Anda di halaman 1dari 106

STRATIGRAFI SEQUENCE:

Satuan Stratigrafi & Korelasi Stratigrafi


Arie Noor Rakhman
STRATIGRAFI SEQUENCE
Stratigrafi sequence /Sikuen stratigrafi
adalah
studi stratigrafi yang berhubungan dengan
kerangka waktu pengendapan dalam kaitannya
perubahan siklus muka laut (global/regional).
Penentuan
pola-pola sikuen stratigrafi
• Setiap sikuen pengendapan terdiri dari
perulangan perlapisan yang dibatasi oleh
permukaan erosi (UC) atau hiatus atau
permukaan yang selaras (C) (Van Wagoner
et.al., 1987). Sikuen dibatasi secara regional
oleh ketidakselarasan (UC) atau permukaan
keselarasan (C) (Mitchum et.al., 1977).
• Elemen penting dalam menentukan pola-pola
sikuen stratigrafi adalah shelf/slope break.
Asosiasi Seismik Fasies
(Mitchum et al., 1977)
Pemodelan yang digunakan
adalah lingkungan delta
• Lingkungan tersebut berada pada
daerah transisi yang sangat rentan
terhadap perubahan muka laut
relatif dan kecepatan pemasokan
sedimen
• Pola rekaman stratigrafi yang
dijumpai sebagai urutan vertikal
dapat digunakan untuk analisis
interaksi antara perubahan muka
laut relatif dan kecepatan
pemasokan sedimen.
SEJARAH PERKEMBANGAN
• Analisa stratigrafi dengan menggunakan
konsep stratigrafi sequence  membantu
pemahaman sistem hidrokarbon
• Kemampuan menjelaskan hubungan unsur-
unsur pendukung dalan sistem hidrokarbon
sehingga memberikan gambaran kemungkinan
keterdapatan minyak dan gasbumi
Konsep stratigrafi sequence
• Konsep eustasi dan kontrol global dalam
pembentukan ketidakselarasan (Suess, 1904)
• Konsep stratigrafi waktu untuk membagi
urutan batuan berdasarkan ketidakselarasan
(Wheeler, 1958,1959 & Sloss, 1962,1963)
• Salah satu gambaran mengenai pola dalam
urutan stratigrafi  ketidakselarasan
Pola Stratigrafi
• Pola stratigrafi dalam batuan 
obyek pengamatan untuk analisa
stratigrafi:
–Pola stratigrafi regresi-transgresi
–Pola siklus sedimentasi
–Pola sekuen pengendapan
Stratigrafi Seismik (Vail, dkk., 1977)
Exxon Production Research Company
• Stratigrafi seismik untuk analisa stratigrafi
berdasarkan data seismik  berkembang
menjadi konsep stratigrafi sekuen
• Observasi  refleksi seismik mengikuti garis
kesamaan waktu
• Pola terminasi lapisan & urutan litologi di
dalamnya yang berbeda, ternyata terbentuk pada
selang waktu yang sama  diperkirakan terjadi
akibat perubahan muka laut eustatik global 
untuk pertama kali publikasi kurva eustatik global
Batas satuan stratigrafi (Mitchum, 1977)

