Anda di halaman 1dari 21

4

BAB II
TINJAUAN KHUSUS

2.1 Rumah Sakit Rajawali


2.1.1 Sejarah Rumah Sakit Rajawali
Rumah Sakit Rajawali adalah rumah sakit swasta kelas C yang didirikan oleh
Yayasan Kemanusiaan pada tanggal 29 Maret 1975, dan mulai dioperasikan pada
pertengahan tahun 1980. Rumah Sakit Rajawali terdiri dari dua bangunan besar
yang dipisahkan oleh jalan Rajawali. Bangunan pertama terletak di jalan Rajawali
nomor 83, sedangkan bangunan kedua terletak di jalan Rajawali nomor 73
Bandung.Rumah Sakit Rajawali didirikan diatas tanah seluas 15.000 m2 dan
Rumah sakit ini dipimpin oleh seorang direktur yaitu Prof. Dr. Demin Shen,
dr.,M.Kes.,FACS.,FRCSC.

Rumah Sakit Rajawali didirikan oleh Prof. Dr. Demin Shen, dr.,M.Kes.,
FACS.,FRCSC., dr. Wenny Mutiarawaty Syamsu, dr. Adhi Yasa, Iin Sofiah
Sanusi Hardjadinata, Soegijanto Soegijoko, dan Suhadi Sutisna Hamidjaja. Akhir
tahun 1975 dimulailah trial operation rumah sakit dengan 15 kamar tempat tidur
dan pertengahan 1978 Rumah Sakit Rajawali mulai beroperasi dengan 40 tempat
tidur. Pada tanggal 30 Juni 1980 diresmikan kegiatannya oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Soewarjono Soerjanigrat, sedangkan pembangunan pusat
kesehatan atau klinik Rumah Sakit Rajawali dimulai bulan Maret 1980 dan
peresmiannya dilakukan pada bulan Mei 1983. Selain memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat umum seperti pengobatan, perawatan, dan pemulihan,
Rumah Sakit Rajawali juga memberikan pelayanan khusus seperti bedah
jantung.Guna meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

2.1.2 Status Rumah Sakit Rajawali


Nama Pemilik : Yayasan Kemanusiaan
Klasifikasi : Kelas C
Alamat : Jl. Rajawali No.38 Bandung, Jawa Barat
Kapasitas : 150 tempat tidur.
5

2.1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit Rajawali


Visi Rumah Sakit Rajawali, yaitu :
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu, dan terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat.tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta tempat
penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan klinis & keperawatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Misi Rumah Sakit Rajawali, yaitu:


i. Pelayanan kesehatan harus berfokus kepada pasien.
ii. Pelayanan medik sebagai sector utama (leading sector) dengan dukungan
instalasi-instalasi.
iii. Pemisahan wewenang antara manager produksi (kepala instalasi), manajer
klinik (dokter/SMF) dan manajer korporasi (struktural).
iv. Koordinasi dijalankan melalui forum komite medik beserta panitia dan tim-
tim nya direksi.
v. Koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dengan fakultas kedokteran pada
tingkat departemen, dekan, direksi, bagian dan instalasi.
vi. Perbandingan tempat tidur yang sesuai untuk menghasilkan revenue bagi
subsidi silang.

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit Rajawali


Rumah Sakit Rajawali dipimpin oleh seorang direktur yang dipilih oleh Badan
Penyelenggara Rumah Sakit Rajawali yang bertanggung jawab secara penuh
kapada Yayasan Kemanusiaan.
Direktur Rumah Sakit Rajawali dibantu oleh beberapa wakil direktur yaitu :
i. Wakil Direktur Bidang Keuangan
ii. Wakil Direktur Bidang Staf Medis
iii. Wakil Direktur Bidang Pelayanan
iv. Wakil Direktur Penunjang Medis
Wakil Direktur Penunjang Medis membawahi :
a. Penunjang pelayanan medis, yang terdiri dari farmasi, laboratorium, riset,
fisioterapi, radiologi dan gizi.
6

b. Penunjang pelayanan non medis, yang terdiri dari angkutan keamanan,


teknik, personalia, sekretariat, kasir, laundry, kebersihan dan lain-lain.
c. Pimpinan perawatan, wakil, dan supervisor unit-unit ICU (Intensive Care
Unit), ICU (Intensive Care Unit), NICU (Neonatal Intensive Care Unit),
PICU (Pediatric Intensive Care Unit).

2.2 Instalasi Organisasi Rumah Sakit Rajawali


Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rajawali (IFRS) merupakan suatu unit atau bagian
di rumah sakit yang melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang dipimpin oleh
seorang apoteker yang profesional, kompeten dan berwewenang secara
hukumdalam menyelenggarakan fasilitas pelayanan kefarmasian.Instalasi
FarmasiRumah Sakit Rajawali terdiri dari pelayanan farmasi rawat jalan,
pelayananfarmasi rawat inap,pelayanan farmasi operating kamer (OK) dan
gudang.

