BAB II
TEORI DASAR
Sistem pneumatik
A. Pengertian Pneumatik
Istilah pneumatik berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘pneuma’ yang berarti napas
atau udara. Istilah pneumatik selalu berhubungan dengan teknik penggunaan udara
bertekanan, baik tekanan di atas 1 atmosfer maupun tekanan di bawah 1 atmosfer
(vacum). Sehingga pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara
bertekanan (udara kempa). Jaman dahulu kebanyakan orang sering menggunakan udara
bertekanan untuk berbagai keperluan yang masih terbatas, antara lain menambah tekanan
udara ban mobil/motor, melepaskan ban mobil dari peleknya, membersihkan kotoran, dan
sejenisnya. Sekarang, sistem pneumatik memiliki apliaksi yang luas karena udara
pneumatik bersih dan mudah didapat. Banyak industri yang menggunakan sistem
pneumatik dalam proses produksi seperti industri makanan, industri obat-obatan, industri
pengepakan barang maupun industri yang lain. Belajar pneumatik sangat bermanfaat
mengingat hampir semua industri sekarang memanfaatkan sistem pneumatik.
b. Kerugian/Kelemahan Pneumatik
Selain memiliki kelebihan seperti di atas, pneumatik juga memiliki
beberapa kelemahan antara lain:
• Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara. Udara kempa harus
dipersiapkan secara baik hingga memenuhi syarat. memenuhi kriteria tertentu,
misalnya kering, bersih, serta mengandung pelumas yang diperlukan untuk
peralatan pneumatik. Oleh karena itu sistem pneumatik memerlukan instalasi
peralatan yang relatif mahal, seperti kompressor, penyaring udara, tabung
pelumas, pengeering, regulator, dll.
• Mudah terjadi kebocoran, Salah satu sifat udara bertekanan adalah ingin selalu
menempati ruang yang kosong dan tekanan udara susah dipertahankan dalam
waktu bekerja. Oleh karena itu diperlukan seal agar udara tidak bocor. Kebocoran
seal dapat menimbulkan kerugian energi. Peralatan pneumatik harus dilengkapi
dengan peralatan kekedapan udara agar kebocoran pada sistim udara bertekanan
dapat ditekan seminimal mungkin.
• Menimbulkan suara bising, Pneumatik menggunakan sistim terbuka, artinya
udara yang telah digunakan akan dibuang ke luar sistim, udara yang keluar cukup
keras dan berisik sehingga akan menimbulkan suara bising terutama pada saluran
buang. Cara mengatasinya adalah dengan memasang peredam suara pada setiap
saluran buangnya.
• Mudah Mengembun, Udara yang bertekanan mudah mengembun, sehingga
sebelum memasuki sistem harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi
persyaratan tertentu, misal kering, memiliki tekanan yang cukup, dan mengandung
sedikit pelumas agar mengurangi gesekan pada katup-katup dan aktuator.
Pneumatik
Gambar. Kompressor
Piston kompressor
Diaphragma kompressor
Pipa Distributor
Fungsi :
1). Mendistribusikan udara.
2). Menjaga air tidak masuk keperalatan.
