Anda di halaman 1dari 56

EFEKTIVITAS SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS

KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN


AL-QURAN HADITS KELAS X MIA 1
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
PALU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti seminar proposal pada


Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Alkhairaat Palu

Oleh :

RURI HASANAH
NIM : 14 31 21 11

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
2014

1
2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi yang berjudul “Efektifitas Sistem Pembelajaran berbasis

Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas X Mia I Madrasah

Aliyah Negeri 1 Palu”, oleh mahasiswi atas nama Ruri Hasanah, Nim. 14 31 21 11,

mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Alkhairaat Palu

setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi proposal yang bersangkutan, maka

masing-masing pembimbing memandang bahwa proposal tersebut telah memenuhi

syarat-syarat ilmiah dan dapat diajukan untuk diseminarkan.

Palu, 20 Rabi’ul Awal 1440 H


08 Januari 2018 M

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nenny Kurniati Lisfa, M. Ag Arifuddin Arif, S.Ag., M.Pd.I


3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
D. Pengertian Judul
E. Garis-garis Besar Isi Proposal Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Sistem Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013
B. Konsep Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Kelas X

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
C. Kehadiran Penelitian
D. Data Dan Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrument
G. Analisi Data Dan Pengolahan Data
H. Pengecekan Keabsahan Data

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diera modern sekarang perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat.

Hal ini mengakibatkan semakin cepatnya perkembangan pemikiran peserta didik

terutama peserta didik di Indonesia. Perkembangan pesat dari teknologi ini juga

berdampak pada kualitas pendidikan yang diberikan oleh guru kepada para peserta

didik. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia juga sudah kesekian kali diubah untuk

menyesuaikan perkembangan pendidikan dengan perkembangan teknologi dan

perkembangan peserta didik.

Penyempurnaannya adalah Kurikulum 1975 diubah menjadi Kurikulum 1984,

kemudian disempurnakan lagi menjadi Kurikulum 1994, kemudian diubah menjadi

Kurikulum 2004 lebih popular dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis

Kopetensi), kemudian disempurnakan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Kesatuan

Pendidikan (KTSP) dan dirubah lagi menjadi Kurikulum 2013. Perubahan-perubahan

yang dilakukan pada kurikulum di Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi dan teknoligi. 1

Setiap kurikulum yang berlaku di Indonesia dari periode 1945 hingga

kurikulum tahun 2006, memiliki beberapa perbedaan sistem. Perbedaan sistem yang

terjadi bisa merupakan kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri.

1
Deniyanti, Pembelajaran Akidah Akhlak dan Implementasinya dalam Kurikulum 2013
diMadarasah Aliyah Alkhairaat Palu, (Sulteng:2015), h.1
5

Kekurangan dan kelebihan dapat berasal dari Landasan, Komponen, Evaluasi,

Prinsip, Metode maupun Model pengembangan kurikulum. Untuk memperbaiki

kekurangan yang ada, maka disusunlah kurikulum yang baru yang diharapkan akan

sesuai dengan kebutuhan masyarakan dan tuntutan zaman.

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan pendidikan. Beberapa

petunjuk al-Quran maupun sunnah nabi saw. Dengan jelas menganjurkan para

pemeluk Islam untuk meningkatkan kecakapan dan akhlak generasi muda, budi

pekerti yang luhur dan kecakapan yang tinggi. Al-Quran memerintahkan pada kaum

muslimin untuk meningkatkan kualitas dan untuk tidak meninggalkan keturunan yang

lemah, yang akan menimbulkan kekhawatiran.

Allah swt. Berfirman dalam Q.S. an-Nisa (4):9:

‫َّللا َو ْل َيقُولُوا‬
َ َّ ‫ع َل ْي ِه ْم فَ ْل َيتَّقُوا‬ ِ ‫ش الَّذِينَ لَ ْو ت ََركُوا م ِْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِر َّيةا‬
َ ‫ض َعافاا خَافُوا‬ َ ‫سدِيداا َو ْل َي ْخ‬
َ ‫قَ ْو اًل‬

Terjemahannya:

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka


meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar.2

Penjelasan ayat tersebut, menunjukan bahwa pendidikan sebagai proses

pembentukan kepribadian adalah hal yang esensial dalam kehidupan manusia, yang

lazimnya dimiliki dan tertanam dalam diri setiap muslim. Pendidikan pada dasarnya

bertujuan untuk mencetak manusia yang berkualitas. Kopetensi lulusan di harapkan

dapat memiliki daya saing yang tinggi. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:J-Art,2004), h.78

9
6

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dirumuskan pengertian pendidikan sebagai

berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.3

Madrasah merupakan wadah utama pendidikan dan pembinaan umat Islam,

sebagai lembaga formal bagi umat Islam. Sejak zaman penjajahan Madrasah sudah

ada yang diselenggarakan oleh umat Islam. Sebagai pengajar dan pendidik, guru

memiliki peran yang penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran.

Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama

dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas

mengajarnya.

Hal ini menuntut perubahan–perubahan dalam pengorganisasian kelas,

penggunaan metode pengajaran, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan

karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Sehubungan dengan hal

tersebut, Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu sebagai lembaga pendidikan yang lebih di

kenal sebagai lembaga pendidikan keagamaan Islam menghadapi tantangan yang

berat seiring dengan tuntunan perubahan zaman. Oleh karena itu, Madrasah Aliyah

Negeri 1 Palu harus memperhatikan sistem pembelajaran yang tepat sesuai dengan

kurikulum yang saat ini diberlakukan yaitu Kurikulum 2013. Sehingga implementasi

3
Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Cet I;t.tp Wacana Intelektual Press,2006), h.85
7

Kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif,

inovatif, dan berkarakter.4

Pada konteks tersebut, pelajaran al-Quran Hadits pada Madrasah Aliyah 1 Palu

merupakan mata pelajaran pokok yang harus diberikan kepada peserta didik. Oleh

karena itu, sistem mata pelajaran al-Quran Hadits harus dilakukan semaksimal

mungkin dengan berbasis Kurikulum 2013 agar peserta didik bisa lebih aktif, kreatif

dan menyenangkan. Dengan melihat latar belakang masalah peneliti tertarik

mengadakan penelitian tentang “Efektivitas Sistem Pembelajaran Berbasis Kurikulum

2013 pada mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas X MIA 1 Madrasah Aliyah Negeri

1 Palu”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Penelitian ini terdapat rumusan masalah dan batasan masalah. Sehingga bisa

mempermudah peneliti dalam penyusunan laporan.

Adapun rumusan dan batasan masalah sebagai berikut :

1. Sejauhmana tingkat efektivitas sistem pembelajaran yang berbasis Kurikulum

2013 pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X Mia 1 Madrasah Aliyah

Negeri 1 Palu?

2. Apa hambatan penerapan sistem pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 pada

mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X Mia 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu?

4
H. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT Remaja
Rostakarya,2013), h.7
8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas sistem pembelajaran yang berbasis

Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X Mia 1 Madrasah

Aliyah Negeri 1 Palu

b. Untuk mengetahui apa hambatan penerapan sistem pembelajaran berbasis

Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X Mia 1 Madrasah

Aliyah Negeri 1 Palu

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara ilmiah diharapkan penelitian ini berguna untuk menambah

wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi pengajar khususnya di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Palu atau calon guru khususnya untuk peneliti dalam hal

merencanakan, memilih, dan menggunakan sistem mengajar sebagai kebutuhan

guru dan siswa dalam pembelajaran dikelas maupun diluar sekolah.

b. Manfaat praktis dari penelitian ini nantinya dapat mengetahui kendala yang

dihadapi guru Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu terkait pelaksanaan sistem

pembelajaran al-Qur’an Hadits yang berbasis Kurikulum 2013 serta bagaimana

solusi yang tepat guna menunjang proses pembelajaran agar bisa berjalan

maksimal dan sebagai salah satu syarat formal bagi peneliti dalam rangka

penyelesaian studi pada Fakultas Agama Islam Universitas Alkhairaat Palu.


9

D. Pengertian Judul

Untuk lebih memudahkan memahami maksud yang terkandung dalam

pembahasan ini, maka terlebih dahulu peneliti menguraikan beberapa konsep variabel

yang terjadi judul peneliti maupun yang terkait dengan judul “Efektifitas Sistem

Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Kelas X Mia 1 Palu“ sebagai berikut :

1. Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau

pencapaian suatu tujuan yang diukur dengan kualitas, kuantitas dan waktu,

sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

2. Sistem pembelajaran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata sistem bermakna

perangkat, unsur yang secara teratus saling berkaitan sehingga membentuk

suatu totalitas; susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan

sebagainya; serta mode.5 Pembelajaran diartikan sebagai acara dari peristiwa

eksternal yang dirancang oleh guru guna mendukung terjadinya kegiatan

belajar peserta didik. 6 Dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran adalah

perangkat yang dirancang oleh guru agar terlaksana proses belajar mengajar

peserta didik sehingga proses pembelajaran tercapai.

5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia, (Ed.II,Cet.VII;
Jakarta:Balai Pustaka,1996), h.580
6
Abdul Rahman Saleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Cet.II;Jakarta:PT.
Rajagrafindo Persada,2016), h.217
10

3. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan pengembangan

kurikulum berbasis kopetensi (KBK) yang telah di kembangkan pada tahun

2004 dan kurikulum tingkat satuan nasional (KTSP) pada tahun 2006 lalu,

yang mencakup kopetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara

terpadu.7

Berdasarkan berbagai pengertian dan uraian tersebut maka peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa maksud dari penelitian yang berjudul “efektivitas sistem

pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur`an Hadits kelas X

MIA 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu” adalah tingkat keberhasilan suatu perangkat

yang telah disusun oleh pendidik dalam hal ini adalah Guru mata pelajaran Al-Qur`an

Hadits kepada peserta didik kelas X MIA 1 dengan menggunakan Kurikulum 2013

yang mencakup kopetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.

E. Garis-Garis Besar Isi Proposal Skripsi

Fungsi dari garis-garis besar isi proposal skripsi adalah memberikan

gambaran secara global tentang isi proposal skripsi. Oleh karena itu, peneliti

mengemukakan pokok-pokok bahasan dalam proposal skripsi ini sebagai berikut:

Bab I memuat pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, pengertian judul serta garis-garis besar yang dibahas

dalam penelitian ini.

7
Arifuddin Arif dan Emi Inra, Lima Rukun Pembelajaran 2013, (Cet.1;Sulteng:PT,EnDeCe
Press,2014), h.38
11

Bab II memuat tinjauan pustaka atau landasan teori yang fokus pada

pembahasan sistem pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 dan konsep mata

pelajaran al-Qur’an Hadits dikelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu.

Bab III memuat metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, tampat

dan waktu penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan

data, instrument penelitian, analisis data dan pengolahan data serta pengecekan

keabsahan data.

Bab IV

Bab V
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013

1. Kurikulum 2013

Istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-

pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Istilah

kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus

ditempuh oleh seorang pelari. Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus

ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. 8 Dalam

suatu sistem pendidikan, kurikulum ini sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan

perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan

zaman.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan pada tahun 2004

dan Kurikulum Tingkat Satuan Nasional (KTSP) pada tahun 2006 lalu, yang

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.9

Peneliti mengambil kesimpulan, Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang

berlaku dalam Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum ini merupakan kurikulum

tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2004 (Kurikulum

8
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Cet.15;Jakarta:Bumi Aksara,2015), h.16
9
Arifuddin Arif dan Emi Inra, Lima Rukun Pembelajaran 2013, (Cet.1;Sulteng:PT,EnDeCe
Press,2014), h.38
13

Berbasis Kompetensi) dan yang berlaku selama kurang lebih 3 tahun dan lanjutan

Kurikulum 2006 ( yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Nasional)

yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun yang mencakup aspek sikap,

pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.

Ada empat aspek penilaian dalam Kurikulum 2013 diantaranya:

a. Aspek Spiritual (KI-1)

b. Aspek Sosial (KI-2)

c. Aspek Pengetahuan (KI-3) dan

d. Aspek Keterampilan (KI-4)

2. Landasan Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis dan

konseptual sebagai berikut :

1) Landasan Filosofis

a. Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dalam

pembangunan pendidikan

b. Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik,

kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

2) Landasan Yuridis

a. RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi

Pembelajaran dan Penataan Kurikulum

b. PP No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan


14

c. INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode

pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk

membentuk daya saing dan karakter bangsa.

3) Landasan Konseptual

a. Relevansi pendidikan (link and match)

b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

c. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)

d. Pembelajaran aktif (student active learning)

e. Penilain yang valid, utuh dan menyeluruh

3. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013

Tujuan Kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada Undang –Undang

No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang

Sisdiknas disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa. Sementara tujuannya yaitu untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.10

10
M fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, &
SMA/MA, (Yogyakarta:PT Ar-ruzz Media,2004), h.24
15

Tujuan Kurikulum 2013 secara khusus menurut M. Fadillah dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan

soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengaetahuan dalam

rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

2) Membantu dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif,

kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara

Indonesia.

3) Meningkatkan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan

menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan

semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam

pembelajaran.

4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga

masyarakat secara seimbang dalam membentuk dan mengendalikan kualitas

dalam pelaksanaan kurikulum ditingkat satuan pendidikan.

5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan

untuk mengembangkan Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan

pendidikan, kebutuhan peserta didik dan potensi daerah. 11

11
Ibid, h.25
16

Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan

Indonesia supaya memiliki hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan elektif, serta mampu berkomunikasi pada kehidupan

masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

4. Sistem Pembelajaran Kurikulum 2013

Sistem pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan

kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi

memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang

diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar

Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Ketiga sasaran pendidikan ini sesungguhnya lebih dikenal dengan domain

pembelajaran terjadi perbedaan tentang berapa domain pembelajaran ini.

Menurut Gage dan Briggs, ada lima ranah atau domain yang terkait dengan

sasaran pembelajaran yaitu intellectual skill, cognitives strategies, verbal

information, motor skill and attitudes.12 Berbeda dengan Bloom, ia mengemukakan

ada tiga domain atau sasaran tujuan yaitu domain efektif, domain kognitif dan domain

psikomotorik. Domain efektif memiliki lima tingkatan yaitu menerima, merespon,

menilai, mengorganisasi nilai dan karakterisasi nilai-nilai. Domain kognitif memiliki

12
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung:Rosdakarya,2008),
h.103
17

enam tingkatan yaitu mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,

mensintesis dan mengevaluasi. Domain psikomotorik memiliki enam jenjang yaitu

gerakan refleks, gerakan dasar, kecakapan mengamati, kecakapan jasmani, gerakan

keterampilan dan komunikasi yang berkesinambungan. 13

Tampaknya ketiga ranah kompetensi tersebut diadopsi oleh Kurikulum 2013

dengan beberapa inovasi pada setiap domain dengan hirarki aktivitas yang

dikembangkan. Hal ini terlihat pada domain sikap yang diperoleh melalui aktivitas

“menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan”. Domain

pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan

menganalisis, mengevaluasi dan mencipta”, domain keterampilan diperoleh melalui

aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta”.14

Menurut analisi peneliti, terdapat hal yang baru pada tingkatan keterampilan dan

pengetahuan pada Kurikulum 2013 yaitu kegiatan mencipta pada domain

pengetahuan dan menalar, menyaji, dan mencipta pada domain keterampilan.

Sistem kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta

mempengaruhi sistem standar proses. Untuk tujuan tersebut, maka Kurikulum 2013

memperkuat pembelajarannya dengan pendekatan scientific (saintifik), tematik

terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam satuan mata pelajaran).

Selain itu Kurikulum 2013 juga menerapkan pembelajaran berbasis penyingkapan

atau penelitian (discovery/inquiry learning), pembelajaran yang mendorong

13
Ibid, h.104
14
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Kurikulum 2013, h.3-4
18

kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual

maupun kelompok dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).15

Berangkat dari penjelasan diatas, peneliti dapat memahami bahwa pendekatan

pembelajaran yang digunakan Kurikulum 2013 yaitu pendekatan Discovery dan

inquiry learning dan pendekatan project based learning. Pendekatan inqury pada

prinsipnya merupakan pendekatan yang menekankan pada keaktifan peserta didik

untuk menyajikan bahwa tidak dalam bentuk yang final tetapi mereka diberikan

peluang untuk mencari dan menemukan pengetahuan mereka sendiri melalui problem

based learning. 16 Sintaks atau langkah pembelajaran yang menggunakan pendekatan

inquiry dan discovery adalah merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh peserta

didik, menetapkan jawaban sementara atau hipotesis, peserta didik mencari informasi,

data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan, menarik kesimpulan dan

generalisasi dan mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi yang baru. 17

Pendekatan inquiry dan discovery ini ada dasarnya dimasukkan oleh Bruce

dan Joyce sebagai model mengajar pemrosesan informasi (processing information).

Model mengajar ini lebih menekankan pada kecerdasan intelektual anak melalui

proses belajar kognitif. 18

15
Ibid
16
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,2010), h.277
17
Ibid, h.278
18
Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Shower, Models of Teaching, (Boston:Allyn and
Bacon,1992), h.10-20
19

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran ilmiah. Pendekatan

Ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (eksperimenting), menalar

(associanting), dan mengomunikasikan.

1) Mengamati

Kegiatan pembelajaran pada tahap melakukan pengamatan, guru membuka

secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan,

melalui kegiatan-kegiatan seperti: melihat, menyimak, mencermati, mendengar, dan

membaca (dengan atau tanpa alat).

2) Menanya

Kegiatan belajar yang dapat dilakukan peserta didik untuk pengalaman belajar

menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi apa yang tidak dipahami

dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk memperoleh informasi tambahan tentang

apa yang sedang mereka amati.

3) Mengeksplorasi

Kegiatan belajar sebagai bentuk dari pengalaman belajar mengeksplorasi

adalah melakukan eksperimen, membaca beragam sumber informasi lainnya selain

yang terdapat pada buku teks, mengamati objek, mengamati kejadian, melakukan

aktifitas tertentu, hingga berwawancara dengan seorang narasumber.

4) Mengasosiasi

Bentuk kejadian belajar yang dapat diberikan guru untuk menyediakan

pengalaman belajar atau langkah pembelajaran mengasosiasi ini antara lain mengolah
20

informasi mulai dari beragam informasi dengan melakukan analisa yang

memperdalam dan memperluas informasi hingga informasi yang saling

mendukung,bahkan yang berbeda atau bertentangan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan terakhir dalam kegiatan ini yaitu membuat tulisan atau bercerita

tentang apa-apa yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi.

Mengasosiasasikan dan menemukan pola. Untuk memberikan pengalaman belajar

mengkomunikasikan, maka peserta didik diajak untuk melakukan kegiatan belajar

berupa menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukannya, kesimpulan yang

diperolehnya berdasarkan hasil analisis, dilakukan baik secara lisan, tulisan, atau

cara-cara dan media lainnya. 19

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan sebuah pendekatan

pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta

didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,

peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Hal ini berarti kurikulum 2013 pada dasarnya menekankan juga pada model

pembelajaran kooperaktif dan model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran

kooperaktif adalah model yang menekankan pada adanya kelompok kecil yang

bekerja sama untuk memahami dan menyelesaikan sebuah projek. Selanjutnya model

pembelajaran kontekstual adalah model yang menekankan pada keaktifan belajar

19
Arifuddin Arif dan Emi Inra, Lima Rukun Pembelajaran 2013, (Cet.1;Sulteng:PT,EnDeCe
Press,2014), h.88-92
21

siswa yang dimulai dari realitas kemudian membandingkan dengan teori yang

terdapat dibuku. Kedua model ini menekankan pada keaktifan belajar siswa.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa sistem pembelajaran Kurikulum 2013

menurut peserta didik lebih aktif dan kreatif. Sehingga peserta didik lebih termotifasi

Untuk berpikir secara kritis melalui kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,

mengolah data, dan mengaplikasikan materi pembelajaran secara lisan maupun

tulisan. Pembelajaran memang sebaiknya bervariasi, agar tidak timbul kejenuhan dan

materi pembelajaran dapat diterima oleh peserta didik.

5. Implementasi Kurikulum 2013

Pembelajaran sebagai inti dari implementasi kurikulum dalam garis besarnya

menyangkut tiga fungsi manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Fungsi pertama adala perencanaan, yang menyangkut perumusan, tujuan dan

kompetensi serta memperkirakan cara pencapaian tujuan dan pembentukan

kompetensi tersebut. Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum, perencanaan

ini dituangkan dalam program pembelajaran, yang berkaitan dengan cara bagaimana

proses pembelajaran dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan dan kompetensi secara

efektif dan efisien. Fungsi kedua adalah pelaksanaan, fungsi ini mencakup

pengorganisasian dan kepemimpinan yang melibatkan penentuan berbagai kegiatan,

seperti pembagian pekerjaan kedalam berbagai tugas yang harus dilakukan guru dan

peserta dalam pembelajaran. Fungsi ketiga adalah penilaian yang sering juga disebut
22

evaluasi atau pengendalian. Penilain bertujuan untuk menjamin bahwa proses dan

kinerja yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. 20

Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya dalam

pengimplementasian pembelajaran Kurikulum 2013 terdapat tiga kegiatan pokok

yaitu:

1) Perencanaan

Proses pembelajaran merupakan aktifitas terencana yang disusun guru agar

siswa mampu belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Jika guru akan

melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu guru tersebut harus menyusun

perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ini nanti yang akan digunakan

sebagai alat pemandu bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran.

Agar kegiatan pembelajaran dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang

dicapai, maka guru harus merencanakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan

diselenggarakan dengan seksama. 21 Perencanaan guru dalam pembelajaran yaitu

persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap

tatap muka. 22 Secara administrative rencana ini dituangkan kedalam RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran)

20
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT Remaja
Rostakarya,2013), h.136
21
Abdurrahman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:Humani Citra,
2008), h.14
22
Mansur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidikan, (Jakarta:Bumi
Aksara,2007), h.14
23

2) Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang

melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, pesera didik

dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD.

Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. 23 Pelaksanaan

pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Tahap pelaksanaan pembelajaran

meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3) Penilaian

Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai, langkah selanjutnya yang harus

dilakukan oleh guru adalah mengadakan penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam

suatu pembelajaran penilaian sangat penting sebagai tolak ukur keberhasilan

pembelajaran, tidak terkecuali pada Kurikulum 2013. Penilaian dalam Kurikulum

2013 menggunakan penialain tematik.

Depdikbud (1994) mengemukakan “penilaian adalah suatu kegiatan untuk

memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang

proses dan hasil yang telah dicapai siswa” kata “menyeluruh” mengandung arti

23
Suryono & Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:PT.Remaja
Rosda Karya Offset,2015), h.258
24

bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu

saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. 24

Secara lebih jelas Imas Kurniasih dalam bukunya Implementasi Kurikulum

2013 Konsep dan Penerapannya menyatakan bahwa:

“Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif


untuk menilai dan mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output)
pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.” 25

B. Konsep Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Kelas X Madrasah Aliyah

Negeri 1 Palu

1. Al-Qur’an Kitabku

a. Pengertian al-Qur’an

Para ulama dalam bidang ilmu al-Qur’an telah mendefinisikan al-Qur’an

menurut pemahaman mereka masing-masing, baik secara etimologi maupun

terminologi. Secara etimologi para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan al-

Qur’an. Menurut al-Lihyany (w.215 H) dan segolongan ulama lain kata Qur’an

adalah bentuk masdar dari kata kerja (fi’il), qaraa artinya membaca, dengan

perubahan bentuk kata/tasrif (qaraa, yaqrau, quraanan). Dari tasrif tersebut kata

quraanan artinya bacaan yang bermakna isim maf’ul artinya yang dibaca.26 Karena

24
Sofan Amri, Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013, (Jakarta:PT.
Prestasi Pustakarya,2013), h.54-55
25
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:PT
Refika Aditama,2014), h.64
26
Yusuf al-hajj ahmad, Al-Qur’an Kitab Sains dan Medis, Terj. Kamran Asad Irsyadi,
(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2003), h.10
25

al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan

untuk kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt, sebagaimana yang termaksudkan

dalam QS. al-Qiyamah (75), 17-18.

ُ‫فَإِذَا قُ ْرآنَهُ فَاتَّبِ ْع قَ َرأْنَاه‬, ُ‫إِ َّن َعلَ ْينَا ُُ َج ْمعَه َوقُ ْرآنَه‬
Terjemahnya:

“Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (didadamu) dan


membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah [75]: 17-18)27

Beberapa pendapat ulama mengenai definisi al-Qur’an secara terminologi,

dalam kitab Tarikh at-Tasyri’ al-Islam, Syeikh Muhammad Khudari Beik

mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut Al-Qur’an ialah lafadz (firman

Allah Swt) yang berbahasa Arab yang diturunkan kepada Muhammad Saw, untuk

dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara mutawatir, yang

ditulis dalam mushaf, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat

an-Nas.28

b. Nama-nama al-Qur’an

Nama al-Qur’an bukanlah satu-satunya nama yang diberikan Allah Swt

terhadap kitab suci yang diturunkanNya kepada nabi Muhammad Saw. Menurut As-

Suyuthi dalam kitab al-Itqan fi 'ulum al-Qur'an menyebutkan bahwa al-Qur’an

27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Waladara,
2006),h.461
28
Yusuf al-hajj ahmad.,op.cit, h.11
26

mempunyai 55 nama.29 Bahkan dalam ( Ensiklopedi Islam untuk Pelajar ), disebutkan

ada 78 nama-nama bagi kitab suci al-Qur’an. Namun, jika diperhatikan dan dicermati

lebih lanjut berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an secara redaksional, maka akan

didapatkan beberapa nama saja, yang lainnya bukanlah nama melainkan hanya sifat,

fungsi atau indikator al-Qur’an. Beberapa nama al-Qur’an tersebut adalah: Al-Qur’an,

Al-Kitab, Al-Furqan, Ad-dkir, At-Tanzil. 30

2. Betapa Otentiknya Kitabku

a. Al-Qur’an merupakan mukjizat

Secara etimologi kata mu’jizat berbentuk (isim fa’il) dati kata a’jara, yu’riju,

i’jaazan, mu’jizun/mu’jizatun yang artinya melemahkan atau mengalahkan lawan,

Mu’jizat juga diartikan sebagai sesuatu yang menyalahi tradisi atau kebiasaan

(sesuatu yang luar biasa). Secara terminologi Manna’ Al-Qathan mendefinisikan

mu’jizat sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat

dari perlawanan. Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah Swt kepada para Nabi dan

RasulNya dalam menyampaikan risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya

yang menolak atau tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai

bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka

adalah benar-benar para Nabi dan Rasul (utusan) Allah yang membawa risalah

kebenaran dari Allah Swt. Adapun tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para

29
Al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al Qur’an, (Surabaya: PT Bima Ilmu, 2006), h.34
30
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 200I), h.5
27

Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang

menentang dan tidak mengakui atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka. 31

b. Syarat-syarat mu’jizat

Suatu kejadian atau peristiwa dikatakan sebagai u’jizat apabila memenuhi

syarat-syarat berikut:

a) Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan oleh siapapun selain

Allah Swt.

b) Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan atau tidak sesuai dengan

kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam.

c) Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seseorang yang mengaku

membawa Risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya.

d) Mu’jizat terjadi bertepatan dengan pengakuan nabi yang mengajak bertanding

menggunakan mu’jizat tersebut.

e) Tidak ada seorang manusiapun, bahkan jin sekalipun yang dapat

membuktikan dan membandingkan dalam pertandingan tersebut.

Kelima syarat tersebut diatas bila terpenuhi, maka suatu hal yang timbul di

luar kebiasaan adalah merupakan mu’jizat yang menyatakan atas kenabian atau

kerasulan orang yang mengemukakannya dan mu’jizat akan muncul dari tangannya. 32

31
Manna’Al-Qaththan, Mabahis fi Ulum Al Qur’an, ( Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa
2013), h.15
32
Loc.cit
28

c. Macam-macam mu’jizat

Mu’jizat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

Mu’jizat ֺHissi, ialah Mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh

telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan dirasa oleh lidah, tegasnya dapat

dicapai dan ditangkap oleh pancaindera. Mu’jizat ini sengaja ditunjukkan atau

diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan

akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata hatinya dan yang rendah budi dan

perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca indera, maka mu’jizat ini bisa juga

disebut mu’jizat inderawi. Mu’jizat Hissi ini dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya

hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan dimasa tertentu.

Mu’jizat Ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan

kekuatan panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “’aqli” atau dengan

kecerdasan pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ma’nawi ini

melainkan orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi luhur dan yang

suka mempergunakan kecerdasan pikirannya dengan jernih serta jujur. Karena harus

menggunakan akal pikiran untuk mencapainya, maka bisa disebut juga mu’jizat ‘aqli

atau mu’jizat rasional. Berbeda dengan mu’jizat hissi, mu’jizat ma’nawi bersifat

universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir

zaman. 33

33
Ibid., h.16
29

3. Tujuan dan Fungsi al-Qur’an

a. Kedudukan al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan sumber pokok bagi ajaran Islam, al-Qur’an juga

merupakan sumber hukum yang utama dan pertama dalam Islam. Sebagai sumber

pokok ajaran Islam, al-Qur’an berisi ajaran-ajaran yang lengkap dan sempurna yang

meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia, terutama

umat Islam. Sebagai sumber hukum, al-Qur’an telah memberikan tata aturan yang

lengkap, ada yang masih bersifat global (mujmal) dan ada pula yang bersifat detail

(tafsil).

Al-Qur’an mengatur dengan disertai konsekuensi-konsekuensi demi

terciptanya tatanan kehidupan manusia yang teratur, harmonis, bahagia dan sejahtera,

baik lahir maupun batin. Agar manusia dapat mencapai kebahagiaan dan

kesejahteraan hidupnya, maka hendaknya manusia selalu berpegang teguh kepada

prinsip dasar ajaran dan kaidah-kaidah hukum yang bersumber dari al-Qur’an sebagai

sumber utamanya34.

Hal ini sebagaimana tersirat dalam QS. Ali ‘Imran ayat 103.

‫َص ُموا‬ َّ ‫تَفَ َّرقُوا َج ِمي اعا َو ًَل‬


ِ ‫َّللاِ ِب َح ْب ِل َوا ْعت‬

34
M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2006),
h.13
30

Terjemahnya:

“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai,...” (QS. Ali-‘Imran [3]:103)35

b. Tujuan dan fungsi al-Qur’an

Allah telah menurunkan al-Qur’an dengan membawa kebenaran yang hakiki.

Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi dan tujuan bagi kehidupan umat manusia,

terutama umat Islam. Di antara tujuan dan fungsi diturunkannya al-Qur’an oleh Allah

Swt adalah:

1. Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia

2. Al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran agama Islam

3. Al-Qur’an sebagai peringatan dan pelajaran bagi manusia. 36

4. Pokok-pokok isi kitabku

a. Memahami pokok-pokok isi al-Qur’an

a) Aqidah

Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak

Akidah adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan, Orang yang

berakidah berarti orang yang beriman (mukmin). Akidah secara terminologi

didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati,

dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Akidah

Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan

35
Departemen Agama RI,op.cit,. h.50
36
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2004), h.6
31

Hadits. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup

mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya

dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih)

dalam kehidupannya sehari-hari. 37

Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang

terdapat dalam QS al-Ikhlas (112), 1-4:

‫ولَ ْم يَ ُكن لَّهُ ُكفُ اوا أَ َحد‬,


َ ‫ ْمَُل يَ ِل ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬, ُ‫ص َمد‬ َّ ‫َّللاُ أَ َحد‬
َّ ‫َّللاُ ال‬, َّ ‫َوقُ ْل ُُه‬

Terjemahnya:

1. Katakanlah (Muhammad Saw.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa


2. Allah Swt. tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas [112]: 1-4)38

b) Ibadah dan mu’amalah

Ibadah berasal dari kata َ‫دَبَع – دُبُعَْي – ادابْع‬/َ ِ‫ ةاداَبَع‬artinya mengabdi atau

menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya

kepada Allah Swt dengan tunduk, taat dan patuh kepadaNya. Ibadah merupakan

bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap

kebesaran Allah Swt sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena

keyakinan bahwa Allah Swt mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam al-Qur’an

37
Abdullah Zakie al-Kaf, Etika Islami, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.34
38
Departemen Agama RI,op.cit,. h.485
32

dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk

beribadah kepada Allah Swt.39

Firman Allah Swt dalam QS. Adz Dzariyaat (51) 56:

ِ ‫س إِ ًَّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
Terjemahnya:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepadaKu.” (QS. Adz Dzariyaat [51] : 56)40

Selain beribadah kepada Allah Swt karena kesadaran manusia sebagai

makhluk ciptaan Allah Swt, manusia juga memiliki kecenderungan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka al-Qur’an tidak hanya

memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah

Swt (‫َ(لبْح نَمِ هِﱣللا‬, tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan dalam

hubungannya dengan manusia lain (َّ‫َ(لبْح نَمِ ساِنلا‬. Misalnya: silaturrahim, jual beli,

hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam kehidupan bermasyarakat,

kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut dengan mu’amalah.

c) Akhlak

Akhlak (‫ )قَ ﻼخَْا‬ditinjau dari segi etimologi merupakan bentuk jama’ dari kata

(‫ ُُ)لخُﻖ‬yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian

terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul

spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.

39
Abdullah Zakie al-Kaf, op.cit,. h.35
40
Departemen Agama RI,op.cit,. h.417
33

d) Hukum

Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan

ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah

untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil,

aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun disebagai

sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-ketentuan

hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global

(mujmal) maupun terperinci (tafsil).41

Beberapa ayat-ayat al-Qur’an yang berisikan ketentuan hukum antara lain

adalah QS. An-Nisa (4), 105:

َ‫َّللاُ نَّا أَ ْنزَ ْلنَا إِلَيْك‬


َّ ‫َصي اما خَائِنِينَ تَ ُك ْن َو ًَل‬ ِ ‫اب ِب ْال َح‬
ِ َّ‫ﻖ ِلتَ ْح ُك َم بَيْنَ الن‬
ِ ‫اس خ‬ َ َ‫ِب َما أَ َراكَ ْال ِكت‬
Terjemahnya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa


kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” QS. An-
Nisa (4), 10542

e) Sejarah atau kisah umat masa lalu

Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang

sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan

hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah

41
Abdullah Zakie al-Kaf, Etika Islami, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.37
42
Departemen Agama RI,op.cit,. h.76
34

(pelajaran) bagi umat Islam. ‘Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi

petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk

dan keridhaan Allah Swt.

f) Dasar-dasar ilmu pengetahuan (sains) dan tekhnologi

Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah, banyak ayat yang memberikan isyarat-

isyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk

kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia.

Allah Swt yang Maha Memberi Ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk

dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. 43

5. Memahami Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar

a. Memahami hadits, sunnah, khabar dan atsar

a. Pengertian hadits

Secara etimologis hadits mempunyai beberapa arti yang baru (jadiid), yang

dekat (qariib), dan warta/berita (khabaar). Sedangkan hadits secara terminologi

adalah segala ucapan nabi Saw, segala perbuatan serta keadaan atau perilaku beliau.

b. Pengertian sunnah

Menurut bahasa kata sunnah merupakan derivasi dari kata sanna – yasunnu

sunnatan. Kata itu berarti cara, jalan yang ditempuh, tradisi (adat kebiasaan), atau

ketetapan, apakah hal itu baik atau tidak, terpuji atau tercela. 44 Dasarnya adalah

43
Abdullah Zakie Al-Kaf, Etika Islami, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.38
44
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 200I), h.8
35

dalam al-Qur’an kata sunnah mengacu pada arti ketetapan atau hukum Allah Swt

dalam QS. al-Isra (17), 77.

‫س ِلنَا ِم ْن قَ ْبلَ َك‬


ُ ‫سنَّتِنَا ت َِجدُ َو ًَل ُر‬
ُ ‫يﻼ ِل‬ ُ ‫س ْلنَا قَ ْد َم ْن‬
‫سنَّةَ تَحْ ِو ا‬ َ ‫أَ ْر‬
Terjemahnya:

“(Yang demikian itu) merupakan ketetapan bagi para rasul Kami yang Kami
utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan
Kami.” (QS. al-Isra [17]: 77)45

c. Pengertian khabar

Khabar menurut bahasa berarti warta/berita yang disampaikan dari seseorang

kepada seseorang. Adapun pengertian khabar menurut istilah ahli hadits yaitu segala

sesuatu yang disandarkan atau berasal dari nabi Saw atau dari yang selain nabi Saw.

Dengan pengertian yang demikian, maka khabar lebih umum dari pada hadits, karena

dalam khabar termasuk juga segala sesuatu yang berasal dari selain dari nabi Saw,

seperti perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau.

d. Pengertian atsar

Menurut bahasa, atsar artinya bekasan sesuatu atau sisa sesuatu. Atsar berarti

pula nukilan (yang dinukilkan). Adapun pengertian atsar menurut istilah, kebanyakan

ulama berpendapat bahwa atsar mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan

hadits. Sebagian ulama mengatakan bahwa atsar lebih umum dari pada khabar, yaitu

bahwa atsar berlaku bagi segala sesuatu yang datang dari nabi Saw, maupun dari

selain nabi Saw. Sedangkan khabar khusus bagi segala sesuatu yang datang dari nabi

45
Departemen Agama RI,op.cit,. h.231
36

Saw saja. Adapun para fuqaha memakai istilah atsar untuk perkataan-perkataan

ulama salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain.

e. Persamaan hadits, sunnah, khabar dan atsar

Menurut sebagian ulama, antara keempat istilah ini adalah muradif atau

mempunyai pengertian yang sama. Segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi

Saw, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau. Akan tetapi

sebahagian ulama membedakan pengertian antara sunnah dan hadits. Sunnah itu

adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari nabi Saw, baik perkataaan maupun

perbuatan beliau, sedangkan hadits hanya khusus mengenai perkataan beliau. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa persamaan antara sunnah dengan hadits adalah

bersumber kepada Rasulullah Saw.

f. Perbedaan hadits, sunnah, khabar dan atsar

Menurut sebagian ulama, sunnah lebih luas dari hadits. Sunnah adalah segala

yang dinukilkan dari nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,

maupun pengajaran, sifat, kelakuan dan perjalanan hidup, baik sebelum maupun

sesudah diangkat menjadi nabi dan rasul. Titik berat sunnah adalah kebiasaan

normatif nabi Muhammad Saw. Khabar selain dinisbahkan kepada nabi Muhammad

Saw, dapat juga dinisbahkan kepada sahabat dan tabiin. Khabar lebih umum dari

hadits, karena masuk didalamnya semua riwayat yang bukan dari nabi Muhammad
37

Saw. Atsar lebih sering digunakan untuk sebutan bagi perkataan sahabat nabi

Muhammad Saw, meskipun kadang-kadang dinisbahkan kepada beliau. 46

g. Memahami unsur-unsur hadits

a. Unsur-unsur hadits

a) Sanad

Dari segi bahasa sanad berarti almu’tamadu artinya yang menjadi sandaran,

tempat bersandar, arti yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau dipercaya. Dalam

istilah ilmu hadits sanad adalah rangakaian urutan orang-orang yang menjadi

sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadits atau sunnah sampai ada nabi

Saw. Sanad menurut istilah ahli hadits yaitu jalan yang menyampaikan pada matan

hadits. Menerangkan rangkaian urutan sanad suatu hadis disebut isnad. Orang yang

menerangkan sanad suatu hadis disebut musnid. Sedangkan hadis yang diterang-kan

dengan menyebutkan sanadnya sehingga sampai kepada nabi Saw disebut musnad.

b) Matan

Dari segi bahasa matan adalah punggung jalan, tanah gersang atau tandus,

membelah, mengeluarkan dan mengikat. Matan menurut istilah ahli hadits yaitu

perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi Saw. Yang disebut

sesudah habis disebutkan sanadnya.

c) Rawi

Rawi yaitu orang yang memindahkan hadits dari seorang guru keorang lain

atau membukukannya kedalam suatu kitab hadits. Rawi pertama adalah para sahabat

46
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 200I), h.9-10
38

dan rawi terakhir adalah orang yang membukukannya, seperti Imam Bukhari, Imam

Ahmad dan lain-lain. Suatu hadits yang telah sampai kepada kita dalam bentuknya

yang sudah ditadwin/terkodifikasikan (terbukukan) dalam buku-buku hadits, melalui

beberapa rawi dan sanad. Rawi terakhir hadits yang termaksud dalam Sahih Bukhari

atau dalam Sahih Muslim, ialah Imam Bukhari atau Imam Muslim. Seorang penyusun

atau pengarang, bila hendak menguatkan suatu hadits yang ditakhrijkan dari suatu

kitab hadits, pada umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya pada akhir matan

haditsnya.

d) Syarat-syarat rawi

1) Adil

2) Muslim

3) Baligh

4) Berakal

5) Tidak melakukan dosa besar dan

6) Tdk sering melakukan dosa kecil

7) Dabid al-shadri (kuat hafalan) dan dabid al-kitabah (dapat

memelihara kitab hadits. 47

47
Ibid., h.15
39

h. Macam-macam sunnah nabi

a. Memahami macam-macam sunnah nabi

a) Sunnah Qauliyah

Sunnah Qauliyah adalah bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan

kepada nabi Muhammad Saw, yang berisi berbagai tuntunan dan petunjuk syarak,

peristiwa-peristiwa atau kisah-kisah, baik yang berkenaan dengan aspek akidah,

syariah maupun akhlak. Dengan kata lain Sunnah Qauliyah yaitu sunnah nabi Saw

yang hanya berupa ucapannya saja baik dalam bentuk pernyataan, anjuran, perintah

cegahan maupun larangan. Yang dimaksud dengan pernyatan nabi Saw di sini adalah

sabda nabi Saw dalam merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu, masa kininya

dan masa depannya, kadang-kadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau

jawaban yang diajukan oleh sahabat atau bentuk-bentuk lain seperti khutbah. Dilihat

dari tingkatannya sunnah qauliyah menempati urutan pertama yang berarti

kualitasnya lebih tinggi dari kualitas sunnah fi’liyah maupun taqririyah.

b) Sunnah Fi’liyah

Sunnah fi’liyah adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada nabi

Muhammad Saw. Kualitas sunnah fi’liyah menduduki tingkat kedua setelah sunnah

qauliyah. Sunnah fi’liyah juga dapat maknakan sunnah nabi Saw yang berupa

perbuatan nabi yang diberitakan oleh para sahabat mengenai soal-soal ibadah dan

lain-lain seperti melaksanakan shalat manasik haji dan lain-lain.


40

c) Sunnah Taqririyah

Sunnah Taqririyah adalah sunnah yang berupa ketetapan nabi Muhammad

Saw terhadap apa yang datang atau dilakukan para sahabatnya. Dengan kata lain

sunnah taqririyah, yaitu sunnah nabi Saw yang berupa penetapan nabi Saw terhadap

perbuatan para sahabat yang diketahui nabi Saw tidak menegurnya atau melarangnya

bahkan nabi Saw cenderung mendiamkannya. Beliau membiarkan atau mendiamkan

suatu perbuatan yang dilakukan para sahabatnya tanpa memberikan penegasan

apakah beliau membenarkan atau menyalahkannya.

d) Sunnah Hammiyah

Sunnah Hammiyah ialah suatu yang dikehendaki nabi Saw tetapi belum

dikerjakan. Sebagian ulama hadits ada yang menambahkan perincian sunnah tersebut

dengan sunnah hammiyah. Karena dalam diri nabi Saw terdapat sifat-sifat, keadaan-

keadaan (ahwal) serta himmah (hasrat untuk melakukan sesuatu). Dalam riwayat

disebutkan beberapa sifat yang dimiliki beliau seperti, “bahwa Nabi Saw selalu

bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras dan tidak pula kasar, tidak

suka berteriak, tidak suka berbicara kotor, tidak suka mencela,” Juga mengenai sifat

jasmaniah beliau yang dilukiskan oleh sahabat Anas ra.48

48
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Hadits, (Jakarta: Kementrian Agama
2014), h.103-106
41

i. Memahami hadits dari segi kualitas dan kuantitas

a. Hadits ditinjau dari segi kuantitas

a) Hadits Mutawatir

Hadits mutawatir secara etimologi berarti muttabi’ yang artinya yang datang

berturut-turut dan tidak ada jarak. Sedangkan secara terminologi hadits mutawatir

adalah hadits yang merupakan tangkapan pancaindra yang diriwayatkan oleh

sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan

bersepakat untuk dusta. Hadits mutawatir terbagi menjadi dua macam; pertama,

mutawatir lafdzi, kedua, mutawatir ma’na.

Mutawatir lafdzi yaitu hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh rawi yang

banyak dan mencapai syarat-syarat mutawatir dengan redaksi dan makna hadits yang

sama antara riwayat satu dan riwayat yang lain. Sedangkan mutawatir ma’na yaitu

hadits yang mempunyai tingkat derajat mutawatir namun susunan redaksinya berbeda

antara yang diriwayatkan satu rawi dengan rawi yang lain, namun isi kandungan

maknanya sama.

Menurut pendapat para ulama ahli hadits, bahwa tidak boleh ada keraguan

sedikit pun dalam memakai hadits mutawatir. Hadits mutawatir harus diyakini dan

dipercayai dengan sepenuh hati. Hal ini sama halnya dengan pengetahuan kita tentang

adanya udara, angin, panas, dingin, air, api dan jiwa, yang tanpa membutuhkan

penelitian ulang kita sudah percaya akan keberadaannya. Jadi, dengan kata lain

bahwa hukum hadits mutawatir adalah bersifat qat’i (pasti).


42

b) Hadits ahad

Hadits ahad yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua, tiga orang atau

lebih namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Artinya, pada tiap-tiap tsabaqah

(tingkatan), jumlah rawi hadits ahad bisa hanya terdiri dari satu rawi, dua, atau tiga

rawi saja dan tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dibagi menjadi tiga

macam, yaitu hadits masyhur, hadis aziz, dan hadits garib. Hadits masyur adalah

hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun belum mencapai derajat

mutawatir. Hadits aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu

habaqah, kemudian pada habaqah selanjunya banyak rawi yang meriwayatkannya.

Hadits hadits qarib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, dimanapun

tempat sanad itu terjadi.

b. Hadits ditinjau dari segi kualitas

a) Hadits sahih

Definisi hadits sahih menurut Ibnu Shalah adalah Hadits sahih adalah hadits

musnad (hadits yang mempunyai sanad) yang bersambung sanadnya, dan dinukil oleh

seorang yang adil dan dabit hingga akhir sanadnya, tanpa ada kejanggalan dan cacat.

Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis sahih

yaitu hadits yang sanadnya bersambung (tidak putus) dan para rawi yang

meriwayatkan hadits tersebut adalah adil dan dlabit, serta dalam matan hadits tersebut

tidak ada kejanggalan (syak) dan cacat (‘illah).


43

b) Hadits hasan

Kata hasan berasal dari kata al-husnu yang berarti al-jamalu, yang artinya

kecantikan dan keindahan. Definisi yang lebih jelas dan detail adalah yang

dikemukakan oleh kebanyakan ulama hadits, hadits hasan adalah hadits yang dinukil

oleh seorang yang adil tetapi tidak begitu kuat ingatannya, bersambung sanadnya, dan

tidak terdapat cacat serta kejanggalan pada matannya.

c) Hadits daif

Definisi hadits daif adalah Hadis yang tidak memenuhi syarat diterimanya

suatu hadits dikarenakan hilangnya salah satu syarat dari beberapa syarat yang ada.

Dari definisi tersebut diatas dapat dikatakan bahwa jika salah satu syarat dari

beberapa syarat diterimanya suatu hadits tidak ada, maka hadits tersebut

diklasifikasikan kedalam hadits daif. Para ulama ada perbedaan pendapat mengenai

masalah hukum menggunakan hadits daif. Mayoritas ulama membolehkan

mengambil hadits daif sebagai hujjah, apabila terbatas pada masalah fadzi’ilul

'amal.49

49
Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Hadisah, ( Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003), h.34-36
44

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian desktiptif kualitatif. Mengingat

permasalahan belum diketahui tingkat efektifitas penerapan sistem Kurikulum 2013

dalam pengajaran al- Qur’an Hadits, maka peneliti akan menggali data berdasarkan

informasi yang diperoleh melalui apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh

partisipan atau sumber data agar mengetahui sistem yang digunakan. Lexy J.

Moleong setelah melakukan analisis terhadap beberapa definisi penelitian kualitatif

kemudian membuat definisi sendiri sebagai sintesis dari pokok-pokok pengertian

penelitian kualitatif, menurut Moleong.

Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami


fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 50

Pengertian secara teorotis tentang penelitian deskriptif adalah penelitian yang

hanya terbatas pada usaha mengungkapkan masalah dan keadaan sebagaimana

adanya, sehingga hanya merupakan penyikapan fakta semata.51 Jadi dalam penelitian

ini menggunakan metodologi dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang

mempunyai karakteristik alami sebagai sumber data langsung.

50
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,1990), h.5
51
Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa,
(Cet.I;Jakarta:PT.Gramedia Utama,1997), h.49
45

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan disekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 kelas X Mia

1 Palu pada Tahun ajaran 2019/2020 .

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 kelas X Mia

1 yang dipilih sebagai subjek penelitian diusahakan dari peserta didik memiliki

kesiapan dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits.

Table

Waktu Maret April Mei Juni


No
Tahap 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan V V v
Penyusunan
2 V V v
Instrumen
3 Pelaksanaan v v V v
Analisis
4 V v V
Data
5 Pelaporan v v V

C. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrument utama dalam penelitian. Peneliti

bertindak sebagai pengamat penuh dan mengamati tentang efektifitas sistem

pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits kelas X
46

Mia 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu. Para informan yang diwawancara oleh peneliti

diharapkan dapat memberikan informasi yang valid dan actual. Ketika peneliti datang

kelokasi penelitian, terlebih dahulu menyampaikan surat rekomendasi dari Fakultas

Agama Islam Universitas Alkhairaat Palu yang secara langsung ditujukan kepada

Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu dengan maksud agar peneliti diberi izin

untuk melakukan penelitian di sekolah bersangkutan.

D. Data dan Sumber Data

Lexy J. Moleong mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan serta data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. 52 Sedangkan Nasution, mengatakan bahwa sumber data dalam suatu

penelitian dikategorikan dalam dua bentuk yaitu: data primer dan data sekunder.53

Data primer yaitu jenis data yang diperoleh melalui sumber data langsung di

lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data penunjang yang merupakan data

pelengkap yang diperoleh melalui dokumen dan administrasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka sumber data penelitian ini dibagi dalam

tiga kategori, sebagai berikut:

1. Kata-kata atau tindakan orang yang diamati dan diwawancarai sebagai

data utama yang dicatat melaui catatan tertulis, perekaman (copy

recorder).

52
Lexy J. Moleong, op.cit,, h.8
53
Nasution, S, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung:Tarsito,1996), h.12
47

2. Sumber tertulis sebagai data penunjang (arsip, dokumen, dan laporan

bulanan).

3. Data statistik (tentang keadaan siswa, guru, pegawai, sarana dan

prasarana) dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dilembaga

sebagai obyek penelitian.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik observasi

Observasi yang dimaksudkan adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang terlihat pada obyek penelitian. 54 Pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan terhadap obyek ini terkait dengan penerapan efektifitas

sistem pembelajaran yang berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran al-Qur’an

Hadits kelas X Mia 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Plau. Kegiatan observasi ini

dilakukan pada tahap awal dengan harapan apa yang dilihat dan didengar dilapangan,

akan dibandingkan dengan data yang diperoleh melalui wawancara secara mendalam.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara yaitu cara mengumpulkan data melalui tatap muka

terhadap sumber data. Apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan (orang

yang memberikan informasi, sumber informasi dan sumber data) yang lebih

mendalam. Yang menjadi objek penelitian ini adalah guru mata pelajaran al-Qur’an
54
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,1990), h.165
48

Hadits, siswa kelas X Mia 1, kepala sekolah dan staf Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu.

Sebagai alat bantu yang dimaksud berupa catatan pertanyaan yang hendak dijawab

oleh informan atau yang diwawancarai. Pelaksanaan teknik wawancara dilakukan

pada waktu yang telah disepakati dan ditetapkan oleh peneliti dan informan. Selain

itu, teknik wawancara dilakukan dengan berbagai media penunjang seperti: alat

elektronik yang berfungsi sebagai perekam wawancara, alat tulis menulis dan lainnya

yang dianggap dapat mendukung (menjaring) data yang dibutuhkan.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan dengan cara melihat benda-

benda tertulis seperti buku-buku, arsip, dokumen dengan menggunakan catatan harian

dan alat tulis lainnya. Format dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data

berdasarkan dokumen yang ada dalam lokasi penelitian. Dokumen yang dimaksud

seperti data berupa gambaran singkat sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu, jumlah

guru, jumlah siswa dan sebagainya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan.


49

F. Instrumen Penelitian

VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR


1. Menjelaskan pengertian al-
Qur’an menurut para ahli
2. Menjelaskan nama-nam al-
Al-Qur’an Kitabku Qur’an
3. Menunjukkan perilaku orang
yang berpegang teguh kepada
al-Qur’an
1. Menjelaskan bukti-bukti
keotentikan al-Qur’an
2. Membuktikan keotentikan al-
Qur’an ditinjau dari segi
Betapa otentiknya Kitabku keunikan redaksinya,
kemukjizatannya, dan
sejarahnya
3. Menunjukkan contoh
keotentikan al-Qur’an
1. Menjelaskan tujuan dan fungsi
al-Qur’an
Tujuan dan fungsi Kitabku 2. Menunjukan perilaku yang
memfungsikan al-Qur’an
3. Menerapkan fungsi al-Qur’an
1. Mengidentifikasi pokok-pokok
Al-Qur’an isi al-Qur’an
Hadits 2. Menunjukkan ayat terkait
Pokok-pokok isi Kitabku dengan pokok-pokok isi al-
Qur’an
3. Menyimpulkan kandungan ayat
tentang pokok isi Al-Qur’an
1. Menjelaskan pengertian hadits,
sunnah, khabar dan atsar
Memahami hadits, sunnah, 2. Membedakan hadits, sunnah,
khabar dan atsar khabar dan atsar
3. Mengidentifikasi persamaan
hadits, sunnah, khabar dan atsar
1. Menjelaskan macam-macam
sunnahdan fungsinya terhadap
al-Qur’an
Betapa bermacam- 2. Mengidentifikasi macam-
50

macamnya sunnah nabiku macam sunnah


3. Menunjukkan contoh macam-
macam sunnah
1. Menjelaskan hadits dari segi
kuantitas rawi
Memahami hadits dari segi 2. Menjelaskan pembagian hadits
kuantitas dan kualitas dari segi kualitas sanad
3. Mengklasifikasikan pembagian
hadits
1. Menjelaskan sanad, matan dan
Memahami unsur-unsur rawi
hadits 2. Menerapkan pengertian sanad,
matan dan rawi dalam hadits

G. Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik kualitatif deskriptif yaitu data yang diperoleh secara kualitatif deskriptif.

Penelitian ini tidak menggunakan statistik hanya bersifat deskriptif dalam

menganalisis data peneliti menggunakan analisis data sebelum dilapangan serta

menggunakan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

1. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu.

2. Penyajian data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data. Melalui menyajikan data ini, maka terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan sehingga akan mudah dipahami.

3. Verifikasi data, yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
51

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

kelapangan pengumpulan data, maka kesimpulan yang diambil merupakan

kesimpulan yang Creadible (dapat dipercaya).55

H. Pengecekan Keabsahan Data

Setelah melakukan analisis data, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah

pengecekan keabsahan data. Hal ini dimaksud agar seluruh data dan informasi yang

diperoleh benar-benar terjamin kualitasnya dan kredible. Dengan demikian, peneliti

melakukan dengan cara mengadakan peninjauan kembali, apakah semua faktor

sebagai analisis data diperoleh benar-benar terjadi dilokasi penelitian, yaitu di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu Kelurahan Duyu Kecamatan Tatangga. Demi

memenuhi tuntunan objektifitas maka pengecekan keabsahan data dengan dua cara

perpanjang keikutsertaan sebagai peneliti yang berguna untuk peningkatan validitas

data yang dikumpulkan.56 Peneliti telah mengalokasikan waktu untuk meneliti secara

langsung tentang efektifitas sistem pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 yang

digunakan disekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu Kelurahan Duyu Kecamatan

Tatangga.

55
Suryana, Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif),
(Jakarta:Universitas Pendidikan Indonesia,2010), h.42
56
Lexy J. Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja
Rosdakarya,1990), h.175
52

DAFTAR PUSAKA

Ahmadi Abu & Tri Prasetya Joko, Strategi Belajar Mengajar, (Cet.II; Bandung:CV
Pustaka Setia, 2005)

Amri Sofan, Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013,


(Jakarta:PT. Prestasi Pustakarya, 2013)

Abidin Yunus, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,


(Bandung:PT Refika Aditama,2014)

Andriani Dian, Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Al-Qur’an


Hadits diMTsN Pucanglaban, (Tulungagung:2017)

Al-Kaf Zakie Abdullah, Etika Islami, (Bandung: Pustaka Setia, 2002)

Al-Qaththan Manna’, Mabahis fi Ulum Al Qur’an, ( Bogor: Pustaka Lentera Antar


Nusa 2013)

Al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al Qur’an, (Surabaya: PT Bima Ilmu, 2006)

Ahmad Al-Hajj Yusuf, Al-Qur’an Kitab Sains dan Medis, Terj. Kamran Asad Irsyadi,
(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2003)

Deniyanti, Pembelajaran Akidah Akhlak dan Implementasinya dalam Kurikulum


2013 diMadarasah Aliyah Alkhairaat Palu, (Sulteng:2015)
53

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia, (Ed.II


,Cet.VII; Jakarta: Balai Pustaka,1996)
Direktorat Pembinaan SMA-Direktorat Pendidikan Menengah, Panduan
Pelaksanaan Pengimbasan Implementasi Kurikulum 2013 SMA, (Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA-Direktorat Pendidikan Menengah, 2013)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Bandung:J-Art,2004)

Fadlillah M, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,


& SMA/MA, (Yogyakarta:PT Ar-ruzz Media,2004)

Fathurrohman Pupuh & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar,


(Cet.I;Bandung:Pt. Aditama,2007)

Gintings Abdurrahman, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:Humani


Citra, 2008)

Hamalik Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, (Cet.15;Jakarta:Bumi Aksara,2015)

Hasan Ali, Masail Fiqhiyah al-Hadisah, ( Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003)

Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Shower, Models of Teaching, (Boston:Allyn
and Bacon,1992)

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Hadits, (Jakarta: Kementrian


Agama 2014)

Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,1990)


54

M. Arif Arifuddin dan Inra Emi, Lima Rukun Pembelajaran 2013, (Cet 1;
Sulteng:PT,EnDe Ce Press,2014)
Mulyasa. E, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT
Remaja Rostakarya,2013)

Muslich Mansur, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidikan,


(Jakarta:Bumi Aksara,2007)

Mulyasa. E, Guru dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT Remaja


Rosdakarya,2015)

Menteri Agama RI, Pendidikan Agama Islam, (Cet III; Jakarta:Departemen Agama
RI,2002)

Menteri Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI, (Jakarta: Departemen Agama
RI,2008)

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung:Rosda Karya,2002)

M.Arif Arifiddin, Cara Cepat Memahami Konsep (Pendidikan dan Pembelajaran


Agama Islam PAI), (Cet.I;Sulteng:EnDeCe Press,2014)

Marhaya, Metode Al-Qur’an Hadits dan Problematikanya, (Makassar:2013)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 65 Tahun 2013 tentang Standar


Proses Kurikulum 2013

Purwanto Ngalim, Pendidikan Islam dan Teoritis Praktis, (Bandung:PT. Rosda


Karya,1995)
55

Patoni Achmad, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT.Bina Ilmu,2004)


Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (Cet.I;t.tp Wacana Intelektual Press,2006)

Rahman Saleh Abdul, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Cet.II; Jakarta:PT.
Rajagrafindo Persada, 2016)

Rostiawati Yusnita, dkk. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Cet.III;Jakarta:PT Gramedia


Pustaka Utama,1996)

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,2010)

Syaodih Nana, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: Rosdakarya,


2008)

Suryono & Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:


PT.Remaja Rosda Karya Offset, 2015)

S Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung:Tarsito,1996)

Suryana, Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif),


(Jakarta:Universitas Pendidikan Indonesia,2010)

Shihab Quraish M, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 200I)

Tafsir Ahmad, Metodologi Agama Islam, (Cet.IX; Bandung: Pt.Remaja Rosdakarya,


2007)
56

Warsito Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa,


(Cet.I;Jakarta:PT.Gramedia Utama,1997)

Waibin, Eusabia Floreza, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Proses Pembelajaran,


(Yogyakarta:2014)

Zainuddin M, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka,


2006)

Anda mungkin juga menyukai