2.2.1 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rajawali


Tugas utama IFRS Rajawali adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai mulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian, dan administrasi sedangkan untuk pelayanan farmasi
klinik di mulai dari pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat,
konseling dan visite.Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS Rajawali harus
menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua pasien guna menjamin
pelayanan yang bermutu dan bermanfaat dengan biaya yang minimal.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rajawali bertanggung jawab dalam pengelolaan


obat-obatan, alat kesehatan dan bahan-bahan kimia dengan tata letak yang
strategi.
Secara garis besar, IFRS Rajawali dibagi menjadi dua yaitu :
i. Instalasi Farmasi Rumah Sakit pusat, memberikan pelayanan terhadap pasien
rawat inap dan rawat jalan terletak di gedung pertama Rumah Sakit Rajawali.
7

ii. Instalasi Farmasi Rumah Sakit poliklinik, memberikan pelayanan terhadap


pasien rawat jalan terletak di gedung wisma.

2.2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rajawali


Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rajawali dipimpin oleh seorang apoteker
penanggung jawab yang bertanggung jawab langsung terhadap direktur rumah
sakit.Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh apoteker pendamping.Asisten
apoteker serta staf teknik kefarmasian lainnya seperti bagian pembelian,
administrasi keuangan dan lain-lain.Struktur organisasi IFRS Rajawali dapat
dilihat pada Lampiran 1, Gambar II.1

2.2.3 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Rajawali


Sumber daya manusia (SDM) instalasi farmasi rumah sakit rajawali, terdiri dari :
i. Kepala Instalasi Farmasi : Dra. Emma Surachman MSi., Apt
ii. Apoteker : Evi Zulyati Ramili. S.Si., M.kes.,Apt
iii. Tenaga lainnya : 22 orang asisten apoteker, 1orang bagian
keuangan, 1 orang bagian pembelian.

2.2.4 Sarana dan Peralatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rajawali


Sarana yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Rajawali diantaranya ruang
pelayanan farmasi rawat jalan, pelayanan farmasi rawat inap, ruang kepala
instalasi farmasi, ruang apoteker pendamping, gudang, ruang administrasi, ruang
pengadaan, counter penerimaan resep dan penyerahan obat jadi, dan ruang
peracikan. Fasilitas alat yang ada di IFRS Rajawali diantaranya komputer yang
digunakan untuk entry date, meja peracikan, alat peracikan, lemari pendingin
yang digunakan untuk menyimpan sediaan termolabil, lemari dan rak-rak yang
digunakan untuk menyimpan obat dan alat kesehatan.
8

2.2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai di Rumah Sakit Rajawali

i. Pemilihan
Pemilihan merupakan kegiatan untuk menetapkan jenis obat dan
perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan dilakukan
berdasarkan formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi, standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang telah ditetapkan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga, dan ketersediaan di
pasaran.Pemilihan untuk sedian farmasi yang ada di IFRS Rajawali
berdasarkan metode Konsumsi diimana pembekalan farmasi yang akan
dipesan berdasarkan obat yang sering digunakan sebelumnya.

ii. Perencanaan Kebutuhan


Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.Perencanaan
pembelian perbekalan farmasi di IFRS Rajawali umumnya menyesuaikan
dengan pola peresepan dokter di rumah sakit atau menggunakan metode
konsumsi, selanjutnya perencanaan dilihat dari sisa persediaan barang di
gudang yang dapat dilihat pada stok dikomputer. Dalam perencanaan
pengadaan perbekalan farmasi, tidak terlepas dari pemilihan distributor
atau Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pemilihan PBF didasarkan pada hal-
hal sebagai berikut :
a. Legalitas, PBF terpilih merupakan PBF resmi dan memiliki ijin usaha.
b. Lead time, PBF terpilih memiliki waktu layanan yang cepat.
c. Pembayaran, PBF terpilih memiliki sistem pembayaran kredit dan
waktu pembayaran yang lama, umumnya 30 hari.
d. PBF terpilih memiliki layanan purna jual, seperti kesediaan mengganti
produk yang kadaluarsa (ED) dan rusak dengan kondisi tertentu.
9

e. Harga, PBF terpilih memiliki penawaran harga yang kompetitif, seperti


dalam bentuk pemberian potongan harga atau diskon.

iii. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan.Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu.Pengadaan di Rumah Sakit Rajawali dilakukan
oleh bagian gudang setiap hari dengan melihat stok yang ada digudang.

Alur pengadaan perbekalan farmasi di IFRS Rajawali dimulai dari


permintaan gudang berdasarkan pada stok persediaan perbekalan farmasi
yang kurang atau bahkan tidak ada sama sekali sesuai dengan yang
terdapat pada kartu stok gudang dan data dikomputer. Perbekalan farmasi
yang perlu untuk dilakukan pemesanan dicatat dalam buku defecta.
Kemudian bagian pengadaan akan menghubungi distributor (PBF) untuk
dilakukan pemesanan barang baik via surat pesanan maupun melalui
telepon.Pemesanan via telepon hanya dilakukan kepada distributor yang
sudah menjadi rekanan tetap atau distributor yang sudah menjalin
kerjasama cukup lama dengan pihak IFRS. Pemesanan di Rumah Sakit
Rajawali terbagi atas pemesanan obat reguler, BPJS, narkotika, dan
psikotropika.

