BAB II
TINJAUAN KHUSUS
Rumah Sakit Rajawali didirikan oleh Prof. Dr. Demin Shen, dr.,M.Kes.,
FACS.,FRCSC., dr. Wenny Mutiarawaty Syamsu, dr. Adhi Yasa, Iin Sofiah
Sanusi Hardjadinata, Soegijanto Soegijoko, dan Suhadi Sutisna Hamidjaja. Akhir
tahun 1975 dimulailah trial operation rumah sakit dengan 15 kamar tempat tidur
dan pertengahan 1978 Rumah Sakit Rajawali mulai beroperasi dengan 40 tempat
tidur. Pada tanggal 30 Juni 1980 diresmikan kegiatannya oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Soewarjono Soerjanigrat, sedangkan pembangunan pusat
kesehatan atau klinik Rumah Sakit Rajawali dimulai bulan Maret 1980 dan
peresmiannya dilakukan pada bulan Mei 1983. Selain memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat umum seperti pengobatan, perawatan, dan pemulihan,
Rumah Sakit Rajawali juga memberikan pelayanan khusus seperti bedah
jantung.Guna meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
i. Pemilihan
Pemilihan merupakan kegiatan untuk menetapkan jenis obat dan
perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan dilakukan
berdasarkan formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi, standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang telah ditetapkan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga, dan ketersediaan di
pasaran.Pemilihan untuk sedian farmasi yang ada di IFRS Rajawali
berdasarkan metode Konsumsi diimana pembekalan farmasi yang akan
dipesan berdasarkan obat yang sering digunakan sebelumnya.
iii. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan.Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu.Pengadaan di Rumah Sakit Rajawali dilakukan
oleh bagian gudang setiap hari dengan melihat stok yang ada digudang.
iv. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan
di IFRS Rajawali diperiksa dan dilakukan berdasarkan surat pesanan yang
dibuat oleh IFRS kepada distributor, jumlah barang, bentuk sediaan, dosis,
expired date, nomor batch, dan kemasan.Penerimaan barang medis
pesananan IFRSrajawali dilakukan oleh bagian gudang.Petugas gudang
bertugas menerima dan memeriksa barang medis tersebut.Pemeriksaan
tersebut dilakukan di depan pihak terkait seperti pihak Pedagang Besar
Farmasi (PBF), jika terjadi ketidaksesuaian atau kerusakan barang maka
barang tersebut dapat dikembalikan disertai nota retur sesuai kesepakatan.
Alur penerimaan obat dan perbekalan farmasi dapat dilihat pada Lampiran
5, Gambar II.5.Selanjutnya bagian gudang akan menyerahkan faktur asli
kepada bagian pembelian. Bagian pembelian mencocokkan dengan salinan
faktur yang ada, kemudian pihak distributor memberikan kontra bon
sebagai bukti penerimaan faktur yang asli. Kontra bon memuat nama
distributor, nomor faktur, jumlah uang yang dibayar serta tanggal jatuh
tempo pembayaran.
v. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembapan,
ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di IFRS
Rajawali dilakukan berdasarkanAlfabetis, bentuk sediaan (tablet,
semisolid, sirup, injeksi, sediaan infus, alkes), dan penggolongan obat
11
memiliki jarak dengan lantai (memiliki kaki) pada bagian bawah lemari
agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Untuk penyimpanan
digudang menggunakan pelet besi agar terhindar obat bersentuhan
langsung dengan lantai.
vi. Pendistribusian
Distribusi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau
menyerahkan obat dan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan
hingga kepada unit pelayanan pada pasien.Distribusi obat dan perbekalan
farmasi di Rumah Sakit Rajawali dibedakan menjadi dua, yaitu distribusi
untuk pasien rawat inap dan distribusi untuk pasien rawat jalan.
Perbedaan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dan pasien rawat jalan
yaitu dari pemberian nomor register obat. Pada resep pasien rawat inap,
pendokumentasian obat tidak melalui nomor register obat, namun nomor
register tiap pasien, sedangkan tiap obat dalam resep pasien rawat jalan
diberi nomor register agar obat yang dikeluarkan terdokumentasi.Alur
pelayanan resep untuk pasien rawat inap dapat dilihat pada Lampiran 6,
Gambar II.6 sedangkan dan alur penerimaan resep pasien rawat jalandapat
dilihat pada Lampiran 7, Gambar II.7.
vii. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan perbekalan farmasi. Cara pengendalian di Rumah Sakit
Rajawali adalah dengan mengecek pengeluaran perbekalan farmasi.
Pengeluaran perbekalan farmasi yang dilakukan di Rumah Sakit Rajawali
13
menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO). Pengeluaran barang secara First In First Out (FIFO) yaitu barang
yang pertama masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu dan pengeluaran
barang secara First Expired First Out (FEFO) yaitu pengeluaran barang di
lihat dari masa expired date, walaupun barang tersebut datang terakhir
tetapi jika masa expired date barang tersebut lebih cepat maka dikeluarkan
terlebih dahulu. Setiap pengeluaran barang medis di catat secara
komputerisasi dan secara manual menggunakan kartu stok.
viii. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan dalam penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi
yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS Rajawali.Pencatatan
dilakukan di kartu stok obat dan dimasukkan dalam data komputer
untuk memudahkan penelusuran dan pengawasan obat.
14
b. Administrasi Keuangan
Pada waktu yang telah ditentukan, distributor akan kembali dengan
membawa kontra bon asli dan dibayar sesuai dengan jumlah yang
tertera. Setiap pembayaran harus dicatatdi buku pembayaran dan
diketahui oleh apoteker penanggung jawab.Kontra bon dapat dilihat
pada Lampiran 11, Gambar II. 11. Pembayaran pemesanan perbekalan
farmasi menggunakan sistem pembayaran per satu bulan dengan
beberapa hari atau minggu sebelum jatuh tempo. Pembayaran
15
Tujuan dari pengkajian resep adalah untuk memastikan bahwa obat yang
diresepkan oleh dokter rasional dan sesuai dengan efek terapeutik masing-
masing obat tersebut dan untuk mencegah terjadinya ketidaktepatan dosis,
interaksi obat yang merugikan, duplikasi dan kontraindikasi bahwa obat yang
diterima pasien aman dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan Resep di RS Rajawali meliputi pelayanan resep pasien rawat inap,
resep pasien rawat jalan, resep BPJS, resep kontraktor, resep karyawan,dan
resep OK.
a. Pelayanan resep pasien di instalasi rawat jalan pasien BPJS
Pasien BPJS menggunakan lembar resep berwarna putih dan disertai
dengan persyaratan BPJS.Resep BPJS yaitu resep yang ditanggung oleh
pemerintah. Pasien yang berobat dengan Resep BPJS di Rumah Sakit
Rajawali gratis biayanya dengan batas plafon sebesar Rp.90.000. Sisanya
pasien dapat menambah uang atau diberikan salinan resep untuk menebus
di apotek lain .
b. Pelayanan resep pasien di instalasi rawat jalan pasien umum
Pasien umum menggunakan lembar resep berwarna putih.Proses pelayanan
resep untuk pasien rawat jalan sebagai berikut :
17
d. Untuk pasien rawat inap yang akan pulang, yang mempunyai obat
kembalian (OK) maka Rumah Sakit Rajawali memberikan kebijakan yaitu
hanya obat dan alat kesehatan yang digunakan oleh pasien yang dibayar
dan untuk obat dan alat kesehatan yang tidak digunakan dapat
dikembalikan ke IFRS Rajawali.
Prosedur obat dan alat kesehatan kembali dari ruang perawatan ke IFRS
Rajawali dapat dilihat pada lampiran 15. Gambar II.15.
PIO dilakukan saat penyerahan obat oleh apoteker atau asisten apoteker
kepada pasien atau keluarga pasien secara satu arah, sedangkan informasi
kepada tenaga kesehatan lainnya seperti dokter dan perawat dilakukan secara
personal dengan melalui via telepon atau pertemuan langsung tentang
informasi obat yang dibutuhkan.
iii. Visite
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, definisi dari visite adalah kegiatan
kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan dengan tujuan untuk mengamati kondisi klinis
pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi
obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang
rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta
profesional kesehatan lainnya.
berdasarkan alfabetis. Cara pemberian obat di Ruang ICU juga sudah tepat
dimana obat diberikan sesuaijadwal minum obat pasien. Perawatakan
mencatat jadwal minum obat tiap pasien. Jika waktu minum obat tiba,
perawat datang ke ruangan pasien untuk mengingatkan dan memberikan
obat yang disimpan di loker pasien.
c. Visite ke Ruang Otje
Ruang Otje adalah unit pelayanan rawat inap bagi pasien anak-anak.Ruang
otje mempunyai kapasitas 30 (tiga puluh) tempat tidur yang dibagi dalam
tiga kelas yaitu kelas III.A, III.B, dan III.C.Perbedaan masing-masing ruang
kelas terletak dari jumlah tempat tidur.
