KETEBALAN, KEKERASAN, KEKASARAN PERMUKAAN, DAN LAJU KOROSI PADA STAINLESS STEEL
AISI 304 DALAM LARUTAN SBF
INTISARI
Salah satu material yang banyak digunakan dalam sektor ilmu bidang biomedik adalah material stainless steel 304, hal ini
dikarenakan material AISI 304 memiliki harga yang relatif lebih murah, selain itu material ini memiliki sifat mudah dibentuk, relatif ringan,
mudah didapat, dan bersifat tahan terhadap korosi. Akan tetapi jika dibandingkan dengan material biomedik lainnya, SS 304 memiliki nilai
laju korosi cenderung lebih tinggi sehingga perlu adanya perlakuan pada permukaan material. Shot peening adalah suatu proses perlakuan
permukaan dengan menembakkan bola-bola baja secara terus-menerus dengan suatu kondisi tertentu, sehingga sifat mekanik dan
kimiwiannya dapat diperbaiki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi sudut penembakan sudut shot peening terhadap
struktur mikro, ketebalan, kekerasan, kekasaran permukaan, wettability, dan laju korosi material stainless steel AISI 304 dalam larutan
synthetic body fluid (SBF)
Proses shot peening menggunakan material SS 304 dengan tebal 4 mm kemudian dipotong dan dibentuk menjadi lingkaran dengan
diameter 14 mm. Variasi sudut yang digunakan adalah 60 o, 75o, dan 90o dengan tinggi jarak nozzel dari sampel 100 mm, durasi
penyemprotan 10 menit, dan diameter steel ball 0,6 mm. Material sampel setelah perlakuan shot peening kemudian diuji struktur mikro,
ketebalan, kekasaran, kekerasan permukaan, wettability dan nilai ketahanan korosi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses shot peening mengubah butir struktur mikro menjadi pipih dan kasar. Terjadinya
penurunan ketebalan sampel menjadi 3.68 mm dari 3.96 mm. kekasaran permukaansampel meningkatdari kekerasan awal 0.1006 μm
menjadi 1.3363 μm. Meningkatnya kekerasan sampel dari 229.9 kg/mm 2menjadi 624.3 kg/mm2. Karakter permukaan sampel bersifat
hydrophilic ( suka air). Akan tetapi terjadi penurunan ketahanan korosi dari raw material sebesar 56.50 mpy penurunan ketahanan korosi
tertinggi terjadi pada sudut 75o yaitu 67.42 mpy.
Kata Kunci : Shot peening, stainless steelAISI 304,struktur mikro, ketebalan, kekasaran, kekerasanpermukaan,Wetability,laju korosi,
SBF
ABSTRACT
One of the materials which is used in the aplicationof biomedical is stainless steel 304, since this material is cheaper than other
materials. This material is easy to be set up, relatively light, easy to get, and more resistant to corrosion. Unfortunately, this material has
higher value of corrosion rate than other biomedical materials. Thus, this material needs special treatment. Shot peeningis a special
surface treatment by shooting the steel balls continuously under certain conditions. Therefore, itsmechanical properties and chemical
can be fixed. This research is purposed to know the effect of shot peening angel variation toward structure micro,
thickness,hardness,surface roughness, and material stainless steel AISI 304 corrosion rate in synthetic body fluid.
The shot peening uses material SS-304 with thickness 4 mm, then it is cut and shaped to be a circle with diameter 14 mm. Angle
variations used is 60o, 75o, and 90owith the distance nozzle from the sample 100 mm, duration of shooting is 10 minutes, and diameter
of steel ball 0,6 mm. After shooting peening, the sample of material is then tested to know structure micro, thickness, hardness, surface
roughness, and corrosion resistance.
The result of the research shows that the process of shot peening can change the grain of the structure micro to be flat and smooth.
Shot peening changes the value of sample thickness to be 3,68 mm from 3,96 mm. Shoot peening treatment increases the value of surface
material 56.50mpy, the highest decreasing of corrosion resistance occurs on the angle variation of 75 ois67.42 mpy.