Peralatan pneumatik
Searah
Actuator – actuator gerak rotasi = motor
Bolak balik
Simbol – simbol
Bagian supply
kompressor
adalah mesin untuk memampatkan udara tekan atau gas kompressor udara biasanya
menghisap udara dari atmosfir namun ada yang menghisap udara atau udara gas yang
bertekanan tinggi hal ini kompressor sebagai BOOSTER sebaliknya ada pula
kompressor yang menghiasp gas yang bertekanan rendah daripada tekanan atmosfir
kompressor ini disebut POMPA VACUM
bagian penggerak
Single Acting Cylinder ( SAC )
N
Dengan P = Tekanan ( ¿
m2
A = Luasan ( m 2 ¿
N
K = Koerfisien pegas ( ¿
M
X = Deflesi ( mm)
Lmax = 2000 mm
Gaya maju = (N)
Fmaju = Pmaju . Amaju
Gaya mundur =
Fmundur = Pmundur . Amundur (N)
N
Dengan P = Tekanan ( ¿
m2
A = Luasan ( m 2 ¿
Penutup aliran
T
Posisi switch :
1 0 B A C
P P R
DIRECTIONAL CONTROL VALVE ( DCV )
GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
A 2
Katup tertutup dalam keadaan normally
2
2
P ( way valve normally close )
2
A 2
Katup terbuka dalam keadaan normally
2
2
P ( way valve normally open )
2
A 3
Katup tertutup dalam keadaan normally
2
3
P R ( way valve normally close )
2
A 3
Katup terbuka dalam keadaan normally
2
3
P R ( way valve normally open )
2
A 3
Katup tertutup pada posisi menengah
3
3
P R ( way valve mid position normally close )
3
A B 4
Katup
2
4
P R ( way valve )
2
A B 4
Katup tertutup pada posisi menegah
2
4
P R ( way valve mid position close )
2
A B 4
Katup posisi menegah mengembang
2
4
P R ( way valve flooting mid position )
2
A B 5
Katup
2
5
S
P
R ( way valve )
2
A B 5
Katup tertutup pada posisi menegah
2
5
S
P
R ( way valve mid position close )
2
Shuttle valve
A
X Y
MEKANIS
Dengan penggerak tangan ( manual ) / manual control
GAMBAR KETERANGAN
KOMPONEN
General
Tangkai (Lever )
Pedal
Pegas (Spring)
Roller Lever
P R
3
Way valve normally closed push bottom, spring return
2
Working Elemen
1.1 A B
Output Elemen
( Contoh Elemen )
P R
1.2 A 1.3 A
P R P R Input Elemen
( Signal Elemen )
Pressure Eemen
0.1 A
0.2 P
Working Elemen
Untuk mengubah udara tekan menjadi gerak translasi atau gerak rotasi
Control Elemen
Mengatur pengoperasian dari elemen kerja dan buang atau mengatur jarak kerja
Signal Elemen
Memberikan perintah ke kontrol limit untuk mengatur elemen kerja dan mengubah
posisi switch contoh
Pressure Elemen
Untuk memberikan udara tekan pada signal maupun contoh elemen
BAB III
PEMBAHASAN
P R
a. Direct DAC
Prinsip kerja: silinder kerja dapat bergerk maju jika push button yang digunakan
untuk mengontrol gerekan maju ditekan, begitu pula untuk gerakan mundur.
R R
P R P R
1.1 A
P R
1.2 A
P R
0.1 0.2
b. Indirect DAC
Prinsip kerja : saat push button untuk kontrol maju ditekan maka akan membuka
katup 4/2 sehingga silinder kerja akan bergerak maju, begitu pula gerakan
1.0
1.1 A B
P R
1.2 R 1.3 R
P R P R
0.1 0.2
1. 1.1 Redaksional
3
Batang torak dari SAC bergerak maju bila katup tombol tekan beropersi dn
2
kembali bergerak cepat.
1.2 Rangkaian Pneumatik
A
P
3
A
P R
2 A Quick Exhaust 1
P
Valve
3
3 R 3 1
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
4 Air Servis 1
Unit
2 2.1 Redaksional
Gerak maju dari SAC ( Single Acting Cylinder ) dilakukan dengan cara menekan
3
katup tombol tekan dari dua arah yang bergantian kemudian kembalinya bergerak
2
cepat
2.2 Rangkaian Pneumatik
A
P
3
A
P Y
A A
P R P R
2 A Quick Exhaust 1
P
Valve
3
3 1
2
1 1 Shuttle Valve
4 R 3 2
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
6. Selang
7. --- T Join
2.4 Rangkaian Praktikum
3 3.1 Redaksional
Piston rod dari Single Acting Cylinder ( SAC ) dapat bergerak maju secar pelan-pelan
3
apabila katup push bottom beropersi secara persamaan
2
3.2 Rangkaian Pneumatik
A
P
A
P Y
Katup A A
Katup
A B
P R P R
2 One Way 1
Control valve
3 1
A
Two Pressure
P Y
Valve
4 R 3 2
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
6. Selang
7. --- T Join
3
perlahan bila kedua katup push bottom A dan B ditekan bersamaan. Begitu juga
2
3
bila push bottom C ditekan piston rod bergerak maju perlahan-lahan.
