Anda di halaman 1dari 10

Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Pengapian

Author aditya praba saputra Oktober – 16


Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Pengapian
1. Prosedur Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Pengapian
Petunjuk Servis
Komponen-komponen pengapian otomotif itu komplek dan seringkali rapuh, karenanya selalu berhati-hati
pada waktu melakukan prosedur servis.
Gagal dalam menjalankan pedoman servis dapat mengakibatkan kerusakan system yang sangat
merugikan.
Peringatan:

Beberapa macam servis mengharuskan system pengapian energi tinggi dan system pengisian bahan bakar
tidak diaktifkan.
Amati prosedur yang dianjurkan berikut.
Penanganan yang tidak tepat dapat mengakibatkan:
 Kecelakaan atau kematian
 Kebakaran kendaraan
 Kerusakan engine
 Kerusakan komponen elektronik.

Gambar 1. Penanganan Servis Yang Aman.

Pencegahan:
Bila kendaraan mempunyai sistem bahan bakar elektronik komputernya mempunyai memori yang memuat
informasi diagnosa dalam bentuk kode. Melepaskan hubungan terminal baterai dapat menghapus kode
tsb. Bila system bahan bakar rusak, pastikan kerusakannya dengan menggunakan kode sebelum
melepaskan baterai mobil.
o Memori dapat disusun kembali setelah beberapa urutan menghidupkan mobill.
o Pelepasan baterai dapat mempengaruhi jam, radio dan memori
Catatan:
Perangkat pengaman memori tersedia.
Untuk lengkapnya, baca lebih rinci manual servis rutin dari pabrik.

2. Pemeriksaan Pendahuluan Sistem Pengapian


Untuk setiap kesalahan pengapian pemeriksaan visual pendahuluan harus dilakukan dahulu sebelum
melakukan prosedur diagnosa kerusakan yang lebih luas.
Gambar 2. Bidang-Bidang Pemeriksaan Sistem Pengapian.

 Periksalah semua pemasangan kawat listrik bila terbakar, isolasinya rusak atau terminal-
terminalnya longgar.
 Periksalah kabel bertegangan tinggi bila terbakar atau isolasinya rusak dan terminal-terminalnya
berkarat.
 Periksalah koil pengapian bila rusak atau olinya bocor.
 Periksalah distributornya bila sekrup-sekrupnya, kontak-kontaknya longgar, generator sinyal rusak
atau porosnya aus.
 Periksalah tutup distributor dan rotor bila retak, korosi atau elektroda-elektrodanya terbakar.
 Periksalah busi bila isolasinya rusak atau ada tanda-tanda korslet.

3. Unjuk Kerja Sistem Pengapian


Engine modern dengan pembatasan emisi cenderung bekerja dengan menggunakan campuran yang tipis
dan perbandingan kompresi yang ringan. Bahkan dengan rancangan engine yang sedemikian rupa
dirancang untuk menghasilkan campuran udara dan bahan bakar yagn mencukupi campuran tipis tersebut
kadang-kadang sulit terbakar. Juga tingkat emisi yang rendah telah menempatkan saat percikan (spark
timing) pada posisi yang sangat penting.
Sistem pengapian harus bekerja dengan baik untuk mencegah:
* unjuk kerja engine/kendaraan rendah
* terjadinya pemborosan bahan bakar
* tingkat emisi tinggi
Peringatan:
Sistem pengapian enerji tinggi dapat menyebabkan kejutan listrik yang fatal.
Oleh sebab pengetesan koil-koil pengapian enerji tinggi yang menggunakan alat-alat test sangat
berbahaya, dan karenanya kabel-kabel tegangan tinggi rangkaian terbuka menyebabkan komponen-
komponen elektronik tidak bekerja, maka suatu cara pengetesan kinerja system pengapian telah
dikembangkan dengan menggunakan ‘penguji busi’.
Busi test hanyalah sebuah busi dengan celah yang sangat lebar (max. 13 mm) dan penjepit massa untuk
pengaman (secure grounding).
Gambar 3. Busi Test.
Coil system yang akan ditest hanya dihubungkan ke busi melalui kabel bertegangan tinggi. Busi
dihubungkan ke ground (massa). Anda sekarang dapat menghidupkan engine dengan aman. Coil
pengapian dan system yang baik harus dengan mudah dapat melompati celah tanpa gagal.
Catatan:
Menghubungkan busi test hanya dapat dilakukan bila pengapiannya dimatikan.

4. Penyebab-penyebab yang memungkinkan system pengapian gagal bekerja.


4.1. Percikan enerji yang kecil atau tidak terjadi pada satu atau lebih busi:
 Celah yang tidak pas, busi yang rusak atau kotor.
 Resistansi yang tinggi atau isolasi pada kabel-kabel tegangan tinggi rusak.
 Isolasi coil pengapian rusak/pecah.
 Tutup distributor atau isolasi rotor pecah atau elektrodanya terbakar.
 Lilitan sekunder coil pengapian rusak.

4.2. Tidak adanya Kontrol arus atau suplai tegangan primer:


 Sekring pengapian berbunyi
 Komponen-komponen atau lilitan rangkaian primer rusak atau resistansi tinggi (saklar
pengapian, resitor ballast, dsb.)
 Lilitan-lilitan primer coil pengapian rusak.
 Kontak-kontak pengapian terbakar atau dipasang tidak tepat.
 Kondensor pengapian rusak.
 Lilitan primer grounded.
 Unit kontrol pengapian elektronik gagal bekerja.
 Generator sinyal rusak.

4.3. Saat Pengapian Gagal:


 Saat pengapian.
 Pengaturan timing yang tidak tepat.
 Kontak-kontak pengapian dipasang tidak tepat.
 Unit advance vacuum rusak.
 Mekanisme advance mekanik rusak.
 Unit kontrol pengapian elektronik tidak berfungsi.
 Generator sinyal tidak berfungsi.
 Pengapian awal dikarenakan busi-busi, engine atau system kendali emisi rusak.
. Instrumen pengetesan
Instrumen pengetesan yang telah diseleksi dan menggambarkan secara singkat aspek-aspek pengoperasian
engine yang bervariasi yang dapat dicek.

5.1. Voltmeter dan Ampermeter


Voltmeter dan Ampermeter digunakan dengan cara yang biasa menentukan :
 Tegangan kerja system dan penurunan tegangan.
 Mengidentifikasi status sinyal, misalnya AC, DC atau pulsa DC.
 Status sinyal input dan output dari unit pengendali system pengapian.
 Arus yang mengalir pada rangkaian dan komponen.
Meter yang disatukan pada analyzer mungkin memerlukan pemilihan fungsi yang berbeda untuk
memungkinkannya bekerja secara terpisah dari fungsi analyzer. Ampermeter analyzer umumnya
menggunakan jenis pick-up induktif yang dihubungkan ke rangkaian kendaraan.

5.2. Multimeter Digital


Multimeter digital disarankan oleh pabrik pembuat komponen dan kendaraan untuk digunakan pada
rangkaian dan peralatan elektronik.
Volt, amper dan ohmmeter digunakan untuk menguji kondisi rangkaian, nilai dan keterpakaian komponen.
Fungsi multimeter digital lainnya seperti pemeriksa dioda dan frekuensi meter dapat digunakan untuk
mendiagnosa system pengapian dan keterpakaian komponen.

Fungsi frekuensi mampu mengukur:


 Ketersediaan output generator sinyal.
 Frekuensi output generator sinyal dibandingkan dengan variable lain yang sudah
diketahui seperti putaran mesin.
 Input dan output dari unit pengendali system pengapian elektronik.

Fungsi penguji dioda dapat digunakan untuk memeriksa keterpakaian :


 Dioda pelindung Kejutan Listrik pada system.
 Dioda operasi system.
 Keterpakaian transistor daya.
 Kontinuitas rangkaian.

5.3. Dwell Meter


Pengertian sudut dwell mengacu pada sudut permutaran distributor selama kontak point tertutup. Sudut
dwell harus diatur dengan benar sesuai spesifikasi pabrik, kalau tidak kerja system akan terganggu.
Jika sudut dwell terlalu kecil (celah kontak point terlalu besar) koil pengapian mungkin tidak mendapat
cukup waktu untuk membangkitkan medan magnit, yang akan menghasilkan tegangan sekunder yang
lemah.
Jika sudut dwell terlalu besar ( celah kontak point terlalu kecil ) tegangan induksi primeir akan melompat
diantara celah kontak point, bukannya mengisi kapasitor, collapsenya medan magnet pada coil menjadi
lambat yang akan mengakibatkan tegangan scunder menjadi rendah.
Keausan poros distributor atau mekanisme advancer dapat diidentifikasi dengan cara menaikkan putaran
mesin atau memberikan kevacuuman yang berbeda pada unit vacuum dan mencatat variasi sudut dwell
yang terbaca. Distributor yang memiliki perbedaan lebih dari 20 perlu diperbaiki.