Pemesanan umum mencantumkan nama distributor (PBF), banyaknya


jenis perbekalan farmasi yang dipesan, nama dan jenis perbekalan farmasi
dan jumlah yang dipesan. Contoh surat pesanan obat dan alat kesehatan
yang bukan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 2,
Gambar II.2.Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan melalui PBF
yang telah ditunjuk oleh pemerintah, yaitu PBF Kimia Farma dengan
menggunakan surat pesanan khusus yang terdiri dari empat rangkap dan
hanya boleh memesan untuk satu item obat narkotika. Sedangkan
pemesanan psikotropik dapat dilakukan melalui PBF selain Kimia
Farma.Surat pesanan psikotropik dapat digunakan untuk 1 (satu) atau
10

beberapa jenis psikotropika. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat


pada Lampiran 3, Gambar II.3 sedangkan contoh surat pesanan
psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar II.4.

iv. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan
di IFRS Rajawali diperiksa dan dilakukan berdasarkan surat pesanan yang
dibuat oleh IFRS kepada distributor, jumlah barang, bentuk sediaan, dosis,
expired date, nomor batch, dan kemasan.Penerimaan barang medis
pesananan IFRSrajawali dilakukan oleh bagian gudang.Petugas gudang
bertugas menerima dan memeriksa barang medis tersebut.Pemeriksaan
tersebut dilakukan di depan pihak terkait seperti pihak Pedagang Besar
Farmasi (PBF), jika terjadi ketidaksesuaian atau kerusakan barang maka
barang tersebut dapat dikembalikan disertai nota retur sesuai kesepakatan.
Alur penerimaan obat dan perbekalan farmasi dapat dilihat pada Lampiran
5, Gambar II.5.Selanjutnya bagian gudang akan menyerahkan faktur asli
kepada bagian pembelian. Bagian pembelian mencocokkan dengan salinan
faktur yang ada, kemudian pihak distributor memberikan kontra bon
sebagai bukti penerimaan faktur yang asli. Kontra bon memuat nama
distributor, nomor faktur, jumlah uang yang dibayar serta tanggal jatuh
tempo pembayaran.

v. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembapan,
ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di IFRS
Rajawali dilakukan berdasarkanAlfabetis, bentuk sediaan (tablet,
semisolid, sirup, injeksi, sediaan infus, alkes), dan penggolongan obat
11

(generik, OKT, Narkotik, dan High Alert). Penyimpanan obat mengunakan


sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).
Penyimpanan obat-obatan di gudang farmasi Rumah Sakit Rajawali
menerapkan beberapa sistem yaitu:
a. Penyimpanan obat berdasarkan sifat fisika dan kimia obat, yaitu:
1. Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet,
dan sirup.
2. Disimpan pada suhu kamar (15-25oC) untuk obat seperti tablet,
kaplet, sirup, suspensi, drop, salep dan krim, preparat mata dan
telinga, injeksi, dan infus.
3. Disimpan pada suhu dingin (2-8oC)untuk injeksi insulin, supossitoria
dan tablet yang harus disimpan pada suhu dingin.
b. Penyimpanan berdasarkan golongan, yaitu penyimpanan dilakukan
berdasarkan golongan obat tersebut meliputi golongan narkotika,
psikotropika, obat keras, obat generik dan high alert.
Khusus untuk obat-obatan psikotropika disimpan dilemari Obat Keras
Terbatas (OKT) yang terdapat diruangan penyimpanan obat dan alat
kesehatan di IFRS, sedangkan obat-obat narkotika disimpan di lemari
narkotika yang terdapat di gudang farmasi. Lemari tersebut seutuhnya
terbuat dari kayu dengan ukuruan 40 (samping) x 80 (depan) x 100 cm
(tinggi) yang mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang
berbeda, kunci lemari narkotika diberikan kepada pegawai rumah sakit
yang diberikan kekuasan oleh apoteker penanggung jawab, yaitu
petugas gudang. Untuk obat generik disimpan di rak khusus dan untuk
obat high alert disimpan dilemari khusus high alert yang berwarna
merah dan semua kotak obat diberi tanda high alert.
c. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat (tablet,
kapsul), sediaan semisolid (krim, salep, gel), sediaan cair (sirup dan
suspensi, drop), injeksi, infus, supositoria, preparat mata dan telinga.

Obat-obat di gudang farmasi tidak diletakkan langsung di lantai karena


lantai meningkatkan kelembaban obat yang bersentuhan dengan lantai
sehingga dapat merusak obat.Oleh karena itu lemari penyimpanan harus
12

memiliki jarak dengan lantai (memiliki kaki) pada bagian bawah lemari
agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Untuk penyimpanan
digudang menggunakan pelet besi agar terhindar obat bersentuhan
langsung dengan lantai.

vi. Pendistribusian
Distribusi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau
menyerahkan obat dan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan
hingga kepada unit pelayanan pada pasien.Distribusi obat dan perbekalan
farmasi di Rumah Sakit Rajawali dibedakan menjadi dua, yaitu distribusi
untuk pasien rawat inap dan distribusi untuk pasien rawat jalan.

Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap


menggunakan sistem kombinasi antara sistem distribusi individual dan
semi total floor stock, sedangkan distribusi perbekalan farmasi untuk
pasien rawat jalan, yaitu distribusi individualdimana pasien akan
menyerahkan resep ke IFRS dan akan menerima pelayanan kefarmasian
secara langsung dari IFRS.

Perbedaan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dan pasien rawat jalan
yaitu dari pemberian nomor register obat. Pada resep pasien rawat inap,
pendokumentasian obat tidak melalui nomor register obat, namun nomor
register tiap pasien, sedangkan tiap obat dalam resep pasien rawat jalan
diberi nomor register agar obat yang dikeluarkan terdokumentasi.Alur
pelayanan resep untuk pasien rawat inap dapat dilihat pada Lampiran 6,
Gambar II.6 sedangkan dan alur penerimaan resep pasien rawat jalandapat
dilihat pada Lampiran 7, Gambar II.7.

vii. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan perbekalan farmasi. Cara pengendalian di Rumah Sakit
Rajawali adalah dengan mengecek pengeluaran perbekalan farmasi.
Pengeluaran perbekalan farmasi yang dilakukan di Rumah Sakit Rajawali
13

menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO). Pengeluaran barang secara First In First Out (FIFO) yaitu barang
yang pertama masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu dan pengeluaran
barang secara First Expired First Out (FEFO) yaitu pengeluaran barang di
lihat dari masa expired date, walaupun barang tersebut datang terakhir
tetapi jika masa expired date barang tersebut lebih cepat maka dikeluarkan
terlebih dahulu. Setiap pengeluaran barang medis di catat secara
komputerisasi dan secara manual menggunakan kartu stok.

Komputerisasi dilakukan dengan mengentri perbekalan farmasi yang


keluar ataupun masuk langsung ke komputer sedangkan secara manual
dilakukan dengan mencatat dalam kartu stok dengan menuliskan tanggal,
asal PBF pengirim untuk obat masuk dan tujuan distribusi (rumah sakit
atau wisma) untuk perbekalan farmasi yang keluar.Jumlah unit perbekalan
farmasi yang masuk dan keluar, dan obat sisa diketahui dengan
mengurangkan jumlah perbekalan farmasi yang keluar dan sisa pemakaian
terakhir atau menambahkan jumlah perbekalan farmasi yang masuk dan
sisa pemakaian terakhir.Blanko kartu stok obat dapat dilihat pada
Lampiran 8, Gambar II.8.Setiap pagi petugas melakukan stock opname di
gudang farmasi, dengan melakukan pencatatan secara manual dan
komputerisasi untuk menghindari terjadinya selisih, menjamin
ketersediaan obat dan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan, dan
mempermudah dilakukan pengecekan barang.

viii. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan dalam penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi
yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS Rajawali.Pencatatan
dilakukan di kartu stok obat dan dimasukkan dalam data komputer
untuk memudahkan penelusuran dan pengawasan obat.
14

Pelaporan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Rajawali yaitu pelaporan intern yang meliputi laporan harian,
bulanan, pengambilan dari departemen lain, pembelian berdasarkan
pemasok, pembelian bulanan, persediaan obat yang sudah habis, dan
laporan terhadap faktur yang telah dilunasi,sedangkan pelaporan
ekstern meliputi laporan penggunaan narkotika dan psikotropika.
Laporan harian merupakan laporan yang meliputi data persediaan,
pemasukan, pengeluaran dan sisa obat serta harga pembelian dan
harga obat secara keseluruhan.Laporan harian ini dibuat tiap hari dan
dikumpulkan jadi satu pada akhir bulan dan dibuat dua rangkap
masing-masing untuk bagian pembukuan dan arsip farmasi.
Pelaporan ekstern meliputi laporan obat narkotika dan
psikotropika.Pengeluaran obat narkotika harus langsung dicatat pada
buku catatan narkotika oleh petugas yang mengeluarkan narkotika
sesuai dengan resep. Pada buku narkotika terdapat keterangan tanggal
pengeluaran narkotika, nama dokter yang menulis resep, nama pasien,
nomor registrasi pasien, dan jumlah narkotika yang dikeluarkan.
Laporan ini dapat dilihat pada Lampiran 9 Gambar II. 9. Penggunaan
narkotika setiap bulan harus dilaporkan sebelum tanggal 10, untuk
mencegah kehilangan ataupun penyalahgunaan.Laporan narkotika
dapat dilihat pada Lampiran 10, Gambar II.10.Laporan penggunaan
narkotika dan psikotropika dibuat secara terpisah dan pelaporan
menggunakan sistem SIPNAP.

