Anda di halaman 1dari 42

PETUNJUK PELAKSANAAN

CAMPURAN EMULSI BERGRADASI


RAPAT CARA SEDERHANA

NO. 006/T/Bt/1995

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA


DIREKTORAT BINA TEKNIK
PRAKATA

Dalam rangka mengembangkan jaringan jalan yang efisien dengan kualitas vang balk, perlu
diterbitkan buku-buku standar mengenai perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan
pemeliharaan.
Untuk maksud tersebut Direktorat Jenderal Bina Marga, selaku pembina pembangunan jalan jalan
di Indonesia berusaha menyusun standar-standar yang diperlukan sesuai dengan prioritas dan
kemampuan yang ada.

Sesuai dengan ketentuan-ketentuan Dewan Standarisasi Indonesia yang diberikan oleh Panitia
Tetap Standarisasi Departemen Pekerjaan Umum, standar-standar bidang konstruksi
dikelompokkan ke dalam standar mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi, dan Metode
Pengujian.

Buku standar "Petunjuk Pelaksanaan Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat Cara
Sederhana" (CEBR) ini, merupakan salah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat
Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga yang masih memerlukan persetujuan Menteri
Pekerjaan Umum untuk menjadi Standar Konsep Standar Nasional Indonesia (SKSNI) dan
persetujuan Dewan Standar Indonesia untuk menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Namun demikian sambil menunggu persetujuan tersebut, kiranva standar ini dapat diterapkan
di dalam melaksanakan kegiatan-keglatan pelaksanaan Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat
Cara Sederhana. Dan kami harapkan dari penerapan di lapangan, dapat diperoleh masukan-
masukan kembali berupa saran dan tanggapan guna penyempurnaan selanjutnya.

Jakarta, Februari 1995


DIREKTUR BINA TEKNIK

MOHAMAD ANAS ALY

i
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Penggunaan Emulsi 1


1.2.1. Sifat-sifat Umum Aspal Emulsi 1
1.2.2. Pemakaian Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat 2

BAB II PROSEDUR PELAKSANAAN

2.1. Bahan 5

2.2. Peralatan 6

2.3. Pembuatan Rancangan Campuran (Mix Design) 7

2.4. Penyiapan Campuran 7


2.4.1. Cara Pencampuran 7
2.4.2. Penyimpanan dan Pengangkutan Campuran 9

2.5. Pelaksanaan 10
2.5.1. Penghamparan 10
2.5.2. Pemadatan 10
2.5.3. Pelaburan Permukaan 12

LAMPIRAN

"Tata Cara Perencanaan campuran Dingin Aspal Emulsi


Bergradasi Menerus" SK - SNI 1992-03

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Repelita VI keterbatasan dana dan daya masih merupakan masalah


yang memerlukan pemecahan khusus. Dengan demikian efesiensi dan
efektivitas harus diusahakan dan dilaksanakan sebaikbaiknya untuk
mencapai sasaran yang telah ditargetkan. Sehubungan dengan itu
Direktorat Jenderal Bina Marga telah menetapkan. bahwa ekbijaksanaan
diversifikasi bahan dan diversifikasi teknologi perlu dilaksanakan.

Pemanfaatan aspal emulsi untuk perkerasan jalan adalah salah satu


Iangkah untuk mendukung kebijaksanaan tersebut di atas.

1.2. Penggunaan Aspal Emulsi

1.2.1. Sifat-Sifat Umum Aspal Emulsi

Aspal emulsi diperoleh dari aspal keras yang didispersikan ke dalam air dalam
bentuk butir-butir halus (0,001 - 0,1 mm) dan dipertahankan dalam kondisi
tersebut untuk jangka waktu yang lama dengan bantuan bahan pengemulsi.
Aspal emulsi biasanya mengandung 55 - 70 % aspal dan 30 - 40 % air.

Dalam campuran dengan agregat, butir-butir akan terpisah dari air dan
bergabung dengan butir-butir aspal lainnya membentuk gumpalan serta
menyelimuti agregat. Peristiwa Iepasnya butir-butir aspal dari air dan
bergabung kembali dengan butir-butir lainnya disebut pecahnya emulsi
(breaking/setting). Hal ini dapat terjadi akibat sentuhan dari butir-butir aspal
emulsi dengan agregat akibat pemadatan, yang ditandai dengan perubahan
warna dari coklat menjadi hitam.

Dari kecepatan pecahnya emulsi, aspal emulsi terbagi menjadi tiga golongan :
x RS (Rapid Setting)
x MS (Medium Setting)
x SS (Slow Setting)

Sedangkan ditinjau dari muatan listriknya, aspal emulsi dibagi ke dalam dua
jenis
x Aspal emulsi anior ik (bermuatan negatif)
x Aspal emulsi kationik (bermuatan positif)

Pada saat ini aspal emulsi yang umum digunakan di Indonesia adalah aspal
emulsi kationik, karena aspal emulsi tipe ini cocok dengan hampir semua
batuan (agregat) yang ada di Indonesia. Aspal emulsi yang termasuk jenis
aspal emulsi kationik tersebut yang cocok digunakan untuk membuat
campuran dingin adalah CSS1,CSS1h, CMS2, dan CMS2h.

Tabel 1. Tingkatan aspal emulsi berdasarkan ASTM dan AASHTO

CATIONIC EMULSIFIED
EMULSIFIED ASPHALT
ASPHALT

RS-1 CRS-1
RS-2 CRS-2
MS-1 -
MS-2 CMS-2
MS-2h CMS-2h
H FMS-1 -
H FMS-2 -
H FMS-2h -
H FMS-2s -
SS-1 CSS-1
SS-2 CSS-1 h

Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aspal emulsi dibandingkan


dengan aspal panas antara lain

1. Dapat dipakai dengan agregat basah / lembab;


2. Dapat disimpan, diangkut, dan digunakan pada temperatur ruangan;
3. Konsumsi bahan bakar hampir tidak ada;
4. Tidak ada pencemaran Iingkungan;
5. Tidak ada masalah overheating;
6. Resiko kebakaran dapat dihindari.

1.2.2. Pemakaian Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat

Campuran emulsi bergradasi rapat (CEBR) adalah campuran antara agregat


dengan aspal emulsi, yang agregatnya mempunyai gradasi rapat (dense
graded).
CEBR dapat digunakan untuk
1. lapis pondasi bawah (subbase course);

2
2. lapis pondasi (base course)
3. lapis permukaan / apis aus (surface course);
4. lapis perata (leveling);
5. bahan penambal lubang (patching).

