8 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah S.W.T. karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Modul e Learning Mekanika
Teknik ini. Dalam penyusunannya, Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Dengan menyadari bahwa “Tiada gading yang tak retak”, maka Penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun guna penyempurnaan Modul
ini.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
9 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
10 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
BAB XII Garis pengaruh momen dan gaya lintang pada beban terbagi merata 91
DAFTAR GAMBAR
Perencanaan........................................................................................ 4
Gambar 6. Tampilan Menu Mata Kuliah Mekanika Teknik I .............................. 5
Gambar 7. Bagan cabang Ilmu Mekanika Teknik I.............................................. 8
Gambar 8. Contoh daya dalam pada struktur Jembatan dan turap........................ 8
Gambar 9. Gaya yang mempunyai sudut kemiringan α........................................ 9
Gambar 10. Analogi gaya pada manusia............................................................... 9
Gambar 11. Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya .................. 9
Gambar 12. Analogi garis kerja gaya ................................................................... 9
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
11 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
12 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
13 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Dynamic
Non-linear) (Sumber: www.adina.co.id).......................................... 57
Gambar 65. Pelaksanaan balance traveler pekerjaan jembatan (Sumber: graitec.com
14 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
ujungnya............................................................................................ 63
Gambar 70. Konstruksi balok sederhana dengan momen diantara tumpuan........ 64
Gambar 71. Transfer beban ke titik buhul pada suatu gelagar balok.................... 67
Gambar 72. Konstruksi balok miring dengan kombinasi
beban merata dan terpusat................................................................. 70
Gambar 73. Pembebanan truk pada jembatan (RSI T-05 2005)........................... 74
Gambar 74. Garis pengaruh akibat reaksi RA dan RB ......................................... 75
Gambar 75. Garis Pengaruh Reaksi Tumpuan...................................................... 76
Gambar 76. Garis pengaruh momen dan gaya lintang akibat beban terpusat....... 78
Gambar 77. Garis pengaruh akibat dua beban terpusat......................................... 81
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
15 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
A. Konsep Dasar
Cabang Ilmu Fisika yang berbicara tentang keadaan diam atau geraknya
benda-benda yang mengalami kerja atau aksi gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur. Gaya
mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vektor yang arahnya
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
16 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Panjang
gaya 1cm
gambar anak panah ke bawah dengan skala 1cm : 50kg Arah berat = kebawah
(sesuai arah gravitasi) ditunjukkan dengan
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
17 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 11. Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya
Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut. Mobil mogok di
atas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan orang yang mendorong adalah
merupakan titik tangkap gaya.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
18 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
B. Macam Gaya
Dalam ilmu analisis struktur, gaya dibagi menjadi 3 (tiga), diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Gaya Koplanar adalah bila gaya-gaya bekerja dalam garis kerja yang satu
bidang datar.
2. Gaya Konkuren adalah bila gaya-gaya yang kerjanya berpotongan pada sebuah
titik.
3. Gaya Kolinier adalah bila gaya-gaya mempunyai garis kerja dalam satu garis
lurus.
Dalam Mekanika Teknik, hanya dibahas gaya yang terletak dalam satu bidang
(Koplanar).
C. Vektor Resultan
Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu
resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
19 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 15. Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
20 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Namun jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu
segibanyak (poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan,
mengikuti arah jarum jam.
Gambar 17. Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.
Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah
tidak ada resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol. Namun jika
terbentuk segibanyak tidak tertutup, maka garis penutupnya adalah resultan
gaya.
21 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua buah
vektor gaya, tetapi bisa lebih. Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya dan
akan dicari resultan gaya, maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari
komponen proyeksi sumbu, yaitu X dan Y, maka dengan rumus pitagoras
dapat dicari nilai resultan gaya (R), dimana:
2 2
X
R = X +Y dan α= arc tan
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
22 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
2. Soal Kedua
Contoh kedua, diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar 9, sedang
berusaha memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan ungkit.
Ditanyakan:
Tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada titik bongkah batu
akibat kerja dua orang tersebut.
Jawaban:
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
23 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
24 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
gaya.
bila salah satu sisinya (gaya yang akan dibagi) diketahui besarnya dan besar
sudut dalam diketahui, maka panjang (besarnya) sisi yang lain dapat
diketahui.
Perhitungan cara grafis dapat dilihat pada Gambar XXX di bawah. Besarnya
gaya komponen P1 dan P2 dapat dihitung dengan mengalikan panjang garis
masing-masing terhadap skala gaya 4kN : 1cm.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
25 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Cara analitis:
P1 P2 P
= = sinβ
sinγ sinα
Menghitung P1
O
P1 P
= → P1 = sin45O
O O sin75
sin45 sin75
Menghitung P2
P2 P
sin60O
=
O O → P2 = O .10 =8,97kN
sin60 sin75 sin75
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
26 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
B. Membagi sebuah gaya menjadi dua buah gaya yang tidak konkruen Gaya
sebesar 10kN seperti pada Gambar 22 di bawah ini akan dibagi menjadi P1 dan
P2, yang garis kerjanya masing-masing melalui A dan C.
2. Gambar gaya P = 10kN dengan skala tertentu juga, misalkan 1cm: 4kN;
tentukan titik kutub O (sembarang). Usahakan jarak kutub itu sedemikian rupa
sehingga lukisan poligon batang nantinya tidak terlalu tumpul dan tidak terlalu
runcing.
7. lukis garis S yang melalui titik potong antara garis kerja P1 dan garis I, dan
melalui titik potong antara garis P2 dan garis 2.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
27 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
8. lukis garis S sejajar garis S yang melalui titik kutub dan memotong gaya P
=10kN.
Cara Analitis
Dengan menggunakan statis momen, “momen resultan = jumlah momen
komponennya”
P. a1 = P2. L
P2 = P.a1 = 10.3
3,75 kN L
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
28 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
P. a2 = P1. L
5
P2 = P.a2 = 10.
