Anda di halaman 1dari 71

PRAKTIKUM PNEUMATIK

LABORATORIUM PNEUMATIK POLITEKNIK NEGERI MALANG

LAPORAN
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah pneumatic hidrolik yang dibimbing oleh Gumono,
ST., MMT pada semester ganjil 2015

Oleh :
David Subangkit
NIM : 1441220066 – 2C

PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF ELEKTONIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Rangkaian Pneumatic” dengan tepat waktu.

Dalam laporan ini, membahas mengenai peralatan-peralatan dasar yang digunakan


dalam praktikum pneumatik, prinsip-prinsip kerja dari beberapa rangkaian serta mengenai
Displacement Step Diagram Methode.

Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi. Dengan demikian kritik dan saran yang membangun
senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan tugas berikutnya.

Penulis mengharapkan laporan ini berguna bagi Pembaca pada umumnya serta bagi
penulis sendiri khususnya.

Malang, 21 Desember 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
 Mahasiswa dapat mengetahui SAC & DAC secara langsung maupun tidak langsung
 Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja SAC & DAC secara langsung maupun
tidak langsung
 Mahasiswa dapat menggambar rangkain SAC & DAC secara langsung maupun
tidak langsung
 Mahasiswa dapat merangkai alat alat pneumatik yang sudah dijelaskan
 Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing komponen peralatan pneumatik yang
digunakan dalam praktikum.
 Mampu memahami prinsip kerja dari rangkaian alat ladel penuang, pembuka dan
penutup jendela dan mesin penanda mistar sorong.
 Mahasiswa mampu membuat dan memahami Displacement Step Diagram, Notasi,
penyelesaian rangkaian dengan menggunakan metode intuisife, cascade dan step
counter dari suatu rangkaian Pneumatik.

BAB II
TEORI DASAR
Sistem pneumatik
A. Pengertian Pneumatik

Istilah pneumatik berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘pneuma’ yang berarti napas
atau udara. Istilah pneumatik selalu berhubungan dengan teknik penggunaan udara
bertekanan, baik tekanan di atas 1 atmosfer maupun tekanan di bawah 1 atmosfer (vacum).
Sehingga pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara
bertekanan (udara kempa). Jaman dahulu kebanyakan orang sering menggunakan udara
bertekanan untuk berbagai keperluan yang masih terbatas, antara lain menambah tekanan
udara ban mobil/motor, melepaskan ban mobil dari peleknya, membersihkan kotoran, dan
sejenisnya. Sekarang, sistem pneumatik memiliki apliaksi yang luas karena udara
pneumatik bersih dan mudah didapat. Banyak industri yang menggunakan sistem
pneumatik dalam proses produksi seperti industri makanan, industri obat-obatan, industri
pengepakan barang maupun industri yang lain. Belajar pneumatik sangat bermanfaat
mengingat hampir semua industri sekarang memanfaatkan sistem pneumatik.

B. Karakteristik Udara Kempa


Udara dipermukaan bumi ini terdiri atas campuran dari bermacam-macam gas.
Komposisi dari macam-macam gas tersebut adalah sebagai berikut : 78 % vol. gas 21
% vol. nitrogen, dan 1 % gas lainnya seperti carbon dioksida, argon, helium, krypton,
neon dan xenon. Dalam sistem pneumatik udara difungsikan sebagai media transfer dan
sebagai penyimpan tenaga (daya) yaitu dengan cara dikempa atau dimampatkan. Udara
termasuk golongan zat fluida karena sifatnya yang selalu mengalir dan bersifat
compressible (dapat dikempa). Sifat-sifat udara senantiasa mengikuti hukum-hukum
gas. Karakteristik udara dapat diidentifikasikan sebagai berikut : a) Udara mengalir dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah, b) Volume udara tidak tetap. c) Udara dapat dikempa
(dipadatkan), d) Berat jenis udara 1,3 kg/m³, e) Udara tidak berwarna

C. Aplikasi Penggunaan Pneumatik


Penggunaan udara bertekanan sebenarnya masih dapat dikembangkan untuk
berbagai keperluan proses produksi, misalnya untuk melakukan gerakan mekanik yang
selama ini dilakukan oleh tenaga manusia, seperti menggeser, mendorong, mengangkat,
menekan, dan lain sebagainya. Gerakan mekanik tersebut dapat dilakukan juga oleh
komponen pneumatik, seperti silinder pneumatik, motor pneumatik, robot pneumatik
translasi, rotasi maupun gabungan keduanya. Perpaduan dari gerakan mekanik oleh
aktuator pneumatik dapat dipadu menjadi gerakan mekanik untuk keperluan proses
produksi yang terus menerus (continue), dan flexibel.
Pemakaian pneumatik dibidang produksi telah mengalami kemajuan yang
pesat, terutama pada proses perakitan (manufacturing), elektronika, obat-obatan,
makanan, kimia dan lainnya. Pemilihan penggunaan udara bertekanan (pneumatik)
sebagai sistim kontrol dalam proses otomasinya, karena pneumatik mempunyai
beberapa keunggulan, antara lain: mudah diperoleh, bersih dari kotoran dan zat kimia
yang merusak, mudah didistribusikan melalui saluran (selang) yang kecil, aman dari
bahaya ledakan dan hubungan singkat, dapat dibebani lebih, tidak peka terhadap
perubahan suhu dan sebagainya.
Udara yang digunakan dalam pneumatik sangat mudah didapat/diperoleh di
sekitar kita. Udara dapat diperoleh dimana saja kita berada, serta tersedia dalam jumlah
banyak. Selain itu udara yang terdapat di sekitar kita cenderung bersih dari kotoran dan
zat kimia yang merugikan. Udara juga dapat dibebani lebih tanpa menimbulkan bahaya
yang fatal. Karena tahan terhadap perubahan suhu, maka penumatik banyak digunakan
pula pada industri pengolahan logam dan sejenisnya.
Secara umum udara yang dihisap oleh kompressor, akan disimpan dalam suatu
tabung penampung. Sebelum digunakan udara dari kompressor diolah agar menjadi
kering, dan mengandung sedikit pelumas. Setelah melalui regulator udara dapat
digunakan menggerakkan katub penggerak (aktuator), baik berupa silinder/stang torak
yang bergerak translasi, maupun motor pneumatik yang bergerak rotasi. Gerakan bolak
balik (translasi), dan berputar (rotasi) pada aktuator selanjutnya digunakan untuk
berbagai keperluan gerakan yang selama ini dilakukan oleh manusia atau peralatan lain.

D. Efektifitas Pneumatik
Sistim gerak dalam pneumatik memiliki optimalisasi/efektifitas bila digunakan
pada batas-batas tertentu. Adapun batas-batas ukuran yang dapat menimbulkan
optimalisasi penggunaan pneumatik antara lain: diameter piston antara 6 s/d 320 mm,
anjang langkah 1 s/d 2.000 mm, tenaga yang diperlukan 2 s/d 15 bar, untuk keperluan
pendidikan biasanya berkisar antara 4 sampai dengan 8 bar, dapat juga bekerja pada
tekanan udara di bawah 1 atmosfer (vacuum), misalnya untuk keperluan mengangkat
plat baja dan sejenisnya melalui katup karet hisap flexibel

Penggunaan silinder pneumatik biasanya untuk keperluan antara lain:


mencekam benda kerja, menggeser benda kerja, memposisikan benda kerja,
mengarahkan aliran material ke berbagai arah. Penggunaan secara nyata pada industri
antara lain untuk keperluan: membungkus (verpacken), mengisi material, mengatur
distribusi material, penggerak poros, membuka dan menutup pada pintu, transportasi
barang, memutar benda kerja, menumpuk/menyusun material, menahan dan menekan
benda kerja. Melalui gerakan rotasi pneumatik dapat digunakan untuk, mengebor,
memutar mengencangkan dan mengendorkan mur/baut, memotong, membentuk profil
plat, menguji, proses finishing (gerinda, pasah, dll.)

E. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan udara Kempa


a. Keuntungan
Penggunaan udara kempa dalam sistim pneumatik memiliki beberapa keuntungan
antara lain dapat disebutkan berikut ini :
• Ketersediaan yang tak terbatas, udara tersedia di alam sekitar kita dalam jumlah
yang tanpa batas sepanjang waktu dan tempat.
• Mudah disalurkan, udara mudah disalurkan/pindahkan dari satu tempat ke tempat
lain melalui pipa yang kecil, panjang dan berliku.
• Fleksibilitas temperatur, udara dapat fleksibel digunakan pada berbagai
temperatur yang diperlukan, melalui peralatan yang dirancang untuk keadaan
tertentu, bahkan dalam kondisi yang agak ekstrem udara masih dapat bekerja.
• Aman, udara dapat dibebani lebih dengan aman selain itu tidak mudah terbakar
dan tidak terjadi hubungan singkat (kotsleiting) atau meledak sehingga proteksi
terhadap kedua hal ini cukup mudah, berbeda dengan sistim elektrik yang dapat
menimbulkan kostleting hingga kebakaran.
• Bersih, udara yang ada di sekitar kita cenderung bersih tanpa zat kimia yang
berbahaya dengan jumlah kandungan pelumas yang dapat diminimalkan sehingga
sistem pneumatik aman digunakan untuk industri obat-obatan, makanan, dan
minuman maupun tekstil
• Pemindahan daya dan Kecepatan sangat mudah diatur. udara dapat melaju dengan
kecepatan yang dapat diatur dari rendah hingga tinggi atau sebaliknya. Bila
Aktuator menggunakan silinder pneumatik, maka kecepatan torak dapat mencapai
3 m/s. Bagi motor pneumatik putarannya dapat mencapai 30.000 rpm, sedangkan
sistim motor turbin dapat mencapai 450.000 rpm.
• Dapat disimpan, udara dapat disimpan melalui tabung yang diberi pengaman
terhadap kelebihan tekanan udara. Selain itu dapat dipasang pembatas tekanan atau
pengaman sehingga sistim menjadi aman.
• Mudah dimanfaatkan, udara mudah dimanfaatkan baik secara langsung misal
untuk membersihkan permukaan logam dan mesin-mesin, maupun tidak langsung,
yaitu melalui peralatan pneumatik untuk menghasilkan gerakan tertentu.

b. Kerugian/Kelemahan Pneumatik
Selain memiliki kelebihan seperti di atas, pneumatik juga memiliki beberapa
kelemahan antara lain:
• Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara. Udara kempa harus dipersiapkan
secara baik hingga memenuhi syarat. memenuhi kriteria tertentu, misalnya kering,
bersih, serta mengandung pelumas yang diperlukan untuk peralatan pneumatik.
Oleh karena itu sistem pneumatik memerlukan instalasi peralatan yang relatif
mahal, seperti kompressor, penyaring udara, tabung pelumas, pengeering, regulator,
dll.
• Mudah terjadi kebocoran, Salah satu sifat udara bertekanan adalah ingin selalu
menempati ruang yang kosong dan tekanan udara susah dipertahankan dalam waktu
bekerja. Oleh karena itu diperlukan seal agar udara tidak bocor. Kebocoran seal
dapat menimbulkan kerugian energi. Peralatan pneumatik harus dilengkapi dengan
peralatan kekedapan udara agar kebocoran pada sistim udara bertekanan dapat
ditekan seminimal mungkin.
• Menimbulkan suara bising, Pneumatik menggunakan sistim terbuka, artinya udara
yang telah digunakan akan dibuang ke luar sistim, udara yang keluar cukup keras
dan berisik sehingga akan menimbulkan suara bising terutama pada saluran buang.
Cara mengatasinya adalah dengan memasang peredam suara pada setiap saluran
buangnya.
• Mudah Mengembun, Udara yang bertekanan mudah mengembun, sehingga
sebelum memasuki sistem harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan
tertentu, misal kering, memiliki tekanan yang cukup, dan mengandung sedikit
pelumas agar mengurangi gesekan pada katup-katup dan aktuator.

Diharapkan setelah diketahuinya keuntungan dan kerugian penggunaan udara kempa


ini kita dapat membuat antisipasi agar kerugian-kerugian ini dapat dihindari.

F. Klasifikasi Sistim Pneumatik


Sistim elemen pada pneumatik memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi
berbeda.

G. Peralatan Sistem Pneumatik


a. kompressor (Pembangkit Udara Kempa)
Kompresor berfungsi untuk membangkitkan/menghasilkan udara bertekanan
dengan cara menghisap dan memampatkan udara tersebut kemudian disimpan di dalam
tangki udara kempa untuk disuplai kepada pemakai (sistem pneumatik). Kompressor
dilengkapi dengan tabung untuk menyimpan udara bertekanan, sehingga udara dapat
mencapai jumlah dan tekanan yang diperlukan. Tabung udara bertekanan pada
kompressor dilengkapi dengan katup pengaman, bila tekanan udaranya melebihi
ketentuan, maka katup pengaman akan terbuka secara otomatis.

Pemilihan jenis kompresor yang digunakan tergantung dari syarat-syarat


pemakaian yang harus dipenuhi misalnya dengan tekanan kerja dan volume udara yang
akan diperlukan dalam sistim peralatan (katup dan silinder pneumatik). Secara garis
besar kompressor dapat diklasifikasikan seperti di bawah ini.

Secara garis besar kompressor dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
Positive Displacement kompressor, dan Dynamic kompressor, (Turbo), Positive
Displacement kompressor, terdiri dari Reciprocating dan Rotary, sedangkan Dynamic
kompressor, (turbo) terdiri dari Centrifugal, axial dan ejector, secara lengkap dapat
dilihat dari klasifikasi di bawah ini:

Pneumatik

energy supply elektrik = membutuhkan pada jaringan listrik


ICE ( internal combustion engine )
Contoh : (jenset) digunakan bila jauh dari jaringan listrik ( dihutan )
Motor penggerak contoh : mesin pemotong ( ada motor )
: alat pemotong ( manual )
Kompressor : displacement principle
Prinsip kerja: perbedaan tekanan
Kelebihan = tekanan besar
Kekurangan = fluktuasi / getaran besar

Gambar. Kompressor

Piston kompressor
Diaphragma kompressor

 Air flow principle

Prinsip kerja = accelerasi masa


Kelebihan = fluktuasi kecil
Kekurangan = tekanan kecil
Receiver ( tabung penampung udara tekan )
1). Pressure gauge
2). Limit switch
3). Thermometer
4). Output distributor
5). Water drain
6). Input (supply)

Fungsi = untuk menampun udara tekan / meringankan kerja kompressor


- Mengatasi fluktuasi
- mengembunkan air

Pipa Distributor
Fungsi :
1). Mendistribusikan udara.
2). Menjaga air tidak masuk keperalatan.

FILTER : Untuk menyaring air, kotoran dan debu

PRESURE REGULATOR : Mengatur tekanan dari tekanan


kompressor ketekanan opersional

LUBRICATOR : memberi pelumasan pada peralatan

Peralatan pneumatik
Searah
 Actuator – actuator gerak rotasi = motor
Bolak balik

SAC ( Single Acting Cylinder )


 Actuator – actuator gerak translasi =

DAC ( Double Acting Cylinder )


 Katup ( Valve ) - Directional Control Valve ( DCV )
- Flow Control Valve ( FCV )
- Non Return Valve ( NRV )
- Pressure Control Valve ( PCV )

Simbol – simbol
Bagian supply
kompressor

adalah mesin untuk memampatkan udara tekan atau gas kompressor udara biasanya
menghisap udara dari atmosfir namun ada yang menghisap udara atau udara gas yang
bertekanan tinggi hal ini kompressor sebagai BOOSTER sebaliknya ada pula
kompressor yang menghiasp gas yang bertekanan rendah daripada tekanan atmosfir
kompressor ini disebut POMPA VACUM

bagian penggerak
 Single Acting Cylinder ( SAC )

Gerakan = gerakan nya maju oleh udara


tekan mundur oleh pegas

Lmax = 100m gaya maju : Fmaju = Pmaju . Amaju - Kx

Dengan P = Tekanan ( 𝑁⁄𝑚2 )


A = Luasan ( 𝑚2 )
K = Koerfisien pegas ( 𝑁⁄𝑀)
X = Deflesi ( mm)

 Double Acting Cylinder ( DAC )


Gerakan = gerak maju dan mundurnya oleh
udara tekan

Lmax = 2000 mm
Gaya maju = Fmaju = Pmaju . Amaju (N)

Gaya mundur =
Fmundur = Pmundur . Amundur (N)

Dengan P = Tekanan ( 𝑁⁄𝑚2 )


A = Luasan ( 𝑚2 )

Tanda-tanda untuk sambungan


A , B , C , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Garis kerja output
P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Persedian Udara ( Power Supply / Catu Daya )
R , S , T , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Saluran, Titik pembuangan ( Exhaust )
X , Y , Z , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Garis – garis pengontrol
, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Garis kebocoran

Directional control valve ( DCV )


Terdiri dari lubang-lubang dan posisi switch

Lubang – lubang penyearah aliran kerja

Lubang – lubang penyearah aliran buang

Penutup aliran T

Posisi switch :
1 0 B A C
Yang pada switch = pengerak & penutup aliran
Contoh :
A A B

P P R

DIRECTIONAL CONTROL VALVE ( DCV )


GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
A Katup 2⁄2 tertutup dalam keadaan normally
( 2⁄2 way valve normally close )
P

A Katup 2⁄2 terbuka dalam keadaan normally


( 2⁄2 way valve normally open )
P

A Katup 3⁄2 tertutup dalam keadaan normally


( 3⁄2 way valve normally close )
P R

A Katup 3⁄2 terbuka dalam keadaan normally


( 3⁄2 way valve normally open )
P R

A Katup 3⁄3 tertutup pada posisi menengah


( 3⁄3 way valve mid position normally close )
P R

A B Katup 4⁄2
( 4⁄2 way valve )
P R

A B Katup 4⁄2 tertutup pada posisi menegah


( 4⁄2 way valve mid position close )
P R

A B Katup 4⁄2 posisi menegah mengembang


( 4⁄2 way valve flooting mid position )
P R

A B
Katup 5⁄2
( 5⁄2 way valve )
S R
P

A B
Katup 5⁄2 tertutup pada posisi menegah
( 5⁄2 way valve mid position close )
S R
P
FLOW CONTROL VALVE
GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
Throttle valve with constant restriction

Diafragma valve with constant restriction

Throttle valve adjustable any actuation

FLOW CONTROLVALVE WITH CHECK VALVE IN PARACEL


GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
One way flow control valve adjustable
P A

Diagrama Relatif Valve Adjustable

NON RETURN VALVE


GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
Check valve with out spring

Check valve with spring

Piloted check valve


Shuttle valve
A
X Y

A Quick exhaust valve


P

Two pressure valve


A
P Y

PRESSURE CONTROL VALVE ( PCV )


GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
Pressure limiting valve adjustable

Squence Adjustable without Exhaust

Squence Valve with Exhaust ( 3 Function Adjustable )

Pressure Regulating Valve with Out Vent Hole Adjustable

Pressure Regulating Valve with Out Vent Hole Adjustable


MEKANIS
Dengan penggerak tangan ( manual ) / manual control
GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
General

Tombol Tekan (Push Button)

Tangkai (Lever )

Pedal

Digunakan secara otomatis

GAMBAR KOMPONEN KETERANGAN

Plunger

Pegas (Spring)

Roller Lever

Roller Lever with Idle Return

Sensor ( Tidak terstandarisasi)

Pemberian nama dari Directional Control Valve yang lengkap


A

3⁄ Way valve normally closed push bottom, spring return


2
P R
Pembagian daerah elemen pada rangkain
Tujuan : untuk memudahkan membaca diagram rangkaian dan penggambaran
rangkaianya disamping itu memudahkan merangkainya
Contoh :
Daerah working elemen diberi nomor : 1.0 , 2.0 , 3.0 , 4.0 ....dst
Daerah contoh elemen diberi nomor : 1.1 , 2.1 , 3.1 , 4.1 ......dst
Daerah signal elemen diberi nomor :
a) Untuk mengontrol piston bergerak maju ( angka index genap )
1.2 , 1.4 , 1.6 , 1.8 , ..........dst
2.2 , 2.4, 2.6 , 2.8 , ...........dst
b) Untuk mengontrol piston bergerak mundur ( angka index ganjil )
1.3 , 1.5 , 1.7 , ..........dst
2.3 , 2.5, 2.7 , ...........dst

1 .0

Working Elemen

1 .1 A B
Output Elemen
( Contoh Elemen )
P R

1 .2 A 1 .3 A

P R P R Input Elemen
( Signal Elemen )

Pressure Eemen
0 .1 A

0 .2 P

Working Elemen
 Untuk mengubah udara tekan menjadi gerak translasi atau gerak rotasi

Control Elemen
 Mengatur pengoperasian dari elemen kerja dan buang atau mengatur jarak kerja

Signal Elemen
 Memberikan perintah ke kontrol limit untuk mengatur elemen kerja dan mengubah
posisi switch contoh

Pressure Elemen
 Untuk memberikan udara tekan pada signal maupun contoh elemen
METODE-METODE PENYELESAIAN PNEUMATIK

Methode penyelesaian

1. methode intuitif
2. methode cascade
3. methode step counter
4. methode shift resister
5. methode logic
6. methode electric
7. methode PLC

1. Methode Intuitif
methode ini adalah cara yang paling sederhana. Tetapi hanya gerakaan sederhana
yang bisa memakai methode ini. Methode intuitif yaitu memecahkan persoalan
dengan cara coba-coba dimana urutan kerja silinder dibagi dalam kronologisnya
dengan kata lain agar tidak panjang lebar dalam menuliskan tata kerja maka dibuat
tabular dari langkah-langkah kerja silinder

contoh: Double Acting Cylinder (DAC)


Displacement Diagram
Gerakan silinder

Langkah kerja Silinder A Silinder B

1 Maju -

2 - Maju

3 Mundur -

4 - Mundur

Gerakkan maju adalah → atau +


Gerakkan mundur adalah ←atau –

Gerakkan : silinder Signal


A → Atau A+ a1
B → Atau B+ b1
A → Atau A- a0
B → Atau B- b0
2. methode cascade
yaitu memecahkan masalah/persoalan dengan aturan sbb:

1. urutan gerakkan silinder diberi notasi misalnya


~ A+ B+ B- A- . . . ..... dst
~ A+ A- B+ B- . . . ..... dst

2. gerakkan dibagi dalam kelompoknya/groupnya:


a) membagi dalam kelompok-kelompok seperti suatu operasi silinder yang
terjadi hanya sekali dalam satu kelompok
contoh:

A+ B+ | B- A-
b) memberi masing-masing kelompok
contoh:

A+ B+ | B- A-

I | II
3. Masing-masing kelompok diberi jalan pembekalan ( supply link )
4. Jumlah katup yang membalik sama dengan jumlah kelompok dikurangi
satu 𝐾𝑝 = n
5. Batas peralihan ditulis dengan notasi singkat
6. Jika mengubah kelompok, batas peralihan harus ditarik dibawah supply link
7. Jika dalam bata peralihan ditarik
8. Transposisi kedalam kelompok sirkuit
9. Contoh:

A+ B+ | B- A+

I | II
Jadi terdapat 2 kelompok oleh sebab itu harus ada 2 jalan dan 1 katup yang
membalik

Pembagian daerah
Katup yang berfungsi sebagai pembalik ( pemindah ) daerah adalah katup
4⁄ way valve
2
Contoh :
2 saluran

S1
S2
A B

Z Y

S P R S
A A

P R P R

( 2-1 )
( 1-2 )

3 Saluran

S1
S2
S3
A B

Z Y

S A P R

P R

A B
( 2-3 )
Z Y
S
P R A
S A

P R
P R

( 3-1 )
( 1-2 )
4 Saluran

A B

Z Y

S A P R

P R

A B
( 3-4 )
Z Y

S A P R

P R

( 2-3 ) A B

Z Y

P R S
S A A

P R P R

( 4-1 )
( 1-2 )

Contoh:

Displacement Step Diagram ( Diagram Langkah Pemindahan )


Rangkaian pneumatik

SILINDER A SILINDER B
1 .0 A0 A1 2 .0 B0 B1

1 .1 2 .1
A+ A B A- B+ A B B-
Z Y Z Y
P R P R

NOTASI:

3. Methode step counter


Pneumatic step counter circuit design

4 5
A
1 Z Y

P R

A
X Y

2
1) Prepartion signal from previous module
2) Feed back signal from previous step
3) Switching signal to power valve
4) Reset signal to previous module
5) Prepartion signal to next module
6) Reset signal from next module

Switching

Reset Prepare
A

Z Y
Prepare Reset
P R

A
X Y

Conferm

Step counter for five squance steps


A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R P R P R

A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y

A
START

P R

Contoh displacement step diagram

Contoh rangkaian pneumatik

B0 B1
A0 A1

A B
A B
Z Y
Z Y

P R
P R

A
A A A

P R
P R P R P R

A A
A A
X Y X Y
X Y X Y

A A A
A

B0 B1 A0
A1
P R P R P R
P R
A

P R
Pembagian daerah elemen pada rangkain
Perhitungan pada silinder
Gaya silinder
Gaya pada piston tergantung pada
1. tekanan udara
2. Diameter piston
3. Tahana gerak dari perapat ( seal )
Gaya teoritis pada piston dihitung dengan rumus dibawah ini
Fth = A . P (N)

Dengan

Fth = gaya teoritis ( A )


A = luas penampang piston ( 𝑐𝑚2 , 𝑚𝑚2 )

P = tekanan operasi ( Kpa atau bar )

Dalam kenyataan gaya efektif piston tidak demikian kita harus memperhitungkan tahanan
gesek ( untuk SAC ditambah gaya balik pegas ) pada tekanan operasi normal ( 400 – 800 Kpa
atau 4 – 8 bar, gaya gesek diambil berkisar antara 3% : 20% dari gaya teoritis

Gaya pada SAC

Fn = A . P – ( Fr + Fp ) (N)

Gaya pada DAC


Langkah maju

Fn maju = Amaju . Pmaju – Fr maju (N)

Langkah mundur
(N)
Fn mundur = Amundur . Pmundur – Fr mundur

Dengan

Fn = gaya efektif
Fn maju = luasan penampang piston
Fn mundur = luasan penampang piston rod
Fr = gaya gesek
Fp = gaya pegas ( N )

Contoh
Diketahui = Tekanan operasional = 6 bar
= Diameter piston ( D ) = 50mm
= Diameter piston rod ( d ) = 12mm
= Gaya gesek = 10% x gaya teoritis
Hitung berapa besar gaya efektif maju dan mundur
Konsumsi udara
Untuk mengetahui besar konsumsi udara dari sistem harus
Diketahui = Tekanan operasi
= Diameter piston dll
Rumus digunakan untuk menghitung konsumsi udara

SAC
𝜋
V=S.n 𝐷2 x perbandingan kompresi ( L/menit )
4

DAC
𝜋 𝜋
V = n [ S . 4 𝐷2 + S . 4 ( 𝐷2 - 𝑑 2 ) ] x perbandingan kompressi

( L/menit )

Dengan
V = konsumsi udara ( L/menit )
S = panjang langkah ( cm, mm )
n = jumlah langkah ( langkah/menit )

perbandingan kompresi P𝑙𝑧 = P𝑙1 dihitung dengan rumus sbb


Perbandingan kompresi = 101.3 + tekanan kompresi
101.3
contoh DAC = Tekanan operasi = 600 Kpa
= Diameter piston = 50 mm
= Diameter piston = 12 mm
= Panjang langkah = 100 mm
= Piston bekerja = 10 langkah/menit
Hitung berapa besar konsumsi udara dan DAC ( tsb )
Rangkaian pneumatik

A0 A1 B0 B1

A B A B

Z Y Z Y

P R P R

Gaya teoritis
Fmaju
Fth maju = Amaju x Pmaju
𝜋
= 𝐷2 x Pmaju
4
𝜋
= ( 502 ) x 6.10−1
4
= 1178,57 ( N )

Fr maju = 10% x Fth maju


= 10% x 11785,7
= 117,857 ( N )
Fr maju = Fr maju - Fr maju

= 1178,57 ( N ) – 117,857 ( N )
= 1060,713 ( N )

Fth mundur
Fth mundur = Amundur x Pmundur
𝜋
= ( 𝐷2 – 𝑑 2 ) x Pmundur
4
𝜋
= ( 502 - 122 ) x 6.10−1
4
= 1110,68 ( N )

Fth mundur = 10% x Fth mundur


= 10% x 1110,68
= 111,068 ( N )

Fth mundur = Fth mundur x Fth mundur


= 1110,68 – 111,068
= 999,612 ( N )

Perbandingan kompression = 101,3 + 600 = 6,9


101,3

V = 10 [ 100. 𝜋4 ( 50 ) + 100 . 𝜋4 ( 50 − 12 ) ]x 69
2 2

V = 10 [ 196428,6 + 185114,3 ]x 6,9


V = 10 [ 26326460,1 𝑚𝑚 / menit
3
= V = ( 26,3264601 ) 𝐿⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
BAB III
PEMBAHASAN

1. Direct SAC dan Direct DAC


Direct SAC
Prinsip kerja : saat push button ditekan maka silinder kerja akan maju dan kembali
ke posisi semula ketika push button dilepas.

P R

Gambar. Direct Single Acting Cylinder (SAC)

a. Direct DAC
Prinsip kerja: silinder kerja dapat bergerk maju jika push button yang digunakan
untuk mengontrol gerekan maju ditekan, begitu pula untuk gerakan mundur.

R R

P R P R

Gambar. Direct Double Acting Cylinder (DAC)


2. Indirect SAC dan Indirect DAC
a. Indirect SAC
Prinsip kerja: saat push button ditekan maka akan menyebabkan katub kontrol
akhir membuka sehingga silinder bergerak maju, ketika dilepas silinder kembali
ke posisi semula.

1.0

1.1 A

P R
1.2 A

P R

0.1 0.2

Gambar. Indirect Single Acting Cylinder (SAC)

b. Indirect DAC
Prinsip kerja : saat push button untuk kontrol maju ditekan maka akan membuka
katup 4/2 sehingga silinder kerja akan bergerak maju, begitu pula gerakan

1 .0

1 .1 A B

P R

1 .2 R 1 .3 R

P R P R

0 .1 0 .2

Gambar. Indirect Double Acting Cylinder (DAC)


1. 1.1 Redaksional
Batang torak dari SAC bergerak maju bila katup tombol tekan 3⁄2 beropersi dn
kembali bergerak cepat.
1.2 Rangkaian Pneumatik

3
A

P R

Gambar 1. Single Acting Cylinder ( SAC )


1.3 Rangkaian Digunakan
Nomor Gambar Komponen Simbol Nama jumlah
Komponen Komponen
1 Single Acting 1
Cylinder

2 A Quick Exhaust 1
P
Valve
3

3 R 3⁄ Way Valve 1
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
4 Air Servis Unit 1

1.4 Rangkaian Praktikum

Gambar. praktikum pneumatik SAC

2 2.1 Redaksional
Gerak maju dari SAC ( Single Acting Cylinder ) dilakukan dengan cara menekan katup
tombol tekan 3⁄2 dari dua arah yang bergantian kemudian kembalinya bergerak cepat
2.2 Rangkaian Pneumatik

A
P

A
P Y

A A

P R P R

Gambar 2. Single Acting Cylinder ( SAC )


2.3 Rangkaian Digunakan
Nomor Gambar Komponen Simbol Nama Jumlah
Komponen Komponen
1 Single Acting 1
Cylinder

2 A Quick Exhaust 1
P
Valve
3
3 1
2
1 1 Shuttle Valve

4 R 3⁄ Way Valve 2
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return

5 Air Servis Unit 1

6. Selang

7. --- T Join
2.4 Rangkaian Praktikum

Gambar. praktikum pneumatik SAC

3 3.1 Redaksional
Piston rod dari Single Acting Cylinder ( SAC ) dapat bergerak maju secar pelan-pelan
apabila katup push bottom 3⁄2 beropersi secara persamaan
3.2 Rangkaian Pneumatik

P
A
P Y

Katup A A
Katup
A B
P R P R

Gambar 3. Single Acting Cylinder ( SAC )


3.3 Rangkaian Digunakan
Nomor Gambar Komponen Simbol Nama Jumlah
Komponen Komponen
1 Single Acting 1
Cylinder

2 One Way 1
Control valve

3 1
A
Two Pressure
P Y
Valve

4 R 3⁄ Way Valve 2
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return

5 Air Servis Unit 1

6. Selang
1

7. --- T Join

3.4 Rangkaian Praktikum

Gambar praktikum pneumatik SAC

4 4.1 Redaksional
Piston rod dari Single Acting Cylinder ( SAC ) dapat bergerak maju secara perlahan-
perlahan bila kedua katup push bottom 3⁄2 A dan B ditekan bersamaan. Begitu juga

bila push bottom 3⁄2 C ditekan piston rod bergerak maju perlahan-lahan.
4.2 Rangkaian Pneumatik

A
P Y

A
P Y
Katup Katup Katup
A B C
A A A

P R P R P R

Gambar 4. Single Acting Cylinder ( SAC )

4.3 Rangkaian Digunakan


Nomor Gambar Komponen Simbol Nama Jumlah
Komponen Komponen
1 Single Acting 1
Cylinder
2 One Way Control 1
valve

3 1

2
1 1 Shuttle Valve

4 1
A
Two Pressure
P Y
Valve

5 R 3⁄ Way Valve 2
2
With Push Bottom
P R
Controlled And
Spring Return

6 Air Servis Unit 1

12

7 Selang
2

8 --- T Join

4.4 Rangkaian Pneumatik

Gambar praktikum pneumatik SAC


TUGAS II

Double Acting Cylinder (DAC)

1. Distribusi Bola
1.1 Redaksional
Bola – bola dari lubang gravity feed magazine harus didistribusikan ke lubang bisa
ditur pelan-pelan. Signal untuk menggunakan piston diberikan oleh salah satu dari dua
push bottom 3⁄2. Langkah /mundur setelah piston menjatuhkan bila ke lubang I dan
luabang II gerakan piston dihasilkan selama masih ada dalam magazine

Gambar.Ilustrasi Distribusi Bola


1.2 Rangkaian Pneumatik

1.0 A0

A A

P P

1.1 A B

P R

A
X Y

1.3 A 1.5 A A 1.2

A0
P R P R P R
0.1 0.2

Gambar rangkain pneumatik distribusi bola


1.3 Rangkaian Pneumatik
Nomor Gambar Komponen Simbol Komponen Nama Jumlah
Komponen
1 Double 1
Acting
Cylinder

2 One Way 2
Control valve
P A
3 A B 4⁄ way 1
2
valve

P R

4 1
A
X Y Shuttle Valve

5 R 3⁄ Way 2
2
Valve With
P R
Push Bottom
Controlled
And Spring
Return

6 A
3⁄ Way 1
2
Valve With
Roller
P R
Controled And
Spring Return

7 Air Servis 1
Unit

14

8 Selang
2

9 --- T Join

10 Compressor 1

11 Distamce rules 2

1.4 Rangakaian Praktikum


2. Control Ladel Penuang
2.1 Redaksional
Gerak ledd turun dari ladel harus diatur dengan tombol tekan 3⁄2 atau

menginjak pedal 3⁄2 (penurunan secara perlahan-lahan). Sedangkan, gerakan


mengangkatnya kembali dengan cara otomatis dengan pelan-pelan

Gambar 1. Ilustrasi gambar


2.2 Gambar Rangkaian Pneumatik

1.0 A0

A A

P P

1.1 A B

P R

A
X Y

1.3 A 1.5 A A 1.2

A0
P R P R P R
0.1 0.2

Gambar rangakaian pneumatik control ladle penuang

2.3 Rangkaian Digunakan

Nomor Gambar Komponen Simbol Komponen Nama Komponen Jumlah

1 Double Acting 1
Cylinder

2 One Way Control 2

P A valve
3 A B 4⁄ way valve 1
2

P R

4 1
A
X Y Shuttle Valve

5 R 3⁄ Way Valve 2
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return

6 A
3⁄ Way Valve 1
2
With

P R Roller Controled
And Spring
Return

7 Air Servis Unit 1

14

8 Selang
2

9 --- T Join

10 Compressor 1

2.4 Rangkaian Praktikum

Gambar. praktikum Control Ladle Penuang ( DAC)


3. Pembuka atau Penutup Jendela
3.1 Redaksional
Jendela dapat dibuka dengan menekan salah satu dari 2 tombol pushbutton 3/2 way
valve NC, begitu juga menutupnya. Jendela harus dapat dibuka pada setiap posisi
sepanjang langkah piston (katup 4/3). Agar jendela tidak rusak maka gerakan
membuka maupun menutup ahrus lambat.

Gambar 4. Ilustrasi Alat

3.2 Rangkaian Pneumatik

A B

P R
A
A X Y
X Y

A A A A

P R P R P R P R

Gambar 5. Rangkaian Pneumatik


3.3 Rangkaian Digunakan

Nomor Gambar Komponen Simbol Komponen Nama Jumlah


Komponen

1 Double Acting 1
Cylinder

2 One Way 2

P A
Control Valve

3 A B 4⁄ Way Valve 1
2

P R

4 1
A
X Y Shuttle Valve

5 A 3⁄ Way Valve 2
2
With Push
P R Bottom
Controlled And
Spring Return
7 Air Servis Unit 1

14

8 Selang

9 --- T Join

10 Compressor 1
RANGKAIAN PRAKTIKUM

4 Penandaan pada Mistar Sorong


4.1 Redaksional
Dengan bantuan DAC (Double Acting Cylinder) dapat dibuat skala pada mistar
sorong. Signal gerakan maju pada silinder hanya mungkin ketika benda kerja
sudah ada pada posisinya. Signal gerakan maju dapat dilayani dengan menekan
salah satu dari dua pushbutton 3⁄2 , Gerakan kembali secara otomatis jika
penekanan maksimal dari piston telah tercapai (sensor berupa katup yang memberi
informasi sehingga silinder maju).

Gambar Ilustrasi Alat


4.2 Rangkaian Pneumatik
A1

A B

P R

A
X Y

A
X Y

A A A A

A1
P R P R P R P R

Gambar 7. Gambar Rangkaian

4.3 Rangkaian Digunakan

Nomor Gambar Komponen Simbol Komponen Nama Komponen Jumlah

1 Double Acting 1
Cylinder

2 One Way Control 2

P A Valve
3 A B 4⁄ Way Valve 1
2

P R

4 1
A
Two Pressure
P Y
Valve

4 1
A
X Y Shuttle Valve

5 R 3⁄ Way Valve 2
2
With Push Bottom
P R
Controlled And
Spring Return

6 A
3⁄ Way Valve 1
2
With
Roller Controled
P R
And Spring Return

7 Air Servis Unit 1


14

8 Selang

9 --- T Join

10 Compressor 1
4.4 Rangkaian Praktikum

Gambar. Rangkaian Penanda Mistar Sorong


5 Pembuka/Penutup Pintu
5.1 Redaksional
Dengang menekan tombol tekan 3⁄2 dari atau dalam ruangan, maka pintu aka.
Dengan menekan push bottom dari luar/dalam maka pintu akan
terbuka/tertutup

Ilustrasi pembuka/penutup pintu

5.2 Rangkaian Pneumatik


1.0 2.0

1.1 A B 2.1 A B

P R P B

A A
X Y X Y

Tombol Luar
Tombol Didalam

A Close Dalam 1 . 3 A Open Dalam 2.2 A Close Luar 2.3 A Open Luar

P R P R P R P R

Gambar. Rangkaian Pembuka/Penutup Pintu


5.3 rangkaian digunakan

Nomor Gambar Komponen Simbol Komponen Nama Jumlah


Komponen

1 Double 1
Acting
Cylinder

4 1
A Shuttle
X Y
Valve

5 R 3⁄ Way 2
2
Valve With
P R
Push
Bottom
Controlled
And Spring
Return
7 Air Servis 1
Unit

14

8 Selang
2

9 --- T Join

10 Compressor 1

5.4 rangkaian praktikum


3.2 Rangkaian Pneumatik

1.0 A0 A1 2.0 B0 B1

1.1 2.1
A+ A B A- B+ A B B-
Z Y Z Y
P R P R

1.2 1.3 2.2


A A A 2.3 A

B0 B1 A1
A0
P R P R P R
P R

1.4 A

P R

0.1 0.2

4. methode cascade
2.1 Redaksional
yaitu memecahkan masalah/persoalan dengan aturan sbb:

10. urutan gerakkan silinder diberi notasi misalnya


~ A+ B+ B- A- . . . ..... dst
~ A+ A- B+ B- . . . ..... dst

11. gerakkan dibagi dalam kelompoknya/groupnya:


c) membagi dalam kelompok-kelompok seperti suatu operasi silinder yang
terjadi hanya sekali dalam satu kelompok
contoh:

A+ B+ | B- A-
d) memberi masing-masing kelompok
contoh:
A+ B+ | B- A-

I | II
12. Masing-masing kelompok diberi jalan pembekalan ( supply link )
13. Jumlah katup yang membalik sama dengan jumlah kelompok dikurangi
satu 𝐾𝑝 = n
14. Batas peralihan ditulis dengan notasi singkat
15. Jika mengubah kelompok, batas peralihan harus ditarik dibawah supply link
16. Jika dalam bata peralihan ditarik
17. Transposisi kedalam kelompok sirkuit
18. Contoh:

A+ B+ | B- A+

I | II
Jadi terdapat 2 kelompok oleh sebab itu harus ada 2 jalan dan 1 katup yang
membalik

Pembagian daerah
Katup yang berfungsi sebagai pembalik ( pemindah ) daerah adalah katup
4⁄ way valve
2
Contoh :

2 saluran

S1
S2
A B

Z Y

S P R S
A A

P R P R

( 2-1 )
( 1-2 )
3 Saluran

S1
S2
S3
A B

Z Y

S A P R

P R

A B
( 2-3 )
Z Y
S
P R A
S A

P R
P R

( 3-1 )
( 1-2 )
4 Saluran

A B

Z Y

S A P R

P R

A B
( 3-4 )
Z Y

S A P R

P R

( 2-3 ) A B

Z Y

P R S
S A A

P R P R

( 4-1 )
( 1-2 )

Contoh:

Displacement Step Diagram ( Diagram Langkah Pemindahan )


Rangkaian pneumatik

SILINDER A SILINDER B
1 .0 A0 A1 2 .0 B0 B1

1 .1 2 .1
A+ A B A- B+ A B B-
Z Y Z Y
P R P R

NOTASI:
4.2 Displacement step diagram
4.3 rangkaian pneumatik
4.3.1 TUGAS INDIVIDU
DRILLING AND REAMING 4 SILINDER 3 SALURAN

Silinder A 1.2 2.2 Silinder B 3 . 2 2.3 Silinder C 1 . 3 4.2 Silinder D 3 . 3 4.3


D0 D1
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1 3.0 C0 C1 4.0

1.1 2.1 3.1 4.1


A B A B A B A B
A+ D+ D-
Z Y A- B+
Z Y
B- C+
Z Y
C-
Z Y

P R P R P R P R

A 3.3
A 1.3 2.2 A 3.2 A 4.2 A

C0 A1 B0 D0 C1

P R P R P R P R P R

Saluran 1

Saluran 2

Saluran 3

A B

4.3 Z Y
A

D1 (2-3) P R

P R
A B
Z Y
2.3 2
A 1.2
B1 (1-2) P R (3-1) A0
P R 0.1
P R

Start
P R
2.3.2 TUGAS REMIDI 3 SILINDER 4 SALURAN
SILINDER A SILINDER B SILINDER C
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1 3.0 C0 C1

1.1 2.1 3.1


A+ A B A- B+ A B B- C+ A B C-
Z Y Z Y Z Y
P R P R P R

A A A A
X Y X Y X Y X Y

1.2
A
A

A0
B1
P R
P R

SALURAN 1
SALURAN 2
SALURAN 3

SALURAN 4

A B

Z Y
A
X Y
(3-4) P R
A B
1.3 Y
A
Z
A
(2-3) P B
C1 A B C0
P R
Y P R
Z A
A
X Y
(1-2) P R (4-1)
B0
P R
A
A

A1
P R
P R
5. Methode step counter
Pneumatic step counter circuit design

4 5
A
1 Z Y

P R

A
X Y

7) Prepartion signal from previous module


8) Feed back signal from previous step
9) Switching signal to power valve
10) Reset signal to previous module
11) Prepartion signal to next module
12) Reset signal from next module

Switching

Reset Prepare
A

Z Y
Prepare Reset
P R

A
X Y

Conferm
Step counter for five squance steps

A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R P R P R

A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y

A
START

P R

Contoh displacement step diagram

Contoh rangkaian pneumatik

B0 B1
A0 A1

A B
A B
Z Y
Z Y

P R
P R

A
A A A

P R
P R P R P R

A A
A A
X Y X Y
X Y X Y

A A A
A

B0 B1 A0
A1
P R P R P R
P R
A

P R

2.2 Rangkaian Pneumatik


2.2.1 Methode Step Counter Drilling And Reaming
SILINDER A SILINDER B SILINDER C SILINDER D
B0 B1 C0 C1 D0 D1
A0 A1

A+ A B A- B+ A B B- C+ A B C- D+ A B D-
Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R
P R

A
A A A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y
P R
P R P R P R P R P R P R P R
A
X Y
A A A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y

A A A A A A A
A

A1 B1 B0 C1 D1 D0 C0
A0
P R P R P R P R P R P R P R
P R

A
START

P R

2.2.2 Tugas remidi


SILINDER A SILINDER B SILINDER C
A0 A1 B0 B1 C0 C1

A B A B A B
Z Y Z Y Z Y
A P R P R P R
A A A
X Y
X Y X Y X Y

A A A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R P R P R P R P R

A A A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y

B0
P R A A A A A A
X Y X Y
A B1 A1 A0 C1
P R P R P R P R
C0
P R

START
P R
4.methode

Anda mungkin juga menyukai