b. Administrasi Keuangan
Pada waktu yang telah ditentukan, distributor akan kembali dengan
membawa kontra bon asli dan dibayar sesuai dengan jumlah yang
tertera. Setiap pembayaran harus dicatatdi buku pembayaran dan
diketahui oleh apoteker penanggung jawab.Kontra bon dapat dilihat
pada Lampiran 11, Gambar II. 11. Pembayaran pemesanan perbekalan
farmasi menggunakan sistem pembayaran per satu bulan dengan
beberapa hari atau minggu sebelum jatuh tempo. Pembayaran
15

dilakukan pada hari Senin sampai Jum’at.Untuk pemesanan obat-


obatan narkotika dilakukan pembayaran secara tunai. Apabila masih
terdapat sisa uang pembayaran, maka dana tersebut dialihkan ke kas
IFRS Rajawali. Kas ini digunakan untuk membayar gaji karyawan
dan membeli perlengkapan yang dibutuhkan di IFRS Rajawali
c. Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena expired, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Penghapusan bertujuan untuk menjamin perbekalan farmasi
yang tidak memenuhi syarat dikelola sesuai standar yang berlaku.
Penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun risiko
terjadinya penggunaan obat yang sub standar.

2.2.6 Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien
(patien safety) sehingga kualitas hidup pasien terjamin.
Pelayanan farmasi klinik meliputi :
i. Pengkajian dan pelayanan resep
ii. Penelusuran riwayat penggunaan obat
iii. Rekonsiliasi obat
iv. Pelayanan informasi obat (PIO)
v. Konseling
vi. Visite
vii. Pemantauan terapi obat (PTO)
viii.Monitoring efek samping obat (MESO)
ix. Evaluasi penggunaan obat (EPO)
x. Dispensing sediaan steril
xi. Pemantauan terapi obat (PTO)
16

Pelayanan farmasi klinik yang di lakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Rajawali hanya meliputi pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi
obat (PIO), konseling, dan visite.
i. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat,
bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis Resep. Pengkajian resep meliputi pengkajian administrasi, farmasetik
dan klinik. Pengkajian administrasi meliputi nama, umur, jenis kelamin, berat
badan, dan tinggi badan pasien, nama dokter, SIP, alamat dan paraf dokter,
tanggal resep. Pengkajian farmasetik meliputi nama obat, kekuatan sediaan,
bentuk sediaan, jumlah obat, dan kekuatan sediaan. Pengakajian klinis
meliputi ketepatan indikasi, dosis obat, dan waktu penggunaan obat, duplikasi
penggunaan obat, alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD),
kontraindikasi, dan interaksi obat.

Tujuan dari pengkajian resep adalah untuk memastikan bahwa obat yang
diresepkan oleh dokter rasional dan sesuai dengan efek terapeutik masing-
masing obat tersebut dan untuk mencegah terjadinya ketidaktepatan dosis,
interaksi obat yang merugikan, duplikasi dan kontraindikasi bahwa obat yang
diterima pasien aman dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan Resep di RS Rajawali meliputi pelayanan resep pasien rawat inap,
resep pasien rawat jalan, resep BPJS, resep kontraktor, resep karyawan,dan
resep OK.
a. Pelayanan resep pasien di instalasi rawat jalan pasien BPJS
Pasien BPJS menggunakan lembar resep berwarna putih dan disertai
dengan persyaratan BPJS.Resep BPJS yaitu resep yang ditanggung oleh
pemerintah. Pasien yang berobat dengan Resep BPJS di Rumah Sakit
Rajawali gratis biayanya dengan batas plafon sebesar Rp.90.000. Sisanya
pasien dapat menambah uang atau diberikan salinan resep untuk menebus
di apotek lain .
b. Pelayanan resep pasien di instalasi rawat jalan pasien umum
Pasien umum menggunakan lembar resep berwarna putih.Proses pelayanan
resep untuk pasien rawat jalan sebagai berikut :
17

1. Dokter menuliskan resep dan menyerahkan kepada pasien.


2. Pasien menyerahkan resep tersebut ke apotek rumah sakit
3. Resep di terima oleh tenaga teknis kefarmasian dilakukan skrinning
resep dan di periksa persediaan obat yang tercantum dalam resep.
Apabila persediaan obat tersedia maka langsung di entri ke komputer
dan diberi harga. Kemudian obat disiapkan dan dituliskan etiket sesuai
dengan signa yang tercantum dalam resep. Jika persediaan obat tersebut
tidak ada maka dibuat salinan resepnya. Blanko salinan resep dapat
dilihat pada Lampiran 12, Gambar II.12 sedangkan etiket obat dapat
dilihat pada Lampiran 13, Gambar II.13.
4. Jika terdapat obat racikan dilakukan proses peracikan. Obat yang telah
siap kemudian diperiksa kelengkapannya oleh apoteker di tempat
penyerahan obat.
5. Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi mengenai obat
6. Setelah obat diberikan, bagian penyerahan obat meminta tandatangan,
nama jelas penerima, nomer telepon atau handphone
c. Pelayanan resep pasien rawat inap
Pasien rawat inap di rumah sakit rajawali terdiri dari 3 golongan yaitu
pasien umum, pasien dinas (karyawan rumah sakit), dan BPJS. Persyaratan
pasien BPJS adalah surat elegibilitas peserta, hasil diagnosis, surat rujukan
dari puskesmas, surat rujukan kembali (diberikan ke pasien), fotokopi
KTP, fotokopi kartu anggota BPJS.
Secara umum sistem distribusi dan pelayanan untuk penderita rawat inap
melalui tahapan :
1. Dokter menulis resep kemudian resep tersebut diserahkan kepada
perawat.
2. Resep tersebut dikumpulkan, kemudian dilampirkan pada buku khusus
yang berisi nama pasien dan jumlah resep yang diperlukan.
3. Resep yang di rawat inap di beri nomor registrasi dan nama ruangan
masing-masing.
4. Tenaga teknis kefarmasian menyiapkan obat dan alat kesehatan yang
diperlukan dan menuliskan etiket sesuai dengan resep.
18

5. Sebelum diserahkan kepada perawat, obat dan alat kesehatan yang


telah disiapkan di periksa kembali.
6. Paraf resep oleh asisten apoteker yang bersangkutan
7. Obat dan alat kesehatan di bawa kembali oleh perawat kebangsal
masing-masing yang kemudian oleh perawat diberikan kepada pasien.
8. Resep diberikan kebagian administrasi rawat inap untuk diberikan
harga
9. Setelah itu resep dimasukkan kedalam data kartu pasien dan didata
dikomputer dan setiap resep yang masuk semua data langsung
dimasukkan pada kartu pasien, dapat dilihat pada Lampiran 14,
Gambar II.14.
10. Mengarsipkan atau mendokumentasikan resep.

d. Untuk pasien rawat inap yang akan pulang, yang mempunyai obat
kembalian (OK) maka Rumah Sakit Rajawali memberikan kebijakan yaitu
hanya obat dan alat kesehatan yang digunakan oleh pasien yang dibayar
dan untuk obat dan alat kesehatan yang tidak digunakan dapat
dikembalikan ke IFRS Rajawali.
Prosedur obat dan alat kesehatan kembali dari ruang perawatan ke IFRS
Rajawali dapat dilihat pada lampiran 15. Gambar II.15.

ii. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan Apoteker kepada dokter, Apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di Rumah Sakit.
Pelayanan informasi obat di rumah Sakit Rajawali umumnya mengenai aturan
pakai dan cara penggunaan obat yang tertera dalam resep pada saat
penyerahan obat kepada pasien. Informasi lain yang diberikan yaitu mengenai
dosis, indikasi, efek samping, kontraindikasi, dan cara penyimpanan yang
disesuaikan dengan jenis obat dan kondisi penyimpanan obat tersebut.
19

PIO dilakukan saat penyerahan obat oleh apoteker atau asisten apoteker
kepada pasien atau keluarga pasien secara satu arah, sedangkan informasi
kepada tenaga kesehatan lainnya seperti dokter dan perawat dilakukan secara
personal dengan melalui via telepon atau pertemuan langsung tentang
informasi obat yang dibutuhkan.

iii. Visite
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, definisi dari visite adalah kegiatan
kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan dengan tujuan untuk mengamati kondisi klinis
pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi
obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang
rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta
profesional kesehatan lainnya.

Visite yang dilakukan di Rumah Sakit Rajawali selama PKPA yaitu


berlangsung pada tanggal 9 – 19 Oktober 2017 pada pukul 09.00 – 11.00
WIB. Visite dilakukan ke ruang perawatan Suhadi, ICU dan Otje. Kegiatan
yang dilakukan selama visiteke ruang perawatan tersebut adalah mempelajari,
mengamati dan mencari pengalaman terbatas dalam pemantauan terapi pasien,
pengkajian penggunaan obat termasuk pemberian obat pada pasien,
penyimpanan obat di ruangan,cara penggunaan alat-alat kesehatan, dan
pemereiksaan Expired date terhadap obat-obat yang ada di ruangan.
a. Visite ke Ruang Suhadi
Ruangan Suhadi diabadikan denganruangan Suhadi karena Soehadi adalah
orang yang berjasa dalam pembangunan RS Rajawali. Setiap pasien yang
masuk ke ruangan rawat inap harus di dokumentasikan data rekam medik
pasien.Pengadaan obat pada lemari penyimpanan obat di ruangan Suhadi
tergantung dari permintaan sediaan farmasi yang diberikan oleh
dokter.Obat-obat yang terdapat di ruangan berupa inventaris obat yang
disediakan diruangan dan dapat digunakan dalam keadaan darurat.
20

Pengambilan sediaan farmasi biasanya dilakukan oleh staff bagian


pengadaan perbekalan farmasi (Sekretaris Ruangan).Dimana bagian
sekretaris ruangan akan menulis obat-obat dan alkes yang terdapat di resep
di buku pengambilan obat dan kemudian akan diambil obat di IFRS
Rajawali.

