Anda di halaman 1dari 15

Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017

ISSN: 2303-1611 http://journal.wima.ac.id/index.php/KAMMA/

Pengaruh Persepsi Risiko, Manfaat, dan Kemudahan


Penggunaan terhadap Minat Belanja Online melalui
Kepercayaan dan Sikap pada Konsumen Zalora di Surabaya
Claudia Cindy Karnadjaja, Diyah Tulipa, Robertus Sigit Haribowo Lukito

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Abstract
The purpose of this research is to study the influence from perceived risk, perceived usefulness, and perceived ease of use
toward trust and attitude, and the impact of trust and attitude toward online shopping intention. The sample in this research
was taken to 150 respondents who have purchased online and know e-commerce Zalora. The data were collected using
questionnaire method and the analysis technique in this research use structural equation model (SEM). The result of this
research shows that perceived ease of use has positive impact toward perceived usefulness and both of them have positive
impact toward attitude. The other result of this research shows that perceived risk has negative effect toward trust and
attitude. The result also shows that trust and attitude have positive impact toward online shopping intention.

Key words: Perceived risk, perceived usefulness, perceived ease of use, trust, attitude, online shopping intention.

sudah ada. Dengan adanya internet para pebisnis hanya


1. PENDAHULUAN membuat suatu website untuk membuat toko secara
Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan online (online shop), memperkenalkan toko, dan juga
informasi cukup pesat. Masyarakat pun saat ini memperkenalkan produk-produk yang dijual. Membuat
menggunakan dan memanfaatkan teknologi-teknologi toko secara online dapat memberikan keuntungan bagi
yang ada dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya para pebisnis, salah satunya adalah dapat menjangkau
adalah dengan penggunaan internet. Saat ini, pasar yang lebih luas. Saat ini banyak sekali online
penggunaan internet tidak hanya digunakan untuk shop yang ada di Indonesia. Kepala Badan Pusat
mencari informasi ataupun berita, namun masyarakat Statistik, Suhariyanto, mengatakan bahwa dari Sensus
juga dapat menggunakan internet sebagai alat Ekonomi 2016 yang dilakukan oleh pihak BPS, muncul
komunikasi, sehingga banyak sekali masyarakat data sementara jumlah e-commerce yang ada di
Indonesia yang menggunakan dan memanfaatkan Indonesia, yaitu sekitar 26,2 juta. Dari tahun 2006
internet pada era globalisasi ini. hingga 2016 jumlah e-commerce di Indonesia telah
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Asosiasi mengalami peningkatan hingga 17% (Deny, 2016).
Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia atau APJII Jumlah e-commerce yang ada di Indonesia terdiri
dalam berita Kompas menunjukkan bahwa sepanjang dari website, media sosial, dan aplikasi. Tidak semua
tahun 2016 sudah terdapat 132,7 juta orang Indonesia toko online di Indonesia dikenal oleh masyarakat.
yang terhubung ke internet. Adapun total penduduk Hanya sebagian kecil yang dikenal masyarakat, seperti
Indonesia sendiri adalah sebanyak 256,2 juta orang. Hal Lazada, Tokopedia, Bukalapak, OLX, Blibli, Elevenia,
ini mengindikasikan bahwa adanya kenaikan pengguna Zalora, dan lain-lain, yang telah dikenal oleh
internet sebesar 51,8% jika dibandingkan dengan masyarakat. Beberapa online shop tidak hanya
pengguna internet hingga tahun 2014 lalu, yakni hanya mengandalkan website saja, namun juga menggunakan
sebesar 88 juta pengguna internet (Widiartanto, 2016). media sosial dan memiliki aplikasi tersendiri. Salah
Dengan banyaknya jumlah pengguna internet di satu online shop yang juga menggunakan media sosial
Indonesia, banyak pebisnis yang melihat adanya dan memiliki aplikasi tersendiri ialah Zalora. Zalora
peluang dari hasil survei tersebut, sehingga para merupakan salah satu pusat belanja fashion online
pebisnis juga memanfaatkan internet untuk membuka terbesar di Indonesia yang menjual produk-produk
usaha ataupun untuk mengembangkan usaha yang fashion, baik wanita maupun pria. Produk yang
ditawarkan tidak hanya dari merek lokal saja, namun

116
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

merek internasional pun juga ditawarkan oleh Zalora dapat membentuk sikap konsumen. Misalnya, adanya
(www.zalora.co.id). Dalam kategori produk fashion, risiko-risiko yang dapat ditimbulkan, baik dari produk
Zalora menjadi e-commerce terpopuler dalam 10 situs yang dijual maupun dari penggunaan situs toko online.
e-commerce fashion terpopuler di Indonesia, Persepsi risiko (perceived risk) menurut Schiffman dan
berdasarkan pada data dari saveasbrand.com pada tahun Kanuk (2007:183) adalah ketidakpastian yang
2016. saveasbrand.com merupakan portal website yang konsumen hadapi ketika mereka tidak bisa melihat
menyajikan informasi tentang desain, branding, public konsekuensi dari keputusan pembelian mereka.
relations, dan marketing communications (10 Situs E- Menurut Juniwati (2014) dalam penelitiannya
Commerce Fashion Terpopuler di Indonesia, 2016). ditemukan bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif
Adanya online shop seperti Zalora dan online shop dan signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian
lain telah memberikan keuntungan bagi konsumen. Juniwati (2014) juga sama dengan penelitian Rizwan
Konsumen dapat menghemat tenaga untuk tidak dkk. (2014) bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif
mendatangi toko fisik untuk berbelanja, tidak ada terhadap sikap terhadap belanja secara online. Dari
waktu yang terbuang untuk perjalanan menuju toko hasil penelitian Juniwati (2014) dan Rizwan dkk.
fisik, dan lebih praktis. Namun, dengan keuntungan- (2014) dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
keuntungan yang ada tidak menjadikan semua orang persepsi risiko konsumen, sikap konsumen terhadap
langsung memiliki minat untuk berbelanja secara pembelanjaan secara online akan menurun. Hasil
online. Minat atau tidaknya konsumen untuk berbelanja penelitian yang dilakukan Martinayanti dan Setiawan
secara online dipengaruhi oleh sikap dari konsumen itu (2016) juga menunjukkan bahwa persepsi risiko
sendiri. Menurut Mowen dan Minor (2001:319) sikap berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi kepercayaan.
orang, kelompok, situasi, obyek, dan ide-ide tidak Hasil penelitian Martinayanti dan Setiawan (2016)
berwujud tertentu. Dwipayani dan Rahyuda (2016) sama dengan penelitian Ashur (2016) bahwa persepsi
mengatakan bahwa sikap memiliki keterkaitan dengan risiko berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
minat seseorang dalam melakukan pembelian secara kepercayaan. Artinya, dengan meningkatnya risiko,
online. Hasil penelitian sebelumnya yang telah tidak hanya sikap konsumen terhadap pembelanjaan
dibuktikan oleh Rizwan dkk. (2014) menunjukkan secara online akan negatif, namun kepercayaan
bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat belanja konsumen pun juga ikut menurun. Sikap juga dapat
secara online. Selain sikap, kepercayaan (trust) pun dipengaruhi oleh hal-hal yang lain, yaitu persepsi
juga dapat mempengaruhi minat seseorang untuk manfaat (perceived usefulness) dan persepsi
berbelanja secara online. Kepercayaan (trust) menurut kemudahan penggunaan (perceived ease of use), yang
Mowen dan Minor (2001:312) adalah semua merupakan 2 faktor yang mempengaruhi sikap terhadap
pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua minat dan penggunaan sistem informasi, yang terdapat
kesimpulan yang dibuat konsumen tentang obyek, dalam teori Technology Acceptance Model (TAM).
atribut, dan manfaatnya. Menurut Mahardhika dan Persepsi manfaat (perceived usefulness) didefinisikan
Saino (2014) ketika konsumen memiliki rasa oleh Davis dkk. (1989) sebagai kemungkinan pengguna
kepercayaan terhadap suatu toko online, maka untuk menggunakan teknologi jika pengguna
konsumen berani untuk melakukan transaksi secara merasakan bahwa dengan menggunakan sistem aplikasi
online. Jika tidak ada kepercayaan, maka transaksi tertentu dapat meningkatkan kinerjanya dalam konteks
online tidak akan terjadi. Mahardhika dan Saino (2014) organisasi. Persepsi manfaat merupakan persepsi
juga mengatakan bahwa salah satu cara untuk individu bahwa menggunakan internet sebagai media
membangun kepercayaan konsumen adalah dengan untuk berbelanja akan meningkatkan kinerja belanja
menunjukkan bahwa penyedia layanan mampu konsumen (Rizwan dkk., 2014). Persepsi kemudahan
memahami perasaan konsumen. penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ashur (2016) sebagai tingkat dimana pengguna merasakan bahwa
menunjukkan bahwa kepercayaan berpengaruh positif penggunaan sistem tertentu bebas dari usaha (Davis
terhadap minat belanja secara online. Hasil penelitian dkk., 1989).
Ashur (2016) menunjukkan bahwa semakin tinggi Dalam penelitian Rizwan dkk. (2014) mengatakan
tingkat kepercayaan konsumen, maka semakin tinggi bahwa ketika konsumen menemukan kemudahan dalam
pula minat pembelian konsumen secara online. Sikap berinteraksi saat berbelanja secara online dan
juga tidak terbentuk begitu saja. Ada banyak hal yang kemudahan dalam mencari informasi tentang produk
117
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

