Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP PENINGKATAN SIFAT

MEKANIK PADUAN BESI TUANG PUTIH DENGAN Cr-Ni UNTUK BILAH


SHOT BLASTING PADA PROSES HEAT TREATMENT
Rangga Buana
Program Studi Teknik Metalurgi – TA – FTM
UPN “Veteran” Yogyakarta
Jl. Babarsari 2 Tambakbayan, Yogyakarta 55281
rbuana16@gmail.com

ABSTRAK

Bilah sebagai salah satu komponen yang berfungsi sebagai pelontar bola-bola logam dalam mesin shot
blasting, sebagian besar diimpor dari luar negeri. Namun demikian, masih ditemukan kegagalan
ataupun umur pakai yang pendek. Hal ini disebabkan bilah-bilah tersebut rentan terhadap gesekan dan
benturan akibat kondisi operasional. Untuk itu, dalam penelitian ini dikembangkan bahan bilah
berbasis paduan besi tuang putih dengan Cr-Ni. Peningkatan sifat mekaniknya dilakukan melalui
variasi perlakuan panas, baik hardening (900–1000oC) maupun tempering (400oC, 500oC, dan 1000oC).
Dari penelitian ini didapati bahwa nilai optimal kenaikan sifat mekanik, baik kekerasan dan ketahanan
gesek, dihasilkan melalui hardening pada suhu 1000oC yang dilanjutkan tempering pada suhu 400oC.
Pada kondisi tersebut, struktur fasa yang terbentuk berupa ferit acicular, perlite dan karbida berbentuk
bulat-bulat kecil. Struktur fasa ini membuat sifat mekanik sampel menjadi lebih keras dan lebih tahan
terhadap gerusan saat terjadi gesekan.

Kata Kunci : Besi tuang putih, Bilah, shot blasting, perlakuan panas, sifat mekanik.

1. PENDAHULUAN 1.3 Tujuan Penulisan


1.1 Latar Belakang 1. Mengetahui nilai kekerasan dari masing-
Mesin merupakan salah satu inputan terpenting masing sampel yang telah mendapat
dalam perindustrian selain sumber daya manusia, perlakuan panas relatif terhadap kondisi
biaya, metode dan material, dimana mesin sebelum perlakuan.
sebagai salah satu fasilitas utama guna 2. Mengidentifikasi metalografi terhadap
menunjang kebutuhan operasional produksi. sampel hasil hardening pada suhu 1000oC
Selaku perusahaan manufaktur, mesin yang telah mengalami proses tempering pada
merupakan hal yang sangat penting dalam suhu 400oC, 500oC, dan 600oC.
jalannya sistem produksi. Demi memenuhi 3. Mengetahui nilai hasil uji kekerasan pada
kebutuhan produksi, mesin akan bekerja secara sampel hasil hardening suhu 900oC
terus menerus yang kemudian nantinya akan
mengurangi kinerjanya, sedangkan untuk 2. LANDASAN TEORI
menghasilkan output yang sesuai, kinerja mesin Perlakuan panas adalah kombinasi anatara proses
haruslah baik. pemanasan atau pendinginan dari suatu logam
atau paduannya dalam keadaan padat untuk
1.2 Pembatasan Masalah mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk
Adapun pembatasan masalah dalam penulisan mendapatkan hal ini maka kecepatan
ilmiah ini adalah seputar Pengaruh Perlakuan pendinginan dan batas temperatur sangat
Panas Terhadap Peningkatan Sifat Mekanik menentukan
Paduan Besi Tuang Putih Dengan Cr-Ni Untuk
Bilah Shot Blasting. Peningkatan sifat Perlakuan panas (Heat Treatment) mempunyai
mekaniknya dilakukan melalui variasi perlakuan tujuan untuk meningkatkan keuletan,
panas, baik hardening (900–1000oC) maupun menghilangkan tegangan internal (internal stress),
tempering (400oC, 500oC, dan 1000oC). menghaluskan ukuran butir kristal dan

1
meningkatkan kekerasan atau tegangan tarik Salah satu komponen terpenting dalam mesin
logam. Beberapa faktor yang dapat shot blasting adalah bilah logam (Gambar 2)
mempengaruhi perlakuan panas, yaitu suhu yang berfungsi sebagai pelontar butir-butir
pemanasan, waktu yang diperlukan pada suhu logam (Holzknecht, 2007). Butir-butir logam
pemanasan, laju pendinginan dan lingkungan tersebut akan terlontar saat mengalami tumbukan
atmosfir. dengan permukaan bilah.