Gambar 4. Salah satu jenis Dwell meter

Pengoperasian Meter
Sambungan meter listrik biasanya ke terminal negatif coil pengapian dan massa. Skala arus harus dipilih
sesuai jenis dan jumlah silinder.
Hidupkan engine dan perhatikan pembacaan meter. Bila diperlukan stel celah kontak point. Periksa
kembali pembacaan dwell meter
Catatan:
 Selalu ikuti petunjuk penggunaan bila menggunakan dwell meter dimana sambungan
setiap meter dapat berbeda pada berbagai engine.
 Sudut dwell pada system pengapian elektronik sudah tertentu dan tidak dapat distel.

5.4. Timing Light


Timing light digunakan untuk memeriksa dan menyetel saat pengapian sesuai dengan sudut putar poros
engkol dimana secara langsung berhubungan dengan posisi piston
Begitu saat pengapian disetel, selanjutnya akan dikendalikan oleh system pengatur pegapian mekanik,
vacuum atau elektronik. Timing light yang digunakan bersamaan dengan meter pengatur pengapian
memastikan system pemajuan pengapian bekerja sesuai dengan spesifikasi pabrik.

6. Pengetesan Komponen Sistem Pengapian


6.1. Coil Pengapian
· Pengecekan Lilitan Primer
Pemeriksaan resistensi harus dilakukan utnuk mengetes lilitan primeir. Untuk mengetes lilitan primeir,
baca ohm meter dengan menggunakan AVO METER, hubungkan pada kedua terminal primeir, dan
bacaannya secara akurat dicatat. Bacaan tersebut harus cocok dengan spesifikasi pabrik
Contoh: Koil 12V – 2,5 sampai 3 Ohm
Koil Ballast – 1,5 sampai 2 Ohm
Koil Hei – 0,8 sampai 1 Ohm.

Gambar 6. Pengujian lilitan Primer

Bacaan yang benar akan menunjukkan bahwa baik rangkaian dan faktanya tidak ada yang korslet.

· Coil Lilitan Sekunder


Untuk mengetes lilitan sekunder maka test resistansi harus dilakukan pada lilitan sekunder. Ohmmeter
(Diatur pada salah satu rentang yang tinggi) dihubungkan diantara outlet tegangan tinggi dan salah satu
dari terminal primer. Pabrik menentukan rentang resistansi dimana nilai sekundernya berada. engaturan
umum dari nilai-nilai tersebut berada diantara 9.000 dan 12.000 ohm.
Gambar 7. Pengujian lilitan sekunder
Bacaan yang benar pada rentang yang telah ditetapkan akan menunjukkan baik rangkaian yang lengkap
dengan hubungan yang baik pada lilitan primer, maupun lilitan-lilitan tidak korslet bersamaan.
· Pengecekan Massa Isolasi
Untuk mengecek kesalahan pemassaan satu seri test lamp (lampu pengetes) dihubungkan diantara satu
dari terminal primer dan wadah logam coil.
Lampunya tidak boleh menyala. Bila menyala, coilnya rusak dan harus diganti.

Gambar 8. Pengujian Massa

· Pengujian Output
Test out put scunder harus juga diterapkan pada coil menghubungkannya pada mesin pengetes yang dapat
menghasilkan arus yang terganggu
Dengan menghubungkan outlet tegangan tinggi koil ke celah percikan bunga api yang berubah-ubah,
‘ukuran’ maksimum percikan bunga api (atau enerji yang tersedia) yang dapat diproduksi, dapat diukur.
Hal tersebut harus dibandingkan dengan coil yang baru, lebih kurang 13 mm.
Catatan:
Pengujian ini harus dilakukan pada temperatur kerja koil.

Catatan penting: - Alat uji coil pengapian berdaya tinggi.

Alat uji output coil pengapian tidak boleh digunakan untuk menguji coil pengapian yang berenerji tinggi
yang dirancang untuk system pengapian elektronik.
Gambar 9. Coil pengapian Elektronik jeni H.E.I
(*Safety pressure relief valve)

6.2. Kondensor Pengapian


Ada tiga pengujian yang harus dilakukan terhadap kondensor.
 Kebocoran, untuk memastikan arus tidak bocor melalui bahan penyekat dielektrik.
 Kapasitas, untuk memeriksa keadaan plat untuk memastikan kondensor
mempunyai kapasitas untuk menyimpan semua enerji listrik.
 Resistansi seri, untuk memeriksa sambungan kabel kondensor ke plat.

Gambar 10. Condenser Tester


Alat ukur condensor otomotif harus digunakan sesuai dengan kondisi aslinya, menyediakan tegangan dan
siklus pengisian yang mensimulasikan kerjanya pada engine

6.3. Kontak Point


Kontak point pengapian memerlukan perawatan yang tinggi dan penting dalam sistem pengapian, jika ada
keragu-raguan pada kontak point segeralah ganti
 Periksa permukaan kontak point, warna abu-abu menujukkan pemakaian normal,
permukaan yang berwarna biru tua terbakar menunjukkan salah satu dari:
 celah terlalu kecil.
 Kondensor rusak
 Lilitan koil rusak.

 Pemeriksaan lainnya:

- kekuatan pegas.
- Kabel listrik dan sambungan.
- Celah kontak point.
- Keausan poros cam distriburtor.

6.4. Ballast Resistor


Ballast resistor diperiksa dengan menggunakan ohmmeter, dua kali yaitu saat engine masih dingin dan
pada temperatur kerja.

Gambar 11.Pengujian Ballast Resistor

Gunakan spesifikasi pabrik saat menguji keterpakaian ballast resistor.


6.5. Kabel Tegangan Tinggi dan Tutup Distributor
Resistansi kabel tegangan tinggi dan tutup distributor diperiksa dengan menggunakan ohmmeter.

Gambar 12. Pengujian Kabel tegangan tinggi


Rentang nilai resistansi kabel tegangan tinggi biasanya berkisar antara 10 – 25 K ohm, tergantung
panjangnya.
Kabel yang diidentifikasi mempunyai resitansi tinggi harus dilepas dari distributor. Terminalnya harus
dilepas, periksa dan uji kembali jika terdapat permasalahan karat. Tutup distributor harus diperiksa secara
visual untuk mengetahui keretakan, terminal yang berkarat atau rusak.

6.6. Kapasitor
Penguji kapasitor harus digunakan untuk menentukan:

 Kapasitas kapasitor

 Resistansi atau kebocoran insulator

 Resistansi seri

 Hubungan singkat atau ke massa

 Hubungan singkat internal rangkaian.


Untuk mengecek kapasitor dengan pengujian:

 Hubungkan salah satu kabel alat uji ke kabel kapasitor.

 Hubungkan ujung lainnya ke badan kapasitor.

 Hidupkan alat uji.

 Putar tombol penguji ke arah ‘ capacity’

 Perhatikan pembacaan alat ukur dan bandingkan dengan spesififkasi pabrik.

 Putar tombol penguji ke arah ‘leakage’.

 Perhatikan pembacaan alat ukur. Penunjukan jarum harus di luar garis merah.

 Putar tombol penguji ke arah ‘series resistance’.

 Perhatikan pembacaan alat ukur. Penunjukan jarum harus di dalam garis merah.

Catatan:
Hubungan singkat ke massa atau hubungan singkat di dalam rangkaian akan terdeteksi dengan salah satu
pengujian ini. Kapasitor dapat diuji dengan menggunakan alat uji osiloskop.

Gambar 13 : Pengujian Capasitor

6.7. Pembangkit Pulsa


Untuk mengetest pembangkit pulsa pada distributor pengapian elektronik

 Gunakan ohmmeter dan aturlah pada rentang terrendah.

 Masukkan setiap kabel ke kabel tegangan tinggi dari pembangkit pulsa.

 Periksa pembacaan meter dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik.


Gambar 14. Pengujian Pembangkit Pulsa

Anda mungkin juga menyukai