CEBR dipergunakan sebagai lapis permukaan dengan lalu-lintas ringan sampai


sedang.

Apabila CEBR dipergunakan sebagai lapis permukaan, cukup ditutupi dengan


laburan aspal emulsi sebanyak 0,3 - 0,5 liter/m2, kemudian ditabur pasir.

Pencampuran CEBR dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang disesuaikan


dengan kondisi setempat serta tingkat kualitas yang diperlukan, sebagai berikut
:

1. Menggunakan alat pencampur terpusat (mixing plant) dengan pengukur


berat agregat dan aspal emulsi yang teliti; yaitu untuk pekerjaan yang
memerlukan kualitas tinggi.
2. Menggunakan alat pengaduk beton sederhana (beton molen / concrete
mixer); yaitu untuk pekerjaan yang tidak memerlukan kualitas terlalu tinggi,
misalnya pondasi atau lapis permukaan jalan dengan lalu-lintas ringan /
jarang (ADT <= 500).
3. Menggunakan motor grader, pencampuran setempat di lapangan (insitu);
yaitu untuk pekerjaan lapis pondasi.
4. Dengan cara-cara lain yang sederhana, misalnya dengan cara manual
(menggunakan tenaga manusia).

Berbeda dengan campuran panas, CEBR dapat disimpan dahulu sebelum


dipergunakan (stockpile) dalam waktu yang cukup lama sampai beberapa
minggu, asal dengan stockpiling yang baik.
Cara pengangkutan CEBR dari tempat pencampuran/penyimpanan ke tempat
penghamparan dapat dilakukan dengan menggunakan dump truck atau
dengan menggunakan truck bak biasa, harus dijaga agar tidak terjadi
segregasi akibat proses pemuatan dan pembongkaran.

Penghamparan CEBR dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1. Dengan finisher; untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan kualitas


yang tinggi.
2. Dengan motor grader; apabila ketelitian dari ketebalan tidak perlu tinggi.
Cara ini dipergunakan untuk penghamparan lapis pondasi bawah.
3. Dengan cara manual, mempergunakan alat-alat yang sederhana; dapat
dipakai pada penghamparan lapis pondasi atau lapis

3
permukaan pada jalan dengan lalu-lintas ringan di daerah-daerah terpencil.

Cara pemadatan CEBR dilaksanakan dengan cara yang sama seperti pada
campuran aspal panas, yaitu mempergunakan tandem roller (mesin gilas roda
besi) dan tyre roller (mesin gilas roda karet). Kalau tidak terdapat tyre roller,
dapat digunakan hanya tandem roller.

4
BAB II
PROSEDUR PELAKSANAAN

Di bawah ini akan diuraikan cara pelaksanaan yang sederhana, yaitu


pencampuran dengan beton molen (mesin pengaduk beton sederhana) dan
penghamparan dengan tenaga manusia.

2.1 Bahan

Bahan yang diperlukan untuk CEBR adalah :

1. Agregat, terdiri dari agregat kasar, agregat sedang, agregat halus.


1. Kadang-kadang diperlukan filler, tetapi umumnya tidak.
2. Aspal emulsi, tipe slow setting (CSS 1 / H.60).
3. Kadang-kadang diperlukan air, yaitu bila keadaan agregat terlalu kering.

Setiap bahan yang akan dipergunakan harus diuji di laboratorium sehingga


memenuhi spesifikasi Bina Marga.

Pengujian tersebut antara lain

Untuk agregat :
a) uji saringan (gradasi), lihat Tabel 3, 4 dan 5
b) abrasi
c) tingkat penyerapan (absorbsi) bitumen
d) bidang pecah

Untuk aspal
a) viskositas
b) kadar air
c) breaking point

Untuk air
a) bersih
b) tidak payau

Bahan-bahan yang akan dipergunakan tersebut diatas harus tersedia dalam


jumlah yang cukup di tempat pencampuran sebelum pekerjaan dimulai.

5
Mengingat agregat yang diperlukan adalah produksi stone crusher, dan
biasanya produksi stone crusher (dengan. primary dan secondary crusher)
terdiri atas tiga ukuran/fraksi sebagai berikut :

0 - 5 mm atau 0 - 6 mm,
5 - 10 mm atau 6 - 12 mm, dan
10 - 20 mm atau 12 - 20 mm,

maka dalam penyiapan agregat disesuaikan dengan ukuran-ukuran diatas.

Khusus untuk ukuran 0 - 5 mm, dapat juga sebagian dipakai pasir alam/sungai.
Tapi, disarankan jumlahnya jangan sampai lebih dari 10% dari total berat
campuran agregat, dan dalan keadaan bagaimana pun juga gradasi campuran
harus tetap memenuhi Spesifikasi.

Dalam penyimpanan, agar diusahakan bahan agregat terlindung dari air hujan
supaya kadar airnya tidak terlalu tinggi.

Sebagai gambaran, pada pembuatan mix desain biasanya diperoleh


perbandingan campuran sebagai berikut

Tabel 2 : Perbandingan Campuran

AGREAT UKURAN PROSENTASE (%)

kasar 10 - 20 mm 14 - 18
sedang 5 - 10 mm 42 - 45
halus 0 - 5 mm 30 -33
pasir alam - 8-10

2.2. Peralatan

1. Alat Pencampur

Sebagai alat pencampur dapat digunakan beton molen dengan kapasitas


sekurang-kurangnya 200 liter, atau peralatan lainnya, misalnya pan mixer.
Peralatan itu harus mampu menghasilkan campuran yang homogen dan
seluruh agregat terselimuti dengan merata.

6
2. Peralatan Penghamparan

Untuk pekerjaan yang sederhana dengan lingkup pekerjaan kecil biasanya


digunakan cara penghamparan dengan tenaga manusia. Alat bantu yang
digunakan adalah garu, singkup, alat penumbuk, dan sapu.

3. Peralatan Pemadat

Alat pemadat yang digunakan dalam pemadatan adalah :


1) Tandem roller (mesin gilas roda besi)
2) Tyre roller (mesin gilas roda karet)

2.3. Pembuatan Rancangan Campuran (Mix Design)

Mengingat dalam pelaksanaan akan dipakai cara sederhana (pencampuran


dengan beton molen dan penghamparan dengan tenaga manusia), disarankan
gradasi agre gat mengikuti tipe III atau IV dari Tabel 5, dengan ketebalan
lapisan minimum 5 cm.