6,25 kN L
C. Membagi atau mengganti sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak
konkruen
Misalnya gaya P akan diganti menjadi gaya P1, P2 dan P3 yang telah
ditentukan garis kerjanya.
Gambar 24. Pembagian gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
29 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
dan P2. jadi, ketiga gaya pengganti telah diketahui semuanya, besarnya tinggal
mengukur pajang garisnya dikalikan dengan skala gaya yang digunakan.
Mengganti atau membagi sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen
ini merupakan dasar metode cullman dalam menghitung besarnya
Cara analitis
Karena gaya-gayanya tidak konkruen, maka untuk menghitung gaya yang
Belem diketahui, digunakan “Status Momen”. Pemilihan titik yang dipakai
pusat momen harus diperhatikan sedemikian sehingga dalam sebuah
c
Statis momen terhadap titik B.
P. a = P2. c → P2 dimisalkan arahnya ke kanan P2
.
=P a → Berarti arah P 2 yang benar ke kanan c
30 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
. + . − . .
P1 = P a P b P a = P b → berarti arah P 1 sebenarnya ke atas
d d
Hitungan cara analitis ini merupakan dasar dari metode Ritter untuk mencari
besarnya gaya batang pada konstruksi rangka batang. Untuk lebih mendalami
sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen, baik secara grafis
ataupun analitis, berikut disajikan contoh soal dan penyelesaiannya.
Contoh;
Hitunglah gaya pengganti P1, P2 dan P3 dari sebuah gaya P = 2kN, yang masing-
masing garis kerjanya L1, L2 dan L3 seperti pada Gambar di bawah ini.
Skala gaya yang digunakan 1cm : 2kN; skala jarak 1cm: 1m; lukisan untuk
menghitung gaya pengganti adalah seperti pada Gambar 26 di bawah ini.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
31 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Cara analitis:
Statis momen terhada titik E.
P . 8 = -P3. 1,732 → P3 dimisalkan ke kanan
P .8 2.8
P3 = − = = −9,24kN → P3 ke kiri 1,732 1,732
P .9 2.9
P1 = = = 9kN → P3 ke atas 2 2
P2 = − = − 2,89kN → P2 ke bawah
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
32 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Latihan SOAL
Gambar 27. Gelagar balok dengan beban terpusat lebih dari satu
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
33 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
34 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
1. Tumpuan sendi
Tumpuan sendi adalah tumpuan yang dapat menerima gaya dari segala arah,
akan tetapi tidak mampu menahan momen
V
H
2. Tumpuan ROL
Tumpuan Rol adalah tumpuan yang hanya dapat menahan gaya bekerja tegak
lurus (vertical) dan tidak dapat menahan momen.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
35 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
3. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan gaya dalam segala arah
dan dapat menahan momen.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
36 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
V
H
Gambar 33. Aplikasi jepit sempurna pada bangunan gedung berlantai banyak
4. JENIS KONSTRUKSI
Ada dua jenis konstruksi yaitu konstruksi statis tertentu dan konstruksi statis
tertentu. Pada konstruksi statis tak tentu, besarnya reaksi dan momen dapat
ditentukan dengan persamaan keseimbangan. Sedangkan pada persamaan
konstruksi statis tak tentu, tidak dapat diselesaikan dengan persamaan
keseimbangan. Untuk mempermudah dan mempercepat dalam menentukan
jenis konstruksi, dapat digunakan persamaan:
R = B+2
R = Jumlah Reaksi yang akan ditentukan
B = Jumlah Batang
Bila R > B+2, berarti konstruksi statis tak tentu Contoh:
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
37 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Pα
PH
RA L1 L2 RB
Jawab:
Pada Konstruksi sendi dan rol, terdapat tiga buah gaya yang harus ditentukan,
sedang jumlah batang =1. menurut persamaan di atas, maka:
R = B + 2 = 1+2 = 3
R = 3 → Sesuai
Jadi konstruksi dengan tumpuan sederhana (sendi-rol) di atas termasuk jenis
konstruksi Statis tertentu.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
38 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Notasi:
a. Positif Jika gaya normal tarik
b. Negatif Jika gaya normal tekan
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa adanya gaya normal
diakibatkan oleh adanya beban sebesar Pα, yang apabila diuraikan gayanya
menjadi gaya vertikal dan horisontal. Selanjutnya, gaya arah horisontal (arah
ke kiri) akan dilawan oleh gaya PH (arah ke kanan). Sehingga timbulah gaya
normal takan (negatif) karena serat pada balok tersebut tertekan
(memendek).
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
39 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
40 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Momen adalah hasil kali antara gaya dengan jaraknya. Jarak disini adalah
jarak tegak lurus dengan garis kerja gayanya. Dalam Gambar 38 di atas
berarti bahwa pada titik C terjadi momen sebesar:
Mc = RA. L1
Bidang momen diberi tanda positif jika bagian bawah atau bagian dalam
yang mengalami tarikan. Bidang momen positif diarsir tegak lurus sumbu
batang yang mengalami momen.
berputar ke kiri belum tentu negatif. Oleh karena itu, perjanjian tanda perlu
diperhatikan dengan teliti.
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
41 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
42 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
43 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
dan Normal force diagram (NFD) hasil perhitungan dengan cara grafis Cara grafis
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan skala jarak dan skala gaya (Misalkan skala jarak 1cm: 1m) dan
skala gaya (1cm : 2kN).
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
44 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
5. Besarnya reaksi adalah sama dengan panjang garisnya dikalikan dengan skala
gayanya.
6. Besarnya momen adalah sama dengan panjang kutub (II) dikalikan dengan
tinggi ordinat pada poligon batang (y) dikalikan dengan skala gaya dan skala
jarak. (M = H.y. skala gaya. Skala jarak).
rt vx
ox Pt =
.rt
vx
ox
Pt = .......................................................................................................
