Full PDF
Full PDF
Full PDF
SKRIPSI
Oleh :
Nataya Anita Isabella Purlianto
NIM : 128114074
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh :
Nataya Anita Isabella Purlianto
NIM : 128114074
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu
akan menerimanya”
Matius 21 : 22
1 Petrus 5 : 7
Kedua ayat alkitab tersebut yang selalu menguatkanku dan menjadi sumber semangat
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terimakasih atas segala dukungan serta doa kalian yang selalu menyertaiku
sehingga aku dapat menyelesaikan karya ini dengan baik dan lancar.
Aku percaya pada keberanian murni yang tersembunyi dalam setiap diri manusia.
Kita memiliki kekuatan dahsyat yang tidak kita sadari. Dalam kehidupan yang
nyaman atau relatif tanpa masalah, alam bawah sadar kita mengubur kekuatan,
bahkan juga dari pengamatan kita sendiri. Ketika hidup memberi kita kenyamanan,
kita tak pernah tahu bahwa diri kita mempunyai kemampuan jauh dari yang kita
dengan natural dan menunjukkan kebolehannya, ketika kita dihadang oleh kesulitan.
-Merry Riana-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat
dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji
Angka Lempeng Total dan Identifikasi Escherichia coli pada Jamu Pahitan Brotowali
yang diproduksi oleh Penjual Jamu Gendong Keliling di Wilayah Tonggalan Klaten
Dalam proses penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si.,Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi ini
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah
4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji Skripsi
terimakasih atas kritik dan saran yang diberikan untuk penelitian ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Meylisa Mutiara Dewi, I Dewa Angga Sri Ayu Dewi, Ni Komang Meyla
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Oleh sebab itu,
Yogyakarta
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Media ............................................................................................................. 12
H. Hipotesis......................................................................................................... 23
3. Definisi Operasional................................................................................. 25
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ................................................................................................... 52
B. Saran .............................................................................................................. 52
LAMPIRAN .............................................................................................................. 56
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Uji Fermentasi Karbohidrat dan Uji IMVIC pada Identifikasi E.coli .......... 36
Tabel II. Nilai ALT Sampel Jamu Pahitan Brotowali pada Inkubasi 48 jam ............ 43
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Jamu pahitan brotowali merupakan salah satu obat tradisional yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Khasiat dari jamu pahitan brotowali antara
lain dapat mengatasi pegal linu, mengontrol kadar glukosa dalam darah bagi
penderita diabetes, serta meningkatkan nafsu makan. Nilai Angka Lempeng Total
(ALT) yang melebihi batas dari ketentuan BPOM RI 2014 dan adanya cemaran
mikroba patogen Eschericia coli (E.coli) dalam jamu pahitan brotowali dapat
berbahaya bagi kesehatan bila di konsumsi oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ALT dan mengetahui ada
tidaknya cemaran bakteri E.coli dalam jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh
penjual jamu gendong keliling di wilayah Tonggalan Klaten Tengah.
Penelitian ini merupakan penelitian non ekperimental dengan rancangan
deskriptif komparatif. Penelitian yang dilakukan meliputi penentuan dan pemilihan
tempat pengambilan sampel, pengambilan sampel jamu pahitan brotowali, pengujian
ALT, identifikasi bakteri E.coli serta analisis hasil. Prosedur pengujian ALT dan
identifikasi E.coli dilakukan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Metode
Analisis Mikrobiologi Tahun 2006.
Hasil penelitian yang dilakukan pada jamu pahitan brotowali yang diproduksi
oleh penjual jamu gendong keliling di wilayah Tonggalan Klaten Tengah diperoleh
nilai ALT 1,5 x 101 sampai dengan 3,5 x 102 koloni/g dan negatif E.coli.
Kata kunci : Jamu Pahitan Brotowali, ALT, E.coli
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Jamu Pahitan brotowali is one of Indonesia's traditional medicine consumed
by many people. Jamu pahitan brotowali can have a pharmacological effect, namely
to overcome stiff, controlling blood glucose levels for people with diabetes, and
increased appetite. Total Plate Count (TPC) values that exceed the limits of the
provisions BPOM RI 2014 and the microbial contamination of pathogenic
Escherichia coli (E.coli) in jamu pahitan brotowali can be harmful to health if
consumed by the public.
This study aims to determine the value of TPC and determine whether there is
contamination of bacteria E.coli in jamu pahitan brotowali produced by jamu seller in
the area of Tonggalan Central Klaten.
This research is non-experimental research with comparative descriptive
design. The research was conducted on the determination and selection of sampling
sites, sampling herbs pahitan brotowali, TPC testing, identification of E. coli and
analysis of results. TPC test procedures and identification of E.coli is carried out
under the provisions laid down by the Microbiology Analysis Methods 2006.
Results of research conducted on samples of jamu pahitan brotowali produced
by jamu gendong seller in the area of Tonggalan Central Klaten obtained ALT value
of 1.5 x 101 to 3.5 x 102 colonies/g and negative E.coli.
Key words : Jamu Pahitan Brotowali, TPC, E.coli
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
menggunakan obat-obat dari bahan alam daripada obat-obat kimia. Obat tradisional
telah dikenal masyarakat secara turun temurun yang umumnya dimanfaatkan sebagai
upaya preventif untuk menjaga kesehatan dan pengobatan suatu penyakit karena efek
samping yang ditimbulkan relatif kecil, aman, praktis, serta harga yang terjangkau.
pemeliharaan kesehatan, hal tersebut didukung oleh data yang diperoleh Riset
bahwa konsumsi jamu sangat bermanfaat bagi kesehatan. Persentase penduduk yang
merasakan manfaat dari mengkonsumsi jamu berkisar antara 83,23% hingga 96,66%
(Riskesdas, 2010).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indonesia Nomor 007 tahun 2012 tentang registrasi obat tradisional pasal 1 ayat 1
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
Indonesia Tahun 2004 Nomor : HK.00.05.4.2411 pasal 2 ayat 1 yaitu jamu harus
memenuhi kriteria aman sesuai persyaratan yang telah ditetapkan, klaim khasiat
dibuktikan berdasarkan data empiris, serta memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
dikatakan bahwa persyaratan mutu untuk cairan obat dalam yaitu cemaran mikroba
seperti ALT ≤ 104 koloni/g, dan bakteri patogen seperti Escherichia coli ; Salmonella
2014).
Jamu gendong menjadi salah satu obat tradisional berupa cairan obat dalam
yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Jamu pahitan brotowali merupakan
salah satu jamu yang banyak dikonsumsi masyarakat baik di pedesaan maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengatasi pegal linu, mengontrol kadar glukosa dalam darah bagi penderita diabetes,
serta meningkatkan nafsu makan. Kandungan kimia dalam tanaman brotowali antara
lain alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin,
2010).
