan dan kesepian

sedangkan seseorang yang sudah menikah dapat mencari dan berbagi dengan

pasangannya ketika menghadapi masalah (Santrock 2002). Dari penjelasan

tersebut dapat diasumsikan bahwa subjek penderita hipertensi yang belum


55

menikah memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi, karena tidak ada ‘tempat’

berbagi ketika menghadapi masalah, dalam hal ini penyakit hipertensi.

Penjelasan lain menyatakan bahwa seseorang yang sudah menikah memiliki

tanggung jawab yang lebih terhadap keluarganya, sedangkan seseorang yang

belum menikah cenderung bebas dari tanggung jawab terhadap orang lain

(Santrock, 2002). Penjelasan ini memunculkan asumsi lain yang berlawanan,

yaitu penderita hipertensi yang sudah menikah memiliki tingkat kecemasan yang

lebih tinggi dibanding dengan yang belum menikah, karena memilki beban

tanggung jawab yang lebih berat. Dari kedua asumsi di atas dapat disimpulkan

bahwa penderita hipertensi baik yang sudah menikah ataupun yang belum

menikah mempunyai potensi kecemasan yang sebanding.

Jika diurutkan dari yang terbanyak, subjek penelitian yang menyandang

predikat sebagai pegawai swasta berada pada urutan pertama, selanjutnya subjek

yang bekerja sebagai PNS berada diurutan kedua, serta subjek yang tidak

bekerja dan subjek yang sudah pensiun adalah kelompok ketiga dan keempat

dalam penelitian ini. Subjek dengan pekerjaan yang berbeda-beda tersebut

tersebar secara merata dalam kategori normal, ringan dan sedang. Dalam

kategori berat satu-satunya subjek berprofesi sebagai pegawai swasta.

Subjek penelitian yang belum bekerja memiliki rata-rata tingkat kecemasan

paling tinggi, yang kemudian diikuti oleh pegawai swasta, PNS dan pensiunan

namun perbedaan tingkat kecemasan berdasarkan jenis pekerjaan tersebut tidak

signifikan secara statistik. Perbedaan kecemasan yang tidak signifikan didukung

oleh penjelasan berikut, seseorang yang bekerja memiliki tugas, kewajiban dan
56

tanggung jawab yang lebih banyak dan lebih berat dibanding dengan orang yang

belum bekerja (Santrock, 2002), maka dapat diasumsikan bahwa penderita

hipertensi yang sudah bekerja cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih

tinggi karena memiliki tugas-tugas yang wajib dikerjakan dan menuntut

tanggung jawab dari orang tersebut. Penjelasan lain menyatakan bahwa bekerja

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan materi atau finansial (Santrock, 2002),

maka dari penjelasan tersebut muncul asumsi yang berlawanan yaitu bahwa

penderita hipertensi yang belum bekerja kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

finansialnya (misalnya untuk berobat), sehingga tingkat kecemasannya

cenderung lebih tinggi. Berdasarkan kedua asumsi tersebut dapat disimpulkan

bahwa kecemasan dapat menyerang penderita hipertensi baik yang sudah bekerja

maupun belum bekerja.

Rata-rata umur subjek penderita hipertensi dalam penelitian ini adalah 49,42

tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Raikkonen (2001) yang menyatakan

bahwa hipertensi muncul pada usia paruh baya. Selebihnya Santrock (2002)

menyatakan bahwa sejak pertengahan masa dewasa dini perkembangan fisik

mulai menurun dan beberapa penyakit kronis mulai tampak pada dewasa madya

(tengah) hingga dewasa akhir (usia lanjut) dan hipertensi merupakan salah satu

penyakit kronis tersebut.

Dilihat dari mean umur tiap kategori tingkat kecemasan, terlihat pola

menurun seiring dengan kenaikan kategori tingkat kecemasan, yaitu pada

kategori normal mean sebesar 54,84 tahun sedangkan pada kategori sedang

mean menjadi lebih kecil yaitu 47,25 tahun, bahkan satu-satunya subjek pada
57

kategori berat berumur 28 tahun. Pola penurun mean umur di setiap kenaikan

kategori semakin diperkuat dengan uji korelasi antara kedua variabel ini yang

menghasilkan nilai r sebesar –0,313 dengan signifikansi 0,010 (sig<0,05). Nilai

korelasi negatif ini mengartikan bahwa semakin tua umur subjek maka tingkat

kecemasannya semakin kecil, sedangkan semakin rendah umur penderita

hipertensi (semakin muda) maka tingkat kecemasannya semakin tinggi.

Korelasi negatif antara umur dengan tingkat kecemasan mungkin disebabkan

karena penderita usia muda, tepatnya masa dewasa dini (awal) yang seharusnya

merupakan fase stabilisasi tiba-tiba mengidap penyakit hipertensi maka

cenderung akan memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Menurut Santrock

(2002) fase stabilisasi yaitu masa untuk seseorang mulai mencari pekerjaan yang

paling sesuai, menyesuaikan sistem pernikahan, merawat anak, mengatur

keuangan dan membangun keluarga. Seorang penderita hipertensi yang berusia

muda akan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi karena beresiko

mengidap penyakit lain yang lebih parah (seperti jantung) sebagai komplikasi

dari hipertensi, bahkan beresiko meninggal, sehingga merasa masa depannya

terancam baik dalam terganggu masa produktif membangun rumah tangga

maupun dalam karirnya.

Pada umur yang lebih tua yaitu masa dewasa madya, seseorang sudah berada

dalam pekerjaan yang mantap serta sudah mampu beradaptasi (Santrock, 2002).

Dijelaskan pula dalam Santock (2002) bahwa masa dewasa madya dan akhir,

kondisi fisik mulai menurun dan mudah terkena berbagai macam penyakit

kronis, salah satunya hipertensi yang ditunjukkan dengan kenaikan tekanan


58

darah, namun hal ini normal terjadi pada usia ini. Dari penjelasan tersebut dapat

dipikirkan bahwa penderita hipertensi dalam usia dewasa madya dan dewasa

akhir cenderung lebih siap menghadapi resiko mengidap penyakit ini, dari segi

stabilitas keadaan dan kemampuan beradaptasi, sehingga tingkat kecemasannya

cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan usia yang lebih muda.

Rata-rata lama subjek menderita hipertensi dalam kategori tingkat kecemasan

normal 94,12 bulan (7 tahun 10 bulan), ringan 59,62 bulan (5 tahun), sedang

95,42 bulan (8 tahun). Rata-rata dari kelompok-kelompok kategori tidak

membentuk pola tertentu atau acak. Hasil analisis dengan uji korelasi

menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara lama menderita dengan tingkat

kecemasan sebesar 0,034 dan signifikansi sebesar 0,782. Karena P>0,05 maka

lama menderita tidak memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan secara

signifikan. Belum tentu semakin lama subjek menderita, semakin tinggi pula

tingkat kecemasan penderita hipertensi.

Lama menderita tidak berhubungan secara signifikan dengan tingkat

kecemasan dapat diakibatkan beberapa kemungkinan, diantaranya meskipun

seorang penderita hipertensi sudah lama mengidap hipertensi jika dapat

beradaptasi dengan penyakitnya dan melakukan pola hidup yang baik maka

tingkat kecemasannya akan lebih terkontrol dan menjadi tidak berlebihan. Sama

halnya dengan pernyataan Santrock (2002) bahwa kebiasaan/ gaya hidup/ pola

hidup, seperti mengontrol nutrisi, kalori dan berat badan atau diet, serta

mengurangi rokok, dapat memperpanjang usia seseorang meskipun mengidap

penyakit tertentu. Kemungkinan lain semakin lama menderita hipertensi


59

seseorang akan semakin cemas karena semakin lama mengalami ketakutan-

ketakutan munculnya penyakit-penyakit lain yang lebih parah akibat hipertensi.