Yc (1)
Av
pt = ox
pq ow
pt = pq.ox
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
45 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
ow
a
pt = ........................................................................................................(2) .ox
H
Av H
Yc a
Av = H
Av. a = H. Yc
M = H. Yc
Dalam kasus di atas, H= 2,5cm; Yc=1,6cm; maka:
Mc = H. Yc. Skala gaya. Skala jarak
= 2,5. 1,6. 1. 2 = 8 kNm
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
46 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Cara Analitis
∑M A =0
Pv.a
Pv.a− Bv.L =0 Bv = L
Bv(keatas)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
47 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
∑M B =0
Pv.b
Av.L− Pv.b =0 Av=
L
6,1.4
Av= =4,07kN (keatas)
6
Gh=0
∑
Ah – Ph = 0
Ah = Ph =3,5kN
MOMEN
MA = 0 ---------Karena A adalah tumpuan sendi
MB = 0 --------- Karena B adalah tumpuan rol
60o
A
C PH
AV
SFD
BV P
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
48 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
49 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 43. Mekanisme lentur pada balok beton bertulang akibat beban merata
dengan tumpuan sederhana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
50 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Perhatikan letak tumpuan sendi dan rolnya. Tumpuan rol tidak dapat menahan gaya
horisontal. Gaya normal bekerja pada titik A sebesar Ah sejauh titik C.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
51 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
P= 7kN
PV
60o
PH' A B
C PH
a = 2m b = 4m
NFD AH PH
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
52 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
P1=1,5kN P2=2kN
A B
C D
a = 2m b = 3m b = 1m
Ditanyakan besarnya Reaksi (RA, RB, bending moment diagram (BMD), shear
force diagram (SFD).
1,5.(6)+2.(3) 15
RA = = 1,875kN
)
RB = 2.(5)+1,5.(2 = 13 = 1,625kN
8 8
Kontrol :
P1 + P2 = R A + RB
1,5 + 2 = 1,875 + 1,625
3,50 kN = 3,5 kN
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
53 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
54 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 49. Hasil Shear force diagram (SFD), Bending moment diagram (BMD),
dan Normal force diagram (NFD) hasil perhitungan dengan cara analitis.
HOME WORK
P1=2kN
A B
C
a = 4m b = 4m
Ditanyakan:
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
55 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Besarnya RA, RB, Shear force diagram (SFD), Bending moment diagram
(BMD) dengan cara grafis dan analitis.
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
56 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
A. KBS dengan beban merata dan KBS dengan beban kombinasi Untuk
menghitung dan menggambar bidang BMD dan bidang SFD pada pembebanan
merata, dapat dilakukan dengan metode Grafis dan analitis. Pada cara grafis,
beban merata ditransfer menjadi beban terpusat. Dengan adanya transfer beban
ini, Gambar bidang M dan bidang N akan sedikit berbeda apabila dihitung tanpa
transfer beban. Perbedaan ini tergantung pada transfer bebanya, semakin kecil
elemen beban yang ditransfer menjadi beban merata, maka hasilnya akan
semakin teliti (mendekati sebenarnya). Dengan kata lain, cara grafis kurang teliti
bila dibandingkan dengan cara analitis. Oleh karena itu, dalam pembahasan kali
ini tidak dijelaskan cara menghitung dan menggambar secara grafis.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
57 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Berikut disajikan tata cara perhitungan analitis dengan referensi Gambar XXX di
atas.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
58 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Dx = 0 Mx = RA.x – qx.
½.x
Dx =−
∫qx.dx → Dx =−qx+C 1
x =0 → Dx=DA=.q.l
.q.l
⎛ 1⎞
1
Dx = .q.l −q.x → Dx = q.⎜ .l − x⎟
2 ⎝2 ⎠
⎤
Mxx
⎝2 ⎠ ⎣2 .dx⎥ ⎦
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
59 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
⎡1 1 ⎤
l.x − .x2 ⎥+C2 → Mx=0; Maka H arga C2 =0 Mx = q⎢⎣ 2.
2 ⎦
⎡ 2⎤
q.x q= 2kN/m
A B
Q= q.L
x
4m 4m
60 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
x = 4; Mx = Mc = ½. 2. 8. 4 – ½. 2. 42 = 32-16 = 16 kNm x
= 8; Mx = MB = ½. 2. 8. 8 – ½. 2. 82 = 0 kNm
dMd x = Av −q.x → dM d x = D x
x x
Momen Ekstrem
dM
Terjadi Pada Dx = 0 atau x
=0dx
A
1/2. .
Jadi, 0 = Av q.x → x = v
= q L = 1/2. L
q q
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
61 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
A B
C D
Q= q.L
x
3m 3m 4m 2m
a. Reaksi Tumpuan
ΣMB = 0;
AV. L – q.a(1/2.a+b+c) - P.sin α. c = 0
AV. 12 – 1.6 (1/2.6 +4+2) – 5√2. 1/2√2.2 = 0
Av kN
ΣGV = 0;
AV+ BV – q.a – P.sin α = 0
5,33 + Bv – 1.6 - 5√2. ½. √2 = 0
BV = 6+5 - 5,33 = 5,67 kN
ΣGH = 0;
AH+ P.cos α = 0
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
62 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
63 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
64 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
2. Menghitung Momen
Tinjau titik X sejauh dari A, dimana 0 ≤ x ≤ ½ L (setelah jarak ½ L garis beban
berubah)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
65 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
qx2
Qx = L
Menghitung Momen
M x = Av.x−Qx. x
3
3
.
