FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2019 A. PENDAHULUAN Gundruk sangat populer di Nepal. Produksi tahunan gundruk di Nepal diperkirakan 2.000 ton dan sebagian besar produksi dilakukan di tingkat rumah tangga. Gundruk diperoleh dari fermentasi sayuran berdaun di Nepal. Disajikan sebagai lauk dengan makanan utama dan juga digunakan sebagai hidangan pembuka. Gundruk merupakan sumber mineral penting terutama selama musim ketika makanannya sebagian besar terdiri dari umbi dan jagung bertepung yang cenderung rendah mineral. Gundruk merupakan fermentasi dari daun sayuran yang dikeringkan dengan sinar matahari. B. PROSES PEMBUATAN PRODUK Daun sawi
Pembersihan
Pencucian
Pelayuan di bawah sinar matahari selama
1 hari
Pemotongan
Penghancuran dengan mortar dan alu
Kubis halus Pengisian ke dalam toples Pencucian wadah
10% dengan Pottasium metabisulfite 1,25% Fermentasi selama 6-12 hari pada suhu 24°C
Pengukuran pH
Pengeringan dengan cabinet dryer pada
suhu ±45°C hingga kandungan airnya 10%
Pengemasan
(Shrestha et al., 2012)
C. MIKROBA YANG TERLIBAT DALAM FERMENTASI SERTA PERANNYA DALAM FERMENTASI Fermentasi gundruk biasanya didominasi oleh Pediococcus, Lactobacillus spp, L. Cellobiosus dan L. Plantarum menjadi penggagas fermentasi (Mir et al., 2018). Bakteri asam laktat mampu menghasilkan senyawa antimikroba salah satunya Lactobacillus plantarum dan mempunyai kemampuan sebagai probiotik. Peran bakteri Lactobacillus plantarum yaitu mempunyai kemampuan untuk menghambat mikroorganisme patogen pada bahan pangan dengan daerah penghambatan terbesar dibandingkan dengan bakteri asam laktat yang lainnya. Selama fermentasi bakteri juga berperan dalam penurunan pH secara perlahan menjadi 4,0 pada proses fermentasi. Lactobacillus plantarum mampu hidup dalam kondisi asam yang rendah serta menghasilkan antimikroba bakteorisin yang mampu menekan pertumbuhan mikroba patogen (Afriani dkk., 2017).
D. PERUBAHAN YANG TERJADI SELAMA PROSES FERMENTASI
Rasa asam ringan menunjukkan akhir fermentasi dari gundruk. Selama fermentasi, pH turun perlahan ke nilai akhir 4,0 dan jumlah asam (seperti laktat) meningkat menjadi sekitar 1% pada hari keenam. Telah ditemukan bahwa kerugian dengan proses tradisional fermentasi gundruk adalah hilangnya 90% karotenoid, mungkin selama pengeringan matahari. Metode pengeringan yang ditingkatkan dapat mengurangi hilangnya vitamin (Mir et al., 2018).
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES FERMENTASI
Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik. Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Oyon & Yusti, 1988). Faktor yang mempengaruhi fermentasi pada proses peembuatan gundruk yaitu saat daun yang dipilih menjadi bahan utama melalui tahap pemotongan, dimana saat pemotongan terjadi getah akan keluar pada daun tersebut dimana getah tersebut mengandung senyawa kimia dimana fermentasi dapat terjadi. Setelah proses pemotongan pada daun dilakukan penjemuran dengan sinar matahari agar terjaga keasamannya, karena keasaman inilah yang menjadi penentu fermentasi telah berhasil (Mishira dan Ganga, 2010). DAFTAR PUSTAKA Afriani, Noni., Yusmarini dan Usman Pato. 2017. Aktivitas Antimikroba Lactobacillus Plantarum Yang Diisolasi Dari Industri Pengolahan Pati Sagu Terhadap Bakteri Patogen Escherichia Coli Fncc-19 Dan Staphylococcus Aureus Fncc-15. Jom Faperta. Vol 4(2) : 1-12. Mir, Sajad Ahmad., Jeelani Raja and Masoodi FA. 2018. Fermented Vegetables, a Rich Repository of Beneficial Probiotics-A Review . Fermentation Technology. Vol (7) 1 : 1-6. Shrestha, Roshan., Rewati Raman Bhattarai., dan Surendra Bahadar Katawal. Research Article : Effect of Different Containers On The Quality Gundruk. International Journal of Current Research. Vol.4(14): 318. Mishira, Achyut., dan Ganga, Kharel. 2010. Preservation and Quality of Sisnu (Urica plaviflora) by Making Gundruk like Fermented Product. J. Food Sciene Technol. Vol 6(2) : 114-117.