[1]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2017
Keywords:Shot peening, stainless steel AISI 304,structure micro, thickness, hardness,surface roughness, corrosion rate, SBF
[2]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2017
Proses pembuatan sampel uji SS-304 yaitu dengan kekerasan permukaannya yang dilakukan di Laboratorium
memotong plat dengan ketebalan 4 mm, kemudian palt Material dan Bahan Jurusan D3 Teknik Mesin Universitas
dipotong dan dibentuk menjadi lingkaran berdiameter 14 Gadjah Mada sehingga akan diperoleh foto struktur
mm sebanyak 16 sampel, selanjutnya sampel dihaluskan permukaan pada kondisi sebelum dan sesudah shot peening,
menggunakan amplas dengan nomer mesh 600, 1000, 1500, diperoleh nilai kekerasan permukaan sebelum dan sesudah
2000 kemudian sampel dipoles menggunakan autosol, perlakuan shot peening yaitu berupa nilai rata-rata
tujuannya adalah untuk memastikan setiap sampel menjadi kekerasannya
rata dan memiliki kondisi awal yang sama. Sampel yang Kemudian, dilakukan pengujian kekasaran dan tebal
sudah melalui tahapan pemolesan, maka dilakukan proses plat yang dilakukan di lab. Teknik mesin Universitas
shot peening, dari 16 sampel yang dibentuk hanya 12 Muhammadiyah Yogyakarta sehingga nilai kekasaran
sampel yang dilakukan proses shot peening. Pada proses permukaan rata-rata (Ra) dalam satuan μm, pada pengujian
shot peening posisi sampel diletakkan pada holder dengan ketebalan diketahui pengurangan ketebalan plat sampel SS-
o o o
menggunakan variasi sudut60 , 75 , dan 90 , jarak nozzle 304.
dengan sampel adalah 100 mm. Besarnya tekanan kerja Kemudian, dilakukan pengujian laju korosi pada
pada kompresor diperthankan sebesar 6 bar dengan durasi sampel tanpa perlakuan shot peening (raw material) dan
lama penyemprotan adalah 10 menit dan menggunakan sampel dengan perlakuan shot peening yang dilakukan di
ukuran steel ball 0.6 mm. Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) BATAN
Yogyakarta dengan alat potensiostat / Galvanostat PGS 201
T. Dan media yang digunakan adalah larutan SBF jenis
Ringer Laktat produksi PT. Widatra Bhakti. Dari pengujian
ini didapatkan nilai arus korosi (Icorr) pada masing-masing
sampel dalam satuan μA / 𝑐𝑚2. Untuk nilai laju korosi dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan (1) (Nurosyid,
2012) :
𝒊(𝑬𝑾)
𝒓=𝟎,𝟏𝟐𝟗 (1)
𝑫
Dimana :
r = Laju Korosi (mpy)
i = Arus Korosi (μA / 𝑐𝑚2)
EW = Berat Equialen SS-304
Gambar 2.2 Dimensi sampel Stainless Steel AISI 304yang D = Massa Jenis Campuran (𝑔𝑟/𝑐𝑚3)
digunakan pada pengujian
Tabel 2.1Spesifikasi Steel Ball 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Proses Shot Peening
C Mg Si S P Kekerasan
Perlakuan shot peening pada material stainlees steel 304
% 0,10 1,15 0,15 0,015 0,015 40 - 46 HRC memiliki pengaruh yang dapat dilihat pada gambar 3.1.(a)
raw material , material sebelum dilakukan shot
Tabel 2.2 Spesifikasi Stainless Steel AISI 304 peeningterlihat halus, rata dan terdapat sedikit goresan-
goresan akibat dari pengamplasan. Pada gambar 3.1.(b),
% C Si Mn P S Cr Ni N
sampel setelah shot peening dengan sudut 60oterlihat
Min 0,022 0,53 1,03 0,043 0,003 18,34 8,01 0,054
lebih kasar, buram dibandingkan dengan raw material.