M x = 14 q. L.x− q Lx .3 x
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
66 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
qx 11
dMx = 14 qL − 3.q.x2
dx 3L
0= .q.L− 3.q.x2 →
q.x2 = 14 qL → x2 = 14 L2 → x =±
3LL
1L
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
67 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
2
3L 3L
2.8
qL2 qL2 M
= = 10,67kNm
maks = −
8 24 12
q Mmaks = .L2 untuk soal di atas, maka :Mmaks =
q.L2
12 12
Menghitung SFD
Dx = Av - qx
1q.x2
Dx = 4 qL −
L
Mmaks = q.L.x − = 4 qL.(2 L)−
qx2
D x = DC = qL −
Untuk x = ½ LL
Dx = DC = .2.8− 2.42 = 0
8
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
68 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
12 8 3
pada jarak 1/4L. yaitu jarak tengah-tengah antara momen = 0 dan momen
maksimum Mx dengan beban segitiga:
q.x3
1
Mx = .q.L.x −
4 3.L
untuk x = ¼.L q ⎛ 1
4 4 3.L 16 192
11.q.L2
Mx =
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
69 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
192
Mx dengan beban merata (qm)
Mx = Av. x – ½. qm. x2
Untuk x = ¼.L
Mx = ½ qm. L. ¼ qm. (¼.L)2
Mx = q.L2 − qm.L2 → qm = 2q
8 32 3
Mx = 3.qm.L2 = 3 .2 . q.L2
32 32 3
q.L2
Mx =
16
Selisih besarnya momen antara beban merata dan beban segitiga adalah sebesar:
16 192 192
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
70 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
71 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Av .L − Q. L = 0
q
Av=
3
1 qL
. . qL
2
Av =3= 6
ΣMA = 0
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
72 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning,
Mekanika Teknik I
-Bv. L + Q. (2L/3) = 0
Bv = 2.Q = 2.12.qL
3 3
qL
Bv
=3
qqx = Lx → qx = qL . x
3
qLx 1 x
Mx = − 2 qx.x.
6 3
Mx = qLx − 12 qx.x. x
6 L 3
qLx qx3
M x= −
6 6L
Letak Momen Ekstrem,
Momen Ekstrem terjadi pada Dx=0 atau dMx/dx =0 dMx
= qL − 3qx1
dx 6 6L
qL 3qx2
0= −
6 6L
qx2 qL 2 L2
L 3
= →x= →x =Letak Momen
( )
3
qLx qLx 3
qL L 3 q L 3
Mmaks − = . − L. =
(3)
3
6 6 6 3 6
qL2 3
Mmaks = ;
27
Dx = Av −Qx = qL − 12 qx.x → qx = qx
6 L
1L 6 3 3 Maksimum
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
74 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Dx = qL6 − 12
= ; → x= − = − →x = =B
6 2L 6 2 6
.3
L
Diatas telah dicari Dx = 0 pada jarak; x = 3
Dengan tiga buah titik yang dilewati garis SFD tersebut, dapat dilukis garis SFD
sepanjang balok AB yang berupa garis lengkung parabol.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
75 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
q= 1,5kN/m
A B
C
Q= q.L
x
3m 5m
q= 1,5kN/m q= 2kN/m
A B
C
2m 2m 2m
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
76 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
77 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
2. Diketahui soal seperti gambar di bawah ini. Hitunglah besarnya reaksi tumpuan,
BMD, SFD, NFD dengan cara grafis dan analitis. (Bobot 20)
3. Hitunglah besarnya BMD, SFD, NFD dari gambar struktur di bawah ini. (Bobot
70)
Selamat Mengerjakan
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
78 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
79 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
80 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
81 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika
a. Menghitung Teknik
reaksi I
tumpuan
Potongan X sejauh x dari B
qx x q. x
= → qx =
q a a
Qx = x.qx= 12 x.
Mencari Reaksi
ΣGV = 0
Av – Q = 0
Av = ½. q . a
b. Persamaan shear forces diagram (SFD) qx1
Dx = +Qx Dx = Merupakan Garis Lengkung Parabol
Mx = −Q . x = −2 a . q 1 q .x2 x
3 3 3
qx
Mx = −
6a
Merupakan Garis Lengkung Pangkat tiga
Untuk x =0; Mx = MB = 0
1a
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
82 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Av
1
2
3
S
Bv 4
5cm
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
83 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
b. Lukislah gaya P1, P2 dan P3, tentukan jarak kutub. Pilihlah jarak kutub
sedemikian rupa sehingga poligon batang tidak terlalu tumpul atau terlalu
tajam. (misalkan dalam hal ini dipilih jarak kutub = 5cm).
e. Hubungkan titik potong garis I-Av dengan titik potong garis IV-Bv,
berilah tanda pada garis tersebut dengan notasi S.
−
f. Lukislah garis S pada lukisan kutub, yang sejajar garis S.
CARA GRAFIS
a. Mencari besarnya Reaksi tumpuan
Av = 6 (dikalikan dengan skala gy)
Av = 6.1 = 6kN
Bv = 3cm (dikalikan dg skala gy)
Bv = 3.1 = 3kN
CARA ANALITIS
a. Mencari besarnya reaksi tumpuan
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
84 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
ΣMA = 0
-BV. 8 + P3.5+ P2. 2 – P1.1 =0
BV = 24 / 8 = 3 kN (Ke atas)
ΣGV = 0
AV + BV – P1 – P2 – P3 = 0
AV = 6kN (Ke atas)
b. Menghitung bending moment diagram (BMD)
MA = -P1. 1 = -2 . 1 = -2 kNm
MD = AV. 2 – P1. 3 = 6.2 – 2.3 = 6 kNm
ME = BV. 3 = 3. 3 = 9 kNm (menghitung moment dari kanan)
85 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
86 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
87 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
88 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Av. L – q . (a+L+a). ½. L =0
Av = ½ . q (L+2a)
Konstruksi maupun bebannya simetri, maka Bv = Av
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
89 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
0 = Av – qx – qa → qx = Av – qa qx = ½q
(L+2a) – qa = ½qL + qa –qa x=½L
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
90 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 68. Konstruksi balok sederhana dengan beban momen negatif pada salah
satu ujungnya
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
91 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
REAKSI
ΣMB = 0
AV.L+ MB = 0
Av = -MB / L (ke bawah)
ΣMA = 0
-BV.L+ MB = 0
Bv = MB / L (ke atas) → Persamaan garis lurus miring
Mx = Av. x
Dx = dMx / dx = Av. x → Persamaan garis lurus mendatar
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
92 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 69. Konstruksi balok sederhana dengan beban momen negatif pada kedua
ujungnya
REAKSI
ΣMB = 0
Av.L−M A +MB = 0
Av = MA − MB
L L
ΣMA = 0
− Bv.L + MB −M A =0
Bv = MB − M A
L
Tinjauan pada titik x (0 ≤ x ≤ L)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
93 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Mx = Av. X - MA
Mx = ⎛⎜ MA −MB ⎞ ⎟. x− MA
Dx = dMx = M A − MB dx L
REAKSI
ΣMB = 0
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
94 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Av.L – P. Z = 0
.
PZ M
Av = − =−
L L
ΣMA = 0
-Bv.L + P. Z = 0
P−Z M
Bv = − =
L L
Tinjauan titik x (0 ≤ x ≤ a)
Mx = Av. x
Untuk x = a
Mc = Av. a
M M
−a
= c
− L
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
95 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
M
Mx = − .x+M
L L
M.a+M.c + M.b
=−
Mc = M .b
L
x=L
M
MB = − L .a+ M
= − M . L+M
L
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
96 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
= − M +M
MB = 0
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
97 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
98 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 71. Transfer beban ke titik buhul pada suatu gelagar balok
ΣGV =0;
AV + BV – q.4 – P1 – P2 =0
BV = 6+7+3,5 – 7,425 = 9,075 kN
2. Menghitung Momen
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
99 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
BMD koreksi yaitu hasil perhitungan cara ke-02 (hasil transfer beban yang
tepat di balok lateral atau arah melintang).
B. Cara 02, melimpahkan beban kepada balok melintang (arah lateral) Balok
melintang A menerima pelimpahan beban sebesar:
ΣGv = 0;
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
100 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Av + Bv –PA - PC - PD- PE - PF - PB =0 Bv
= 16,5 – 7,425 = 9,075 kN
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
101 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
AV – q. 6 – P + BV = 0
Bv = 5,1 kN (ke atas)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
102 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Shear forces diagram (SFD) and Normal forces diagram (NFD) pada
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
103 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
titik B.
DB = DDkn = -4,42 kN
NB = NDkn = 2,55 kN
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
104 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
105 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
A. Garis pengaruh
Digunakan sebagai metode untuk menghitung Respon Struktur Akibat adanya
beban bergerak pada jembatan.
R = P. y……………………………………………………………..………..(1)
keterangan:
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
106 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
R = Reaksi Tumpuan
P = Beban y =
Ordinat grafik
1. Garis Pengaruh RA
Muatan bergerak P, biasanya diasumsikan dengan P = 1kN; Bila beban P
terletak di tumpuan B, maka:
∑MB = 0;
RA. L = 0; maka RA = 0.......................................................................... (2)
∑MA = 0;
-RB. L + P. L = 0; maka RB = P...............................................................(3)
2. Garis Pengaruh RB
Muatan bergerak P, biasanya diasumsikan dengan P = 1kN; Bila beban P
terletak di tumpuan A, maka:
∑MB = 0;
RA. L – P. L= 0; maka RA = P.................................................................(4)
∑MA = 0;
-RB. L = 0; maka RB = 0..........................................................................(5)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
107 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
108 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Berdasarkan muatan yang melewati balok sejarak x dari tumpuan A, maka RA dan
RB dinyatakan dengan:
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
109 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
RA = 6 1 6+ 2 = 2kN
RB = P1. y3 + P2. y4
1 1
RB = 2. + 1.
4 2
RB = 2 1 2+ 2 = 1kN
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
110 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 76. Garis pengaruh momen dan gaya lintang akibat beban terpusat
111 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
P.X
RA = …………………………………………………………...(8)
L
P.X
M
= . c
C L ………………………………………………………....(9)
P. (L−c)
MC = . c………………………………………………….(10)
L
untuk P = 1; maka
)
MC = 1.(L−c .c
L
(L −c)
MC =
L
. c
…………………………………………………….(11)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
112 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
− )
RB = P (L
.
……………………………………………………(12) X
L
MC =RB (L −c)
P.(L − X )
Mc = . (L ……………………………………………(13) −c)
P (L − X)
Mc = .(L−c)
L
P{L
Mc = −(L−c)} .(L−c)
L
P.c
= L (L ……………………………………………………(14) −c)
Mc
Untuk P = 1, maka:
P.c
=
Mc L .(L −c)
c
Mc = .(L ……………………………………………………..(15) −c)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
113 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
L
Ordinat y dapat diselesaikan dengan perbandingan segitiga pada ΔABC’
sehingga diperoleh persamaan:
CC' (L −c)
AA' = L untuk CC' = y maka
AA'.(L−c)
y= …………………………………………………..(16)
L
Pada garis pengaruh Gaya Lintang di titik C, dilukiskan dengan
cara membuat garis netral di atas titik A dengan menarik garis 1kN atau
1 meter pada bagian atas garis netral, kemudian pada bagian titik B
dilukiskan hal yang sama 1kN atau 1m di bawah garis netral dan dari
masing-masing titik tersebut di tarik garis ke arah titik A atau titik B.
Apabila perletakan beban P berada pada bagian pada bagian CB dari balok AB,
maka gaya lintang DC sebesar RA maka garis pengaruh RA diambil sampai sampai
batas BC. Garis pengaruh RA
c
ab = ...............................................................................................(17)
L
Ordinat bc berdasarkan segitiga bagian atas maka: bc
(L−c)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
114 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
1=L
(L−c)
bc = .....................................................................................(18)
L
B. Contoh soal dan penyelesaian
Contoh 1;
Sebuah balok AB panjang 10m, diberi beban bergerak dengan P1 = 3,5kN dan
P2 = 2kN (jarak P1 dan P2 adalah 2m) sejarak 4m dari tumpuan A (Seperti
tergambar). Hitung momen dan Gaya Lintang dengan menggunakan cara Garis
Pengaruh.
