Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penderita Diabetes Melitus (DM) banyak ditemukan mengalami

kecemasan dalam mengkonsumsi diet sehari – hari. Dari Penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan pada bulan Januari Di Rumah Sakit Umum Mitra Medika

Medan Tahun 2018 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat kecemasan

penderita dengan kepatuhan diet pada penderita DM tersebut yang memiliki

tingkat kecemasan sedang dengan jumlah sebanyak 8 reponden (16,2%) yang

melakukan kepatuhan diet yang tidak patuh sebanyak 19 responden (38,8%)

sedangakan yang memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 41 responden

(83,7%) yang melakukan kepatuhan diet yang patuh sebanyak 30 responden

(61,2%) (Dedi, 2018). Penderita DM di RSUD Dr. Soegiri Lamongan

mengungkapkan bahwa mengalami kecemasan dalam membatasi makanan yang

di makan setiap harinya, mereka merasa cemas dan takut akan kandungan

makanan yang di makan. Oleh sebab itu, kebanyakan Penderita DM selalu

melakukan diet dalam setiap harinya dengan cara patuh dalam memilah milah

makanan yang rendah gula . Kepatuhan diet merupakan kunci utama kesembuhan

atau tingkat kesediaan penderita DM dalam melaksanakan diet mengikuti

pengaturan pola makan yang dianjurkan oleh dokter dan petugas kesehatan sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan. Karena kepatuhan diet adalah tindakan

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau

1
2

petugas kesehatan (Kemenkes RI, 2011) . Kepatuhan diet yang dikelola

secara baik diharapkan akan dapat mencapai dan mempertahankan kadar gula

darah dan kadar lemak mendekati normal, mencapai dan mempertahankan berat

badan ideal, dan mencegah komplikasi akut dan kronik sehingga kualitas hidup

dapat ditingkatkan. Sejauh ini hambatan dan rintangan penderita DM dalam

memenuhi kepatuhan diet belum diketahui (Norma Risnasari, 2014) .

Penderita DM diseluruh dunia semakin meningkat, jumlah penderita DM 4

kali lipat 415 juta orang dari 108 juta penduduk pada tahun 1980an. Pada tahun

2040 diperkirakan jumlah penderita DM akan menjadi 642 juta. Penderita DM di

wilayah regional Asia Tenggara meningkat dari 4,1% di tahun 1980an menjadi

8,6% di tahun 2014. Penderita DM di indonesia dari 5,7% di tahun 2007 menjadi

6,9% di tahun 2013 (World Health Organization, 2015). Peningkatan prevalensi

diabetes melitus di Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1

juta pada tahun 2013. Data Internasional Diabetes Federation tahun 2015

menyatakan jumlah estimasi penderita DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10

juta. Seperti kondisi di dunia, Diabetes kini menjadi salah satu penyebab kematian

terbesar di Indonesia. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan

bahwa Diabetes Melitus merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di

Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke (21,1%) dan penyakit

Jantung koroner (12,9%). Bila tak di tanggulangi, kondisi ini dapat menyebabkan

penurunan produktifitas, disabilitas, dan kematian dini (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016).


3

Keberhasilan suatu pengobatan baik secara primer maupun skunder,

sangat dipengaruhi oleh kepatuhan penderita DM untuk menjaga kesehatannya.

Dengan kepatuhan yang baik, pengobatan secara primer maupun sekunder dapat

terlaksana secara optimal dan kualitas kesehatan bisa tetap dirasakan. Sebabnya

apabila penderita DM tidak mempunyai kesadaran diri untuk bersikap patuh maka

hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan yang berakibat pada

menurunya kesehatan. Bahkan akibat ketidakpatuhan dalam menjaga kesehatan,

dapat berdampak pada komplikasi penyakit DM dan bisa berujung pada kematian.

Rata-rata penderita DM akan patuh mengikuti anjuran serta saran dari mereka

selaku petugas kesehatan ketika penderita opname atau berada di Rumah Sakit.

Namun saat di rumah dan menjalankan rutinitas seperti biasa, penderita akan

kembali ke gaya hidup yang tidak teratur, lupa dengan kondisi fisik sebelumnya,

sehingga sakit yang diderita bertambah parah, kadar glukosa dalam darah tinggi

dan terjadi komplikasi. Awal mula pemicu timbulnya masalah-masalah kesehatan

yang kronis dan fatal cukup sederhana, ketidakpatuhan penderita DM dalam

menjaga serta menjalani berbagai macam pengobatan tidak teratur, yang akhirnya

menyebabkan terjadinya komplikasi yang fatal dan berujung pada amputasi dan

kematian (Saifunurmazah Dimas, 2013) .

Pemahaman perawat akan hambatan dan rintangan diketahui. Studi hanya

bicara secara kualitatif saja. maka perlu di lakukan penelitian mengenai

Pengalaman penderita DM Dalam Kepatuhan Diet.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengalaman penderita DM dalam kepatuhan diet ?


4

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengalaman penderita DM dalam kepatuhan diet di RSUD

Dr.Soegiri Lamongan .

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Teoritis

Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan penderita DM dalam pengalaman

diet penderita DM sebelumnya.

1.4.2 Praktis

Hasil dari penelitian ini akan memberikan data dan menjadi bahan rujukan

untuk pengembangan penelitian tentang pengalaman pasien penderita DM dalam

menjalani diet sehari hari .


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan teori tentang: 1) konsep dasar diabetes

melitus, 2) konsep kecemasan, dan 3) konsep kepatuhan diet, 4) road map

penelitian.

3.1 Konsep dasar Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu

menghasilkan atau menggunakan insulin (Hormon yang membawa glukosa darah

ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen). Dengan demikian, terjadi

hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan

hormonal, melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak serta

menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada organ tubuh (Nur Aini, 2016)

Diabetes Melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit

gangguan metabolik menahun akibat pangkreas tidak memproduksi cukup insulin

atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.

Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya

terjadi peningkatan kosentrasi glukosa didalam darah (hiperglekimia)

(Kemenkes, 2014).

Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi

disebabkan oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh

5
6

diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga

gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormone insulin

jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang

membantu masuknya gula darah (WHO, 2016).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus bisa diklasifikasikan dalam klasifikasi umum sebagai

berikut (ADA, 2015) :

1. Diabetes melitus tipe 1 yang disebabkan oleh kerusakan pada sel beta pankreas

dan biasanya termasuk ke dalam defisiensi insulin absolut.

2. Diabetes melitus tipe 2 yang disebabkan oleh kerusakan progresif pada sekresi

hormon insulin sehingga mengakibatkan resistensi insulin.

3. Diabetes melitus gestasional yang terdiagnosa pada kehamilan trimester kedua

atau ketiga dan biasanya setelah melahirkan akan kembali dalam keadaan

normal.

4. Diabetes melitus tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya penyakit eksokrin,

atau obat obatan yang menyebabkan diabetes melitus.

2.1.3 Etilogi Diabetes Mellitus

Penyebab spesifik dari DM tipe 2 belum diketahui, namun beberapa

kemungkinan penyebabnya adalah kombinasi faktor genetik yang berhubungan

dengan resistensi insulin, gangguan sekresi insulin, dan faktor lingkungan seperti

obesitas, terlalu banyak makan, kurangnya aktivitas fisik dan stres. Beberapa

faktor resiko juga berkontribusi terhadap berkembangnya DM tipe 2 antara lain

yaitu umur, 9 orang yang memiliki nilai HDL 250 mg/dL, nilai A1C ≥5,7 %,
7

memiliki riwayat penyakit vaskuler kronis, dan beberapa kondisi yang berkaitan

dengan resistensi insulin seperti obesitas dan polycystic ovary syndrome (PCOS).

Selain itu, juga ada beberapa faktor resiko lain yang berkaitan dengan gaya hidup

pasien seperti merokok, konsumsi alkohol dan kurangnya aktivitas fisik (ADA,

2015)

2.1.4 Patofisiologi

(Nur Aini, 2016) menyebutkan, sebagian besar patologi diabetes mellitus

dapat dihubungkan dengan efek utama kekurangan insulin yaitu:

1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan

peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1.200 mg

per 100 ml. Insulin berfungsi membawa glukosa ke sel dan menyimpannya

sebagai glikogen. Sekresi insulin normalnya terjadi dalam dua fase yaitu : fase

1, terjadi dalam beberapa menit setelah suplai glukosa dan kemudian

melepaskan cadangan insulin yang disimpan dalam sel β, dan fase 2

merupakan pelepasan yang baru disintesis dalam beberapa jam setelah makan.

2. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga

menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lemak pada

dinding vaskular.

3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Digolongkan menjadi gejala akut dan kronik (PERKENI, 2015) .

a. Gejala Akut Diabetes Melitus


8

Gejala penyakit dari satu penderita ke penderita yang lain sangat

bervariasi, bahkan tidak memunculkan gejala sekalipun sampai saat

tertentu, gejala pemula yang muncul yaitu banyak makan

(polyphagia), banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing

(polyuria) (PERKENI, 2015) . Rasa lelah, pusing, keringat dingin,

sulit berkonsentrasi disebabkan oleh menurunnya kadar gula darah

(Mahendra, Krisnatuti, Tobing, & Alting, 2015)

b. Gejala Kronik Diabetes Melitus

Pasien DM akan mengalami kesemutan, kulit terasa panas atau seperti

ditusuk-tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, mata

kabur (Soegondo, 2011). Gejala lain yang timbul seperti kelelahan,

gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual pria

menurun bahkan pada pria bisa 20 terjadi impotensi, pada ibu hamil

sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan

(NoorJuliansyah, 2015) .
9

2.1.6 Pathway

Kerusakan sel α dan β pankreas

Kegagalan Produksi
produksi glukagon
berlebih

Resiko Meningkatkan
kekurangan cairan Gula Darah Produksi Gula dari
Lemak dan Protein

osmolaritas
meningkat Membuang
Fatique
massa tubuh

poliuri polidip polipha


si gi Berat badan
turun
BB turun

Peningkatan gula darah kronik


Resiko kekurangan
nutrisi

Small vessel disease Arterosklerosis Gangguan


fungsi imun

Diabeti Hipertensi,
k peningkatan kadar LDL
Infeksi, gangguan
penyembuhan luka
Berkurang sensasi, Suplai darah
neuropati
nekrosis Kerusakan
Gangguan
integritas kulit
perfusi jaringan

Pembedahan : amputasi

nyeri Intoleransi
aktivitas

2.1.6 Pathway Diabetes Melitus


10

2.1.7 Komplikasi

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan

berbagai macam komplikasi, antara lain :

1) Komplikasi metabolik akut

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga macam

yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

pendek, diantaranya:

a) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai komplikasi

diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat .

b) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa

dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga

mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,

asidosis dan ketosis .

c) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)

Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan

hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl .

2) Komplikasi metabolik kronik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM dapat berupa kerusakan pada

pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah

besar (makrovaskuler) diantaranya:


11

a) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu :

(1) Kerusakan retina mata (Retinopati)

Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai

dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil

(2) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)

Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria menetap

(>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan dalam

kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama

terjadinya gagal ginjal terminal.

(3)Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)

Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan

pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada sekelompok

penyakit yang menyerang semua tipe saraf .

b) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu stroke

dan risiko jantung koroner.

(1) Penyakit jantung koroner Komplikasi penyakit jantung koroner pada

pasien DM disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard yang

terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau 18 disebut dengan SMI

(Silent Myocardial Infarction) .

(2) Penyakit serebrovaskuler Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan

dengan pasien non-DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala


12

yang ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti

adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan

dan bicara pelo .

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200

mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.

b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.

c. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau

peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.

d. Trombosit darah: hipertensi meningkat (dehidrasi), leukositosis dan

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

e. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal 6. Urine: gula dan

aseton positif

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

1. Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat :

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita

b. Mengarahkan pada berat badan normal

c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

e. Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :

a. Jumlah sesuai kebutuhan


13

b. Jadwal diet ketat

c. Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J

yaitu:

a. jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah

b. jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

c. jenis makanan yang manis harus dihindari

2. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :

a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam

sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita

dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan

meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.

b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore

c. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

dirangsang pembentukan glikogen baru.

d. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada

penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,

poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4. Obat
14

a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

(1) Mekanisme kerja sulfanilurea

Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang

tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi

insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya

diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa

dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.