Tengah. Pada wilayah Tonggalan tersebut terdapat 5 penjual jamu gendong keliling
yang cukup terkenal dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Penjual jamu yang
dipilih untuk penelitian ini sebanyak 3 penjual yang paling banyak diminati oleh
konsumen baik dari dalam maupun luar kota, karena semakin besar jumlah konsumen
maka semakin besar pula dampak yang dapat ditimbulkan apabila jamu yang
penjual jamu gendong di wilayah ini sudah berjualan selama 7 tahun dan belum
pernah ada komplain dari konsumen mengenai jamu yang diproduksi selama ini.
Peneliti melakukan survei pada bulan Maret 2015 yang meliputi proses pengambilan
bahan baku jamu, proses pembuatan jamu, serta penyimpanan jamu sebelum dijual
pembuatan jamu pahitan brotowali oleh penjual jamu gendong keliling di wilayah
sebelum peracikan, mencuci peralatan dan bahan baku jamu dengan air mengalir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hingga bersih, air yang digunakan dalam pembuatan jamu telah di rebus terlebih
dahulu, serta cara penyimpanan jamu diletakkan pada botol kaca bening dan ditutup
dengan sumbat plastik lalu disimpan pada tempat sejuk dan kering. Penjual jamu
gendong keliling ini berjualan dari pukul 07.00 hingga pukul 17.00 setiap harinya.
Proses pembuatan jamu dilakukan pada hari sebelumnya yaitu pukul 20.00. Jeda
waktu yang lama tersebut memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri apabila cara
merebus kembali jamu yang telah dibuat sebelumnya sebelum dijajakan kepada
konsumen. Penjual jamu gendong keliling sebagian besar telah menjaga kebersihan
dalam proses pembuatan jamu pahitan brotowali, namun hal tersebut tidak menutup
Peneliti memilih melakukan observasi pada penjual jamu gendong keliling di wilayah
Tonggalan Klaten Tengah karena sudah berjualan cukup lama dan memiliki banyak
konsumen sehingga perlu adanya jaminan melalui hasil pengujian yang menyatakan
jenis jamu, salah satu jamu yang paling banyak diminati masyarakat adalah jamu
pahitan brotowali.
007 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4 ayat 1 dikatakan bahwa obat
tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong tidak memerlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
izin edar. Jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong
keliling memang tidak memerlukan ijin edar, namun kualitas jamu ini tetap harus
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2001 di Jawa Tengah terhadap
produksi obat tradisional yang beredar di pasaran sekitar 30% sampel yang diteliti
menunjukkan angka bakteri total melebihi batas yang telah ditentukan. Salah satu
jenis bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Escherichia coli (BPOM RI,
2001).
dari sanitasi dan lingkungan yang kurang bersih pada proses pembuatan jamu.
pada saluran pencernaan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan infeksi dan
berbagai macam penyakit. Infeksi Escherichia coli seringkali berupa diare disertai
darah, kejang perut, demam, dan terkadang dapat menyebabkan gangguan ginjal.
Beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia seperti
infeksi saluran kemih, infeksi meningitis pada neonatus, dan gastrointeritis (Radji,
2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti cemaran mikroba yang meliputi nilai
ALT dan identifikasi keberadaan bakteri patogen khususnya Escherichia coli pada
jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong keliling di
wilayah Tonggalan, Klaten Tengah sehingga dapat diketahui apakah jamu pahitan
brotowali yang dijual oleh penjual jamu gendong keliling tersebut sudah memenuhi
B. Rumusan Masalah
1. Berapa ALT dalam jamu pahitan Brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu
2. Apakah terdapat cemaran bakteri patogen Escherichia coli dalam jamu pahitan
C. Keaslian Penelitian
Angka Lempeng Total (ALT) dan Identifikasi Escherichia coli pada Jamu Pahitan
dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Theodorus Haryu
Jinarwanto (2008) dengan judul “Uji Escherichia coli pada Jamu Gendong Beras
adalah 6 dari 15 sampel jamu yang diambil menunjukkan hasil positif Esherichia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
coli. Penelitian lainnya dilakukan oleh Theresia Nurida Ambarwulan (2014) dengan
judul “Uji Angka Kapang Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan
Identifikasi Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “x” di
Yogyakarta”, hasil yang diperoleh adalah Nilai AKK yang diperoleh sebesar 7,5x104
sampai 4x105, nilai ALT yang diperoleh sebesar 8x104 sampai 2,4x107, serta sampel
D. Manfaat Penelitian
nilai ALT dan ada tidaknya bakteri Escherichia coli dalam jamu pahitan brotowali
yang diproduksi oleh penjual jamu gendong keliling di wilayah Tonggalan, Klaten
Tengah.
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai ALT dalam jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh
2. Mengetahui ada tidaknya cemaran bakteri Escherichia coli dalam jamu pahitan
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
2012 pasal 1 ayat 1 dinyatakan : Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Indonesia. Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah di standardisasi. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
klinik, bahan baku dan produk jadi telah di standardisasi (BPOM, 2005).
dikatakan bahwa persyaratan mutu untuk cairan obat dalam yaitu cemaran mikroba
seperti ALT ≤ 104 koloni/g dan mikroba patogen (Escherichia coli, Salmonella spp,
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semua mikroba yang dapat menyebabkan penyakit bila masuk kedalam tubuh
seseorang. Mikroba patogen yang perlu diwaspadai dalam cairan obat dalam yaitu
Cairan obat dalam tidak boleh mengandung bakteri patogen karena sangat berbahaya
yaitu dapat menyebabkan infeksi penyakit. Persyaratan obat tradisional yang baik
bertujuan untuk melindungi konsumen dan menjaga mutu obat tradisional itu sendiri
bahwa usaha jamu gendong merupakan usaha yang dilakukan oleh perorangan
dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar
antawali. Bagian tanaman yang digunakan untuk membuat jamu adalah bagian
juga mengandung alkaloid berberin (Suharmiati, 2003). Secara umum jamu pahitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mengontrol kadar glukosa dalam darah bagi penderita diabetes, serta meningkatkan
Menurut WHO pada tahun 2011, Angka Lempeng Total (ALT) disebut juga
keberadaan mikroba heterotropik termasuk bakteri dan kapang yang sensitif terhadap
pembentuk spora dan mikroba yang dapat berkembang cepat pada air olahan tanpa
residu desinfektan. Meski telah mengalami proses desinfeksi yang berbeda, umum
bagi mikroba tumbuh selama perlakuan (treatment) dan distribusi dengan konsentrasi
berkisar 104-105 sel/ml. Nilai ALT bervariasi tergantung berbagai faktor diantaranya
kualitas sumber air, jenis perlakuan, konsentrasi residu desinfektan, lokasi sampling,
suhu air mentah, waktu pengujian, metode uji meliputi suhu dan waktu inkubasi
pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan ALT. Uji Angka Lempeng Total yang
lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat
dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka
dalam koloni (cfu) per ml/g atau koloni/100ml. Prinsip pengujian ALT menurut
11
koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng
agar dengan metode pour plate dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujian
ALT menggunakan media PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya.