Penyimpanan sediaan farmasi diruangan disimpan di lemari khusus


berdasarkan bentuk sediaan yaitu sediaan infus, injeksi, dan alat
kesehatan.Dimana alat kesehatan disimpan dilaci lemari sedangkan infus
dan injeksi disimpan di lemari dan disusun berdasarkan alfabetis. Jumlah
sediaan farmasi yang terdapat di ruangan hanya dalam jumlah kecil. Cara
pemberian obat di Ruang Suhadi juga sudah tepat. Obat diberikansesuai
jadwal minum obat dimana Perawat mencatat jadwal minum obat tiap
pasien.Jika waktu minum obat tiba, perawat datang ke ruangan
pasienuntukmengingatkan dan memberikan obat yang disimpan di loker
pasien.RS Rajawali juga menyiapkan lembar advice apabila pasien telah
diperbolehkan pulang oleh dokter karena kondisi pasien
mengalamiperbaikan. Lembar advice ini berisi nama, alamat, keadaan fisik
pasien, obat yang dibawa rumah, makanan, kegiatan, dan waktukontrol.
b. Visite ke Ruang ICU
Intensive Care Unit (ICU) adalah unit khusus yang dilengkapi dengan alat-
alat khusus dan tenaga ahli terlatih, yang khusus digunakan untuk merawat
dan mengobati secara intensif pasien gawat dan kritis. Setiap pasien yang
masuk ke ruangan rawat inap harus di dokumentasikan data rekam medik
pasien.Pengadaan obat pada lemari penyimpanan obat di ruangan ICU
bergantung dari permintaan sediaan farmasi yang diberikan oleh
dokter.Pengambilan sediaan farmasi biasanya dilakukan oleh staff bagian
pengadaan perbekalan farmasi (Sekretaris Ruangan).

Penyimpanan sediaan farmasi di ruangan ICU disimpan di lemari khusus


berdasarkan bentuk sediaan yaitu sediaan infus, injeksi, dan alat
kesehatan.Alat kesehatan disimpan dibagian Rak bawah sedangkan sedian
infus bagian atas dan injeksi di bagian Rak tengah. Semua sediaan disusun
21

berdasarkan alfabetis. Cara pemberian obat di Ruang ICU juga sudah tepat
dimana obat diberikan sesuaijadwal minum obat pasien. Perawatakan
mencatat jadwal minum obat tiap pasien. Jika waktu minum obat tiba,
perawat datang ke ruangan pasien untuk mengingatkan dan memberikan
obat yang disimpan di loker pasien.
c. Visite ke Ruang Otje
Ruang Otje adalah unit pelayanan rawat inap bagi pasien anak-anak.Ruang
otje mempunyai kapasitas 30 (tiga puluh) tempat tidur yang dibagi dalam
tiga kelas yaitu kelas III.A, III.B, dan III.C.Perbedaan masing-masing ruang
kelas terletak dari jumlah tempat tidur.
Penyimpanan obat di ruang Otje dibagi menjadi dua yaitu di dalam lemari
khusus dan dalam laci.Obat-obat sediaan steril, seperti infus danampul
serta alat kesehatan disimpan dalam lemari khusus.Obat-obatan jenis ini
bersifat inventaris atau persediaan untuk ruangan dengan jumlah tetap, yang
diperlukan pada kondisi darurat.
Untuk obat-obat oral disimpan di laci yang ada di sebelah tempat tidur
pasien.Pengadaan obat dilakukan sesuai resep dokter, kemudian perawat
mencatat obat atau alat kesehatan yang diresepkan ke dalam buku
pengadaan.Resep kemudian dibawa sekretaris ruangan ke IFRS untuk
disediakan lalu obat yang diperoleh ditempatkan pada loker masing-masing
pasien.
Cara pemberian obat di Ruang Otje juga sudah tepat.Obat diberikan sesuai
jadwal.Perawat mencatat jadwal minum obat tiap pasien.Jikawaktu minum
obat tiba, perawat datang ke ruangan pasien untuk mengingatkan dan
memberikan obat yang disimpan di loker pasien. Rumah Sakit Rajawali juga
menyiapkan lembar advice apabila pasien telah diperbolehkan pulang oleh
dokter karena kondisi pasien mengalami perbaikan. Lembar advice ini berisi
nama, alamat, keadaan fisik pasien, obat yang dibawa rumah, makanan,
kegiatan, dan waktu kontrol.
22

2.3 Pengelolaan Limbah


Rumah Sakit Rajawali juga melakukan pengelolaan limbah medis dan limbah non
medis.Limbah merupakan produk sisa yang dihasilkan akibat aktivitas manusia
dan biasanya tidak berguna atau memiliki nilai ekonomi yang minimal.Bagian
sanitasi Rumah Sakit Rajawali bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah
sebelum dibuang ke lingkungan.Pengolahan limbah dilakukan untuk memastikan
bahwa limbah yang dibuang ke lingkungan telah aman dan memenuhi persyaratan
limbah yang ditetapkan pemerintah.