Prosedur pembuatan mix design di laboratorium, sama dengan prosedur


seperti pada campuran panas (hot mix), seperti diuraikan dalam "Tata Cara
Perencanaan Campuran Dingin Aspal Emulsi Bergradasi Menerus" (rancangan
SK-SNI teriampir).

2.4. Penyiapan Campuran

2.4.1. Cara Pencampuran

Alat yang diperlukan untuk pencampuran adalah sebagai berikut :

1. Beton molen
Ukuran dan banyaknya agar diperhitungkan dengan kebutuhan / jadwal
waktu. Lebih besar ukuran beton molen akan menghasilkan mutu campuran
yang lebih baik.

2. Alat bantu, antara lain


1) gerobak dorong
2) kotak penakar agregat
3) plastik penutup campuran

7
Ukuran besarnya kotak penakar ngregat disesuaikan dengan kapasitas beton
molen. Dari beberapa pengalaman, pelaksanaan pencampuran cara
sederhana dapat dilakukan sebagai berikut

1) Untuk sekali pencampuran diperhitungkan volume tertentu, misalnya untuk


beton 250 liter, kapasitas pengadukan antara 100-150 liter.
2) Untuk membuat campuran dengan aspal emulsi cara sederhana, dapat
digunakan perbandingan volume bahan-bahan agregat kasar, agregat
halus, dan aspal emulsi, sebagai berikut

(1) Bagian Campuran

Agregat kasar (0,5 - 2 cm) : 9 takaran


Agregat halus (< 0,5 cm) : 6 takaran
Aspal emulsi : 2,5 takaran

Catatan :
Dalam mix design, banyaknya masing-masing fraksi agregat dinyatakan dalam satuan
berat, la/u diubah menjadi satuan volume dan dinyatakan dalam satuan kotak takaran.

(2) Pencampuran dan penimbunan sementara

A. Putar molen / pengaduk 25 putaran permenit

B. a Masukkan agregat kasar (0,5-2 cm) sebanyak 6 takaran


b Masukkan aspal emulsi sebanyak 1 takaran
c Masukkan agregat kasar (0,5 - 3 cm) sebanyak 3 takaran
d Masukkan agregat halus (< 0,5 cm) sebanyak 3 takaran
e Masukkan aspal emulsi sebanyak 1 takaran
f Masukkan agregat halus sebanyak 3 takaran
g Masukkan aspal emulsi sebanyak 1 /2 takaran

C. Kontrol kerataan campuran dan usahakan total waktu mencampur


kurang lebih 4 menit.

D. Tuangkan hasil campuran.

E. Untuk membawa campuran di tempat campuran sementara sebelum


diangkut ke lokasi pekerjaan, bisa dilakukan dengan gerobak
dorong. Dasar tempat penimbunan sementara haruslah dasar yang
keras atau diberi alas dari terpal / plastik, agar campuran tidak
tercampur dengan bahan lain. Timbunan campuran harus ditutup
dengan terpal

8
plastik untuk menghindari penguapan air yang cepat -tau masuknya
air dan bahan lain dari luar. Untuk dapat menghasilkan campuran
yang balk sebelumnya perlu diadakan percobaan pencampuran.

(3) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pencampuran


adalah :

a. Waktu pencampuran dengan beton molen, sering terjadi


penempelan agregat halus dan aspal emulsi pada dinding beton
molen terutama bila keadaan air agak tinggi. Untuk menghindari
hal tersebut, selama pengadukan dinding beton molen perlu
sering dibersihkan.

b. Usahakan menghindari terjadinya segregasi. Kalau terjadi


segregasi lakukan pengadukan lagi seperlunya.

2.4.2. Penyimpanan dan Pengangkutan Campuran

1. Penyimpanan

Campuran yang menggunakan aspal emulsi dapat langsung dipakai segera


setelah pembuatannya. tetapi dapat juga disimpan untuk pemakaian di lain
waktu (stockpiling) selama 4 - 15 hari, dengan ketentuan penyimpanan harus
dilaksanakan sebagai berikut :

1) Dasar tempat penyimpanan timbunan harus keras, mempunyai drainase


yang balk serta bebas dari tanaman / bahan organis dan kotoran
apapun.
2) Tinggi timbunan 1,5 - 2,5 meter
3) Timbunan terlindung dari penyinaran matahari secara langsung
4) Campuran yang mengalami segregasi atau campuran yang tercemar dan
menjadi terlampau kaku serta memadat harus dibuang.

2. Pengangkutan Campuran

Pengangkutan CEBR dari tempat pencampuran / penyimpanan ke lokasi


penghamparan dapat dilakukan dengan dump truck atau truck bak biasa,
sedangkan pemuatannya dapat dilakukan dengan loader atau cara manual
menggunakan tenaga manusia.

9
Bila memakai truck biasa dan pembongkaran di lapangan juga dilakukan secara
manual (dengan tenaga manusia) dengan sekop, cangkul atau dengan gerobak
dorong harus diperhatikan agar jangan sampai terjadi segregasi (pemisahan
butir kasar). Tetapi apabila terjadi segregasi, di lapangan perlu dilakukan lagi
pengadukan seperlunya untuk menghilangkan segregasi tersebut.

2.5. Pelaksanaan

2.5.1. Penghamparan

1. Ruas jalan yang akan dilapis perlu dipersiapkan terlebih dahulu


mengenai kepadatan, kerataan, dan kebersihan permukaannya.

2. Sebelum penghamparan dimulai, permukaan jalan perlu diberi lapis perekat


(tack coat) dari aspal emulsi yang telah diencerkan dengan air menurut
perbandingan 1 : 1, kemudian ditunggu sampai lapis perekat tersebut
berubah warnanya dari coklat menjadi hitam.

3. Alat-alat untuk keperluan penghamparan disiapkan di lokasi. Juga


tenaga kerja dan lain-lain yang diperlukan.

4. Untuk mengatur tebal penghamparan serta sudut kemiringannya, dipakai


balok-balok kayu (kaso) dengan tebal atau tinggi tertentu yang dipaku
pada permukaan jalan sehingga kokoh dan berfungsi sebagai pembatas
tepi hamparan.

5. Untuk mengetahui berapa tebalnya hamparan gembur (sebelum


dipadatkan) untuk menghasilkan tebal tertentu setelah pemadatan, perlu
diadakan percobaan sebelumnya. Tebal hamparan gembur yang didapat
dari percobaan ini menjadi ukuran tinggi balok.

6. Untuk membuat permukaan hamparan rata, dipergunakan penggaris dari


kayu.

7. Penghamparan bisa dilaksanakan setengah lebar jalan ataupun selebar


penuh jalan, tergantung dari pertimbangan lapangan, terutama
sehubungan dengan kepentingan lalu-Iintas. Lubang / celah bekas balok
kayu yang dicabut (pada waktu penghamparan) harus betul-betul terisi
kembali dengan campuran sebelum dimu!ai pemadatan.

10
2.5.2. Pemadatan

Pemadatan adalah tahapan akhir dari serangkaian kegiatan pekerjaan


pembuatan lapisan perkerasan jalan. Urutan pekerjaan pemadatan adalah
sebagai berikut :

1. Pemadatan dapat dilakukan dengan tandem roller 6 - 8 ton (pemadatan


awal dan pemadatan akhir) dan tyre roller 10 - 12 ton (pemadatan
antara). Dalam hal tidak ada tyre roller, pemadatan dapat dilakukan
seluruhnya dengan tandem roller.

2. Apabila digunakan tandem roller dan tyre roller, pemadatan dilakukan.


sebagai berikut :

1) Pemadatan awal dengan tandem roller sebanyak 2 - 4 lintasan


dengan kecepatan 3 - 4 km/jam.
2) Pemadatan antara, segera setelah pemadatan pertama,
menggunakan tyre roller dengan kecepatan 5 km/jam sebanyak 6 - 8
lintasan.
3) Pemadatan akhir setelah pemadatan antara dengan menggunakan
tandem roller sampai alur-alur bekas roda pemadat hilang (kira-
kira 2 lintasan) dengan kecepatan 5 - 8 km/jam.

Apabila seluruhnya digunakan tandem roller, pemadatan dilakukan


sebanyak kira-kira 16 lintasan.

Perkiraan-perkiraan jumlah lintasan di atas pada umumnya memenuhi


kepadatan yang diharapakan.

3. Cara Penggilasan

1) Pada jalan lurus, penggilasan dimulai dari tepi perkerasan sejajar


as jalan menuju ke tengah.

2) Pada tikungan, penggilasan dimulai dari bagian yang rendah


sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.

3) Pada bagian tanjakan dan turunan, harus dimulai dari bagian


yang rendah sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.

4) Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama ditempatkan


di muka.

4. Apabila pada waktu penggilasan terjadi pelekatan campuran pada roda


mesin gilas, roda mesin gilas dapat dibasahi dengan lap basah (air).

5. Apabila pada waktu pemadatan terdapat bagian-bagian yang tidak rata


atau terjadi pemisahan butir (segregasi), bagian-bagian tersebut

11
tersebut harus segere diperbaiki dengan campuran yang baru sebelum
penggilasan selesai.

2.5.3. Pelaburan Permukaan

Selesai pemadatan, pada permukaan haparan harus dilakukan pelaburan


dengan aspal emulsi clan pasir. Bila memungkinkan, pelaburan tidak
dilaksanakan terlalu cepat setelah selesai pemadatan. Hal ini dimaksudkan
untuk memberi waktu Iebih banyak bagi penguapan sisa air pada CEBR.
Tetapi bila tidak mungkin, karena harus segera dilalui kendaraan atau
akan turun hujan, pelaburan dapat dilaksanakan segera setelah pemadatan.

Pelaburan dilaksanakan sebagai berikut :


1. Pemberian aspal emulsi (CSS1) sebanyak 0,3 - 0,5 liter/m2 (tanpa
diencerkan).
2. Ditabur dengan pasir alam / abu batu secukupnya.
3. Kemudian digilas 2 lintasan untuk meratakan permukaan.

12
Tabel 3 : Gradasi Agregat kasar untuk CEBR

Prosentase Berat yang Lewat


Saringan (mm) Ukuran (ASTM)
untuk Semua CEBR

50 2" 100
37.5 1 1/2" 90-100
25 1” 20-100
12.5 1/2" 5-100
9.5 3/8" 0-100
4.75 #4 0-30
2.36 #8 0-10
0.075 #200 0-5

Tabel 4 : Gradasi Agregat Halus untuk CEBR


Prosentase Berat yang Lewat
Saringan (mm) Ukuran (ASTM)
untuk Semua CEBR

9.5 3/8" 100


4.75 #4 90-100
2.36 #8 20-100
0,60 #30 5-100
0.075 #200 1-11

13
Tabel 5 : Gradasi Agregat

No. I II III IV V VI VII VIII IX X XI


Campuran
Gradasi kasar kasar Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat
Tebal Padat 19.1- 25.4- 19.1- 25.4- 38.1- 50.8- 38.1- 19.1- 38.1- 38.1- 38.1-
(mm) 38.1 50.8 38.1 50.8 63.5 76.2 50.8 38.5 63.5 63.4 50.8
Uk. Saringan
% BERAT YANG LEWAT SARINGAN
(mm)
38.1 - - - - - 100 - - - - -
25.4 - - - - 100 90-100 - - 100 100 -
19.1 - 100 - 100 80-100 82-100 100 - 85-100 95-100 100
12.7 100 75-100 100 80-100 - 72-90 80-100 100 - - -
9.52 75-100 0-85 80-100 70-90 60-80 - - - 65-85 56-78 74-92
4.76 35-55 55-75 50-70 50-70 48-65 52-70 54-72 62-80 45-65 38-60 48-70
2.38 20-35 20-35 35-50 35-50 35-50 40-56 42-58 44-60 34-54 27-47 33-53
0.59 10-22 10-22 18-29 18-29 19-30 24-36 26-38 26-40 20-35 13-28 15-30
0.279 6-16 6-16 13-23 13-23 13-23 16-26 18-28 20-30 16-26 9-20 10-20
0.149 4-12 4-12 8-16 8-16 7-15 10-18 12-20 12-20 10-18 - -
0.074 2-8 2-8 4-10 4-10 1-8 6-12 6-12 6-12 5-10 4-8 4-9

14
LAMPIRAN
STANDAR RANCANGAN SK SNI

TATA CARA
PERENCANAAN CAMPURAN DINGIN
ASPAL EMULSI GRADASI MENERUS

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DAFTAR ISI
halaman

Daftar isi i

BAB I : DESKRIPSI 1

1.1. Maksud dan Tujuan 1

1.1.1. Maksud 1
1.1.2. Tujuan 1

1.2. Ruang Lingkup 1

1.3. Pengertian 1

BAB II : PERSYARATAN-PERSYARATAN 2

BAB III : KETENTUAN-KETENTUAN 3

3.1. Bahan 3

3.2. Campuran 6

BAB IV: CARA PENGERJAAN 9

4.1. Mutu bahan 9

4.2. Komposisi campuran 9

4.3. Kadar air coating 9

4.4. Kadar air pemadatan 10

4.5. Kadar air Emulsi Rencana 10

LAMPIRAN A : Daftar Istilah 13

LAMPIRAN B : Lain-lain 14

i
grada SK SNI - 1992-03

BAB I

DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud

Tata cara ini dimaksud sebagai acuan dan pegangan bagi perencana
untuk merencanakan campuran dingin aspal emulsi gradasi menerus.

1.1.2 Tujuan

Tata cara ini bertujuan untuk menyeragamkan cara merencanakan


campuran dingin aspal emulsi gradasi menerus.

1.2 Ruang Lingkup

Tata cara ini memuat uraian tentang persyaratan bahan, persyaratan dan
perencanaan campuran sesuai dengan persyaratan teknik.

1.3 Pengertian

1) Campuran dingin aspal emulsi gradasi menerus adalah lapisan


konstruksi perkerasan jalan yang terdiri campurar, merata cari
agregat bergradasi menerus, dengan aspal emulsi ;

2) Aspal emulsi adalah suatu jenis aspal yang terdiri dari aspal keras,
air, dan bahan pengelmusi;

3) Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,


atau minimal lainnya, balk berupa hasil alam ataupun buatan;

4). Gradasi menerus adalah suatu komposisi agregat yang menunjukan


pembagian butir yang merata.

1
grada SK SNI - 1992-03

BAB II

PERSYARATAN – PERSYARATAN

Ikhwal yang dipersyaratkan, sebagai berikut :

1) Agregat dan aspal emulsi hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan
pengujian dan memenuhi persyaratan;

2) Sebelum agregat dan bahan pengisi didatangkan untuk pengujian, terlebih


dahulu diperiksa sumber bahannya;

3) Dalam memilih sumber agregat, hendaknya dipertimbangkan jumlah aspal


yang akan digunakan merupakan yang paling sedikit menyerap aspal ;

4) Sebelum aspal didatangkan, terlebih dahulu harus diketahui sumber dan


sifat-sifatnya, serta harus dilakukan pengambilan contohnya, pencampuran
dua aspal yang berasal dari pengilangan yang berbeda sama sekali tidak
boleh dilakukan ;

5) Dalam pengujian campuran dingin aspal emulsi penggunaan peralatan


harus standar dan sudah dikalibrasi.

2
grada SK SNI - 1992-03

BAB III

KETENTUAN - KETENTUAN

3.1 Bahan

3.1.1. Agregat kasar

Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil yang bersih atau
terak, kering, kuat, awet, dan bebas dari bahan loris yang mengganggu,
serta memenuhi spesifikasi yang berlaku :

1) keausan dalam 500 putaran pada pemeriksaan dengan alat Los


Angeles (SK SNI M02-90-F) tidak lebih dari 40%;

2) kelekatan terhadap aspal (SK SNI M 28-90-F) paling sedikit 95% ;

3) indeks kepipihan butir - butir yang tertahan ayakan yang 9,5 mm


(3/8") (BS 812) paling sedikit 25% ;

4) khusus untuk kerikil, paling sedikit 50% dari agregat yang tertahan
pada ayakan 4,76 mm (No. 4) harus mempunyai minimum dua
bidang pecah ;

5) penyerap agregat kasar terhadap air (SK SNI M 09-90- F) maksimum


3%;

6) agregat kasar mempunyai berat jenis curah (bulk) (SK SNI M 09-90-
F) minimum 2,5% ;

7) bagian batu yang lunak (AASHTO T 189 - 82) maksimum 5%.

3.1.2 Agregat halus


Agregat halus harus terdiri dari pasir alam, atau hasil pemecahan batu,
atau terak, atau gabungan dari bahan-bahan tersebut, bersih, kering,
kuat, bersudut tajam, bebas dari gumpalan-gumpalan lempung dan
bahan-bahan lain yang mengganggu serta memenuhi spesifikasi yang
berlaku

3
grada SK SNI - 1992-03

1) penyerapan agregat halus terhadap air (SK SNI M 10-90-F)


maksimum 3%;

2) agregat halus mempunyai nilai ekivalen pasir (AASHTO T 176-73)


minimum 50%.

3.1.3 Bahan pengisi

Apabila bahan diperlukan dalam campuran, bahan pengisi harus terdiri


dari kapur atau semen atau bahan non plastis Iainnya, kering, bebas
dari bahan-bahan yang mengganggu, serta memenuhi gradasi (AASHTO M
- 1277) yang berlaku seperti dalam tabel ;

Tabel 1
Gradasi Bahan Pengisi

UKURAN AYAKAN PROSENTASE BERAT YANG LOLOS

No. 30 (0.59 mm) 100


No. 50 (0.279 mm) 95 - 100
No. 100 (0.149 mm) 90 - 100
No. 200 (0.074 mm) 65 - 100

3.1.4 Aspal Emulsi

Aspal emulsi yang dipergunakan dalam campuran dapat berupa aspal


emulsi jenis kationik dan anionic; yang penggunaannya harus disesuaikan
dengan jenis agregat yang dipergunakan dalam campuran. Aspal emuisi
cationic bermuatan elektro positif cocok untuk agregat bermuatan
positif; aspal emuisi harus memenuhi spesifikasi yang berlaku seperti
dalam Tabel 2 ;

4
grada SK SNI - 1992-03

3.1.5 Air

Air diperlukan untuk membantu mencapai kepadatan maksimum


campuran. Air yang dipergunakan harus air yang bersih bebas dari
kotoran yang tidak diinginkan.