dan pembayaran online dalam website, maka konsumen bahwa sebesar 38,4% konsumen tidak percaya dengan
akan memilih berbelanja secara online. Yusoff dkk. toko online, sehingga mereka lebih memilih untuk
(2009) juga mengatakan bahwa ketika suatu aplikasi berbelanja secara offline. Hasil penelitian MARS juga
dirasa lebih mudah untuk digunakan, maka konsumen membuktikan bahwa sebesar 57,1% konsumen
akan menerima untuk menggunakan aplikasi tersebut. menjawab adanya berbagai kasus penipuan menjadi
TAM merupakan sebuah model yang diadaptasi dari salah satu kekurangan dalam online shopping (Pritami,
Theory of Reasoned Action yang diperkenalkan oleh 2016). Dapat disimpulkan bahwa persepsi risiko yang
Fishbein dan Ajzen pada tahun 1980 dan diperkenalkan dirasakan oleh konsumen dalam berbelanja secara
pertama kali oleh Davis pada tahun 1986 (Davis dkk., online cukup tinggi. Dari hasil survei yang dilakukan
1989). Dalam teori TAM dikatakan bahwa persepsi MARS, maka retailer perlu membuat strategi untuk
kemudahan penggunaan (perceived ease of use) menjaga kepercayaan dan sikap positif konsumen, agar
memiliki kontribusi terhadap persepsi manfaat pada akhirnya konsumen memiliki minat untuk
(perceived usefulness). Sedikit usaha yang dirasakan berbelanja secara online.
konsumen dalam penggunaan sistem memungkinan Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka
konsumen dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
(Davis dkk., 1989). Dapat disimpulkan bahwa persepsi mengetahui apakah persepsi risiko (perceived risk),
kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dapat persepsi manfaat (perceived usefulness), dan persepsi
mempengaruhi persepsi manfaat (perceived kemudahan penggunaan (perceived ease of use) yang
usefulness). Hasil penelitian sebelumnya yang telah dirasakan konsumen dapat mempengaruhi sikap
dilakukan oleh Rizwan dkk. (2014) menunjukkan (attitude) dan kepercayaan (trust) konsumen, serta
bahwa perceived ease of use berpengaruh positif dan apakah sikap dan kepercayaan yang terbentuk akan
signifikan terhadap perceived usefulness. Dalam teori berpengaruh pada minat berbelanja konsumen secara
TAM mengatakan bahwa persepsi manfaat (perceived online. Dalam penelitian ini, obyek yang dipilih ialah
usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan Zalora, yaitu salah satu toko fashion online yang
(perceived ease of use) merupakan faktor penting yang terkenal di Indonesia.
mempengaruhi sikap konsumen terhadap minat dan
penggunaan mereka terhadap sistem informasi (Davis 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN
dkk., 1989). HIPOTESIS
Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan 2.1. Keputusan Pembelian Online
oleh Rizwan dkk. (2014) menunjukkan bahwa persepsi Pada perkembangannya, pusat perbelanjaan akan
manfaat yang dirasakan konsumen (perceived semakin modern. Dengan adanya pusat perbelanjaan
usefulness) berpengaruh positif terhadap sikap yang memiliki bangunan menarik dan lebih mewah
konsumen terhadap belanja secara online, dan persepsi serta fasilitas yang semakin canggih mengakibatkan
kemudahan penggunaan (perceived ease of use) pasar tradisional semakin tertinggal jauh dengan pusat
berpengaruh positif terhadap sikap individu. Menurut perbelanjaan yang semakin modern tersebut. Dengan
Lim dkk. (2014) kepercayaan terbentuk diantara penawaran harga yang tetap dan berakenaragamnya
konsumen dengan website, bukan komunikasi antara barang yang dijual akan membuat konsumen semakin
konsumen dengan retailer. Kepercayaan menjadi hal menyenangi berbelanja di pusat perbelanjaan yang
yang penting karena konsumen dan retailer tidak dapat sudah modern. Konsumen menuntut pengelola toko
bertemu secara fisik selama berinteraksi. Dalam untuk semakin profesional dalam hal pengelolaan toko
penelitian yang dilakukan Ashur (2016) telah tersebut sehingga konsumen akan merasa semakin
dibuktikan bahwa kepercayaan mempengaruhi minat nyaman dalam proses belanjanya.
beli konsumen secara online. Kepercayaan juga Tidak semua konsumen dalam mengambil
dipengaruhi oleh persepsi risiko yang dirasakan oleh keputusan memerlukan tingkat pencarian informasi
konsumen (Ashur, 2016). Semakin rendah risiko yang yang sama. Jika dalam pengambilan keputusan
dirasakan konsumen, maka semakin tinggi kepercayaan memerlukan usaha yang besar, maka konsumen perlu
konsumen terhadap online shopping. Rendahnya risiko meluangkan waktu untuk melalukan proses keputusan.
yang dirasakan konsumen juga akan membentuk sikap Sebaliknya untuk pembelian yang sifatnya rutin
positif konsumen terhadap online shopping. Namun, cenderung merupakan peristiwa yang monoton dan
menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh MARS, menunjukkan berkurangnya tingkat kesenangan.
yaitu perusahaan riset di Indonesia, membuktikan
118
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

Terdapat tiga tingkat pengambilan keputusan oleh keterikatan atau kasih sayang untuk perusahaan orang,
konsumen dari usaha yang paling tinggi ke usaha yang produk, atau jasa. Sheth et al. (1999 dalam Darwin et
paling rendah (Schiffman dan Kanuk, 2000:438). a. al.,2014) menjelaskan loyalitas pelanggan didefinisikan
Pengambilan keputusan diperluas (extensive problem sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek,
solving) Ketika konsumen belum memiliki kriteria toko/pemasok berdasarkan sikap yang sangat positif
untuk mengevaluasi ketegori produk atau merek yang dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.
memenuhi kategori tertentu atau banyaknya merek Menurut (Griffin, 1995:31) ada 4 atribut dari
yang harus dipertimbangkan terlalu banyak, usaha loyalitas yaitu: a. Makes regular repeat purchase,
pengambilan keputusan tersebut dikategorikan sebagai melakukan pembelian secara berulang dalam periode
pengambilan keputusan diperluas. Pada tingkat tertentu. b. Purchase across product and service line,
pengambilan keputusan diperluas konsumen pelanggan yang loyal tidak hanya membeli satu macam
memerlukan informasi yang banyak untuk menentukan produk saja melainkan membeli lini produk yang lain
kriteria guna mengambil keputusan (Schiffman dan pada badan usaha yang sama. c. Refers other,
Kanuk, 2000:438). b.Pengambilan keputusan terbatas merekomendasikan pengalaman mengenai produk dan
(limited problem solving) Pada tingkat ini, konsumen jasa kepada rekan atau pelanggan yang lain agar tidak
telah menentukan kriteria dasar untuk melakukan membeli produk dan jasa dari badan usaha lain. d.
evaluasi kategori produk dan berbagai merek untuk Demonstrates an immunity to the pull of the
kategori produk tersebut. Pencarian informasi competition, menolak produk lain karena menganggap
tambahan tentang masing-masing merek ditujukan agar produk yang dipilihnya adalah yang terbaik. Dengan
pilihan menjadi lebih baik (Schiffman dan Kanuk, demikian, sebagian besar peritel selalu berkomitmen
2000:439). c.Perilaku respon rutinitas (routinized untuk mempertahankan customer loyalty dan menjalin
response behavior) Pada tingkat ini, konsumen telah hubungan yang baik dan disukai dengan pelanggan
memiliki beberapa pengalaman terhadap kategori yang diharapkan kembali untuk pembelian tambahan
produk dan kriteria telah ditentukan dengan baik. meskipun terdapat pesaing di dalamnya. Dixon et al.
Dalam beberapa situasi, konsumen melakukan (2005 dalam Yen, 2015). c. Switching Cost Chadha dan
pencarian informasi untuk sedikit menambah informasi Kapoor (2009 dalam Buwono 2010) menyebutkan
atau sebaliknya cukup menggunakan pengetahuan yang switching cost adalah biaya yang timbul untuk
telah dimiliki (Schiffman dan Kanuk, 2000:439) mencegah pelanggan beralih ke produk atau jasa
Munculnya toko online membuat konsumen pesaing, dimana di dalamnya terdapat waktu, usaha,
semakin nyaman karena tanpa harus mengeluarkan pengetahuan yang mereka investasikan pada produk,
biaya yang tinggi untuk dapat sampai ke toko, jasa untuk menjaga hubungan antara pembeli dan
konsumen dapat melihat barang yang akan dibelinya. penyedia layanan.
Baik dari klasifikasi barang, model barang, hingga Luo et al. (2007 dalam Gordon, 2014) retensi
harga barang dapat diketahui oleh konsumen dengan pelanggan berupa switching cost telah menjadi variabel
mengakses web toko online tersebut. Namun konsumen yang signifikan dari minat dalam hubungan pemasaran
tetap merasa waspada dengan hal-hal yang ada seperti karena salah satu pilar dari lapangan adalah bahwa hal
adanya penipuan dan pishing sehingga konsumen itu lebih efisien bagi organisasi untuk memfokuskan
berpikir dua kali untuk melakukan pembelian. upaya pada mempertahankan pelanggan yang sudah
Dalam proses keputusan, tahap-tahap yang dilewati ada dari akuisisi pelanggan baru. Menurut Basu (1994
oleh pembeli online adalah pengenalan kebutuhan, dalam Buwono, 2010) switching cost tidak hanya
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan diukur dalam satuan moneter, tetapi dapat berhubungan
membeli dan tingkah laku setelah pembelian (Suhari, dengan waktu dan usaha yang digunakan dalam
2008:140). Menurut Deavaj (2003 dalam Suhari, menghadapi ketidakpastian kepada penyedia layanan
2008:142), keputusan membeli secara online yang baru. Jika switching cost tinggi, kemungkinan
dipengaruhi oleh efisiensi pencarian (waktu yang cepat, mencegah pelanggan beralih ke penyedia layanan dan
mudah dalam penggunaan, dan usaha pencarian yang mempertahankan penyedia layanan saat itu. Switching
mudah), value (harga yang bersaing dan memiliki cost pada pembelian online diukur dalam program
kualitas yang baik), dan interaksi (informasi, loyalitas, penawaran yang inovatif dan diskon.
keamanan, load time dan navigasi). b. Customer Fornel (1992) menyatakan bahwa switching cost
Loyalty Jones dan Sasser (1995 dalam Yen, 2015) memainkan peran penting bagi pelanggan dengan
menyatakan bahwa customer loyalty adalah perasaan membuatnya mahal guna mengubah penyedia layanan
119
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