Digunakan pula pereaksi Triphenyl Tetrazolium Chloride 0,5% (TTC) (BPOM RI,
2008).
sebagai petunjuk tingkat berapa industri tersebut melaksanakan Cara Pembuatan Obat
sel yang hidup, sehingga lebih tepat apabila dibandingkan dengan cara total cell
count. Pada metode ini setiap sel mikroba yang hidup dalam suspensi akan tumbuh
menjadi 1 koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dengan lingkungan yang
sesuai. Koloni bakteri adalah kumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis dan
mengelompok membentuk suatu koloni. Setelah diinkubasi maka akan diamati dan
dihitung jumlah koloni yang tumbuh dan merupakan perkiraan atau dugaan dari
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari 1 sel mikroba, karena ada
12
ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai, kelompok bakteri ini akan
menghasilkan 1 koloni. Oleh karena itu, sering digunakan istilah Colony Forming
Unit (CFU) untuk menghitung jumlah mikroba hidup. Sebaiknya hanya lempeng agar
yang mengandung 25-250 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan (PPOMN,
2006).
didapatkan koloni yang terpisah dan dapat dihitung dengan mudah. Pengenceran ini
sangat membantu terutama untuk sampel yang memiliki cemaran sangat tinggi
(BPOM, 2008).
D. Media
bakteri di dalam skala laboratorium. Beberapa bakteri dapat tumbuh dengan baik
pada setiap media perbenihan, sedangkan yang lain membutuhkan media khusus.
fosfor, dan faktor pertumbuhan organik. Sejumlah bakteri yang diinokulasikan pada
13
1. Harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan
dibiakkan
(Radji, 2011).
yaitu media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih mikroorganisme
tertentu, tetapi akan menghambat/mematikan jenis lainnya. Salah satu media selektif
untuk identifikasi bakteri E.coli adalah E.coli Broth (ECB) merupakan media yang
glukoronide yang dapat mendeteksi adanya enzim glukoronidase yang terdapat pada
E.coli. Bakteri E.coli akan menyerap agen kromogenik x-β-D-glukoronide dan akan
terjadi interaksi dengan enzim glukoronidase. Setelah terjadi proses fermentasi maka
agen kromogenik akan di sekresikan ke luar sel yang akan menimbulkan warna hijau-
14
E. Escherichia coli
Bakteri patogen pada saluran cerna merupakan golongan bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit infeksi pada saluran cerna manusia. Jenis bakteri yang paling
sering menyebabkan penyakit infeksi pada saluran cerna adalah bakteri-bakteri famili
simpai. E.coli dapat tumbuh dengan baik hampir di semua media perbenihan, dapat
indikator adanya pencemaran feses dalam air, bahan makanan maupun minuman,
termasuk jamu. Habitat E.coli yaitu pada saluran pencernaan dan saluran non
pencernaan seperti tanah dan air. Mikroba dari jenis tersebut selalu terdapat dalam
kotoran manusia. E.coli merupakan mikroba dari kelompok Coliform. Mikroba dari
kelompok Coliform secara keseluruhan tidak umum hidup atau terdapat di air,
petunjuk terjadinya pencemaran kotoran dalam arti luas, baik dari kotoran hewan
yaitu E.coli yang menyebabkan infeksi intestin dan E.coli yang menyebabkan infeksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
berikut:
Jenis ini merupakan penyebab utama diare pada bayi. EPEC memiliki
fimbria, toksin yang tahan terhadap panas (ST) dan toksin yang tidak
ada pula yang menjadi kronis. Lama diare yang disebabkan oleh EPEC
ETEC merupakan bakteri penyebab diare pada anak dan wisatawan yang
bepergian ke daerah yang bersanitasi buruk. Oleh karena itu, diare yang
adhesin. Faktor ini menyebabkan ETEC dapat melekat pada epitel usus
bakteri ini menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas (LT). Struktur
molekul dan fungsi LT mirip dengan protein toksin kolera (86 kDa).
Subunit B melekat pada gangliosida GM1 pada brush border sel epitel
16
tahan terhadap panas (ST). Toksin ini tahan dalam air mendidih selama 30
menimbulkan hipersekresi air dan klorida secara terus menerus dan lama
disebabkan oleh Shigella. EIEC masuk dan berkembang dalam epitel sel-
sel kolon sehingga menyebabkan kerusakan pada sel kolon. Gejala klinis
yang ditimbulkan oleh infeksi EIEC mirip dengan gejala diare yang
verotoksin. Nama verotoksin sesuai dengan efek sitotoksik toksin ini pada
sel vero, yaitu sel ginjal yang diperoleh dari ginjal monyet Afrika. EHEC
17
Bakteri ini menimbulkan diare akut dan kronis dan merupakan penyebab
sel manusia dengan pola khas dan menyebabkan diare yang tidak
tinja atau daerah perineum saluran urine yang masuk ke dalam kandung
P-fimbria dapat berikatan dengan antigen P yang terdapat pada sel darah
18
tidak hanya dapat berikatan dengan sel darah merah, tetapi juga berikatan
NMEC dapat menyebabkan meningitis pada bayi baru lahir. Galur bakteri
(Radji, 2011).
E.coli. Uji dilakukan dengan menggunakan media dan reagen khusus seperti uji
fermentasi gula-gula (glukosa, laktosa, manitol, maltosa, dan sukrosa), uji Sulfur
Indol Motility (SIM), dan uji IMVIC ( Indol, Metil Merah, Voges Proskauer, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Sitrat ). Hasil uji identifikasi dibandingkan dengan karakteristik E.coli (Holt, dkk,
2000).
tersebut dan dapat digunakan sebagai salah satu cara identifikasi bakteri.
sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk uji identifikasi E.coli (Holt,
dkk, 2000).
belerang (S) seperti lisin dan metionin. Hasil peruraian sulfur dapat
20
3. Uji IMVIC
a. Uji Indol. Uji indol digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya indol dari
merah atau merah muda dipermukaan media. Uji ini dilakukan setelah
b.Uji Metil merah. Uji metil merah bertujuan untuk mengetahui apakah
21
karbon dan energi. Warna media akan berubah dari hijau menjadi biru
22
G. Landasan Teori
Kualitas jamu cair dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti bahan baku
yang digunakan, peralatan yang digunakan, air yang digunakan, cara pencucian
bahan, proses pengolahan bahan menjadi jamu, cara penyimpanan jamu, serta lama
penyimpanan jamu.