Penyimpanan obat di ruang Otje dibagi menjadi dua yaitu di dalam lemari
khusus dan dalam laci.Obat-obat sediaan steril, seperti infus danampul
serta alat kesehatan disimpan dalam lemari khusus.Obat-obatan jenis ini
bersifat inventaris atau persediaan untuk ruangan dengan jumlah tetap, yang
diperlukan pada kondisi darurat.
Untuk obat-obat oral disimpan di laci yang ada di sebelah tempat tidur
pasien.Pengadaan obat dilakukan sesuai resep dokter, kemudian perawat
mencatat obat atau alat kesehatan yang diresepkan ke dalam buku
pengadaan.Resep kemudian dibawa sekretaris ruangan ke IFRS untuk
disediakan lalu obat yang diperoleh ditempatkan pada loker masing-masing
pasien.
Cara pemberian obat di Ruang Otje juga sudah tepat.Obat diberikan sesuai
jadwal.Perawat mencatat jadwal minum obat tiap pasien.Jikawaktu minum
obat tiba, perawat datang ke ruangan pasien untuk mengingatkan dan
memberikan obat yang disimpan di loker pasien. Rumah Sakit Rajawali juga
menyiapkan lembar advice apabila pasien telah diperbolehkan pulang oleh
dokter karena kondisi pasien mengalami perbaikan. Lembar advice ini berisi
nama, alamat, keadaan fisik pasien, obat yang dibawa rumah, makanan,
kegiatan, dan waktu kontrol.
22
Pengolahan limbah Rumah Sakit Rajawali berasal dari dua jenis sumber limbah,
yaitu limbah medis dan limbah non medis.
i. Limbah Non Medis
a. Staf sanitasi menyediakan tempat atau kantong sampah berwarna hitam
disetiap ruangan perawatan pasien dan di sekitar lingkungan dalam Rumah
Sakit Rajawali yang dibedakan dari tempat atau kantong sampah untuk
limbah klinis.Kemudian limbah tersebut dikumpulkan dan diserahkan
kepada Dinas Kebersihan Kota Bandung untuk pengolahan lebih lanjut.
b. Limbah cair yang dihasilkan Rumah Sakit Rajawali yaitu berupa limbah
cair klinis dan limbah cair non klinis. Limbah cair non klinis berasal dari
limbah rumah tangga dan limbah dari toilet. Limbah dari toilet
dimasukkan dalam septitank, kemudian diserahkan kepada Dinas
Kebersihan Kota Bandung untuk pengolahan lebih lanjut.
ii. Limbah Medis
Dalam penanganannya, limbah medis membutuhkan perlakuan khusus karena
dianggap mempunyai faktor resiko pencemaran terhadap lingkungan yang
lebih tinggi.Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan atau pengobatan yang menggunakan bahan-bahan yang beracun,
infeksius dan berbahaya.Limbah medis harus diperlakukan sebagai reservoir
dari mikroorganisme patogen yang dapat mengakibatkan kontaminasi dan
terjadinya infeksi. Oleh karena itu Rumah Sakit Rajawali bekerja sama
dengan PT. Medivese dalam pengolahan limbah medis. Limbah medis terbagi
ke dalam dua jenis, yaitu limbah padatan dan limbah cairan.
23
4. Bak sedimentasi:
Dalam bak ini terjadi pemisahan lumpur aktif dan air olahan. Lumpur
aktif akan mengendap di dasar bak, sedangkan air akan masuk ke
selokan yang ada di bak sedimentasi.
5. Bak filtrasi:
Secara overflow, air mengalir untuk disaring dari partikel-partikel yang
lebih besar.
6. Bak desinfektan:
Air yang yang sudah jernih diberikan desinfektan untuk membunuh
bakteri yang masih terbawa.
7. Kolam lagoon:
Air limbah dialirkan langsung ke dalam kolam lagoon kecil dengan
indikator ikan (ikan mas).Sebelum dapat dilepas ke lingkungan, air
tersebut diperiksa kembali pH-nya menggunakan pH meter. Jika hasil
olahan limbah cair telah teruji dan dinyatakan tidak toksik atau aman,
maka selanjutnya hasil olahan limbah cair dialirkan ke perairan kota.
8. Pemeriksaan limbah cair dilakukan pada bagian inlet dan outlet.
Pemeriksaan meliputi pH, TSS (Total Solid Suspension), COD
(Chemical Oxygend Demand), BOD (Biological Oxygen Demand),
bahan organik dan bakteri oleh petugas dari laboratorium kesehatan
dari Dinas Kesehatan Kota Bandung. Pemeriksaan ini dilakukan setiap
enam bulan sekali.