2
A
P Y
A
P Y
Katup Katup Katup
A B C
A A A
P R P R P R
2
1 1 Shuttle Valve
4 1
A
Two Pressure
P Y
Valve
5 R 3 2
Way Valve
2
With Push Bottom
P R
Controlled And
Spring Return
12
7 Selang
8 --- T Join
4.4 Rangkaian Pneumatik
TUGAS II
1. Distribusi Bola
1.1 Redaksional
Bola – bola dari lubang gravity feed magazine harus didistribusikan ke lubang bisa
ditur pelan-pelan. Signal untuk menggunakan piston diberikan oleh salah satu dari dua
3
push bottom . Langkah /mundur setelah piston menjatuhkan bila ke lubang I dan
2
luabang II gerakan piston dihasilkan selama masih ada dalam magazine
Gambar.Ilustrasi
A A
P P
1.1 A B
P R
A
X Y
2 One Way 2
Control valve
P A
3 A B 4 1
way valve
2
P R
4 1
A
X Y Shuttle Valve
5 R 3 2
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled
And Spring
Return
6 A
3 1
Way Valve
2
With
P R Roller
Controled And
Spring Return
7 Air Servis 1
Unit
14
8 Selang
9 --- T Join
10 Compressor 1
11 Distamce rules 2
3
menginjak pedal (penurunan secara perlahan-lahan). Sedangkan, gerakan
2
mengangkatnya kembali dengan cara otomatis dengan pelan-pelan
Gambar 1. Ilustrasi gambar
2.2 Gambar Rangkaian Pneumatik
1.0 A0
A A
P P
1.1 A B
P R
A
X Y
1 Double Acting 1
Cylinder
P A
valve
3 A B 4 1
way valve
2
P R
4 1
A
X Y Shuttle Valve
5 R 3 2
Way Valve
2
P R With Push
Bottom
Controlled And
Spring Return
6 A 3 1
Way Valve
2
With
P R Roller Controled
And Spring
Return
7 Air Servis Unit 1
14
8 Selang
9 --- T Join 2
10 Compressor 1
A B
P R
A
A X Y
X Y
A A A A
P R P R P R P R
2 One Way 2
P A
Control Valve
3 A B 4 1
Way Valve
2
P R
4 1
A
X Y Shuttle Valve
5 A 3 2
Way Valve
2
With Push
P R
Bottom
Controlled And
Spring Return
8 Selang 14
2
9 --- T Join
10 Compressor 1
RANGKAIAN PRAKTIKUM
4 Penandaan pada Mistar Sorong
4.1 Redaksional
Dengan bantuan DAC (Double Acting Cylinder) dapat dibuat skala pada mistar
sorong. Signal gerakan maju pada silinder hanya mungkin ketika benda kerja
sudah ada pada posisinya. Signal gerakan maju dapat dilayani dengan menekan
3
salah satu dari dua pushbutton , Gerakan kembali secara otomatis jika
2
penekanan maksimal dari piston telah tercapai (sensor berupa katup yang memberi
informasi sehingga silinder maju).
A B
P R
A
X Y
A
X Y
A A A A
A1
P R P R P R P R
P A
Valve
3 A B 4 1
Way Valve
2
P R
4 1
A
Two Pressure
P Y
Valve
4 1
A
X Y Shuttle Valve
5 R 3 2
Way Valve With
2
Push Bottom
P R
Controlled And
Spring Return
6 A
3 1
Way Valve With
2
Roller Controled
P R And Spring Return
14
8 Selang
2
9 --- T Join
10 Compressor 1
5 Pembuka/Penutup Pintu
5.1 Redaksional
3
Dengang menekan tombol tekan dari atau dalam ruangan, maka pintu aka.
