PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
RURI HASANAH
NIM : 14 31 21 11
1
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas X Mia I Madrasah
Aliyah Negeri 1 Palu”, oleh mahasiswi atas nama Ruri Hasanah, Nim. 14 31 21 11,
setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi proposal yang bersangkutan, maka
Pembimbing I Pembimbing II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
D. Pengertian Judul
E. Garis-garis Besar Isi Proposal Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
terutama peserta didik di Indonesia. Perkembangan pesat dari teknologi ini juga
berdampak pada kualitas pendidikan yang diberikan oleh guru kepada para peserta
didik. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia juga sudah kesekian kali diubah untuk
yang dilakukan pada kurikulum di Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan sejalan
kurikulum tahun 2006, memiliki beberapa perbedaan sistem. Perbedaan sistem yang
terjadi bisa merupakan kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri.
1
Deniyanti, Pembelajaran Akidah Akhlak dan Implementasinya dalam Kurikulum 2013
diMadarasah Aliyah Alkhairaat Palu, (Sulteng:2015), h.1
5
kekurangan yang ada, maka disusunlah kurikulum yang baru yang diharapkan akan
petunjuk al-Quran maupun sunnah nabi saw. Dengan jelas menganjurkan para
pemeluk Islam untuk meningkatkan kecakapan dan akhlak generasi muda, budi
pekerti yang luhur dan kecakapan yang tinggi. Al-Quran memerintahkan pada kaum
muslimin untuk meningkatkan kualitas dan untuk tidak meninggalkan keturunan yang
َّللا َو ْل َيقُولُوا
َ َّ ع َل ْي ِه ْم فَ ْل َيتَّقُوا ِ ش الَّذِينَ لَ ْو ت ََركُوا م ِْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِر َّيةا
َ ض َعافاا خَافُوا َ سدِيداا َو ْل َي ْخ
َ قَ ْو اًل
Terjemahannya:
pembentukan kepribadian adalah hal yang esensial dalam kehidupan manusia, yang
lazimnya dimiliki dan tertanam dalam diri setiap muslim. Pendidikan pada dasarnya
dapat memiliki daya saing yang tinggi. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:J-Art,2004), h.78
9
6
berikut.
sebagai lembaga formal bagi umat Islam. Sejak zaman penjajahan Madrasah sudah
ada yang diselenggarakan oleh umat Islam. Sebagai pengajar dan pendidik, guru
memiliki peran yang penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran.
Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama
mengajarnya.
karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Sehubungan dengan hal
tersebut, Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu sebagai lembaga pendidikan yang lebih di
berat seiring dengan tuntunan perubahan zaman. Oleh karena itu, Madrasah Aliyah
Negeri 1 Palu harus memperhatikan sistem pembelajaran yang tepat sesuai dengan
kurikulum yang saat ini diberlakukan yaitu Kurikulum 2013. Sehingga implementasi
3
Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Cet I;t.tp Wacana Intelektual Press,2006), h.85
7
Kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif,
Pada konteks tersebut, pelajaran al-Quran Hadits pada Madrasah Aliyah 1 Palu
merupakan mata pelajaran pokok yang harus diberikan kepada peserta didik. Oleh
karena itu, sistem mata pelajaran al-Quran Hadits harus dilakukan semaksimal
mungkin dengan berbasis Kurikulum 2013 agar peserta didik bisa lebih aktif, kreatif
2013 pada mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas X MIA 1 Madrasah Aliyah Negeri
1 Palu”.
Penelitian ini terdapat rumusan masalah dan batasan masalah. Sehingga bisa
2013 pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X Mia 1 Madrasah Aliyah
Negeri 1 Palu?
mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X Mia 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu?
4
H. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT Remaja
Rostakarya,2013), h.7
8
1. Tujuan Penelitian
Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X Mia 1 Madrasah
Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X Mia 1 Madrasah
2. Manfaat Penelitian
Aliyah Negeri 1 Palu atau calon guru khususnya untuk peneliti dalam hal
b. Manfaat praktis dari penelitian ini nantinya dapat mengetahui kendala yang
solusi yang tepat guna menunjang proses pembelajaran agar bisa berjalan
maksimal dan sebagai salah satu syarat formal bagi peneliti dalam rangka
D. Pengertian Judul
pembahasan ini, maka terlebih dahulu peneliti menguraikan beberapa konsep variabel
yang terjadi judul peneliti maupun yang terkait dengan judul “Efektifitas Sistem
pencapaian suatu tujuan yang diukur dengan kualitas, kuantitas dan waktu,
2. Sistem pembelajaran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata sistem bermakna
suatu totalitas; susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan
perangkat yang dirancang oleh guru agar terlaksana proses belajar mengajar
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia, (Ed.II,Cet.VII;
Jakarta:Balai Pustaka,1996), h.580
6
Abdul Rahman Saleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Cet.II;Jakarta:PT.
Rajagrafindo Persada,2016), h.217
10
2004 dan kurikulum tingkat satuan nasional (KTSP) pada tahun 2006 lalu,
terpadu.7
menarik kesimpulan bahwa maksud dari penelitian yang berjudul “efektivitas sistem
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur`an Hadits kelas X
MIA 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu” adalah tingkat keberhasilan suatu perangkat
yang telah disusun oleh pendidik dalam hal ini adalah Guru mata pelajaran Al-Qur`an
Hadits kepada peserta didik kelas X MIA 1 dengan menggunakan Kurikulum 2013
gambaran secara global tentang isi proposal skripsi. Oleh karena itu, peneliti
tujuan dan manfaat penelitian, pengertian judul serta garis-garis besar yang dibahas
7
Arifuddin Arif dan Emi Inra, Lima Rukun Pembelajaran 2013, (Cet.1;Sulteng:PT,EnDeCe
Press,2014), h.38
11
Bab II memuat tinjauan pustaka atau landasan teori yang fokus pada
Bab III memuat metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, tampat
dan waktu penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan
data, instrument penelitian, analisis data dan pengolahan data serta pengecekan
keabsahan data.
Bab IV
Bab V
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kurikulum 2013
pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Istilah
kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. 8 Dalam
suatu sistem pendidikan, kurikulum ini sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan
zaman.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan pada tahun 2004
dan Kurikulum Tingkat Satuan Nasional (KTSP) pada tahun 2006 lalu, yang
8
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Cet.15;Jakarta:Bumi Aksara,2015), h.16
9
Arifuddin Arif dan Emi Inra, Lima Rukun Pembelajaran 2013, (Cet.1;Sulteng:PT,EnDeCe
Press,2014), h.38
13
Berbasis Kompetensi) dan yang berlaku selama kurang lebih 3 tahun dan lanjutan
Kurikulum 2006 ( yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Nasional)
yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun yang mencakup aspek sikap,
1) Landasan Filosofis
pembangunan pendidikan
2) Landasan Yuridis
3) Landasan Konseptual
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara
10
M fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, &
SMA/MA, (Yogyakarta:PT Ar-ruzz Media,2004), h.24
15
sebagai berikut:
Indonesia.
pembelajaran.
11
Ibid, h.25
16
Indonesia supaya memiliki hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan elektif, serta mampu berkomunikasi pada kehidupan
Sistem pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar
kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi
diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar
Menurut Gage dan Briggs, ada lima ranah atau domain yang terkait dengan
ada tiga domain atau sasaran tujuan yaitu domain efektif, domain kognitif dan domain
12
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung:Rosdakarya,2008),
h.103
17
dengan beberapa inovasi pada setiap domain dengan hirarki aktivitas yang
dikembangkan. Hal ini terlihat pada domain sikap yang diperoleh melalui aktivitas
Menurut analisi peneliti, terdapat hal yang baru pada tingkatan keterampilan dan
mempengaruhi sistem standar proses. Untuk tujuan tersebut, maka Kurikulum 2013
terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam satuan mata pelajaran).
13
Ibid, h.104
14
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Kurikulum 2013, h.3-4
18
inquiry learning dan pendekatan project based learning. Pendekatan inqury pada
untuk menyajikan bahwa tidak dalam bentuk yang final tetapi mereka diberikan
peluang untuk mencari dan menemukan pengetahuan mereka sendiri melalui problem
inquiry dan discovery adalah merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh peserta
didik, menetapkan jawaban sementara atau hipotesis, peserta didik mencari informasi,
data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan, menarik kesimpulan dan
Pendekatan inquiry dan discovery ini ada dasarnya dimasukkan oleh Bruce
Model mengajar ini lebih menekankan pada kecerdasan intelektual anak melalui
15
Ibid
16
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,2010), h.277
17
Ibid, h.278
18
Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Shower, Models of Teaching, (Boston:Allyn and
Bacon,1992), h.10-20
19
1) Mengamati
secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan,
2) Menanya
Kegiatan belajar yang dapat dilakukan peserta didik untuk pengalaman belajar
menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi apa yang tidak dipahami
dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk memperoleh informasi tambahan tentang
3) Mengeksplorasi
yang terdapat pada buku teks, mengamati objek, mengamati kejadian, melakukan
4) Mengasosiasi
pengalaman belajar atau langkah pembelajaran mengasosiasi ini antara lain mengolah
20
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan terakhir dalam kegiatan ini yaitu membuat tulisan atau bercerita
tentang apa-apa yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi.
diperolehnya berdasarkan hasil analisis, dilakukan baik secara lisan, tulisan, atau
didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,
peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
Hal ini berarti kurikulum 2013 pada dasarnya menekankan juga pada model
kooperaktif adalah model yang menekankan pada adanya kelompok kecil yang
bekerja sama untuk memahami dan menyelesaikan sebuah projek. Selanjutnya model
19
Arifuddin Arif dan Emi Inra, Lima Rukun Pembelajaran 2013, (Cet.1;Sulteng:PT,EnDeCe
Press,2014), h.88-92
21
siswa yang dimulai dari realitas kemudian membandingkan dengan teori yang
terdapat dibuku. Kedua model ini menekankan pada keaktifan belajar siswa.
menurut peserta didik lebih aktif dan kreatif. Sehingga peserta didik lebih termotifasi
tulisan. Pembelajaran memang sebaiknya bervariasi, agar tidak timbul kejenuhan dan
ini dituangkan dalam program pembelajaran, yang berkaitan dengan cara bagaimana
efektif dan efisien. Fungsi kedua adalah pelaksanaan, fungsi ini mencakup
seperti pembagian pekerjaan kedalam berbagai tugas yang harus dilakukan guru dan
peserta dalam pembelajaran. Fungsi ketiga adalah penilaian yang sering juga disebut
22
evaluasi atau pengendalian. Penilain bertujuan untuk menjamin bahwa proses dan
yaitu:
1) Perencanaan
siswa mampu belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Jika guru akan
Agar kegiatan pembelajaran dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang
dicapai, maka guru harus merencanakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan
persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap
tatap muka. 22 Secara administrative rencana ini dituangkan kedalam RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran)
20
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT Remaja
Rostakarya,2013), h.136
21
Abdurrahman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:Humani Citra,
2008), h.14
22
Mansur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidikan, (Jakarta:Bumi
Aksara,2007), h.14
23
2) Pelaksanaan
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, pesera didik
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD.
3) Penilaian
dilakukan oleh guru adalah mengadakan penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk
proses dan hasil yang telah dicapai siswa” kata “menyeluruh” mengandung arti
23
Suryono & Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:PT.Remaja
Rosda Karya Offset,2015), h.258
24
bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu
Negeri 1 Palu
1. Al-Qur’an Kitabku
a. Pengertian al-Qur’an
terminologi. Secara etimologi para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan al-
Qur’an. Menurut al-Lihyany (w.215 H) dan segolongan ulama lain kata Qur’an
adalah bentuk masdar dari kata kerja (fi’il), qaraa artinya membaca, dengan
perubahan bentuk kata/tasrif (qaraa, yaqrau, quraanan). Dari tasrif tersebut kata
quraanan artinya bacaan yang bermakna isim maf’ul artinya yang dibaca.26 Karena
24
Sofan Amri, Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013, (Jakarta:PT.
Prestasi Pustakarya,2013), h.54-55
25
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:PT
Refika Aditama,2014), h.64
26
Yusuf al-hajj ahmad, Al-Qur’an Kitab Sains dan Medis, Terj. Kamran Asad Irsyadi,
(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2003), h.10
25
al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan
untuk kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt, sebagaimana yang termaksudkan
ُفَإِذَا قُ ْرآنَهُ فَاتَّبِ ْع قَ َرأْنَاه, ُإِ َّن َعلَ ْينَا ُُ َج ْمعَه َوقُ ْرآنَه
Terjemahnya:
Allah Swt) yang berbahasa Arab yang diturunkan kepada Muhammad Saw, untuk
dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara mutawatir, yang
ditulis dalam mushaf, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
an-Nas.28
b. Nama-nama al-Qur’an
terhadap kitab suci yang diturunkanNya kepada nabi Muhammad Saw. Menurut As-
27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Waladara,
2006),h.461
28
Yusuf al-hajj ahmad.,op.cit, h.11
26
ada 78 nama-nama bagi kitab suci al-Qur’an. Namun, jika diperhatikan dan dicermati
didapatkan beberapa nama saja, yang lainnya bukanlah nama melainkan hanya sifat,
fungsi atau indikator al-Qur’an. Beberapa nama al-Qur’an tersebut adalah: Al-Qur’an,
Secara etimologi kata mu’jizat berbentuk (isim fa’il) dati kata a’jara, yu’riju,
Mu’jizat juga diartikan sebagai sesuatu yang menyalahi tradisi atau kebiasaan
mu’jizat sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat
dari perlawanan. Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah Swt kepada para Nabi dan
yang menolak atau tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai
bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka
adalah benar-benar para Nabi dan Rasul (utusan) Allah yang membawa risalah
kebenaran dari Allah Swt. Adapun tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para
29
Al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al Qur’an, (Surabaya: PT Bima Ilmu, 2006), h.34
30
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 200I), h.5
27
Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang
menentang dan tidak mengakui atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka. 31
b. Syarat-syarat mu’jizat
syarat-syarat berikut:
a) Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan oleh siapapun selain
Allah Swt.
b) Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan atau tidak sesuai dengan
c) Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seseorang yang mengaku
Kelima syarat tersebut diatas bila terpenuhi, maka suatu hal yang timbul di
luar kebiasaan adalah merupakan mu’jizat yang menyatakan atas kenabian atau
kerasulan orang yang mengemukakannya dan mu’jizat akan muncul dari tangannya. 32
31
Manna’Al-Qaththan, Mabahis fi Ulum Al Qur’an, ( Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa
2013), h.15
32
Loc.cit
28
c. Macam-macam mu’jizat
Mu’jizat ֺHissi, ialah Mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh
telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan dirasa oleh lidah, tegasnya dapat
dicapai dan ditangkap oleh pancaindera. Mu’jizat ini sengaja ditunjukkan atau
diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan
akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata hatinya dan yang rendah budi dan
perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca indera, maka mu’jizat ini bisa juga
disebut mu’jizat inderawi. Mu’jizat Hissi ini dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya
Mu’jizat Ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan
kekuatan panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “’aqli” atau dengan
kecerdasan pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ma’nawi ini
melainkan orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi luhur dan yang
suka mempergunakan kecerdasan pikirannya dengan jernih serta jujur. Karena harus
menggunakan akal pikiran untuk mencapainya, maka bisa disebut juga mu’jizat ‘aqli
atau mu’jizat rasional. Berbeda dengan mu’jizat hissi, mu’jizat ma’nawi bersifat
universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir
zaman. 33
33
Ibid., h.16
29
a. Kedudukan al-Qur’an
merupakan sumber hukum yang utama dan pertama dalam Islam. Sebagai sumber
pokok ajaran Islam, al-Qur’an berisi ajaran-ajaran yang lengkap dan sempurna yang
meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia, terutama
umat Islam. Sebagai sumber hukum, al-Qur’an telah memberikan tata aturan yang
lengkap, ada yang masih bersifat global (mujmal) dan ada pula yang bersifat detail
(tafsil).
terciptanya tatanan kehidupan manusia yang teratur, harmonis, bahagia dan sejahtera,
baik lahir maupun batin. Agar manusia dapat mencapai kebahagiaan dan
prinsip dasar ajaran dan kaidah-kaidah hukum yang bersumber dari al-Qur’an sebagai
sumber utamanya34.
Hal ini sebagaimana tersirat dalam QS. Ali ‘Imran ayat 103.
34
M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2006),
h.13
30
Terjemahnya:
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai,...” (QS. Ali-‘Imran [3]:103)35
Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi dan tujuan bagi kehidupan umat manusia,
terutama umat Islam. Di antara tujuan dan fungsi diturunkannya al-Qur’an oleh Allah
Swt adalah:
a) Aqidah
Akidah adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan, Orang yang
didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati,
dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Akidah
Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
35
Departemen Agama RI,op.cit,. h.50
36
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2004), h.6
31
Hadits. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup
dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih)
Terjemahnya:
Ibadah berasal dari kata َدَبَع – دُبُعَْي – ادابْع/َ ِ ةاداَبَعartinya mengabdi atau
kepada Allah Swt dengan tunduk, taat dan patuh kepadaNya. Ibadah merupakan
bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap
kebesaran Allah Swt sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena
37
Abdullah Zakie al-Kaf, Etika Islami, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.34
38
Departemen Agama RI,op.cit,. h.485
32
dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepadaKu.” (QS. Adz Dzariyaat [51] : 56)40
makhluk ciptaan Allah Swt, manusia juga memiliki kecenderungan untuk memenuhi
memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah
Swt (َ(لبْح نَمِ هِﱣللا, tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan dalam
hubungannya dengan manusia lain (ََّ(لبْح نَمِ ساِنلا. Misalnya: silaturrahim, jual beli,
hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam kehidupan bermasyarakat,
c) Akhlak
Akhlak ( )قَ ﻼخَْاditinjau dari segi etimologi merupakan bentuk jama’ dari kata
( ُُ)لخُﻖyang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian
terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul
39
Abdullah Zakie al-Kaf, op.cit,. h.35
40
Departemen Agama RI,op.cit,. h.417
33
d) Hukum
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan
untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil,
aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun disebagai
hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang
sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan
hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah
41
Abdullah Zakie al-Kaf, Etika Islami, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.37
42
Departemen Agama RI,op.cit,. h.76
34
(pelajaran) bagi umat Islam. ‘Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi
petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk
Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah, banyak ayat yang memberikan isyarat-
isyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk
Allah Swt yang Maha Memberi Ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk
a. Pengertian hadits
Secara etimologis hadits mempunyai beberapa arti yang baru (jadiid), yang
adalah segala ucapan nabi Saw, segala perbuatan serta keadaan atau perilaku beliau.
b. Pengertian sunnah
Menurut bahasa kata sunnah merupakan derivasi dari kata sanna – yasunnu
sunnatan. Kata itu berarti cara, jalan yang ditempuh, tradisi (adat kebiasaan), atau
ketetapan, apakah hal itu baik atau tidak, terpuji atau tercela. 44 Dasarnya adalah
43
Abdullah Zakie Al-Kaf, Etika Islami, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.38
44
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 200I), h.8
35
dalam al-Qur’an kata sunnah mengacu pada arti ketetapan atau hukum Allah Swt
“(Yang demikian itu) merupakan ketetapan bagi para rasul Kami yang Kami
utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan
Kami.” (QS. al-Isra [17]: 77)45
c. Pengertian khabar
kepada seseorang. Adapun pengertian khabar menurut istilah ahli hadits yaitu segala
sesuatu yang disandarkan atau berasal dari nabi Saw atau dari yang selain nabi Saw.
Dengan pengertian yang demikian, maka khabar lebih umum dari pada hadits, karena
dalam khabar termasuk juga segala sesuatu yang berasal dari selain dari nabi Saw,
d. Pengertian atsar
Menurut bahasa, atsar artinya bekasan sesuatu atau sisa sesuatu. Atsar berarti
pula nukilan (yang dinukilkan). Adapun pengertian atsar menurut istilah, kebanyakan
ulama berpendapat bahwa atsar mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan
hadits. Sebagian ulama mengatakan bahwa atsar lebih umum dari pada khabar, yaitu
bahwa atsar berlaku bagi segala sesuatu yang datang dari nabi Saw, maupun dari
selain nabi Saw. Sedangkan khabar khusus bagi segala sesuatu yang datang dari nabi
45
Departemen Agama RI,op.cit,. h.231
36
Saw saja. Adapun para fuqaha memakai istilah atsar untuk perkataan-perkataan
Menurut sebagian ulama, antara keempat istilah ini adalah muradif atau
mempunyai pengertian yang sama. Segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi
Saw, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau. Akan tetapi
sebahagian ulama membedakan pengertian antara sunnah dan hadits. Sunnah itu
adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari nabi Saw, baik perkataaan maupun
perbuatan beliau, sedangkan hadits hanya khusus mengenai perkataan beliau. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa persamaan antara sunnah dengan hadits adalah
Menurut sebagian ulama, sunnah lebih luas dari hadits. Sunnah adalah segala
yang dinukilkan dari nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
maupun pengajaran, sifat, kelakuan dan perjalanan hidup, baik sebelum maupun
sesudah diangkat menjadi nabi dan rasul. Titik berat sunnah adalah kebiasaan
normatif nabi Muhammad Saw. Khabar selain dinisbahkan kepada nabi Muhammad
Saw, dapat juga dinisbahkan kepada sahabat dan tabiin. Khabar lebih umum dari
hadits, karena masuk didalamnya semua riwayat yang bukan dari nabi Muhammad
37
Saw. Atsar lebih sering digunakan untuk sebutan bagi perkataan sahabat nabi
a. Unsur-unsur hadits
a) Sanad
Dari segi bahasa sanad berarti almu’tamadu artinya yang menjadi sandaran,
tempat bersandar, arti yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau dipercaya. Dalam
istilah ilmu hadits sanad adalah rangakaian urutan orang-orang yang menjadi
sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadits atau sunnah sampai ada nabi
Saw. Sanad menurut istilah ahli hadits yaitu jalan yang menyampaikan pada matan
hadits. Menerangkan rangkaian urutan sanad suatu hadis disebut isnad. Orang yang
menerangkan sanad suatu hadis disebut musnid. Sedangkan hadis yang diterang-kan
dengan menyebutkan sanadnya sehingga sampai kepada nabi Saw disebut musnad.
b) Matan
Dari segi bahasa matan adalah punggung jalan, tanah gersang atau tandus,
membelah, mengeluarkan dan mengikat. Matan menurut istilah ahli hadits yaitu
perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi Saw. Yang disebut
c) Rawi
Rawi yaitu orang yang memindahkan hadits dari seorang guru keorang lain
atau membukukannya kedalam suatu kitab hadits. Rawi pertama adalah para sahabat
46
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 200I), h.9-10
38
dan rawi terakhir adalah orang yang membukukannya, seperti Imam Bukhari, Imam
Ahmad dan lain-lain. Suatu hadits yang telah sampai kepada kita dalam bentuknya
beberapa rawi dan sanad. Rawi terakhir hadits yang termaksud dalam Sahih Bukhari
atau dalam Sahih Muslim, ialah Imam Bukhari atau Imam Muslim. Seorang penyusun
atau pengarang, bila hendak menguatkan suatu hadits yang ditakhrijkan dari suatu
kitab hadits, pada umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya pada akhir matan
haditsnya.
d) Syarat-syarat rawi
1) Adil
2) Muslim
3) Baligh
4) Berakal
47
Ibid., h.15
39
a) Sunnah Qauliyah
kepada nabi Muhammad Saw, yang berisi berbagai tuntunan dan petunjuk syarak,
syariah maupun akhlak. Dengan kata lain Sunnah Qauliyah yaitu sunnah nabi Saw
yang hanya berupa ucapannya saja baik dalam bentuk pernyataan, anjuran, perintah
cegahan maupun larangan. Yang dimaksud dengan pernyatan nabi Saw di sini adalah
sabda nabi Saw dalam merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu, masa kininya
dan masa depannya, kadang-kadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau
jawaban yang diajukan oleh sahabat atau bentuk-bentuk lain seperti khutbah. Dilihat
b) Sunnah Fi’liyah
Muhammad Saw. Kualitas sunnah fi’liyah menduduki tingkat kedua setelah sunnah
qauliyah. Sunnah fi’liyah juga dapat maknakan sunnah nabi Saw yang berupa
perbuatan nabi yang diberitakan oleh para sahabat mengenai soal-soal ibadah dan
c) Sunnah Taqririyah
Saw terhadap apa yang datang atau dilakukan para sahabatnya. Dengan kata lain
sunnah taqririyah, yaitu sunnah nabi Saw yang berupa penetapan nabi Saw terhadap
perbuatan para sahabat yang diketahui nabi Saw tidak menegurnya atau melarangnya
d) Sunnah Hammiyah
Sunnah Hammiyah ialah suatu yang dikehendaki nabi Saw tetapi belum
dikerjakan. Sebagian ulama hadits ada yang menambahkan perincian sunnah tersebut
dengan sunnah hammiyah. Karena dalam diri nabi Saw terdapat sifat-sifat, keadaan-
keadaan (ahwal) serta himmah (hasrat untuk melakukan sesuatu). Dalam riwayat
disebutkan beberapa sifat yang dimiliki beliau seperti, “bahwa Nabi Saw selalu
bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras dan tidak pula kasar, tidak
suka berteriak, tidak suka berbicara kotor, tidak suka mencela,” Juga mengenai sifat
48
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Hadits, (Jakarta: Kementrian Agama
2014), h.103-106
41
a) Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir secara etimologi berarti muttabi’ yang artinya yang datang
berturut-turut dan tidak ada jarak. Sedangkan secara terminologi hadits mutawatir
sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan
bersepakat untuk dusta. Hadits mutawatir terbagi menjadi dua macam; pertama,
Mutawatir lafdzi yaitu hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh rawi yang
banyak dan mencapai syarat-syarat mutawatir dengan redaksi dan makna hadits yang
sama antara riwayat satu dan riwayat yang lain. Sedangkan mutawatir ma’na yaitu
hadits yang mempunyai tingkat derajat mutawatir namun susunan redaksinya berbeda
antara yang diriwayatkan satu rawi dengan rawi yang lain, namun isi kandungan
maknanya sama.
Menurut pendapat para ulama ahli hadits, bahwa tidak boleh ada keraguan
sedikit pun dalam memakai hadits mutawatir. Hadits mutawatir harus diyakini dan
dipercayai dengan sepenuh hati. Hal ini sama halnya dengan pengetahuan kita tentang
adanya udara, angin, panas, dingin, air, api dan jiwa, yang tanpa membutuhkan
penelitian ulang kita sudah percaya akan keberadaannya. Jadi, dengan kata lain
b) Hadits ahad
Hadits ahad yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua, tiga orang atau
lebih namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Artinya, pada tiap-tiap tsabaqah
(tingkatan), jumlah rawi hadits ahad bisa hanya terdiri dari satu rawi, dua, atau tiga
rawi saja dan tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dibagi menjadi tiga
macam, yaitu hadits masyhur, hadis aziz, dan hadits garib. Hadits masyur adalah
hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun belum mencapai derajat
mutawatir. Hadits aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu
Hadits hadits qarib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, dimanapun
a) Hadits sahih
Definisi hadits sahih menurut Ibnu Shalah adalah Hadits sahih adalah hadits
musnad (hadits yang mempunyai sanad) yang bersambung sanadnya, dan dinukil oleh
seorang yang adil dan dabit hingga akhir sanadnya, tanpa ada kejanggalan dan cacat.
Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis sahih
yaitu hadits yang sanadnya bersambung (tidak putus) dan para rawi yang
meriwayatkan hadits tersebut adalah adil dan dlabit, serta dalam matan hadits tersebut
b) Hadits hasan
Kata hasan berasal dari kata al-husnu yang berarti al-jamalu, yang artinya
kecantikan dan keindahan. Definisi yang lebih jelas dan detail adalah yang
dikemukakan oleh kebanyakan ulama hadits, hadits hasan adalah hadits yang dinukil
oleh seorang yang adil tetapi tidak begitu kuat ingatannya, bersambung sanadnya, dan
c) Hadits daif
Definisi hadits daif adalah Hadis yang tidak memenuhi syarat diterimanya
suatu hadits dikarenakan hilangnya salah satu syarat dari beberapa syarat yang ada.
Dari definisi tersebut diatas dapat dikatakan bahwa jika salah satu syarat dari
beberapa syarat diterimanya suatu hadits tidak ada, maka hadits tersebut
diklasifikasikan kedalam hadits daif. Para ulama ada perbedaan pendapat mengenai
mengambil hadits daif sebagai hujjah, apabila terbatas pada masalah fadzi’ilul
'amal.49
49
Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Hadisah, ( Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003), h.34-36
44
BAB III
METODE PENILITIAN
A. Jenis Penelitian
dalam pengajaran al- Qur’an Hadits, maka peneliti akan menggali data berdasarkan
informasi yang diperoleh melalui apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh
partisipan atau sumber data agar mengetahui sistem yang digunakan. Lexy J.
adanya, sehingga hanya merupakan penyikapan fakta semata.51 Jadi dalam penelitian
50
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,1990), h.5
51
Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa,
(Cet.I;Jakarta:PT.Gramedia Utama,1997), h.49
45
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 kelas X Mia
1 yang dipilih sebagai subjek penelitian diusahakan dari peserta didik memiliki
Table
C. Kehadiran Peneliti
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X
46
Mia 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu. Para informan yang diwawancara oleh peneliti
diharapkan dapat memberikan informasi yang valid dan actual. Ketika peneliti datang
Agama Islam Universitas Alkhairaat Palu yang secara langsung ditujukan kepada
Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu dengan maksud agar peneliti diberi izin
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan serta data tambahan seperti dokumen dan
penelitian dikategorikan dalam dua bentuk yaitu: data primer dan data sekunder.53
Data primer yaitu jenis data yang diperoleh melalui sumber data langsung di
lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data penunjang yang merupakan data
Berkaitan dengan hal tersebut, maka sumber data penelitian ini dibagi dalam
recorder).
52
Lexy J. Moleong, op.cit,, h.8
53
Nasution, S, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung:Tarsito,1996), h.12
47
bulanan).
1. Teknik observasi
sistematis terhadap gejala yang terlihat pada obyek penelitian. 54 Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap obyek ini terkait dengan penerapan efektifitas
sistem pembelajaran yang berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur’an
Hadits kelas X Mia 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Plau. Kegiatan observasi ini
dilakukan pada tahap awal dengan harapan apa yang dilihat dan didengar dilapangan,
akan dibandingkan dengan data yang diperoleh melalui wawancara secara mendalam.
2. Teknik Wawancara
terhadap sumber data. Apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan (orang
yang memberikan informasi, sumber informasi dan sumber data) yang lebih
mendalam. Yang menjadi objek penelitian ini adalah guru mata pelajaran al-Qur’an
54
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,1990), h.165
48
Hadits, siswa kelas X Mia 1, kepala sekolah dan staf Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu.
Sebagai alat bantu yang dimaksud berupa catatan pertanyaan yang hendak dijawab
pada waktu yang telah disepakati dan ditetapkan oleh peneliti dan informan. Selain
itu, teknik wawancara dilakukan dengan berbagai media penunjang seperti: alat
elektronik yang berfungsi sebagai perekam wawancara, alat tulis menulis dan lainnya
3. Teknik Dokumentasi
benda tertulis seperti buku-buku, arsip, dokumen dengan menggunakan catatan harian
dan alat tulis lainnya. Format dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data
berdasarkan dokumen yang ada dalam lokasi penelitian. Dokumen yang dimaksud
seperti data berupa gambaran singkat sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu, jumlah
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
F. Instrumen Penelitian
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik kualitatif deskriptif yaitu data yang diperoleh secara kualitatif deskriptif.
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu.
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
51
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
Setelah melakukan analisis data, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah
pengecekan keabsahan data. Hal ini dimaksud agar seluruh data dan informasi yang
memenuhi tuntunan objektifitas maka pengecekan keabsahan data dengan dua cara
data yang dikumpulkan.56 Peneliti telah mengalokasikan waktu untuk meneliti secara
Tatangga.
55
Suryana, Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif),
(Jakarta:Universitas Pendidikan Indonesia,2010), h.42
56
Lexy J. Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja
Rosdakarya,1990), h.175
52
DAFTAR PUSAKA
Ahmadi Abu & Tri Prasetya Joko, Strategi Belajar Mengajar, (Cet.II; Bandung:CV
Pustaka Setia, 2005)
Ahmad Al-Hajj Yusuf, Al-Qur’an Kitab Sains dan Medis, Terj. Kamran Asad Irsyadi,
(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2003)
Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Shower, Models of Teaching, (Boston:Allyn
and Bacon,1992)
M. Arif Arifuddin dan Inra Emi, Lima Rukun Pembelajaran 2013, (Cet 1;
Sulteng:PT,EnDe Ce Press,2014)
Mulyasa. E, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT
Remaja Rostakarya,2013)
Menteri Agama RI, Pendidikan Agama Islam, (Cet III; Jakarta:Departemen Agama
RI,2002)
Menteri Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI, (Jakarta: Departemen Agama
RI,2008)
Rahman Saleh Abdul, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Cet.II; Jakarta:PT.
Rajagrafindo Persada, 2016)