Bahan yang digunakan oleh penjual jamu gendong keliling adalah bagian
batang tanaman brotowali dan air. Brotowali yang dipilih adalah brotowali yang
masih segar ditandai dengan bagian batang yang tidak keriput dan tidak berjamur.
pada sebuah wadah bersih dan disimpan pada tempat sejuk dan kering. Penjual jamu
gendong keliling menyiapkan bahan setiap sore hari pukul 17.00 WIB dan akan di
proses menjadi jamu pahitan brotowali pada pukul 20.00 WIB setiap harinya. Bahan
baku digunakan oleh penjual jamu gendong keliling berasal dari petani empon-empon
yang dijual secara langsung di pasar tradisional Klaten Tengah. Berdasarkan hasil
survei peneliti, bahan baku jamu pahitan brotowali yang dijual di pasar tradisional
Peralatan yang digunakan oleh pedagang jamu gendong keliling dalam proses
pembuatan jamu seperti kuali tanah, pengaduk, sendok, talenan, pisau, dan alu selalu
dicuci terlebih dahulu dan dikeringkan dengan kain bersih. Bahan batang segar
brotowali dicuci dengan air mengalir hingga bersih yang ditandai tidak adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kotoran seperti tanah maupun tanaman lain yang menempel pada batang brotowali.
Air yang digunakan dalam pembuatan jamu adalah air matang sehingga air telah
kedalam kuali tanah dan dicampur dengan air matang. Kuali tanah ditempatkan di
atas alu dengan api menyala, kemudian jamu diaduk hingga mendidih. Jamu direbus
kurang lebih selama 15 menit. Jamu brotowali yang telah matang dibiarkan didalam
kuali terlebih dahulu hingga suam-suam kuku, setelah itu jamu dipindahkan kedalam
botol kaca bening dan ditutup dengan sumbat plastik lalu disimpan pada tempat sejuk
dan kering. Jamu pahitan brotowali yang sudah matang akan di rebus kembali pada
pagi harinya sebelum dijajakan kepada konsumen dengan tujuan agar jamu masih
H. Hipotesis
Jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong keliling
di wilayah Tonggalan Klaten Tengah diduga memiliki nilai ALT yang masuk
kedalam range sesuai dengan ketentuan dari BPOM RI 2014 dan tidak adanya
BAB III
METODE PENELITIAN
brotowali dari penjual jamu gendong keliling di wilayah Tonggalan Klaten Tengah
dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu
Obat Tradisional.
1. Variabel utama
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Variabel pengacau
Agar (PCA), suhu inkubasi 350C, waktu inkubasi 24-48 jam untuk uji
ALT. Media selektif yaitu media E.coli Broth (ECB), TBX (Tryptone
pembuatan.
3. Definisi Operasional
batang yang masih segar. Jamu pahitan brotowali yang sudah matang
Klaten Tengah.
26
digunakan dalam uji ALT adalah Plate Count Agar (PCA) dengan
E.coli pada jamu pahitan brotowali. Uji yang dilakukan antara lain uji
indol, uji metil merah, uji voges proskauer, uji sitrat), serta uji
C. Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan adalah jamu pahitan brotowali yang dijual
oleh penjual jamu gendong keliling di wilayah Tonggalan, Klaten Tengah. Bahan
kimia yang digunakan adalah media Plate Count Agar (PCA), Tryptone Broth
(TB), Methyl Voges Proskauer (MR-VP), Simmon’s Citrate Agar (SCA), PDF
(Pepton Dilution Fluid), aquadest steril, etanol 70%, pereaksi indol, larutan metil
merah, larutan α-naftol, larutan KOH 40%, larutan gula-gula (glukosa, laktosa,
manitol, maltosa, sukrosa), Kontrol positif E.coli ATCC 25922, Tryptone Bile-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
D. Alat penelitian
tabung reaksi (Pyrex), tabung Durham, gelas sediaan, cawan petri (100 x 15 mm),
pipet volume, beaker glass (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), bunsen, neraca analitik
(Precition Balance Model AB-204, Metter Taledo), erlenmeyer, penangas air, jarum
1. Pemilihan sampel
Sampel jamu yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari 3 penjual jamu
penjual jamu diambil 3 sampel jamu pahitan brotowali sehingga total jamu yang
Sampel jamu pahitan brotowali dari penjual jamu dipindahkkan kedalam botol
kaca steril dan ditutup rapat, kemudian seluruh sampel jamu dalam botol steril
28
proses pengujian, sumbat atau tutup botol steril berisi sampel jamu pahitan
brotowali dibersihkan dengan kapas beralkohol 70%, lalu dipanaskan pada api
bunsen sebentar. Sumbat dibuka dan sampel jamu dapat diambil dari botol steril
3. Tahap Pra-Pengkayaan
dimasukkan kedalam plastik steril yang telah berisi 225 mL larutan pengencer
pengenceran 10-1 .
4. Uji ALT
aquadest steril, pH diatur 7,0 dan dipanaskan hingga larutan jernih. Langkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Uji ALT
masing 1 mL secara aseptis kedalam cawan petri steril dan dibuat duplo.
cawan petri. Cawan petri digoyangkan secara perlahan agar sampel tersebar
merata pada media dan biarkan hingga memadat. Uji kontrol dilakukan untuk
dengan cara menuangkan media PCA dalam suatu cawan petri dan dibiarkan
memadat.
Seluruh cawan petri diinkubasi terbalik pada suhu 35oC selama 24 jam
hingga 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung. Dihitung
rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan (PPOMN,
2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
a. Uji pengkayaan
24 jam. Timbulnya gas pada tabung Durham dan kekeruhan pada media yang
b. Isolasi
dengan cara streak plate dan diinkubasi dengan posisi lempeng terbalik pada
suhu 35-37oC selama 24 jam. Koloni spesifik E.coli yang tumbuh dengan ciri-
ciri bentuk bulat, diameter 2-3 mm, berwarna hijau dengan kilap logam dan
Satu koloni spesifik dipilih pada media TBX dan ditanam pada media
Citrate Agar kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam sebagai
berikut :
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
31
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
32
6) Uji Indol
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
diinokulasikan pada media SIM dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
reaksi positif.