Mesin shot blasting adalah mesin yang berfungsi


untuk membersihkan permukaan suatu material
dengan metode menembak-nembakkan butiran
bola logam kecil secara kontinyu terhadap
permukaan material tersebut. Ukuran butiran
bola yang digunakan tersebut bervariasi sesuai
spesifikasi yang diperlukan, antara lain seperti
yang ditampilkan pada Gambar 1
(www.alibaba.com, 2017).

Ada pula yang menggunakan mesin jenis ini


untuk memberi kekasaran (roughness) pada
permukaan bidang berbahan logam
(Auliyaurochman et al., 2012). Ada pula yang
menggunakannya pada kondisi fatigue suatu
material (Naidu and Raman, 2005). Ada pula
yang menggunakan mesin ini untuk mencegah
terjadinya oksidasi pada permukaan bahan logam
(Xingeng and Jiawen, 2006).

Gambar 2. Bilah pelontar butiran bola bola


logam.

Bilah-bilah tersebut terpasang pada impeler


(Gambar 3) yang akan berputar sangat kencang.
Putaran ini juga akan menghasilkan hembusan
angin yang sangat kuat, yang memberi tekanan
untuk ikut mendorong butiran logam yang
dilontarkannya (Li et al., 2016).

Karena proses operasionalnya tersebut,


permukaan bilah rentan mengalami gesekan dan
benturan. Sehingga bilah logam harus memiliki
sifat kekerasan dan ketahanan aus yang baik
agar mampu digunakan dalam jangka waktu
yang lebih lama (Pollock and Tin, 2006). Bilah-
bilah tersebut umumnya dibuat menggunakan
besi tuang putih (Chen et al., 2015; Kusumoto et
Gambar 1. Salah satu contoh jenis butiran bola al., 2017).
logam shoot blasting dalam berbagai ukuran.

2
Selanjutnya, sampel tersebut diberi variasi
perlakuan panas, berupa Hardening untuk
mengubah struktur mikro dan tempering untuk
memperoleh keuletan dan ketangguhan bahan
tersebut dengan alur seperti yang ditampilkan
pada Gambar 3.

Gambar 3. Letak bilah pada impeller yang akan


berputar kencang.

Saat ini kebutuhan bilah mesin shot blasting Gambar 4. Pemberian perlakuan panas terhadap
dalam negeri sebagian besar masih harus diimpor sampel.
dari luar negeri. Dalam penggunaannya, bilah-
Kecepatan pendinginan untuk setiap tahap
bilah tersebut masih banyak ditemukan
pemanasan diatur menggunakan metode
mengalami kegagalan ataupun umur pakai yang
quenching dengan oli. Sampel-sampel tersebut
pendek (Bombek and Hribernik, 2010;
kemudian diberi label sesuai dengan perlakuan
UNDAYAT, 2010). Hal ini disebabkan karena
panas yang diterima (Tabel 2). Sementara itu,
bahan bilah yang sifat kekerasannya rendah dan
OC merupakan sampel dengan kondisi awal
tidak tahan gesek (Jin et al., 2013).
sebelum mengalami perlakuan, yang digunakan
sebagai sampel pembanding.
Untuk itu, dalam penelitian ini dikembangkan
bahan bilah berbasis paduan besi tuang putih
Tabel 2. Perlakuan panas yang diberikan untuk tiap
dengan Cr-Ni. Selanjutnya perlakuan panas
sampel.
diberikan bahan bilah tersebut untuk Sampel Holding time Hardening (oC) Temp.(oC)
meningkatkan sifat mekanik yang dimilikinya.
BTA94 400
BTA95 900 500
30 menit

3. PEMBAHASAN BTA96 600


Spesimen sampel hasil paduan baja tuang putih BTB14 400
dengan Ni-Cr yang telah dibuat memiliki BTB15 1000 500
komposisi elemen seperti yang tercantum pada BTB16 600
OC 0 0 0
Tabel 1.
Media Quench Oli Oli
Tabel 1. Kandungan
Kandungan (wt. %)
Untuk mengidentifikasi dan membandingkan
Unsur Sample ASTM A532 Ket. hasil yang diperoleh dari perlakuan panas yang
(average) Class II type D
berbeda terhadap sampel-sampel tersebut, maka
Fe 72.03 - - dilakukan uji kekerasan menggunakan skala
C 2.8 2.8-3.1 Ok Vickers, uji ketahanan aus dengan beban
Cr dan Ni 24.77 18-25 Ok seberat 10 kg selama 30 menit, dan identifikasi
Lain-lain 0.39 - - metalografi untuk melihat struktur fasa yang
Sumber: analisa lab.
terbentuk pada sampel.

3
Pada Gambar 4 ditampilkan hasil uji kekerasan
terhadap sampel yang telah mengalami perlakuan
panas relatif terhadap sampel dengan kondisi
awal. Tampak bahwa kekerasan tertinggi dimiliki
oleh sampel BTA94 kemudian diikuti oleh
sampel BTB14. Kekerasan terendah dimiliki oleh
sampel BTB16 bila dibandingkan dengan
kekerasan yang dimiliki oleh sampel BTA96.
Hal ini memperlihatkan bahwa kenaikan suhu
tempering sebesar 100oC dari suhu sebelumnya,
500oC pada sampel hasil hardening sebesar
1000oC telah merubah sifat keras yang dimiliki
oleh sampel.

Pada Gambar 5 ditampilkan hasil uji mass loss


terhadap sampel yang telah mengalami perlakuan
panas relatif terhadap sampel pada kondisi awal. Gambar 6. Nilai mass loss dari masing-masing
Besarnya nilai mass loss memperlihatkan sampel yang telah mendapat perlakuan panas
besarnya massa yang hilang akibat gesekan yang relatif terhadap kondisi sebelum perlakuan.
terjadi. Sehingga semakin kecil nilai mass loss
relatifnya, maka semakin besar kemampuan Nampak nilai mass loss membesar terhadap
bahan tersebut menahan kerusakan akibat kenaikan suhu temper. Namun demikian, nilai
gesekan. Tampak bahwa sampel hasil perlakuan mass loss terendah terjadi pada sampel BTB14
hardening 1000oC lebih baik dalam kemampuan yang mengalami hardening sebesar 1000oC.
tahan gesek dibanding sampel hasil perlakuan Gambar 6 menampilkan hasil identifikasi
hardening 900oC. Tampak pula bahwa penurunan metalografi terhadap sampel hasil hardening
ketahanan gesek pada sampel hasil hardening pada suhu 900oC yang telah mengalami proses
pada suhu 900 oC cenderung linier terhadap tempering pada suhu 400oC, 500oC, dan 600oC.
kenaikan suhu tempering. Didapati pula bahwa Nampak secara umum sampel terdiri dari tiga
ketahanan gesek terbaik dimiliki oleh sampel fasa, yaitu: perlite, ferit acicular, dan karbida.
BTB14, hasil perlakuan hardening pada suhu Grain-grain karbida tersebut berbentuk
1000oC yang ditempering pada suhu 400oC. lamellar pada setiap suhu temper. Nampak pula
pembesaran bentuk grain karbida linier dengan
kenaikan suhu tempering, 400oC500oC
600oC.

Mengacu pada hasil pengujian kekerasan dan


keausan, pembesaran grain karbida tersebut
menyebabkan turunnya nilai sifat mekanik yang
dimiliki sampel hasil hardening suhu 900oC.
Struktur lamellar dengan butir besar-besar
memiliki ketahanan gesek yang rendah
(Ageorges et al., 2006). Jarak antar karbida
terlalu lebar dan jumlah ferit acicular yang lebih
banyak mengakibatkan permukaan sampel lebih
mudah tergerus saat mengalami gesekan.

Gambar 5. Nilai kekerasan dari masing- Hasil identifikasi metalografi terhadap sampel
masing sampel yang telah mendapat hasil hardening pada suhu 1000oC yang telah
perlakuan panas relatif terhadap kondisi mengalami proses tempering pada suhu 400oC,
sebelum perlakuan. 500oC, dan 600oC ditampilkan pada Gambar 7.

4
Nampak secara umum sampel tersebut juga
terdiri dari tiga fasa, yaitu: perlite, ferit acicular,
dan karbida. Pada sampel hasil hardening pada
suhu 1000oC ini, Grain-grain karbida tersebut
cenderung berbentuk bulat-bulat kecil dengan
ukuran yang cenderung sama pada suhu temper
400oC dan 500oC. Namun pada suhu tempering
600oC, tampak grain- grain tersebut membesar
dan cenderung membentuk struktur lamellar.
Dampak dari pembesaran tersebut membuat nilai
sifat kekerasannya menurun drastis dan
cenderung sama dengan sifat mekanik dari
sampel tanpa perlakuan panas.

(a)

(b)

Gambar 8. Hasil metalografi permukaan


(c) sampel hasil hardening pada suhu 1000 oC
dan telah melewati proses tempering pada suhu
a) 400oC, b) 500oC, dan c) 600oC.

Bila membandingkan dengan nilai hasil uji


kekerasan pada sampel hasil hardening suhu
900oC, maka sample hasil hardening pada suhu
Gambar 7. Hasil metalografi permukaan sampel 1000oC memiliki ketahanan aus jauh lebih baik
hasil hardeningpada suhu 900oC dan telah di setiap suhu temper. Nilai ketahanan aus
melewati proses tempering pada suhu a) 400oC, terbaik diperoleh pada sampel BTB14 yang
b) 500oC, dan c) 600oC. mengalami tempering pada suhu 400oC.