Max 0,07 0,75 2,00 0,045 0,03 19,5 10,5 0,100
Gambar 3.1.(c), pada variasi sudut penembakan 75o sampel
Setelah itu, semua sampel uji baik yang raw memiliki kekasaran yang lebih halus jika dibandingkan
material (tanpa perlakuan shot peening) dan sampel dengan dengan variasi sudut 60o dan gambar 3.1.(d) menunjukkan
o o
perlakuan shot peening dengan variasi sudut 60 , 75 , dan sampel dengan variasi sudut 90o bekas tumbukan shot
90o dilakukan pengamatan struktur mikro, pengukuran nilai
[3]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2017
peening terlihat lebih halus jika dibandingkan dengan sudut sampel diberi cairan etsa. Fungsi dari cairan etsa adalah
60odan 75o. Dari gambar 3.1(b), (c), (d) terlihat jika proses membersihkan goresan pada permukaan sampel sehingga
shot peening membuat material sampel terdeformasi. butiran struktur mikro dari sampel dapat terlihat jelas.
Cairan etsa yang digunakan material stainless stell 304
adalah campuran Hidrocloric Acid (HCL) dan Nitrid Acid
(HNO3) dengan perbandingan 1:1 sehingga terbentuk
cairan etsa Aqua regia.Setelah dietsa butiran-butiran
struktur mikro dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Berdasarkan gambar yang didapat menggunakan
mikroskop, gambar struktur mikro pada sampel raw
material memiliki alur butiran yang rata (gambar 4.2(a)) dan
setelah perlakuan shot peening terlihat butiran-butiran
menjadi kecil dan pipih pada bagian permukaan, butiran
akan kembali membesar seiring menjauhi permukaan
sampel (gambar 4.2(b,c,d)). Terjadinya pengecilan butiran
disebabkan oleh bola-bola baja yang menumbuk permukaan
sampel dengan kecepatan tinggi dan terus menerus sehingga
menyebabkan adanya deformasi plastis pada bagian
Gambar 3.1 Foto sampel [a] tanpa perlakuan shot permukaan sampel. Tumbukan dari bola-bola baja dengan
peening dan dengan perlakuan shot peening variasi sudut kecepatan tinggi dan terus menurus menimbulkan adanya
o o o
[b] 60 , [c] 75 , [d] 90 . pemadatan pada struktur sehingga struktur menjadi rapat
Hasil Pengamatan Struktur Mikro dan meningkatkan kekerasan sampel. Menurut hukum Hall-
patch menyatakan kekerasan mikro berbanding terbalik
dengan ukuran butiran struktur mikro, hal ini sesuai dengan
gambar 4.3 yang menunjukkan grafik pengaruh kekerasan
terhadap sampel setelah perlakuan shot peening.
Hasil Uji Ketebalan
Proses shot peening pada umumnya dapat merubah
ketebalan plat sampel. Pada beberapa penelitian terdahulu
seperti Saputra (2016), Sulaiman (2016), Syahrudiyanto
(2016), Wahyudin ( 2016) menyimpulkan bahwa perlakuan
shot peeningdapat mengakibatkan penurunan nilai
ketebalan plat.
Pada gambar 3.3 menunjukkan nilai ketebalan rata-
rata pada sampel sebelum shot peening(raw material)
adalah 3.96 m. Setelah mengalami perlakuan shot peening
Gambar 3.2 Hasil pengamatan struktur mikro sampel dengan menggunakan sudut 60o, 75o,dan 90o nilai ketebalan
dengan pembesaran 200 kali (a) raw material, variasi sampel mengalami penurunan, penurunan ketebalan
o o o
sudut penembakan shot peening(b) 60 , (c) 75 , dan (d) 90 maksimum terjadi pada sudut 90o yaitu menjadi 3.68 mm.
Penurunan nilai ketebalan disebabkan karena adanya
Dalam pengamatan struktur mikro, sampel yang tumbukkan bola-bola baja secara terus menerus pada proses
diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran shot peening yang mengakibatkan permukaan terluar dari
optic. Dalam pengamatan struktur mikro, sampel yang sampel terdorong ke partikel yang lebih dalam sehingga
diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran merubah sifat material sampel menjadi keras dan padat .