(2) Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain

yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :

a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik

1. Menghambat absorpsi karbohidrat

2. Menghambat glukoneogenesis di hati

3. Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor

insulin

c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler

b. Insulin

Indikasi penggunaan insulin

a) DM tipe I

b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

c) DM kehamilan

d) DM dan koma lain pada DM


15

e) DM dan underweight

Beberapa cara pemberian insulin : Suntikan insulin subkutan Insulin regular

mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan,

kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan

mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak

menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan

menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur

Rochman, 2010) . Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian

individu yang subyektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui

secara khusus (Ermawati, 2009).

Penelitian yang telah dilakukan pada bulan Desember 2014 dibagian Poli

Klinik Penyakit Dalam RSUD Salatiga didapatkan sampel sejumlah 40 penderita

DM. Sebagian besar sampel pendidikannya rendah serta tingkat sosial

ekonominya adalah menengah ke bawah. Lokasi tempat tinggal sampel adalah

daerah perkotaan. Sampel yang digunakan adalah 40 orang dan 75% dari sampel

tersebut mengalami kecemasan. Sebanyak 72,5% sampel memiliki kadar gula

darah dengan nilai buruk. Berdasarkan uji korelasi Spearman didapatkan nilai p =

0,000 dan R = 0,902. Hal tersebut menunjukkan kekuatan korelasi positif antara
16

kecemasan dengan kadar gula darah penderita DM . Semakin tinggi kecemasan

maka kadar gula darah juga semakin tinggi (Atika Widya Syari'ati, 2015).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat kecemasan pasien dengan

kepatuhan diet pada pasien Diabetes Mellitus tersebut yang memiliki tingkat

kecemasan sedang dengan jumlah sebanyak 8 reponden (16,2%) yang melakukan

kepatuhan diet yang tidak patuh sebanyak 19 responden (38,8%) sedangakan yang

memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 41 responden (83,7%) yang

melakukan kepatuhan diet yang patuh sebanyak 30 responden (61,2%) (Dedi,

2018) .

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan

adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat mengancam karena

adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang

buruk akan terjadi. Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala

yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa

depan, merasa tidak tenteram, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak

mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya adalah, kecemasan timbul karena individu melihat adanya bahaya

yang mengancam dirinya, kecemasan juga terjadi karena individu merasa berdosa

atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau

hati nurani.

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan


17

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian

besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwaperistiwa

atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.

Beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu

tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya

pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,

ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman

terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar

untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya

menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,

semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-

kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan.

2.2.3 Jenis-jenis Kecemasan


18

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam

dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.

(Kartono Kartini, 2009) membagi kecemasan menjadi dua jenis , yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan

ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian

seseorang, karenakecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang

individu untuk mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah

suatu kecemasan yang wajar terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang

mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul

kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-hati

dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan

yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut

tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan

tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.

b. Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara

mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan

semacam ini maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya. Kecemasan ini

mempunyai akibat menghambat atau merugikanperkembangan kepribadian

seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasanberat yang sebentar

dan lama.Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan

traumatis padaindividu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi


19

penyebab munculnya kecemasan.Sedangakan kecemasan yang berat tetapi

munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Halini akan berlangsung

terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisiindividu.

Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakit

seperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).

2.3 Kepatuhan Diet

2.3.1 Pengertian Kepatuhan Diet

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul karena adanya

interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien sehingga pasien mengetahui

rencana dengan segala konsekuensinya sehingga menyetujui rencana tersebut

serta melaksanakannya. Menurut pernyataan yang telah dipaparkan sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah tindakan melaksanakan cara

pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau petugas kesehatan.

Kepatuhan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku

yang disarankan oleh dokternya. Dikatakan lebih lanjut, bahwa tingkat kepatuhan

pada seluruh populasi medis yang kronis adalah sekitar 20% hingga 60%

(Kemenkes RI, 2011) .

Diet DM adalah suatu terapi farmakologis yang sangat direkomendasikan

bagi penyandang DM. Diet DM ini prinsipnya melakukan pegaturan pola makan

yang didasarkan pada status gizi diabetesi dan melakukan modifikasi diet

berdasarkan kebutuhan individual (Sandjaja, 2009) .

Penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa yang patuh terhadap

diet sebanyak 30 responden (61,2%) dan yang tidak patuh terhadap diet sebanyak
20

19 responden (38,8%). Jadi sebagian besar responden di Rumah Sakit Umum

Mitra Medika Medan, kepatuhannya tinggi dalam menjalankan diet Diabetes

Melitus. Ketidakpatuhan penderita dalam melakukan diet diabetes melitus

dipengaruhi oleh Faktor seperti motivasi yang dimiliki pasien, dukungan keluarga,

dan pengetahuan tentang manfaat dari pelaksanaan diet diabetes mellitus.

Kepatuhan merupakan perilaku seseorang sehubungan dengan pemulihan

kesehatan (heald rehabilitation behvior) yaitu usaha-usaha pemulihan kesehatan

dalam mematuhi aturan diet dan mematuhi anjuran dokter dalam rangka

pemulihan kesehatan. Diet adalah pegaturan makan dan disimpulkan bahwa

kepatuhan diet adalah keterlibatan aktif pasien untuk mengikuti aturan diet

sehingga penyakit Diabetes penderita lebih terkontrol. Peneliti berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak pasien yang patuh diet

karena selalu mematuhi aturan diet dan mematuhi anjuran diet dalam rangka

pemulihan kesehatan sedangkan yang tidak patuh diet karena kurang pelaksanaan

diet. (Dedi, 2018)

Penelitian yang telah dilakukan oleh (Sukmarin & Rahman) penderita DM

akan mematuhi untuk melaksanaan pengolaan DM dengan baik jika penderita DM

memiliki keyakinan bahwa dengan melakukan pengelolaan DM makan akan

mampu untuk mengontrol kondisi tetap stabil, dan sesuai dengan manfaat yang

didapat, dan merasa dapat untuk mengikuti program. Berdasarkan data dari

Rekam Medik, penyakit Diabetes Mellitus dari bulan Januari sampai dengan

bulan Maret tahun 2018 di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan yaitu rawat

inap 49 orang. Berdasarkan hasil survei terdahulu di ruang rawat inap Rumah
21

Sakit Umum Mitra Medika didapat bahwa dari 10 orang pasien Diabetes Mellitus

yang memiliki tingkat kecemasan ringan 2 orang, sedang 3 orang dan berat 5

orang sehingga yang patuh diet adalah 7 orang dan tidak patuh diet adalah 3 orang

dalam menjalankan terapi diet yang dianjurkan.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet DM

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2014) .

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat pengetahuan di dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014) yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi


22

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi

dapat mnejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang baru

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.


23

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas.

b. Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang (Saifuddin

Azwar, 2016). Menumbuhkan perilaku baik kepada seseorang dengan cara

mengembangkan tujuan perilaku seseorang akan melakukan perilaku baik apabila

mempunyai keyakinan dan sikap dalam diri seseorang terhadap kepatuhan diet.

Sikap seseorang melakukan pengontrolan diri membutuhkan pemantauan akan

pada diri seseorang, evaluasi diri dan penghargaan diri sendiri sehingga akan

menumbuhkan sikap pasien yang mempunyai perilaku sehat yang dipengaruhi

oleh kebiasaan. (Saifuddin Azwar, 2016) menyebutkan sikap memiliki 3

komponen yang menunjang yaitu :

1) Komponen Kognitif (komponen perseptual)

Kepercayaan seseorang terhadap apa yang berlaku atau apa yang benar dalam

objek . Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan dan

keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang

mempersepsikan terhadap sikap .

2) Komponen Afektif (komponen emosional)

Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu sikap.

Komponen yang berkaitan dengan rasa senang dan tidak senang pada suatu

objek sikap .
24

3) Komponen Konatif (komponen perilaku)

Kecenderungan perilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapinya .

Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya yaitu :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau objek mau menerima stimulus yang

diberikan .

2) Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi. Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan yaitu suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha agar

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan .

3) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap

stimulus, dalam arti orang lain ikut membahas, mengajak dan mempengaruhi

atau menganjurkan untuk merespons .

4) Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya .

c. Dukungan Keluarga

Dukunan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi

sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota

keluarga merasa ada yang memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga

mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota


25

keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015)

Dukungan yang diberikan oleh keluarga terdapat 4 yaitu :

1) Dukungan Informasional

Keluarga berpengaruh sebagai pemberi informasi yang disediakan oleh

seseorang dalam dalam menanggulangi suatu persoalan yang sedang dihadapi

meliputi pengarahan, nasehat, ide-ide dan informasi lainnya .

2) Dukungan Penilaian atau Penghargaan

Keluarga yang berhak membimbing dan menengahi pemecahan masalah,

sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya

memberikan support, penghargaan dan perhatian .

3) Dukungan Instrumental

Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa bantuan langsung

dari anggota keluarga yang berbentuk yang nyata terhadap ketergantungan

anggota keluarganya .

4) Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk istirahat serta

pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi, meliputi dukungan yang

diberikan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian. Dukungan

emosional dipengaruhi oleh penilaian dari orang lain dan ekspresi dari

dukungan untuk menguatkan mereka (Harisson, 2010).

d. Dukungan Petugas Kesehatan


26

Pasien membutuhkan penjelasan tentang keadaannya saat ini baik berupa

penyebab ataupun hal-hal yang dapat dilakukan oleh keadaan tersebut. Hal ini

menjadi suatu hal yang penting umpan balik setelah pasien memperoleh informasi

diagnosisnya. Derajat perilaku yang baik dapat diperoleh dengan kualitas tenaga

kesehatan dengan pasien. Petugas kesehatan perlu memahami kebutuhan

masyarakat, budaya masyarakat dan karakteristik kepribadian masyarakat

(Sutisna, 2013) .

2.4 Road Map Penelitian

Penelitian mengenai pengalaman penderita DM dalam melakukan kepatuhan

diet menghasilkan tema berupa perasaan penderita selama melakukan kepatuhan

diet, kendala yang dihadapi dan manfaat yang dirasakan. Dari tema tersebut, maka

pengembangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah melakukan

pengkajian lebih lanjut mengenai tingkat pengetahuan penderita DM terhadap

kepatuhan diet, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

diet dan penelitian mengenai metode Heart Education kepatuhan diet .


27

Hasil penelitian studi fenomenologi : pengalaman penderita DM

dalam kepatuhan diet

Perasaan penderita Kendala Manfaat

Cemas, merasa takut Tidak mematuhi pantangan Mempertahankan kadar


mengkonsumsi makanan dalam penurunan kadar glukosa darah dalam
yang masuk dalam tubuh . gula . kisaran nilai yang normal

Pengembangan Penelitian

Penelitian mengenai Penelitian mengenai Penelitian mengenai


tingkat pengetahuan faktor-faktor yang metode Heart Education
penderita DM terhadap mempengaruhi kepatuhan kepatuhan diet DM.
kepatuhan diet diet DM .

2.4 Gambar Skema Road Map Penelitian


BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi interpretatif

untuk mengeksplorasi dan menginterprestasikan makna pengalaman penderita

DM dalam kepatuhan diet. Penelitian ini dilakukan di RSUD. Soegiri Lamongan

dengan jumlah penderita DM sebanyak 10 orang. Peneliti merupakan instrument

inti dalam penelitian ini yang ditunjang dengan alat perekam suara Xiaomi,

bolpoin dan kertas untuk digunakan dalam membuat catatan lapangan. Data

dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan

menggunakan pertanyaan semi struktur. Data yang didapat kemudian diolah

menjadi transkip dan dianalisa menggunakan analisa tematik (Braun & Clarke,

2006) melalui enam tahap untuk memahami dan menginterprestasikan data.

Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan pertimbangan etik yaitu autonomy,

confidentiality, beneficience, dan justice. Penelitian ini juga telah melalui

keabsahatan data yaitu credibility, dependability, confirmability, dan

transferability.

3.1 Desain dan Jenis Penelitian

Penelitian tentang “Studi Fenomenologi : Pengalaman penderita DM dalam

Kepatuhan Diet” menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Penelitian kualitatif juga menggunakan latar ilmiah untuk

menafsirkan fenomena yang terjadi dengan menggunakan berbagai metode seperti

wawancara, pengamatan dan dokumen (Moleong, 2013). Penafsiran terhadap

28
29

fenomena dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara. Dalam

penelitian ini, peneliti bermaksud untuk memahami fenomena yang terjadi dalam

pengalaman penderita DM dalam kepatuhan diet . Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Fenomenologi merupakan pengalaman

subjektif dan kesadaran perspektif seseorang yang bersumber dari berbagai jenis

dan tipe subjek yang ditemui (Moleong, 2013).

Pada penelitian ini, pengalaman hidup yang digali oleh peneliti adalah

pengalaman penderita DM dalam kepatuhan diet dengan menggunakan

pendekatan fenomenologi interpretatif. Fenomenologi interpretatif bertujuan

untuk memasuki dunia lain dan menemukan suatu kebijaksanaan, kemungkinan

dan pemahaman pada situasi tersebut (Speziale & Carpenter, 2007). Pendekatan

fenomenologi interpretatif hermeunetik digunakan untuk menemukan ontology

dari fenomena pengalaman keluarga pasien trauma kritis terhadap intervensi

psikososial perawat melalui proses hermeunetic circle (Speziale & Carpenter,

2007) .

3.2 Lokasi Penelitian dan Partisipan

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Peneliti

melakukan penelitian pengalaman penderita DM di RSUD Soegiri Lamongan.

Beberapa penderita DM mengikuti kepatuhan diet dalam setiap harinya untuk

mengontrol kadar gula dan kadar lemak yang masuk dalam tubuhnya. Penderia

DM mengikuti kepatuhan diet dalam setiap harinya untuk penyembuhan penyakit

yang di hadapinya saat ini .


30

3.2.2 Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita DM di

RSUD Dr.Soegiri Lamongan yang mengikuti pengalaman kepatuhan diet dalam

setiap sejumlah sepuluh orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

cara purposive sampling yaitu peneliti melakukan seleksi kepada penderita DM

yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah penderita DM, pengalaman mengikuti kepatuhan diet,

mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan bersedia menjadi

partisipan dan memberikan informasi mengenai pengalamannya terkait dengan

kepatuhan dietnya setiap harinya.

Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah sepuluh orang yang semuanya

merupakan penderita DM yang mengikuti pengalaman kepatuhan diet. Saturasi

data dalam penelitian ini dicapai ketika peneliti tidak lagi menemukan adanya

tema baru yang muncul dari sepuluh partisipan tersebut. Partisipan berjenis

kelamin perempuan dan laki-laki yang berusia antara 30-50 tahun.

Proses pemilihan partisipan dimulai dengan mengidentifikasi partisipan

yang sesuai dengan kriteria penelitian. Identifikasi partisipan dilakukan oleh

peneliti dengan cara menanyakan penyakit yang sedang di deritanya. Peneliti

menjelaskan terlebih dahulu tentang jati diri peneliti dan tujuan dari peneliti.

Peneliti mengidentifikasi partisipan dengan menanyakan berapa lama penderita

mengalami penyakit DM dan melakukan kepatuhan dietnya. Setelah

teridentifikasi partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitian, peneliti kemudian


31

menyampaikan maksud, tujuan dan prosedur terkait penelitian yang dilakukan.

Partisipan yang telah mendapat penjelasan terkait dengan penelitian kemudian

ditanya kesediaannya untuk menjadi partisipan dalam penelitian. Partisipan yang

bersedia diminta untuk mengisi dan menandatangani lembar persetujuan sebagai

partisipan penelitian (informed consent).

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

3.3.1 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam

atau open ended interview. Open ended interview adalah wawancara yang

dilakukan secara tidak terstruktur dengan menggunakan pertanyaan terbuka

sehingga memungkinkan partisipan untuk memberikan jawaban secara bebas.

Open ended interview digunakan karena partisipan dapat menjelaskan dengan

sepenuhnya pengalaman yang mereka alami (Robinson, 2000).

Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat rancangan berupa

pedoman wawancara. Pedoman wawancara bertujuan untuk memberikan

kemudahan peneliti agar pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai

dengan tujuan penelitian. Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori-teori

yang relevan dengan masalah yang ingin digali dalam penelitian. Wawancara

dimulai dengan pertanyaan terbuka, tidak bersifat kaku karena pertanyaan bisa

berkembang sesuai dengan proses yang berlangsung selama wawancara, tanpa

meninggalkan landasan teori yang telah ditetapkan.

Pedoman wawancara yang sudah dibuat kemudian diuji coba kepada salah

satu penderita DM . Uji coba dilakukan setelah peneliti mendapatkan partisipan


32

yang memenuhi kriteria inklusi dan peneliti melakukan kontrak waktu dan tempat

dengan partisipan. Peneliti memberikan pertanyaan kepada partisipan sesuai

dengan pedoman wawancara yang telah dibuat dan pertanyaan dapat berkembang

sesuai dengan jawaban partisipan. Setelah wawancara selesai, peneliti melakukan

transkripsi hasil wawancara dan melakukan konsultasi dengan pembimbing

tentang pertanyaan pertanyaan yang mungkin perlu untuk ditambahkan.

Pengembangan pertanyaan diperlukan jika pertanyaan yang dibuat belum dapat

menggali tujuan penelitian. Pengembangan pertanyaan juga dimaksudkan untuk

memodifikasi pertanyaan penelitian sehingga lebih mudah dipahami oleh

partisipan. Uji coba pedoman wawancara dapat memberikan wacana mengenai

cara melakukan wawancara mendalam pada penelitian kualitatif dan melatih

kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara mendalam.

Pengambilan data dilakukan setelah pedoman wawancara sudah dimodifiasi

melalui uji coba wawancara dan konsultasi dengan pembimbing. Peneliti mencari

partisipan yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian meminta persetujuan

untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Setelah

peneliti mendapatkan partisipan yang bersedia untuk menjadi responden

penelitian maka selanjutnya peneliti akan melakukan wawancara kepada

partisipan. Wawancara dalam penelitian merupakan teknik komunikasi antara

peneliti dengan partisipan. Peneliti sebagai interviewer harus responsif, tidak

subjektif, menyesuaikan diri dengan partisipan, tidak memberikan kesan negatif,

memberi pengertian kepada partisipan tentang pentingnya informasi yang

diberikan oleh mereka dan pembicaraan harus terarah. Wawancara dilakukan


33

dengan menggunakan tape recorder. Lama wawancara untuk setiap partisipan

dilakukan sekitar 30-60 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar

partisipan tidak terlalu lelah karena menjadi partisipan dan dilakukan wawancara

sehingga dapat mempengaruhi kondisi dan jawaban atas pertanyaan penelitian

(Dempssey & Dempsey, 2000). Pada waktu wawancara, apabila partisipan tidak

memahami pertanyaan yang diajukan oleh peneliti maka peneliti akan mengulang

pertanyaan atau menjelaskan pertanyaan secara lebih detail. Peneliti juga akan

melakukan klarifikasi kepada partisipan apabila menemukan jawaban yang kurang

jelas.

Pengumpulan data juga dilengkapi dengan catatan lapangan (field note)

yang berisikan tentang tanggal, waktu dan informasi dasar tentang suasana saat

wawancara seperti tatanan lingkungan, interaksi sosial dan aktivitas yang

berlangsung saat wawancara dilakukan. Catatan lapangan pada penelitian

kualitatif dibuat segera setelah proses wawancara selesai dari masing-masing

partisipan agar tidak terjadi kesalahan (Poerwandari, 2005).

3.3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti. Peneliti merupakan

Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Lamongan. Peneliti memilki ketertarikan terhadap pengalaman penderita DM

dalam kepatuhan dietnya. Peneliti menanyakan pengalaman dalam kepatuhan diet

penderita DM dalam setiap harinya untuk mengetahui persepsi penderita DM

dalam diet yang dilakukannya.. Peneliti memperoleh data penelitian dengan cara

wawancara semi terstruktur yang direkam menggunakan alat perekam.


34

Alat perekam yang digunakan dalam penelitian ini adalah Xiaomi 6A yang

mempunyai aplikasi program voice recorder. Media perekam ini sensitif terhadap

suara walaupun diatur dengan volume minimal. Data rekaman dalam bentuk wav

akan dipindah ke komputer dan diputar ulang menggunakan windows media

player.

3.3.3 Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga langkah yaitu

tahap perijinan, kontrak dengan partisipan dan wawancara.

1. Perijinan

Peneliti mengajukan izin ke Dekan Fakultas Vokasi sebagai syarat untuk

mengurus izin penelitian. Berikutnya mengurus etika penelitian ke Komisi Etik

Penelitian (KEPK) untuk mendapatkan izin kelayakan penelitian. Setelah

dinyatakan layak kemudian mengirimkan surat ke Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Lamongan. Untuk mendapat rekomendasi surat penelitian ke

RSUD Dr.Soegiri Lamongan untuk mendapatkan persetujuan direktur dilanjutkan

dengan pengumpulan data..

2. Kontrak dengan Partisipan

Peneliti mencari partisipan melalui data penderita DM yang mengikuti program

kepatuhan diet. Peneliti akan mendatangai partisipan di dalam lingkungan RSUD

Soegiri Lamongan. Setelah bertemu dengan partisipan, peneliti menjelaskan

mengenai tujuan dan proses penelitian. Peneliti meminta kesediaan untuk menjadi

partisipan penelitian. Jika partisipan setuju, maka peneliti memberikan lembar

persetujuan menjadi partisipan penelitian. Kemudian peneliti melakukan kontrak


35

dengan partisipan terkait dengan waktu dan tempat untuk wawancara. Penentuan

waktu dan tempat wawancara dengan partisipan bertujuan agar partisipan merasa

nyaman dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Speziale &

Carpenter, 2007)

3. Wawancara

Menurut University of the West of England (2007), proses wawancara dalam

penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahap yaitu sebelum wawancara, saat memulai

wawancara dan selama wawancara.

1) Sebelum Wawancara

a. Peneliti memperkenalkan diri kepada partisipan dan mengucapkan terima

kasih atas kesediannya menjadi partisipan penelitian.

b. Peneliti mempersilahkan partisipan untuk memilih tempat duduk dan posisi

sesuai dengan keinginan tenang dan diusahakan untuk mencari tempat yang

tenang.

c. Peneliti menanyakan kepada partisipan kesiapan untuk memulai wawancara.

d. Setelah partisipan sudah menyatakan kesiapannya untuk dimulai wawancara,

peneliti akan menempatkan alat perekam diantara peneliti dan partisipan.

Peneliti mengecek fungsi alat perekam. Peneliti juga menyiapkan lembar

catatan untuk membuat catatan lapangan.

2) Saat Memulai Wawancara

a. Peneliti menjelaskan kepada partisipan tujuan wawancara. Adapun tujuan

wawancara adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengalaman

partisipan selama mengikuti program diet .


36

b. Peneliti menjelaskan kepada partisipan bahwa informasi yang dia berikan

akan dijaga kerahasiannya.

c. Peneliti menjelaskan bahwa wawancara akan berlangsung sekitar 30 – 60

menit dan meminta ijin kepada partisipan untuk menggunakan alat perakam

selama proses wawancara.

d. Peneliti menjelaskan kepada partisipan bahwa dia dapat mengklarifikasi

jawaban yang diberikan pada saat wawancara berlangsung.

3) Selama Wawancara

a. Peneliti menulis di lembar catatan mengenai judul wawancara, tanggal,

lokasi, pewawancara dan partisipan (Creswell, 2003)

b. Peneliti mulai menyalakan alat perekam.

c. Peneliti memulai bertanya kepada partisipan dengan menggunakan

pertanyaan yang sifatnya umum yaitu “Bagaimana pengalaman saudara

selama mengikuti diet rendah gula dan rendah lemak ?. Pertanyaan

selanjutnya berdasarkan jawaban yang disampaikan oleh partisipan atas

pertanyaan sebelumnya.

d. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada partisipan tidak harus

dilakukan secara berurutan tetapi dapat menjawab topik pertanyaan yang

sudah dibuat oleh peneliti dalam panduan wawancara. Pada saat partisipan

mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan maka peneliti akan

memberikan pertanyaan dalam bentuk analog yang bisa dipahami oleh

partisipan.
37

e. Selama wawancara, peneliti mencatat respon non verbal dan respon

emosional dari partisipan yang tidak dapat direkam oleh alat perekam.

f. Peneliti akan memvalidasi kepada partisipan apakah terdapat hal-hal yang

belum disampaikan oleh partisipan selama wawancara. Peneliti juga akan

meminta kepada partisipan untuk menjelaskan kembali jawaban dari

pertanyaan jika dianggap masih membingungkan bagi peneliti.

g. Peneliti mengakhiri wawancara dengan mengucapkan terima kasih kepada

partisipan atas waktu dan kesediannya menjadi partisipan.

h. Peneliti membuat kontrak waktu dengan partisipan untuk bertemu kembali

guna memvalidasi transkrip hasil wawancara.


38

Rancangan Penelitian

Penelitian kualitatif jenis fenomenologi interpretatif

Ijin penelitian

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten


Lamongan

Data Penderita DM

Penderita DM di RSUD Soegiri Lamongan

Sampling
1. Penderita DM
Purposive sampling
2. mengikuti program
kepatuhan diet .
Sample 3. Mampu berkomunikasi
menggunakan bahasa
Partisipan sejumlah 10 sesuai kriteria inklusi Indonesia
4. Bersedia menjadi
partisipan dan
Kontrak dengan Partisipan memberikan informasi
Bertemu di RSUD Soegiri Lamongan

Wawancara

Open ended interview selama 30 – 60 menit

Analisa Data

Analisa tematik menurut Braun & Clarke (2006)


Familiarising yourself with your data, generating initial
codes, searching for themes, reviewing themes,
defining and naming themes dan producing the report

Keabsahan Data

Credibility, Dependability, Corfirmablity, Transferbility

Penyajian Data

Gambar 3.1 Alur Penelitian


39

3.4 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan

pengumpulan data, interpretasi data dan penulisan laporan naratif (Creswell,

2003). Analisa data merupakan upaya untuk mengorganisasikan data, memilah-

milahnya mejadi satuan yang dapat dikelola, mensintesis, mencari dan

menemukan pola, menemukan hal yang penting dan dipelajari serta memutuskan

apa yang akan disampaikan dan diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2013).

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tematik. Analisa

tematik adalah metode untuk mengidentiifkasi, menganalisa dan melaporkan pola

(tema) dari data (Braun & Clarke, 2006) .

3.5 Keabsahan Data

Hasil penelitian kualitatif dianggap memenuhi kriteria ilmiah bila mempunyai

tingkat kepercayaan tertentu (trustworthiness) yang dapat dicapai melalui prinsip

credibility, dependability, confirmability, dan transferability (Polit & Beck, 2010).

1. Credibility (kredibilitas) adalah berbagai aktifitas yang dapat meningkatkan

kemungkinan penemuan hasil yang dapat dipercaya (Speziale & Carpenter,

2007) . Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mencapai kredibilitas

adalah dengan melakukan pengecekan ulang hasil wawancara kepada

partisipan. Peneliti menunjukkan transkrip wawancara yang sudah dilakukan

interpretasi oleh peneliti kepada partisipan untuk diberikan tanggapan

mengenai kesesuaian dengan apa yang sudah disampaikan pada saat

wawancara. Partisipan dapat menyetujui, tidak menyetujui atau menambah

hasil transkripsi dan interpretasi peneliti. Peneliti juga meminta pembimbing


40

untuk menganalisa traksrip verbatim yang sudah dibuat dan mengecek

kesesuaian dalam menginterpretasi.

2. Transferability adalah kemampuan untuk mentransfer data hasil temuan kepada

kelompok lain (Polit & Beck, 2010). Tranferabilitas dilakukan oleh peneliti

dengan melibatkan pembimbing dalam proses penulisan hasil . penelitian agar

mudah dipahami oleh pembaca. Peneliti menggunakan analog terhadpa tema-

tema yang dihasilkan agar mudah dipahami dan diaplikasikan untuk lokasi

yang lain.

3. Dependability (dependabilitas) merupakan suatu kestabilan data atau proses

penelitian dari waktu ke waktu dengan menggunakan inquiry audit (Polit &

Beck, 2010) Dependabilitas digunakan untuk menjaga kemungkinan kesalahan

yang dilakukan oleh peneliti dalam menginterpretasi data sehingga hasil

penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Dependabilitas

dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan pembimbing dalam proses

penelitian, analisa data, dan penulisan hasil penelitian.

4. Confirmability (konfirmabilitas) adalah keyakinan atas data penelitian yang

diperoleh merupakan data yang objektif (Polit & Beck, 2010). Konfirmabilitas

dalam penelitian ini dilakukan dengan mengecek kembali terhadap interpretasi

yang dilakuan oleh peneliti kepada partisipan dan pembimbing yang akan

disesuaikan dengan catatan lapangan.


41

3.6 Etika Penelitian

Prinsip etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah autonomy

(bebas paksaan), confindentiality (kerahasiaan), beneficience (kemanfaatan), dan

justice (keadilan) (Komisi Nasional Etik Penelitian Keseshatan, 2006).

1. Prinsip autonomy adalah menghormati harkat dan derajat manusia serta bebas

paksaan. Partisipan memiliki autonomy dan hak dalam membuat keputusan

secara sadar dan dipahami dengan baik serta bertanggung jawab terhadap

keputusan yang dia ambil. Peneliti menerapkan prinsip autonomy dalam

penelitian ini dengan cara memberikan penjelasan kepada calon partisipan

tentang tujuan dan prosedur penelitian, melakukan wawancara sesuai dengan

tempat dan waktu yang disepakati oleh partisipan, memberikan informed

consent untuk mengevaluasi kesediaan partisipan untuk berpartisipasi dalam

penelitian, menanyakan kesediaan partisipan untuk direkam selama proses

wawancara, memberikan informasi kepada partisipan bahwa dia mempunyai

hak untuk tidak menjawab pertanyaan selama wawancara, dan memberikan hak

kepada partisipan untuk mengundurkan diri selama proses penelitian (Macnee,

2004; Speziale & Carpenter, 2003).

2. Prinsip confidentiality adalah prinsip kerahasiaan. Peneliti menjaga kerahasiaan

dalam penelitian ini dengan cara menyimpan seluruh dokumen hasil

pengumpulan data seperti lembar persetujuan, biodata, kaset rekaman dan

transkrip hasil wawancara dalam tempat khusus yang hanya dapat diakses oleh

penlitii, informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk kepentingan


42

penelitian dan akan dimusnahkan jika semua data tidak digunakan lagi serta

memberikan nomor kode partisipan dalam laporan penelitian yang dibuat

(anonymity).

3. Prinsip beneficience adalah prinsip kemanfaatan dimana peneliti melaksanaan

penelitian sesuai dengan prosedur penelitian dengan tujuan agar bermanfaat

buat partisipan. Prinsip kemanfaatan dalam penelitian ini dilakukan oleh

peneliti dengan cara menjelaskan kepada partisipan mengenai manfaat yang

didapat oleh partisipan, memberikan jaminan kebebasan terhadap adanya

eksploitasi, mengeluarkan partisipan dari penelitian jika partisipan berpotensi

untuk mengalami stres selama proses penelitian. Prinsip kemanfaatan yang

dilakukan oleh peneliti juga dimaksudkan untuk meminimalkan dampak yang

merugikan bagi partisipan (non-maleficience).

4. Prinsip justice adalah prinsip keadilan dimana peneliti memperlakukan setiap

partisipan secara jujur, pantas dan memberikan hak dari partisipan. Prinsip

keadilan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan cara memberikan

hak yang sama kepada semua partisipan untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Hak terhadap keadilan akan memungkinkan partisipan untuk dapat dipilih atau

terlibat dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi.


DAFTAR PUSTAKA

Dedi. (2018). Hubungan tingkat kecemasan pasien dengan kepatuhan diet pada

diabetes melitus di rumah sakit umum mitra medika medan. jurnal

keperawatan .

World Health Organization. (2016). global report on diabetes . 85.

Kemenkes. (2014). Pusat Data Informasi. hubungan tingkat kecemasan pasien

dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus , 84.

Atika Widya Syari'ati. (2015). Hubungan kecemasan dengan kadar gula

penderita DM tipe 2 di RSUD SALATIGA.

Braun, V. &., & Clarke, V. (2006). Using thematic analysis in psychology.

Qualitative Research in Psychology. 3(2). 77 – 101.

Creswell, J. W. (2003). Desain Penelitian : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.

Jakarta: KIK Press.

Ermawati, D. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial.

Jakarta: Trans Info Media.

Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto.

Mahendra, Krisnatuti, Tobing, & Alting. (2015). Care Your Self Diabetes

Mellitus. Jakarta.

43
Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosadakarya.

NoorJuliansyah. (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2010). Nursing Research: Appraising Evidence for

Nursing Practice. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Notoatmodjo, S.(2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nur Aini. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endoktin dengan pendekatan

NANDA NIC NOC. Jakarta.

Poerwandari. (2005). Pengumpulan Data dengan Field Note.

Soegondo. (2011). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini dalam

Buku Penatalaksanakan Diabetes Terpadu Sebagai Panduan

Pelaksanaan Diabetes Mellitus Bagi Dokter Maupun Edukator Diabetes.

Jakarta: FKUI

Speziale, H. J., & Carpenter, D. R. (2007). Qualitative Research in Nursing:

Advancing the Humanistic Inperative. Philapdhelpia : Lippincott

Williams & Wilkins.

Sutisna. (2013). Perilaku konsumen dan komunikasi pemasaran. bandung.

Erdiana, Yuyun. (2015). Dukungan Keluarga Dalam kunjungan Lansia Di

posyandu lansia Di Desa Karanglo lor Kecamatan Sukerejo Kabupaten

Ponorogo

44
American Diabetes Association (ADA) (2015). Diagnosis and classification of

diabetes mellitus. American Diabetes Care, Vol.38, pp: 8-16.

Sandjaja, dkk (2009). Kamus Gizi . Jakarta. PT. Kompas Media Nusantara

PERKENI, (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia, PERKENI, Jakarta.

Azwar, Saifuddin. (2016). Sikap Manusia Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

https://www.scribd.com/doc/69218498/Pathway-Pasien-Dengan-Diabetes-

Mellitus

Norma Risnasari. (2014). hubungan tingkat kepatuhan diet pasien diabetes melitus

dengan munculnya komplikasi. Jilid 25.

45
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi

D3 Keperawatan Universitas Airlangga :

Nama : Rizka Emiliah

NIM : 151611913089

Bermaksud melakukan penelitian tentang berjudul “Pengalaman penderita

Diabetes Melitus dalam kepatuhan diet ”. Sehubungan dengan ini, saya mohon

kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan

saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga dan

informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya

ucapkan terimakasih.

Lamongan, Juni 2019

Peneliti

Rizka Emiliah
151611913089
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

PERNYATAAN PERSETUJUAN
UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat,

jaminan kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas

Airlangga yang bernama Rizka Emiliah mengenai berjudul “Pengalaman

penderita Diabetes Melitus dalam kepatuhan diet’’. Saya mengetahui

bahwa informasi yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi

pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan

data yang diperlukan dengan sebenar-benarnya. Demikian pernyataan ini

saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.

Lamongan, Juni 2019


Responden
Lampiran 3 : Panduan Wawancara Semi Struktur

PANDUAN WAWANCARA SEMI STRUKTUR

STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN PENDERITA DM

DALAM MELAKUKAN KEPATUHAN DIET

1. Bagaimana pengalaman saudara dalam melakukan diet DM ?

2. Apakah perubahan saudara dalam melakukan diet DM ?

3. Apakah saudara pernah mendapatkan informasi mengenai diet DM ?

4. Apakah saudara sudah memahami segala sesuatu tentang diet DM ?

5. Bagaimana pengalaman saudara mengenai setelah melakukan diet DM ?

6. Apa kesulitan atau kendala yang saudara alami paada saat proses melakukan

diet DM ?

7. Apakah manfaat yang saudara rasakan setelah melakukan diet DM ?

Anda mungkin juga menyukai