yang semakin baik. Switching cost melibatkan loyalitas


yang harus diberikan pada pelanggan. Kenikmatan 2.3. Perceived Risk
manfaat ini dapat menyebabkan pelanggan untuk Konsumen secara terus menerus harus membuat
merekomendasikan penyedia layanan kepada keputusan mengenai produk atau jasa yang akan dibeli.
pelanggan yang lain (Lanmet et al., 2004). Heide dan Keputusan yang diambil tidak menentu sehingga
Weiss (1995) menjelaskan pelanggan akan lebih menyebabkan konsumen menghadapi beberapa risiko.
memilih hubungan yang ada untuk menghemat Perilaku konsumen melibatkan risiko diartikan bahwa
switching cost. setiap tindakan dari konsumen akan menghasilkan
konsekuensi yang tidak bisa diantisipasi (Schiffman
2.2. E-Service Quality dan Kanuk, 1983:160). Dalam membuat keputusan,
Pertumbuhan e-tailing menyebabkan banyak konsumen melihat risiko karena memiliki atau tidak
perusahaan yang mempertanyakan bagaimana memiliki pengalaman dengan produk. Konsumen juga
mengevaluasi kualitas layanan di web. E-service akan mempertanyakan produk, apakah pernah
quality didefinisikan pelayanan situs web yang menggunakan atau tidak pernah bahkan yang masih
memfasilitasi konsumen dalam proses belanja, baru pada pasar. Adanya pengalaman yang tidak
pembelian dan pengiriman barang (Zeithaml dan memuaskan akan membuat konsumen merasakan risiko
Bitner, 2003:98). Konsumen menggunakan beberapa (Schiffman dan Kanuk, 1983:160).
dimensi untuk mengevaluasi e-service quality Menurut Bauer (dalam Pavlou, 2010) perceived risk
diantaranya, kemampuan konsumen dalam mengakses merupakan ketidakpastian dan konsekuensi yang
web, efisiensi, fleksibilitas, kemampuan konsumen, berhubungan dengan tindakantindakan konsumen.
keamanan data konsumen, respon dari web, asuransi Penipuan komputer dan penelitian keamanan, telah
yang diberikan, kepercayaan, estetika situs, menemukan bahwa konsumen online biasanya terkena
pengetahuan tentang harga (Zeithaml dan Bitner, ancaman keamanan seperti penolakan layanan,
2003:98). perusakan, streaming data, phishing dan konfigurasi
Menurut (Zeithaml dan Bitner, 2003:98) terdapat sistem yang buruk (Furnell, 2004 dalam Yen, 2015).
empat dimensi inti yang digunakan konsumen dalam Schiffman dan Kanuk, (1983:161) menjelaskan
mengevaluasi situs: a. Efisiensi: kemudahan, kecepatan risiko yang dirasakan konsumen dalam pengambilan
mengakses dan menggunakan situs. b. Pemenuhan: keputusan dalam membeli produk meliputi
sejauh mana ketepatan situs tentang pengiriman 1. Risiko fungsional adalah potensi kerugian terjadi
pesanan dan ketersediaan barang. c. Kehandalan: fungsi karena kegagalan produk seperti yang diharapkan.
teknis yang benar dari situs. d. Privasi: sejauh mana Kurang konfirmasi dari kualitas produk
situs tersebut aman dan dapat melindungi informasi dibandingkan dengan harapan akan menurunkan
atau data konsumen. Ketika konsumen memiliki niat beli.
permasalahan atau pertanyaan dengan situs, konsumen 2. Risiko fisik adalah potensi kerugian keamanan
akan menggunakan tiga dimensi tambahan untuk pribadi dihasilkan dari pembelian. Konsumen
menilai e-service quality (Zeithaml dan Bitner, mungkin merasa tidak aman dalam lingkungan
2003:99): a.Responsiveness: bagaimana penanganan pembelian dalam e-commerce.
masalah melalui situs tersebut, b.Compensation: sejauh 3. Risiko keuangan adalah potensi kerugian uang
mana pelanggan menanggapi kompensasi untuk dengan membeli produk. Keamanan pembayaran
menghadapi masalah yang dihadapi, c.Contact: sejauh merupakan faktor penentu penting dari pembelian
mana bantuan bantuan dapat diakses melalui telepon dalam e-commerce.
atau media online lainnya. 4. Risiko sosial adalah potensi kerugian
Konsep e-service quality berasal dari konsep ketidaksetujuan dengan keluarga atau teman-teman
kualitas layanan tradisional. E-service quality adalah dari pembelian.
sejauh mana sebuah situs web memfasilitasi belanja 5. Risiko psikologis adalah potensi kerugian citra diri
yang efisien dan efektif dalam hal pembelian dan atau konsep diri yang dihasilkan dari membeli.
pengiriman. Pada dasarnya web harus memiliki fitur Konsumen mungkin memiliki perasaan kegelisahan
yang menyediakan eservice dan informasi yang psikologis saat membeli di e-commerce.
menciptakan nilai bagi pelanggan yang mengarah pada
loyalitas (Zeithaml dan Bitner, 2003:99).
120
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