optic 200 kali. Sebelum sampel diamati terlebih dahulu Penurunan nilai ketebalan sampel terjadi seiring dengan
[4]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2017
tingginya variasi sudut penembakan shot peening. butiran pada permukaan sampel meski demikian ukuran
butir semakin jauh dari permukaanukuran butir akan besar
4.00 3.96
dan seragam, hal ini disebabkan karena bola-bola baja tidak
Ketebalan (mm)
3.90 3.86
mengenai pada bagian yang memiliki ukuran butiran besar
3.80 dan seragam. Pengujian kekerasan dimulai dari ermukaan
3.69 3.68
3.70 sampai kedalaman 2 mm dengan beban 200 gf dengan
3.60 durasi 5 detik. Gambar 3.5 menunjukkan bahwa semakin
3.50 tinggi sudut yang digunakan menghasilkan kekerasan yang
RM 60ᵒ 75ᵒ 90ᵒ lebih tinggi pada jarak kedalaman yang sama dari
permukaan, hal tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya
Sudut penembakan (ᵒ)
sudut yang digunakan akan menghasilkan deformasi yang
Gambar 3.3. Grafik ketebalan plat lebih besar sehingga terjadi pengerasan permukaan yang
lebih tebal. Penelitian terdahulu seperti Wahyudin (2016),
Hasil Uji Kekerasan Arifvianto dkk (2011), Ishak (2011), dan Multinger dkk
Proses shot peening pada umumnya meningkatkan (2009) memiliki pendapat yang sama yaitu bahwa
kekerasan spesimen, kekerasan tertinggi terjadi pada daerah kekerasan akan mengalami penurunan seiring menjauhi
permukaan kemudian akan menurun seiring dengan jarak permukaan.
kedalaman menjauhi permukaan spesimen. Pada beberapa
penelitian terdahuu seperti Wahyudin (2016),
Syahrudiyanto (2016), Saputra (2016), Setiawan (2013),
Anugerah (2013), Sunardi (2013) menyimpulkan bahwa
perlakuan shot peening menigkatkan kekerasan pada
sampel, akan tetapi besarnya nilai kekerasan berbeda-beda,
hal ini disebabkan karena parameter dan variasi yang
digunakan berbeda.
Pada gambar 3.4 menunjukan kekerasan rata-rata Gambar 3.4. Grafik nilai rara-rata uji kekerasan
pada spesimen raw material adalah 229.9 kg/mm2. Setelah
mengalami proses shot peening menggunakan variasi sudut
penembakan 60o, 75o, dan 90o kekerasan pada sampel
meningkat, peningkatan maksimum terjadi pada sudut
90osebesar 624.3 kg/mm2. Peningkatan nilai kekerasan pada
permukaan disebabkan oleh semakin tegak lurus sudut
penembakan maka tumbukkan dari bola-bola baja akan
semakin dalam dan adanya penigkatan kecepatan dari bola-
bola baja yang ditembakkan sehingga tumbukkannya
menjadi semakin kuat, hal inilah yang mengakibatkan Gambar 3.5. Perbandingan distribusi kekerasan (HVN)
deformasi plastis pada permukaan sampel. Dengan adanya terhadap variasi sudut penembakan shot peening.
tumbukkan kuat dari bola-bola baja maka permukaan
terluar dari sampel terdorong ke partikel yang lebih dalam. Hasil Uji Kekasaran Permukaan
Pada gambar 3.5 menunjukkan nilai distribusi kekerasan Pengaruh perlakuan shot peening pada kekasaran
pada penampang sampel setelah perlakuan shot peening. permukaan plat Stainless steel AISI-304 di tampilkan
Perakuan shot peening menyebabkan terjadinya penurunan dengan nilai rat-rata kekasaran (Ra) pada tiap sampel,
kekerasan seiring dengan semakin jauh jara dari permukaan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6. Pada gambar
sampel. Penyebab dari penurunan kekerasan adalah tersebut menjukkan grafik perbandingan antara nilai
perlakuan shot peening menghasilkan pengecilan ukuran kekasaran rata-rata Ra (μm) dengan variabel sudut
[5]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2017
penembakan shot peening dengan durasi 10 menit. Pada Hasil pengujian wettability
grafik terlihat, bahwa terdapat perbedaan yang signifikat
antara raw material dengan material yang sudah mendapat
perlakuan shot peening.