5
Mengacu pada hasil uji mekanik, baik itu uji Daftar Pustaka
kekerasan maupun uji keausan, bentuk bulat- Ageorges, H. et al., 2006.Influence of the
bulat dengan ukuran kecil memiliki ketahanan metallic matrix ratio on the wear resistance
gesek yang cukup baik. Jarak antar karbida lebih (dry and slurry abrasion) of plasma sprayed
rapat dan jumlah ferit acicular yang lebih sedikit cermet (chromia/stainless steel) coatings.
membuat permukaan sampel lebih tahan Surface and Coatings Technology Vol.201,
terhadap gerusan saat bergesekan. No.5. pp. 2006–2011. doi:
10.1016/j.surfcoat.2006.04.038.
Dari semua hasil yang diperoleh tersebut, tampak Auliyaurochman et al., 2012.Implementasi
bahwa untuk paduan besi tuang putih dengan Software Proficy HMI/SCADA –
Ni-Cr pada komposisi tersebut, nilai optimal CIMPLICITY 6.1 Untuk Visualisasi Human
kekerasan dan ketahanan aus diperoleh melalui Machine Interface (HMI) Pada Mesin
hardening pada suhu 1000oC yang diikuti dengan SHOTBLAST Divisi Cold Rolling Mill
tempering pada suhu 400oC. Pada kondisi (CRM) PT.Krakatau Steel (Persero) Tbk.
tersebut nampak bahwa sampel terdiri dari tiga EEPIS Repository pp. 1–6. Available at:
fasa, yaitu ferit acicular, perlit dan karbida yang http://repo.pens.ac.id/id/eprint/1374.
membentuk grain bulat-bulat kecil. Sampel Bombek, G. and Hribernik, A., 2010.Measuring
dengan struktur fasa ini menjadi lebih keras dan the velocities of particles in a shot-blasting
lebih tahan terhadap gerusan saat terjadi gesekan. chamber. Measurement Science and
Technology Vol.21, No.8. doi: 10.1088/0957-
4. KESIMPULAN 0233/21/8/085101.
Mesin Sinto Shot Blast sangat penting Chen, L. et al., 2015.Influences of micro
kegunaannya dibagian heat treatment. Dalam mechanical property and microstructure on
proses produksi, mesin inilah yang berfungsi performance of machining high chromium
untuk menghilangkan rasty pada bagian single white cast iron with cBN tools. Procedia
part. Hal ini sangat penting untuk dilakukan CIRP. Elsevier B.V. Vol.31,.pp.172-
karena dengan begitu part tersebut menjadi lebih 178.doi:10.1016/j.procir. 2015.03.092.
rapat dan tahan lama saat digunakan sebagai Holzknecht, E., 2007.Economic blast cleaning
komponen sepeda. with rotary barrel shot blast machines.
Metal Finishing. Elsevier Inc. Vol.105,
Bilah sebagai pelontar bola-bola logam, No.5. pp. 37– 40. doi: 10.1016/S0026-
merupakan salah satu komponen penting dalam 0576(07)80549-6.
mesin shot blasting yang masih harus diimpor. Jin, X. et al., 2013.Characterization of wear-
Kendala utama dari bilah tersebut adalah umur resistant coatings on 304 stainless steel
pakai terbatas akibat kondisi operasional. Untuk fabricated by cathodic plasma electrolytic
meningkatkan kemampuan sifat mekaniknya, oxidation. Surface and Coatings
baik terhadap nilai kekerasan maupun ketahanan Technology. Elsevier B.V. Vol.236, . pp.
aus, bahan bilah hasil paduan besi tuang putih 22– 28. doi: 10.1016/j.surfcoat.2013.04.056.
dengan Ni-Cr diberi perlakuan panas, baik itu Kusumoto, K. et al., 2017.Abrasive wear
proses hardening maupun proses tempering. characteristics of Fe-2C-5Cr- 5Mo-5W-5Nb
multi-component white cast iron. Wear.
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa Elsevier B.V. Vol.376-377, . pp. 22–29. doi:
nilai optimal terhadap sifat mekanik bilah 10.1016/j.wear.2017.01.096.
tersebut diperoleh melalui proses hardening pada Li, M. Z. et al., 2016.Feasibility study of a new
suhu 1000oC yang diikuti dengan proses approach to removal of paint coatings in
tempering pada suhu 400oC. remanufacturing. Journal of Materials
Processing Technology. Elsevier B.V.
Vol.234, . pp. 102–112. doi:
10.1016/j.jmatprotec.2016.03.014.

Anda mungkin juga menyukai