• Mengusulkan suatu satuan stratigrafi yang


dibatasi oleh ketidakselarasan  sebagai
sekuen pengendapan
• Posamentier & Vail (1988) menganalisis
hubungan antara perubahan muka laut
terhadap pembentukan rekaman batuan
dengan merumuskan sebagai akomodasi
sedimen
Pemodelan stratigrafi sequence
• Berawal dari pengamatan pola stratigrafi
dalam rekaman batuan  dilakukan analisa
menggunakan stratigrafi sequence untuk
mengetahui dinamika sedimentasi selama
sejarah pembentukan batuan
• Suatu pemodelan yang menyatakan hubungan
antara rekaman batuan dengan faktor-faktor
pengontrol pembentukannya dalam dinamika
sedimentasi
Konsep Dasar Stratigrafi Sequence
• Studi hubungan batuan dalam kerangka waktu
sebagai lapisan yang saling berhubungan
secara genetis dan dibatasi oleh permukaan
erosi / non-deposisi atau keselarasan yang
sebanding (van Wagoner, dkk., 1988)
Batas sekuen & parasekuen
• Satuan dasar dalam stratigrafi sequence 
sequence/sekuen  urutan stratigrafi yang dibatasi
oleh ketidakselarasan atau keselarasan yang sebanding
• Sekuen tersusun oleh system tract  tumpukan blok
penyusun sekuen yang dibatasi oleh marine flooding
surface
• Blok penyusun sekuen  disebut parasekuen
• Sekuen dan parasekuen dapat dikenali dari permukaan
batas pengendapan dan pola pengendapan di antara
batas tersebut
• Batas sekuen & parasekuen  untuk korelasi dan
pemetaan batuan sedimen
Sekuen Pengendapan
• Sekuen pengendapan terbentuk sebagai
akibat dari interaksi antara kecepatan
pemasokan sedimen dan kemampuan
ruangan yang tersedia untuk sedimentasi.
• Interaksi kedua faktor  pemodelan geometri
sekuen pengendapan selama sejarah
pengisian cekungan (Van Wagoner, dkk., 1990)
Karakter systems tract dan hubungannya dengan kurva eustatik
(Posamentier, dkk., 1988)
Sekuen pengendapan
(Van Wagoner dkk, 1990)
Edited by Foxit Reader
Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2007
For Evaluation Only.

Cakupan Korelasi
• Analisa stratigrafi menggunakan stratigrafi sekuan 
memperbaiki pemahaman stratigrafi tradisional: litostratigrafi,
biostratigrafi dan kronostratigrafi
• Korelasi menggunakan konsep tradisional  terbatas pada
daerah yang lokal
• Untuk daerah yang luas, korelasi cenderung tidak menerus
karena hanya berdasarkan pada karakter fisik fasies litologi,
tanpa mempertimbangkan waktu pembentukannya.
• Korelasi stratigrafi sekuen didasarkan atas kesamaan waktu
pembentukan batuan  memungkinkan perubahan fasies
litologi secara lateral.
Konsep stratigrafi sekuen
• Konsep stratigrafi sekuen dapat diterapkan pada skala yang
luas  mulai dari skala singkapan sampai skala cekungan.
• Penerapan stratigrafi sekuen  bukan sebagai model
stratigrafi sekuen yang dipaksakan  lebih bermanfaat bila
dilakukan sebagai pendekatan yang mempertimbangkan
faktor-faktor lokalnya.
• Kelebihan: dapat diterapkan pada daerah dengan data sedikit
yang diambil dari sumur yang terbatas
• Kelemahan: bila penerapannya terpancang pada model
stratigrafi sekuen yang dipaksakan sehingga analisa stratigrafi
yang dihasilkan tidak akurat.
DINAMIKA SEDIMENTASI

Arie Noor Rakhman


Dinamika Sedimentasi
• Sedimen silisiklastik diendapkan di lingkungan darat,
pantai, paparan, lereng dan cekungan.
• Rekaman batuan sedimen silisiklastik terbentuk oleh
dua parameter utama: perubahan kemampuan
ruangan untuk sedimentasi dan kecepatan
pemasokan sedimen.
• Interaksi antara dua parameter tersebut
menghasilkan pola rekaman stratigrafi tertentu yang
dapat menjelaskan sejarah pengisian cekungan.
AKOMODASI SEDIMEN
• Sedimen yang terakumulasi membutuhkan
ruangan yang terletak di bawah permukaan
air, karena sedimen di atas permukaan air
akan tererosi
• Ruangan yang tersedia untuk pengisian 
akomodasi sedimen (Jervey, 1988)
• Kemampuan akomodasi dikontrol eustasi dan
subsiden
Eustasi
• Eustasi  pergerakan permukaan air laut, yang
diukur dari permukaan air laut sampai datum
tetap, yaitu pusat bumi.
• Muka laut eustasi dikontrol  perubahan volume
cekungan dan volume air laut
• Subsiden  pergerakan dasar cekungan
pengendapan
• Total subsiden dapat disebabkan oleh pendinginan
kerak bumi, kompaksi sedimen, pengangkatan,
isostatic dan flexural loading.
Eustasi
• Pengaruh eustasi dan subsiden  menghasilkan
posisi muka laut relatif.
• Muka laur relatif diukur dari permukaan air laut
sampai datum lokal, yaitu dasar cekungan
• Kedalaman laut diukur dari permukaan air laut
sampai permukaan akumulasi sedimen 
kedalaman laut tidak sama dengan muka laut relatif
• Kedalaman air laut akan menunjukan paleobatimetri
yang terbentuk pada lingkungan pengendapan
tertentu.
Muka laut eustatik, muka laut relatif dan kedalaman
laut yang diukur dari pusat bumi, dasar laut, dan
permukaan air laut (Posamentier, dkk., 1988)
Profil kesetimbangan
• Perubahan akomodasi diwakili oleh perubahan muka laut
relatif  di darat maupun di laut, akomodasi berada di
bawah profil kesetimbangan (Van, Gorsel, 1987)
• Profil tersebut merupakan permukaan (teoritis) yang
mewakili kesetimbangan antara erosi dan pengendapan.
• Sedimen yang terletak di atas profil kesetimbangan akan
tererosi.
• Sedimen terletak pada profil yang berimpit dengan profil
kesetimbangan akan melewati profil tersebut tanpa
terjadi erosi dan pengendapan
Profil kesetimbangan
• Sedimen yang terletak di bawah profil
kesetimbangan akan diendapkan pada
cekungan tersebut  daratan maupun laut
• Pembentukan akomodasi di lingkungan laut
dipengaruhi muka laut relatif; akomodasi di
darat dipengaruhi oleh profil kesetimbangan
fluvial
Perubahan akomodasi diwakili perubahan muka laut relatif
PEMASOKAN SEDIMEN
• Pemasokan sedimen dari daratan ke laut
• Proses sedimentasi yang berlangsung cepat
dipengaruhi oleh iklim dan relief topografi atau
fisiografi cekungannya.
• Iklim dikontrol oleh curah hujan  bersifat lokal 
berbeda intensitasnya dari satu tempat ke tempat
lain
• Relief topografi berpengaruh pada proses erosi yang
berlangsung, semakin besar relief maka erosi
semakin intensif
Pemasokan sedimen
• Bila curah hujan tinggi maka erosi yang
berlangsung di daratan tinggi akibatnya
pemasokan sedimen menjadi tinggi
• Pemasokan sedimen yang tinggi di lingkungan
laut  menghambat pertumbuhan batuan
karbonat  pengotoran air laut dapat mengubah
kondisi pembentukan batuan karbonat
• Besarnya pemasokan sedimen akan berpengaruh
pada pola stratigrafi yang dihasilkan
Faktor Pengontrol
Dinamika Sedimentasi
• Subsiden  menentukan ruangan dimana
sedimen terakumulasi
• Eustasi  menentukan pola lapisan dan
distribusi litofasiesnya
• Pemasokan sedimen  menentukan
pengisian sedimen dan paleobatimeteri
• Iklim  berpengaruh terhadap siklus eustasi
dan besarnya pemasokan sedimen
Pembentukan akomodasi yang dipengaruhi oleh
subsiden, eustasi dan profil kesetimbangan
pengendapan (Van Gorsel, 1987)
Peran antar pengontrol
• Perubahan intensitas masing-masing faktor
pengontrol  mempengaruhi pola
pengendapan dan batas sekuen pengendapan
• Kontrol eustasi dan subsiden akan
menentukan batas sekuen pengendapan
• Variasi pemasokan sedimennya akan
menentukan rekaman stratigrafi di antara
batas sekuen tersebut (Posamentier, 1995)
POLA REKAMAN
STRATIGRAFI

Arie Noor Rakhman


Pola Rekaman Stratigrafi
• Pola rekaman stratigrafi yang dijumpai sebagai
urutan vertikal dapat digunakan untuk analisis
interaksi antara perubahan muka laut relatif
dan kecepatan pemasokan sedimen.
• Pemodelan yang digunakan adalah lingkungan
delta  lingkungan tersebut berada pada
daerah transisi yang sangat rentan terhadap
perubahan muka laut relatif dan kecepatan
pemasokan sedimen

Anda mungkin juga menyukai