Pengolahan limbah Rumah Sakit Rajawali berasal dari dua jenis sumber limbah,
yaitu limbah medis dan limbah non medis.
i. Limbah Non Medis
a. Staf sanitasi menyediakan tempat atau kantong sampah berwarna hitam
disetiap ruangan perawatan pasien dan di sekitar lingkungan dalam Rumah
Sakit Rajawali yang dibedakan dari tempat atau kantong sampah untuk
limbah klinis.Kemudian limbah tersebut dikumpulkan dan diserahkan
kepada Dinas Kebersihan Kota Bandung untuk pengolahan lebih lanjut.
b. Limbah cair yang dihasilkan Rumah Sakit Rajawali yaitu berupa limbah
cair klinis dan limbah cair non klinis. Limbah cair non klinis berasal dari
limbah rumah tangga dan limbah dari toilet. Limbah dari toilet
dimasukkan dalam septitank, kemudian diserahkan kepada Dinas
Kebersihan Kota Bandung untuk pengolahan lebih lanjut.
ii. Limbah Medis
Dalam penanganannya, limbah medis membutuhkan perlakuan khusus karena
dianggap mempunyai faktor resiko pencemaran terhadap lingkungan yang
lebih tinggi.Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan atau pengobatan yang menggunakan bahan-bahan yang beracun,
infeksius dan berbahaya.Limbah medis harus diperlakukan sebagai reservoir
dari mikroorganisme patogen yang dapat mengakibatkan kontaminasi dan
terjadinya infeksi. Oleh karena itu Rumah Sakit Rajawali bekerja sama
dengan PT. Medivese dalam pengolahan limbah medis. Limbah medis terbagi
ke dalam dua jenis, yaitu limbah padatan dan limbah cairan.
23

a. Limbah medis padatan


Limbah padat di setiap ruangan di tampung sementara di tempat
sampah.dalam sehari tiga kali, limbah tersebut diambil oleh petugas
kebersihan dengan dibungkus kantong kuning, menggunakan trolly untuk
memudahkannya. Sampah-sampah tersebut dimasukkan ke tempat
penampungan sampah medis yang disebut dengan welldin kemudian
dikunci rapat agar tidak mencemari lingkungan sekitar.Selama sebulan
sekali limbah padat tersebut diambil untuk dimusnahkan di dalam
incenerator. Proses pemusnahan ini dipercayakan kepada PT. Medivese.
Setiap 6 (enam) bulan sekali dilakukan pemeriksaan dan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan dengan tembusan ke laboratorium kesehatan.
b. Limbah medis cairan
Limbah cair klinis yang berasal dari limbah pelayanan medis, yang dalam
pengolahannya menggunakan 2 (dua) mekanisme, yaitu secara kimia dan
biologi melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Pre-treatment:
Semua limbah cair akan ditampung sementara di dalam bak pre-
treatment.
2. Bak equalization:
Secara overflow, air limbah akan di alirkan ke dalam bak equalization
untuk dilakukan pengadukan dengan udara dari blower agar menjadi
homogen dan terbentuk flokulasi akibat pencampuran berbagai jenis
limbah. Dalam bak ini juga dilakukan “pH adjustment” yaitu, air
limbah mengalami penetralan pH (6-8). Bak ini dilengkapi dengan
regulator otomatis berupa pompa yang mengatur asam (HCl) dan basa
(coustic soda).
3. Bak aerasi:
Air limbah dari bak equalizationakan dialirkan ke dalam bak aerasi
dimana bakteri akan memakan bakteri yang merugikan dan sisa-sisa
toksin. Bak ini dilegkapi air difuser dari blower yang membantu
bakteri bertahan hidup.
24

4. Bak sedimentasi:
Dalam bak ini terjadi pemisahan lumpur aktif dan air olahan. Lumpur
aktif akan mengendap di dasar bak, sedangkan air akan masuk ke
selokan yang ada di bak sedimentasi.
5. Bak filtrasi:
Secara overflow, air mengalir untuk disaring dari partikel-partikel yang
lebih besar.
6. Bak desinfektan:
Air yang yang sudah jernih diberikan desinfektan untuk membunuh
bakteri yang masih terbawa.
7. Kolam lagoon:
Air limbah dialirkan langsung ke dalam kolam lagoon kecil dengan
indikator ikan (ikan mas).Sebelum dapat dilepas ke lingkungan, air
tersebut diperiksa kembali pH-nya menggunakan pH meter. Jika hasil
olahan limbah cair telah teruji dan dinyatakan tidak toksik atau aman,
maka selanjutnya hasil olahan limbah cair dialirkan ke perairan kota.
8. Pemeriksaan limbah cair dilakukan pada bagian inlet dan outlet.
Pemeriksaan meliputi pH, TSS (Total Solid Suspension), COD
(Chemical Oxygend Demand), BOD (Biological Oxygen Demand),
bahan organik dan bakteri oleh petugas dari laboratorium kesehatan
dari Dinas Kesehatan Kota Bandung. Pemeriksaan ini dilakukan setiap
enam bulan sekali.

Anda mungkin juga menyukai