Penyelesaian:
Dari soal di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Langkah pertama dilakukan adalah melakukan garis pengaruh Momen pada
titik C (MC) dengan cara:
2. Kemudian tarik garis dari titik A’ ke titik B sehingga diperoleh titik C’.
3. Selanjutnya tarik garis dari titik A ketitik C’. Sehingga diperoleh sebuah
ΔABC’ dan segitiga ini disebut dengan garis pengaruh Mc.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
115 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
1. Pada kedudukan I
4.
y= = 2,4m
y 6 6
Maka momen maksimum yang terjadi sebesar:
Mcmaks = P1. y + P2. y
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
116 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Pada Kedudukan II
y= =2,4m;
y2 2 2 2
= ; ⇒ y2 = .y = .2,4 ⇒ y = 1,2m
y 4 4 4
maka momen maksimum yang terjadi sebesar:
MCmaks = P1. y + P2. y2
MCmaks = 3,5. 2,4 + 2. 1,2
MCmaks = 10,8kNm
a. tarik garis 1kN atau 1m pada bagian atas garis netral di bawah titik A.
b. hubungkan titik tersebut ke titik B, kemudian letakkan beban di atas
garis pengaruh tersebut sesuai dengan kedudukan momen maksimum
117 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
4 2
c c
ab = pada ab= y5 ; maka y5 = ; sehingga : y5 = =
L L 10 5
Ordinal bc berdasarkan segitiga bagian atas, maka:
L L 10 5
Berdasarkan kedua ordinat di atas, dicari ordinat y4 dan y6 dengan
perbandingan segitiga berikut ini:
= → y4 =
.y3 =
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
118 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
y4 4
y3 6
y4 = m
y66 y6 = 6.y5 =
= → y5 4 4 y6
=
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
119 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
DCmaks = 2,9kN
Garis pengaruh Dcminimum menjadi:
DCmin = P1. y5 + P2.y6
DCmin = 3,5.
DCmaks = 2,6kN
Contoh 2;
Sebuah balok jajaran ABC panjang 10m dengan rincian panjang AB 8m
dan panjang BC 2m, diberi beban bergerak dengan P=3kN. Apabila pada suatu
potongan pada titik D sejarak 3m dari tumpuan A (seperti tergambar) maka
hitunglah momen dan gaya lintang pada potongan D tersebut dengan
menggunakan cara garis pengaruh.
Jawab
1. Garis Pengaruh RA
a. Beban P diletakkan pada bagian BC di titik X1, maka:
ΣMB = 0;
RA. L1 + P. (L2 – X1) =0
L1 L1
P.(L2 − 0) P.L 2
RA = = (−)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
120 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
L1 L1
RA = kN (−)
P.(L2 − L1)
RA = =0
L1
P. X 2
RA =
L1
RA = kN
L1
121 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
L1
L1 L1
3.
RB = kN (+)
P.{L1 +(L2 − L1 )}
RB = = P
L1
RB =3kN (+)
b. Beban P diletakkan pada bagian AB di titik X2, maka:
ΣMB = 0;
RB. L1 – P. (L1 – X2) = 0;
P.(L1 − X 2 )
RB =
L1
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
122 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
P.(L1 − L1 )
RB = = 0kN
L1
Y= = 1,875m
Y 1 2 =
=0,4m
Y 5
Kedudukan I:
Mmaks = P. Y = 3. 1,875 = 5,625kNm (+) Kedudukan
II:
Y2 5
= = maka Y == 0,625m
1 8 2
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
123 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Y3 3
= = maka Y ==0,375m
1 8 3
Y4 2
= = maka Y ==0,25m
1 8 4
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
124 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
125 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
1. Garis Pengaruh MC
Mencari ordinat y
y =U .V → y = = 2,4m
L
y1 1 y
= → y1 = =
2,4
= 0,6m
y 4 4 4
y2 2
= → y2 = 2y = 2.2,4 = 1,2m
y 4 4 10
y3 3
→ y3 = 3y = 3.2,4 =
= 1,8m
y 4 4 4
y4 5 y
= → y4 = 5 = 5. 2,4 = 2,0m
y 6 6 6
y5 4
→ y5 = 4y = 4. 2,4 = 1,6m
= 6 6
y 6
y6 3 → y6 = 3y = 3.2,4 = 1,2m
= 4 6
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
126 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
y 6
Pada kedudukan I
Mcmaks = P1. y2 + P2. y3 + P3. y + P4. y4
Mcmaks = 2. 1,2 + 2. 1,8 + 3. 2,4 + 3.2
= 19,20kNm
Pada kedudukan II
Mcmaks = P1. y1 + P2. y2 + P3. y3 + P4. y
Mcmaks = 2.0,6 + 2. 1,2 + 3.1,8 + 3.2,4
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
127 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
= 16,20kNm
Pada kedudukan III
Mcmaks = P1. y5 + P2. y4 + P3. y + P4. y3
Mcmaks = 2.1,6 + 2.2,0 + 3.2,4 + 3.1,8
= 19,8 0kNm
Pada kedudukan IV
Mcmaks = P1. y6 + P2. y5 + P3. y4 + P4. y
Mcmaks = 2.1,2 + 2.1,6 + 3.2,0 + 3.2,4
= 18,8 0kNm
Dari ke 4 buah kedudukan, di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Besarnya
Momen maksimum pada titik C (MCmaks) berada pada kedudukan III yaitu
sebesar MCmaks = 19,80kNm
2. Garis Pengaruh DD
Kedudukan dari Garis Pengaruh DD tergantung dari MCmaks yang
diperoleh yaitu pada kedudukan III.
Mencari ordinat y
y7 7 y7 =
= 0,7m
= →
1 10
y8 6
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
128 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
= → y == 0,6m
1 10 8
y9 5 y9 =
= 0,5m
= →
1 10
y 10 4 y10 =
=0,4m
= →
1 10
y 11 2 y 11 =
= 0,2m
= →
1 10
Oleh:
y 12 3 y12 =
= 0,3m
= →
1 10
y 4
13 = → y13 == 0,4m 1 10
y 14 = 5 → y14 = =0,5m
1 10
Gaya lintang maksimum
DDmaks = P1. y10 + P2. y9 + P3. y8 + P4. y7
DDmaks = P1. y10 + P2. y9 + P3. y8 + P4. y7
= 5,7kN
Gaya Lintang Minimum
Oleh:
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
131 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Universitas
Mercu Buana.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis Tertentu:
Surabaya.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
132 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Langkah pertama muatan terbagi rata diletakkan sedemikian rupa sehingga ordinat:
y1 = y2...................................................................................................................................................................(19)
berdasarkan letak tersebut di atas, maka jarak muatan terbagi rata dari titik A
adalah sejarak X, sementara jarak muatan terbagi rata dari titik B adalah sejarak
(L-L1-X).