9) Uji Sitrat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Biakan pada media TBX hasil dari uji isolasi diambil 1 sengkelit dan
suhu 35-37oC selama 48 jam. Perubahan warna media dari hijau menjadi
Sediaan berupa hasil biakan dari uji isolasi pada media TBX yang
dicuci dengan air dan ditiriskan. Larutan lugol (garam iodine) dibubuhkan dan
selama 30 detik. Sediaan dicuci dengan air dan ditiriskan. Sediaan diserap
F. Analisis Hasil
1. Uji ALT
Cara menyatakan hasil untuk nilai Angka Lempeng Total sesuai dengan ketentuan
a. Cawan petri (simplo dan duplo) yang dipilih adalah cawan petri dari satu
Semua koloni dalam cawan petri dihitung. Jumlah koloni dihitung rata-rata dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25
atau lebih besar dari 250, jumlah koloni dihitung, dirata-rata, dan dikalikan
c. Jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25-250
disebut pada butir a dan butir b diatas, dan dihitung rata-rata jumlah koloni dari
kedua pengenceran tersebut. Jika jumlah yang tertinggi lebih besar dari dua
kali jumlah yang terkecil, nyatakan jumlah yang lebih kecil sebagai jumlah
d. Jika rata-rata jumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara
25-250 koloni, hitung jumlah koloni seperti pada butir a dan butir b diatas, dan
e. Jika jumlah koloni dari semua pengenceran lebih dari 250 koloni, maka setiap
sektor. Jumlah koloni dihitung dalam satu bagian atau lebih. Untuk
mendapatkan jumlah koloni dalam satu cawan petri, dihitung rata-rata jumlah
35
f. Jika dalam 1/8 bagian cawan petri terdapat lebih dari 200 koloni, maka jumlah
dan hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mililiter atau
gram lebih besar dari jumlah yang didapat (lebih besar dari 1600 x faktor
pengenceran).
g. Jika tidak ada koloni yang tumbuh dalam cawan petri, dinyatakan jumlah
bakteri perkiraan lebih kecil dari satu dikalikan dengan pengenceran yang
terendah (<10).
(2) Perambatan yang terjadi diantara dasar cawan petri dan perbenihan
dianggap 1 (satu). Tetapi bila 1 atau lebih rantai terbentuk dan yang berasal
dari sumber yang terpisah-pisah, maka setiap sumber dihitung sebagai 1 (satu)
koloni. Bila (2) dan (3) terjadi maka sebaiknya pemeriksaan diulangi karena
Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka
penting yang digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua (dimulai dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kiri), sedangkan angka ketiga diganti dengan 0, apabila kurang dari 5 dan
apabila 5 atau lebih dijadikan 1 yang ditambah pada angka yang kedua.
E.coli merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk batang. Identifikasi bakteri
dan pengecatan gram. E.coli ditunjukkan dengan hasil positif pada pengecatan
gram yaitu berwarna merah muda (gram negatif) dan berbentuk batang serta pada
uji fermentasi karbohidrat dan uji IMVIC menunjukkan hasil seperti pada tabel I.
No Uji Hasil
1 Glukosa +
2 Laktosa +
3 Manitol +
4 Maltosa +
5 Sukrosa +
6 Indol +
7 Metil Merah +
8 Voges-Proskauer -
9 Sitrat -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
menjadikan obat tradisional sebagai pilihan pendamping atau alternatif dari obat
jamu yang merupakan salah satu obat tradisional yang ada di Indonesia.
bahwa persyaratan mutu untuk cairan obat dalam adalah cemaran mikroba seperti
ALT tidak boleh lebih dari atau sama dengan 104 koloni/g dan tidak boleh terdapat
bakteri patogen seperti Escherichia coli, Salmonella spp, Shigella spp, Pseudomonas
keliling yang sangat ramai dan diminatii masyarakat dari dalam maupun luar kota.
Salah satu produk jamu yang paling digemari adalah jamu pahitan brotowali. Jamu
pahitan brotowali banyak dikonsumsi masyarakat baik orang dewasa maupun anak-
anak, oleh karena itu jamu ini harus memenuhi mutu dan persyaratan yang berlaku
Uji yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi Uji Angka Lempeng Total
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Sampel jamu pahitan brotowali diambil dari 3 penjual jamu gendong keliling
di wilayah Tonggalan Klaten Tengah. Wilayah Tonggalan yang merupakan salah satu
pengambilan sampel karena jumlah penduduk yang lumayan padat dan sebagian
hasil survei peneliti pada bulan Maret 2015, jumlah total penjual jamu gendong
jamu gendong keliling yang paling ramai dan diminati oleh masyarakat, karena
semakin besar jumlah konsumen jamu maka semakin besar pula dampak buruk yang
berbahaya bagi kesehatan. Penjual jamu yang dipilih tersebut rata-rata sudah
berjualan jamu sejak 7 tahun yang lalu dan selalu ramai dikunjungi konsumen baik
dari dalam kota maupun luar kota, selama berjualan belum pernah ada komplain dari
konsumen terkait jamu yang diproduksi selama ini. Jamu pahitan brotowali
merupakan salah satu jamu yang paling diminati oleh konsumen. Jamu pahitan
brotowali dipilih karena memiliki khasiat seperti mengatasi pegal linu, mengontrol
kadar glukosa dalam darah bagi penderita diabetes, serta meningkatkan nafsu makan
dan selalu habis terjual setiap harinya. Konsumen utama dari jamu pahitan brotowali
ini adalah ibu rumah tangga, pekerja berat seperti buruh bangunan, tukang kayu, serta
anak-anak. Nilai ALT yang tinggi dan keberadaan bakteri Escherichia coli pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sampel jamu pahitan brotowali dapat mengakibatkan penyakit demam serta diare
Sampel jamu pahitan brotowali diambil sebanyak satu kali pengambilan yaitu
pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul 06.00 WIB, sampel diambil dari 3 penjual jamu
gendong keliling yang berbeda dan masing-masing dari penjual jamu diambil 3
sampel jamu sebagai replikasi. Tujuan dari replikasi adalah untuk meminimalkan
kesalahan hasil penelitian yang dilakukan dan mendapatkan hasil yang representatif,
saat pengambilan sampel, jamu pahitan brotowali dipindahkan dari botol jamu ke
dalam botol kaca steril secara aseptis dan ditutup rapat. Hal tersebut bertujuan agar
tidak ada kontaminasi bakteri maupun pengotor lain yang berasal dari wadah pada
saat pengambilan sampel dan dapat mengganggu hasil penelitian. Setelah itu, botol
kaca yang telah terisi sampel dimasukkan ke dalam coolbox yang bertujuan untuk
patogen dan jamur yang mungkin tumbuh selama perjalanan dari tempat pengambilan
merupakan suatu tahapan awal yang harus dilakukkan pada sampel supaya diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
distribusi mikroba yang merata di dalam sampel sehingga mudah untuk diamati.