Subjek yang belum lama menderita hipertensi juga sangat mungkin mengalami

tingkat kecemasan yang tinggi karena belum dapat beradaptasi dengan

perubahan pola hidup untuk menanggulangi penyakit yang diderita. Meskipun

demikian, kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah subjek yang belum lama

menderita hipertensi memiliki optimisme tersendiri akan kesembuhan

penyakitnya sehingga tingkat kecemasannya cenderung rendah.

Nilai rata-rata tekanan darah secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah

153,66 mm/Hg untuk tekanan darah sistolik dan 95,30 mm/Hg untuk tekanan

darah diastolik. Berdasarkan pengklasifikasian tingkat tekanan darah menurut

WHO (dalam Tuty, 2006), untuk rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik

tergolong dalam kategori hipertensi derajat 1 (ringan).

Dari nilai rata-rata tekanan darah sistolik tiap kategori tingkat kecemasan,

terlihat adanya kecenderungan semakin tinggi rata-rata tekanan darah sistolik

pada setiap tingkatan kategori, yaitu normal 149 mm/Hg, ringan 154,83 mm/Hg,

dan sedang 158,33 mm/Hg. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi kategori

semakin tinggi pula nilai mean tiap kelompok. Dari uji korelasi terlihat adanya

hubungan antara tekanan darah sistolik dan tingkat kecemasan dengan r 0.331

dan signifikansi sebesar 0.006, maka dapat diartikan bahwa, tekanan darah

sistolik memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan secara signifikan.

Dari nilai rata-rata tekanan darah diastolik tiap kelompok kategori yaitu

kategori normal 93,8 mm/Hg, ringan 94,66 mm/Hg, dan sedang 98,75 mm/Hg
60

dapat dilihat bahwa perbedaan nilai rata-rata tiap kelompok memiliki pola yaitu

semakin tinggi kategori semakin tinggi pula tekanan darah diastolik. Dari uji

korelasi antara tekanan darah diastolik dan tingkat kecemasan didapatkan nilai r

sebesar 0.365 dengan signifikansi sebesar 0.002, maka dapat diartikan bahwa,

tekanan darah diastolik memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan secara

signifikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sebagai berikut,

menurut Sullivan (1981), Whitehead (1997) dan Paternity (1999), baik tekanan

darah sistolik maupun diastolik berkorelasi positif secara signifikan dengan

tingkat kecemasan penderita hipertensi. Dengan kata lain dapat diinterpretasikan

bahwa semakin tinggi tekanan darah diastolik maka semakin tinggi pula tingkat

kecemasan penderita hipertensi.

Tekanan darah yang tinggi (>140/90 mm/Hg) pada seseorang merupakan

penggambaran dari adanya hipertensi pada orang tersebut. Kecemasan

mempengaruhi peningkatan tekanan darah dan sebaliknya, tekanan darah yang

tinggi mempengaruhi meningkatnya tingkat kecemasan. Kecemasan

mempengaruhi terjadinya peningkatan aktivitas saraf simpatetik adrenikortikal

yang mengekskresi noradrenalin, kortisol, aldosteron sehingga menyebabkan

peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Jika peningkatan ini

berlebihan maka tekanan darah sistolik dan diastolik semakin tinggi dan sering

disebut sebagai hipertensi. Di lain pihak hipertensi ini juga mempengaruhi

tingkat kecemasan, karena jika seseorang sudah divonis menderita hipertensi

maka terpaksa mengubah pola hidup untuk menanggulangi penyakit


61

hipertensinya (Santrock, 2002 dan Beevers, 2004). Besar kemungkinan penderita

hipertensi tersebut akan menderita penyakit-penyakit lain yang lebih berbahaya

sebagai komplikasi dari penyakit hipertensinya, seperti jantung, stroke dan gagal

ginjal (Lakatta dalam Santrock, 2002). Lebih jauh lagi Santrock (2002)

menjelaskan adanya resiko kematian (Santrock, 2002). Akibat-akibat nyata dari

penyakit hipertensi tersebut sangat mungkin memunculkan kecemasan pada

penderita hipertensi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan:

1. Secara umum, penderita hipertensi pada penelitian ini mempunyai tingkat

kecemasan yang rendah, karena Mempirik 8,33 < Mteoritik 19,5.

2. Rata-rata tingkat kecemasan penderita hipertensi laki-laki lebih tinggi

dibanding perempuan, meskipun tidak berbeda secara signifikan.

3. Rata-rata tingkat kecemasan penderita hipertensi yang belum menikah

sedikit lebih tinggi dibanding dengan yang sudah menikah, meskipun

tidak berbeda secara signifikan.

4. Rata-rata tingkat kecemasan penderita hipertensi yang belum bekerja

lebih tinggi dibanding penderita hipertensi yang bekerja sebagai pegawai

swasta, PNS dan pensiun, meskipun perbedaan tersebut tidak signifikan.

5. Tingkat kecemasan penderita hipertensi berhubungan terbalik dengan

umur. Semakin muda umur penderita hipertensi, semakin tinggi tingkat

kecemasannya.

6. Lama subjek menderita hipertensi tidak berkorelasi secara signifikan

dengan tingkat kecemasan.

7. Tingkat kecemasan penderita hipertensi berhubungan signifikan dengan

tekanan darah sistolik dan diastolik.

62
63

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian

diantaranya adalah:

1. Subjek penelitian relatif kecil dan didapat secara insidental (non-random)

sehingga kurang mewakili populasi.

2. Subjek penelitian merupakan pasien poliklinik dan rumah sakit, yang

telah meminum obat secara rutin, sehingga hanya bisa mewakili penderita

hipertensi di populasi yang minum obat.

3. Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari skala

kecemasan Depression Anxiety Stress Scales sub scale anxiety (DASS-A)

yang disusun oleh Lovibond dan Lovibond dan dialih bahasakan ke dalam

bahasa Indonesia oleh peneliti dibawah bimbingan ahli. Pemilihan

penggunaan skala kecemasan tersebut dilakukan dengan mengkaji

perbandingan skala DASS dengan skala kecemasan lain seperti CSAQ,

Leeds SAAD, HADS, dll. Meskipun demikian skala kecemasan yang

diadaptasi dari DASS kurang spesifik dalam menjabarkan indikator-

indikaton aspek psikologis.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan keterbatasan

penelitian, maka saran dapat ditujukan pada:

1. Penderita Hipertensi, Instansi dan Pihak-pihak Terkait (Rumah Sakit,

Dokter,dll)
64

Pengukuran tingkat kecemasan penderita hipertensi penting dilakukan

sebagai pedoman atau dasar penanggulangan selanjutnya. Tingkat

kecemasan yang cenderung rendah atau ringan pada penderita hipertensi

sebaiknya diatasi dengan cara non-farmakologis, sehingga dapat

mengurangi kemungkinan timbulnya efek samping yang ditimbulkan

akibat mengkonsumsi obat-obatan. Teknik relaksasi cepat dapat menjadi

salah satu alternatif untuk menangulangi tingkat kecemasan penderita

hipertensi.

Penanganan kecemasan pada penderita hipertensi pada umur muda

harus lebih diperhatikan. Perubahan gaya hidup ke arah sehat terutama

dalam pengelolaan kondisi psikologis seperti kecemasan, stres, depresi,

dll. harus dimulai seawal mungkin. Kecemasan perlu diatasi untuk

mengendalikan sistolik dan diastolik penderita, dan sebaliknya sistolik

maupun diastolik penderita perlu diatasi untuk mengendalikan

kecemasan.

2. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya bertujuan mengetahui tingkat kecemasan

penderita hipertensi, dengan variabel-variabel terbatas yang terkait

dengan tingkat kecemasan, sehingga masih banyak variabel terkait lain

yang perlu dikaji seperti misalnya obesitas, tipe kepribadian dan pola

hidup.
65

Penambahan jumlah subjek perlu dilakukan dalam penelitian

berikutnya. Alangkah baiknya jika subjek diambil secara random

berdasarkan populasi yang ada.

Pengembangan skala untuk mengukur tingkat kecemasan lebih

diperinci pada aspek-aspek psikologis. Indikator-indikator dari aspek

psikologis tersebut dapat diperdalam ,dispesifikkan dan diperjelas,

sehingga diharapkan dapat memunculkan gejala kecemasan secara

psikologis dari subjek penelitian.

Penelitian lain yang sangat mungkin dilakukan untuk menindak

lanjuti penelitian ini adalah model intervensi psikologis (non-

farmakologis) untuk menanggulangi kecemasan penderita hipertensi yang

cenderung berkategori rendah. Intervensi psikologis yang dimaksud

misalnya konseling kecemasan, relaksasi, meditasi dan hipnosis.


DAFTAR PUSTAKA

Althaus, R.A. (1997). Health. Illinois: Scott, Foresman Company

American Psychologycal Association (2004). Guidelines for Psychologycal Practice


with Older Adults. American Psychological Association, 59, No. 4, Mei- Juni
2004.

Angela O.S. (2007). Gambaran Sikap terhadap Hidup Melajang dari Kecemasan
akan Ketidakhadiran Pasangan pada Wanita Lajang Berusia di atas 30 tahun.
Manasa, 1, no. 1, Juni 2007.

Apolo (2007). Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan Berkomunikasi


Secara Lisan pada Remaja. Manasa, 1, no. 1, Juni 2007.

Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Satra


bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia.

Beevers, D.G. medical editor: Smith, Tony (2002). Tekanan Darah. Jakarta: Dian
Rakyat.

Contreras, S, Fernandes, S (2004). Reliability and Validity of the Beck Depression


and Anxiety Inventories in Caucasian Americans and Latinos. Hispanic
Journal of Behavioral Sciences, 26, No. 4, 446-462

Crawford, JR, Henry, JD (2003). The Depression Anxiety Stress Scale (DASS):
Normative data and latent structure in a large non-clinical sample. British
Journal of Clinical Psychology 42: 111-131. United Kingdom

Dionisius, E.W. (2003). Hubungan Antara Kecemasan akan Menghadapi Ujian


Lisan pada Akhir Semester dengan Frekuensi Merokok pada Mahasiswa.
Skripsi Universitas Sanatha Dharma.

Eric Priyo P. (2005). Peran Musik sebagai Fasilitas dalam Praktek Dokter Gigi untuk
Mengurangi Kecemasan Pasien. Dentist Journal, 38. No. 1 Januari 2005: 41–
44, Universitas Airlangga.

Faisal Idrus (2006). ANXIETAS DAN HIPERTENSI. http://med.unhas.ac.id/Data


Jurnal/tahun2006vol2007

Frazier, SK, Moser, DK, et al (2002). Critical Care Nurses’ Assessment of Patients’
Anxiety: Reliance on Physiological and Behavioral Parameters. American
Journal of Critical Care, Januari 2002, 11. No. 1: 57-64.

66
67

Guyton, A.C. (1986). Textbook of MEDICAL PHYSIOLOGY Seventh Edition. W.B.


Saunders Company.

Hipertensi Baru. Pmd. (2007) http://www.elexmedia.co.id/pdf/EMK170070981%20-


%20Hipertensi.pdf

Hurlock, E.B. (1990). Psikologi Perkembangan- Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hutapea, A.M. (1994). Menuju Gaya Hidup Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kaila, L.H. (2002). Stress is a Way of Life for Mumbai’s Worker. American
Psychologycal Association Office of International Affairs, 13, no. 3, Fall
2002.

Karyono (1994). Efektifitas Relaksasi dalam Menurunkan Tekanan Darah Penderita


Hipertensi Ringan. Tesis. UGM.

Kerlinger, F.N. (2006). Diterjemahkan oleh Landung R.S. Asas-Asas PENELITIAN


BEHAVIORAL Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press.

Lipsig, D, Norman, M (2008). Hamilton Anxiety Rating Scale. www.atlantapsy


chiatry.com

Nieuwenhuijsen, K, de Boer, AGEM, et all (2003). The Depression Anxiety Stress


Scale (DASS): detecting anxiety disorder and depression in employees absent
from work because of mental health problems. Occupational Environment
Medicine 60 (suppl I): i77- i82.

Purbayu Budi S. dan Ashari. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.
Penerbit ANDI. Yogyakarta. 2005.

Paternity, S, Alperovitch, A, et all (1999). Anxiety But Not Depression In Associated


With Elevated Blood Pressure In a Community Group of French Elderly.
Psychosomatic Medicine, 61:77-83.

Saifudin Azwar (2005). Penyusunan Skala Psikologi, cetakan VII. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development- Perkembangan Masa Hidup Ed. 5.
Jakarta: Erlangga.

Schwartz, G.E., Davidson, R.J., Goleman, D.J. (1978). Paterning of Cognitive and
Somatic Processes in Self-Regulation of Anxiety: Effects of Meditation
Versus Exercise. Psychosomatic Medicine 40, No 4.
68

Shinta W. (2006). Hubungan antara Kecemasan Menghadapi Penghentian Kontrak


Kerja dengan Motivasi Berprestasi Karyawan Kontrak di PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma 2006.

Siswanto (2002). Model Psikosomatis dalam Memahami Kesehatan. Psikodimensia


2, no. 3, Mei-Agustus 2002.

Snaith, RP, Bridge, G.W.K, Hamilton Max (1976). The Leeds Scales for the Self
Assessment of Anxiety and Depression. British Journal Psychiatry 128: 156-
165.

Sri Rahayu D.S. (2005). Dampak Terapi Kecemasan Pemudi yang Hamil di luar
Pernikahan melalui Pendekatan Religius di Asrama Karya Tasih Bantul.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 2005.

Sullivan, P, Schoentgen, S, et all (1981). Anxiety, Anger and Neurogenic tone at


Rest and in Sress in Patients with Primary Hypertension. Hypertension, Nov-
Dec; 3 (6 pt 2):11: 199-123

Suryabrata, Sumadi. 1999. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tuty Kuswardhani (2006). Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal


Penyakit Dalam, 7, no. 2. Mei 2006, Universitas Udhayana, Denpasar.

Whitehead, WE, Blackwell, B, et all (1997). Anxiety and Anger in Hypertension.


Journal of Psychosomatic Research, 21, Issue 2, P 383-389.

Willenz, P. (2002). Family History of Hypertension is Related to Maladaptive


Behavioral Responses as Well as Exaggerated Physiological Reactions to
Stress. American Psychological Association Journal. www.apa.org
69

LAMPIRAN A. DATA KARAKTERISTIK

SUBJEK
A. DATA KARAKTERISTIK SUBJEK

Tekanan Tekanan
Lama Darah Darah Waktu Pengukuran
Jenis Umur Status Jenis Menderita Sistolik Diastolik Tekanan Darah
Subjek Kelamin (tahun) Pernikahan Pekerjaan (bulan) (mm/Hg) (mm/Hg) Terakhir
1 laki-laki 52 menikah karyawan swasta 84 150 100 Hari tersebut
2 perempuan 42 menikah karyawan swasta 60 170 110 Hari tersebut
3 laki-laki 59 menikah karyawan swasta 63 165 105 Hari tersebut
4 laki-laki 24 tidak menikah tidak bekerja 12 140 90 3 minggu sebelumnya
5 laki-laki 28 tidak menikah karyawan swasta 7 140 90 Hari tersebut
6 laki-laki 46 menikah karyawan swasta 192 180 90 Hari tersebut
7 laki-laki 33 menikah karyawan swasta 41 140 90 Hari tersebut
8 laki-laki 49 menikah karyawan swasta 15 170 110 Hari tersebut
9 perempuan 70 menikah tidak bekerja 360 170 100 2 minggu sebelumnya
10 perempuan 53 menikah PNS 84 150 100 Hari tersebut
11 laki-laki 53 menikah PNS 48 140 90 Hari tersebut
12 laki-laki 26 tidak menikah tidak bekerja 56 145 90 Hari tersebut
13 perempuan 50 menikah tidak bekerja 132 190 100 1 minggu sebelumnya
14 perempuan 54 menikah karyawan swasta 240 190 110 1 minggu sebelumnya
15 perempuan 75 menikah pensiunan 36 140 95 1 bulan sebelumnya
16 perempuan 77 tidak menikah tidak bekerja 156 160 90 2 minggu sebelumnya
17 perempuan 51 menikah karyawan swasta 61 160 95 Hari tersebut
18 perempuan 43 menikah karyawan swasta 72 150 90 Hari tersebut
19 laki-laki 45 tidak menikah karyawan swasta 36 140 90 Hari tersebut
20 laki-laki 49 tidak menikah karyawan swasta 48 155 95 Hari tersebut
21 laki-laki 65 menikah PNS 184 145 90 1 minggu sebelumnya
22 laki-laki 22 tidak menikah tidak bekerja 54 145 90 Hari tersebut
23 laki-laki 21 tidak menikah tidak bekerja 6 180 110 Hari tersebut

70
24 perempuan 51 menikah tidak bekerja 6 140 90 Hari tersebut
25 perempuan 35 menikah tidak bekerja 24 145 90 Hari tersebut
26 perempuan 28 menikah karyawan swasta 15 180 110 Hari tersebut
27 laki-laki 23 tidak menikah tidak bekerja 6 140 90 2 minggu sebelumnya
28 perempuan 44 menikah karyawan swasta 96 140 90 Hari tersebut
29 perempuan 43 menikah karyawan swasta 2 150 90 Hari tersebut
30 perempuan 44 menikah karyawan swasta 96 140 100 Hari tersebut
31 laki-laki 48 menikah karyawan swasta 48 145 100 Hari tersebut
32 laki-laki 44 menikah karyawan swasta 60 140 100 Hari tersebut
33 perempuan 45 menikah karyawan swasta 24 150 90 Hari tersebut
34 laki-laki 43 menikah karyawan swasta 48 145 90 Hari tersebut
35 laki-laki 50 menikah karyawan swasta 25 130 90 Hari tersebut
36 laki-laki 55 menikah karyawan swasta 6 140 90 Hari tersebut
37 perempuan 46 menikah karyawan swasta 5 145 90 Hari tersebut
38 perempuan 56 menikah tidak bekerja 432 160 90 Hari tersebut
39 perempuan 46 menikah karyawan swasta 6 140 90 1 minggu sebelumnya
40 laki-laki 37 menikah karyawan swasta 60 145 90 Hari tersebut
41 perempuan 55 menikah karyawan swasta 96 160 95 Hari tersebut
42 perempuan 45 menikah PNS 36 145 95 Hari tersebut
43 laki-laki 56 menikah PNS 36 140 90 Hari tersebut
44 perempuan 54 menikah PNS 24 140 90 Hari tersebut
45 perempuan 46 menikah PNS 36 145 90 Hari tersebut
46 perempuan 52 menikah PNS 39 160 110 Hari tersebut
47 laki-laki 60 menikah pensiunan 68 150 95 Hari tersebut
48 laki-laki 74 menikah pensiunan 276 165 95 Hari tersebut
49 laki-laki 59 menikah PNS 332 160 95 2 minggu sebelumnya
50 laki-laki 25 tidak menikah karyawan swasta 27 150 110 1 minggu sebelumnya
51 laki-laki 27 tidak menikah karyawan swasta 17 150 95 2 minggu sebelumnya
52 laki-laki 55 menikah PNS 38 160 95 Hari tersebut
71
53 laki-laki 54 menikah PNS 84 155 95 Hari tersebut
54 laki-laki 51 menikah PNS 85 170 95 Hari tersebut
55 laki-laki 66 menikah PNS 135 165 95 Hari tersebut
56 laki-laki 56 menikah PNS 85 170 95 Hari tersebut
57 perempuan 52 menikah PNS 74 165 95 Hari tersebut
58 perempuan 81 tidak menikah pensiunan 120 170 90 1 minggu sebelumnya
59 laki-laki 55 menikah PNS 60 145 95 1 minggu sebelumnya
60 laki-laki 49 tidak menikah karyawan swasta 60 140 95 Hari tersebut
61 laki-laki 38 menikah karyawan swasta 12 150 100 Hari tersebut
62 laki-laki 61 menikah pensiunan 42 150 90 Hari tersebut
63 perempuan 75 tidak menikah pensiunan 84 140 95 Hari tersebut
64 laki-laki 50 menikah karyawan swasta 63 155 95 2 minggu sebelumnya
65 laki-laki 71 menikah pensiunan 158 165 95 Hari tersebut
66 laki-laki 61 menikah PNS 50 170 100 Hari tersebut
67 laki-laki 58 menikah PNS 99 160 100 Hari tersebut

72
73

LAMPIRAN B. TABULASI DATA ITEM


B. TABULASI DATA ITEM

1. UJI COBA

SUBJEK item 1 item 2 item 3 item 4 item 5 item 6 item 7 item 8 item 9 item 10 item 11 item 12 item 13 item 14 kecemasan
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3
2 0 0 0 3 1 1 2 0 1 2 2 2 2 1 17
3 1 1 2 2 1 0 1 0 2 1 1 1 2 1 16
4 1 1 0 2 0 0 1 0 0 2 2 1 2 0 12
5 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 8
6 0 0 1 1 0 1 0 0 1 2 2 1 1 1 11
7 2 0 1 2 1 2 0 0 1 1 1 2 1 1 15
8 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11
9 1 2 1 2 0 0 1 0 2 3 0 2 1 1 16
10 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
11 2 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 8
12 1 2 0 2 0 1 2 1 1 1 1 2 2 1 17
13 0 0 1 1 0 1 1 0 1 2 1 2 2 0 12
14 1 2 2 0 1 1 1 0 2 2 2 1 2 0 17
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2
17 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 8
18 0 1 1 2 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 7
19 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 0 0 6
20 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2
21 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 5
74
22 2 2 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 19
23 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 8
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 1 1 0 1 0 1 0 0 2 2 1 0 1 0 10
26 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 21
27 0 1 2 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 1 8
28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 12
29 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 4
31 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 6
32 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 9
33 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
34 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 8
35 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4
36 1 0 2 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 8
37 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2
38 2 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6
39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
40 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 7
41 1 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 6
42 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 10
43 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9
44 1 1 1 1 0 0 1 0 1 2 0 1 0 2 11
45 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
46 1 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 2 8
47 1 0 1 2 1 1 1 0 0 2 2 1 1 1 14
75
48 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
49 1 0 2 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 6
50 2 1 1 1 0 3 1 1 2 2 1 1 1 1 18
51 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11
52 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 4
53 2 1 2 1 1 1 1 0 2 2 2 2 1 0 18
54 0 1 2 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 9
55 2 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 8
56 1 1 2 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 8
57 0 0 1 1 0 0 0 2 0 2 1 2 0 0 9
58 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 8
59 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
60 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
61 3 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
62 1 1 1 1 0 2 2 0 2 1 1 1 1 2 16
63 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 3
64 0 1 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 0 9
65 2 1 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 9
66 3 1 1 2 0 1 1 0 1 2 0 0 1 2 15
67 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 6

76
2. PENELITIAN

SUBJE item item item item item item item item item item item item item kecemasa
K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 n
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3
2 0 0 0 3 1 1 2 1 2 2 2 2 1 17
3 1 1 2 2 1 0 1 2 1 1 1 2 1 16
4 1 1 0 2 0 0 1 0 2 2 1 2 0 12
5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 8
6 0 0 1 1 0 1 0 1 2 2 1 1 1 11
7 2 0 1 2 1 2 0 1 1 1 2 1 1 15
8 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
9 1 2 1 2 0 0 1 2 3 0 2 1 1 16
10 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
11 2 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 8
12 1 2 0 2 0 1 2 1 1 1 2 2 1 16
13 0 0 1 1 0 1 1 1 2 1 2 2 0 12
14 1 2 2 0 1 1 1 2 2 2 1 2 0 17
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
17 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 8
18 0 1 1 2 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7
19 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 0 0 6
20 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2
21 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4
22 2 2 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 18

77
23 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 7
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 1 1 0 1 0 1 0 2 2 1 0 1 0 10
26 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 20
27 0 1 2 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 8
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12
29 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 4
31 1 0 0 1 0 0 0 0 2 2 0 0 0 6
32 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 9
33 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
34 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 8
35 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4
36 1 0 2 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 8
37 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2
38 2 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 6
39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
40 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 7
41 1 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 2 6
42 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 10
43 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
44 1 1 1 1 0 0 1 1 2 0 1 0 2 11
45 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
46 1 0 1 0 0 1 0 2 0 0 0 1 2 8
47 1 0 1 2 1 1 1 0 2 2 1 1 1 14
48 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
78
49 1 0 2 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 6
50 2 1 1 1 0 3 1 2 2 1 1 1 1 17
51 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 10
52 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4
53 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 0 18
54 0 1 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 9
55 2 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 7
56 1 1 2 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 7
57 0 0 1 1 0 0 0 0 2 1 2 0 0 7
58 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 7
59 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 5
60 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2
61 3 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12
62 1 1 1 1 0 2 2 2 1 1 1 1 2 16
63 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2
64 0 1 0 1 0 0 1 2 1 1 0 1 0 8
65 2 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 9
66 3 1 1 2 0 1 1 1 2 0 0 1 2 15
67 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 6

79
80

LAMPIRAN C. DESKRIPSI

KARAKTERISTIK SUBJEK
81

C. DESKRIPSI KARAKTERISTIK SUBJEK

1. JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 40 59,7 59,7 59,7
perempuan 27 40,3 40,3 100,0
Total 67 100,0 100,0

jenis kelamin
laki-laki
perempuan
82

2. STATUS PERNIKAHAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak menikah 14 20,9 20,9 20,9
menikah 53 79,1 79,1 100,0
Total 67 100,0 100,0

status pernikahan
tidak
menikah
menikah
83

3. PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja 11 16,4 16,4 16,4
PNS 18 26,9 26,9 43,3
swasta 31 46,3 46,3 89,6
pensiun 7 10,4 10,4 100,0
Total 67 100,0 100,0

pekerjaan

tidak bekerja
PNS
swasta
pensiun
84

4. UMUR

N Valid 67
Missing 0
Mean 49,42
Std. Error of Mean 1,694
Median 50,00
Mode 46(a)
Std. Deviation 13,867
Variance 192,308
Skewness -,076
Std. Error of Skewness ,293
Kurtosis ,013
Std. Error of Kurtosis ,578
Range 60
Minimum 21
Maximum 81
a Multiple modes exist. The smallest value is shown

Histogram

12.5

10.0
Frequency

7.5

5.0

2.5

Mean =49.42
0.0 Std. Dev. =13.867
N =67
20 40 60 80
umur
85

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 21 1 1,5 1,5 1,5
22 1 1,5 1,5 3,0
23 1 1,5 1,5 4,5
24 1 1,5 1,5 6,0
25 1 1,5 1,5 7,5
26 1 1,5 1,5 9,0
27 1 1,5 1,5 10,4
28 2 3,0 3,0 13,4
33 1 1,5 1,5 14,9
35 1 1,5 1,5 16,4
37 1 1,5 1,5 17,9
38 1 1,5 1,5 19,4
42 1 1,5 1,5 20,9
43 3 4,5 4,5 25,4
44 3 4,5 4,5 29,9
45 3 4,5 4,5 34,3
46 4 6,0 6,0 40,3
48 1 1,5 1,5 41,8
49 3 4,5 4,5 46,3
50 3 4,5 4,5 50,7
51 3 4,5 4,5 55,2
52 3 4,5 4,5 59,7
53 2 3,0 3,0 62,7
54 3 4,5 4,5 67,2
55 4 6,0 6,0 73,1
56 3 4,5 4,5 77,6
58 1 1,5 1,5 79,1
59 2 3,0 3,0 82,1
60 1 1,5 1,5 83,6
61 2 3,0 3,0 86,6
65 1 1,5 1,5 88,1
66 1 1,5 1,5 89,6
70 1 1,5 1,5 91,0
71 1 1,5 1,5 92,5
74 1 1,5 1,5 94,0
75 2 3,0 3,0 97,0
77 1 1,5 1,5 98,5
81 1 1,5 1,5 100,0
Total 67 100,0 100,0
86

5. LAMA MENDERITA

N Valid 67
Missing 0
Mean 78,24
Std. Error of Mean 10,421
Median 56,00
Mode 6(a)
Std. Deviation 85,303
Variance 7276,609
Skewness 2,341
Std. Error of Skewness ,293
Kurtosis 5,977
Std. Error of Kurtosis ,578
Range 430
Minimum 2
Maximum 432
a Multiple modes exist. The smallest value is shown

Histogram

25

20
Frequency

15

10

Mean =78.24
0 Std. Dev. =85.303
N =67
0 100 200 300 400 500
lama menderita
87

lama menderita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 1 1,5 1,5 1,5
5 1 1,5 1,5 3,0
6 5 7,5 7,5 10,4
7 1 1,5 1,5 11,9
12 2 3,0 3,0 14,9
15 2 3,0 3,0 17,9
17 1 1,5 1,5 19,4
24 3 4,5 4,5 23,9
25 1 1,5 1,5 25,4
27 1 1,5 1,5 26,9
36 5 7,5 7,5 34,3
38 1 1,5 1,5 35,8
39 1 1,5 1,5 37,3
41 1 1,5 1,5 38,8
42 1 1,5 1,5 40,3
48 4 6,0 6,0 46,3
50 1 1,5 1,5 47,8
54 1 1,5 1,5 49,3
56 1 1,5 1,5 50,7
60 5 7,5 7,5 58,2
61 1 1,5 1,5 59,7
63 2 3,0 3,0 62,7
68 1 1,5 1,5 64,2
72 1 1,5 1,5 65,7
74 1 1,5 1,5 67,2
84 4 6,0 6,0 73,1
85 2 3,0 3,0 76,1
96 3 4,5 4,5 80,6
99 1 1,5 1,5 82,1
120 1 1,5 1,5 83,6
132 1 1,5 1,5 85,1
135 1 1,5 1,5 86,6
156 1 1,5 1,5 88,1
158 1 1,5 1,5 89,6
184 1 1,5 1,5 91,0
192 1 1,5 1,5 92,5
240 1 1,5 1,5 94,0
276 1 1,5 1,5 95,5
332 1 1,5 1,5 97,0
360 1 1,5 1,5 98,5
432 1 1,5 1,5 100,0
Total 67 100,0 100,0
88

6. TEKANAN DARAH SISTOLIK


Statistics

tekanan darah sistolik


N Valid 67
Missing 0
Mean 153,66
Std. Error of Mean 1,639
Median 150,00
Mode 140
Std. Deviation 13,416
Variance 179,986
Skewness ,888
Std. Error of Skewness ,293
Kurtosis ,044
Std. Error of Kurtosis ,578
Range 50
Minimum 140
Maximum 190

tekanan darah sistolik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 140 18 26,9 26,9 26,9
145 11 16,4 16,4 43,3
150 10 14,9 14,9 58,2
155 3 4,5 4,5 62,7
160 8 11,9 11,9 74,6
165 5 7,5 7,5 82,1
170 7 10,4 10,4 92,5
180 3 4,5 4,5 97,0
190 2 3,0 3,0 100,0
Total 67 100,0 100,0
89

Histogram

20

15
Frequency

10

Mean =153.66
Std. Dev. =13.416
N =67
0
140 160 180 200
tekanan darah sistolik
90

7. TEKANAN DARAH DIASTOLIK

N Valid 67
Missing 0
Mean 95,30
Std. Error of Mean ,773
Median 95,00
Mode 90
Std. Deviation 6,329
Variance 40,061
Skewness 1,225
Std. Error of Skewness ,293
Kurtosis ,618
Std. Error of Kurtosis ,578
Range 20
Minimum 90
Maximum 110

diastolik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 90 29 43,3 43,3 43,3
95 20 29,9 29,9 73,1
100 10 14,9 14,9 88,1
105 1 1,5 1,5 89,6
110 7 10,4 10,4 100,0
Total 67 100,0 100,0

Histogram
30
Frequency

20

10

0 Mean =95.3
85 90 95 100 105 110 115 Std. Dev. =6.329
N =67
diastolik
91

LAMPIRAN D. UJI RELIABILITAS


92

D. UJI RELIABILITAS

1. UJI COBA

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 67 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 67 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,822 14

Item-Total Statistics

Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
item1 7,69 23,976 ,268 ,827
item2 8,04 23,680 ,460 ,810
item3 7,87 23,815 ,354 ,818
item4 7,90 22,156 ,584 ,800
item5 8,37 24,934 ,413 ,815
item6 7,91 23,446 ,477 ,809
item7 8,09 23,295 ,556 ,804
item8 8,33 26,133 ,091 ,830
item9 7,64 23,233 ,460 ,810
item10 7,78 20,813 ,637 ,794
item11 7,99 23,015 ,492 ,808
item12 8,03 22,969 ,495 ,807
item13 8,01 21,773 ,719 ,791
item14 7,93 24,616 ,294 ,821
93

2. PENELITIAN
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 67 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 67 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,830 13

Item-Total Statistics

Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
item1 7,43 23,461 ,252 ,837
item2 7,79 23,137 ,446 ,820
item3 7,61 23,150 ,360 ,826
item4 7,64 21,506 ,591 ,808
item5 8,12 24,228 ,431 ,823
item6 7,66 22,835 ,475 ,818
item7 7,84 22,624 ,567 ,812
item8 7,39 22,574 ,467 ,818
item9 7,52 20,223 ,638 ,804
item10 7,73 22,381 ,495 ,816
item11 7,78 22,389 ,489 ,817
item12 7,76 21,124 ,728 ,799
item13 7,67 23,951 ,298 ,829
94

LAMPIRAN E. DESKRIPSI DATA


PENELITIAN
95

E. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

1. TINGKAT KECEMASAN
Statistics

tingkat kecemasan
N Valid 67
Missing 0
Mean 8,33
Median 8,00
Mode 8
Std. Deviation 5,112
Variance 26,133
Range 20
Minimum 0
Maximum 20

tingkat kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 2 3,0 3,0 3,0
1 2 3,0 3,0 6,0
2 7 10,4 10,4 16,4
3 2 3,0 3,0 19,4
4 5 7,5 7,5 26,9
5 1 1,5 1,5 28,4
6 6 9,0 9,0 37,3
7 7 10,4 10,4 47,8
8 8 11,9 11,9 59,7
9 4 6,0 6,0 65,7
10 3 4,5 4,5 70,1
11 3 4,5 4,5 74,6
12 4 6,0 6,0 80,6
14 1 1,5 1,5 82,1
15 2 3,0 3,0 85,1
16 4 6,0 6,0 91,0
17 3 4,5 4,5 95,5
18 2 3,0 3,0 98,5
20 1 1,5 1,5 100,0
Total 67 100,0 100,0
96

Histogram

6
Frequency

Mean =8.33
0 Std. Dev. =5.112
-5 0 5 10 15 20 25 N =67

tingkat kecemasan
97

2. DESKRIPSI KATEGORISASI TINGKAT KECEMASAN


Statistics

KATEGORISASI
N Valid 67
Missing 0

KATEGORISASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid NORMAL 25 37,3 37,3 37,3
RINGAN 29 43,3 43,3 80,6
SEDANG 12 17,9 17,9 98,5
BERAT 1 1,5 1,5 100,0
Total 67 100,0 100,0

KATEGORISASI

30
Frequency

20

10

0
NORMAL RINGAN SEDANG BERAT
KATEGORISASI
98

3. DESKRIPSI TIAP KATEGORI

a. KATEGORI NORMAL
JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 13 52,0 52,0 52,0
laki-laki 12 48,0 48,0 100,0
Total 25 100,0 100,0

STATUS PERNIKAHAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak menikah 5 20,0 20,0 20,0
menikah 20 80,0 80,0 100,0
Total 25 100,0 100,0

JENIS PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja 3 12,0 12,0 12,0
PNS 7 28,0 28,0 40,0
swasta 12 48,0 48,0 88,0
pensiun 3 12,0 12,0 100,0
Total 25 100,0 100,0
99

Statistics

tekanan tekanan
lama darah darah tingkat
umur menderita sistolik diastolik kecemasan
N Valid 25 25 25 25 25
Missing 0 0 0 0 0
Mean 54,84 94,12 148,60 93,80 3,32
Std. Error of Mean 2,103 21,509 1,838 ,779 ,395
Median 52,00 60,00 145,00 95,00 3,00
Mode 46(a) 36(a) 140 90 2
Std. Deviation 10,515 107,547 9,188 3,894 1,973
Variance 110,557 11566,443 84,417 15,167 3,893
Skewness 1,076 1,982 ,143 ,463 ,044
Std. Error of Skewness ,464 ,464 ,464 ,464 ,464
Kurtosis ,059 3,694 -,905 -1,158 -1,152
Std. Error of Kurtosis ,902 ,902 ,902 ,902 ,902
Range 34 430 35 10 6
Minimum 43 2 130 90 0
Maximum 77 432 165 100 6
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
100

b. KATEGORI RINGAN
JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 10 34,5 34,5 34,5
laki-laki 19 65,5 65,5 100,0
Total 29 100,0 100,0

