Anda di halaman 1dari 5

FENOMENA GANGGUAN BERBICARA PSIKOGENIK LATAH

Oleh: Mochamad Rido Rizki Ahad 1731321007

PENDAHULUAN

Berbicara merupakan kegiatan sehari-hari manusia yang sangat sulit untuk

dilepaskan, karena berbicara adalah salah satu upaya manusia untuk bersosialisasi sebagai

makhluk sosial yang hidup secara berkelompok-kelompok dan memerlukan interaksi. Abdul

Chaer (2009: 149) mengatakan bahwa berbicara adalah aktivitas motorik yang mengandung

modalitas psikis. Oleh karena itu, gangguan berbicara ini dapat dikelompokkan ke dalam dua

kategori. Pertama, gangguan mekanisme berbicara yang berimplikasi pada gangguan organik.

Kedua, gangguan berbicara psikogenik.

Abdul Chaer (2009: 149) menjelaskan bahwa gangguan mekanisme berbicara adalah

suatu proses produksi ucapan atau perkataan oleh kegiatan terpadu dari pita suara, lidah, otot-

otot yang membentuk rongga mulut sert kerongkongan, dan paru-paru. Maka gangguan

berbicara berdasarkan mekanisme ini dapat dirinci menjadi gangguan berbicara akibat

kelainan pada paru-paru (pulmonal), pada pita suara (laringal), pada lidah (lingual), dan pada

rongga mulut serta kerongkongan (resonantal).

Sedangkan piskogenik (Chaer, 2009: 152) tidak bisa disebut sebagai suatu gangguan

berbicara karena mungkin lebih tepat jika disebut dengan variasi cara berbicara yang normal

tetapi merupakan ungkapan dari gangguan dibidang mental. Chaplin dalam Kamus Lengkap

Psikologi (2006: 396) mengatakan bahwa penyakit psikogenik adalah suatu penyakit

fungsional yang tidak diketahui basis organiknya, karena itu, mungkin disebabkan oleh

konflik atau tekanan atau stress emosional.

Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa pada kegiatan berbicara dibutuhkan

sinkronisasi antara motorik dan juga psikis, jika ditemukan adanya gangguan dari salah satu

dari dua unsur ini maka akan menyebabkan gangguan berbicara.


Dalam artikel ini akan dibahas mengenai gangguan berbicara yang disebabkan faktor

psikogenik yaitu latah.

LATAH

Latah merupakan salah satu bagian dari gangguan berbicara psikogenik yang banyak

dialami oleh beberapa orang di Indonesia. Akibat dari latah seringkali menjadi hal-hal yang

unik, lucu, dan menggemaskan sehingga pelaku atau pengidap latah seringkali menjadi pusat

perhatian orang-orang.

Latah (Purwo, 1989: 16) sering disamakan dengan ekolalia, yakni perbuatan membeo

tau menirukan apa yang dikatakan oleh orang lain. Sebenarnya latah itu adalah suatu sindrom

yang terdiri atas curah verbal repetitif bersifat jorok dan merupakan gangguan lokomotorik

yang dapat dipancing.

Sedangkan Maramis (Chaer, 2009: 154) mengatakan bahwa awal timbulnya latah

menurut mereka yang terserang latah, adalah setelah bermimpi melihat banyak penis laki-laki

sebesar dan sepanjang belut. Latah ini memiliki kolerasi dengan kepribadian histeris.

Kelatahan ini merupakan “excuse” atau alasan untuk dapat berbicara dan bertingkah laku

porno, yang pada hakikatnya berimplikasi invitasi seksual.

Dari definisi dan penjelasan mengenai latah di atas dapat kita ambil beberapa point

inti bahwa latah merupakan perilaku spontanitas yang terjadi akibat berbagai faktor, ada yang

disengaja kemudian menjadi kebiasaan dan ada pula yang diakibatkan gangguan psikis karena

sesuatu.

MACAM-MACAM LATAH

Latah ternyata memiliki jenis-jenis yang berbeda satu dengan lainnya namun tetap

berdasar pada psikologis penutur dengan berbagai jenis latar belakangnya. Macam-maca latah

di antaranya:
1. Echolalia, merupakan jenis latah dengan menirukan perkataan seseorang

2. Exchopraxia, merupakan latah dengan menirukan gerakan orang lain.

3. Caprolalia, penderita latah jenis ini secara spontan akan mengucapkan kata-kata yang

dianggap tabu atau jorok yang biasanya menyangkut kelamin.

4. Automatic Obedience, meruppakan latah paling parah karena pengidap latah ini akan

melakukan perintah orang lain tanpa dia sadari dan tidak dapat dikontrol sampai dia

selesai melaksanakan apa yang dia kerjakan.

Pamungkas (1998: 18) menyebutkan bahwa kebanyakan pengidap latah adalah

perempuan karena masyarakat wanita terikat dengan peraturan atau norma yang sangat

membatasi ruang lingkup mereka. Namun apa yang disampaikan oleh S. Pamungkas

nampaknya tidak relevan dengan zaman sekarang karena banyak juga laki-laki yang

mengidap gangguan berbicara latah ini.

KASUS LATAH

Penulis menemukan suatu kasus melalui video di youtube berjudul “Kumpulan orang

latah – Tahan Tawa 5 Menit || Lucu abis ! Ngakakkk !!!” dari channel Drama Video Clip yang

menampilkan konten orang-orang latah dengan lucu. Ternyata hampir semua dalam video

tersebut yang menjadi pengidap latah semuanya adalah laki-laki dan hanya ada dua cuplikan

saja yang menampilkan perempuan latah.

Dari cuplikan-cuplikan dalam video tersebut penulis temukan bahwa kebanyakan dari

semua laki-laki yang mengidap latah memiliki kecenderungan seksual yang menyimpang atau

sebutlah seperti banci.

Penulis ambil satu yang menjadi contoh kasus dalam video ini adalah cuplikan yang

pertama, Ada dua orang laki-laki yang sedang duduk, satu dari dua laki-laki tersebut

mengidap latah. Lalu temannya yang tidak latah menggodaanya dengan berteriak

“iiiiii....uuuuuu”, spontan langsung diikuti oleh temannya yang latah. Dan ketika diminta
untuk mencium, si pengidap latah langsung mencium temannya yang menggodanya tadi.

Kejadian itu semuanya teruang sebanyak dua kali dalam video tersebut.

Dari kasus ini kita temukan bahwa si pengidap latah ternyata mengidap dua jenis

latah secara bersamaan, yakni Echolalia dan Automatic Obedience. Si pengidap latah tidak

hanya mengikuti apa yang dituturkan oleh temannya, bahkan ia pun latah atau spontan

mengikuti apa yang diperintahkan oleh temannya dan langsung sadar ketika selesai

mengerjakannya.

UPAYA MENGATASI LATAH

Darwodjojo (2005: 154) menjelaskan bahwa latah adalah suatu tindak kebiasaan di

mana seseorang waktu terkejut atau dikejutkan mengeluarkan kata-kata secara spontan dan

tidak sadar dengan apa yang dia katakan. Artinya, ketika latah adalah sebuah ekspresi atau

tindakan yang muncul akibat kebiasaan, maka cara mengatasinya pun harus ada pembiasaan

untuk tidak berprilaku latah. Umpamanya seseorang terkejut kemudia ia terbiasa

mengucapkan kata-kata tertentu atau kata-kata jorok, maka usahakan untuk membiasakan diri

menahan ucapan-ucapan tersebut ketika terkejut atau dikejutkan.

PENUTUP

Kesimpulannya dari pemaparan di atas adalah, gangguan bicara piskogenik latah

merupakan ekspresi atau tindakan spontanitas yang dibiasakan, sehingga menjadi kebiasaan

baru ketika terkejut atau dikejutkan melakukan tindakan spontan seperti mengucapkan kata-

kata seperti yang diucapkan lawan bicara atau melakukan apa yang diperintahkan oleh lawan

bicara secara tidak sadar.

Karena latah berangkat dari kebiasaan yang terus-menerus, maka upaya mengatasi

latah adalah dengan membiasakan diri untuk menahan ucapakan atau kebiasaan latah ketika

terkejut atau dikejutkan.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dardjowijojo, S. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Manusia. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia

Purwo, Bambang Kaswanti. 1989. PELLBA 2 Pertemuan linguistik Lembaga Bahasa Atma

Jaya Kedua. Jakarta: Kanisius

SUMBER DARING

https://www.youtube.com/watch?v=pI9-n60JLlo diakses pada Jum’at, 12 Juli 2019 pukul

00.08

Anda mungkin juga menyukai