3.1.6 Spesifikasi Rancangan Campuran

Dalam campuran dingin aspal emulsi gradasi menerus harus dipenuhi


ketentuan spesifikasi rancangan campuran seperti dalam Tabel 3 ;

TABEL 3
SPESIFIKASI RANCANGAN CAMPURAN

SARINGAN PERSEN LOLOS SARINGAN

Inchi/mm I II III IV

1.5 (37.5) 100 - - -


1 (25.0) 90 - 100 100 - -
3/4 (19.0) - 90 - 100 100 -
1 /2 (12.0) 60 - 80 - 90 - 100 100
3/8 (9.50) - 60 - 80 - 90 - 100
No. 4 (4.75) 25 - 60 35 - 65 45 - 70 60 -80
No. 8 (2.36) 15 - 45 20 - 50 25 - 55 35 - 65
No. 55 (300 U) 3-18 3-20 5-20 6-25
No. 200 (75U) 1-7 2-8 2-8 2-10

3.2 Campuran

3.2.1 Komposisi campuran

Campuran pada dasarnya terdiri dari agregat kasar, agregat halus,


bahan pengisi bila diperlukan, air, dan aspal emulsi. Masing-masing
agregat tersebut harus terlebih dahulu diperiksa gradasinya (SKSNI M08-
89-F) dan selanjutnya digabungkan menurut perbandingan yang akan
menghasilkan campuran yang memenuhi persyaratan spesifikasi
rancangan agregat pada Tabel 3.

5
grada SK SNI - 1992-03

3.2.2 Perencanaan campuran

1) menentukan perbandingan campuran dari masing-masing fraksi


agregat, untuk mendapatkan rancangan gradasi yang sesuai dengan
spesifikasi rancangan campuran; metoda untuk menentukan
perbandingan fraksi agregat dapat digunakan dengan cara grafis;

2) perkiraan kadar aspal emulsi rencana dengan rumus;

p = 0,05A + 0,1B + 0,5C.........................................(1)

Keterangan
p = persentase aspal rencana
A = prosentase agregat tertahan no. 8
B = prosentase agregat lolos no. 8, tertahan no. 200
C = prosentase agregat lolos saringan no. 200

3) menentukan kadar air untuk penyelaputan agregat, merupakan salah


satu bagian yang penting, dimana diharapkan permukaan agregat
sebanyak mungkin terselimuti oleh aspal; cara untuk menentukan
kadar air tersebut, dilakukan dengan interval 1 % pada agregat untuk
selanjutnya ditambah aspal emulsi rencana dan ditentukan kadar
air yang memberikan nilai penyerapan yang terbaik;

4) menentukan kadar air pemadatan, merupakan salah satu faktor guna


mencapai kepadatan yang optimum. Caranya adalah dengan
membuat briket yang dipadatkan dengan marshall sebanyak 2 x 50
tumbukan, pada kadar air yang bervariasi dan kadar aspal
rencana, kemudian buat hubungan antara kepadatan dan kadar
air, sehingga dapat ditentukan kadar air optimum, yang akan dijadikan
pegangan pada saat pelaksanaan dilapangan. Menentukan variasi
kadar air pemadatan dengan cara mengurangi kadar air coating
sedemikian rupa sehingga diperkirakan mendapatkan kadar air
optimum.

5) menentukan kadar aspal rencana dalam campuran

(1) dilakukan dengan cara Marshall pada kadar air yang sesuai
untuk pemadatan dan kadar aspal di variasikan di bawah dan
di atas perkiraan kadar aspal emulsi rencana, kemudian
dipadatkan 2 x 50 setiap variasi kadar aspal dibuat minimum 3
contoh benda uji. Penguji dengan alat marshall dilakukan
setelah benda uji di oven selama 24 jam pada suhu 38 C.

6
grada SK SNI - 1992-03

(2) dibuat grafik hubungan antara variasi kadar aspal dengan;

a. Kepadatan (gr/cc)
b. Stabilitas (kg)
c. Rongga terhadap campuran
d. Kelelehan (mm)
e. Kehilangan stabilitas setelah divaccum.

(3) kadar aspal rencana hasil pengujian Marshall harus memenuhi


ketentuan pada Tabel 4.

Tabel 4 :
Sifat-Sifat Campuran Aspal Dingin Aspal Emulsi
Gradasi Menerus

PENGUJIAN ALAT MARSHALL KETENTUAN

Jumlah tumbukan 2 x 50
Stabilitas -
Rongga Terhadap Campuran 3-8
Kelelehan -
Kehilangan Stabilitas max 50

7
grada SK SNI - 1992-03

BAB IV

CARA PENGERJAAN

4.1. Mutu Bahan

Periksa mutu bahan campuran yang akan dipergunakan sesuai dengan


ketentuan :

1). agregat kasar sesuai Bab III, butir 3.1.1;


2). agregat halus sesuai Bab III, butir 3.1.2;
3). bahan pengisi bila diperlukan sesuai Bab III. BUTIR 3.1.3;
4). aspal emulsi sesuai Bab III, butir 3.1.3;
5). air sesuai Bab III, butir 3.1.4.

4.2 Komposisi Campuran

Hitung komposisi campuran sesuai dengan ketentuan

1). komposisi perbandingan agregat kasar, agregat halus, dan bahan


pengisi dengan cara grafis sehingga memenuhi spesifikasi rancangan
campuran sesuai pada Tabel 3;

2). hitung perkiraan kadar aspal emulsi rencana sesuai rumus no. 1 Bab
3.2.2 butir 2.

4.3 Kadar Air Coating

Tentukan kadar air coating dengan cara sebagai berikut

1) campur rancangan gradasi dengan air yang bervariasi dimulai dari


kadar air agregat 0 %, 1 %, 2 %, dan seterusnya, kemudian campur
dengan aspal emulsi sesuai dengan perkiraan kadar aspal emulsi
rencana;

2) amati secara visual campuran tersebut di atas dan tentukan kadar air
yang memberikan nilai pelekatan yang terbaik dengan ketentuan
pelekatan 75%.

8
grada SK SNI - 1992-03

4.4 Kadar Air Pemadatan

Tentukan kadar air pemadatan dengan cara sebagai berikut :

1) buat beberapa contoh campuran pada kadar air coating, kemudian di


diamkan dengan di angin-anginkan;

2) kemudian contoh-contoh tersebut diamati dan dibuat sedemikian


rupa, sehingga kadar airnya menjadi bervariasi atau berkurang 1 %, 2
%, dan seterusnya dari kadar air coating. Caranya dengan menimbang
setiap contoh, sehingga dapat menghasilkan variasi kadar air tersebut
di atas ;

3) padatkan contoh campuran 2 x 50 tumbukan, kemudian periksa


kepadatannya.

4) buat grafik hubungan antara kepadatan dan kadar air, kemudian


tentukan besarnya kadar air yang memberikan kepadatan yang
maksimum.

4.5 Kadar Aspal Emulsi Rencana

Tentukan kadar aspal rencana dengan cara sebagai berikut :

1) variasikan kadar aspal emulsi di bawah dan di atas campuran pada


kadar air pemadatan dengan interval 1 %. Setiap variasi kadar aspal
emulsi dibuat 6 buah benda uji yang dipadatkan 2 x 50 tumbukan ;

2) kemudian oven benda uji selama 1 x 24 jam pada suhu 38 C ;

3) test 3 buah benda uji dengan alat Marshall pada temperatur ruang 25 0
C dan 3 buah benda uji lagi di test dengan alat Marshall setelah
divacum di dalam air selama 60 menit ;

4) hitung dan buat grafik hubungan antara kadar residu dengan

(1) Kepadatan (gr/cc)


(2) Stabilisasi (kg)
(3) Rongga terhadap campuran (%) ;
(4) Kelelehan (mm).

5) tentukan kadar aspal emulsi rencana sesuai dengan ketentuan Tabel


4.

9
grada SK SNI - 1992-03

BAGAN ALIR PENENTUAN KADAR ASPAL EMULSI


ASPAL EMULSI CAMPURAN DINGIN GRADASI MENERUS

STEP 1. MENENTUKAN AGREGAT CAMPURAN DAN KADAR AIR


PELEKATAN

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


mutu agregat mutu aspal mutu air
Bab. III, butir emulsi table Bab. III butir
3.11 dan 3.1.2 2. 3.1.

Rencanakan komposisi Campur dan amati


campuran agregat dengan secara visual
cara grafis Spec. table 3 perlengkapan emulsi
terhadap aspal syarat
75%

Hitung perkiraan kadar


aspal rencana
P = 0.05A + 0.7B + 0.05C

Tentukan kadar air yang


Memberikan pelekatan terbaik

STEP 2. MENENTUKAN KADAR AIR PEMADATAN

Buat campuran seperti Tumbuk 2 x 50 Buat grafik


Pada step 1. (kadar air Berdasarkan Hubungan antara
Coating) kemudian Marshall Kepadatan dengan
Kurangi kadar air Kadar air
Tersebut 1%, 2%, dst,

Tentukan kadar air yang


Memberikan kepadatan maksimum

10
grada SK SNI - 1992-03

STEP 3. MENENTUKAN KADAR ASPAL RENCANA OPTIMUM

Variasi kadar aspal


Tumbuk 2
Emulsi campuran pada Oven benda uji Test dengan
x 50
Step 2 di bawah dan pada suhu 35 alat marshall
berdasarkan
Di atas diperkirakan oc selama 24 pada suhu
prosedur
Kadar aspal emulsi jam ruang 25 oc
marshall
rencana

buat grafik hubungan antara


test marshall
kadar residu dengan :
setelah
- density
divacum pada
- stability
suhu ruang
- rongga terhadap campuran
25oc

tentukan kadar residu


optimum table 4

11
grada SK SNI - 1992-03

LAMPIRAN A

DAFTAR ISTILAH

Pengujian Marshall : adalah suatu metoda pengujian untuk stabilitas dan


kelelehan plastis campuran beraspal dengan
menggunakan alat Marshall.

Stabilitas : adalah kemampuan maksimum suatu benda uji


campuran aspal dengan menahan beban sampai
terjadi kelelehan plastis, dinyatakan dalam
satuan beban.

Rongga di dalam : adalah perbandingan volume rongga campuran


terhadap volume total campuran padat, yang
dinyatakan dalam persen.

Kelelehan (flow) : adalah besarnya perubahan bentuk plastis suatu


benda uji campuran beraspal yang terjadi akibat
suatu beban sampai batas keruntuhan,
dinyatakan dalam satuan panjang.

Agregat kasar : adalah agregat yang tertahan pada ayakan no. 8


atau ukuran 2,38 mm.

Agregat halus : adalah agregat yang lolos ayakan no. 8 atau


ukuran 2,38 mm.

Bahan pengisi : adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan no.
30 dimana persentase buat butir yang lolos ayakan
No. 200 minimum 65 %.

Residu : adalah sisa emulsi yang telah menguap airnya.

12
grada SK SNI - 1992-03

LAMPIRAN B

LAIN - LAIN

Contoh Perhitungan

1) Data bahan campuran


(a) sifat-sifat aspal emulsi css 1 h

Jenis Perkerasan Nilai Satuan

Daktilitas pada residu aspal > 140 Cm


Penentrasi pada 25°C pada 73.2 0.1 mm
residu aspal
Jenis aspal Cationik -
Analisa Saringan 0.08 %
Viskositas pada 25°C 29 detik
Penyulingan : % residu 58 %
air 42 %
Pengendapan : satu hari 0.4 %
lima hari 2.1 %
Berat jenis residu 1.036 %

(b) Agregat

Gradasi Agregat

Ukuran saringan % berat lolos


inch/mm split screen abu batu pasir

3/4 (19.0) 100 - - -


1/2 (12.5) 20.04 100 - -
3/8 (9.50) 5.27 84.27 100 100
No. 4 (4.75) 0.2 20.79 99.23 97.27
No. 8 (2.36) 0.17 5.15 80.62 91.65
No. 30 (0.59) 0.15 3.47 40.06 57.84
No. 50 (0.279) 0.13 2.88 25.70 40.51
No. 100 (0.149) 0.11 2.17 15.53 24.33
No. 200 (0.074) 0.09 1.45 7.89 14.01

13
grada SK SNI - 1992-03

Berat Jenis Agregat

Periksaan Split Screen Abu batu Pasir Satuan

- Berat jenis 2.606 2.604 2.513 2.715 -

- Berat jenis kering 2.665 2.658 2.586 2.759 -


permukaan jenuh

- Berat jenis semu 2.769 2.753 2.712 2.839 -

- Penyerapan 2.249 2.079 2.917 1.609 %

Kadar Air Agregat

Agregat Kadar Air (%)

Split 1.486

Screen 1.203

Abu batu 3.148

Pasir 6.72

x Sand equivalen pasir = 89.95


x Keausan agregat = 18 %

14
grada SK SNI - 1992-03

2). Rancangan agregat

Cara Grafis

Komposisi agregat

Gambar 1

Gradasi rancangan agregat

Ukuran saringan split Screen Abu batu Pasir Total camp Spec
inch/mm 8% 42% 35% 15% Agregat III

3/4(19.0) 8 42 35 15 100 100


1/2(12.5) 1.63 42 35 15 93.63 90-100
No.4 (4.75) 0.02 8.73 34.75 14.59 58.07 45-70
No.8 (2.36) 0.01 2.15 28.22 13.75 44.14 25-55
No.50 (0.279) 0.01 1.21 9 6.08 16.29 5-20
No.200 (0.074) 0 0.61 2.75 2.1 5.47 2-9

(3) menghitung perkiraan kadar aspal emulsi rencana :

P = 0,05+0,1 B+0,5C
= 0,05 (55) + 0,1 (39) + 0,5 (6)
= 9,65

15
grada SK SNI - 1992-03

4) menentukan kadar air coating

(1) Kadar air coating untuk percobaan pelekatan adalah kadar air yang
sudah ada dalam agregat, dalam aspal emulsi diperhitungkan sebesar
35% dan kadar air yang akan ditambahkan. Kadar air untuk percobaan
pelekatan ini dimulai dari 9,8% sampai dengan 19,8% dengan interval 1
(2) Amati secara visual nilai pelekatannya

Kadar air (%) 9.8 10.8 11.8 12.8 14.8 15.8 16.8 17.8 18.8 19.8
Nilai Pelekatan (%) 80 82 85 87 92 95 95 95 95 95

(3). Dari grafik ditentukan kadar air coating untuk pelekatannya sebesar 16,8
%.

(5). Menentukan kadar air pemadatan.

(1). Kadar air pemadatan ditentukan dengan cara mengurangi kadar air
coating dengan interval 2 °/o. Campuran pada kadar air coating di angin-
anginkan, kemudian untuK menentukan kadar air yang dikehendaki
campuran ditimbang dan diperiksa kadar airnya.
(2). Campuran pada kadar air yang sudah tertentu tersebut kemudian
dipadatkan 2 x 50 tumbukan dengan cara Marshall dan diperiksa
kepadatannya.

16
grada SK SNI - 1992-03

Kadar air (%) 0.8 2.8 4.8 6.8 8.8 10.8 12.8 14.8 16.8
Nilai Pelekatan (%) 1.75 1.89 1.91 1.95 1.96 1.97 1.95 1.96 1.95

(3). Buat grafik hubungan antara kadar air pemadatan dengan kepadatan
(gr/cc) dan tentukan kadar air pemadatan (%);

(4). dari grafik ditentukan kadar air pemadatan sebesar 10,8 % pada
kepadatan maksimum 1.97 %.

(6). Menentukan kadar aspal residu;

(1). Campuran pada kadar air pemadatan di variasikan kadar aspal


emulsinya di bawah dan di atas perkiraan kadar aspal rencana
sebesar 1 %.

(2). Contoh campuran dibuat sebanyak 6 contoh, kemudian di oven selama 1


x 24 jam pada suhu 38 oC;

(3). Campuran tersebut dipadatkan 2 x 50 tumbukan dengan cara


Marshall ;

(4). Kemudian 3 benda uji di test dengan alat Marshall pada suhu ruang 25
o
C dan benda uji lagi di test setelah divacum pada rendaman air selama
60 menit ;
(5). Hitung sifat-sifat campuran :

17
grada SK SNI - 1992-03

(f) kepadatan (gr/cc)


(g) Rongga dalam campuran (%)
(h) Kelelehan (mm)
(i) Stabilitas setelah di vacum

Sifat-sifat campuran
No. Kadar
Aspal Stabilitas (kg) Kelelehan
Benda residu Kepadatan Rongga
Up (%) (gr/cc) (%) Langsung Di vacum (mm)

1 4 2,185 14,97 705 165 4,40


2 5 2,192 11,25 676 182 4,55
3 6 2,212 9,39 625 187 4,44
4 7 2,215 7,70 495 189 4,55
5 8 2,194 7,29 482 178 4,59
6 9 2,187 6,29 359 150 5,64
7 10 2,178 5,40 287 132 5,76
8 11 2,175 4,24 245 127 6,01
9 12 2,172 3,03 224 123 6,42

(6) buat grafik hubungan antara kadar aspal reside dengan :


a. Kepadatan (gr/cc).

18
grada SK SNI - 1992-03

b. Rongga dalam campuran (%)


c. Kelelahan (mm).
d. Stabilitas setelah di vacum.

19
grada SK SNI - 1992-03

GRAFIK HASIL PEMERIKSAAN


ASPAL EMULSI GRADASI MENERUS CARA MARSHALL

20
grada SK SNI - 1992-03

KADAR EMULSI RESIDU (%)

(7) menentukan kadar aspal emulsi rencana dari grafik

sifat-sifat
pemeriksaan benda uji syarat
campuran

- Kadar emulsi residu (%) 7 -

- Stabilitas 705 min 225

- Setelah di vacum (%) 34 max 50

- Rongga dalam campuran (%) 7,7 2-8

- Kelelahan (mm) 4,55 -

Kadar emulsi rencana = 7 % + (35/65 x 7%)


= 7 % + 3,77%
= 10,77%

21
grada SK SNI - 1992-03

DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA

1). Pemrakarsa

• Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga

2). Tim Penyusun

• Sub Direktorat Penyusunan Standar

3). Tim Pembahas

1. Ir. Sukawan Mertasudira, MSc. Direktorat Bina Teknik


2. Ir. Buddy Darma Setiawan, MSc. Direktorat Bina Teknik
3. Ir. Jawali Marbun, MSc. Direktorat Bina Teknik
4. Ir. Nawawi, MSc. Direktorat Bina Teknik
5. Ir. Utang Kadarusman Direktorat Bina Teknik
6. Ir. Dendi Pryandana Direktorat Bina Teknik
7. Jumiran, BE. Direktorat Bina Teknik

22

Anda mungkin juga menyukai