STATUS PERNIKAHAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak menikah 6 20,7 20,7 20,7
menikah 23 79,3 79,3 100,0
Total 29 100,0 100,0

JENIS PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja 5 17,2 17,2 17,2
PNS 9 31,0 31,0 48,3
swasta 13 44,8 44,8 93,1
pensiun 2 6,9 6,9 100,0
Total 29 100,0 100,0
101

Statistics

tekanan
lama tekanan darah darah tingkat
umur menderita sistolik diastolik kecemasan
N Valid 29 29 29 29 29
Missing 0 0 0 0 0
Mean 46,38 59,62 154,83 94,66 8,97
Std. Error of Mean 2,583 9,208 2,769 1,162 ,327
Median 49,00 48,00 150,00 95,00 8,00
Mode 43(a) 6 140 90 8
Std. Deviation 13,911 49,584 14,909 6,258 1,762
Variance 193,530 2458,601 222,291 39,163 3,106
Skewness ,156 1,028 ,687 1,547 ,561
Std. Error of Skewness ,434 ,434 ,434 ,434 ,434
Kurtosis ,470 ,534 -,616 1,710 -1,031
Std. Error of Kurtosis ,845 ,845 ,845 ,845 ,845
Range 60 186 50 20 5
Minimum 21 6 140 90 7
Maximum 81 192 190 110 12
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
102

c. KATEGORI SEDANG
JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 3 25,0 25,0 25,0
laki-laki 9 75,0 75,0 100,0
Total 12 100,0 100,0

STATUS PERNIKAHAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak menikah 3 25,0 25,0 25,0
menikah 9 75,0 75,0 100,0
Total 12 100,0 100,0

JENIS PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja 3 25,0 25,0 25,0
PNS 2 16,7 16,7 41,7
swasta 5 41,7 41,7 83,3
pensiun 2 16,7 16,7 100,0
Total 12 100,0 100,0
103

Statistics

tekanan
lama tekanan darah darah tingkat
umur menderita sistolik diastolik kecemasan
N Valid 12 12 12 12 12
Missing 0 0 0 0 0
Mean 47,25 95,42 158,33 98,75 16,25
Std. Error of Mean 4,848 28,857 4,234 2,394 ,351
Median 54,00 58,00 152,50 97,50 16,00
Mode 54(a) 27(a) 150(a) 90 16
Std. Deviation 16,794 99,965 14,668 8,292 1,215
Variance 282,023 9992,992 215,152 68,750 1,477
Skewness -,425 2,248 ,834 ,332 -,205
Std. Error of Skewness ,637 ,637 ,637 ,637 ,637
Kurtosis -1,485 4,471 ,235 -1,585 -,406
Std. Error of Kurtosis 1,232 1,232 1,232 1,232 1,232
Range 48 333 50 20 4
Minimum 22 27 140 90 14
Maximum 70 360 190 110 18
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
104

d. KATEGORI BERAT

N Jenis Kelamin Status Jenis Umur Lama Tek. Tek. Tingkat


Pernikahan Pekerjaan Menderita Darah Darah kecemasan
Sistolik Diastolik

1 Perempuan Menikah Swasta 28 15 180 110 20


105

LAMPIRAN F. UJI ASUMSI


106

F. UJI ASUMSI
1. UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

tekanan tekanan
lama darah darah tingkat
umur menderita sistolik diastolik kecemasan
N 67 67 67 67 67
Normal Parameters(a,b) Mean 49,42 78,24 153,51 95,30 8,33
Std. Deviation 13,867 85,303 13,624 6,329 5,112
Most Extreme Differences Absolute ,113 ,230 ,184 ,250 ,123
Positive ,094 ,230 ,184 ,250 ,123
Negative -,113 -,186 -,146 -,201 -,083
Kolmogorov-Smirnov Z ,923 1,879 1,503 2,048 1,004
Asymp. Sig. (2-tailed) ,361 ,002 ,022 ,000 ,266
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
107

2. UJI HOMOGENITAS

a. JENIS KELAMIN

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances

F Sig.
tingkat kecemasan Equal variances
assumed 1,562 ,216
Equal variances
not assumed

b. STATUS PERNIKAHAN

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances

F Sig.
tingkat kecemasan Equal variances
assumed ,256 ,615
Equal variances
not assumed

c. JENIS PEKERJAAN
Test of Homogeneity of Variances

tingkat kecemasan
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,335 3 63 ,271
108

3. UJI LINIERITAS

a. UMUR

ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
tingkat kecemasan Between (Combined) 1242,193 37 33,573 2,017 ,027
* umur Groups Linearity 168,680 1 168,680 10,137 ,003
Deviation from Linearity 1073,513 36 29,820 1,792 ,055
Within Groups 482,583 29 16,641
Total 1724,776 66

b. LAMA MENDERITA

ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
tingkat kecemasan Between (Combined) 1106,193 40 27,655 1,162 ,348
* lama menderita Groups Linearity 2,052 1 2,052 ,086 ,771
Deviation from Linearity 1104,141 39 28,311 1,190 ,325
Within Groups 618,583 26 23,792
Total 1724,776 66

c. TEKANAN DARAH SISTOLIK

ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
tingkat kecemasan * Between (Combined) 324,136 8 40,517 1,678 ,123
tekanan darah sistolik Groups Linearity 189,295 1 189,295 7,839 ,007
Deviation from Linearity 134,841 7 19,263 ,798 ,592
Within Groups 1400,640 58 24,149
Total 1724,776 66

d. TEKANAN DARAH DIASTOLIK

ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
tingkat kecemasan * Between (Combined) 332,441 4 83,110 3,701 ,009
tekanan darah diastolik Groups Linearity 229,180 1 229,180 10,205 ,002
Deviation from Linearity 103,262 3 34,421 1,533 ,215
Within Groups 1392,335 62 22,457
Total 1724,776 66
109

LAMPIRAN G. UJI BEDA


110

G. UJI BEDA

1. JENIS KELAMIN

Group Statistics

Std. Error
jenis kelamin N Mean Std. Deviation Mean
tingkat kecemasan laki-laki 40 9,10 4,573 ,723
perempuan 27 7,19 5,718 1,100

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
tingkat kecemasan Equal variances
1,562 ,216 1,519 65 ,134 1,915 1,261 -,603 4,433
assumed
Equal variances
1,454 47,406 ,152 1,915 1,317 -,733 4,563
not assumed
111

2. STATUS PERNIKAHAN
Group Statistics

Std. Error
status pernikahan N Mean Std. Deviation Mean
tingkat kecemasan tidak menikah 14 8,36 5,638 1,507
menikah 53 8,32 5,022 ,690

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
tingkat kecemasan Equal variances
,256 ,615 ,024 65 ,981 ,036 1,548 -3,055 3,128
assumed
Equal variances
,022 18,814 ,983 ,036 1,657 -3,434 3,507
not assumed
112

3. JENIS PEKERJAAN

4.
Descriptives

tingkat kecemasan
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
0 11 9,73 5,798 1,748 5,83 13,62 0 18
1 18 7,78 3,964 ,934 5,81 9,75 2 18
2 31 8,39 5,365 ,964 6,42 10,35 1 20
3 7 7,29 6,102 2,306 1,64 12,93 0 16
Total 67 8,33 5,112 ,625 7,08 9,58 0 20

