Manajemen Proyek Perangkat Lunak TI PDF
Manajemen Proyek Perangkat Lunak TI PDF
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
01
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Pada bab ini akan dijelaskan Mahasiswa memiliki gambaran
mengenai dasar manajemen umum tentang isi dari manajemen
proyek proyek perangkat lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
1. Manajemen Proyek
1. Pengertian Manajemen
2. Pengertian Proyek
Menurut Schwalbe (2006, p4), Proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara
untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang unik. Pada umumnya, proyek
melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan aktifitasnya dan sponsor
utama dari proyek biasanya tertarik dalam penggunaan sumber daya yang efektif
untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.
Menurut Larson (2000, p4), Proyek adalah kegiatan yang kompleks, tidak rutin, dan
usaha satu waktu yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi
kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan customer.
Menurut Schwalbe (2006, pp5-6), atribut dari suatu proyek adalah sebagai
berikut :
1. Sebuah proyek memiliki tujuan yang khusus. Proyek harus menghasilkan
suatu produk khusus, layanan, dan hasil akhir.
2. Proyek bersifat sementara. Proyek memiliki awal dan akhir yang jelas.
3. Proyek membutuhkan sumber daya bias dari beberapa area. Sumber daya
dapat berupa hardware, software, dan sumber daya lainnya.
4. Proyek harus memiliki pelanggan utama (primary customer) / sponsor.
5. Proyek melibatkan ketidakpastian – ketidakpastian, karena setiap proyek
bersifat unik maka sangat sulit untuk menentukan objektifitas proyek,
mengestimasi waktu proyek, dan biayanya.
Menurut Larson (2000, p4), tujuan utama dari proyek adalah untuk memuaskan
kebutuhan customer. Disamping kemiripan, karateristik dari sebuah proyek
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
membantu membedakan proyek tersebut dari yang lainnya dalam organisasi.
Karakteristik utama dari proyek adalah :
1. Penetapan tujuan
2. Masa hidup yang terdefinisi mulai dari awal hingga akhir
3. Biasanya melibatkan beberapa departemen dan professional
4. Biasanya melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya
5. Waktu, biaya, dan kebutuhan yang spesifik
Menurut Hughes (2006, p4), Proyek software mempunyai karakteristik tertentu yang
membuat proyek software berbeda dengan proyek lainnya.
1. Invisibility
Dalam sebuah proyek software, kemajuannya tidak dapat dilihat secara
langsung dan berbeda dengan proyek fisik lainnya misalnya pembuatan
jembatan dan sebagainya.
2. Complexity
Produk software memiliki lebih banyak kompleksitas daripada proyek fisik
termasuk dari sisi biayanya.
3. Conformity
Pengembang software harus menyesuaikan kebutuhan software dan
kebutuhan dari client. Hal ini perlu mendapat perhatian karena pada
dasarnya individual memiliki ketidakkonsistenan. Konsistensi mulai dari awal
hingga akhir menjadi hal yang penting dalam keberhasilan proyek.
4. Flexibility
Software yang dapat diubah dengan mudah biasanya dilihat sebagai sebuah
kekuatan. Hal ini berarti tampilan sistem software diharapkan dapat diubah
dengan mudah untuk mengakomodasi perubahan lingkungan bisnis
organisasi dan komponen lainnya.
Menurut Schwalbe (2006, p7), setiap proyek memiliki batasan yang berbeda
terhadap ruang lingkup, waktu, dan biaya yang biasanya disebut sebagai triple
constraint (3 kendala). Setiap manajer proyek harus memperhatikan hal – hal
penting dalam manajemen proyek :
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
• Ruang lingkup (scope) : apa yang ingin dicapai dalam proyek ? produk atau
layanan apa yang pelanggan harapkan dari proyek tersebut ?
• Waktu (time) : berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek? Bagaimana jadwal kegiatan proyek akan dilaksanakan ?
• Biaya (cost) : berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat
menyelesaikan proyek ?
Ketiga batasan tersebut memiliki sifat saling tarik – menarik. Artinya, jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka harus
diikuti dengan meningkatkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya
melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya maka biasanya harus
berkompromi dengan mutu atau jadwal.
Menurut Schwable (2006, p9), Manajemen proyek merupakan aplikasi dari ilmu
pengetahuan, skills, tools, dan teknik untuk aktifitas suatu proyek dengan maksud
memenuhi atau melampaui kebutuhan stakeholder dan harapan dari sebuah proyek.
Menurut Nicholas (2001, p11), terdapat 3 elemen penting dalam manajemen proyek
antara lain :
1. Manajer Proyek
Elemen paling penting dalam manajemen proyek adalah manajer proyek.
Manajer proyek adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk
merencanakan, mengarahkan, dan mengintegrasikan usaha kerja dari
anggota untuk mencapai tujuan proyek. Manajer proyek mengkoordinasikan
usaha antar area fungsional dan mengintegrasikan perencanaan dan
pengendalian dari biaya, jadwal, dan pembagian tugas dalam suatu proyek.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
2. Tim proyek
Tim proyek merupakan kumpulan orang yang biasanya berasal dari area
fungsional yang berbeda yang akan saling bekerja sama dengan tujuan untuk
menyelesaikan pekerjaan proyek.
Menurut Schwalbe (2006, pp 53-55), Daur hidup proyek (Project Life Cycle)
merupakan kumpulan dari tahapan – tahapan proyek. Tahapan dari daur hidup
proyek terdiri dari :
1. Project Feasibility
Terdiri dari tahap konsep dan pengembangan. Tahapan ini berfokus kepada
perencanaan.
2. Project Acquisition
Terdiri dari tahap implementasi dan penyelesaian (Close-Out). Tahap ini
berfokus kepada penyampaian tugas yang nyata dan seharusnya
dilaksanakan.
Sebuah proyek harus dapat menyelesaikan setiap tahapan dengan sukses sebelum
melanjutkan ke tahap berikutnya. Pendekatan daur hidup proyek ini menyediakan
suatu pengendalian manajemen yang lebih baik dan hubungan yang tepat terhadap
operasi yang berjalan dalam suatu organisasi.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2.2 Fase Daur Hidup Proyek
(Sumber : Schwalbe, 2006, p55)
6. System Development Life Cycle (SDLC)
Menurut Schwalbe (2006, p57), Daur hidup pengembangan sistem (SDLC) adalah
kerangka kerja untuk menggambarkan tahap – tahap yang terlibat dalam
pengembangan sistem informasi. Salah satu model yang popular dan banyak
digunakan dalam daur hidup pengembangan sistem adalah model Waterfall.
7. Model Waterfall
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2.3 Model Waterfall
(Sumber : http://www.jodypaul.com)
Empat inti dari area pengetahuan manajemen proyek meliputi manajemen ruang
lingkup proyek, waktu, biaya, dan manajemen kualitas. Proses – proses tersebut
merupakan inti dari area pengetahuan karena mereka memimpin untuk tujuan proyek
yang lebih spesifik.
I. Referensi
1. Schwalbe. Kathy. 2006. Introduction to Project Management. Course
Technology Inc. ISBN: 978-1418835590
2. Olson, David. 2004. Introduction to Information Systems Project
Management, 2nd Ed. ISBN: 0-07-282402-6
3. Larson, Erick. W. 2000. Project management: the managerial process.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
02
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Pada bab ini akan dijelaskan Mahasiswa memiliki gambaran
mengenai dasar manajemen umum tentang isi dari manajemen
proyek proyek perangkat lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
1. Manajemen Proyek
1. Pengertian Manajemen
2. Pengertian Proyek
Menurut Schwalbe (2006, p4), Proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara
untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang unik. Pada umumnya, proyek
melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan aktifitasnya dan sponsor
utama dari proyek biasanya tertarik dalam penggunaan sumber daya yang efektif
untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.
Menurut Larson (2000, p4), Proyek adalah kegiatan yang kompleks, tidak rutin, dan
usaha satu waktu yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi
kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan customer.
Menurut Schwalbe (2006, pp5-6), atribut dari suatu proyek adalah sebagai
berikut :
1. Sebuah proyek memiliki tujuan yang khusus. Proyek harus menghasilkan
suatu produk khusus, layanan, dan hasil akhir.
2. Proyek bersifat sementara. Proyek memiliki awal dan akhir yang jelas.
3. Proyek membutuhkan sumber daya bias dari beberapa area. Sumber daya
dapat berupa hardware, software, dan sumber daya lainnya.
4. Proyek harus memiliki pelanggan utama (primary customer) / sponsor.
5. Proyek melibatkan ketidakpastian – ketidakpastian, karena setiap proyek
bersifat unik maka sangat sulit untuk menentukan objektifitas proyek,
mengestimasi waktu proyek, dan biayanya.
Menurut Larson (2000, p4), tujuan utama dari proyek adalah untuk memuaskan
kebutuhan customer. Disamping kemiripan, karateristik dari sebuah proyek
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
membantu membedakan proyek tersebut dari yang lainnya dalam organisasi.
Karakteristik utama dari proyek adalah :
1. Penetapan tujuan
2. Masa hidup yang terdefinisi mulai dari awal hingga akhir
3. Biasanya melibatkan beberapa departemen dan professional
4. Biasanya melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya
5. Waktu, biaya, dan kebutuhan yang spesifik
Menurut Hughes (2006, p4), Proyek software mempunyai karakteristik tertentu yang
membuat proyek software berbeda dengan proyek lainnya.
1. Invisibility
Dalam sebuah proyek software, kemajuannya tidak dapat dilihat secara
langsung dan berbeda dengan proyek fisik lainnya misalnya pembuatan
jembatan dan sebagainya.
2. Complexity
Produk software memiliki lebih banyak kompleksitas daripada proyek fisik
termasuk dari sisi biayanya.
3. Conformity
Pengembang software harus menyesuaikan kebutuhan software dan
kebutuhan dari client. Hal ini perlu mendapat perhatian karena pada
dasarnya individual memiliki ketidakkonsistenan. Konsistensi mulai dari awal
hingga akhir menjadi hal yang penting dalam keberhasilan proyek.
4. Flexibility
Software yang dapat diubah dengan mudah biasanya dilihat sebagai sebuah
kekuatan. Hal ini berarti tampilan sistem software diharapkan dapat diubah
dengan mudah untuk mengakomodasi perubahan lingkungan bisnis
organisasi dan komponen lainnya.
Menurut Schwalbe (2006, p7), setiap proyek memiliki batasan yang berbeda
terhadap ruang lingkup, waktu, dan biaya yang biasanya disebut sebagai triple
constraint (3 kendala). Setiap manajer proyek harus memperhatikan hal – hal
penting dalam manajemen proyek :
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
• Ruang lingkup (scope) : apa yang ingin dicapai dalam proyek ? produk atau
layanan apa yang pelanggan harapkan dari proyek tersebut ?
• Waktu (time) : berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek? Bagaimana jadwal kegiatan proyek akan dilaksanakan ?
• Biaya (cost) : berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat
menyelesaikan proyek ?
Ketiga batasan tersebut memiliki sifat saling tarik – menarik. Artinya, jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka harus
diikuti dengan meningkatkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya
melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya maka biasanya harus
berkompromi dengan mutu atau jadwal.
Menurut Schwable (2006, p9), Manajemen proyek merupakan aplikasi dari ilmu
pengetahuan, skills, tools, dan teknik untuk aktifitas suatu proyek dengan maksud
memenuhi atau melampaui kebutuhan stakeholder dan harapan dari sebuah proyek.
Menurut Nicholas (2001, p11), terdapat 3 elemen penting dalam manajemen proyek
antara lain :
1. Manajer Proyek
Elemen paling penting dalam manajemen proyek adalah manajer proyek.
Manajer proyek adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk
merencanakan, mengarahkan, dan mengintegrasikan usaha kerja dari
anggota untuk mencapai tujuan proyek. Manajer proyek mengkoordinasikan
usaha antar area fungsional dan mengintegrasikan perencanaan dan
pengendalian dari biaya, jadwal, dan pembagian tugas dalam suatu proyek.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
2. Tim proyek
Tim proyek merupakan kumpulan orang yang biasanya berasal dari area
fungsional yang berbeda yang akan saling bekerja sama dengan tujuan untuk
menyelesaikan pekerjaan proyek.
Menurut Schwalbe (2006, pp 53-55), Daur hidup proyek (Project Life Cycle)
merupakan kumpulan dari tahapan – tahapan proyek. Tahapan dari daur hidup
proyek terdiri dari :
1. Project Feasibility
Terdiri dari tahap konsep dan pengembangan. Tahapan ini berfokus kepada
perencanaan.
2. Project Acquisition
Terdiri dari tahap implementasi dan penyelesaian (Close-Out). Tahap ini
berfokus kepada penyampaian tugas yang nyata dan seharusnya
dilaksanakan.
Sebuah proyek harus dapat menyelesaikan setiap tahapan dengan sukses sebelum
melanjutkan ke tahap berikutnya. Pendekatan daur hidup proyek ini menyediakan
suatu pengendalian manajemen yang lebih baik dan hubungan yang tepat terhadap
operasi yang berjalan dalam suatu organisasi.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2.2 Fase Daur Hidup Proyek
(Sumber : Schwalbe, 2006, p55)
6. System Development Life Cycle (SDLC)
Menurut Schwalbe (2006, p57), Daur hidup pengembangan sistem (SDLC) adalah
kerangka kerja untuk menggambarkan tahap – tahap yang terlibat dalam
pengembangan sistem informasi. Salah satu model yang popular dan banyak
digunakan dalam daur hidup pengembangan sistem adalah model Waterfall.
7. Model Waterfall
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2.3 Model Waterfall
(Sumber : http://www.jodypaul.com)
Empat inti dari area pengetahuan manajemen proyek meliputi manajemen ruang
lingkup proyek, waktu, biaya, dan manajemen kualitas. Proses – proses tersebut
merupakan inti dari area pengetahuan karena mereka memimpin untuk tujuan proyek
yang lebih spesifik.
I. Referensi
1. Schwalbe. Kathy. 2006. Introduction to Project Management. Course
Technology Inc. ISBN: 978-1418835590
2. Olson, David. 2004. Introduction to Information Systems Project
Management, 2nd Ed. ISBN: 0-07-282402-6
3. Larson, Erick. W. 2000. Project management: the managerial process.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
Perencanaan Proyek
Perangkat Lunak
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
03
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Pada bab ini menjelaskan tentang Mahasiswa memiliki kemampuan
maksud dari perencanaan proyek dalam memulai sebuah proyek
perangkat lunak perangkat lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Pemahaman terhadap Proyek Perangkat
Lunak
1. Pemahaman terhadap Proyek Perangkat Lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Tahapan proyek:
1. Initiating: proyek sedang dalam proses untuk dipilih/disetujui, disponsori,
didanai, dan diluncurkan.
2. Planning: perencanaan adalah proses yang berulang (perhatikan gambar).
Perencanaan pada dasarnya menggambarkan proses bagaimana proyek
akan dilaksanakan hingga selesai.
3. Executing: setelah proyek direncanakan, tim proyek memulai pekerjaannya.
4. Controlling: selama tim proyek mengerjakan tugasnya, project manager
mengontrolnya.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
b. Kompleksitas produk
Tiga katagori produk : aplikasi, utility, dan system
Rasio kompleksitasi ketiganya adalah :
aplikasi : utility : system = 1 : 3 : 9
Misal :
• Jika PM adalah total upaya
(dalam programmer-months)
dan KDSI adalah baris instruksi
dalam product (thousands of
delivered source instructions)
maka estimator PM menurut
Boehm adalah :
aplikasi : PM = 2.4 (KDSI)
utility : PM = 3.0 (KDSI)
• System : PM = 3.6 (KDSI) Untuk
jumlah baris program 60.000,
rasio PM aplikasi : utility :
system 1 : 1.7 : 2.8 (tepatnya
176.6 : 294.2 : 489.6).
(Lihat gambar)
• Estimasi upaya COCOMO
Jika TDEV adalah waktu (dalam bulan) pengembangan sebuah
program (development time), maka estimator TEDV menurut Boehm
TDEV adalah
aplikasi : TDEV = 2.5 (PM)
utility : TDEV = 2.5 (PM)
• System : TDEV = 2.4 (PM)
Untuk jumlah baris program 60.000, ketiga program
memerlukan waktu pengembangan sekitar 18 bulan (tepatnya
TDEV aplikasi : utility : system = 17.9 : 18:3 : 17.4).
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Rata-rata jumlah programmer yang diperlukan untuk membuat 60
KDSI per bulan adalah :
aplikasi : 176.6 PM / 17.9 Months = 9.9 programmer
utility : 294.2 PM / 18.3 Months = 16.1 programmer
system : 489.6 PM / 17.4 Months = 28.1 programmer
c. Ukuran produk
Ukuran produk perangkat lunak yang dibuat akan mempengaruhi besarnya
Sumber daya yang dibutuhkan dalam pembuatannya. Tetapi ini harus bisa
terukur karena setiap sumber daya mempunyai nilai optimal tertentu.
f. Tingkat teknologi
Tingkat teknologi dalam proyek pengambangan S/W direfleksikan dengan
empat komponen yang digunakan, yaitu:
a) Bahasa pemrograman
b) Mesin abstrak (H/W dan S/W)
c) Praktek-praktek pemrograman
d) Tools.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
3. Perencanaan Proyek Perangkat Lunak
Perencanaan proyek Rekayasa Perangkat Lunak dari berbagai sudut pandang
kurang lebih memiliki tujuan sebagai berikut:
Dokumen ini adalah hasil kerja pertama dari seorang project manager.
Berikutnya dokumen ini akan menjadi tool utama bagi project manager untuk acuan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
bagi dokumendokumen dan proses-proses berikutnya. Dokumen Vision and Scope
yang baik dapat mencegah terjadinya masalah-masalah yang dapat memakan biaya
yang besar.
Dengan menunjukkan dokumen ini, baik kepada stakeholder maupun
anggota tim proyek, diharapkan pemahaman yang sama tentang proyek yang
sedang berjalan dapat diraih. Dokumen ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Problem Statement
Bagian Problem Statement terdiri atas empat sub bab, antara lain:
a. Latar belakang proyek
Sub bab ini menceritakan dengan cukup mendalam baik latar belakang
masalah maupun penjelasan mengenai mengapa organisasi
memutuskan untuk membangun software untuk mengatasi masalah
tersebut. Pada sub bab ini diceritakan sebab munculnya masalah,
sejarah organisasi dengan permasalahan tersebut dan mengapa
akhirnya diputuskan untuk membangun software yang diproyekkan.
b. Stakeholder
Pada sub bab ini akan diberikan daftar stakeholder yang dilibatkan
dalam proyek. Mulai dari customer hingga manajer-manajer senior.
Stakeholder ini bisa berupa nama atau jabatan. Tim proyek harus
paham dengan siapa mereka bekerja dan apa bidang kerja mereka.
Daftar juga dilengkapi dengan alasan dicantumkannya stakeholder
tersebut. Untuk proyek-proyek besar tentu saja pencantuman nama
tidak relevan karena akan menjadi terlalu panjang daftarnya.
c. Pengguna
Sub bab ini berisi daftar calon pengguna software. Sama dengan
stakeholder, bisa berupa nama atau jabatan. Daftar juga dilengkapi
dengan alasan dicantumkannya pengguna tersebut.
d. Resiko
Sub bab ini akan diisi dengan faktor-faktor yang mungkin menjadi
pemicu munculnya masalah, seperti keterlambatan dan permasalahan
lain. Resiko yang dimaksud pada sub bab ini bisa faktor internal
maupun eksternal.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
2. Vision of the Solution
Bagian Vision of the Solution juga akan terdiri atas empat sub bab, yaitu:
a. Vision statement
Tujuan vision statement adalah menggambarkan apa yang ingin
dicapai setelah proyek berjalan. Di dalam sub bab ini disebutkan
faktor-faktor apa yang harus terpenuhi untuk menandakan kapan
proyek dinyatakan selesai. Selain itu tujuan dari proyek juga harus
jelas disebutkan di dalam sub bab ini. Waktu terbaik untuk membuat
vision statement adalah setelah tim melakukan proses Requirement
Engineering.
Gambaran produk yang ingin dicapai tersebut akan menjadi batasan
ruang lingkup (scope) yang harus diperhatikan oleh semua pihak yang
terlibat di dalam project. Ruang lingkup ini membutuhkan biaya dan
waktu tertentu. Project manager yang baik akan mempersembahkan
software tepat seperti yang telah dijanjikan kepada stakeholder dan
user, tepat pada waktunya dengan menghabiskan biaya (menerima
bayaran) tepat sama dengan perjanjiannya dengan customer.
Mungkin ada pendapat bahwa memberikan sedikit bonus fungsi
terhadap software, dengan asumsi bahwa stakeholder atau user akan
menyukainya, maka pendapat itu adalah kesalahan. Antara ruang
lingkup, waktu dan biaya/harga harus ada keseimbangan. Jika ada
penambahan pada ruang lingkup, maka seharusnya ada penambahan
waktu atau biaya, jika tidak maka akan menyebabkan ketidak adilan
bagi tim proyek/pengembang. Begitu juga sebaliknya. Perubahan
ruang lingkup mestinya diatur dengan Change Control System.
b. Daftar fitur
Sebuah paket software umumnya dapat dibagi-bagi menjadi
beberapa fitur. Jumlah yang umumnya dapat diterima adalah sekitar
sepuluh fitur. Jumlah ini sudah cukup menggambarkan kompleksitas
software namun tetap nyaman dibaca oleh tim pengembang. Tiap fitur
sebaiknya ditulis dalam paragraph yang terpisah atau dalam bentuk
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
pointer-pointer. Deskripsi fitur-fitur ini tidak perlu sangat detil, cukup
beberapa kalimat yang menggambarkan penjelasan umum tentang fitur
tersebut. Fitur-fitur ini mungkin mengalami penambahan atau
pengurangan, sesuai dengan permintaan stakeholder. Jika perlu,
sebuah fitur dapat dilengkapi dengan use case. Namun tentu saja use
case dibuat agar cukup simpel untuk dipahami oleh semua stakeholder.
3. Ruang lingkup tiap fase (jika perlu)
Terkadang deadline yang diberikan untuk mengerjakan sebuah proyek
software membuat pengerjaan seluruh fitur yang diajukan tidak
mungkin selesai. Oleh karenanya dibuat solusi untuk membagi
software menjadi beberapa fase rilis. Software akan dirilis pada saat
deadline tercapai, namun dengan fitur yang dikurangi. Sedangkan rilis
berikutnya lah yang memuat semua fitur.
Fitur-fitur yang ada pada rilis awal seharusnya adalah fitur yang
sifatnya lebih penting daripada fitur lainnya, menurut stakeholder. Hal
semacam ini perlu dikonsultasikan kepada tim pengembang.
4. Fitur yang tidak akan dibuat
Terkadang stakeholder meminta fitur yang memang harus
dibuang/ditinggalkan karena tidak masuk akal untuk diselesaikan dalam
waktu yang tersedia, atau karena sebab-sebab lain. Fitur-fitur semacam
ini perlu dicantumkan pada sub bab ini. Ini dicantumkan untuk diketahui
semua pihak agar ada kesepahaman dan agar semua setuju dengan
penghapusan fitur ini.
2. Statement of Work
Estimasi dibutuhkan agar proyek dapat berjalan dan selesai tepat waktu.
Project manager perlu membantu timnya untuk membuat estimasi yang tepat.
Sebuah pendekatan perlu diambil untuk menyeragamkan teknik estimasi ini. Salah
satu teknik estimasi yang dapat dipilih adalah Wideband Delphi. Berikut ini
langkah-langkah di dalam Wideband Delhi:
1. Memilih tim estimasi
Project manager memilih seorang moderator dan tim estimasi yang terdiri
atas 3 hingga 7 orang. Jika tim yang telah dipilih merasa bahwa dokumen
Vision and Scope kurang memberikan informasi, maka project manager
harus memperbaiki dokumen tersebut.
2. Kickoff Meeting
Pada rapat ini, tim akan membuat sebuah Work Breakdown Structure dan
mendiskusikan berbagai asumsi yang muncul. Langkah-langkah yang dapat
dijadikan acuan ketika rapat berlangsung kurang lebih sebagai berikut:
a. Moderator menjelaskan metode Wideband Delphi
b. Moderator mereview dokumen Vision and Scope dan dokumen-
dokumen pendukungnya, jika ada anggota tim yang belum
membacanya.
c. Tim mendiskusikan produk yang akan dibuat dengan berbagai
asumsinya,
d. Tim membuat 10 hingga 20 pekerjaan utama sebagai representasi
pekerjaan level tertinggi pada WBS
e. Tim mendiskusikan estimasi terhadap WBS (jam, minggu, halaman, dll)
tersebut hingga mendapatkan kata sepakat.
3. Individual Preparation
Setelah kicoff meeting tiap anggota berusaha mengestimasi tiap-tiap
pekerjaan di dalam WBS secara mandiri. Tahapan ini disebut sebagai
Individual Preparation. Sebelumnya, moderator mencatat semua asumsi
dan WBS kemudian membagikannya kepada semua anggota tim. Format
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
berikut ini bisa dijadikan acuan untuk mendokumentasikan Individual
Preparation.
4. Estimation Session
Pada rapat ini, anggota tim bersama-sama merevisi estimasi-estimasiyang
telah dibuat hingga menemukan kata sepakat. Dokumen berikut dapat
dijadikan acuan sebagai contoh untuk membuat dokumentasi selama
Estimation Session. Kepada setiap anggota tim akan dibagikan dokumen
semacam ini (yang kosong) untuk kemudian direvisi selama jalannya
Estimation Session.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 3.3 Estimation Form
Berikutnya:
a. Moderator dapat mengumpulkan Estimation Form. Estimasi tersebut
kemudian ditabulasikan di papan tulis kemudian ditunjukkan kepada
hadiri. Tabulasi tersebut dapat berbentuk seperti berikut:
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
d. Rapat akan merevisi estimasi individu dengan mengisikan kolom Delta
berikutnya pada Estimation Form. Isinya bisa +3, +2, -4 dsb. Nilai total
barunya akan dituliskan pada bagian bawah form.
Tahap-tahap di atas dapat berulang hingga selesai, yaitu jika semua anggota
tim menyetujui estimasi hasil rapat, atau jika rapat sudah berlangsung selama dua
jam. Hasilnya akan menghasilkan tabulasi estimasi seperti berikut:
5. Review
Project manager akan meringkas, mengkompail kemudian mereview hasil
estimasi untuk kemudian digunakan sebagai dasar perencanaan proyek
software.
3. Resource List
Resource list adalah daftar resource (sumber daya) yang digunakan selama
proyek berlangsung. Daftar ini berisi apa saja yang dibutuhkan berdasarkan jadwal
proyek dengan mencantumkan deskripsi resource tersebut serta limit ketersediaan
resource tersebut. Daftar semacam ini umumnya dapat dibuat menggunakan
software manajemen proyek. Tetapi bisa juga dibuat dengan worksheet atau word
processor. Setelah SOW dan Resource List dibuat, seorang project manager harus
membuat jadwal proyek (project schedule). Ini bisa dilakukan dengan urutan sebagai
berikut:
a. Membuat Work Breakdown Structure
b. Estimasi usaha yang dibutuhkan oleh setiap pekerjaan pada WBS
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
c. Project schedule dibuat dengan mengalokasikan resource dan waktu,
berdasarkan kalender, untuk tiap pekerjaan pada WBS
Work Breakdown Structure, disingkat WBS, berisi daftar pekerjaan yang jika
diselesaikan akan menghasilkan work product. WBS menyebutkan:
a. Apa saja pekerjaan yang akan dilakukan,
b. Tipe-tipe resource yang dibutuhkan untuk bekerja,
c. Estimasi tiap elemen pekerjaan,
d. Identifikasi lokasi penyimpanan.
5. Project Schedule
Project Schedule atau jadwal proyek dibuat oleh project manager untuk
mengatur manusia di dalam proyek dan menunjukkan kepada organisasi
bagaimana pekerjaan (proyek) akan dilaksanakan. Ini adalah alat untuk memantau
(bagi project manager) apakah proyek dan tim masih terkendali atau tidak.
Project schedule berbentuk kalender yang dihubungkan dengan pekerjaan
yang harus dikerjakan dan daftar resource yang dibutuhkan. Sebelum jadwal dibuat,
WBS harus terlebih dahulu ada, jika tidak maka jadwal tersebut akan terkesan
mengada-ada. Untuk membuat project schedule, ada beberapa software yang bisa
dijadikan pilihan. Pilihan software yang gratis dan open source antara lain: Open
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Workbench, dotProject, netOffice dan Tutos. Beberapa hal perlu diperhatikan ketika
membuat project schedule, seperti:
a) Alokasi resource pada tiap pekerjaan
Resource bisa berupa berbagai hal seperti manusia, barang,
peralatan (komputer, proyektor, dll), tempat (ruang rapat, misalnya)
atau layanan (seperti training atau tim pendukung out source) yang
dibutuhkan dan mungkin ketersediaannya terbatas. Bagaimanapun
juga resource yang utama adalah manusia.
Pertama, project manager akan mengalokasikan orang(-orang)
tertentu untuk suatu pekerjaan. Kemudian, selama pekerjaan
tersebut berlangsung, orang tersebut mungkin menjadi terlalu sibuk
sehingga tidak bisa dialokasikan untuk pekerjaan lainnya. Perhatikan
bahwa pemilihan pelaku perlu disesuaikan dengan kemampuan dan
berbagai hal lain karena ada pekerjaan yang dapat dilakukan oleh
siapa saja, tetapi umumnya pekerjaan hanya dapat dikerjakan oleh
satu atau beberapa orang saja.
b) Identifikasikan setiap ketergantungan
Sebuah pekerjaan disebut memiliki ketergantungan jika melibatkan
aktivitas, resource atau work product yang dihasilkan
pekerjaan/aktivitas lain. Contoh: test plan tidak mungkin
dilaksanakan selama software belum diimplementasikan/ditulis,
program baru dapat ditulis setelah class atau modul dibuat dan
dideskripsikan pada tahapan desain.
Tiap pekerjaan pada WBS perlu diberi nomor, dengan angka tersebut
bergantung pada nomor pekerjaan syaratnya. Berikut ini adalah
sedikit gambaran tentang bagaimana suatu pekerjaan menjadi
tergantung pada pekerjaan lainnya.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
15 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
c) Buat jadwalnya
Tiap pekerjaan juga memiliki jangka waktu pekerjaan. Dengan
demikian jadwal bisa dibuat, contoh:
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
6. Risk Plan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
17 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
ada yang mengemukakan pendapat yang relevan. Sedikit pendapat
mungkin akan muncul pada awalnya, kemudian berlanjut dengan
tanggapan yang susul-menyusul hingga akhirnya suasana mendingin
sampai akhirnya pendapat terakhir diutarakan.
Resiko yang dimaksud di sini adalah resiko spesifik. Jika suatu resiko
dirasa belum spesifik maka project manager akan memancing agar
permasalahan disampaikan secara lebih spesifik. Sumber masalah yang
baik lainnya adah asumsi-asumsi yang muncul ketika membuat Vision
and Scope dan melakukan estimasi dengan metode Wideband Dephi
b) Estimasi dampat tiap resiko/masalah
Tim akan memberikan rating untuk setiap resiko. Nilainya berkisar dari 1
(masalah dengan resiko kecil) hingga 5 (masalah dengan resiko besar,
kemungkinan munculnya besar, mungkin menghabiskan biaya besar dan
sulit untuk membereskannya).
c) Buat sebuah risk plan
Tim akan mengidentifikasi langkah-langkah yang akan di ambil untuk
mengatasi masalah-masalah yang akan muncul tersebut, dimulai dari
resiko bernilai 5.
Contoh sebuah dokumen risk plan:
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
18 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
I. Referensi
1. Presman, Rouger S. 1997. Software Enigineering, 4th Edition. Mc. Graw Hill
2. Sommerville,Ian. 2004. Software Engineering, 7th Edition. Addison Wesley
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
19 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen
Proyek
Perangkat Lunak
Perencanaan Proyek
Perangkat Lunak (Lanjutan)
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
04
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Pada bab ini menjelaskan Mahasiswa mampu memahami mengenai
tentang maksud dari perencanaan perangkat lunak, mampu memahami
perencanaan proyek perangkat unsur – unsur yang patut diperhitungkan dalam
lunak merencanakan pembuatan perangkat lunak, dan
mampu mengenali metode yang umum digunakan
dalam sebuah perencanaan proyek pengembangan
perangkat lunak.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Perencanaan Proyek Perangkat Lunak
1. Perencanaan Proyek Perangkat Lunak
A. Pendefinisian Masalah
2015
Manajemen Proyek Perangkat Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Lunak Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
• Subsistem perangkat keras meliputi perangkat keras beserta periferalnya,
dan dalam beberapa kasus juga meliputi peralatan lain seperti sensor
kendali proses, antena, dan radar.
• Subsistem perangkat lunak meliputi perangkat lunak yang akan
dikembangkan ditambah dengan perangkat lunak yang ada yang boleh
jadi digunakan seadanya atau dalam versi modifikasinya.
Subsistem personal meliputi para operator, pemelihara, dan end user.
4. Tetapkan sasaran dan persyaratan, baik untuk proses pengembangan maupun
produk.
• Sasaran adalah tujuan yang ingin dicapai. Sasaran digunakan sebagai
dasar bagi kerangka kerja proyek pengembangan perangkat lunak, baik
dalam proses pengembangan maupun untuk produk kerja.
• Sasaran dapat dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh :
Proses (kualitatif) : harus meningkatkan keterampilan personal
Proses (kuantitatif) : sistem harus selesai dalam 12 bulan
Produk (kualitatif) : sistem harus membuat pekerjaan user maikin
menarik
Produk (kuantitatif) : sistem harus mengurangi biaya transaksi sebesar
25%.
• Persyaratan menetapkan spesifikasi kemampuan sistem dalam
menyelesaikan masalah.
• Persyaratan mencakup aspek-aspek : fungsional, kinerja, perangkat
keras, perangkat lunak, personal, dan pengantarmukaan.
• Kalau memungkinkan, nyatakan persyaratan secara kuantitaif untuk
menghindari ketidakjelasan dan perselisihan antara pengembang dengan
pelanggan.
• Contoh persyaratan kuantitatif :
Akurasi sudut fase harus berada pada kisaran 0.5 derajat
Tanggapan maksimum terhadap interrup adalah 0.25 detik
Space maksimum yang digunakan sistem adalah 50 KB memori
utama, tidak termasuk space untuk file-file buffer
D. Life Cycle
Life-cycle sebuah perangkat lunak mencakup semua kegiatan yang yang
perlu dilakukan untuk mendefinisikan, mengembangkan, menguji, mengantarkan,
mengoperasikan, dan memelihara produk perangkat lunak. Beberapa model yang
akan dibahas adalah : model fase (phased model), model biaya (cost model), model
prototipe (prototype model), dan model berurutan (successive model).
Model ini membagi life cycle ke dalam sederetan kegiatan (fase). Setiap fase
membutuhkan informasi masukan, proses, dan produk yang terdefinisi dengan baik.
Deretan fase tersebut adalah : analisa, perancangan, implementasi, pengujian, dan
pemeliharaan. Berikut ini model fase dasar yang dinyatakan sebagai waterfall chart :
Gambar 4.1 Life cycle mode fase dari sebuah perangkat lunak
p
e
n
e
t
a
p
a
n
persyaratan menghasilkan sebuah produk : Software Requirements Specifications. Format
2015
7
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Ada 2 sisi penting dari model biaya :
• Karena modl biaya hanyalah cara pandang lain dari model fase maka semua
dokumen yang dihasilkan tepat sama dengan yang dihasilkan pada model fase.
• Biaya verifikasi, apalagi perbaikan, atas suatu produk akan makin besar jika
produk tersebut dihasilkan oleh suatu fase yang jauh di belakang fase saat
verifikasi dilakukan.
G. Model Prototipe
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Beberap catatan tentang model prototipe :
• Sebuah prototipe adalah model dari sebuah produk perangkat lunak tetapi
dengan beberapa keterbatasan, misalnya : keterbatasan kemampuan, keandalan
yang rendah, dan kinerja yang tidak efisien.
• Alasan penggunaan model prorotipe adalah :
1. untuk menggambarkan format data masukan, pesan-pesan, laporan, dan dialog
interaktif
2. untuk mengeksplorasi isu-isu teknis dalam produk yang diusulkan
3. model fase ‘analisis → perancangan → implementasi’ tidak dapat digunakan
2 Kepemimpinan
Referensi
1. Presman, Rouger S. 1997. Software Enigineering, 4th Edition. Mc. Graw Hill
2. Sommerville,Ian. 2004. Software Engineering, 7th Edition. Addison Wesley
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
Estimasi Biaya
05
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Pada bab ini menjelaskan tentang Mahasiswa memiliki kemampuan
perencanaan biaya dalam sebuah untuk menganalisis dan menetapkan
proyek biaya dari sebuah proyek yang akan
dijalankan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
1. Manajemen Biaya Proyek
1. Pengertian Manajemen Biaya Proyek
Manajemen biaya proyek merupakan salah satu dari 9 area pengetahuan dalam
manajemen proyek. Manajemen biaya proyek diperlukan untuk memastikan bahwa
perencanaan proyek sudah mencakup :
1. Estimasi biaya untuk setiap resource
2. Pengalokasian estimasi biaya setiap resource yang dibutuhkan oleh
setiap work item
Dalam manajemen biaya proyek, terdapat beberapa proses yang dilibatkan
dalam tujuan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran yang disediakan. Proses
tersebut yaitu estimasi, budgeting dan kontrol biaya.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Proses estimasi sangat menentukan kelangsungan proyek baik dari mulai tahap
desain, perencanaan, konstruksi, dan maintenance. Berbagai tipe dan cara dalam
mengestimasi biaya akan tergantung pada data/informasi yang tersedia, batas waktu,
dan tujuan dari estimasi tersebut. Peran estimator dalam estimasi biaya proyek
konstruksi dapat ditinjau dari ketelitian, pengalaman dan spesialisasi terhadap proyek
secara keseluruhan.
Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah pada bab 1, maka pada bab
ini akan diberikan dasar pemikiran ilmiah yang dilandasi dengan teori¬teori ilmiah yang
diperoleh dari area Manajemen Proyek, terutama dalam area pengetahuan Manajemen
Biaya Proyek.
Dalam landasan teori ini, terdapat 3 sumber utama yang akan dijadikan acuan
dalam pemecahan masalah yaitu :
1. Teori Manajemen Proyek dan lebih spesifik ke manajemen biaya di proyek,
sebagian besar akan diambil dari literatur Manajemen Proyek seperti PMBoK,
dan sumber lainnya yang memberikan teori tentang Manajemen Proyek.
2. Teori Manajemen Biaya Proyek, khususnya yang membahas tentang proses
estimasi biaya proyek, kinerja biaya proyek serta kegiatan-kegiatan yang
termasuk di dalamnya maupun yang memberikan pengaruh terhadap kedua hal
tersebut di atas. Teori ini diperoleh dari berbagai jurnal ilmiah baik nasional
maupun internasional, serta beberapa buku yang membahas tentang estimasi
biaya dan kinerja biaya proyek.
3. Aplikasi pengembangan manajemen biaya proyek khususnya dalam masalah
estimasi dalam sebuah perusahaan konstruksi yang telah memiliki dan
menerapkan sistem estimasi secara lebih akurat dengan data/informasi yang
diberikan, waktu serta tujuan estimasi. Hal ini bertujuan untuk menjadi bahan
pembanding dan masukan bagi penelitian ini.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
2. Estimasi Biaya Proyek
1. Definisi
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
2. Jenis Estimasi Biaya
Dilihat dari kelengkapan datanya dan terhadap tahapan proyek, maka estimasi
biaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Preliminary Estimate
Merupakan estimasi biaya pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, desain
proyek belum ada, hanya ada dalam bentuk gagasan. Estimasi biaya diberikan
untuk keperluan studi kelayakan. Estimasi dihitung secara kasar berdasarkan
informasi harga dari proyek sejenis per satuan kapasitas produksi atau per
satuan fungsinya atau per satuan luasnya.
3. Definitive Estimate
Estimasi ini ada pada tahap detailed engineering, dimana semua informasi yang
diperlukan untuk pelaksanaan sudah lengkap. Estimasi biaya sudah dapat
dihitung secara detail karena construction drawing sudah ada. Beberapa hal
dipertimbangkan dalam estimasi ini antara lain metode konstruksi, kondisi lokasi
proyek, preliminary work yang akan dilakukan, penggunaan sumber daya
tenaga, alat dan material serta subkontraktor sesuai spesifikasi yang ada serta
waktu pelaksanaan proyek.
Setelah memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai suatu proyek,
maka proses estimasi akan dilanjutkan dengan pengolahan data tersebut. Terdapat
beberapa metode yang digunakan dalam pengolahan data untuk menyusun suatu
estimasi biaya yaitu:
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
1. Expert Judgment
Dari para ahli dapat diperoleh informasi historikal berdasarkan pengalaman mereka
terutama bagi proyek-proyek sejenis. Dari para ahli juga diperoleh pertimbangan
untuk menggabungkan beberapa metode dalam proses estimasi dan bagaimana
menyelaraskan perbedaan yang ada dalam metode tersebut.
2. Analogous Estimating
Menggunakan nilai dari sebuah parameter, seperti lingkup, biaya, anggaran dan
waktu maupun menggunakan skala perbandingan terhadap ukuran, kompleksitas
proyek sebelumnya yang dijadikan dasar untuk menyusun estimasi biaya proyek
yang serupa.
3. Parametric Estimating
Digunakan sebagai statistik dari hubungan antara data historikal dengan variabel
lainnya seperti luas area untuk menghitung estimasi beberapa parameter seperti
biaya, anggaran dan masa pelaksanaan.
4. Bottom-Up Estimating
Merupakan metode dalam mengestimasi komponen pekerjaan. Biaya dan akurasi
dari tipe ini dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas dari aktiftas individual maupun
paket pekerjaan.
5. Three-Point Estimates
Keakuratan dalam sebuah estimasi dapat ditingkatkan dengan mempetimbangkan
aspek ketidaktentuan dan risiko. Dalam Program Evaluation and Review Technique
(PERT) digunakan 3 estimasi untuk memperkirakan biaya dari sebuah aktifitas,
yaitu:
1. Most Likely (CM), biaya aktifitas berdasarkan penilaian usaha yang realistik
terhadap suatu pekerjaan
2. Optimistic (CO), biaya aktifitas berdasarkan pertimbangan yang optimis
untuk aktifitas tersebut
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
3. Pessimistic (CP), biaya aktifitas berdasarkan pertimbangan pesimis
terhadap suatu aktifitas
Untuk metode ini biasanya digunakan untuk perkiraan biaya yang mengandung
unsur ketidakpastian seperti estimasi biaya penelitian karena menggunakan
pertimbangan optimistik, pesimistik.
6. Reserve Analysis
Estimasi biaya yang termasuk biaya tak terduga. Biaya tak terduga tersebut dapat
berupa prosentase dari nilai estimasi, nilai yang tetap, atau dapat dikembangkan dari
metode analisa kuantitatif.
7. Cost of Quality
Menyangkut perhitungan seluruh biaya yang dipersiapkan untuk mencegah adanya
ketidakpuasan terhadap kualitas produk yang akan mengakibatkan rework.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
4. Proses Estimasi Biaya
Tahapan input dalam suatu proses estimasi mencakup beberapa hal yang
diperlukan untuk mendukung proses pelaksanaan estimasi seperti:
1. Scope Baseline
Menggambarkan pernyataan lingkup pekerjaan seperti deskripsi produk, kriteria
yang dapat diterima, hasil yang diharapkan, batasan proyek dan asumsi. Dalam
scope baseline terdapat pula WBS yang menggambarkan hubungan dari semua
komponen dalam proyek.
2. Penjadwalan Proyek
Jenis dan jumlah dari sumber daya serta waktu yang dibutuhkan dalam rangka
peyelesaian proyek merupakan faktor yang penting dalam menentukan biaya
proyek.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
3. Perencanaan Sumber Daya
Atribut staf proyek, biaya personel, dan bonus bagi karyawan merupakan komponen
yang penting dalam menyusun estimasi biaya.
6. Kebijakan Organisasi
Kebijakan organisasi yang berpengaruh terhadap estimasi biaya adalah kebijakan
perusahaan dalam estimasi biaya itu sendiri, informasi historikal serta pelajaran
maupun pengalaman dari proyek sebelumnya.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 5.3 Proses Penyusunan Anggaran Biaya
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
I. Referensi:
1. Project Management Institute, (2008). A Guide to the Project Management Body of
Knowledge, 4th Edition, hal. 165.
2. Perrot, Melvin W., (2004). The Cost Estimator’s Dilemma, AACE International
Transactions, hal. 1.
3. Dysert, Larry R. (2006). Is “Estimate Accuracy” an Oxymoron?, Journal AACE
International Transactions, hal. 1.
4. Project Management Institute, (2008). A Guide to the Project Management Body of
Knowledge, 4th Edition, hal. 168.
5. Asiyanto MBA, IPM, (2005). Construction Project Cost Managament, (Pradnya
Paramita).
6. Jin Han, Kyeong, Park, Moonseo, Lee, Hyun-Soo, Ji, Sae-Hyun, (2008). Cost
Estimation Methodology Using Database Layer in Construction Projects, The 25th
International Symposium on Automation and Robotics in Construction.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
Manajemen Resiko
06
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Pada bab ini menjelaskan tentang Mahasiswa memiliki kemampuan
bagaimana mengelola sebuah resiko untuk menganalisis dan mengelola
di dalam proyek perangkat lunak sebuah resiko di dalam proyek
perangkat lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
1. Manajemen Resiko
1. Pendahuluan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Resiko dari sebuah aktifitas yang sedang berlangsung sebagian bergantung
pada siapa yang mengerjakan atau siapa yang mengelola aktifitas tersebut. Evaluasi
resiko dan alokasi staf dan sumber daya lainnya erat kaitannya.
Resiko dalam perangkat lunak memiliki dua karakteristik:
• Uncertainty : tidak ada resiko yang 100% pasti muncul.
• Loss : resiko berimbas pada kehilangan.
Dan resiko memiliki kategori:
1) Resiko Proyek
Resiko proyek mengancam rencana proyek. Bila resiko proyek menjadi
kenyataan maka ada kemungkinan jadwal proyek akan mengalami slip dan
biaya menjadi bertambah. Resiko proyek mengidenifikasi :
- Biaya - Sumber daya
- Jadwal - Pelanggan
- Personil (staffing & organisasi) - Masalah persyaratan
2) Resiko Teknikal
Resiko teknis mengancam kualitas & ketepatan waktu PL yang akan
dihasilkan. Bila resiko teknis menjadi kenyataan maka implementasinya
menjadi sangat sulit atau tidak mungkin. Resiko teknis mengidentifikasi :
- Desain potensial - Ambiquitas
- Implementasi - Spesifikasi
- Interfacing - Ketidakpastian teknik
- Verivikasi - Keusangan teknik
- Masalah pemeliharaan - Teknologi yang leading edge
3) Resiko Bisnis
Resiko bisnis mengancam viabilitas PL yang akan dibangun. Resiko bisnis
membahayakan proyek atau produk. 5 resiko bisnis utama :
a) Pembangunan produk atau sistem yang baik sebenarnya tidak pernah
diinginkan oleh setiap orang (resiko pasar)
b) Pembangunan sebuah produk yangg tidak sesuai dengan
keseluruhan strategi bisnis bagi perusahaan (resiko strategi)
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
c) Pembangunan sebuah produk dimana sebuah bagian pemasaran
tidak tahu bagaimana harus menjualnya.
d) Kehilangan dukungan manajemen senior sehubungan dengan
perubahan pada fokus atau perubahan pada manusia (resiko
manajemen)
e) Kehilangan hal-hal yang berhubungan dengan biaya atau komitmen
personal (resiko biaya).
4) Resiko yang sudah diketahui
adalah resiko yang dapat diungkap setelah dilakukan evaluasi secara hati-
hati terhadap rencana proyek, bisnis, dan lingkungan teknik dimana proyek
sedang dikembangkan, dan sumber informasi reliable lainnya.
seperti :
- Tanggal penyampaian yang tidak realitas
- Kurangnya persyaratan yang terdokumentasi - kurangnya ruang lingkup PL
- Lingkungan pengembangan yang buruk
5) Resiko yang dapat diramalkan
Merupakan diekstrapolasi dari pengalaman proyek sebelumnya.
Misalnya :
- Pergantian staf
- Komunikasi yang buruk dengan para pelanggan
- Mengurangi usaha staff bila permintaan pemeliharaan sedang berlangsung
dilayani
6) Resiko yang tidak diharapkan
Resiko ini dapat benar-benar terjadi, tetapi sangat sulit untuk diidentifikasi
sebelumnya.
Strategi reaktif memonitor proyek terhadap kemungkinan resiko. Sumber2
daya dikesampingkan, padahal seharusnya sumber2 daya menjadi masalah yang
sebenarnya / penting.
Strategi proaktif dimulai sebelum kerja teknis diawali. Resiko potensial
diidentifikasi, probabilitas & pengaruh proyek diperkirakan, dan diprioritaskan menurut
kepentingan, kemudian membangun suatu rencana untuk manajemen resiko. Sasaran
utama adalah menghindari resiko
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
2. Masalah-masalah Proses
3. Masalah-masalah Teknis
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
• Apakah PL yang akan dibangun ber-interace dengan produk PL
yang dipasok oleh vendor yang belum terbukti?
• Apakah PL yang akan dibangun ber-interface dengan suatu sistem
database yang fungsi kinerjanya belum dibuktikan di dalam area
aplikasi ini?
• Apakan diperlukan interface pemakai khusus oleh persyaratan produk?
• Apakah persyaratan untuk produk memerlukan kreasi komponen
program yang tidak sama dengan yang dikembangkan terakhir oleh
organisasi anda?
• Apakah persyaratan memerlukan pemakaian analisis, desain atau
metode pengujian baru?
• Apakah persyaratan memerlukan metode pengembangan PL tidak
konvensional, seperti metode formal, pendekatan Al-based dan
jaringan syaraf buatan?
• Apakah persyaratan meletakkan batasan kinerja yang eksesif pada
produk tersebut?
• Apakah pelanggan tidak yakin pada fungsionalitas yang diminta
dapat ’dilakukan’?
Resiko yang berhubungan dengan keberadaan dan kualitas peranti yang akan
digunakan untuk membangun produk. Lingkungan proses PL mendukung tim proyek,
proses dan produk. Lingkungan yang salah dapat menjadi sumber resiko yang penting.
Checklist item resiko yang berhubungan dengan lingkungan pengembangan :
• Apakah peranti manajemen proyek dapat diperoleh?
• Apakah peranti untuk analisis dan desain dapat diperoleh?
• Apakah peranti analisis dan desain penyampaian metode sesuai
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
bagi produk yang akan dibangun?
• Apakah kompiler atau generasi kode dapat diperoleh dan sesuai
untuk produk yang akan dibangun?
• Apakah peranti pengujian dapat diperoleh dan sesuai untuk produk
yang akan dibangun?
• Apakah peranti manajemen konfigurasi PL dapat diperoleh?
• Apakah lingkungan menggunakan suatu database atau tempat
penyimpanan?
• Apakah semua peranti PL dapat diintegrasikan satu dengan lainnya?
• Sudahkah anggota tim proyek menerima pelatihan dengan masing-
masing peranti?
• Apakah ada pakar lokal untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
mengenai peranti tersebut?
• Apakah bantuan dan dokumentasi on-line bagi peranti memadai?
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Dua cara melakukan proyeksi risiko:
• Probabilitas di mana risiko adalah nyata
• Konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko
Aktifitas analisis risiko mempunyai titik tunggal yang memiliki tujuan untuk
membantu tim proyek dalam mengembangkan strategi yang berkaitan dengan risiko.
Strategi yang efektif harus:
1. Menghindari risiko
2. Memonitoring risiko
3. Manajemen risiko dan perencanaan kemungkinan
Langkah-langkah untuk mengurangi turnover staf adalah
1. Temui staf yang ada, untuk menentukan penyebab keluar
2. Bertindaklah untuk mengurangi penyebab-penyebab yang ada di bawah
kontrol manajemen sebelum proyek dimulai
3. Bila proyek dimulai asumsikan turnover akan terjadi dan kembangkan teknik-
teknik untuk memastikan kontiunitas pada saat orang keluar
4. Kumpulkan tim proyek sehingga informasi mengenai masing-masing aktivitas
pengembangan dapat disebarluaskan
5. Tentukan standar dokumentasi dan buat mekanisme untuk memastikan bahwa
dokumen dikembangkan tepat waktu
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
6. Lakukan kajian antar teman terhadap semua pekerjaan tersebut sehingga lebih
dari satu orang yang terbiasa dengan pekerjaan itu
7. Tentukan backup anggota staf untuk setiap teknologi kritis
I. Referensi:
1. Presman, Rouger S, Software Enigineering, 4th Edition, Mc. Graw Hill,1997.
2. Sommerville,Ian, Software Engineering, 7th Edition, Addison Wesley, 2004.
3. Kendall & Kendall, Systems Analysis and Design, 6th Edition, Prentice Hall,
2006.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
07
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Modul ini berisi materi tentang Pada akhir pertemuan ini,
penaksiran proyek, elemen- diharapkan mahasiswa memahami
elemen dasar proyek, aspek elemen-elemen dasar proyek, cara
awal, dan proposal awal dan melakukan penaksiran proyek,
pendekatan dalam penaksiran dan membuat proposal
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
1. Perencanaan, Penaksiran, dan Pengaturan Sumber
Daya Proyek
1. Penaksiran Proyek
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
A. Kompleksitas Proyek
B. Ukuran Proyek
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
merupakan akumulasi dari biaya yang harus dibayarkan kepada setiap anggota tim
berdasarkan keterlibatannya.
Langkah-langkah Pendetilan
Untuk menghasilkan harga yang lebih teliti, langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Dekomposisi masalah
2. Definisikan secara detil task-task yang mesti ada pada setiap sub masalah
3. Definisikan anggota tim yang akan ditugaskan pada setiap task
4. Perkirakan waktu yang dibutuhkan oleh setiap anggota tim tersebut untuk
menyelesaikan suatu task
5. Tentukan tarif setiap anggota tim dalam pengerjaan proyek
6. Buat taksiran biaya lain-lain yang muncul, misalnya biaya akomodasi, biaya
atk, biaya peralatan, dan pembelian tools.
3. Aspek Teknis
Pengkajian aspek teknis dilakukan sejajar dengan aspek-aspek lain setelah
penelitian pemasaran menunjukkan adanya faedah untuk melanjutkan studi kelayakan.
Maksud dan tujuan pengkajian aspek teknis adalah sebagai berikut:
• Pada tahap awal bertujuan untuk merumuskan gagasan yang timbul ke dalam
batasan yang konkret dari segi teknis.
• Hasil pengkajian aspek teknis dipakai sebagai masukan pengkajian aspek-
aspek lain.
• Akhirnya lingkungan aspek teknis sampai kepada kegiatan desain
engineering terinci, menghasilkan cetak biru (blue print) proyek yang
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
• Waktu terbatas
• Sumber daya terbatas
Estimasi dalam proyek perangkat lunak memiliki ketidak pastian yang
cukup tinggi. Sehinga selagi proyek berjalan, estimasi mesti selalu disesuaikan
dan diperbaharui. Lebih khas lagi, estimasi biasanya membentuk suatu skenario
kasus terburuk dan kasus terbaik.
Proses perencanaan dapat dicapai melalui suatu proses penemuan
informasi yang menunjuk ke estimasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Tugas-tugas yang mesti ditangani oleh seorang perencana proyek sistem
perangkat lunak adalah:
• Mendefinisikan ruang lingkup system
• Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam pelaksanaan proyek
• Mengestimasi sumber daya yang diperlukan
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup merupakan pendeskripsi teknis proyek dalam suatu
statement yang dapat dimengerti pada tingkat manajemen dan teknis. Ruang
lingkup perangkat lunak menggambarkan:
• Fungsi
• Kinerja,
• Batasan
• Interface
• Keandalan
Fungsi-fungsi yang digambarkan dalam statement ruang lingkup
dievaluasi, untuk mendapatkan suatu model yang detil maka fungsi-fungsi
proses tersebut akan didekomposisi menjadi sub-sub fungsi yang pada akhirnya
akan memudahkan dalam estimasi jadwal dan biaya yang diorientasikan secara
fungsional.
Contoh :
Sebuah sistem perangkat lunak admisnitrasi akademik, akan menghasilkan
fungsi-fungsi sebagai berikut:
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
• Preparasi data mahasiswa
• Preparasi data kurikulum
• Pengisian KRS
• Menentukan kelas
• Mengoptimalkan jadwal
• Mengisi nilai
3. Kebutuhan
Yang dimaksudkan sebagai kebutuhan dalam hal ini adalah segala
sesuatu yang diperlukan untuk mendukung proyek perangkat lunak. Kebutuhan
dapat dikelompokkan atas:
1. Literatur
2. Pelatihan khusus sumber daya
3. Fasilitas lain-lain
Dalam perencanaan proyek perangkat lunak, harus teridentifikasi dari
awal kebutuhankebutuhan yang diperlukan sehingga proyek dapat berjalan
sesuai dengan yang direncanakan.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
4. Sumber Daya
Tugas selanjutnya seorang perencana proyek perangkat lunak adalah
mengestimasi kebutuhan sumber daya untuk pengembangan perangkat lunak,
yaitu:
1. Perangkat keras
2. Perangkat lunak (utilitas)
3. Lingkungan
4. Manusia
5. Estimasi Proyek
Estimasi proyek perangkat lunak meliputi:
1. Estimasi biaya
2. Estimasi waktu
Berikut adalah model sederhana penaksiran proyek:
No Dekomposisi Kualifikasi Rate Man Scheduling Waktu Biaya
Konsultan Days Nyata
1. Sub Masalah 1
1.1. Task 1
1.1.1 Sub task 1
1.1.1.1. Sub sub task 1 Proyek Manajer $ 100 5 $ 500
1.1.1.2. Sub sub task 2 Sistem Analis 1 $ 80 12 $ 960
1.1.1.3. Sub sub task 3 Programmer 1 $ 60 6 $ 360
1.1.2. Sub task 2
Sub sub task 1 Sistem Analis 1 $ 80 20 $ 1.600
Sub sub task 2 Sistem Analis 2 $ 80 20 $ 1.600
dst
Total $ xxxxxx
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
Pada umumnya perusahan memiliki batasan jumlah dana yang akan
diinvestasikan pada suatu proyek. Hal ini berarti tidak semua proyek yang
diajukan akan dijalankan. Beberapa proyek memiliki prioritas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, proyek yang terkait dengan
pemerintahan akan memiliki prioritas yang lebih tinggi dibadingkan dengan
proyek-proyek yang lain.
Pemilihan proyek dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:
• Constrained optimization
• Benefit Comparison Methods
Umumnya organisasi menggunakan pendekatan ini. Benefit comparison
methods menggunakan accessible formulas, model perbandingan, and sistem
untuk menentukan proyek yang akan dikerjakan.
I. Referensi:
1. Software Engineering, Roger S. Pressman,McGrawHill 1997.
2. Management Information System, Raymond McLeod, Prentice Hall 2000.
3. Software Project Management for Dummies, Teresa Luckey, Joseph Phillips,
Wiley Publishing Inc., 2006.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Tim Dosen http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
09
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Modul ini berisi materi tentang Pada akhir pertemuan ini,
bagaimana penerapan critical diharapkan mahasiswa memahami
success factor pada sebuah penerapan critical success factor
manajemen proyek perangkat pada sebuah manajemen proyek
lunak perangkat lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Critical Success Factor
1. Pengertian Critical Success Factor
Critical Success Factor (CSF) adalah istilah untuk suatu elemen yang
diperlukan untuk suatu organisasi atau proyek untuk mencapai misinya. Ini adalah
faktor kritis atau aktivitas yang diperlukan untuk menjamin keberhasilan sebuah
perusahaan atau organisasi. Critical Success factor menurut Maciariello & Kirby
(1991:78) [14] adalah sebagai berikut:.
" The Importance of Identifying those relatively few variables that are crucial to
the attainment of strategy, goals, objectives then is ultimately derived from limited
information processing ability of the manager. We call these crucial variables Critical
variable or Critical Success factor". Selain ini Critical Success Factors disimpulkan juga
sebagai: "Critical Success Factors are thosevariables that are at least partially out of the
control of management to those values the strategy, goals,and objectives organization
are most sensitif".
Konsep "faktor keberhasilan" dikembangkan oleh D. Ronald Daniel dari
McKinsey & Company pada tahun 1961 Proses ini disempurnakan oleh John F. Rockart
pada tahun 1981. Pada 1995, James A. Johnson dan Michael Friesen diterapkan untuk
pengaturan berbagai sektor, termasuk Engineering.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
3. Kriteria Critical Success Factor
Sukses adalah suatu kata yang umum dan luas sehingga sulit untuk
mendefinisikannya dan mendapatkan kesepakatan ketika ditanyakan kepada individu
yang berbeda. Pernyataan tersebut diutarakan karena usaha mendefinisikan sukses
adalah seperti mendapatkan konsensus dan sekelompok orang akan definisi "seni yang
indah'. Begitu juga pada proyek, 'criteria kesuksesan proyek tidaklah sama setiap
proyek, karena target masing-masing proyek berbeda-beda. Pendefinisian kesuksesan
Proyek secara umum adalah penyelesaian proyek tanpa melewati batasan waktu, biaya,
dan kinerja. Akan tetapi saat ini,definsi kesuksesan proyek sudah berubah menjadi
penyelesaian pekerjaan:
• Dalam periode waktu yang sudah dialokasikan
• Dalam biaya yang sudah direncanakan
• Pada tingkat kinerja dan spesifikasi yang memadai
• Diterima oleh customer / user
• Bila nama pelanggan bisa digunakan sebagai referensi
• Dengan perubahan scope yang minimum dan disepakati
• Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama dari organisasi
• Tanpa mengganggu budaya perusahaan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Sejalan dengan pendapat Atkinson diatas, penelitian lain oleh Shenhar et al.
(2001) [21], mengidentifikasi 4 dimensi kesuksesan yaitu:
• Efisiensi proyek
• Pengaruh pada pelanggan
• Kesuksesan bisnis secara langsung dan organisasional
• Mempersiapkan masa depan
Sedangkan Shatz (2006) [22] memaparkan tools yang dinamakan "slider" dalam
determinasi kesuksesan proyek, yaitu:
• Slider 1 : Level kepuasan Stakeholder
• Slider 2 : Sesuai dengan tujuan dan persyaratan
• Slider 3 : Sesuai Budget
• Slider 4 : Sesuai Deadline
• Slider 5 : Pesyaratan Added – Value
• Slider 6 : Persyaratan Kualitas
• Slider 7 : Kepuasan Tim
Songer dan Molenaar (1997) [23], menjabarkan 'criteria sukses dan suatu proyek
beserta definisinya seperti tercantum dalam tabel dibawah ini
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
meminimalisasi proses konstruksi terjadi perselisihan
ketidakpuasan konstruksi dengan staff manajemen proyek owner
.
Pada penelitian Thomas, Tucker, dan Kelly (1998) [24], mengutip dari
penelitian oleh Ashley et al. (1987) [25], menyatakan bahwa kesuksesan diukur oleh
biaya, jadwal, kualitas, keamanan, dan kepuasan partsipan. Akan tetapi walapun
mudah untuk diukur, tetapi pada aspek kepuasan dan kualitas dinilai cuk up subjektif.
Kemudian pada penelitian lebih lanjut oleh Thamhain (1992) [26], menyatakan bahwa
lebih dari 60% manajer Engineering yang disurvey setuju bahwa 3 karakteristik yang
paling banyak digunakan dalam penilaian kesuksesan proyek mencakup:
• Kesuksesan proyek secara teknis
• Kinerja tepat waktu
• Kinerja on-budget
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Pinto & Belassi Coole-
Pimo Kerzner & Wateridge Belout Clarke Daview Muller
Success Factors from the Slevin
1996 1987 1989 Tukel 1995 1998 1999 2002 2005
Literature
1996
Commitment to planning & control X X X X X
Project mission / common goal /
direction X X X X
top management support X X X
client consultation / acceptance X X X
monitor performance and feedback X X X X
personnel / teamwork X X X X X X X
Technical task ability X X X
Trouble shooting / risk management X X X
Project Ownership X X
Urgency of Project X X
Duration and size of Project X X X
Remarks : X Success factor(s) that is determined by the researcher either on a conceptual or empirical basis
50 Top management support and continual " Pinto and Kharbanda, 1995
what if " approach
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
banyak berkembang dan pengembangan teoritis telah mengarah pada prinsip-
prinsip organisasi dan tingkah laku (behaviour).
Naoum, Fong, dan Walker (2004) [38], dalam penelitiannya dalam
mengidentifikasi CSF yang berkontribusi pada keberhasilan suatu manajemen
proyek, menemukan bahwa terdapat 10 CSF, yaitu:
1. Pembentukan tujuan proyek dan 'criteria klien
2. Tingkat partisipasi tim proyek dalam decision making
3. Kejelasan scope dan definisi pekerjaan
4. Karakteristik manajer proyek
5. Organisasi klien
6. Kerjasama tim proyek
7. Teknik perencanaan dan programming
8. Proses seleksi dalam pembentukan tim
9. Kewenangan dan pengaruh manajer proyek
10. Estimasi biaya proyek
Penelitian atas CSF memiliki manfaat yang sangat signifikan terutama dalam
bidang konstruksi dan Manajemen Proyek, diantaranya adalah (Permono, 2010):
1. Untuk meminimalisir variasi yang banyak sepanjang implementasi proyek.
2. Untuk mengantisipasi efek-efek yang mungkin terjadi, kemudian memilih
metode y ang dapat diterapkan untuk mengatasinya
3. Dapat memprediksi kesuksesan proyek, yang disertai dengan
tindakan¬tindakan: menolak proyek yang berpotesi tidak sukses,
mengidentifkasi proyek yang layak untuk dikerjakan, mengidentifikasi
masalah pada proyek yang sedang berjalan dan mengambil tindakan
koreksi
4. Lebih memungkinkan pencapaian kepuasan client, mempertahankan
reputasi, dan mendapatkan kontrak tambahan dalam kompetisi yang terus
meningkat
I. Referensi:
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Maciariello, J. A., & Kirby, C. J. (1994). Management Control Systems: Using
Adaptive Systems to Attain Control. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
2. Johnson, James A. and Michael Friesen (1995). The Success Paradigm:
Creating Organizational Effectiveness Through Quality and Strategy New York:
Quorum Book.
3. Judgev, K. & Muller, R. 2005, "A Retrospective Look at Our Evolving
Understanding of Project Success", Project Management Journal.
4. Kerzner, 2001, Strategic planning for project management using a project
management maturity model, Wiley & Sons, New York, page 158.
5. Judgev, K. & Muller, R. 2005, "A Retrospective Look at Our Evolving
Understanding of Project Success", Project Management Journal.
6. Shenhar, Aaron J, and R. Max Wideman (2002) Matcing project
Management Style with project type for optimum success PM Forum website
7. Songer, A.D. dan Molenaar, K.R. (1997), Project Characteristics for
Successful Public-sector Design-Build, J. Constr. Eng. Manage.
8. Ashley, D.B., Lurie, C.S. dan Jaselskis, E.J. (1987), Determinants of
Construction Projects Success, Proj. Mgmt. J., 18(2), 69-77
9. Thamhain (2004) Team Leadership effectiveness in technology based
project environment. Project environment journal.
10. Rockart, John F. 1986 "A Primer on Critical Success Factors" published in
The Rise of Managerial Computing: The Best of the Center for Information
Systems Research, edited with Christine V. Bullen. (Homewood, IL: Dow
Jones-Irwin), 1981, OR, McGraw-Hill School Education Group.
11. Boynlon, A.C., and Zmud, R.W. 1984. "An Assessment of Critical Success
Factors," Sloan Management Review (25:4), pp. 17-27.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
10
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Jaminan kualitas perangkat lunak Mahasiswa mengenal, memahami
adalah aktivitas pelindung yang dan mampu menjamin kualitas
diaplikasikan pada seluruh proses perangkat lunak yang dihasilkan.
perangkat lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Pengantar
1. Pendahuluan
2. Kontrol kualitas
3. Kontrol kualitas
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
manajemen untuk menginformasikan masalah kualitas produk, sehingga dapat
memberikan kepastian & konfidensi bahwa kulitas produk dapat memenuhi sasaran.
4. Biaya kualitas
b) Penilaian
Biaya penilaian meliputi:
1) Inspeksi in-proses dan interproses
2) Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan
3) Pengujian
c) Kegagalan
Biaya kegagalan adalah biaya yang akan hilang bila tidak ada cacat yang
muncul sebelum produk disampaikan kepada pelanggan.
1) Biaya kegagalan internal
Biaya yang diadakan bila kita mendeteksi suatu kesalahan dalam produk
sebelum produk dipasarkan. Biaya kegagalan internal meliputi:
• Pengerjaan kembali
• Perbaikan
• Analisis mode kegagalan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
2) Biaya kegagalan eksternal
Biaya yang berhubungan dengan cacat yang ditemukan setelah
produk disampaikan kepada pelanggan. Biaya kegagalan eksternal
meliputi:
• Resolusi keluhan
• Penggantian dan pengembalian produk
• Dukungan help line
• Kerja jaminan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Kualitas perangkat lunak didefinisikan sebagai konformansi terhadap kebutuhan
fungsional dan kinerja yang dinyatakan secara eksplisit, standar perkembangan
yang didokumentasikan secara eksplisit, dan karakteristik implisit yang diharapkan
bagi semua perangkat lunak dikembangkan secara profesional.
Definisi tersebut berfungsi untuk menekankan tiga hal penting, yaitu:
1. Kebutuhan perangkat lunak merupakan fondasi yang melaluinya kualitas
diukur.
2. Standar yang telah ditentukan menetapkan serangkaian kriteria
pengembangan yang menuntun cara perangkat lunak direkayasa.
3. Ada serangkaian kebutuhan implisit yang sering dicantumkan (misalnya
kebutuhan akan kemampuan pemeliharaan yang baik).
6. Aktivitas SQA
Jaminan kualitas perangkat lunak terdiri dari berbagai tugas yang berhubungan
dengan dua konstituen yang berbeda:
• Perekayasa perangkat lunak yang mengerjakan kerja teknis.
• Kelompok SQA yang bertanggung jawab terhadap perencanaan jaminan kualitas,
kesalahan, penyimpanan rekaman, analisis, dan pelaporan.
Tugas kelompok SQA adalah membantu tim rekayasa perangkat lunak dalam
pencapaian produk akhir yang berkualitas tinggi.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Aktivitas yang dilakukan (atau difasilitasi) oleh kelompok SQA yang
independen:
1. Menyiapkan rencana SQA untuk suatu proyek. Rencana tersebut
mengindentifikasikan hal-hal berikut:
• Evaluasi yang dilakukan
• Audit dan kajian yang dilakukan
• Standar yang dapat diaplikasikan pada proyek
• Prosedur untuk pelaporan & penelusuran kesalahan
• Dokumen yang dihsilkan oleh kelompok SQA
• Jumlah umpan balik yang diberikan pada tim proyek perangkat lunak
Kajian perangkat lunak merupakan salah satu aktivitas SQA yang terpenting.
Kajian perangkat lunak adalah suatu filter bagi proses rekayasa perangkat lunak, yaitu
kajian yg diterapkan pd berbagai titik selama pengembangan PL & berfungsi untuk mencari
kesalahan yg kemudian akan dihilangkan. Kajian perangkat lunak berfungsi untuk
“memurnikan” produk kerja perangkat lunak yang terjadi sebagai hasil dari analisis, desain,
dan pengkodean.
9. Pertemuan Kajian
Tanpa memperhatikan format FTR yang dipilih, setiap pertemuan kajian harus
mematuhi batasan-batasan berikut ini:
• Antara 3 & 5 orang (khususnya) harus dilibatkan dalam kajian.
• Persiapan awal harus dilakukan, tetapi waktu yang dibutuhkan harus
tidak lebih dari 2 jam dari kerja bagi setiap orang.
• Durasi pertemuan kajian harus kurang dari 2 jam.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
10. Kajian Teknik Formal
Selama FTR, seorang pengkaji (pencatat) secara aktif mencatat semua masalah
yang sudah dimunculkan, yang kemudian dirangkum pada akhir pertemuan sehingga
dihasilkan daftar masalah kajian. Sebagai tambahan, laporan rangkuman kajian yang
sederhana telah diselesaikan di mana rangkuman kajian merupakan jawaban dari tiga
pertanyaan berikut:
1. Apa yang dikaji?
2. Siapa yang melakukan?
3. Penemuan apa yang dihasilkan dan apa kesimpulannya?
Kualitas perangat lunak merupakan tugas setiap orang & kualitas dapat dicapai
melalui analisis, desain, pengkodean, dan pengujian yang baik serta aplikasi standar
pengembangan perangkat lunak yang diterima.
Pada lebuh dari dua dekade, segmen komunitas rekayasa perangkat lunak yang kecil
tetapi vokal telah memperlihatkan bahwa dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih formal
terhadap jaminan kualitas perangkat lunak. Pembuktian matematis terhadap kebenarannya
dapat diaplikasikan untuk menunjukkan bahwa program menyesuaikan diri secara tepat
dengan spesifikasinya.
I. Referensi:
1. Presman, Rouger S, Software Enigineering, 4th Edition, Mc. Graw Hill,1997
2. Sommerville,Ian, Software Engineering, 7th Edition, Addison Wesley, 2004
3. Kendall & Kendall, Systems Analysis and Design, 6th Edition, Prentice Hall,2006
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
Negosiasi
11
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Negosiasi merupakan salah satu Mahasiswa mengenal, memahami
faktor yang penting di dalam sebuah dan memiliki kemampuan
proyek perangkat lunak bernegosiasi didalam sebuah aktivitas
proyek perangkat lunak.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Pengantar
1. Pendahuluan
Negosiasi tidak hanya digunakan di dalam bisnis yang bertujuan untuk meraih laba,
namun juga sangat bermanfaat di dalam menjalankan dan mencapai tujuan proyek Teknologi
Informasi. Teknik negosiasi yang dapat digunakan di dalam proyek TI pada prinsipnya sama
dengan teknik negosiasi di dalam bisnis, politik, hukum, social, dan lain-lain Seperti halnya di
dalam bisnis, negosiasi selalu mengarah kepada keberhasilan suatu tujuan.
Di dalam bernegosiasi prinsip dasar yang harus sama-sama disadari adalah adanya
prinsip member dan menerima. Namun seberapa besar porsi member dan porsi menerima
tergantung kepada kemampuan bernegosiasi. Semakin tinggi kemampuan seseorang
bernegosiasi, semakin banyak akan menerima keuntungan dari proses negosiasi. Demikian juga
sebaliknya, semakin rendah kempuan seseorang bernegosiasi, semakin kecil keuntungan dari
proses negosiasi dan bahkan mungkin bisa menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, di dalam menjalankan suatu proyek TI, seorang Project Manager atau
Project Lead TI harus dapat menjadi negosiator yang ulung, yang dapat mengetahui secara pasti
kapan harus memberi atau menerima. Seorang negosiator yang ulung haruslah memiliki daya
peka / kepekaan yang tinggi terhadap situasi dan suasana di dalam proses negosiasi. Daya peka
tersebut dapat digunakan oleh seorang negosiator ulung menekan lawan negosiasinya.
Kemampuan negosiasi tidak hanya digunakan untuk menekan lawan negosiasi, tetapi
juga membela diri pada saat tertekan. Teknik bernegosiasi bukanlah teknik pandai berbicara,
namun lebih kepada teknik berbicara pada saat dan situasi yang tepat. Negosiasi adalah seni,
yang dapat dipelajari dan bersifat unik karena selain dapat menguntungkan atau merugikan pihak
lawan, dapat juga sebagai proses kerja sama / kolaborasi dua pihak yang berbeda kepentingan
dengan tujuan akhir hasil yang terbaik bagi kedua belah pihak.
2. Teori Negosiasi
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Pengenalan Pengertian Negosiasi (The Nature of Negotiation)
Negosiasi dapat terjadi setiap saat, antar teman, antar keluarga, antar
rekan bisnis, antar pengacara, antar penegak hukum, antar Negara dan lain
sebagainya. Negosiasi bukanlah suatu proses timbal balik, namun merupakan
kemampuan diplomasi, kemampuan penjualan yang unggul, kemampuan daya
juang yang tinggi yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya
negosiasi digunakan di dalam situasi yang penting seperti negosiasi pekerjaan
baru ataupun situasi yang sangat sederhana seperti tugas mencuci piring.
Namun demikian struktur dan proses negosiasi tetaplah sama pada level individu
maupun organisasi.
Adapun karakteristik dari negosiasi antara lain:
1. Terdapat dua atau lebih pihak yang terlibat di dalam proses negosiasi.
2. Terdapat perbedaan kepentingan ( conflict ) antara dua atau lebih
pihak yang terlibat di dalam proses negosiasi.
3. Negosiasi dilakukan oleh pihak yang berkepentingan karena mereka
berpikir bahwa mereka dapat menggunakan pengaruhnya untuk
mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dengan cara bernegosiasi
dibandingkan dengan begitu saja mengalah terhadap lawan negosiasi.
4. Pihak – pihak yang bernegosiasi akan lebih suka melakukan
kesepakatan dibandingkan harus berseteru secara terbuka, menyerah
begitu saja, memutuskan komunikasi atau memeruskan perselisihan
ketingkat yang lebih tinggi.
5. Negosiasi adalah proses memberi dan menerima.
6. Negosiasi yang sukses akan mempengaruhi manajemen secara
intangibles dan tangibles.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Perbedaan kepentingan di dalam diri seseorang (Intra personal or intra psychic
conflict)
2. Perbedaan kepentingan antar seseorang (Inter Personal Conflict)
3. Perbedaan kepentingan di dalam kelompok (Intra Group Conflict)
4. Perbedaan kepentingan antar kelompok (Inter Group Conflict)
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Kerangka yang berhubungan dengan suatu keputusan yang sederhana (Frames as
cognitive heuristics – simple decision rules)
2. Kerangka yang berhubungan dengan pengalaman, latar belakang dan
pengetahuan training yang berbeda-beda (Frames as categories of experience)
3. Kerangka yang berhubungan dengan pilihan dan prioritas (Frames as issue
development )
Aspek yang terkait dengan tujuan, yang berpengaruh secara tidak langsung
terhadap tujuan negosiasi yaitu:
1. Untuk tujuan yang sederhana, kejadian di masa lalu tidak berpengaruh terhadap
negosiasi. Misalnya : proses jual beli mobil, mengabaikan siapa pemilik
sebelumnya.
2. Untuk tujuan yang lebih kompleks, kejadian di masa lalu berpengaruh terhadap
negosiasi. Misalnya : proses pemutusan kredit, haruslah mempertimbangkan
kredibilitas nasabah di masa yang lalu.
Kunci sukses negosiasi bukanlah bagaimanana proses negosiasi itu sendiri yang
dapat dianggap permainan ataupun sandiwara, namun perencanaan yang handal
sebelum dilakukannya negosiasi.
Kelemahan di dalam melakukan perencanaan sebelum melakukan negosiasi
adalah keterbatasan waktu untuk membuat rencana, antara lain:
1. Negotiator gagal menyusun tujuan yang jelas
2. Negotiator tidak dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya untuk
mendukung posisinya terhadap argument pihak lawan
3. Negotiator tidak cukup cepat dan pandai untuk memberi dan menerima hasil
negosiasi yang dapat membuat situasi down, dimana pihak lawan menyerang
dengan cara-cara yang mungkin saja bisa bertentangan dengan ketentuan, tidak
mempuyai dasar yang kuat ataupun tidak efektif.
Untuk lebih memahami struktur dasar dari situasi kompetisi dan tawar menawar
serta strategi dan taktik tawar menawar, kita harus memahami terlebih dahulu
bagaimana proses tawar menawar dimulai. Tawar menawar dimulai dari menetapkan
hal-hal yang menjadi pembuka, sasaran dan perlawanan di dalam proses negosiasi. Kita
akan dengan mudah mengetahui hal-hal yang menjadi pembuka dan sasaran pihak
lawan, namun kita akan mengalami kesulitan untuk mengetahui strategi perlawanan
pihak lawan, karena pada umumnya disembunyikan oleh lawan. Mengetahui strategi
perlawanan pihak lawan adalah kunci utama kesuksesan di dalam proses tawar
menawar.
Perbedaan antara strategi perlawanan yang kita miliki dengan strategi
perlawanan pihak lawan akan menentukan sukses tidaknya proses negosiasi. Jika
perbedaan tersebut bernilai positif maka akan terjadi proses negosiasi. Jika perbedaan
tersebut bernilai negative makan tidak akan terjadi proses negosiasi. Di dalam proses
negosiasi umumnya isu yang dibahas lebih dari satu, sehingga di dalam proses tawar
menawar akan terdapat lebih dari satu hal-hal yang menjadi pembuka, sasaran dan
perlawanan dari pihak lawan. Proses tawar menawar secara gabungan akan
menghasilkan sekumpulan isu yang sama, hubungan timbal balik dan menghasilkan
perilaku konsesi yang saling menguntungkan. Proses tawar menawar pada dasarnya
adalah suatu situasi konflik, dimana pihak-pihak yang saling berlawanan ingin
mendapatkan keuntungan,dengan cara menyembunyikan informasi, mencoba untuk
mengalihkan atau menggunakan aksi-aksi manipulasi.
Semua taktik ini akan dengan mudah menghasilkan interaksi dari diskusi yang
tenang menjadi diskusi yang panas. Negosiasi merupakan jalan keluar untuk
menyelesaikan suatu konflik dengan cara memaksa untuk menghasilkan suatu
kesepakatan tanpa menimbulkan perkelahian. Oleh karenanya, untuk menghasilkan
negosiasi yang sukses, kedua belah pihak yang bernegosiasi haruslah merasa hasil
negosiasi merupakan hasil yang terbaik, yang dapat dihasilkan nilainya dapat diterima
dan didukung. Bagaimanapun juga negosiasi adalah suatu proses yang dibutuhkan,
bukan hanya keahlian tetapi juga pengertian/ pemahaman dan perencanaan yang baik.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
4. Strategi dan Taktik Negosiasi Terpadu
Terdapat dua kritikal proses terkait dengan upaya negotiator menjadikan proses
negosiasi menjadi berarti dan komunikasi berjalan yaitu persepsi ( perception ) dan
pengetahuan ( cognition ). Komunikasi seperti apa yang dibutuhkan di dalam proses
negosiasi ? Negosiasi bukanlah sekedar proses pertukaran pilihan solusi, namun lebih
luas dari itu, negosiasi mencakup sejumlah topik yang luas di dalam suatu lingkungan
dimana setiap pihak yang bernegosiasi berupaya untuk saling mempengaruhi satu sama
lain. Negosiasi juga dapat dilihat dari perspektif linguistic.
Apabila di lihat dari sudut pandang persepsi dan negosiasi itu sendiri serta
persepsi proses negosiasi terdapat 4 (empat) distorsi persepsi yaitu:
1. Stereotyping
2. Halo Effects,
3. Selective Perception
4. Projection
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Kerangka masalah (frame) mempengaruhi persepsi di dalam proses negosiasi.
Selain itu juga kerangka masalah dan isu-isu pengembangan akan berpengaruh kepada
persepsi negotiator selama proses negosiasi berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian,
diperoleh satu kesimpulan bahwa terdapat bias kognitif (cognitive bias) dari satu atau
lebih area permintaan keterangan didalam proses negosiasi. Terdapat 11 (sebelas)
perbedaan bias kognitif ( cognitive bias ) yaitu:
1. Irational escalation of commitment
2. Mithical fixed-pie beliefs
3. Anchoring and adjustment
4. Framing
5. Availability of information
6. The winner’s curse
7. Overconfidence
8. The law of small number
9. Self-serving biases
10. Ignoring of others’ cognitions
11. Reactive devaluation
Di dalam proses negosiasi perbedaan persepsi dan bias kognitif haruslah di jaga
agar tidak menjadi perbedaan yang signifikan. Cara meningkatkan komunikasi di dalam
proses negosiasi adalah dengan menggunakan teknik : the use of questions, listening
dan role reversal. Cara memperbaiki suasana hati dan emosi di dalam proses negosiasi
adalah dengan menggunakan teknik komunikasi, dengan menggunakan 2 (dua) model
komunikasi yaitu:
1. Cold communication, mencakup : penuh perhitungan (calculating), tenang (calm)
dan kontrol (control).
2. Warm communication, mencakup : suasana panas (hot), marah (angry),
bersemangat (passionate)
Ada 2 (dua) hal yang dapat dipelajari terkait dengan pengaruh negosiasi yaitu:
1. Pengaruh di dalam negosiasi dapat sangat sukar dipahami ataupun dilakukan
dalam sekejap.
2. Pihak-pihak yang bernegosiasi biasanya harus menghabiskan banyak waktu
untuk merancang cara untuk mendapatkan dukungan dan memposisikan mereka
di dalam proses negosiasi.
7. Etika Bernegosiasi
Etika bernegosiasi dapat menjadi suatu hal yang sangat kritis untuk memilih
strategi tertentu dan pilihan taktis di dalam proses negosiasi. Apabila pihak-pihak yang
bernegosiasi memilih untuk memilih taktik yang tidak etis, umumnya keputusan yang
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
diambil menggunakan pendekatan kekuasaan yang lebih besar. Adapun konsep etika
negosiasi adalah sebagai berikut:
1. Pada saat ada pihak yang terlibat negosiasi tidak setuju dengan proses
negosiasi, hal ini dapat menjadi proses negosiasi yang beretika atau tidak
beretika. Penelitian membuktikan bahwa terdapat lebih banyak konvergensi hasil
negosiasi dari pada sesuatu yang diharapkan
2. Keputusan untuk menggunakan taktik yang tidak jujur mugkin saja bisa dipahami
dengan membuat suatu model keputusan. Hal ini sangat jelas tergambar dimana
individu berbeda-beda dan variabel-variabel situasi yang dapat mempengaruhi
suatu keputusan
3. Pada saat memutuskan untuk menggunakan taktik yang tidak jujur, seorang
negotiator umumnya lebih banyak dipengaruhi oleh motivasi individu, ekspektasi
tentang apa yang akan dilakukan oleh negosiator lainnya dan hubungan antar
pihak yang bernegosiasi di kemudian hari
4. Pihak-Pihak yang melakukan proses negosiasi dengan cara yang tidak jujur,
sebaiknya mengevaluasi kembali penggunaan taktik ini untuk proses negosiasi di
kemudian hari. Karena meskipun jenis taktik ini bisa digunakan untuk jangka
waktu yang singkat, namun akan menjadi tidak efektif untuk jangka waktu yang
panjang
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
3. Menjaga agar isu tetap dalam koridor terkontrol sehingga tidak akan menjadi isu
yang bertambah atau lebih besar dan menjadi isu yang kelompok-kelompok kecil
4. Tentukan posisi komunalitas, cara-cara untuk mendefinisikan isu-isu untuk dapat
mencapai tujuan kedua belah pihak ( kerangka yang terintegrasi ) dan tujuan
lainnya yang akan menyatukan pihak-pihak yang bernegosiasi mencapai tujuan
bersama
5. Ciptakan suasana dimana setiap pihak yang bernegosiasi memilki pilihan yang
diinginkan sesuai yang diharapkan dan nyaman untuk pihak lawan dengan cara
mengemas usulan yang lebih baik
I. Referensi:
1. Astra Human resources Management. 2001. Jakarta, Astra International
2. Ivancevich, J.M., Konopaske, R and Matteson, MT., 2005, Organizational Behavior and
Management, New York, McGraw-Hill International Edition.
3. Hariwijaya. 2010. Strategi Lobi dan Negosiasi, Yogyakarta, Oriza.
4. Jimmy Joses Sembiring. Smart HRD. 2010. Jakarta, Visimedia.
5. Sutarto Wijono, 2010, Psikologi Industri & Organisasi, Jakarata, Kencana Prenada Media
Group.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
Kerjasama Tim
12
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Kerjasama tim dibutuhkan didalam Mahasiswa mengenal, memahami
pelaksanaan sebuah proyek dan memiliki kemampuan bekerja
perangkat lunak secara tim di dalam sebuah proyek
perangkat lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Pengantar
1. Pendahuluan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Burn (2004), yang menyatakan bahwa
efektifitas tim atau tim yang efektif merupakan tim kerja yang anggota-anggotanya saling
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dan memiliki sikap yang saling
mendukung dalam kerjasama tim.
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:
1. Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari
struktur organisasi formal.
2. Tim Vertikal
Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan
beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.
3. Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari
tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
5. Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja
dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk
menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya
diawasi oleh seorang annggota terpilih.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
6. Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan
yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk
mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat
berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan perancangan tim yang baik.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Pentingnya perancangan tim yang baik diuraikan Griffin (2004) dengan membagi ke
dalam 4 (empat) tahap perkembangan, yaitu:
1. Forming
Forming (pembentukan), adalah tahapan di mana para anggota setuju
untuk bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap
orang membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri. Konflik
sangat jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu, bahkan seringkali
ada anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih
pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).
2. Storming
Storming (merebut hati), adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di
dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan kemampuannya
dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai
tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi pertentangan karena masalah-
masalah pribadi, semua bersikeras dengan pendapat masing-masing.
Komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau
lagi menjadi pendengar.
3. Norming
Norming (pengaturan norma), adalah tahapan di mana individu-individu dan
subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja bersama
dan berjuang untuk menghindari team tersebut dari kehancuran (bubar). Karena
semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas
untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota tim.
4. Performing
Performing (melaksanakan), adalah tahapan merupakan titik kulminasi di mana
team sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat
bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim akan
terlihat dari prestasi yang ditunjukkan.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
4. Peranan Anggota Tim
Menurut Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire, 1996),
ada 9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
anggota tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta kelemahan yang ada di dalam tim,
yaitu:
1. Pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan
Setiap anggota tim harus memahami tujuan tim secara jelas dan memiliki
kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tim karena tujuan tim adalah
merupakan hasil dari tujuan bersama dimana tujuan tim pada akhirnya akan
mendorong terwujudnya kerjasama dalam tim sehingga kerjasama dalam tim
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
mampu untuk meningkatkan prestasi, produktivitas, dan menciptakan hubungan
kerja yang positif diantara sesama anggotanya.
7. Kohesi Tim
Dalam tim yang kohesif, setiap anggota merasa saling menyukai antara satu
sama lainnya dan merasa puas dengan keanggotaan tim mereka. Meskipun
kohesi tidak mengarah kepada efektifitas namun ia memiliki peranan yang
penting dalam mewujudkan tim yang efektif yaitu ketika ia dikombinasikan
dengan dimensi lain dari efektifitas tim maka sebuah tim yang memiliki
kohesivitas yang tinggi cenderung meningkatkan produktivitas.
9. Efektivitas interpersonal
Anggota tim harus mampu untuk berinteraksi dengan anggota tim lainnya secara
efektif sehingga membuat efektifitas interpersonal anggota tim menjadi
meningkat. Efektifitas interpersonal dapat diukur dengan menggabungkan
konsekuensi tindakan anggota kelompok dengan tujuan anggota tim. Kecocokan
antara tujuan anggota tim dan konsekuensi dari peningkatan perilaku mereka,
maka membuat interpersonal efektifitas anggota tim juga juga menjadi meningkat.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Richard Y. Chang & Mark J. Curtin (1998) menyatakan manfaat tim bagi individu dan tim
bagi organisasi, yaitu:
1. Manfaat tim bagi individu
1) Pekerjaan lebih bervariasi
2) Lebih banyak kebebasan untuk membuat dan menindaklanjuti keputusan
yang benar
3) Meningkatkan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru
Team (tim) atau TEAM, bukanlah sekedar kata, melainkan juga merupakan
akronim untuk suatu kebenaran yang dahsyat, yaitu Together Everyone Achieve More.
Konsep dari tim ini terbentuk dari kata yang sering kita dengar berulang kali, yaitu
sinergi. Kata sinergi ini berasal dari bahasa Yunani sunergos, ”sun” berarti bersama dan
”ergon” berarti bekerja. Sinergi berarti interaksi dari dua individu atau lebih atau
kekuatan yang memungkinkan kombinasi tenaga mereka melebihi jumlah tenaga
individu mereka.
Kerja tim adalah kemampuan untuk bekerja sama menuju satu visi yang sama,
kemampuan mengarahkan pencapaian individu ke arah sasaran organisasi. Itulah
rangsangan yang memungkinkan orang biasa mencapai hasil yang luar biasa. Dalam
kajian perilaku organisasi (organizational behavior), terdapat demonstrasi tentang
bagaimana kerjasama dapat menghasilkan suatu hal yang luar biasa. Beberapa orang
disuruh untuk membentuk beberapa tim yang beranggotakan lima orang, di mana setiap
orang belum memiliki kemampuan untuk menganalisis bidang kerjasama tim dengan
baik. Setiap orang dalam kelompok diminta untuk memberikan peringkat terhadap suatu
hal berdasarkan urutan dari hal yang dianggap paling penting, sampai tidak penting.
Setelah itu setiap pendapat dari setiap orang digabungkan untuk mendapatkan rata-rata
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
peringkat untuk setiap kelompok. Apa yang terjadi? Kesimpulan rata-rata kelompok
mendekati jawaban yang telah diberikan. Bahkan apabila hasil dari setiap kelompok
disatukan dan diambil rata-ratanya, maka penilaian dari setiap kelompok hampir sama
dengan penilaian para ahli di bidang tersebut.
Demonstrasi nyata lain mengenai prinsip sinergi dapat kita lihat pula dalam
kontes kuda penghela dalam kontes kuda penghela di suatu pekan raya kota. Kuda
juara dalam kontes tersebut mampu menghela gerobak seberat 2.250 kilogram. Juara
kedua sanggup menarik beban sebesar 2.000 kilogram. Dalam teori, berarti kedua kuda
tersebut secara bersama-sama harus mampu menggerakkan maksimum 4.250
kilogram. Untuk uji coba teori tersebut, pemilik kedua kuda memadukan kedua kuda dan
membebaninya dengan gerobak. Semua orang yang melihat terperangah. Kedua kuda
tersebut mampu menarik beban seberat 6.000 kilogram, atau 1.750 kilogram lebih berat
dibanding jumlah upaya yang mampu mereka lakukan sendiri-sendiri. Sinergi dapat
dipakai untuk menyatukan tenaga individu, menutup keterbatasan individu, untuk
menggandakan upaya individu, supaya sasaran yang lebih banyak dan lebih besar
dapat dicapai.
I. Referensi:
1. Astra Human resources Management. 2001. Jakarta, Astra International
2. Ivancevich, J.M., Konopaske, R and Matteson, MT., 2005, Organizational Behavior and
Management, New York, McGraw-Hill International Edition.
3. Sutarto Wijono, 2010, Psikologi Industri & Organisasi, Jakarata, Kencana Prenada Media
Group.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
13
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Kualitas suatu proyek menjadi Mahasiswa mengenal, memahami
elemen yang penting di dalam suatu dan memiliki kemampuan membuat
proyek agar produk yang dihasilkan suatu proyek dengan kualitas yang
berkualitas baik
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Manajemen Kualitas Proyek
1. Manajemen Mutu Proyek
2. Perencanaan Kualitas
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
mengukur kinerja. Proyek-proyek lain mungkin berada dalam organisasi untuk
melakukan atau di luar itu, dan mungkin dalam wilayah aplikasi yang sama atau di
negara lain.
• Flowchart. Sebuah diagram alir adalah setiap diagram yang
menunjukkan bagaimana berbagai elemen dari suatu sistem
berkaitan. 1. Flowchart teknik yang umum digunakan dalam
manajemen mutu meliputi:
➢ Diagram penyebab-akibat, juga disebut diagram Ishikawa atau diagram tulang
ikan, yang menggambarkan bagaimana berbagai faktor yang mungkin terkait
dengan potensi masalah atau efek. Gambar 8-2 adalah contoh umum diagram
sebab-akibat.
➢ Sistem atau proses flow chart, yang menunjukkan bagaimana berbagai
elemen dari suatu sistem saling berhubungan. Gambar 8-3 adalah contoh
diagram alir proses untuk review desain.
➢ Flowchart dapat membantu tim proyek mengantisipasi apa dan dimana
masalah kualitas mungkin terjadi, dan dengan demikian dapat membantu
mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki masalah tersebut.
• Desain eksperimen. Desain eksperimen adalah metode statistik yang membantu
mengidentifikasi faktor yang mungkin mempengaruhi variabel tertentu. Teknik ini
paling sering diterapkan pada produk dari proyek (misalnya, desainer otomotif
mungkin ingin menentukan kombinasi suspensi dan ban akan menghasilkan
karakteristik perjalanan paling diinginkan dengan biaya yang wajar). Namun, juga
dapat diterapkan untuk proyek masalah manajemen, seperti pengorbanan biaya dan
jadwal. Misalnya, insinyur senior akan biaya lebih dari insinyur junior, tetapi juga dapat
diharapkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dalam waktu kurang.
Sebuah "percobaan" dirancang tepat (dalam hal ini, komputasi biaya proyek dan
jangka waktu untuk berbagai kombinasi insinyur senior dan junior) sering akan
memungkinkan penentuan solusi optimal dari sejumlah kasus yang relatif terbatas.
• Biaya kualitas. Biaya kualitas mengacu pada biaya total dari semua upaya untuk
mencapai produk/kualitas layanan, dan mencakup semua bekerja untuk memastikan
kesesuaian dengan persyaratan, serta semua karya yang dihasilkan dari
ketidaksesuaian dengan kebutuhan. Ada tiga jenis biaya yang terjadi: biaya
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan, di mana yang terakhir ini dipecah
menjadi biaya internal dan eksternal.
3. Penjaminan Kualitas
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Jaminan Kualitas adalah semua kegiatan yang terencana dan sistematis diterapkan
dalam sistem mutu untuk menyediakan keyakinan bahwa proyek itu akan memenuhi
standar mutu yang relevan. Hal ini harus dilakukan di seluruh proyek. Sebelum
pembangunan Seri ISO 9000, kegiatan yang diuraikan di bawah kualitas perencanaan
secara luas sebagai bagian dari jaminan kualitas.
Jaminan Kualitas sering disediakan oleh Departemen Jaminan Kualitas atau suatu unit
organisasi, tetapi tidak harus. Jaminan dapat diberikan kepada tim manajemen proyek dan
pengelolaan organisasi bermasalah (jaminan mutu internal), atau mungkin diberikan kepada
pelanggan dan orang lain tidak secara aktif terlibat dalam pekerjaan proyek (jaminan mutu
eksternal).
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
• Peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas termasuk mengambil tindakan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari proyek untuk memberikan manfaat tambahan
bagi para pemangku kepentingan proyek. Dalam kebanyakan kasus, peningkatan kualitas
pelaksanaan akan membutuhkan persiapan permintaan perubahan atau mengambil
tindakan korektif, dan akan ditangani sesuai dengan prosedur pengendalian perubahan yang
terintegrasi.
I. Referensi:
1. A Guide to the Project Management Body of Knowledge.
2. Ivancevich, J.M., Konopaske, R and Matteson, MT., 2005, Organizational Behavior and
Management, New York, McGraw-Hill International Edition.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
3. Sutarto Wijono, 2010, Psikologi Industri & Organisasi, Jakarata, Kencana Prenada Media
Group.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Proyek
Perangkat Lunak
14
Fakultas Ilmu Informatika 87025 Tim Dosen
Komputer
Abstract Kompetensi
Analisa waktu diperlukan agar Mahasiswa mengenal, memahami
proyek perangkat lunak yang akan dan memiliki kemampuan untuk
dijalankan sesuai dengan waktu menganalisa waktu yang dibutuhkan
yang telah ditentukan dan tidak di dalam sebuah proyek perangkat
mengalami keterlambatan lunak
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
1. Analisa Waktu
1. Pendahuluan
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Lama kegiatan adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
kegiatan yang bersangkutan, yaitu mulai dari saat awal pada saat kegiatan mulai
dikerjakan sampai dengan saat akhir pada saat kegiatan selesai dikerjakan. Adapun
satuan untuk mengukur lama kegiatan tergantung dari macam kegiatannya, bisa dalam
detik, menit, jam atau hari, dan sebagainya.
Ada 2 faktor penentu lama kegiatan, yaitu:
1. Faktor teknis, antara lain ; volume pekerjaan, sumber daya, ruangan, jam kerja
per hari, dan sebagainya.
2. Faktor non teknis, antara lain ; banyaknya hari kerja dalam seminggu, banyaknya
hari libur, cuaca, dan sebagainya.
A. Cara rata-rata
Cara rata-rata relatif mudah namun kurang tepat atau kurang memadai
dikarenakan menyamaratakan tiap kasus meskipun pada kenyataannya masing-
masing kasus terdiri dari tiap kasus yang berbeda-beda.
Contoh:
Diketahui:
Suatu pekerjaan dengan volume tertentu dapat diselesaikan dalam 6 kasus
(alternatif), sebagai berikut:
KASUS LAMA KEGIATAN (HARI)
1 10
2 11
3 12
4 13
5 14
6 15
Diminta:
Hitung lama kegiatan perkiraan (LPER) pekerjaan diatas.
Jawab:
Kasus Lama Kegiatan (Hari) Jumlah Kejadian
1 10 1
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
2 11 1
3 12 1
4 13 1
5 14 1
6 15 1
Jumlah 75 6
B. Cara pembobotan
Cara pembobotan relatif lebih tepat dibandingkan cara rata-rata, karena
memperhatikan jumlah dan peran kejadian tiap kasus. Namun cara ini sukar
karena perlu data yang relatif banyak.
Contoh:
Diketahui:
Suatu pekerjaan dengan volume tertentu dapat diselesaikan dalam 6 kasus
dengan masing-masing kejadian, sebagai berikut:
Kasus Lama Kegiatan (Hari) Jumlah Kejadian
1 10 100
2 11 200
3 12 350
4 13 500
5 14 250
6 15 100
Diminta:
Hitung lama kegiatan perkiraan (LPER) pekerjaan diatas.
Jawab:
Kasus Lama Kegiatan Jumlah Bobot
(Hari) Kejadian
1 10 100 10 * 100 = 1.000
2 11 200 11 * 200 = 2.200
3 12 350 12 * 350 = 4.200
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
4 13 500 13 * 500 = 6.500
5 14 250 14 * 250 = 3.500
6 15 100 15 * 100 = 1.500
1.500 18.900
Diminta:
Hitung lama kegiatan perkiraan (LPER) pekerjaan diatas.
Jawab ;
LPER = 1 * LO + 4 * LM + 1 * LP
6
LPER = 1 * 10 + 4 * 13 + 1 * 15 = 12.8
6
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
2. Saat Paling Awal (SPA)
Saat paling awal (SPA) maksudnya adalah saat paling awal suatu peristiwa
mungkin terjadi, dan tidak mungkin terjadi sebelumnya. Penentuan SPA ini bertujuan
untuk mengetahui saat paling awal mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan yang keluar
dari peristiwa yang bersangkutan.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menentukan atau menghitung
saat paling awal semua peristiwa-peristiwa pada sebuah network diagram, antara lain;
1. Network diagram yang tepat telah tersedia.
2. Nomor-nomor peristiwa ditetapkan menurut atau memenuhi persyaratan yaitu
peristiwa awal network diagram diberi nomor 1, peristiwa akhir diberi nomor
maksimum yang sama dengan banyaknya peristiwa yang ada di network yang
bersangkutan.
3. Semua kegiatan yang ada dalam network diagram telah ditetapkan lama
kegiatan perkiraan.
Secara formatif untuk menentukan saat paling awal suatu peristiwa adalah
sebagai berikut:
1. Sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa
Keterangan ;
SPA j = SPA I + L
X = Kegiatan
j = Peristiwa akhir kegiatan X
i = Peristiwa awal kegiatan X
L = Lama kegiatan X yang diperkirakan
SPA i = Saat paling awal peristiwa awal
SPA j = Saat paling awal peristiwa akhir
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
2. Untuk beberapa kegiatan menuju ke sebuah peristiwa ditentukan waktu paling
awal yang maksimum.
Keterangan ;
Pada posisi atau peristiwa 3 menuju posisi 6 terdapat jumlah waktu paling awal
lebih maksimum dibandingkan dengan posisi atau peristiwa 4 menuju posisi 6,
maka SPA j pada posisi atau peristiwa 6 adalah 14.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Saat paling lambat (SPL) adalah saat paling lambat suatu peristiwa boleh terjadi,
dan tidak boleh sesudahnya (meskipun itu mungkin) sehingga proyek mungkin selesai
pada waktu yang telah direncanakan.
Adapun syarat yang harus dipenuhi agar bisa menentukan atau menghitung saat
paling lambat (SPL) semua peristiwa-peristiwa pada sebuah network diagram adalah:
• Telah tersedianya network diagram yang tepat.
• Telah dihitung saat paling awal (SPA) dari posisi atau peristiwa awal (nomor
1) sampai dengan posisi akhir pada network diagram tersebut.
• Jika hanya ada sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa, maka SPL
(saat paling lambat) peristiwa tersebut adalah saat paling lambat mulainya
kegiatan tersebut.
Secara formulatif untuk menentukan saat paling lambat suatu peristiwa adalah
sebagai berikut:
1. Untuk sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa
Keterangan ;
SPA i = SPA j - L
X = Kegiatan
j = Peristiwa akhir kegiatan X
i = Peristiwa awal kegiatan X
L = Lama kegiatan X yang diperkirakan
SPA i = Saat paling awal peristiwa awal
SPA j = Saat paling awal peristiwa akhir
SPL i = Saat paling lambat peristiwa awal
SPL j = Saat paling lambat peristiwa akhir
2. Untuk beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa ditentukan waktu paling
lambat yang minimum
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
SPL i = minimum (SPL j – L)
Prosedur untuk menghitung saat paling awal dalam sebuah network diagram
adalah sebagai berikut:
1) Hitung atau tentukan saat paling lambat (SPL) dari peristiwa-peristiwa mulai
dari nomor maksimal kemudian mundur berturut-turut sampai dengan posisi
awal.
2) Saat paling lambat (SPL) sama dengan Saat paling awal peristiwa akhir
(maksimal), SPL j = SPA j
3) Pada setiap posisi i, SPL i = min (SPL j – L), untuk setiap posisi atau
peristiwa j yang dihubungkan langsung oleh satu kegiatan dengan posisi I
4) Pada posisi awal SPL 1 = 0
Sedangkan Umur Proyek ditentukan oleh saat paling awal kegiatan yang paling
awal mulai dikerjakan, yaitu SPA peristiwa awal network dengan dan ditentukan oleh
saat paling awal kegiatan akhir yang paling akhir selesai, yaitu SPA peristiwa akhir
network diagram dengan syarat SPA awal network diagram sama dengan nol, contoh:
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id
Keterangan ;
1) Pada posisi atau peristiwa posisi 2 menuju 3, maka SPL 2 = 9 – 5 = 4
2) Pada posisi atau peristiwa dari posisi 3 menuju posisi 4 lebih kecil jumlah waktu
lambatnya (7 – 3 = 4) dibandingkan posisi atau peristiwa dari posisi 3 menuju posisi
6 (14 – 9 = 5), sehingga pada kasus tersebut SPL i pada posisi atau peristiwa 3
diambil waktu yang minimum adalah 4.
I. Referensi:
1. A Guide to the Project Management Body of Knowledge.
2. Ivancevich, J.M., Konopaske, R and Matteson, MT., 2005, Organizational Behavior and
Management, New York, McGraw-Hill International Edition.
2015 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Hendra Prastiawan, S.Si., M.T http://www.mercubuana.ac.id