Tujuan homogenisasi sampel adalah untuk membebaskan sel-sel bakteri yang masih
terlindungi oleh partikel dari sampel yang akan diperiksa serta untuk mengaktifkan
dilakukan dengan bantuan alat stomacher supaya sampel dapat tercampur merata atau
homogen dengan pelarutnya. Pada tahap homogenisasi sampel ini diperoleh suspensi
pengenceran 10-1. Setelah itu dilakukan pengenceran hingga 10-6. Tujuan dari
tidak dilakukan pengenceran maka sampel menjadi terlalu pekat yang dapat
mengakibatkan pertumbuhan bakteri akan saling tumpang tindih satu sama lain atau
tidak terpisah dengan baik sehingga dapat mempersulit proses perhitungan jumlah
bakteri. Larutan yang digunakan untuk pengenceran sampel adalah PDF. Menurut
Atlas (2000) kandungan utama PDF adalah pepton yang merupakan protein yang
terdapat dalam kedelai, air susu, atau putih telur. Komponen utama protein adalah
nitrogen (N2) yang sangat dibutuhkan bakteri untuk kelangsungan hidupnya. Selain
itu, PDF juga memiliki fungsi sebagai buffer untuk mempertahankan pH optimum
untuk pertumbuhan bakteri yaitu antara 6,5 hingga 7,5. Semua tahapan dalam
penelitian ini dilakukan secara aseptis yaitu pengerjaan dilakukan didekat nyala api
41
Uji Angka Lempeng Total merupakan suatu metode untuk menghitung angka
cemaran bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam sampel yaitu jamu pahitan
brotowali dengan cara tuang (metode pour plate) pada media padat dan diinkubasi
dalam posisi terbalik pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam. Menurut Cappucino
(2008) bakteri mesofil dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum 35-45oC, oleh
sebab itu dipilih suhu inkubasi 35-37oC. Bakteri mesofil merupakan jenis bakteri
yang paling banyak dijumpai sebagai patogen dalam tubuh manusia, karena suhu
tubuh manusia normal adalah 37oC yang merupakan suhu optimum untuk
pertumbuhan bakteri ini, oleh sebab itu bakteri mesofil merupakan target utama pada
uji ALT dalam sampel jamu pahitan brotowali karena dapat berbahaya bagi kesehatan
Media yang digunakan dalam uji ALT adalah PCA (Plate Count Agar). Media
PCA berisi tripton, yeast extract, dan glukosa yang berguna sebagai nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri dalam media. Peralatan dan media yang digunakan terlebih
dahulu disterilkan dengan pemanasan kering dan pemanasan basah. Peralatan yang
bantuan alat oven pada suhu 170oC selama 2 jam, sedangkan media untuk pengujian
disterilisasi dengan pemanasan basah menggunakan bantuan alat autoklaf pada suhu
121oC selama 20 menit agar tidak terjadi kontaminasi yang berasal dari media
maupun alat-alat yang digunakan, sehingga bakteri yang tumbuh dalam media benar-
benar berasal dari jamu pahitan brotowali. Seri pengenceran jamu pahitan brotowali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kemudian di tanam dalam media PCA menggunakan metode tuang (pour plate) dan
diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam. Menurut Tarigan (2008) metode
pour plate bertujuan untuk menghitung jumlah sel yang hidup baik dalam keadaan
aerob maupun anaerob karena dalam metode ini akan terlihat bakteri yang tumbuh di
permukaan media adalah aerob dan dan di seluruh media agar adalah bakteri anaerob.
Inkubasi dilakukan secara terbalik supaya uap air yang terbentuk selama masa
inkubasi tidak menetes pada media karena dapat mempersulit perhitungan jumlah
koloni bakteri. Koloni yang tumbuh dalam media selanjutnya dihitung sesuai dengan
negatif. Kontrol media berisi PCA yang dituang kedalam cawan petri dan
diinkubasikan secara terbalik pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam. Kontrol negatif
berisi PCA dan PDF yang dituang kedalam cawan petri dan diinkubasikan secara
terbalik pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam. Pembuatan kedua kontrol tersebut
berfungsi untuk mengetahui apakah cara kerja yang dilakukan sudah aseptis atau
belum dan memastikan bahwa media maupun pelarut yang digunakan dalam
dikatakan bahwa persyaratan mutu untuk cairan obat dalam yaitu cemaran mikroba
seperti ALT tidak boleh lebih dari atau sama dengan 104 koloni/g.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel II. Nilai ALT sampel jamu pahitan brotowali pada inkubasi 48 jam
Nilai ALT
Sampel
(koloni/g)
A 2,5 x 102
B 3,5 x 102
C 1,5 x 101
Keterangan :
A : Sampel jamu pahitan brotowali dari penjual Jamu A di wilayah
Tonggalan Klaten Tengah
B : Sampel jamu pahitan brotowali dari penjual Jamu B di wilayah
Tonggalan Klaten Tengah
C : Sampel jamu pahitan brotowali dari penjual Jamu C di wilayah
Tonggalan Klaten Tengah
Pada kontrol media dan kontrol pelarut tidak ditumbuhi koloni bakteri, hal ini
menunjukkan bahwa media dan pelarut yang digunakan dalam penelitian sudah steril.
