Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN

Sosialisasi DAUN KELOR CEGAH STUNTING DAN GIZI BURUK


A. LATAR BELAKANG
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di diagnosis
melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier
yang dicapaipada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang,
akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk
mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi
(ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi
dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih
tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi
kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell,
2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting
berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian. Di
Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang
dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan
jumlah anak yang
mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010
Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang tidak mencukupi dan
penyakit infeksi. Terdapat dua kelompok utama zat gizi yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro
(Admin, 2008). Zat gizi makro merupakan zat gizi yang menyediakan energi bagi tubuh dan
diperlukan dalam pertumbuhan, termasuk di dalamnya adalah karbohidrat, protein, dan lemak.
Sedangkan zat gizi mikro merupakan zat gizi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh
lainnya, misalnya dalam memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan zat besi. Termasuk di
dalamnya adalah vitamin dan mineral. Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
tetapi
disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu dengan
yang lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab
1. Stunting yaitu asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan
zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin,
dan air)
2. Riwayat berat lahir badan rendah (BBLR)
3. Riwayat penyakit (UNICEF, 2007).
Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu
tingkatan masyarakat, rumah tangga (keluarga) dan individu. Pada tingkat rumah tangga
(keluarga), kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai, tingkat pendapatan, pola asuh
makan anak yang tidak memadai, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai menjadi faktor
penyebab stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat
(UNICEF, 2007).
Protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan selama ini hanya diketahui didapatkan dari
kacang-kacangan yaitu sebesar 23-35 gram protein per 100 gram kacang-kacangan. Namun
selain kacang-kacangan ada tumbuhan lain yang kandungan proteinnya tergolong tinggi
dibandingkan sayuran jenis lain. Yaitu daun kelor. Per 100 gram daun kelor mengandung 6,7
gram protein dan tepung daun kelor mengandung 27 gram protein. (treesforlife, 2010).
Tanaman kelor mengandung gizi yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk perbaikan gizi.
Terbukti bahwa kelor telah berhasil mencegah wabah kekurangan gizi di beberapa negara di
Afrika dan menyelamatkan banyak nyawa anak-anak dan ibu-ibu hamil. Dilihat dari nilai
gizinya kelor adalah tanaman berkhasiat sejati (miracle tree), artinya tanaman ini bisa
dimanfaatkan dari akar, batang, buah dan daun serta mengandung gizi tinggi. Kandungan gizi
daun kelor segar (lalapan), setara dengan; 4x vitamin A yang dikandung wortel, 7x vitamin C
yang terkandung pada jeruk, 4x mineral Calsium dari susu, 3x mineral Potassium pada pisang,
3/4x zat besi pada bayam, dan 2x protein dariyogurt. Sedangkan kandungan gizi daun kelor yang
dikeringkan setara dengan; 10x vitamin A yang dikandung wortel, 1/2x vitamin C yang
terkandung pada jeruk, 17x mineral Calsium dari susu, 15x mineral Potassium pada pisang, 25x
zat besi pada bayam, dan 9x protein dari yogurt.
B. TUJUAN
I. Tujuan Umum:
Peserta Ibu Hamil, Ibu bayi balita dan kader mampu memahami sebab stunting, gizi
buruk dan cara mencegah melalui konsumsi daun kelor.
II. Tujuan Khusus
1. Ibu Hamil, Ibu bayi balita dan kader memahami sebab stunting, gizi buruk dan cara
mencegah melalui konsumsi daun kelor.
2. Kader mengetahui Sumber gizi didalam tanaman kelor
3. Ibu dan Kader mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam mempariasikan daun
kelor dalam bentuk makanan yang lezat

C. PESERTA
Peserta pelatihan kader Posbindu sebanyak 25 Orang yang berasal dari :
1. Ibu Hamil 5 Orang
2. Ibu Bayi/Balita 5 orang
3. PKK dan Aparat Desa 5 orang
4. Kader 5 orang
5. Masyarakat 5 orang
D. Langkah Pencapaian Tujuan
1. Tahap persiapan
a) Menyiapkan undangan peserta lalu mendistribusikannya
b) Menyiapkan Materi Untuk Pemaparan
g) Menyiapkan perlengkapan (ruangan, Laptop, LCD, dll)

2. Tahap pelaksanaan
a) Tempat : Ruang Kantor Desa
b) Waktu : 09.00 WITA – Selesai,
c) Pemateri: Pengelola Gizi UPTD Pusk Haekesak
2. Metode Pelatihan :
Metode pelatihan bervariasi seperti : Ceramah, Tanya Jawab, dan Role play.
e) Evaluasi
1. Evaluasi Struktur : semua tahap persiapan sudah disiapkan dengan baik
2. Evaluasi Proses : pelaksanaan Sosialisasi berjalan dengan lancar
3. Petugas
4. Peserta
E. Materi Pelatihan
1. Materi Stunting
2. Materi Manfaat Daun Kelor
HASIL KEGIATAN

PELATIHAN KADER POSBINDU PTM

UPTD PUSKESMAS HAEKESAK

JUNI 2019

1.Kegiatan : Pelatihan Kader Posbindu PTM


2.Lokasi : Ruang Aula Kecamatan Raihat
3. Waktu Pelaksanaan : 24-26 Juni 2019
4. Jumlah Peserta : 25 orang

5. Tujuan :
Tujuan Umum:
Peserta (kader) mampu melaksanakan kegiatan Posbindu PTM

Tujuan Khusus:
1.Kader Mengetahui tentang PTM, Faktor resiko, dampak dan
pengendalian PTM
2. Kader mengetahui tentang Posbindu PTM
3. Kader mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam
memantau factor resiko PTM
4. Kader terampil dalam melakukan konseling serta tindak lanjut
lainnnya.

6. Hasil Pelatihan : Pengetahuan dan Keterampilan kader tentang PTM dan


Posbindu PTM meningkat.Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
nilai pre test dan post test.Jumlah nilai post test rata-rata lebih
tinggi dari nilai pre test.Selain itu kader juga dapat melakukan
cara mengukur tekanan darah, Tinggi Badan, BB, Lingkar Perut
dan menghitung IMT.
8. Kesimpulan dan Saran :
Kesimpulan : Pengetahuan dan Ketrampilan kader tentang PTm dan Posbindu
meningkat setelah mendapatkan pelatihan
Saran : Pelatihan Kader Posbindu PTm sangat perlu dilakukan untuk
meningkatkan peran serta kader dan masyarakat dalam melakukan
deteksi dini Penyakit Tidak menular.

Kepala UPTD Puskesmas Haekesak, 24 Juni 2019


Haeksak Petugas

(Elfrida Yoneta Belle, SKM.)


Nip: 198707302011012010

Anda mungkin juga menyukai