2
Dengan menekan push bottom dari luar/dalam maka pintu akan
terbuka/tertutup
1.0 2.0
1.1 A B 2.1 A B
P R P B
A A
X Y X Y
A Close Dalam 1.3 A Open Dalam 2.2 A Close Luar 2.3 A Open Luar
P R P R P R P R
4 1
A
Shuttle
X Y
Valve
5 R 3 2
Way
2
Valve With
P R
Push
Bottom
Controlled
And Spring
Return
7 Air Servis 1
Unit
14
8 Selang
9 --- T Join 2
10 Compressor 1
1.1 2.1
A+ A B A- B+ A B B-
Z Y Z Y
P R P R
B0 B1 A1
A0
P R P R P R
P R
1.4 A
P R
0.1 0.2
2. methode cascade
2.1 Redaksional
yaitu memecahkan masalah/persoalan dengan aturan sbb:
A+ B+ | B- A-
b) memberi masing-masing kelompok
contoh:
A+ B+ | B- A-
I | II
3. Masing-masing kelompok diberi jalan pembekalan ( supply link )
4. Jumlah katup yang membalik sama dengan jumlah kelompok dikurangi
satu K p= n
5. Batas peralihan ditulis dengan notasi singkat
6. Jika mengubah kelompok, batas peralihan harus ditarik dibawah supply link
7. Jika dalam bata peralihan ditarik
8. Transposisi kedalam kelompok sirkuit
9. Contoh:
A+ B+ | B- A+
I | II
Jadi terdapat 2 kelompok oleh sebab itu harus ada 2 jalan dan 1 katup yang
membalik
Pembagian daerah
4
Katup yang berfungsi sebagai pembalik ( pemindah ) daerah adalah katup way
2
valve
Contoh :
2 saluran
S1
S2
A B
Z Y
S P R S
A A
P R P R
( 2-1 )
( 1-2 )
3 Saluran
S1
S2
S3
A B
Z Y
S A P R
P R
A B
( 2-3 )
Z Y
S
S P R A
A
P R
P R
( 3-1 )
( 1-2 )
4 Saluran
A B
Z Y
S A P R
P R
A B
( 3-4 )
Z Y
S A P R
P R
( 2-3 ) A B
Z Y
P R S
S A A
P R P R
( 4-1 )
( 1-2 )
Contoh:
SILINDER A SILINDER B
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1
1.1 2.1
A+ A B A- B+ A B B-
Z Y Z Y
P R P R
NOTASI:
2.2 Displacement step diagram
2.3 rangkaian pneumatik
2.3.1 TUGAS INDIVIDU
DRILLING AND REAMING 4 SILINDER 3 SALURAN
Silinder A 1.2 2.2 Silinder B 3.2 2.3 Silinder C 1.3 4.2 Silinder D 3.3 4.3
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1 3.0 C0 C1 4.0 D0 D1
A 1.3 2.2 A
A 3.2 A 3.3 4.2 A
C0 A1 B0 D0 C1
P R P R P R P R P R
Saluran 1
Saluran 2
Saluran 3
A B
4.3 Z Y
A
D1 (2-3) P R
P R
A B
Z Y
2.3 2
A 1.2
B1 (1-2) P R (3-1) A0
P R 0.1
P R
Start
P R
2.3.2 TUGAS REMIDI 3 SILINDER 4 SALURAN
SILINDER A SILINDER B SILINDER C
1.0 A0 A1 2.0 B0 B1 3.0 C0 C1
A A A A
X Y X Y X Y X Y
1.2
A
A
A0
B1
P R
P R
SALURAN 1
SALURAN 2
SALURAN 3
SALURAN 4
A B
Z Y
A
X Y
(3-4) P R
A B
1.3 Z Y
A
(2-3) P B
A
C1 A B C0
P R
Z Y P
A
R
A
X Y
(1-2) P R (4-1)
B0
P R
A
A
A1
P R
P R
3. Methode step counter
Pneumatic step counter circuit design
4 5
A
1 Z Y
P R
A
X Y
Switching
Reset Prepare
A
Z Y
Prepare Reset
P R
A
X Y
Conferm
Step counter for five squance steps
A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R P R P R
A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y
A
START
P R
B0 B1
A0 A1
A B
A B
Z Y
Z Y
P R
P R
A
A A A
P R
P R P R P R
A A
A A
X Y X Y
X Y X Y
A A A
A
B0 B1 A0
A1
P R P R P R
P R
A
P R
2.2 Rangkaian Pneumatik
2.2.1 Methode Step Counter Drilling And Reaming
A+ A B A- B+ A B B- C+ A B C- D+ A B D-
Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R
P R
A
A A A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y
P R
P R P R P R P R P R P R P R
A
X Y
A A A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y
A A A A A A A
A
A1 B1 B0 C1 D1 D0 C0
A0
P R P R P R P R P R P R P R
P R
A
START
P R
A B A B A B
Z Y Z Y Z Y
A P R P R P R
A A A
X Y
X Y X Y X Y
A A A A A A A
Z Y
Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y Z Y
P R P R P R P R P R P R P R
A A A A A A A
X Y X Y X Y X Y X Y X Y X Y
B0
P R A A A A A A
X Y X Y
A B1 A1 A0 C1
P R P R P R P R
C0
P R
START
P R