Laporan Winding Resistance
Laporan Winding Resistance
EXPERIMENT N.1
DOSEN PEMBIMBING:
Bp. DJODI ANTONO, B.Tech.
Disusun Oleh :
3.39.15.1.17
LT-2E
2017
WINDING RESISTANCE MEASUREMENT
A. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk :
1. Dapat memahami pengertian winding resistance measure.
2. Dapat memahami gambar rangkaian winding resistance measurement
3. Dapat mengukur tegangan pada setiap sambungan pada motor dengan
menggunakan voltmeter.
4. Menentukan nilai R (ohm) suatu belitan dengan menggunakan alat multimeter.
5. Dapat menghitung nilai R (ohm) pada setiap sambungan motor dengan
menggunakan rumus.
B. PENDAHULUAN
Generator sinkron yang dipergunakan ini ternyata mempunyai rating daya dari
ratusan ampere (MVA). Disebut dengan “mesin sinkron”, karena bekerja pada kecepatan
dan frekuensi konstan di bawah kondisi “Steady State”. Mesin sinkron bisa dioperasikan
baik sebagai generator maupun motor.
Mesin sinkron ini bila difungsikan sebagai motor berputar dalam kecepatan
konstan, apabila dikehendaki kecepatan yang bersifat variabel, maka motor sinkron
dilengkapi dengan pengubah frekuensi seperti “inverter atau Cycloconverter”. Sebagai
generator, beberapa mesin sinkron sering dioperasikan secara paralel, seperti di pusat-
pusat pembangkit. Adapun tujuan dari paralel adalah adanya pembagian beban antara
generator yang satu dengan lainnya.
Ada dua struktur medan magnet pada mesin sinkron yang merupakan suatu dasar
kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalir penguat DC dan sebuah jangkar
tempat dibangkitkkannya ggl AC. Hampir semua mesin sinkron mempunyai jangkar
diam (stationer) dan struktur medan berputar. Kumparan DC pada struktur medan yang
berputar dihubungkan pada sumber luar melalui slipring dan sikat, tetapi ada juga yang
tidak mempergunakan sikat yaitu sistem “brushless excitation”. Kemudian dari itu akan
dilanjutkan sedikit.
Berdasarkan tegangan yang dibangkitkan generator dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Generator Arus Bolak-Balik (AC)
Generator arus bolak-balik yaitu generator dimana tegangan yang dihasilkan
(tegangan out put ) berupa tegangan bolak-balik.
2. Generator Arus Searah (DC)
Generator arus searah yaitu generator dimana tegangan yang dihasilkan (tegangan out
put) berupa tegangan searah, karena didalamnya terdapat sistem penyearahan yang
dilakukan bisa berupa oleh komutator atau menggunakan dioda.
Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron.
Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yang digunakan untuk
mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkron dapat berupa generator
sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasa tergantung dari kebutuhan.
Pada generator akan menghasilkan tegangan dan arus yang nilainya sebanding.
Besarnya nilai arus dan tegangan akan menghasilkan nilai hambatan pada belitan antar
fasa. Untuk memperoleh nilai resistansi dapat dihitung dengan :
U
Nilai resistansi R= I
Σ Ruv
RUV(av) = = .................. (Ω)
4
Σ Rvw
RVW(av) = = .................. (Ω)
4
Σ Rwu
RWU(av) = = .................. (Ω)
4
Ruv(av)Rvw(av) Rwu(av)
Rav = = ........(Ω)
3
Menghitung nilai resistansi medan sebagai rata-rata nilai yang terukur dengan :
ΣR
RE = =.......... (Ω)
5
b. Langkah Kerja
Mengukur belitan pada motor
1. Dalam melakukan praktek tentang winding resistance measurement terlebih
dahulu di persiapkan alat yang akan digunakan yaitu kabel jumper merah dan
hitam ,multimeter digital, powersupply, voltmeter, Amperemeter, motor
sinkron dan motor DC.
2. Rangkai kabel dengan melihat gambar 1.1 untuk mengukur armature resistane.
3. Rangkai pada motor sinkron dengan hubungan bintang.
4. Atur pada angka 1000 mA pada amperemeter.
5. Atur tegangan dengan nilai 15V dan atur dalam DC pada voltmeter
6. On kan power supply.
7. Ukur tegangan pada rangkaian UV pada motor dengan besar 300mA sampai
600mA dan masukkan hasil pada tabel 2.1.
8. Ukur tegangan pada rangkaian VW pada motor dengan besar 300mA sampai
600mA masukkan hasil pada tabel 2.1.
9. Ukur tegangan pada rangkaian WU pada motor dengan besar 300mA sampai
600mA masukkan hasil pada tabel 2.1.
10. Offkan Power Supply.
11. Untuk mengukur tahanan (R) pada rangkaian UV,VW,dan WU harus
menggunakan alat multimeter digital di atur pada setting multimeter pada
simbol ohm Ω dan tulis hasil pada tabel 2.1.
I(mA) 30 40 50 60 70 R Pengukuran
F. ANALISA DATA
Analisa data tabel 1.
Pengukuran pada phasa UV dengan arus 300 mA terukur tegangan 3,5 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa UV sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa UV dengan arus 400 mA terukur tegangan 4,8 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa UV sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa UV dengan arus 500 mA terukur tegangan 6 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa UV sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa UV dengan arus 600 mA terukur tegangan 7,2 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa UV sebesar 12,4 Ω.
Sedangkan apabila secara teori maka :
U 3,5
RUV(300mA) = = 0,3 = 11,66Ω
I
U 4,8
RUV(400mA) = = 0,4 = 12Ω
I
U 6
RUV(500mA) = = 0,5 = 12Ω
I
U 7,2
RUV(600mA) = = 0,6 = 12Ω
I
Σ Ruv 11,66+12+12+12
RUV(av) = = = 11,915 Ω
4 4
Pengukuran pada phasa VW dengan arus 300 mA terukur tegangan 3,5 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa VW sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa VW dengan arus 400 mA terukur tegangan 4,8 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa VW sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa VW dengan arus 500 mA terukur tegangan 6 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa VW sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa VW dengan arus 600 mA terukur tegangan 7,2 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa VW sebesar 12,4 Ω.
Sedangkan apabila secara teori maka :
U 3,5
RVW(300mA) = = 0,3 = 11,66Ω
I
U 4,8
RVW(400mA) = = 0,4 = 12Ω
I
U 6
RVW(500mA) = = 0,5 = 12Ω
I
U 7,2
RVW(600mA) = = 0,6 = 12Ω
I
Σ Ruv 11,66+12+12+12
RVW(av) = = = 11,915 Ω
4 4
Pengukuran pada phasa UW dengan arus 300 mA terukur tegangan 3,5 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa UW sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa UW dengan arus 400 mA terukur tegangan 4,8 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa UW sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa UW dengan arus 500 mA terukur tegangan 6 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa UW sebesar 12,4 Ω.
Pengukuran pada phasa UW dengan arus 600 mA terukur tegangan 7,2 volt dan
pengukuran resistansi menggunakan multimeter, besar fasa UW sebesar 12,4 Ω.
Sedangkan apabila secara teori maka :
U 3,5
RUW(300mA) = = 0,3 = 11,66Ω
I
U 4,8
RUW(400mA) = = 0,4 = 12Ω
I
U 6
RUW(500mA) = = 0,5 = 12Ω
I
U 7,2
RUW(600mA) = = 0,6 = 12Ω
I
Σ Ruv 11,66+12+12+12
RUW(av) = = = 11,915 Ω
4 4
G. KESIMPULAN
1. Pada percobaan ini, resistansi diukur antar fasa, yaitu U-V, V-W, U-W dan Rfield di
F1-F2.
2. Resistansi yang dihasilkan antar fasa U-V, V-W, U-W dan F1-F2 besarnya stabil atau
sama.
3. Tegangan akan bertambah besar karena arus bertambah sementara tahanannya
stabil/tetap.
4. Apabila terjadi perbedaan antara hasil pengukuran dengan hasil dari percobaan
berbeda, maka hal itu mungkin disebabkan karena suhu ruangan saat melakukan
percobaan.
5. Nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai arus, sedangkan arus belitan berbanding
terbalik dengan resistansi belitan.
REFERENSI
[2] http://www.eventzero.org/definisi-dan-penjelasan-generator-sinkron/
[3] http://www.pelajaranku.net/2016/02/pengertian-serta-cara-prinsip-kerja-generator-ac-dan-
dc-beserta-fungsinya.html