Pada sampel sebelum perlakuan shot peening,
sampel memiliki nilai kekasaran rata-rata 0.1 µm. Setelah
perlakuan shot peening menggunakan variasi sudut 60o, 75o,
dan 90o dengan durasi 10 menit, nilai rata-rata kekasaran
meningkat secara signifikat. Peningkatan paling tinggi
(peak point) adalah pada variasi sudut 60o sebesar 1.33μm.
Pada variasi sudut 75o nilai kekerasan meningkat menjadi
1.187 μm dan pada variasi sudut 90o nilai kekerasan
meningkat menjadi 1.049μm, nilai kekerasan meningkat Gambar 3.7. Nilai kekasaran rata-rata (Ra) permukaan
jika dibandingkan dengan kondisi awal sampel (raw spesimen dengan variasi sudut penembakan shot peening.
material) akan tetapi setelah mengalami titik puncak
kekasaran (peak point), nilai kekasaran permukaan
mengalami penurunan.
Penyebab menurunya nilai kekasaran disebabkan oleh
adanya pengaruh sudut penembakan shot peening yang
berakibat adanya perbedaan besar gaya pada permukaan
sampel. hal ini disebabkan karena adanya tumbukan bola-
bola baja secara terus menerus sehingga menghasikan
deformasi yang dalam pada permukaan sampel sehingga
mengakibatan adanya kenaikan kekasaran jika
dibandingkan dengan raw material. Gambar 3.8. Grafik hasil pengujian wetability material
Turunnya nilai kekasaran dikarenakan oleh AISI 304
penumbukkan secara tegak lurus dan terus menerus yang
mengakibatkan tekanan pada bola-bola baja semakin kuat Berdasarkan hasil uji sudut kontak permukaan
sehingga bukit bukit yang sudah terbentuk pada awal ( pengujian wettability) maka diketahui bahwa pengaruh
pembentukkan hancur hal inilah yang menyebabkan shot peening terhadap sudut kontak material stainless steel
o
turunnya kekasaran pada variasi sudut 90 . AISI 304 yang ditampilkan pada gambar 3.7. Karakter suatu
material dapat dikatakan tidak suka air (hydrophobic)
apabila sudut kontaknya >90o, sedangkan material dengan
sudut kontak <90o pada permukaan menunjukkan bahwa
material tersebut memiliki karakter suka air (hydrophilic).
Proses shot peening mengakibatkan material sampel
terdeformasi serta mengakibatkan permukaannya menjadi
kasar, selain itu material sampel bersifat hidrophilic (suka
air). Pada variasi sudut penembakan 60o karakter
permukaaan sudut kontak memiliki nilai paling tinggi, hal
Gambar 3.6. Nilai kekasaran rata-rata (Ra) ini dikarenakan nilai kekasaran permukaan sampel memiliki
permukaan spesimen dengan variasi sudut penembakan nilai kekasaran paling tinggi. Sehingga pada pengujian
shot peening. sampel dengan variasi sudut shot peening diketahui bahwa
material bersifat hydrophilic.
[6]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2017
Hasil Uji Laju Korosi
Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya korosi
adalah dengan menggunakan baja tahan karat, baja paduan
yang memanfaatkan unsur paduan Fe-Cr-Ni dengan kadar
krom 13%-27% dengan adanya unsur krom
akanmembentuk krom oksida (Cr2O3) yang fungsinya
adalah sebagai lapisan yang dapat menahan terjadinya
korosi.
Sampel setelah perlakuaan shot peening mengalami
kenaikan dan penurunan niai laju korosi, akan tetapi nilai
korosi pada material sebelum perlakuan shot peening Gambar 3.10. Grarik hubungan antara variasi sudut
memiliki nilai laju korosi yang lebih baik, hal ini pembakan shot peeningdengam laju korosi.
dikarenakan pada sampel rawmaterial memiliki kandungan
Cr sebesar 18,34 % sehingga pada permukaan sampel Salah satu penyebab terjadinya kenaikan laju korosi
terbentuk lapisan pasif berupa senyawa 𝐶𝑟2𝑂3 yang adalah adanya pendifusian O selain atom N dan atom C
berfungsi untuk melindungi darikorosi. Senyawa pelindung pada saat proses shot peening sehingga bereaksi dengan
terbentuk akibat adanya reaksi O yang berada dalam senyawa Fe dan membentuk senyawa baru berupa Fe3O4
lingkungan Cr pada material AISI 304. Ada beberapa faktor yang merupakan salah satu penyebab terjadinya korosi.
yang dapat merusak lapisan pasif tersebut diantaranya Selain karena adanya senyawa Fe3O4 ,larutan SBF yang
adalah faktor lingkungan dan faktor perlakuan shot peening pada saat kontak langsung dengan permukaan sampel
yang berpotensi membuat lapisan peindung tersebut rusak terjadi partisipasi senyawa Cl-pada batas butir sehingga
dan tidak dapat terbentuk kembali sehingga ketahanan membentuk senyawa baru FeCl2yang dengan sifat korosi.
korosinya menurun.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan data, grafik, gambar, dan pembahasan.
Perlakuan shot peening menggunakan variasi sudut dapat
merubah struktur mikromeningkatkan nilai kekerasan dan
kekasaran, penurunan ketebalan, diketahuinya karakter
material akan tetapi meningkatkan nilai laju korosi. Dengan
data sebagai berikut :
[7]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2017
AISI 304 dengan perlakuan shot peening mengakibatkan Sunardi., Iswanto, P.T., Mudjijana. 2013. Pengaruh Waktu
material bersifat hydrophilic. Shot Peening Terhadap Kekerasan dan Kekasaran
Dari hasil pengujian laju korosi diketahui bahwa Permukaan Stainless Steel AISI 304. Seminar Nasional ke-
proses shot peening pada material stainless stell AISI 304 8 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional. Yogyakarta.
terjadi peningkatan laju korosi yang mulanya 56.50 mpy
( raw material) menjadi 72.35 mpy pada variasi sudut 90 o. Syahrudiyanto, 2016. Pengaruh Variasi Jarak Penembakan
Shot PeeningTerhadap Struktur Mikro, Kekasaran
5. DAFTAR PUSTAKA Permukaan dan Kekerasan Material Biomedis Plat
Penyambung Tulang Stainless Steel AISI-304. Progam
Anugerah, Bisma. 2013. Pengaruh Perlakuan Sandblasting Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
pada Baja AISI 316L Berbentuk Silindris Terhadap Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Struktur Mikro, Jejerasan, dan Kekasaran Permukaan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Trethewey, K.R. & Charnberlain ,1,1991," Korosi Untuk
Arifvianto, B., Suyitno, Wibisono, K.A., Mahardika, M. Mahasiswa Sains dan Rekayasa", PT. Gramedia Pustaka
2012. Effect of Sandblasting and Surface Mechanical Utama, Jakarta.
Attrition Treatment on Surface Roughness Wettability, and
Microhardness Distribution AISI 316L. Engineering Wahyudin, 2016. Pengaruh Variasi Jarak Penembakan
Materials. Vol 462-463, pp 738-743. Shot PeeningTerhadap Struktur Mikro, Struktur Makro,
Kekasaran, Ketebalan, dan Kekerasan Menggunakan Steel
Ishak. 2011. Pengaruh Sandblasting dan Electropolishing Ball 0.7 mm Pada Material Stainless Steel AISI-304.
terhadap Kekasaran Permukaan, Kekerasan, Struktur Mikro Progam Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
dan Ketahanan Korosi Baja Tahan Karat AISI 316L. Tesis. Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta
Program Studi S2 Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin dan
Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Wibowo, S.A., Setianingrum, E. 2015. Pengaruh Perlakuan
Yogyakarta. Shot Peening dan Elektroplating Ni-Cr pada AISI 304
Terhadap Laju Korosi Dalam Larutan Synthetic Body Fluid
Multigner, M. Frutos, E., Gonzales-Carrasco, J.L., (SBF). Jurnal Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Jimenez, J.A., Marin, P., dan Ibanez, J. 2009. Influence of Jakarta. Jakarta.
the Sandblasting on the Subsurface Microstructure of AISI
316LVM Stainless Steel: Implications on the Magnetic
and Mechanical Properties. Materials Science and
Engineering. Vol 29, pp 1357-1360.
[8]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2017