2.4. Hubungan Antar Variabel dan Pengembangan kembali ke penyedia layanan yang memberikan tingkat
Hipotesis service quality yang dirasakan yang jauh lebih buruk
2.4.1. Pengaruh Perceived Risk terhadap Switching dari harapan pelanggan (Zeithaml et al., 1996 dalam
Cost Fullerton, 2014).
Dalam membuat keputusan, konsumen melihat risiko Sumber utama informasi pelanggan untuk
karena memiliki atau tidak memiliki pengalaman mengevaluasi adalah membandingkan pengalaman
dengan produk. Konsumen juga akan mempertanyakan pribadi dengan pengalaman orang lain. Kinerja yang
produk, apakah pernah menggunakan atau tidak pernah memuaskan baik dari penyedia layanan saat ini dengan
bahkan yang masih baru pada pasar. Adanya peningkatan pengorbanan yang dirasakan switching
pengalaman yang tidak memuaskan akan membuat cost dapat meningkatkan dan dapat bertindak sebagai
konsumen merasakan risiko (Schiffman dan Kanuk, penghalang beralih lanjut. Jones et al. (2002 dalam
1983:160). Yen, 2015) mengidentifikasi hubungan positif antara e-
Menurut Bauer dalam Pavlou (2010) perceived risk service quality dan switching cost.
merupakan ketidakpastian dan konsekuensi yang H2: E-Service quality berpengaruh positif terhadap
berhubungan dengan tindakantindakan konsumen. switching cost.
Penipuan komputer dan penelitian keamanan, telah
menemukan bahwa konsumen online biasanya terkena 2.4.3. Pengaruh Perceived Risk terhadap Customer
ancaman keamanan seperti penolakan layanan, Loyalty
perusakan, streaming data, phishing dan konfigurasi Banyaknya kasus penipuan di internet membuat
sistem yang buruk (Furnell, 2004 dalam Yen, 2015). konsumen akan merasakan risiko yang cukup tinggi
Risiko yang dirasakan konsumen dalam pengambilan untuk berbelanja di toko online. Ketika seseorang
keputusan dalam membeli produk meliputi risiko berbelanja di e-commerce maka keamanan data pribadi
fungsional, risiko fisik, risiko keuangan, risiko sosial konsumen akan terancam. Parasuraman (2000 dalam
dan risiko psikologis (Schiffman dan Kanuk, Yen, 2015) menemukan bahwa perceived risk yang
1983:161). Switching cost dan perceived risk sangat tinggi, seperti rasa tidak aman, memiliki dampak
terkait dalam siklus hidup perilaku pembelian negatif terhadap proses adopsi teknologi di e-
(Gremler, 1995; Stone dan Gronhaug, 1993 dalam Yen, commerce. Lim (2003 dalam Yen, 2015) juga
2015). menunjukkan bahwa konsumen akan menolak
Konsumen yang pernah berbelanja dengan penawaran dengan penyedia layanan karena takut data
perceived risk yang tinggi cenderung memiliki pribadi dapat disalahgunakan, seperti kartu kredit atau
switching cost yang rendah. Begitu juga sebaliknya nomor telepon.
apabila konsumen mendapatkan switching cost yang Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
tinggi maka perceived risk yang dirasakanpun akan perceived risk berhubungan negatif dengan customer
menurun. loyalty di e-commerce (Lim, 2003; Jasper dan
H1: Perceived risk berhubungan negatif dengan Ouellette, 1994 dalam Yen, 2015).
switching cost. H3: Perceived risk berhubungan negatif dengan
customer loyalty.
2.4.2. Pengaruh E-Service Quality terhadap Switching
Cost 2.4.4. Pengaruh E-Service Quality terhadap Customer
E-service quality didefinisikan sejauh mana sebuah Loyalty
situs web memfasilitasi konsumen dengan efisien dan E-service quality didefinisikan sejauh mana sebuah
efektif dalam proses belanja, pembelian dan pengiriman situs web memfasilitasi konsumen dalam proses
barang (Zeithaml dan Bitner, 2003:98). Konsumen belanja, pembelian dan pengiriman barang (Zeithaml
menggunakan beberapa dimensi untuk mengevaluasi e- dan Bitner, 2003:98). Sheth et al. (1999) menjelaskan
service quality diantaranya, kemampuan konsumen loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai komitmen
dalam mengakses web, efisiensi, fleksibilitas, pelanggan terhadap suatu merek, toko/pemasok
kemampuan konsumen, keamanan data konsumen, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin
respon dari web, asuransi yang diberikan, kepercayaan, dalam pembelian ulang yang konsisten. Dengan e-
estetika situs, pengetahuan tentang harga (Zeithaml service quality yang baik dalam toko online akan
dan Bitner, 2003:98). Pelanggan tidak mungkin untuk membuat konsumen loyal dengan toko online tersebut.
121
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa 1. Customer loyalty didefinisikan sebagai komitmen
adanya pengaruh positif antara e-service quality pelanggan terhadap suatu merek, toko/pemasok
terhadap customer loyalty (Laurent, 2016). berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin
H4: E-Service quality berhubungan positif dengan dalam pembelian ulang yang konsisten Sheth et al.
customer loyalty. (1999). Menurut (Griffin, 1995:31) ada 4 atribut
dari loyalitas yaitu, makes regular repeat purchase,
2.4.5. Pengaruh Switching Cost Memediasi Perceived purchase across product and service line, refers
Risk terhadap Customer Loyalty other, demonstrates an immunity to the pull of the
Fornell (1992 dalam Yen, 2015) menyatakan bahwa competition. Indikator untuk mengukur variabel ini
switching cost memainkan peran penting bagi adalah sebagai berikut (Roberts et al., 2003 dalam
pelanggan dengan membuatnya mahal guna mengubah Rohmatulloh, 2012): 1. Kesediaan seseorang untuk
penyedia layanan yang semakin baik. Switching cost berbagi informasi kepada orang lain (share
melibatkan loyalitas yang harus diberikan pada information). 2. Menyampaikan hal-hal positif yang
pelanggan. Persepsi pelanggan secara alami akan didapat dari penyedia layanan kepada orang lain
menggunakan keduanya untuk melakukan keputusan (say positive things). 3. Merekomendasikan kepada
pembelian (Kasus, 2002; Lin dan Wang, 2006 dalam orang lain untuk bergabung dengan penyedia
Yen, 2015). Pelanggan dapat menggunakan perceived layanan (recommended friends). 4. Melakukan
risk dan switching cost untuk melakukan kesetiaan pembelian kontinyu pada penyedia layanan
mereka kepada penyedia di e-commerce (Javenpaa dan (continue purchasing) 5. Menggunakan jasa layanan
Tractinsky, 1999 dalam Yen, 2015). tambahan pada penyedia layanan atau garansi
H5: Switching cost memediasi hubungan antara (purchase additional service).
perceived risk terhadap customer loyalty. 2. Switching Cost Chadha dan Kapoor (2009 dalam
Buwono, 2010) mengemukakan switching cost
2.4.6. Pengaruh Switching Cost Memediasi E-Service adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah
Quality terhadap Customer Loyalty pelanggan beralih ke produk pesaing, biaya tersebut
E-service quality didefinisikan sejauh mana sebuah adalah waktu, usaha, pengetahuan yang mereka
situs web memfasilitasi konsumen dengan efisien dan investasikan pada produk. Indikator untuk
efektif dalam proses belanja, pembelian dan pengiriman mengukur variabel ini adalah sebagai berikut (Aydin
barang (Zeithaml dan Bitner, 2003:98). Alasannya et al., 2005 dalam Buwono, 2010): 1. Biaya
adalah pelanggan tidak mungkin untuk kembali ke pengeluaran yang digunakan untuk berpindah ke
penyedia layanan yang memberikan tingkat e-service penyedia layanan yang baru. 2. Penyedia layanan
quality yang dirasakan yang jauh lebih buruk dari yang baru tidak sesuai dengan yang diharapkan. 3.
harapan pelanggan (Zeithaml et al., 1996 dalam Membandingkan semua penyedia layanan dengan
Fullerton, 2014). Adanya switching cost yang diberikan penyedia layanan yang lama. 4. Usaha yang
pada pelanggan dan diwujudkan berupa e-service digunakan untuk membandingkan layanan yang
quality yang baik akan memberikan keuntungan bagi satu dengan yang lainnya. 5. Waktu yang
pelanggan. digunakan untuk membandingkan layanan yang satu
H6: Switching cost memediasi hubungan antara e- dengan yang lainnya. 6. Energi yang digunakan
service quality terhadap customer loyalty. untuk membandingkan layanan yang satu dengan
yang lainnya. 7. Membutuhkan waktu tambahan
3.METODE PENELITIAN untuk mempelajari penyedia layanan baru.
Penelitian ini merupakan penelitian kausal. Penelitian 3. E-service quality didefinisikan pelayanan situs web
ini menggunakan tiga variabel yaitu: Variabel Eksogen: yang memfasilitasi konsumen dalam proses belanja,
Perceived risk, E-service quality. Variabel Intervening : pembelian dan pengiriman barang (Zeithaml dan
Switching cost danVariabel Endogen Customer loyalty. Bitner, 2003:98). Menurut (Zeithaml dan Bitner,
Persamaan struktural model penelitian adalah 2003:98) terdapat empat dimensi inti yang
sebagai berikut: digunakan konsumen dalam mengevaluasi situs
SC = γ1.ESQ + γ2.PR + ζ1 yaitu, efisiensi, pemenuhan, keandalan, privasi.
CL = γ3.SC+γ1.ESQ + γ2.PR + ζ2 Indikator untuk mengukur variabel ini adalah
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: sebagai berikut (Lie et al, 2009 dalam Laurent,
2016): 1. Kemudahan pelanggan untuk
122
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

menggunakan web (ease of use). 2. Desain web indikator minimum adalah 120 (24 dikalikan 5)
yang baik dan menarik secara visual (web design). sedangkan untuk jumlah responden maksimum adalah
3. Kinerja pada web (reliability). 4. Fungsi teknis 240 (24 dikalikan 10). Teknik pengambilan sampel
yang benar dari web (system availability). 5. adalah dengan menggunakan Non Probability Sampling
Keamanan dan perlindungan informasi pelanggan Metode pengambilan sampelnya menggunakan
(privacy). 6. Penanganan masalah melalui web dari sampling incidental. Peneliti telah menetapkan
penyedia layanan (responsiveness). 7. Perhatian beberapa persyaratan untuk menjadi sampel yaitu: 1.
individual yang diberikan kepada pelanggan melalui Usia responden 17 tahun ke atas. 2. Pernah belanja di
internet (emphaty). Zalora minimal 1 kali dalam 3 bulan terakhir.
4. Perceived risk merupakan ketidakpastian dan Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang
konsekuensi yang berhubungan dengan tindakan- digunakan pada penelitian ini adalah Strutural Equation
tindakan konsumen (Bauer dalam Pavlou, 2010). Modeling (SEM).
Risiko yang dirasakan konsumen dalam
pengambilan keputusan dalam membeli produk 4. ANALISIS DAN DISKUSI
meliputi risiko fungsional, risiko fisik, risiko 4.1. Karakteristik Responden
keuangan, risiko sosial dan risiko psikologis Karateristik pada penelitian ini dilihat berdasarkan jenis
(Schiffman dan Kanuk, 1983:161). Indikator untuk kelamin, usia, penghasilan atau pendapatan dalam satu
mengukur variabel ini adalah sebagai berikut bulan, pekerjaan dan media yang digunakan dalam
(Suresh dan Shashikala, 2011 dalam Baskara dan mengakses. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Hariyadi, 2014): 1. Risiko fungsional karena perempuan memiliki persentase yang lebih tinggi yaitu
kualitas produk tidak sesuai dengan yang 61,3% dibandingkan laki-laki 38,7%. Sehingga dapat
diharapkan pelanggan. 2. Risiko keuangan yang disimpulkan bahwa kebanyakan konsumen yang
dirasakan pelanggan dalam proses keamanan berbelanja di Zalora adalah perempuan, yang dapat
pembayaran. 3. Risiko psikologis yang dirasakan disebabkan karena perempuan lebih menyukai belanja
pelanggan karena takut ditipu. 4. Risiko fisik yang menggunakan online shop dibandingkan dengan laki-
dirasakan pelanggan karena adanya ketidakamanan laki. Identifikasi karateristik responden berdasarkan
data pribadi dalam pembelian online. 5. Risiko usia, diketahui bahwa sebagian besar responden berusia
sosial yang dirasakan pelanggan karena 17–25 tahun yaitu sebesar 81,3%, kemudian responden
ketidaksetujuan dengan keluarga maupun teman dengan usia 26–34 tahun sebesar 14,7%, selanjutnya
akibat pembelian. responden dengan usia 34–42 tahun sebesar 2,7% dan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yang terakhir adalah responden dengan usia >43 tahun
adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu sebesar 1,3%. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer jumlah konsumen yang melakukan pembelian pada
dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh Zalora adalah konsumen yang memiliki usia antara 17
langsung dari responden yaitu konsumen yang pernah tahun hingga 25 tahun. Karateristik responden
melakukan pembelanjaan di Zalora. Skala Pengukuran berdasarkan pendapatan atau penghasilan dalam satu
variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert. bulan diketahui bahwa pendapatan yang <Rp 1.000.000
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam memiliki persentase sebesar 33,3%, kemudian dengan
penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan secara pendapatan Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp
langsung kepada responden yaitu konsumen yang 3.000.000,- yakni sebesar 44,7%, selanjutnya dengan
pernah melakukan pembelanjaan di Zalora. Metode pendapatan Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebesar 18,7% dan yang terakhir adalah dengan
adalah survei. pendapatan sebesar >Rp 5.000.000 adalah sebesar
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang 3,3%. Dapat disimpulkan bahwa konsumen dengan
pernah melakukan pembelanjaan di Zalora. Sampel penghasilan antara Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp
dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang 3.000.000 memiliki persentase yang lebih besar
pernah melakukan pembelanjaan di Zalora. Jumlah dibandingkan dengan yang lainnya. Karateristik
kuesioner yang akan disebarkan sebanyak 150 Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah
responden. Jumlah banyaknya responden didasarkan Responden Persentase % Mahasiswa/i atau Pelajar 102
pada jumlah indikator yang ada dalam penelitian ini 68% Pegawai Negeri Sipil 13 8,7% Wiraswasta 17
adalah 24 kemudian dikalikan 5 atau 10. Jumlah
123
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

11,3% Lain-Lain 18 12% Total 150 100% . Karateristik 3,953, Zalora memberikan fungsi teknis yang benar
responden berdasarkan pekerjaan yaitu responden pada web. 3,980, Zalora mampu melindungi data
dengan pekerjaan mahasiswa/i atau pelajar memiliki privasi. 3,947, Zalora memberikan penanganan masalah
persentase 68%, kemudian pegawai negeri sipil sebesar yang baik pada web. 3,947, Zalora memberikan
8,7%, selanjutnya adalah wiraswasta adalah sebesar perhatian secara personal. 3,887 Rata-Rata E-Service
11,3% dan yang terakhir adalah lain-lain yakni sebesar Quality 3,958.
12%. Dapat disimpulkan bahwa konsumen dengan Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa
pekerjaan mahasiswa/i atau pelajar lebih banyak yang variabel e-service quality memiliki nilai rata-rata
berbelanja di Zalora. Identifikasi karateristik responden sebesar 3,958. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan media yang digunakan untuk mengakses, pelangggan setuju terhadap e-service quality pada
dapat diketahui bahwa respoden yang mengakses Zalora. Nilai Mean Indikator dan Variabel Perceived
dengan handphone memiliki persentase sebesar 78%, Risk Indikator Mean adalah Konsumen berfikir bahwa
kemudian responden yang menggunakan tab sebesar barang tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan.
8%, selanjutnya untuk responden yang menggunakan 3,473, Konsumen memiliki kekuatiran dalam proses
PC sebesar 9,3% dan yang terakhir adalah responden transaksi dengan Zalora. 3,600, Konsumen memiliki
dengan menggunakan media lain-lain adalah sebesar kekuatiran akan ditipu oleh Zalora. 3,487, Konsumen
4,7%. Dapat disimpulkan bahwa konsumen lebih merasa data pribadi saya akan disalahgunakan oleh
senang mengakses menggunakan handphone karena Zalora. 3,227, Konsumen memiliki kekuatiran bila
kemudahannya dan lebih praktis jika ingin dibawa saudara atau teman tidak setuju jika saya berbelanja di
kemana-mana. Zalora. 3,660. Rata-Rata Perceived Risk 3,489
Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan
4.2. Statistik Deskriptif bahwa variabel perceived risk memiliki nilai rata-rata
Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa sebesar 3,489. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
variabel customer loyalty memiliki nilai rata-rata pelangggan setuju terhadap perceived risk pada Zalora.
sebesar 3,851. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pelangggan setuju terhadap customer loyalty pada 4.3. Analisis Data
Zalora. Nilai Mean Indikator dan Variabel Switching Hasil output normalitas berdasarkan skewness dan
Cost Indikator Mean Konsumen mengeluarkan biaya kurtosis dalam penelitian ini distribusi data normal
(paket data internet) untuk berpindah dari Zalora. apabila indikator memiliki p-value pada skewness dan
3,673. Konsumen akan merasa bahwa penyedia layanan kurtosis > 0,05, secara univariate sebagian besar
yang baru tidak sesuai dengan Zalora. 3,587. indikator p-value pada skewness dan kurtosis < 0,05
Konsumen akan membandingkan penyedia layanan yang berarti bahwa data adalah tidak normal. Namun
yang baru dengan Zalora. 4,127. Konsumen terdapat 6 indikator yang derdistribusi normal.
mengeluarkan usaha untuk membandingkan dengan Multivariate Normality Pada multivariate normality, p-
layanan yang baru dengan Zalora. 3,787. Konsumen value (nilai p) chi kuadrat Skewness dan Kurtosis >
mengeluarkan waktu untuk membandingkan layanan 0,05 berarti keseluruhan variabel mengikuti fungsi
baru dengan Zalora. 3,913. Konsumen mengeluarkan distribusi normal. Jika p-value (nilai p) chi kuadrat
energi untuk membandingkan layanan yang baru Skewness dan Kurtosis <0,05 dapat dikatakan
dengan Zalora. 3,833. Konsumen membutuhkan waktu keseluruhan variabel tidak mengikuti fungsi distribusi
tambahan untuk mempelajari penyedia layanan baru. normal. Distribusi data adalah normal jika indikator
4,047 Rata-Rata Switching Cost 3,852. memiliki p-value pada skewness dan kurtosis > 0,05.
Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan Secara multivariate indikator p-value pada skewness
bahwa variabel switching cost memiliki nilai rata-rata dan kurtosis sebesar 0,000 yang berarti data tidak
sebesar 3,852. Hal ini dapat disimpulkan bahwa normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak
pelangggan setuju terhadap switching cost pada Zalora. berdistribusi dengan normal secara multivariate. Maka
Tabel 4.9 Nilai Mean Indikator dan Variabel E-Service metode yang digunakan adalah maximum likelihood
Quality Indikator Mean Zalora memberikan dengan menambahkan inputan berupa covariance
kemudahan dalam hal mengakses web. 4,000, Zalora matrix dan asymptotic covariance matrix dari data
menampilkan desain web yang menarik. 3,993, Zalora pengamatan.
memiliki kinerja yang baik dalam pelayanan web Uji Validitas Hasil Uji Validitas
124
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

Indikator dapat dikatakan valid karena semuanya loyalty meningkat maka perceived risk menurun, begitu
memiliki t-value >1,96. Hasil uji reliabilitas dalam juga sebaliknya. Variabel perceived risk tidak terbukti
penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa semua berpengaruh terhadap customer loyalty. Persamaan
variabel penelitian ini adalah reliabel karena nilai struktural yang menggambarkan hubungan antara
construct reliability (CR) >0,7. Hasil penelitian ini variabel e-service quality terhadap customer loyalty
terbukti reliabel, sehingga penelitian ini dapat menunjukkan hubungan positif.
dilanjutkan. Hasil perhitungan menunjukkan, e-service quality
Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan mempunyai koefisien regresi 0,33. Dengan demikian
positif atau negatif antar variabel dalam koefisien lisrel dapat dilihat bahwa variabel eservice quality mampu
estimates dan koefisien terstandard. Persamaan mempengaruhi variabel customer loyalty sebesar 0,33.
struktural yang menggambarkan hubungan antara Besarnya koefisien regresi pada variabel e-service
variabel perceived risk terhadap switching cost quality sebesar 0,33 menunjukkan bila variabel e-
menunjukkan hubungan positif. Hasil perhitungan service quality meningkat maka customer loyalty
menunjukkan, perceived risk mempunyai koefisien meningkat, begitu juga sebaliknya. Variabel e-service
regresi 0,13. Dengan demikian dapat dilihat bahwa quality terbukti berpengaruh terhadap customer loyalty.
variabel perceived risk mampu mempengaruhi variabel Uji kecocokan model digunakan untuk menguji
switching cost sebesar 0,13. Besarnya koefisien regresi model yang dihipotesiskan adalah model yang sesuai
pada variabel perceived risk sebesar 0,13 menunjukkan untuk diintepretasikan sebagai hasil penelitian. Tahap
bila variabel perceived risk meningkat maka switching untuk mengevaluasi kecocokan model (goodness model
cost meningkat, begitu juga sebaliknya. Variabel fit) dapat dilakukan dengan cara kecocokan
perceived risk terbukti berpengaruh terhadap switching keseluruhan model dan kecocokan model struktural.
cost. Hasil pengujian dari kecocokan model apat
Nilai R-square pengaruh perceived risk terhadap disimpulkan bahwa GFI, NFI, CFI, IFI, NNFI dan
switching cost sebesar 0,27%, artinya prosentase AGFI sesuai good fit. Dengan demikian model cocok
pengaruh perceived risk terhadap switching cost adalah untuk mempresentasikan hasil penelitian.
sebesar 27%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain yang juga berpengaruh terhadap switching 4.4. Pengujian Hipotesis
cost. Persamaan struktural yang menggambarkan Pengujian hipotesis dalam penelitian ini mengenai
hubungan antara variabel e-service quality terhadap perceived risk, e-service quality, switching cost dan
switching cost menunjukkan hubungan positif. Hasil customer loyalty. Terdapat 6 hipotesis yang akan diuji
perhitungan menunjukkan, e-service quality dalam penelitian ini. Kriteria pengujian dalam
mempunyai koefisien regresi 0,67. Dengan demikian penelitian ini menggunakan nilai t tabel sebesar 1,96.
dapat dilihat bahwa variabel eservice quality mampu Nilai thitung >1,96 menunjukkan variabel eksogen
mempengaruhi variabel switching cost sebesar 0,67. berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen.
Besarnya koefisien regresi pada variabel e-service Hasil pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai
quality sebesar 0,67 menunjukkan bila variabel e- berikut:
service quality meningkat maka switching cost 1. Hipotesis 1: Perceived risk berpengaruh negatif dan
meningkat, begitu juga sebaliknya. Variabel e-service tidak signifikan terhadap switching cost pada
quality terbukti berpengaruh terhadap switching cost. Zalora, karena nilai thitung sebesar 1,38 lebih kecil
Nilai R-square pengaruh e-service quality terhadap dari ttabel sebesar 1,96. Dengan demikian hipotesis
switching cost sebesar 0,64%, arrtinya prosentase 1 diterima.
pengaruh e-service quality terhadap switching cost 2. Hipotesis 2 : E-Service quality berpengaruh positif
adalah sebesar 64%. Persamaan struktural yang dan signifikan terhadap switching cost pada Zalora,
menggambarkan hubungan antara variabel perceived karena nilai thitung sebesar 3,13 lebih besar dari
risk terhadap customer loyalty menunjukkan hubungan ttabel sebesar 1,96. Dengan demikian hipotesis 2
negatif. Hasil perhitungan menunjukkan, perceived risk diterima.
mempunyai koefisien regresi -0,027. Dengan demikian 3. Hipotesis 3 : Perceived risk berpengaruh negatif dan
dapat dilihat bahwa variabel perceived risk tidak tidak signifikan terhadap customer loyalty pada
mampu mempengaruhi variabel customer loyalty. Zalora, karena nilai thitung sebesar 0,06 lebih kecil
Besarnya koefisien regresi pada variabel perceived
risk sebesar -0,027 menunjukkan bila variabel customer
125
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

dari ttabel sebesar 1,96. Dengan demikian hipotesis dengan perceived risk yang tinggi cenderung memiliki
3 diterima. switching cost yang rendah. Begitu juga sebaliknya
4. Hipotesis 4 : E-Service quality berpengaruh positif apabila konsumen mendapatkan switching cost yang
dan signifikan terhadap customer loyalty pada tinggi maka perceived risk yang dirasakanpun akan
Zalora, karena nilai thitung sebesar 2,43 lebih besar menurun oleh konsumen.
dari ttabel sebesar 1,96. Dengan demikian hipotesis 4.5.2. Pengaruh E-Service Quality terhadap Switching
4 diterima. Cost
5. Hipotesis 5 : Switching cost tidak berpengaruh Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua dapat
sebagai mediasi antara perceived risk dan customer diketahui bahwa e-service quality terbukti berpengaruh
loyalty, karena nilai thitung sebesar 1,38 lebih kecil positif dan signifikan terhadap switching cost di Zalora.
dari ttabel sebesar 1,96. Dengan demikian hipotesis Temuan ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi
5 tidak diterima. kualitas pelayanan e-commerce yang dirasakan pada
6. Hipotesis 6 : Switching cost berpengaruh sebagai Zalora maka semakin tinggi biaya yang dikeluarkan
mediasi antara e-service quality dan customer oleh konsumen.
loyalty, karena nilai thitung sebesar 2,07 lebih besar Hal ini menjelaskan bahwa ketika konsumen
dari ttabel sebesar 1,96. Dengan demikian hipotesis mendapatkan kualitas pelayanan e-commerce saat
6 diterima. berbelanja di Zalora tinggi maka biaya yang
dikeluarkan oleh konsumen akan tinggi. Hal tersebut
4.5. Pembahasan sesuai dengan (Jones et al. 2002 dalam Yen, 2015)
Dari hasil analisis yang sudah dilakukan, dapat sumber utama informasi pelanggan untuk mengevaluasi
disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan adalah membandingkan pengalaman pribadi dengan
tersebut memiliki karateristik responden paling banyak pengalaman orang lain.
adalah perempuan dengan rentang usia 17-25 tahun Kinerja yang memuaskan, baik dari penyedia
dengan status mahasiswa/i dan memiliki pendapatan layanan saat ini dengan peningkatan pengorbanan yang
kurang lebih Rp 1.000.0003.000.000 serta dirasakan, switching cost dapat meningkatkan dan
menggunakan Handphone sebagai media yang dapat bertindak sebagai penghalang beralih lanjut.
digunakan untuk mengakses. Kecocokan data dengan
model (goodness of fit) menunjukkan bahwa hasil 4.5.3. Pengaruh Perceived Risk terhadap Customer
pengujian hipotesis sebagian besar data bersifat good Loyalty
fit, serta pada evaluasi model dan pengujian normalitas Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dapat
pada data menunjukkan bahwa data berdistribusi diketahui bahwa perceived risk terbukti berpengaruh
dengan normal. Sehingga data cocok dengan model dan negatif dan tidak signifikan terhadap customer loyalty
model dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku di Zalora. Temuan ini dapat dijelaskan bahwa risiko
konsumen mengenai pengaruh perceived risk dan e- yang dirasakan oleh konsumen tidak akan
service quality terhadap customer loyalty dengan mempengaruhi loyalitas konsumen pada Zalora.
switching cost sebagai variabel mediasi di Zalora. Meskipun risiko itu tergolong rendah, tidak akan
mempengaruhi loyalitas konsumen. Parasuraman (2000
4.5.1. Pengaruh Perceived Risk terhadap Switching dalam Yen, 2015) menemukan bahwa perceived risk
Cost yang tinggi, seperti rasa tidak aman memiliki dampak
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dapat negatif terhadap proses adopsi teknologi di e-
diketahui bahwa perceived risk terbukti berpengaruh commerce.
negatif dan tidak signifikan terhadap switching cost di Dalam penelitian Lim (2003; Jasper dan Ouellette,
Zalora. Temuan ini dapat dijelaskan bahwa semakin 1994 dalam Yen, 2015) menjelaskan bahwa perceived
tinggi risiko yang dirasakan pada Zalora maka semakin risk berhubungan negatif dengan customer loyalty di e-
rendah biaya yang dikeluarkan. Hal ini menjelaskan commerce. 4.5.4. Pengaruh E-Service Quality terhadap
bahwa ketika konsumen yang pernah berbelanja di Customer Loyalty Berdasarkan hasil pengujian
Zalora merasakan risiko yang tinggi maka biaya yang hipotesis keempat dapat diketahui bahwa e-service
dikeluarkan akan rendah. quality terbukti berpengaruh positif dan signifikan
Hal tersebut sesuai dengan (Gremler et al. 1995 terhadap customer loyalty di Zalora. Temuan ini dapat
dalam Yen, 2015). Konsumen yang pernah berbelanja dijelaskan bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan e-
126
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

commerce yang dirasakan konsumen pada Zalora maka switching cost pada customer loyalty. Perveived value
semakin tinggi loyalitas konsumen pada Zalora. Hal ini dipandang sebagai penilaian keseluruhan pelanggan
menjelaskan bahwa ketika konsumen mendapatkan terhadap utilitas berbasis produk pada persepsi tentang
kualitas pelayanan ecommerce saat berbelanja di Zalora apa yang diterima dan apa yang diberikan (Zeithaml,
tinggi maka loyalitas konsumen juga akan tinggi pada 1988). Dodds dkk. (1991) berpendapat bahwa persepsi
Zalora. E-service quality didefinisikan sejauh mana pembeli terhadap nilai mewakili penjualan antara
sebuah situs web memfasilitasi konsumen dalam proses kualitas dan manfaat yang mereka dapatkan dalam
belanja, pembelian dan pengiriman barang (Zeithaml produk terhadap pengorbanan yang mereka rasakan
dan Bitner, 2003:98). Dengan e-service quality yang dalam membayar harganya.
baik dalam toko online akan membuat konsumen loyal
dengan toko online tersebut. Dalam penelitian 4.5.6. Switching Cost Memediasi Hubungan antara E-
sebelumnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh service Quality terhadap Customer Loyalty.
positif antara e-service quality terhadap customer Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keenam dapat
loyalty (Laurent, 2016). diketahui bahwa switching cost dapat memediasi
antara e-service quality dan customer loyalty di Zalora,
4.5.5. Switching Cost Memediasi Hubungan antara terbukti berpengaruh positif dan signifikan. Temuan ini
Perceived Risk dan Customer Loyalty dapat dijelaskan bahwa biaya yang dikeluarkan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima dapat konsumen dapat memediasi konsumen ketika
diketahui bahwa switching cost tidak dapat memediasi konsumen merasakan kualitas pelayanan yang didapat
antara perceived risk dan customer loyalty di Zalora, saat berbelanja. Sehingga konsumen dapat loyal atau
terbukti berpengaruh negatif dan tidak signifikan. setia pada Zalora. Pelanggan tidak mungkin untuk
Temuan ini dapat dijelaskan bahwa biaya yang kembali ke penyedia layanan yang memberikan tingkat
dikeluarkan konsumen tidak dapat memediasi e-service quality yang dirasakan jauh lebih buruk dari
konsumen ketika konsumen merasakan risiko saat harapan pelanggan. Adanya switching cost yang
berbelanja. Sehingga konsumen tidak dapat loyal atau diberikan pada pelanggan dan diwujudkan berupa e-
setia pada Zalora. service quality yang baik akan memberikan keuntungan
Hal ini juga terbukti karena risiko yang dirasakan bagi pelanggan. (Zeithaml et al., 1996 dalam Fullerton,
oleh konsumen tidak akan mempengaruhi atau tidak 2014
berhubungan dengan loyalitas konsumen, sehingga
dengan adanya mediasi dari biaya yang dikeluarkan ini 5. PENUTUP
juga tidak dapat memediasi dari risiko yang dirasakan Hasil simpulan menunjukkan bahwa perceived risk
dengan loyalitas konsumen. Pada hipotesis yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap trust dan
pertama membuktikan bahwa risiko yang dirasakan attitude. Diharapkan pihak Zalora dapat terus
tidak berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan memperbaiki fungsi situs, seperti pemberian informasi
sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi bahwa biaya secara lengkap mengenai ukuran produk, agar
yang dikeluarkan konsumen tidak dapat memdiasi konsumen percaya dan merasa nyaman saat
antara risiko yang dirasakan dengan loyalitas menggunakan situs Zalora. 2. Hasil simpulan
konsumen. Jumlah responden paling banyak pada menunjukkan bahwa perceived ease of use berpengaruh
penelitian ini adalah usia 17-34 tahun dan berprofesi positif dan signifikan terhadap perceived usefulness
sebagai mahasiswa. Dengan demikian dapat dan attitude. Diharapkan pihak Zalora dapat membuat
disimpulkan bahwa mahasiswa lebih senang untuk situs menjadi lebih mudah bernavigasi di situs Zalora
berpindah kepada penyedia layanan yang lain karena agar konsumen merasakan adanya manfaat dan merasa
toko online di Indonesia cukup banyak. Selain nyaman saat menggunakan situs Zalora. 3. Hasil
banyaknya toko online di Indonesia, rasa keingin simpulan menunjukkan bahwa perceived usefulness
tahuan mereka juga cukup tinggi. Sehingga mereka berpengaruh positif dan signifikan terhadap attitude.
takut merasakan risiko dan lebih memilih berpindah Diharapkan pihak Zalora dapat terus memberikan
pada toko online yang lain. manfaat agar konsumen merasa senang dan nyaman
Menurut Barron and Kenny (1986 dalam Edward saat menggunakan situs Zalora. 4. Hasil simpulan
2011) menyebutkan bahwa variabel perceived value menunjukkan bahwa trust dan sikap attitude
dapat menjadi variabel yang dapat dimediasi oleh berpengaruh positif dan signifikan terhadap online
127
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

shopping intention. Diharapkan pihak Zalora dapat Delafrooz, N., Paim, L.H., dan Khatibi, A., 2011,
terus menjaga kepercayaan konsumen dan dapat terus Understanding Consumer’s Internet Purchase
membuat konsumen merasa senang dan nyaman pada Intention in Malaysia, African Journal of Business
saat menggunakan situs Zalora, agar konsumen Management, Vol. 5, No. 3, pp 2837-2846.
memiliki minat untuk berbelanja secara online melalui
situs Zalora. Deny, S., 2016, BPS: Jumlah E-Commerce di Indonesia
Capai 26,2 Juta, diakses 20 Februari 2017,
Referensi http://bisnis.liputan6.com/read/260 2680/bps-
Andryanto, R., 2016, Pengaruh Kepercayaan, Persepsi jumlah-e-commerce-di-indonesia-capai-262-juta.
Manfaat, dan persepsi Kemudahan Penggunaan
terhadap Minat Beli di Toko Online (Studi Empiris Dwipayani, N.M., dan Rahyuda, K., 2016, Pengaruh
yang Dilakukan pada OLX.co.id di Yogyakarta). Sikap dan Fashion Leadership terhadap Niat Beli
Skripsi, Yogyakarta: Program Studi Manajemen Online Remaja di Kota Denpasar, EJurnal
Universitas Negeri Yogyakarta. Manajemen Unud, Vol. 5, No. 6, pp 3620-3646.

Aribowo, D.P.J., dan Nugroho, M.A., 2013, Pengaruh Faradila, R.S.N., dan Soesanto, H., 2016, Analisis
Trust dan Perceived of Risk Terhadap Niat untuk Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan dan
Bertransaksi Menggunakan E-Commerce, Jurnal Persepsi Manfaat terhadap Minat Beli dengan
Nominal, Vol. 2, No. 1, pp 11-35. Kepercayaan sebagai Variabel Intervening (Studi
pada Pengunjung Toko Online Berrybenka.com di
Ariff, M.S.M., Sylvester, M., Zakuan, N., Ismail, K., Kalangan Mahasiswa Universitas Diponegoro),
dan Ali, K.M., 2014, Consumer Perceived Risk, Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, Desember:
Attitude, and Online Shopping Behaviour: pp 149-160.
Empirical Evidence from Malaysia, IOP Conference
Series: Material Science and Engineering, pp 1-10. Ganguly, B., Dash, S.B., Cyr, D., dan Head, M., 2010,
The Effects of Website Design on Purchase
Ashur, M., 2016, Pengaruh Dukungan Sosial, Persepsi Intention in Online Shopping: The Mediating Role
Risiko, dan Interaksi Sosial terhadap Kepercayaan of Trust and The Moderating Role of Culture,
dan Niat Pembelian Konsumen pada Media S- International Journal Electronic Business, Vol. 8,
Commerce (Studi pada Konsumen S-Commerce di No. 4/5, pp 302-330.
Indonesia, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 3,
No. 1, Januari: pp 109-119. Ghozali, I., 2004, Model Persamaan Struktural,
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Bugembe, J., 2010, Perceived Usefulness, Perceived
Ease of Use, Attitude and Actual Usage of A New Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L., dan Black,
Financial Management System: A Case Study of W.C., 1998, Multivariate Data Analysis, Upper
Uganda National Examinations Board, Disertasi, Saddle River, New Jersey: PrenticeHall Inc.
Uganda: Program Pascasarjana Makerere
University. Hsu, S.H., dan Bayarsaikhan, B.E., 2012, Factor
Influencing on Online Shopping Attitude and
Davis, F.D., 1989, Perceived Usefulness, Perceived Intention Of Mongolian Consumers, The Journal of
Ease of Use, and User Acceptance of Information International Management Studies, Vol. 7, No. 2,
Technology, MIS Quarterly, September: pp 319- Oktober: pp 167176.
340.
Indiani, N.L.P., Rahyuda, I K., Yasa, N.N.K., dan
Bagozzi, R.P., dan Warshaw, P.R., 1989, User Sukaatmadja, I P.G., 2015, Perceived Risk and Trust
Acceptance of Computer Technology A as Major Determinants of Actual Purchase,
Comparison of Two Theorical Models, Management Transcending The Influence of Intention, Asean
Science, Vol. 35, No. 8, August: pp 982-1003. Marketing Journal, Vol. 7, No. 1, pp 1-13.

128
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

Istiarni, P.R.D., 2014, Analisis Pengaruh Persepsi Loudon, D., dan Bitta, A.J.D., 1988, Consumer
Manfaat, Kemudahan Penggunaan, dan Kredibilitas Behavior: Concepts and Applications, Singapore:
Terhadap Minat Penggunaan Berulang Internet McGraw-Hill Book Co.
Banking dengan Sikap Penggunaan sebagai
Variabel Intervening (Studi Empiris: Nasabah Mahardhika, A.A., dan Saino, 2014, Analisis Faktor
Layanan Internet Banking di Indonesia), Skripsi, yang Mempengaruhi Niat Beli di Zalora Online
Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Shop, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2, No. 3, pp
Unversitas Diponegoro Semarang. 917-927.

Jahangir, N., dan Begum, N., 2008, The Role of Martinayanti, N.M.P., dan Setiawan, P.Y., 2016, Peran
Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Kepercayaan dalam Memediasi Persepsi Risiko
Security and Privacy, and Customer Attitude to pada Niat Beli Produk Fashion Via Instagram di
Engender Customer Adaptation in The Context of Kota Denpasar, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5,
Electronic Banking, African Journal of Business No. 4, pp 2026-2053.
Management, Vol. 2, No. 1, Februari: pp 32-40.
Masoud, E.Y., 2013, The Effect of Perceived Risk on
Juniwati, 2014, Influence of Perceived Usefulness, Online Shopping in Jordan, European Journal of
Ease of Use, Risk on Attitude and Intention to Shop Business and Management, Vol. 5, No. 6, pp 76-87.
Online, European Journal of Business and
Management, Vol. 6, No. 27, pp 218-228. Mayer, R.C., Davis, J.H., dan Schoorman, F.D., 1995,
An Integrative Model of Organizational Trust, The
Kimery, K.M., dan McCord, M., 2002, Third-Party Academy of Management Review, Vol. 20, No. 3,
Assurances: Mapping The Road to Trust in E- Juli: pp 709-734.
Retailing, Journal of Information Technology
Theory and Application, Vol. 4, No. 2, pp 63-82. Meskaran, F., Ismail, Z., dan Shanmugam, B., 2013,
Online Purchase Intention: Effects of Trust and
Kuncoro, M., 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Security Perception, Australian Journal of Basic and
Ekonomi, Jakarta: Erlangga. Applied Sciences, Vol. 7, No. 6, pp 307-315.

Kusuma., F.D.A., 2014, Pengaruh Perceived Ease of Mowen, J.C., dan Minor, M., 2001, Perilaku Konsumen
Use, Perceived Usefulness, Perceived Risk, dan Terjemahan oleh Lina Salim. 2002., Jakarta:
Trust terhadap Behavioral Intention to Use E- Erlangga.
Money (Studi Empiris: Calon Pengguna Uang
elektronik Kartu Indomaret). Skripsi, Yogyakarta: Peter, J.P., dan Olson, J.C., 2008, Consumer Behavior
Program Studi Akuntansi Universitas Sanata & Marketing Strategy, Singapore: McGraw-Hill /
Dharma. Irwin.

Lim, J.Y., Osman, A.B., dan Halim, M.S.B.A., 2014, Pritami, A., 2016, Data Konsumen dan Potensi
Perceived Usefulness and Trust towards Consumer Perkembangan E-Commerce Indonesia 2016,
Behaviors: A Perspective of Consumer Online diakses 17 April 2017, https://buattokoonlin
Shopping, Journal of Asian Scientific Research, e.id/data-konsumen-dan-potensi-perkembangan-
Vol. 4, No. 10, pp 541-546. ecommerce-indonesia2016/

Lin, L.Y., dan Lu, C.Y., 2010, The Influence of Putro, H.B., dan Haryanto, B., 2015, Factors Affecting
Corporate Image, Relationship Marketing, and Trust Purchase Intention of Online Shopping in Zalora
on Purchase Intention: The Moderating Effects of Indonesia, British Journal of Economics,
Word-of-Mouth, Tourism Review, Vol. 65, No. 3, Management & Trade, Vol. 9, No. 1, pp 1-12.
pp 16-34.
Renny, Guritno, S., dan Siringoringo, H., 2013,
Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use,
Attitude towards Online Shopping Usefulness
129
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 2 Desember 2017 Karnadjaja, et al

Towards Online Airlines Ticket Purchase, Social Widiartanto, Y.H., 2016, Pengguna Internet di
and Behavioral Sciences, Vol. 81, pp 212-216. Indonesia Capai 132 Juta, diakses 20 Februari 2017,
http://tekno.kompas.com/read/2016/10/24/1
Rizwan, M., Qayyum, M., Qadeer, W., dan Javed, M., 5064727/2016.pengguna.internet.di.indonesia.capai.
2014, The Impact on Branded Product on Consumer 132.juta.
Purchase Intentions, Journal of Public
Administration and Governance, Vol. 4, No. 3, pp Widiyanto, I., dan Prasilowati, S.L., 2015, Perilaku
57-74. Pembelian Melalui Internet, Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 17, No. 2, September: pp 109-
Rizwan, M., Umair, S.M., Bilal, H.M., Akhtar, M., dan 122.
Bhatti, M.S., 2014, Determinant of Customer
Intentions for Online Shopping: A Study from Yasa, N.N. K., Ratnaningrum, L.P.R.A., dan
Pakistan, Journal of Sociological Research, Vol. 5, Sukaatmadja, P.G., 2014, The Application of
No. 1, pp 248-272. Technology Acceptance Model on Internet Banking
Users in The City of Denpasar, Jurnal Manajemen
Sanusi, A., 2011, Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta: dan Kewirausahaan, Vol. 16, No. 2, September: pp
Salemba Empat. 93-102.

Saveasbrand.com, 2016, 10 Situs E-Commerce Fashion Yusoff, Y.M., Muhammad, Z., Zahari, M.S.M., Pasah,
Terpopuler di Indonesia, diakses 9 Mei 2017, E.S., dan Robert, E., 2009, Individual differences,
http://saveasbrand.com/10-situs-ecommerce- Perceived Ease of Use, and Perceived Usefulness in
fashion-terpopuler-di-indonesia/. The E-Library Usage, Computer and Information
Science, Vol. 2, No. 1, Februari: pp 76-83.
Schiffman, L.G., dan Kanuk, L.L., 2007, Consumer
Behavior, Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Zalora.co.id, 2012, Zalora Online Fashion Retail
Education Inc. Terkemuka di Asia, diakses 20 Februari 2017,
https://www.zalora.co.id/about.
Sekaran, Uma, 2003, Metodologi Penelitian untuk
Bisnis Terjemahan oleh Kwan Men Yon. 2006., Zarrad, H., dan Debabi, M., 2012, Online Purchasing
Jakarta: Salemba Empat. Intention: Factors and Effects, Internation Business
and Management, Vol. 4, No. 1, pp 37-47. Zeithaml,
Sucitro, R., 2013, Pengaruh Lingkungan Pemasaran V.A., Berry, L.L. and Pasuraman, A. (1996), The
terhadap Kinerja Pemasaran melalui Strategi Behavioural Consequences of Service Quality,
Pemasaran pada Usaha Jasa Laundry di Surabaya, Journal of Marketing, Vol.60, pp. 31-46.
Skripsi, Surabaya: Program Studi Manajemen
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Zeithaml, A.V., dan Bitner, J.M., 2003, Service
Marketing: Integrating Customer Focus Across The
Trisnawati, E., Suroso, A., dan Kumorohadi, U., 2012, Firm - 3rd Edition. International Edition ISBN 0-07-
Analisis FaktorFaktor Kunci dari Niat Pembelian 119914-4. Administrasi Bisnis, 1-8.
Kembali secara Online (Studi Kasus pada
Konsumen Fesh Shop), Jurnal Bisnis dan Ekonomi
(JBE), September: pp 126-141.

Widiana, M.E., Supit, H., dan Hartini, S., 2012,


Penggunaan Teknologi Internet dalam Sistem
Penjualan Online untuk Meningkatkan Kepuasan
dan Pembelian Berulang Produk Batik pada Usaha
Kecil dan Menengah di Jawa Timur, Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 14, No. 1,
Maret: pp 71-81.
130

Anda mungkin juga menyukai