PENDAHULUAN
Pada Puskesmas Andalas, tidak berbeda dengan Indonesia pada umumnya, penyakit
menular juga masih menjadi masalah. Untuk kejadian penyakit DBD, sebagai perbandingan,
sepanjang tahun 2001 – 2010 angka kejadian DBD tidak pernah hilang dari data surveilans
Puskesmas Andalas, dengan begitu, berdasarkan kajian epidemiologi Kecamatan Padang
Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas dapat dikategorikan sebagai wilayah
endemis DBD3. Disamping itu, di Puskesmas Andalas juga masih terdapat beberapa penyakit
yang terkadang menjadi suatu Kejadian Luar Bisaa (KLB) ataupun sporadik.
Apapun jenis penyakitnya, apakah itu penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah
ataukah penyakit yang baru muncul, yang terpenting dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinya sedini mungkin4. Surveilans
sebagai salah satu program penunjang di Puskesmas Andalas bertanggung jawab atas
kewajiban ini. Kegiatan surveilans secara umum berfungsi untuk mengumpulkan data,
melakukan pengolahan, analisa, interpretasi data tersebut serta menyebar luaskan informasi
tersebut supaya dapat dilakukan tindakan. Perluasan fungsi surveilans, secara khusus, juga
sebagai pusat advokasi kepada pihak yang berwenang untuk dilakukan suatu tindakan
1
intervensi agar suatu penyakit (menular) dapat dicegah dan menghilangkan angka kesakitan
secara signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, melihat masih adanya penyakit endemis di wilayah kerja
Puskesmas Andalas yang telah telah memiliki sistem surveilans yang seharusnya,
berdasarkan fungsinya dapat mencegah kejadian tersebut, menjadi suatu pintu pembahasan
yang menarik untuk mengetahui kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas dan permasalahan
yang ada.
Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan data
surveilans di Puskesmas Andalas serta permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan
tersebut.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans, pencatatan dan
pelaporan data surveilans di Puskesmas Andalas serta permasalahan yang ada dalam
rangkaian kegiatan tersebut dan sebagai salah satu syarat menjalankan kepaniteraan klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai
literatur, analisis, dan diskusi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa ahli telah mendefenisikan surveilans. Langmuir dari Center of Disease Control
(CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat mendefenisikan surveilans sebagai latihan pengawasan
berhati-hati yang terus menerus, berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran infeksi dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan sempurna yang relevan
untuk penanggulangan yang efektif5.
Dari kedua definisi tersebut diatas, maka dapat dirumuskan bahwa kegiatan-kegiatan
dalam surveilans adalah sebagai berikut5:
- pengumpulan data secara sistematis dan terus menerus
- pengolahan, analisis dan interpretasi data untuk menghasilkan informasi
- penyebarluasan informasi yang dihasilkan kepada orang-orang atau institusi yang
dianggap berkepentingan, dan
- menggunakan informasi yang dihasilkan dalam manajemen yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian.
Maksud dari pengumpulan data secara sistematis adalah bahwa kegiatan pengumpulan
data itu dilaksanakan oleh suatu sistem, misalnya oleh Departemen Kesehatan di itngkat
nasional yang mengharapkan laporan data pula dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang
mendapatkan laporan data dari puskesmas dan rumah sakit. Data yang sudah terkumpul
secara sistematis tersebut diolah dan dianalisis lalu diinterpretasi di tingkat puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun Departemen Kesehatan.
3
Masing-masing tingkat organisasi kesehatan ini dapat menyebarluaskan informasi yang
dihasilkannya kepada orang atau organisasi yang dianggap berkepentingan, dan sekaligus
menggunakan informasi itu untuk kepentingan manajemen pelayanan/program kesehatan.
Sementara itu, ada juga yang dikenal dengan Sistem Surveilans Epidemiologi. Sistem
surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan
laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program
kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota,
Propinsi dan Pusat6.
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara
operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan
sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang
harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem survailans
epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular,
Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan Matra
4
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan
faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
5
a. Surveilans Aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit
surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan,
masyarakat atau sumber data lainnya.
a. Pola Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang
berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana
b. Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan
yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan atau bencana
a. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana
data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan
pendukung pemeriksaan
6
2.4.1 STP Puskesmas
(4). Laporan
7
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB (W2). Setiap bulan,
Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir Survailans Terpadu Penyakit
Berbasis Puskesmas (STPBP). Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP
Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data
kader kesehatan Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS
penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir1.
Puskesmas, Puskesmas Sentinel, Rumah Sakit, Rumah Sakit Sentinel, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM & PL Depkes melaksanakan
manajemen surveilans.
8
surveilans Terpadu Penyakit yang terdiri dari kelompok pelaksana pengumpul & pengolahan
data dan kelompok pelaksana analisis & rekomendasi yang didukung oleh tenaga profesional
epidemiologi, entomologi, statistisi, dokter dan tenaga profesional lain sesuai kebutuhan.
9
g. Penerbitan Buletin Epidemiologi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, Ditjen PPM&PL Depkes
menerbitkan media informasi epidemiologi dalam bentuk jurnal, buletin epidemiologi atau
bentuk lain, secara berkala. Sasaran distrubusi buletin epidemiologi nasional adalah unit
surveilans dan unit program terkait di lingkungan Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan
Propinsi dan sektor terkait. Sasaran distribusi bulletin epidemiologi Propinsi adalah unit
surveilans dan program di lingkungan Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sasaran penerbitan buletin epidemiologi Kabupaten/Kota adalah unit
surveilans dan program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Rumah
Sakit dan Laboratorium, termasuk Puskesmas Sentinel dan Rumah Sakit Sentinel.
h. Penyusunan Pedoman
Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyusun pedoman yang
bersifat lebih teknis operasional sesuai dengan kebutuhan di lapangan, termasuk penambahan
jenis penyakit dan variabel datanya. Pedoman dimaksud ditetapkan dengan ketetapan
Gubernur untuk daerah Propinsi dan dengan ketetapan Bupati/Walikota untuk daerah
Kabupaten/Kota.
11
tertentu yang berkunjung ke puskesmas, dan proporsi penderita menurut karakteristik
yang sama di populasi dasar atas dasar data statistic dari daerah yang bersangkutan.
5. Untuk memantau dan menilai program. Setelah keputusan dirumuskan dan intervensi
dilakukan, kita dapat menilai berhasil atau tidaknya intervensi tersebut dari data
surveilans di rentang waktu berikutnya, apakah sudah terjadi penurunan insiden atau
prevalensi penyakit tersebut.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
3.1.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk melayani
masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 8 buah Puskesmas
pembantu dan 1 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu9:
14
3.1.4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Andalas
15
2. Mendeteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
3. Untuk evaluasi intervensi
4. Memonitor kemajuan pengendalian
5. Memonitor kinerja program
6. Prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
7. Memperkirakan dampak masa depan dari penyakit
Dari tujuan umum surveilans Puskesmas Andalas terlihat bahwa ruang lingkup
kegiatan surveilans di Puskesmas hanya pada surveilans penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Surveilans belum merambah pada ruang lingkup surveilans epidemiologi kesehatan
lingkungan dan prilaku, masalah kesehatan, dan kesehatan matra.
Untuk tujuan khusus kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas, secara umum, tujuan-
tujuan tersebut sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes dan rumusan para
ahli, tetapi berdasarkan hasil observasi dan analisa yang dilakukan oleh penulis tidak semua
tujuan tercapai. Hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.
b. Sarana Pendukung
Jalannya kegiatan surveilans di Puskesmas Andalas sudah memiliki sarana
berupa paket pedoman pelaksanaan epidemiologi kesehatan, paket formulir
16
pencatatan, paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi, dan satu unit
kendaraan bermotor roda dua. Sarana tersebut sebagian besar sudah memenuhi
kriteria ketersediaan sarana surveilans untuk tingkat rumah sakit atau puskesmas
berdasarkan Kepmenkes Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003. Kepmenkes
tersebut juga mewajibkan tersedianya satu paket computer, satu paket alat
komunikasi, dan satu paket kepustakaan.
17
dalam bentuk kesimpulan sebagai landasan rekomendasi untuk dilakukannya intervensi
oleh pihak yang berwenang.
Setiap tahunnya petugas surveilans puskesmas juga wajib melaksanakan analisis
tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko,
perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas
memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas,
informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota6.
Di Puskesmas Andalas, petugas surveilans tidak menjalankan fungsi ini dengan
memuaskan. Pengolahan data hanya berhenti pada proses pencatatan. Analisis dilakukan
hanya dengan membaca data yang tercatat didalam formulir pencatatan tanpa dilakukan
pengolahan lebih lanjut dalam bentuk tabel, grafik, ataupun peta sebaran. Analisis
seperti ini akan membingungkan dan dengan memasukan faktor kapasitas petugas yang
bukan merupakan seorang epidemiolog terampil maka bisa diperkirakan hasil
interpretasi yang dihasilkan tidak tajam.
Penyakit DBD dalam sepuluh tahun terakhir ini tidak pernah hilang dari wilayah
kerja Puskesmas Andalas, Kecamatan Padang Timur.
Tabel 3. Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Andalas dalam 10 tahun3
19
Dengan demikian, Kecamatan Padang Timur Adalah daerah endemis malaria.
Jikalau ditilik dari fungsi surveilans Puskesmas Andalas seperti yang telah dibahas
diatas, hal ini bisa terjadi karena kelemahan fungsi surveilans pada tahap Pengolahan,
Analisis, dan Interpretasi Data. Pengolahan data yang terbatas menyebabkan analisis
tidak sempurna, dan interpretasi yang diciptakanpun tidak tajam bahkan mungkin bisa
salah. Kekurangan diatas belum termasuk dari faktor kapasitas petugas.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tidak dapat dipungkiri kegiatan surveilans yang prima di unit pelayanan kesehatan
perifer, puskesmas, sangat dibutuhkan. Kegiatan surveilans yang prima salah satunya
dibutuhkan dalam mengetahui trend dan pola penyakit, perjalanan alamiah, dan epidemiologi
dari penyakit tersebut sehingga dapat dirumuskan suatu kebijakan yang dapat menekan atau
bahkan menghilangkan angka kejadiannya.
4.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
4. Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Ed.17. Jakarta: Depkes RI;
2007
5. Buchari, Lapau. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
2009.
8. Kasjono, Heru Subaris. Intisari Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009
22
9. Puskesmas Andalas. Laporan Puskesmas Andalas Tahun 2010. Padang: Puskesmas
Andalas; 2010
10. Puskesmas Andalas. Laporan Tahunan Program Surveilans Tahun 2008. Padang:
Puskesmas Andalas; 2008
11. Setiawati, Elsa Pudji. Surveilans Infeksi Nosokomial. Bandung: FK Unpad; 2009
23
LAMPIRAN
24