Anda di halaman 1dari 20

PERATURAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA

029F/PD/D0001-RSIK/V/2018

TENTANG

PANDUAN PENULISAN RESEP

DIREKTUR RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA :

. untuk mencapai masyarakat yang sejahtera

MENIMBANG j Be esang pada Sistem Kesehatan Nasional, perlu

diselenggarakan upaya kesehatan yang bersifat terpadu,

menyeluruh dan merata yang dapat diterima serta

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan dengan

peran serta aktif masyarakat.

b. PT. Karsa Abdi Husada berupaya melaksanakan dukungan

itu secara bertahap dan salah satu kegiatannya adalah

upaya pelayanan .kesehatan kepada masyarakat melalui

salahsatu upaya organisasi pelayanan kesehatan yaitu

Rumahsakit Jasa Kartini.

C. Dalam kegiatannya Rumahsakit Jasa Kartini berkeinginan

untuk tumbuh dan berkembang secara wajar, berperan

proaktif dalam menunjang program kesehatan nasional,

hanya saja saat ini dirasakan menghadapi beberapa

kendala yang memerlukan rencana strategis yang tepat

serta penyusunan agenda pencapaian sasaran yang sesuai

dengan visi dan misi PT. Karsa Abdi Husada.


d. Bahwa untuk meningkatkan mutu di Instalasi Farmasi RS

Jasa Kartini yang merupakan bagian dari unit penunjang

pelayanan di RS Jasa Kartini harus mempunyai buku

Panduan penulisan resep.

e. Bahwa sehubungan hal-hal tersebut diatas perlu diatur

dan ditetapkan dalam peraturan Direktur RS Jasa Kartini

MENGINGAT 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 386 Tahun

2014 tentang Tenaga Kesehatan”

Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 72

Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009 Tentang

Pekerjaan Kefarmasian

MENETAPKAN
Pertama

Kedua

Ketiga

Keempat

YR

Cuman gaKir

JASA KARTINI

MEMUTUSKAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JASA KARTINI

TENTANG PANDUAN PENULISAN RESEP DI RUMAH SAKIT

JASA KARTINI TASIKMALAYA

Kebijakan yang di maksud dalam keputusan ini adalah

pemberlakuan Panduan Penulisan Resep di Rumah Sakit Jasa

Kartini.

Apabila terdapat hal-hal yang belum diatur didalam keputusan

ini dan atau merupakan turunan dari peraturan ini akan


ditetapkan melalui Peraturan Direktur dengan memperhatikan

masukan dari Direktur PT. Karsa Abdi Husada dan Komite

Medik Rumahsakit

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan

diadakan perbaikan seperlunya apabila dikemudian hari

terdapat kekeliruan di dalamnya.

Ditetapkan di : Tasikmalaya

Tanggal : 3 Mei 2018

DIREKTUR

RUMAH SAKIT JASA KARTINI

TASikmALAYA

BAB I

DEFINISI

1.1 Pengertian Resep

Berdasarkan dengan Perauran Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016

tentang Satndar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Resep adalah

permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik

dalam bentuk paper maupun electronic, untuk menyediakan dan

menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep

yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap, dan

memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku.Penulisan

resep yang tepat adalah tata cara penulisan resep yang tepat sesuai

dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.


1.2 Pengertian Sediaan Farmasi

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika

1.3 Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk preduk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan daan kontrasepsi

untuk manusia

BAB II

RULANG LINGKUP

Panduan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi Dokter

penulis resep yang melakukan praktek di Rumah Sakit Jasa Kartini

Tasikmalaya. Panduan ini tidak memuat tentang cara pengambilan keputusan

peresepan/ pemilihan obat, melainkan hanya berisi panduan mengenai teknis

cara penulisan resep yang baik.

Penulisan resep yang baik sangat diharapkan sekali dalam menunjang

mutu pelayanan pasien di Rumah Sakit. Sebagai contohnya di Instalasi

Farmasi, dengan penulisan resep yang baik maka dapat mempercepat waktu

tunggu pelayanan resep, serta dapat menurunkan angka kesalahan

pemberian obat yang merupakan indikator mutu pelayanan.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa ada dua format lembar

permintaan obat/ alkes di Rumah Sakit Jasa Kartini, yakni lembar resep

konvensional dan Catatan Pemberian Obat Pasien (CPO). Dimana lembar


resep konvensional untuk pasien rawat jalan dengan sistem distribusi obat

resep individual dan Catatan Pemberian Obat untuk pasien rawat inap dengan

sistem distribusi obat One Day Dose Dispensing ( ODD ).

Lembar resep dibedakan berdasarkan warna, yaitu resep hijau

digunakan untuk pasien BPJS, resep berwarna putih digunakan untuk pasien

umum dan lembar resep berwarna biru digunakan untuk pasien asuransi. Hal

ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pelayanan resep, baik dalam

pemilihan obatnya maupun dalam proses pengklaiman.

Resep harus dituliskan untuk satu pasien sesuai dengan identitas di

resep. Dalam saturesep tidak boleh dituliskan untuk pasien lain (misalnya

untuk keluarganya). Dan pada saat penerimaan resep, petugas farmasi

melakukan telaah resep yang meliputi telaah administrasi, farmasetik dan

pertimbangan klinis yang bertujuan untuk mencegah medication error dalam

hal pelayanan resep. Dalam menunjang pelayanan kefarmasian yang

paripurna, petugas farmasi harus selalu melakukan double check dan

verifikasi akhir sebelum obat diberikan kepada psien ataupun kepada perawat

ruangan.

Dalam hal pelayanan resep, harus diperhatikan hal-hal dibawah ini :

1 Petugas yang berhak melakukan permintaan dan peresepan sediaan

farmasi.

a. Seluruh permintaan obat dan peresepan obat harus dilakukan oleh

dokter yang memiliki SIP, diberi kewenangan oleh direktur RS Jasa

Kartini untuk melakukan peresepan dan ditetapkan dengan Surat

Kebijakan Dokter Penulis Resep.

b. Permintaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dapat


dilakukan oleh perawatdengan menggunakan formulir “Lembar

Permintaan Alat Kesehatan dan BahanMedis Habis Pakai”.

c. Dalam hal DPJP tidak ada di tempat atau instruksi terapi diberikan

lewat teleponmaka dokter jaga yang melakukan penulisan resep.

2 Apoteker Pelayanan Farmasi wajib melakukan assesmen pasien terkait

obat yang sedang diminum atau dibawapasien dan mendata di rekam

medis antara lain :

a) Nama obat

b) Dosis / frekuensi

c) Berapa lama

d) Alasan minum obat

e) Berlanjut atau tidak saat rawat inap

3 Dokter wajib assesmen pasien terkait riwayat alergi obat dan mendata di

rekam medisantara lain :

a) Tanggal kejadian

b) Nama obat

c) Severity alergi : ringan (tidak perlu terapi atau perlu terapi, gejala

hilang s 24 jam),sedang (perlu terapi, gejala hilang » 24 jam) dan


berat (syok anafilaksis, stevenJohnson).

d) Manifestasi reaksi alergi

4 Resep harus dituliskan untuk satu pasien sesuai dengan identitas di

resep. Dalam saturesep tidak boleh dituliskan untuk pasien lain (misalnya

untuk keluarganya).

5 Resep harus memuat data yang akurat untuk identifikasi pasien, yaitu:

a) Nama Pasien

b) Nomor rekam medis

c) Jenis kelamin

d) Alamat

e) Usia/tanggal lahir

6 Resep yang lengkap memenuhi unsur atau syarat sbb:

a) Persyaratan administrasi

1) Identitas pasien

2) Nama dokter dan nomor Surat Izin Praktek (SIP)

3) Berat badan (untuk pasien anak)

4) Nomor rekam medik


5) Ruangan/poliklinik

6) Tanggal peresepan (hari/bulan/tahun)

7) Tidak ada singkatan yang tidak diperbolehkan

b) Persyaratan farmasetik

1) Tanda R/ pada setiap sediaan

2) Bentuk sediaan

3) Kekuatan sediaan dan dosis

4) Cara dan teknik penggunaan/pemberian

5) Jumlah

Persyaratan klinik

1) Riwayat alergi obat harus ditulis pada lembar resep

2) Tidak ada duplikasi pengobatan

3) Aturan pakai lengkap meliputi waktu penggunaan/frekuensi, dosis

dan rutepemberian

4) Upayakan untuk menghindari interaksi obat-obat atau obat-

makanan
5) Perhatikan efek samping obat

6) Tidak kontraindikasi

7) Perhatian untuk efek adiksi.

BAB III

TATA LAKSANA

3.1 Unsur-Unsur Resep

3.1.1 Inscriptio

Cantumkan nama dokter penulis resep, nomor surat ijin prakter,

alamat praktek dan rumah dokter penulis resep, serta dapat dilengkapi

dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek.Untuk lembar resep di

Rumah Sakit Jasa Kartini dokter penulis resep cukup menuliskan nama dan

nomor surat ijin praktek saja, karena komponen yang lain telah terdapat pada

format blanko lembar resep Rumah Sakit Jasa Kartini

3.1.2 Invocatio

Ditulis dengan symbol R/ (recipe —- ambilah). Pada blanko resep

Rumah Sakit Jasa Kartini tanda R/ pertama sudah dicetak dalam blanko. Bila

diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/ formula resep, diperlukan

penulisan R/ lagi.

3.1.3 Prescriptio

a. Nama obat ditulis dengan jelas dan terbaca. Sebaiknya obat ditulis

dengan huruf cetak (bukan huruf sambung), diawali dengan hurufbesar


dan tidak disingkat, kecuali untuk singkatan yang telah umum digunakan

untuk obat tersebut.

b. Nama obat ditulis lengkap dengan kekuatannya, terutama untuk obat

yang memiliki jenis kekuatan lebih dari satu.

Contoh : Amlodipin Smg, Amlodipin 10mg, Haloperidol O,5mg, Haloperidol

1, Smg, Haloperidol Smg, Simvastatin 10mg,simvastatin 20mg

c. Nama obat ditulis lengkap dengan bentuk sediaannya, terutama untuk

obat dengan bentuk sediaan lebih dari satu. Contoh : Metronidazole

tablet, Metronidazole Syrup, Metronidazole Ovula. Ciprofloxacin tablet &

Ciprofloxacin Infus. Cefixime tablet, cefixime syrup

d. Jumlah obat sebaiknya ditulis dengan menggunakan angka romawi. Dan

khusus untuk resep obat narkotika dan psikotropika, selain ditulis dalam

angka romawi, juga disertai dengan huruf latinnya. Hal tersebut

dimaksudkan untuk menghindari penyalahgunaan resep dengan obat

narkotikadan psikotropika.

Contoh : R/ Codein 10mg No. X (Sepuluh)

3.1.4 Signatura

Informasi mengenai penggunaan obat, meliputi frekuensi dan jumlah

obat yang digunakan, saat minum obat,dll.Penulisan signature harus jelas dan

terbaca. Penulisan angka harus jelas, sehingga tidak terjadi kesalahan

frekuensi pemakaian obat. Contoh : angka satu yang mirip angka dua atau

sebaliknya, angka dua yang mirip angka tiga atau sebaliknya.Penulisan lokasi

penggunaan sediaan obat, contoh pada tetes mata atau salep mata, harus

jelas. Contoh :OD, OS atau ODS harus ditulis jelas dan terbaca sehingga tidak

menimbulkan kesalahan pada saat pemakaian.


Penulisan alat penakar pada obat syrup:

cth (cochlear tea/ sendok teh) 2 5mi

C (cochlear/ sendok makan) —15mi

3.1.5 Subscriptio

Dokter penulis resep mencantumkan tandatangan/paraf sebagai

legalitas dan keabsahan resep. Untuk resep yang memuat obat jenis

narkotika, dokter penulis resep harus mencantumkan tandatangan.

3.1.6 Pro

Resep harus mencantumkan identitas pasien secara lengkap, yaitu

memuat nama pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir pasien serta alamat

pasien. asal poli klinik/ ruang perawatan. Sebaiknya jangan gunakan hanya

satu identitas pasien, gunakan minimal 2 identitas pasien.

3.2 Penandaan Pada Resep

a. Tanda segera, yaitu bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani

segera, tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas

atau di bagian bawah blanko resep, diantaranya :

Cito! z segera

Urgent 2 penting

PIM (Periculum In Mora) -— berbahaya bila ditunda

Urutan yang didahulukan adalah PIM dan Cito


b. Tanda resep dapat diulang yaitu Bila dokter menginginkan agar

resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelah kanan atas

dengan tulisan Iter (Iteratie) dan berapa kali dapat diulang.

Misal : Iter ix: resep dapat dilayani 2x

Iter 2x : resep dapat dilayani 1 # 2 — 3x

Tanda resep dapat diulang ini, tidak berlaku untuk resep obat narkotika

dan psikotropika.

c Tanda Tidak Dapat Diulang yaitu bila dokter menghendaki agar

resepnya tidak diulang, maka tanda NI (We Iteratie) ditulis di sebelah

atas blanko resep.

Penulisan Resep berdasarkanBentuk Sediaan Obat

Cara Menulis Resep dengan sediaan Tablet / Kapsul

Tiga jenis obat padat ini cara penulisan resepnya mirip. Yang

membedakan adalah bentuk sediaan obatnya.

« Kapsul : ditulis caps,

e Tablet : ditulis tab,

Obat-obat jenis ini yang paling sering dan paling sederhana

penulisannya. Contoh kasus :

Nn. Intan, 18 tahun, BB 42kg, datang ke dokter gigi karena sakit gigi
berdenyut disertai demam.Berikan terapi untuk pasien :

o Antibiotik : amovxicillin, 3 kali sehari 500mg, selama 5 hari,

sesudah makan (berarti jumlahnya 15 butir)

o Antipiretik : parasetamol, 3 kali sehari 500mg, selama 3 hari,

sesudah makan, bila demam (berarti jumlahnya 9 butir, dapat

dibulatkan menjadi 10 butir).

Maka, penulisan resepnya adalah :

R/ Caps Amoxcillin 500 mg No. XV

S3 dd caps Ip.c.

R/ Tab Parasetamol 500 mg No. X

S3 ddtabI p.c. p.r.n demam

NB : untuk bentuk sediaan obat, dapat dilihat di buku panduan

obat, seperti MIMS atau ISO.

Cara menulis resep dengan sediaan syrup

e Syrup merupakan sediaan obat yang mengandung banyak gula,

sehingga sering menjadi bentuk obat pilihan utama untuk anak-

anak.

e Biasanya bentuk kemasannya dalam flash (fis)

e Takaran minumnya biasanya sesuai dengan ukuran sendok asli /

bawaannya

e Biasa sering ada istilah forte : artinya dosis yg lebih tinggi. Contoh
amoksisilin sirup ada yang 125mg/5cc atau ada juga yg

250mg/5cc. Berarti 250mg/5cc ini bisa disingkat menjadi

amoksisilin sirup forte.

Contoh Kasus :

An. Puri, 18bln, BB 12kg, dibawa ke dokter krn demam tinggi sejak 2

hari lalu.Berikan terapi untuk pasien : antibiotik sirup Amoksisilin,

dosis anak 25-50 mg/kg BB/hari, 3 kali sehari, selama 7 hari, minum

sesudah makan. Maka, penulisan resepnya adalah :

R/ Amoksisilin syr 125mg/5cc Fls No. II

S 3dd cth Ip.c.

Cara menulis resep dengan sediaan Obat Kumur

Penulisan obat kumur juga tidak sulit, tetapi yang perlu diingat adalah

bentuk sediaannya dan bentuk kemasannya.

Contoh Kasus :

Bp. Andi, 32 tahun, datang dengan keluhan bau mulut.

Berikan Terapi untuk pasien : Obat kumur Betadine, dengan

bentuk sediaan cairan dan bentuk kemasannya gelas kaca, dikumur 2

kali sehari

Maka, penulisan resepnya adalah :

R/ Sol Betadine Gargle fls No. I

S 2 dd garg
Cara Menulis resep obat tetes

Obat tetes untuk mata dan telinga tidak terlalul berbeda.Pada bagian

cara pemakaiannya saja yang perlu dibedakan :

Telinga : auric

Mata : ophtalmic

Contoh :

Berikan obat tetes telinga: solusio HO: 3Yo, diberikan 2x sehari 10

tetes pada telinga yg sakit (kanan)

Penulisan resepnya :

R/ Sol H-0, 390 5cc

S 2dd gtt X ad

Berikan obat Antibiotik topikal gentamycin tetes mata (solusio) : 1

tetes tiap jam pada mata kanan dan kiri

Penulisan resepnya :

R/ Gentamycin eyedrops fls No.I

S omnihora gtt I o.d.s

Cara menulis resep obat topikal

Obat topikal ini perhitungan dan penulisannya agak berbeda karena

bentuknya yang salep atau krim atau sejenisnya (obat luar).

Contoh menulis resep untuk terapi topical : Ketokonazol krim 296

(pilihan kemasan ada tube yg 5g dan 10g), 2x sehari (pagi dan

malam) selama 3 hari, oleskan pada bagian yg sakit.


Penulisan resepnya :

R/ cream ketokonazol 296 tube 10g No.I

Su.e. 2dd applic part dol m.et.v

u.e (usus externum) artinya untuk obat luar

applic part dol artinya oleskan pada daerah yang sakit

m.et.v (mane et vespere) artinya pagi dan malam

Cara menulis resep dengan sediaan pulveres (puyer)

Penulisan resep untuk puyer sedikit berbeda, karena disini dokter

meminta farmasi untuk membuatkan obat racik

Contoh:

R/ amoksisilin 100mg

s. lact g.s.

m.f. pulv. dtd. no. XXI

S 3dd pulvI p.c

s. lact g.s. artinya ditambahkan s. lactis secukupnya.

m.f. pulv. dtd. No. XXI : buat dan campurlah dalam bentuk pulveres

(puyer), masing2 dengan dosis diatas sebanyak 21 buah.

Jika obatnya lebih dari 1 (misalkan acetosal, luminal, dan codein),

ketiga obat tersebut ditulis terpisah (dibuat 3 baris), setelah itu baru

tulis s.lact g.s jika perlu.


Contoh Kasus :

An. Puri, 18blIn, BB 12kg, dibawa ke dokter karena demam tinggi sejak

2 hari lalu.Berikan terapi untuk pasien : antibiotik dan antipiretik per

oral dim bentuk puyerAmoksisilin, dosis anak 25-50 mg/kg BB/hari, 3x

sehari, selama 7 hari, minum sesudah makan, puyer masukan ke

dalam kapsul. Hitungan dosisnya adalah : Dosis 25-50 mg/kg BB/ hari

karena anaknya 12kg maka 300 - 600 mg / hari (contoh diambil yang

dosis kecil saja 300mg/hari) maka per kali minum 100mg, sehingga

Butuh 21 buah krn minum 3x sehari selama 7 hari

Parasetamol, dosis anak 10-15 mg/kg BB/kali, 3x sehari, selama 3

hari, minum sesudah makan bila demam. Hitungan dosisnya adalah :

Dosis 10-15mg/kg BB/kali : 120 - 18O0mg/kali, sehingga dibutuhkan 9

buah karena 3x sehari selama 3 hari

Maka, cara penulisan resepnya adalah :

R/ Amoksisilin 100mg

s. lact. g.s.

m.f. pulv. dtd. No. XXI da in caps

S 3dd caps Ip.c.

R/ Parasetamol 120mg

s. lact. g.s.

m.f. pulv. dtd. No. X

S 3dd pulvI p.c. p.r.n demam


34 Penulisan Resep Narkotika

Resep obat yang mengandung narkotika, harus ditulis oleh dokter,

serta harus mencantumkan tandatangan dokter penulis resep.

Menulis jumlah obat narkotika, selain dengan angka romawi, juga

dilengkapi dengan huruf latinnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk

menghindari penyalahgunaan resep narkotika. Sebaiknya untuk

resep dengan obat psikotropika juga dilakukan hal yang sama.

Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang (Iter)

Nama pasien ditulis, tidak boleh m.i - mihi ipsi (untuk dipakai

sendiri)/ up — usus propius (untuk pemakaian sendiri)

. Alamat dan aturan pakai (signa) jelas, tidak ditulis u.c - usus

cognitus (pemakaian diketahui)

Penulisan bahan obat/ obat yang termasuk narkotika, harus disertai

garis bawah/tanda merah

3.6 Jenis Penulisan Resep

Ada beberapa jenis dalam penulisan resep/ pemesanan resep diantaranya :

a. Standing order

1. Tenaga Kesehatan yang diperbolehkan oleh Rumah Sakit untuk

melaksanakan Standing Order adalah perawat

2. Perawat harus mengikuti instruksi pemberian yang tercantum dalam

Standing Order

3. Standing Order yang berlaku di Rumah Sakit adalah :

- Standing order magnesium sulfat untuk pre-eklampsia dan

eklampsia
- Standing order pemberian Kalium Klorida 7, 2640

4. Perawat yang telah melakukan standing order harus

mendekumentasikan pemberian obat tersebut dalam “lembar

instruksi” dan dimasukkan dalam rekam medis pasien

5. Lembar instruksi harus mencantumkan nama lengkap dan tanda

tangan perawat

6. Lembar instruksi harus ditandatangani oleh dokter yang

merawat/DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien)

b. Automatic Stop Order/Penghentian Terapi oleh Dokter

Dokter pemberi order harus menulis tanggal pada kolom stop dengan

jelas padda lembar Catatan Pemberian Obat Pasien (memberi paraf dan

tanggal untuk menetapkan penghentian terapi)

c. Penulisan resep obat prn atau bila perlu atau “pro re nata”

Anda mungkin juga menyukai