Hasil yang diperoleh ( Tabel II ) sesuai dengan persyaratan BPOM RI tahun 2014,
nilai ALT untuk ketiga sampel jamu tidak melebihi batas yang telah ditentukan yaitu
Hasil pengujian ALT jamu pahitan brotowali yang diperoleh ternyata sesuai
dengan hipotesis peneliti yaitu masuk ke dalam range atau tidak melebihi batas
ketentuan berdasarkan ketentuan dari BPOM RI tahun 2014, hal ini dapat disebabkan
Pemanasan yang dilakukan oleh penjual jamu sebelum jamu dijajakan kepada
konsumen juga menjadi faktor penyebab rendahnya nilai ALT yang diperoleh dari
sampel jamu pahitan brotowali. Proses pemanasan jamu dapat menyebabkan bakteri-
bakteri tertentu yang tidak tahan terhadap temperatur tinggi akan mengalami lisis
sehingga jumlah koloni bakteri di dalam jamu pahitan brotowali tidak melebihi batas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang ditentukan. Bakteri yang mungkin masih terdapat di dalam jamu pahitan
brotowali adalah jenis bakteri termofilik, karena bakteri ini kemungkinan tidak mati
ketika penjual jamu melakukan proses pemanasan jamu. Beberapa obligat bakteri
termofilik dapat hidup dengan kondisi oksigen yang relatif sedikit pada suhu 45-90oC
Nilai ALT yang terdapat dalam sampel jamu pahitan brotowali tidak melebihi
batas ketentuan, meskipun demikian tetap terdapat koloni yang tumbuh di dalam
sampel jamu yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti jeda waktu
penyimpanan hingga jamu dijajakan kepada konsumen yang terlalu lama, apabila cara
penyimpanan jamu tidak baik seperti botol yang digunakan maupun kondisi
memicu pertumbuhan bakteri. Faktor lain yang dapat memicu pertumbuhan koloni
bakteri adalah adanya bakteri termofilik yang terdapat didalam sampel jamu pahitan
brotowali sehingga kemungkinan bakteri jenis ini tidak mati ketika penjual jamu
sampel jamu pahitan brotowali yang digunakan mengandung cemaran bakteri E.coli
atau tidak, karena berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan
Maret 2015 lalu proses pengolahan jamu pahitan brotowali yang di produksi oleh
penjual jamu gendong keliling di wilayah Tonggalan Klaten Tengah ini kurang
45
yang terlalu lama dapat memicu pertumbuhan bakteri. Identifikasi bakteri yang
jamu pahitan brotowali pada media pengkaya yang selektif untuk E.coli
supaya bakteri dapat tumbuh dengan optimal. Media yang digunakan adalah
deteksi dugaan dan perhitungan E.coli dalam air, susu, produk makanan
termasuk jamu yaitu jamu pahitan brotowali. Media ECB mengandung buffer
coli. Hasil positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya gas yang terjebak
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Inokulasi merupakan suatu teknik
pemindahan mikroba dari suatu suspensi ke dalam suatu media lain yang
steril. Menurut Soemarmo (2000) inkubasi pada suhu 37oC bertujuan untuk
46
lain seperti bakteri yang bersporulasi (Basillus subtilis) dan enterococci. Pada
uji pengkayaan ini digunakan kontrol yang berfungsi untuk untuk melihat
bahwa teknik yang digunakan benar dan tepat. Kontrol positif berisi biakan
murni E.coli ATCC 25922 yang ditanam pada media ECB kemudian
bakteri Escherichia coli FDA strain yang diisolasi dari sampel klinis manusia
Keterangan :
K+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922
S : Sampel jamu pahitan brotowali
: Terjadi kekeruhan dan timbul gas pada tabung Durham
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menunjukkan hasil yang tidak sama dengan kontrol positif. Hasil positif
seharusnya timbul warna kekeruhan dan adanya gelembung gas pada tabung
durham seperti yang ditunjukkan pada kontrol positif, namun pada perlakuan
sampel didapatkan hasil warna yang jernih dan tidak timbul gas pada tabung
durham. Hasil negatif terjadi pada sampel A, B, dan C. Warna jernih pada
media dan tidak timbulnya gas pada tabung durham menandakan bahwa tidak
menghasilkan asam-asam campuran, yaitu asam laktat , asam asetat, dan asam
2. Tahap Isolasi
koloni bakteri yang benar-benar murni (BPOM, 2008). Dalam penelitian ini
pada sampel jamu pahitan brotowali benar-benar bersih tidak terdapat koloni
48
Media yang digunakan dalam tahap isolasi ini adalah TBX. Menurut
Bridson (2006) media TBX adalah media yang digunakan untuk isolasi dan
amino dalam media TBX. Garam empedu merupakan agen yang selektif
terhadap bakteri gram negatif. E.coli akan menyerap substrat kromogenik x-β-
menghasilkan warna dan terakumulasi didalam sel-sel. Pada tahap isolasi ini,
pada suhu 37oC selama 24 jam. Penggunaan cara streak plate ini bertujuan
untuk mendapatkan koloni bakteri secara terpisah sehingga lebih mudah untuk
ciri-ciri berbentuk bulat, berwarna hijau kebiruan dengan kilap logam, serta
biakan murni dari ATCC 25922 yang akan dibandingkan dengan sampel
49
pada sampel A, B, dan C yaitu pada sampel tidak terbentuk koloni spesifik
E.coli berwarna hijau kebiruan dengan kilap logam dan berbentuk bulat
dan isolasi bakteri E.coli adalah uji identifikasi dan konfirmasi keberadaan
E.coli pada sampel, namun karena telah didapatkan hasil negatif pada tahap
pengkayaan dan isolasi bakteri E.coli maka tahapan selanjutnya tidak perlu
dilakukan. Tidak adanya koloni bakteri E.coli pada sampel jamu pahitan
Soemarmo (2000) suhu pertumbuhan optimum E.coli adalah 37oC, oleh sebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menyatakan bahwa E.coli hanya mampu bertahan hingga suhu sekitar 70oC
Pada hasil pengujian tahap isolasi E.coli diperoleh hasil negatif yaitu
tidak terbentuk koloni spesifik E.coli dalam media TBX seperti pada kontrol
positif, meskipun pada tahap isolasi menunjukkan hasil negatif E.coli namun
dalam petri sampel jamu ditemukan koloni bakteri yang tumbuh pada media
sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti bakteri apa yang terdapat didalam
sampek jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong
Pangan menyebutkan bahwa golongan bakteri selain E.coli yang paling sering
feses tetapi lebih dikaitkan dengan sanitasi proses pembuatan yang buruk
karena daya tahan yang tinggi terhadap kekeringan, suhu tinggi dan
tahan terhadap suhu tinggi, maka bakteri ini sering digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tersebut adalah tempat yang memiliki sanitasi buruk seperti air dan tanah yang
tercemar oleh feses manusia atau hewan (BPOM RI, 2008). Sumber
pencemaran dari bakteri-bakteri tersebut antara lain berasal dari air yang
digunakan untuk proses pembuatan jamu dan tanah yang merupakan tempat
tidak dapat diketahui dengan pasti koloni bakteri apa yang tumbuh di dalam
media tersebut, oleh sebab itu perlu dilakukan identifikasi bakteri lebih lanjut
pasti koloni bakteri apa yang terdapat didalam sampel jamu pahitan brotowali
Klaten Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
A. Kesimpulan
1. Nilai ALT yang diperoleh pada sampel jamu pahitan brotowali yang
2. Sampel jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong
Escherichia coli.
B. Saran
1. Perlu dilakukan uji identifikasi bakteri lebih lanjut dari sampel jamu pahitan
Staphylococcus aureus pada sampel jamu yang berasal dari daerah lain
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Buku 1, Salemba Medika, Jakarta, pp.16-
17.
Anonim, 1993, Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Bagian
Mikrobiologi, Yogyakarta, 15-25, 27-54, 127-134.
Arnold, T.S., 2014, Efek Pendinginan dan Pemanasan Pada Populasi Bakteri E.coli,
http://www.amazine.co/12089/efek-pendinginan-pemanasan-pada- populasi-
bakteri-e.coli/ , diakses tanggal 13 November 2015.
ATCC, 2014, Escherichia coli (Migula) Castellani and Chalmers
(ATCC®25922TM), Escherichia coli ATCC 25922-D, Escherichia coli
ATCC700927,http://www.lgcstandardsatcc.org/products/all/25922.aspx?geo c
ountry=gb#characteristic, diakses tanggal 10 Juni 2015.
Atlas, R.M., 2000, Hand Book of Microbiological Media, 2nd Edition, CRC Press,
New York, pp.255.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Kepala
BPOM RI No.00.05.4:2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1).
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008, Pengujian
Mikrobiologi Pangan, InfoPOM 9(2):3-5.
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010,
Riset Kesehatan Dasar, Jakarta, pp. 417-418.
BPOM RI, 2001, Metode Analisis Prosedur Pengujian Obat dan Makanan
Negara, Jakarta, Balai POM.
BPOM RI, 2005, Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI Nomor :HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.
BPOM RI, 2006, Metode Analisis PPOMN, MA PPOMN nomonr 97/mik/00, Uji
Escherichia coli dalam Obat Tradisional, Jakarta, BPOM, pp. 112-114.
BPOM RI, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional, Jakarta, BPOM, pp. 11-12.
Bridson, E. Y., 2006, The Oxoid Manual, 9th edition, England, Oxoid, pp.50-70.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
55
Suharmiati, Handayani, L., 2005, Cara Benar Meracik Obat Tradisional, Penerbit
Agromedia Pustaka, Jakarta, pp.1-2, 39-41.
Tarigan, J., 2008, Pengantar Mikrobiologi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan , Jakarta, pp. 190-191.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
57
Sampel A : Replikasi I
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni pada cawan petri
Sampel A : Replikasi II
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
58
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Sampel B : Replikasi I
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Sampel B : Replikasi II
Pengenceran 10-1
60
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Sampel C : Replikasi I
Pengenceran 10-1
x 10-1 = 15 koloni/g
Pengenceran 10-2
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
62
Sampel C : Replikasi II
Pengenceran 10-1
x 10-1 = 15 koloni/g
Pengenceran 10-2
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-1
= 15 koloni/g
Pengenceran 10-2
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-5
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
Pengenceran 10-6
Tidak dapat dihitung karena tidak tumbuh koloni dalam cawan petri
64
Lampiran 3. Uji ALT sampel jamu pahitan brotowali pada inkubasi 48 jam
65
10-6 0 0 0
10-1 2 1 1,5 1,5 x
10-2 0 0 0 101
10-3 0 0 0 koloni/g
II 1,5 x 101
10-4 0 0 0
10-5 0 0 0
10-6 0 0 0
10-1 1 2 1,5
10-2 0 0 0
10-3 0 0 0
III 1,5 x 101
10-4 0 0 0
10-5 0 0 0
10-6 0 0 0
Keterangan :
66
A B
Keterangan :
A : coolbox untuk membawa sampel jamu pahitan brotowali
B : botol steril berisi sampel jamu pahitan brotowali ditempatkan dalam
coolbox
C : sampel jamu pahitan brotowali dalam botol kaca steril yang tertutup rapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 5. Uji ALT sampel jamu pahitan brotowali pada inkubasi 48 jam
Sampel A : Replikasi I
A B C
D E
Keterangan :
A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni
B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni
C : ALT pada pengenceran 10-1
D : ALT pada pengenceran 10-2
E : ALT pada pengenceran 10-3 ; 10-4 ; 10-5 ; 10-6, tidak tumbuh koloni
Sampel A : Replikasi II
A B C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
D E
Keterangan :
A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni
B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni
C : ALT pada pengenceran 10-1
D : ALT pada pengenceran 10-2
E : ALT pada pengenceran 10-3 ; 10-4 ; 10-5 ; 10-6, tidak tumbuh koloni
A B C
D E F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Keterangan :
Sampel B : Replikasi I
A B C
D E
Keterangan :
70
Sampel B : Replikasi II
A B C
D E
Keterangan :
A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni
B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni
C : ALT pada pengenceran 10-1
D : ALT pada pengenceran 10-2
E : ALT pada pengenceran 10-3 ; 10-4 ; 10-5 ; 10-6, tidak tumbuh koloni
A B C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
D E
Keterangan :
A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni
B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni
C : ALT pada pengenceran 10-1
D : ALT pada pengenceran 10-2
E : ALT pada pengenceran 10-3 ; 10-4 ; 10-5 ; 10-6, tidak tumbuh koloni
Sampel C : Replikasi I
A B C
Keterangan :
A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni
B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni
C : ALT pada pengenceran 10-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
D : ALT pada pengenceran 10-2 ;10-3 ; 10-4 ; 10-5 ; 10-6, tidak tumbuh koloni
Sampel C : Replikasi II
A B C
Keterangan :
A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni
B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni
C : ALT pada pengenceran 10-1
D : ALT pada pengenceran 10-2 ;10-3 ; 10-4 ; 10-5 ; 10-6, tidak tumbuh koloni
A B C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Keterangan :
A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni
B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni
C : ALT pada pengenceran 10-1
D : ALT pada pengenceran 10-2 ;10-3 ; 10-4 ; 10-5 ; 10-6, tidak tumbuh koloni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Keterangan :
A : Hasil uji tahap pengkayaan sampel A pada media ECB
B : Hasil uji tahap pengkayaan sampel B pada media ECB
C : Hasil uji tahap pengkayaan sampel C pada media ECB
K+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922
S : Sampel jamu pahitan brotowali
: Terjadi kekeruhan dan timbul gas pada tabung Durham
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 7. Uji tahap isolasi sampel jamu pahitan brotowali pada inkubasi 24
jam
K+ A
B C
Keterangan :
K+ : Kontrol positif biakan murni E.coli ATCC 25922
A : Hasil uji tahap isolasi sampel A pada media TBX
B : Hasil uji tahap isolasi sampel B pada media TBX
C : Hasil uji tahap isolasi sampel C pada media TBX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BIOGRAFI PENULIS
Lie Eko Purlianto dan Christina Yosephine Eny Fatima. Pendidikan yang telah di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Semasa menempuh masa
menjadi Divisi Liturgi dalam Panitia Perayaan Pekan Suci di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta (2013), menjadi Divisi Konsumsi pada acara pengobatan gratis
dalam rangka Dies Natalis XIX Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma di
Dusun Warak Lor Sumberadi Sleman Yogyakarta (2014), menjadi Divisi Konsumsi