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
133 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
UV
y= ........................................................................................................(20)
.
y1 = X y .....................................................................................................(21)
U (L − L1 −
X )y
y2 = ......................................................................................(22)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
134 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 80. Pengaruh momen dan gaya lintang pada beban terbagi merata. Langkah
selanjutnya mencari jarak x berdasarkan persamaan (19)
X.y (L − L1 − X ).y
=
U V
X.V = (L- L1 -X).U
(L − L1 − X ).U
X=
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
135 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
UL UL1 UX
X=−−VVV
UX UL UL
X+ = − 1
V V V
X ⎛⎜ 1+ U ⎞⎟= UL −UL 1
⎝ V⎠ V
X ⎛⎜V + U ⎞⎟= UL −UL 1
⎝V V ⎠ V
X ⎛⎜V +U ⎞⎟= UL −UL 1 ; X(V +U)= UL −UL 1
⎝V ⎠ V
UL −UL 1
X = ...............................................................................................(23)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
136 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Setelah nilai X diperoleh, selanjutnya dapat dihitung Momen maksimum pada titik
C sebagai berikut:
Mmaks = q. (F1+F2)
Dimana: (Luas trapesium)
F1 = ...................................................................................(24)
F2 = ..................................................................(25)
Mencari Ordinat.
V
y3 = ..........................................................................................................(26)
LV−
L1
y4 = ...................................................................................................(27)
L
U
y5 = ..........................................................................................................(28)
L
Selanjutnya dihitung gaya lintang maksimum dan minimum sebagai berikut:
Dcmin = q. F4 ......................................................................................................................................(29)
F3 = ................................................................(30)
y5. U
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
137 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
F4 = ............................................................. ....................................(31)
Jawab.
Muatan terbagi rata diletakkan sedemikian rupa dengan jarak dari titik A sejarak X dari
ordinat.
y1 = y2
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
138 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
y = U .V → y=
4.6 24 = 2,4m
y1 = X .y → y1 = X .2,4 = 0,6X
U 10
y2 =( 5− X ).y y2 = (5 − X ).2,4
6 6
12 − 2,4X
y2 = y2 = 2 − 0,4X
6
Selanjutnya mencari jarak ”x” berdasarkan persamaan (19) y1 =
y2
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
139 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
X=2
Sehingga nilai masing-masing y1 dan y2 sebagai berikut:
y1 = 0,6X = 0,6. 2 = 1,2m y2 = 2-0,4X = 2-0,4.2 = 2-0,8
= 1,2m
Setelah nilai X diperoleh, selanjutnya dihitung momen maksimum pada titik C sebagai
berikut:
(y + y)(. U − X )
F1 = 1
F1 = =3,6m2
2 2
( )( ( ))
F1 ==5,4m2
Maka besar momen maksimum pada titik C diperoleh selanjutnya dihitung gaya
lintang maksimum dan minimum pada titik C sebagai berikut:
Mencari ordinat:
6
V
y3 = = =0,6m L 10
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
140 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
V−L1 6 −5 1
y4 = = 0,1m
L
4
U
y5 = = =0,4m
L 10
F3 =
F3 = =1,05kN
y5.U 0,4.4 kN
F4 = = =0,8
2 2
Gaya lintang maksimum:
Dcmaks = q. F3
Dcmaks = 1,5. 1,05 = 1,575kN Gaya
Lintang minimum:
Dcmin = q. F4
Dcmin = 1,5.0,8 = 1,2 kN
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Universitas
Mercu Buana.
141 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis Tertentu:
Surabaya.
A. Umum
Dalam perencanaan struktur, sebelum analisisnya selalu meninjau bebanbeban
yang bekerja pada struktur. Di Indonesia informasi mengenai pembebanan untuk
setiap jenis struktur dituangkan dalam peraturan-peraturan, antara lain :
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
142 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
2. Beban Hidup ialah semua beban yang bekerja pada struktur selain beban
mati. Berdasarkan sifatnya, beban hidup dapat dibedakan menjadi :
a. Beban yang dapat dipindahkan (moveable loads), yaitu beban yang dapat
dipindahkan tanpa menimbulkan getaran dinamik.
Contoh: beban orang, beban meubel, alat-alat kantor dan lain lain.
b. Beban bergerak/dinamik (moving loads), yaitu beban yang bergerak terus
menerus pada struktur.
Contoh: beban angin, beban gempa, beban kendaraan, beban kereta api dan
lain lain.
B. Beban Bergerak
Beban bergerak harus diperhatikan dalam perencanaan struktur (terutama pada
jembatan) sehingga dalam analisis dapat ditentukan pengaruh kedudukannya terhadap
tegangan maksimum yang mungkin terjadi. Beban yang melintas pada struktur dapat
berupa :
1. Beban orang, baik yang berupa berat sendiri (sebagai beban titik) maupun
sekelompok orang (sebagai beban terbagi merata).
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
143 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
2. Beban kendaraan, merupakan rangkaian dari berbagai beban titik yang besar dan
jaraknya tertentu.
a. Jalan Rel (Sesuai Skema Beban Gandar 1988 dapat dilihat pada
Gambar 82 sampai dengan 83)
2,5kN 2 ,5kN
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
144 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
145 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
d. Beban Mesin
3m
RA . ∑Pi. Yi
i=1
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
146 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Posisi 2
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
147 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Untuk mendapatkan nilai RA maksimum dengan cara trial, kemudian RA maksimum yang
terbesar dinamakan ekstrim.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
148 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Untuk menentukan kedudukan resultante beban yang bekerja pada rangkaian beban
berjalan dengan cara:
∑MP1 = 0
(P2. d) + (P3. 2d) + (P4. 3d) + (P5. 4d) = (Pr. a)
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
149 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Pr
1. Posisi 1 y1 P
=
1 L
P
y1 =
P .P
SFc Posisi 1 = Pr. y 1 = r
L
2. Posisi 2
y2 (P + d)
=
1 L
(P
y2 = + d)
L
Pr (P + d)
L
Terdapat perubahan nilai SFc
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
150 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
L L L L
Bila:
Pr.d Pr P1
>P1 atau > ; maka
SFC2
L L d > SFC1
Pr.d Pr P1
P atau maka SF SF
<1 < ; C2 < C1
L L d
Syarat:
Jika tidak ada beban tambahan yang masuk struktur balok atau beban yang keluar
struktur jembatan.
Bila ada beban baru yang masuk atau keluar bentang struktur balok, rumus umum
untuk mencari ∆SF ditunjukkan pada persamaan (2)
L L L
Keterangan:
L : Bentang struktur
∑P : Jumlah beban yang bekerja pada bentang
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
151 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
d1 : jarak beban terakhir yang melewati titik yang ditinjau diukur dari
titik tersebut
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
152 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
153 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Universitas
Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis Tertentu:
Surabaya.
Siswadi, Wiryawan, Wigroho, Ervianto. 1999. Analisis struktur
statis tertentu.Universitas Atma Jaya: Yogyakarta.
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
154 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Posisi I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
155 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
LL
a
X1 =
L
RA = q. (0,5. a. X1)
RA = q. (0,5. a. q/L)
Posisi I
SFc = (q). (0,5. a. a/L)
BMc = (q). (luas bidang pengaruh)
Catatan:
SFc akan mempunyai nilai maksimum bila beban terbagi rata
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
156 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
157 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Rangkaian beban titik melintas pada struktur A-B dengan posisi P1, P2, berada
di sebelah kiri titik C, sedangkan P3, P4 dan P5 di sebelah kanan titik C. Secara
umum rumus momen pada titik yang ditinjau ditunjukkan dengan persamaan
(3).
BM = ∑Pi. yi
i=1
n5
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
158 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
BMc = ∑Pi. yi
i=1
Penambahan BMc
b
ΔBMc= P1.ΔyA + P2.ΔyA = (P1 + P2) .Δx
L
Beban di sebelah kanan C (P3 , P4 dan P5)
Pengurangan ordinat menjadi: b
Δx a
a.bL = ΔyB atau ΔyB = L . Δx
Pengurangan BMc
L
Bila resultante (P1+P2)
= PA
Oleh:
Faqih Ma’arif, M.Eng.
159 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika
Teknik I
Resultante (P3+P4+P5)
= PB b a
ΔBMc = PA. .Δx−PB.
.Δ x
L L
= a.b .Δx.⎛⎜ PA − P B ⎞⎟
L ⎝a
b⎠
ab
.
= .Δx.(qA − qB ), nilai ΔBMc dipengaruhi oleh qA dan qB L
Ditinjau titik C
Dengan penggeseran beban ke kanan sepanjang ∆x, maka ∆BMC akan
bertambah. Bila pergeseran dilanjutkan, maka pada suatu saat tidak terjadi
penambahan, bahkan mulai terjadi pengurangan, yaitu bila qA < qB .
Penambahan beban akan mencapai maksimum bila P2 di atas C, sehingga BMC
maksimum bila beban titik (terpusat) di atas titik C.
Oleh:
Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
161 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
L ⎝a b⎠
ΔBMc = a .b. ⎛⎜ PA − PB ⎞⎟
L ⎝ ab ⎠
PA PB
BMC akan maksimum jika : =
a b
PA PB maka beban digerakkan
kekanan Apabila : > ;a b
Oleh:
162 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
PA 6 PB 40
Analisis 1: P2 di kanan C : = =1,5 < = =10
a 4 b 4
P
P2 dikiri C : = 18 = 4,5 < PB = 28 = 7
A
a 4 b 4
18 P 28
Analisis 2 : P3 di kanan C : P A = = 4,5 < B = =7
a4 b 4
28 P 18
P3 dikiri C : P A= = 7 < B= =
4,5 a 4 b 4
28 PB 18
Analisis 3 : P4 di kanan C : P A = =7< = = 4,5
a4 b 4
38 PB 8
P4 dikiri C : P A= = 9,5 < = = 2 a4 b 4
Dari kondisi analisis pada Analisis 1 sampai dengan analisis 3, dapat diambil
kesimpulan bahwa BMc maksimum apabila P3 terletak di titik C.
Oleh:
163 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
RA R RB
L
BMx = RB(L − x)− Rb(q)
Oleh:
164 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
⎝L L L L L⎠
2 2 2
Pi Ra Rb
= .(Lx − x )+ .(Lx − x − L.p + p.x)+ (Lx − x − qx)
L L L
BMx = f(x)
BMx maksimum akan terjadi apabila:
∂BM x
=0
∂x
Pi Ra Rb
= (L − x)+ (L − 2x + p)+ (L − 2x − q)= 0
L L L
=L(Pi + Ra + Rb)+ Ra.p−Rb.q = 2x(p + Ra + Rb)
2x =L+ Ra .p −
Rb.q R x = L + r
2
Mekstrim suatu balok sederhana akan terjadi pada suatu titik di bawah salah satu
beban P, sehingga sumbu simetri balok terletak di tengah-tengah antara R dan
Pi.
Oleh:
165 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
166 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
R=40kN R=40kN
3,125 3,375
(d) (e)
Oleh:
167 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Gambar 92. Momen ekstrim dengan rangkaian beban berjalan akibat empat
beban terpusat
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Oleh:
168 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Modul e-Le@rning, Mekanika Teknik I
Oleh:
169 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta