Anda di halaman 1dari 12

CASE STUDY SESSION

MANAGEMENT OF SINGLE VISIT ENDODONTIC FOR PULPITIS


IREVERSIBLE SYMPTOMATIc AND PULP NECROSIS WITH PERIAPICAL
PERIODONTITIS VS MULTIPLE VISIT ENDODONTIC FOR PULPITIS
IREVERSIBLE SYMPTOMATIC WITH PERIAPICAL PERIODONTITIS

Oleh :

Cytha Nilam Chailani


1210342018

Pembimbing :
drg. Reni Nofika, Sp. KG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS

1
2018

PENDAHULUAN
Gigi adalah komponen vital dari rongga mulut dan di dalamnya terdapat jaringan pulpa,
yang steril. Penyakit pulpa telah dikaitkan dengan kontaminasi bakteri dan efek toksisitasnya.
Kontaminasi bakteri dapat melalui rusaknya struktur jaringan gigi karena karies gigi, trauma,
atrisi, dan penyebab iatrogenik atau dari periodonsium melalui saluran akar aksesori dan
lateral. Penyakit pulpa dan periapikal diklasifikasikan secara klinis sebagai pulpitis reversibel,
pulpitis ireversibel, nekrosis pulpa, periodontitis periradikular, dan abses periradikular.1
Perawatan saluran akar (PSA) atau perawatan endodontik, adalah prosedur umum
dalam kedokteran gigi dengan indikasi utama pada kasus pulpitis ireversibel dan nekrosis pulpa
yang disebabkan oleh proses karies atau trauma. Tujuan PSA adalah untuk menghindari
periodontitis apikal melalui prosedur yang dilakukan untuk menghilangkan jaringan organik
dan bakteri patogen dari sistem saluran akar. Prosedur tersebut meliputi instrumentasi mekanik
yang terkait dengan irigasi. Setelah pengeringan, ruang diisi dengan semen dan gutta percha.2
Perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan;
pertama, menyelesaikan perawatan dalam beberapa kunjungan dan kedua adalah dengan
menyelesaikan seluruh pembukaan akses, pembersihan dan pembentukan dan obturasi dalam
satu kali kunjungan. Secara historis PSA dilakukan dalam beberapa kunjungan terutama untuk
memastikan sterilitas sistem saluran akar sebelum obturasi. Sterilisasi lengkap dilakukan
dengan persiapan biomekanik dan irigasi, serta medikamen intrakanal digunakan untuk
memastikan eliminasi bakteri secara lengkap. Selain membunuh bakteri, agen-agen ini,
terutama senyawa fenolik, juga sangat mengiritasi jaringan periradikuler. Penggunaan
medikamen yang terlalu berlebihan menyebabkan komplikasi pasca operasi yang secara salah
diidentifikasi sebagai infeksi periradicular persisten. Oleh karena itu, penting untuk mencari
medikamen intrakanal dalam PSA satu kali kunjungan yang tidak melukai jaringan
periradikular.3,4
Praktiksi yang sukses dapat menyelesaikan PSA dalam satu kunjungan memiliki dasar
pemikiran dalam literatur. Studi mengenai nyeri pasca PSA, serta tingkat penyembuhannya
menunjukkan hasil perawatan yang serupa jika diselesaikan dalam satu atau beberapa kali
kunjungan. Selain itu, perawatan dalam satu kunjungan memiliki banyak keuntungan
diantaranya mengurangi jumlah prosedur operasi termasuk anestesi tambahan, trauma gingiva

2
dari aplikasi rubber dam, menghilangkan risiko kebocoran melalui restorasi sementara, serta
waktu kunjungan yang lebih singkat sehingga biaya perawatan pasien lebih hemat.3,4,5
Sejak diperkenalkan, endodontik satu kali kunjungan ini telah menjadi bentuk
kontroversi oleh praktisi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semua perawatan saluran
akar harus dilakukan dalam satu kunjungan, sementara yang lain tidak mempertimbangkannya
bahkan dalam kasus ekstripasi pulpa vital. Penelitian lainnya telah melaporkan tidak ada
perbedaan yang signifikan secara statistik antara endodontik single atau multiple visit dalam
hal ketahanan dan nyeri pasca operasi atau flare-up. Sehingga hal ini hanya bergantung pada
preferensi operator untuk menentukan pilihan endodontik single atau multiple visit. 3,4,5

KASUS 13
Seorang pasien wanita berusia 25 tahun datang ke Klinik Gigi di Departemen
Konservatif, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan keluhan utama
sakit gigi pada pipi kanannya. Os memiliki rasa sakit yang berdenyut spontan selama tidurnya
dan tidak nyaman saat makan. Pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa gigi #46 memiliki
karies yang dalam yang mencapai pulpa dari bagian distal. Gigi memberikan respon positif
terhadap tes pulpa listrik dan tidak sensitif terhadap tes perkusi dan palpasi. Diagnosis pada
kasus ini adalah pulpitis ireversibel simptomatik dengan jaringan periapikal normal dan
radiografi pra operasi dilakukan (Gambar 1).

Gambar 1. Pra-operatif

Riwayat medis pasien tidak berkontribusi dan tindakan darurat dilakukan pada
kunjungan pertama. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan mikroskop (JedMed / Kaps, St
Louis, MO, USA) terlihat anatomi molar rahang bawah kanan pertama sebagai berikut: dua
saluran akar di mesial dan distal (Gambar 2). Di bawah mikroskop dimasukkan K-file ukuran
#10 dan #15 untuk glidepath. Panjang kerja ditentukan dengan apex locator elektronik (Root
ZX, J. Morita MFG. Coorperate, Kyoto, Jepang) (Gambar 3) .

3
Gambar 2. Gambaran klinis akses preparasi Gambar 3. Konfirmasi panjang kerja

Keempat saluran akar ini diinstrumentasi dan dibersihkan secara menyeluruh dalam
satu kunjungan menggunakan file pathfile (Dentsply) dan Mtwo rara Niti (VDW) hingga 40 /
0,04 untuk setiap saluran akar. Larutan irigasi yang digunakan natrium hipoklorit 2,5% dan
EDTA 17% sebagai larutan irigasi. Irigasi terakhir menggunakan Chlorhexidine 3%.
Penempatan master cone dilakukan dan radiografi dilakukan (Gambar 4). Obturasi
menggunakan teknik kombinasi yaitu kondensasi lateral dan gutta percha yang dipanaskan
menggunakan System B tip (Sybron) dan di injeksi (Diskusikan Gigi) (Gambar 5).

Gambar 4. Trial master cone Gambar 5. Obturasi

Resin komposit dengan restorasi onlay yang diperkuat fiber dibuat sebagai restorasi
akhir. Dua belas bulan kemudian pasien kontrol untuk tindak lanjut. Pemeriksaan klinis
menunjukkan gigi tidak menunjukkan gejala dan pemeriksaan radiografi menunjukkan
jaringan periapikal normal (Gambar 6).

Gambar 6. Kontrol 12 bulan

KASUS 23

4
Seorang pasien wanita berusia 28 tahun datang ke Klinik Gigi di Departemen
Kedokteran Gigi Konservatif, Universitas Sumatera Utara dengan keluhan utama
ketidaknyamanan dan rasa sakit saat mengunyah pada molar pertama rahang atas kanannya
selama beberapa minggu terakhir. Riwayat rasa sakit yang menyebar dan ketidaknyamanan
saat menggigit dengan gigi tersebut. Pada pemeriksaan klinis menunjukkan nyeri saat di
perkusi dan respons negatif untuk tes termal yang berhubungan dengan restorasi. Radiografi
pra operatif terlihat sedikit gambaran radiolusen pada periapikal (Gambar 7). Selama persiapan
preparasi akses kavitas, dasar pulpa diperiksa untuk pembukaan saluran akar. Pemeriksaan
dengan mikroskop operasi (JedMed / Kaps, St Louis, MO, USA) menunjukkan anatomi dari
molar pertama rahang atas kanan sebagai berikut: dua saluran akar di mesiobukal dan masing-
masing satu saluran akar di distobukal dan palatal (Gambar 8).

Gambar 8. Gambaran klinis akses preparasi


Gambar 7. Pra-operatif
Eksplorasi saluran akar dimulai dengan file ISO no. 10 dan 15. Pada pemeriksaan lebih dekat dengan
loup prismatik pembesaran 4,5 kali dasar kamar pulpa diperiksa dengan cermat. Panjang kerja semua
saluran akar diperkirakan menggunakan apex locator elektronik (Root ZX, J. Morita MFG.
Corporation, Kyoto, Jepang) dan kemudian dikonfirmasi melalui radiografi dengan file awal (Gambar
9).
Semua saluran akar pada awalnya dibersihkan menggunakan K-file yang lebih kecil ISO 10 dan 15
sebagai glidepath diikuti oleh file ultrasonik. Sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% digunakan
sebagai larutan irigasi alternatif. Irigasi terakhir menggunakan Chlorhexidine 3%. Cleaning dan
shaping diselesaikan menggunakan instrumen rotary Mtwo dengan teknik crown-down sampai 40 /
0,04 untuk saluran akar palatal dan 35 / 0,05 untuk saluran akar bukal. Master cone dipilih dan saluran
akar dikeringkan dengan paper point (Gambar 10). Saluran akar didapatkan dengan menggunakan
kombinasi teknik kondensasi lateral dan pemadatan dengan teknik guttapercha yang dipanaskan dengan
sealer berbasis MTA (Fillapex, Angelus Brasil). Setelah selesai, semen glass ionomer digunakan untuk
menutupi bagian koronal (Gambar 11).

5
Gambar 9. Konfirmasi panjang kerja Gambar 10. Fitting master cone

Gigi direstorasi dengan restorasi onlay resin komposit dengan fiber reinforced polyethylene.
Follow up dilakukan saat satu tahun kemudian. Prognosis menunjukkan baik tanpa gejala klinis
dan radiograf menunjukkan penyembuhan periradikular (Gambar 12).

Gambar 11. Obturasi Gambar 12. Radiografi follow up

KASUS 3
Pasien laki-laki berusia 22 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP)
Universitas Andalas dengan keluhan gigi belakang bawah kanan berlubang yang tiba-tiba
terasa sakit seminggu yang lalu. Rasa sakit tersebut berdenyut sampai ke kepala. Keluhannya
diatasi dengan menggosok gigi dan minum paracetamol, rasa sakit berkurang hingga hilang
sampai keesokan harinya.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan karies profunda pada oklusal dengan site 1 size 4
yang menyebabkan kelihangan struktur gigi mencapai kamar pulpa (Gambar 1). Pemeriksaan
objektif yang dilakukan sensitif terhadap tes sondasi, tes termal, dan tes perkusi sedangkan tes
palpasi tidak menunjukkan kelainan. Diagnosis pada kasus ini adalah pulpitis ireversible
simptomatik yang disertai periodontitis apikalis simptomatik pada gigi 46 dan radiografi pre-
operatif dilakukan (Gambar 2). Pada radiografi menunjukkan ligamen periodontal
menunjukkan adanya penebalan dengan adanya gambaran radiopaque disekeliling akar gigi

6
dan gambaran lamina dura yang terputus. Terdapat gambaran lesi periapical berupa gambaran
radiolusen berbatas difus di sekitar apeks gigi mesial.

Gambar 1. Foto Klinis gigi 46 Gambar 2. Rontgen periapical gigi 46

Riwayat medis pasien tidak berkontribusi dan perawatan pulpektomi vital dilakukan.
Selanjutnya anastesi infiltrasi dan isolasi kerja menggunakan rubber dam. Preparasi akses
kavitas untuk buka atap kamar pulpa dimulai dari oklusal dan preparasi tidak dapat dilanjutkan
hingga selesai karena pasien mengeluh kesakitan. Sehingga rencana perawatan berubah
menjadi pulpektomi devital dengan melakukan devitalisasi pulpa menggunakan bahan devitec.
Bahan devitalisasi dibiarkan selema 5 hari untuk dapat dilakukan pada kunjungan berikutnya.
Vitalitas pulpa diperiksa melalui pemeriksaan objektif yang menunjukkan tidak sensitif
terhadap tes termal, sehingga perawatan dapat dilanjutkan.

Preparasi membuang atap kamar pulpa dan menghaluskan dinding kamar pulpa dilanjutkan.
Irigasi dengan NaOCl 2,5 % dan aquadest steril secara bergantian. Mencari orifis dengan sonde
lurus dan mencari arah, jumlah, dan keadaan saluran akar menggunakan jarum miller atau K
file no 8, 10. Sehingga didapatkan saluran akar gigi 46 sebanyak tiga buah. (Gambar 4).
Penentuan panjang kerja definitif dengan cara menempatkan K- file no 10 pada saluran akar
sepanjang panjang kerja, lalu lakukan radiografi. Dalam hal ini didapatkan melalui sensasi
taktil dengan panduan radiografi pre-operatif, sehingga didapatkan panjang kerja pada
mesiobukal 17 mm, mesiolingual 18 mm, dan distobukal 19 mm.

7
Gambar 4. Akses kavitas gigi 46

Preparasi saluran akar dilakukan dengan teknik Crown Down menggunakan instrument
Protapper hand-files. Setiap alat yang dimasukkan pada saat instrumentasi dilakukan irigasi
dengan larutan EDTA 17 % dan NaOCl 2,5% secara bergantian yang diselingi oleh aquadest
steril. Irigasi menggunakan jarum endo 27 Ga dengan pedoman stopper pada 2/3 panjang kerja.

Lakukan coronal flaring yaitu menggunakan instrumen (S1 dan SX) untuk memperbesar
orifice dan bagian coronal dari saluran akar, serta menentukan glide path pada bagian coronal.
Masukkan K- file no 10, 15 pada saluran akar untuk menetukan glide path sehingga dibuat jalur
dan arah masuk file sesuai dengan panjang kerja. Lakukan shaping menggunakan S1 dan S2
sepanjang panjang kerja. Selanjutnya, lakukan finishing menggunakan F1 ke dalam saluran
akar sesuai dengan panjang kerja. File masih terasa longgar, masukkan (F2) ke dalam saluran
akar sesuai dengan panjang kerja. Preparasi saluran akar dapat dihentikan pada F2 karena telah
terasa adanya apical gauging dan sudah sesuai dengan panjang kerja. Rekapitulasi panjang
kerja dengan K-file no 15, lalu irigasi dengan NaOCL 2,5 % dan aquadest steril. Irigasi terakhir
menggunakan larutan CHX 2 % selama 30 detik sampai satu menit, lalu keringkan dan lakukan
persiapan dressing. Lakukan dressing saluran akar menggunakan medikamen calcium
hydroxide. Rontgen foto trial untuk konfirmasi panjang kerja yang menunjukkan sudah
mencapai panjang kerja dan dapat dilakukan obturasi. Pada kunjungan berikutnya dilakukan
obturasi dengan teknik kombinasi yaitu teknik kondensasi vertikal pada saluran akar mesial
dan kondensasi lateral pada saluran akar distal yang ditentukan melalui rontgen foto trial.
Restorasi indirect yang dipilih adalah onlay menggunakan bahan composite.

Gambar 5. Rekapitulasi panjang kerja Gambar 6. Rontgen foto trial

8
Gambar 7. Obturasi Gambar 8. Rontgen obturasi

PEMBAHASAN
Indikasi perawatan saluran akar satu kali kunjungan antara lain pada kasus trauma
iatrogenik tanpa disertai lesi periapikal, pulpitis ireversibel tanpa disertai lesi periapikal, gigi
nekrosis pulpa tanpa gejala klinis dan lesi periapikal, tidak terdapat eksudat dalam saluran akar.
Kontra indikasi perawatan saluran akar satu kunjungan pada kasus yang disertai lesi periapikal,
adanya kelainan anatomis serta adanya periodontitis akut. Faktor anatomi gigi diantaranya
bentuk saluran akar mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar gigi antara lain adanya
saluran akar yang bengkok, mengalami penyumbatan, sempit, serta bentuknya yang abnormal.
Hal tersebut berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan yang dilakukan.3,4 Pada kasus
1 menunjukkan gigi molar pertama kanan mandibula dengan diagnosis pulpitis ireversibel
simptomatik, tanpa disertai lesi periapikal, memiliki bentuk saluran akar relatif lurus serta tidak
terdapat penyumbatan memungkinkan dilakukan perawatan saluran akar satu kunjungan. Pada
kasus 2 menunjukkan gigi molar pertama maksila dengan diagnosis nekrosis pulpa disertai
periodontitis apikalis yang juga dilakukan dalam satu kali kunjungan. Hal ini bertentangan
dengan indikasi perawatan satu kali kunjungan. Namun, dalam literatur lain menyebutkan hal
ini dapat dilakukan. Pada kasus 3 menunjukkan gigi molar kanan mandibula dengan diagnosis
pulpitis ireversibel simptomatik disertai periodontitis apikalis simptomatik yang dilakukan
dengan kunjungan berulang.
Peran bakteri dalam perkembangan dan persistensi periodontitis apikalis telah
diketahui. Prognosis untuk penyembuhan total gigi yang dirawat secara endodontik dengan
diagnosis pre-treatment periodontitis apikal sekitar 10% -15% lebih rendah daripada gigi tanpa
periodontitis apikalis. Instrumentasi mekanik, termasuk ukuran preparasi saluran akar yang
memadai, dan kontrol kimia melalui penggunaan larutan irigasi antimikroba merupakan hal
yang efektif dalam pengurangan mikroba intrakanal. Pasta kalsium hidroksida adalah salah satu
medikamen intrakanal yang paling umum digunakan untuk perawatan saluran akar berulang.

9
Namun, beberapa literatur mempertanyakan efektivitas kalsium hidroksida terhadap beberapa
mikroorganisme yang umumnya terkait dengan periodontitis apikal persisten. Selain itu,
meskipun beberapa penelitian lainnya telah menunjukkan penyembuhan yang lebih baik ketika
kalsium hidroksida digunakan dalam berbagai kunjungan berulang perawatan endodontik
sebagai medikamen intrakanal. Kalsium hidroksida memiliki efektivitas yang terbatas dalam
menghilangkan semua mikroorganisme dari sistem saluran akar, terutama yang dihubungkan
dengan kegagalan perawatan, sehingga penambahan agen antimikroba lainnya telah
disarankan. Selama dekade terakhir, chlorhexidine dapat terima sebagai larutan irigasi
antimikroba yang digunakan bersamaan dengan kalsium hidroksida akan menambah efektifitas
dalam eliminasi mikroorganisme pada saluran akar.6
Perawatan endodontik bertujuan untuk eliminasi mikroba secara keseluruhan dari
sistem saluran akar. Keberhasilan endodontik tergantung pada persiapan kemo-mekanik yang
tepat dari sistem saluran akar, debridemen, pembentukan, desinfeksi, dan obturasi. Dalam
mencapai tujuan ini, terapi endodontik yang dilakukan dalam beberapa kali kunjungan untuk
disinfeksi saluran yang lengkap, sehingga menghasilkan keberhasilan terapi endodontik yang
lebih baik. Penelitian telah menunjukkan bahwa instrumentasi dan irigasi sistem saluran akar
secara substansial mengurangi jumlah mikroorganisme. Beberapa perbedaan diamati dalam
penyembuhan perifer di antara individu yang menjalani satu kali kunjungan dan perawatan
saluran akar beberapa kunjungan. Pertumbuhan bakteri terhadap kunjungan kedua memiliki
dampak negatif yang signifikan terhadap penyembuhan lesi periapikal. Selain itu, irigasi
natrium hipoklorit efektif dalam mengendalikan infeksi saluran akar dan kalsium hidroksida
sebagai medikamen intrakanal yang dilakukan secara bersamaan dalam eleminasi
mikrooorganisme. E. faecalis adalah bakteri yang paling resisten terhadap kalsium hidroksida
sementara natrium hipoklorit efektif terhadap bakteri ini dalam keadaan buffered maupun
unbuffered.4
Medikamen intrakanal hanya dapat bekerja secara efisien jika bersentuhan langsung
dengan mikroorganisme. Sebagian besar mikroorganisme yang menyebabkan kegagalan
endodontik, berada jauh di dalam tubulus dentin atau saluran aksesori. Perwatan endodonti
kunjungan berulang memungkinkan medikamen untuk berproliferasi, sehingga mengakibatkan
penyembuhan apikal yang buruk dan terjadi kegagalan endodontik. Oleh karena itu,
mendisinfeksi saluran dengan irigasi natrium hipoklorit secara berlebihan dan menutup saluran
akar akan mengeliminasi sumber mikrorganisme, sehingga memungkinkan penyembuhan
periapikal dan hasil perawatan yang lebih baik.3

10
Kunjungan berulang endodontik merupakan ketentuan yang ditetapkan di bidang
endodontik yang memiliki kelemahan tertentu seperti kontaminasi dan flare-up yang
disebabkan oleh kebocoran atau hilangnya tambalan sementara, dalam waktu yang lama akan
menyebabkan pasien dan operator lelah, ketidakmampuan untuk memberikan pemulihan
estetika dalam waktu singkat dalam kasus mahkota yang rusak secara traumatis. Semua faktor
ini mengarah terhadap pergeseran paradigma terapi endodontik dari beberapa kunjungan ke
terapi endodontik sekali kunjungan yang merupakan perawatan konservatif non bedah dari gigi
yang melibatkan persiapan kemomekanis lengkap dan obturasi sistem saluran akar dalam satu
kunjungan. Jadi dengan kemajuan terbaru endodontik sekali kunjungan telah terbukti menjadi
modalitas perawatan yang efektif apabila dibandingkan dengan terapi beberapa kunjungan
yang tidak menyimpang dari pencapaian tujuan persiapan biomekanik yang tepat, debridemen,
pembentukan, disinfeksi dan obturasi 3 dimensi sistem saluran akar dan bermanfaat bagi pasien
dan dokter gigi melalui pemilihan kasus yang cermat dan patuh terhadap standar protokol
endodontik.3-5
Namun, Nair et al., menemukan bahwa 14 dari 16 (88%) molar mandibula yang dirawat
dalam perawatan endodontik melalui satu kali kunjungan terdapat mikroorganisme intrakanal
yang tersembunyi segera setelah selesai perawatan. Studi lain juga merekomendasikan
perawatan endodontik gigi non-vital dengan saluran akar yang terinfeksi harus diselesaikan
dalam satu kali kunjungan tanpa medikamen intrakanal. Mikroba intaradikular yang bertahan
dari perawatan saluran akar dinyatakan telah tereliminasi melalui obturasi dari saluran akar
karena nutrisi yang tidak memadai. Mikroba ini mungkin tidak lagi mengganggu penyembuhan
periapikal proses. Menurut Sjögrenet al., beberapa gigi mengalami penyembuhan periapikal
ketika mikroba yang ada di saluran akar saat dilakukan obturasi. Meskipun hal ini menyatakan
organisme dapat bertahan hidup setelah perawatan, ada kemungkinan bahwa mikroba mungkin
ada dalam jumlah dan virulensi yang subkritis untuk mempertahankan peradangan pada
periapex.3
Dalam kasus pulpa vital, PSA satu kali kunjungan dapat digunakan kapanpun jika
memungkinkan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa pulpa hanya terinfeksi secara superfisial
dan saluran akar bebas dari bakteri, asalkan rantai aseptik dipertahankan selama prosedur PSA.
Oleh karena itu, tidak ada alasan yang jelas untuk tidak mengobati pulpa vital dalam satu
kunjungan. Sebaliknya, jika pulpa adalah nekrotik dan/ atau berhubungan dengan penyakit
periradikuler, ada banyak bukti bahwa sistem saluran akar terinfeksi.4
Dalam beberapa tahun terakhir, endodontik sekali kunjungn telah banyak diterima oleh
praktisi. Penelitian terbaru menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada perbedaan dalam

11
kualitas perawatan atau tingkat keberhasilan antara perawatan saluran akar sekali kunjungan
dan beberapa kunjungan.3-5

KESIMPULAN

Perawatan saluran akar dalam satu kali kunjungan aman dilakukan dengan memperhatikan
endodontic flare-up. Lebih aman dilakukan pada gigi vital dibandungkan non-vital dengan
periapical patosis. Pemahaman menyeluruh tentang prinsip-prinsip endodontik dasar adalah
hal yang penting dalam mempertimbangkan setiap kasus sebelum membuat keputusan apakah
dapat diselesaikan dalam satu kunjungan atau tidak.

Efektivitas perawatan saluran akar satu kali kunjungan dan kunjungan berulang tidak jauh
berbeda. Oleh karena itu, penggunaan medikamen intrakanal mungkin tidak diperlukan saat
perawatan satu kali kunjungan, namun yang perlu diperhatikan; hati-hati dalam debridmen
saluran akar, larutan irigasi antimikroba yang memadai, dan mencapai obturasi yang hermetis
dari sistem saluran akar. Pasien yang menjalani PSA satu kali kunjungan mengalami frekuensi
rasa ketidaknyamanan/ nyeri setelah perawatan yang lebih tinggi dan lebih cenderung
menggunakan analgesik. Keberhasilan jangka panjang menggunakan penilaian radiografi tidak
memiliki perbedaan.

KEPUSTAKAAN

1. Glickman GN, Schweitzer JL. Endodontics Diagnosis. Am Assoc Endodontists


[Internet]. 2013; Available from: www.aae.org
2. Lecturer S. Single visit vs . multiple visits for endodontic treatment : A review.
2017;2(10):23–7.
3. Dennis CN. Single Visit Endodontic in the Management of Symptomatic Irreversible
Pulpitis and Pulp Necrosis with Apical Periodontitis: Report of Two Cases. Int J Dent
Oral Sci [Internet]. 2017;4(2):418–21. Available from:
http://scidoc.org/articlepdfs/IJDOS/IJDOS-2377-8075-04-202.pdf
4. Gutmann JL, Baumgartner JC, Gluskin AH, Hartwell GR, Walton RE. Identify and
Define All Diagnostic Terms for Periapical/Periradicular Health and Disease States. J
Endod. 2009;35(12):1658–74.
5. Singla R, Marwah N, Dutta S. Single Visit versus Multiple Visit Root Canal Therapy. Int
J Clin Pediatr Dent [Internet]. 2008;1(1):17–24. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25206084%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/
articlerender.fcgi?artid=PMC4086535

12

Anda mungkin juga menyukai