5.
ANOVA

tingkat kecemasan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 34,700 3 11,567 ,431 ,731
Within Groups 1690,076 63 26,827
Total 1724,776 66

6.
113

LAMPIRAN H. UJI KORELASI


114

H. UJI KORELASI
(ANTARA UMUR, LAMA MENDERITA, TEKANAN DARAH SISTOLIK
DAN TEKANAN DARAH DIASTOLIK
DENGAN TINGKAT KECEMASAN)

Correlations

tekanan
lama tekanan darah darah tingkat
umur menderita sistolik diastolik kecemasan
umur Pearson Correlation 1 ,476** ,203 -,071 -,313**
Sig. (2-tailed) ,000 ,099 ,566 ,010
N 67 67 67 67 67
lama menderita Pearson Correlation ,476** 1 ,421** ,026 ,034
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,832 ,782
N 67 67 67 67 67
tekanan darah sistolik Pearson Correlation ,203 ,421** 1 ,562** ,331**
Sig. (2-tailed) ,099 ,000 ,000 ,006
N 67 67 67 67 67
tekanan darah diastolik Pearson Correlation -,071 ,026 ,562** 1 ,365**
Sig. (2-tailed) ,566 ,832 ,000 ,002
N 67 67 67 67 67
tingkat kecemasan Pearson Correlation -,313** ,034 ,331** ,365** 1
Sig. (2-tailed) ,010 ,782 ,006 ,002
N 67 67 67 67 67
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
115

LAMPIRAN I. INSTRUMEN PENELITIAN


116

I. INSTRUMEN PENELITIAN

1. UJI COBA

KUESIONER UNTUK PENDERITA HIPERTENSI

I. IDENTITAS RESPONDEN
NAMA :
UMUR/ JENIS KELAMIN :
STATUS PERKAWINAN :
ALAMAT :

NO HP/ RUMAH :
PEKERJAAN :
LAMA MENGIDAP HIPERTENSI : ......... TAHUN .......... BULAN
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH TERAKHIR : ......../........................../................
(TANGGAL/ BULAN/ TAHUN)
............. /.............
(SISTOLIK/DIASTOLIK)

II. PETUNJUK PENGISIAN


1. Bacalah dengan seksama pernyataan di bawah ini dan jawablah setiap pernyataan dengan
cepat tanpa berpikir panjang.
2. Semua jawaban adalah benar, sehingga pilihlah yang benar-benar sesuai dengan keadaan
Anda.

III. PERTANYAAN
Dalam satu minggu terakhir seberapa sering Anda mengalami hal-hal di bawah ini?
Jawablah dengan memberikan lingkaran pada angka:
0 : bila tidak pernah mengalami sama sekali
1 : bila kadang-kadang mengalami
2 : bila cukup sering mengalami
3 : bila hampir setiap hari mengalami
117

0 1 2 3
NO PERNYATAAN (TIDAK (KADANG- (SERING) (HAMPIR
PERNAH) KADANG) SETIAP
HARI)
1 Saya merasakan kekeringan di mulut 0 1 2 3
2 Saya mengalami kesulitan bernafas
(bernafas terlalu cepat atau bahkan 0 1 2 3
sesak nafas meskipun tidak sedang
beraktivitas fisik)
3 Saya merasa lemah lunglai (kaki 0 1 2 3
terasa mau lepas)
4 Saya merasa berada dalam situasi
yang sangat mencemaskan, sehingga 0 1 2 3
merasa terbebas ketika hal itu
berakhir
5 Saya merasa seakan mau pingsan 0 1 2 3
6 Saya merasa mengeluarkan banyak
keringat (sampai tangan basah) 0 1 2 3
meskipun tidak berada di tempat
panas ataupun melakukan aktifitas
fisik
7 Saya merasa ketakutan tanpa alasan 0 1 2 3
yang jelas
8 Saya merasa sulit menelan 0 1 2 3
9 Saya merasakan denyut jantung
meskipun tidak sedang beraktivitas 0 1 2 3
fisik (misal denyut jantung terlalu
cepat atau tidak teratur)
10 Saya merasa cenderung panik 0 1 2 3
11 Saya sangat khawatir tidak bisa 0 1 2 3
menyelesaikan pekerjaan ringan
yang tidak biasa saya kerjakan
12 Saya merasa ngeri 0 1 2 3
13 Saya khawatir akan situasi yang 0 1 2 3
membuat saya panik dan tampak
tolol
14 Saya mengalami gemetar (misal di 0 1 2 3
tangan)
118

2. PENELITIAN

KUESIONER UNTUK PENDERITA HIPERTENSI

I. IDENTITAS RESPONDEN
NAMA :
UMUR/ JENIS KELAMIN :
STATUS PERKAWINAN :
ALAMAT :

NO HP/ RUMAH :
PEKERJAAN :
LAMA MENGIDAP HIPERTENSI : ......... TAHUN .......... BULAN
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH TERAKHIR : ......../........................../................
(TANGGAL/ BULAN/ TAHUN)
............. /.............
(SISTOLIK/DIASTOLIK)

II. PETUNJUK PENGISIAN


1. Bacalah dengan seksama pernyataan di bawah ini dan jawablah setiap pernyataan dengan
cepat tanpa berpikir panjang.
2. Semua jawaban adalah benar, sehingga pilihlah yang benar-benar sesuai dengan keadaan
Anda.

III. PERTANYAAN
Dalam satu minggu terakhir seberapa sering Anda mengalami hal-hal di bawah ini?
Jawablah dengan memberikan lingkaran pada angka:
0 : bila tidak pernah mengalami sama sekali
1 : bila kadang-kadang mengalami
2 : bila cukup sering mengalami
3 : bila hampir setiap hari mengalami
119

0 1 2 3
NO PERNYATAAN (TIDAK (KADANG- (SERING) (HAMPIR
PERNAH) KADANG) SETIAP
HARI)
1 Saya merasakan kekeringan di mulut 0 1 2 3
2 Saya mengalami kesulitan bernafas
(bernafas terlalu cepat atau bahkan 0 1 2 3
sesak nafas meskipun tidak sedang
beraktivitas fisik)
3 Saya merasa lemah lunglai (kaki 0 1 2 3
terasa mau lepas)
4 Saya merasa berada dalam situasi
yang sangat mencemaskan, sehingga 0 1 2 3
merasa terbebas ketika hal itu
berakhir
5 Saya merasa seakan mau pingsan 0 1 2 3
6 Saya merasa mengeluarkan banyak
keringat (sampai tangan basah) 0 1 2 3
meskipun tidak berada di tempat
panas ataupun melakukan aktifitas
fisik
7 Saya merasa ketakutan tanpa alasan 0 1 2 3
yang jelas
8 Saya merasakan denyut jantung
meskipun tidak sedang beraktivitas 0 1 2 3
fisik (misal denyut jantung terlalu
cepat atau tidak teratur)
9 Saya merasa cenderung panik 0 1 2 3
10 Saya sangat khawatir tidak bisa 0 1 2 3
menyelesaikan pekerjaan ringan
yang tidak biasa saya kerjakan
11 Saya merasa ngeri 0 1 2 3
12 Saya khawatir akan situasi yang 0 1 2 3
membuat saya panik dan tampak
tolol
13 Saya mengalami gemetar (misal di 0 1 2 3
tangan)
120

LAMPIRAN J. SURAT KETERANGAN

TERKAIT PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai