ARAFAT NUR
BP. 1820732008
A. Pendahuluan
realitas yang menarik untuk kemudian diangkat ke dalam karya sastra. Karya
sastra tidak pernah berangkat dari fiktif belaka, apalagi dari kepalsuan, tetapi
karya sastra selalu berangkat dari realitas, sehingga karya sastra terkadang
pada saat ini telah berada pada masa postmodernisasi. Pada masa ini peneliti
dituntut untuk lebih kritis dalam membaca karya sastra, sehingga muncullah
tertindas atau terselubung, baik sengaja, sadar, atau tidak, dengan cara
lebih luas. Teks tidak dibatasi maknanya. Bahkan dekonstruksi juga menolak
1
teksbersifat logis dan konsisiten. Misalkan, sebuah tema besar bahwa kejahatan
Novel merupakan salah satu karya sastra yang dapat diteliti menggunakan
memaknai sebuah karya sesuai dengan harapan pengarang. Hal ini membuat
mutlak, sehingga mereka tidak melihat atau menilai karya sastra secara objektif
dengan penilaian dua arah melalui dua perspektif yang berbeda. Pemaknaan
tunggal ini terjadi pada sebagian besar karya sastra. Salah satunya pada
novel Tanah Surga Merah karya arafat Nur. Adapun cara memahami perwatakan
terhadapnya dan melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi terhadap tokoh
Novel novel Tanah Surga Merah karya Arafat Nur yang juga memuat
masalah-masalah sosial. Novel ini diterbitkan pada tahun 2016 oleh Gramedia
Pustaka Utama., dan novel ini merupakan Pemenang Unggulan dalam Sayembara
Dewan Kesenian Jakarta 2016. Novel ini bercerita tentang perjuangan tokoh
2
pendidikan yang jauh dari substansi dan bentuk ideal. Tokoh utama dari novel ini
ialah Murad. Dia merupakan seorang mantan tentara gerlya digambarkan oleh
buronan polisi. Secara fisik tokoh Murad digambarkan sebagai pria yang sudah
tidak muda lagi, akan tetapi agar orang tidak mengenalinya dia mencukur jangut
agar keliatan muda dan mempangkas kepalanya dengan model gaya anak muda
B. Metode Penelitian
C. Pembahasan
Dekonstruksi adalah cara membaca teks, sebagai strategi. Dekonstruksi tidak
semata-mata ditujukan terhadap tulisan, tetapi semua pernyataan kultural sebab
keseluruhan pernyataan tersebut adalah teks yang dengan sendirinya sudah
mengandung nilai-nilai, prasyarat, ideologi, kebenaran, dan tujuan-tujuan tertentu.
Oleh karena itu, sikap, tingkah laku, situasi kampus, pemerintah, dan sebagainya,
adalah teks yang dapat dibaca seperti buku. Dengan demikian dekonstruksi tidak
terbatas hanya melibatkan diri dalam kajian wacana, baik lisan maupun tulisan,
melainkan juga kekuatan-kekuatan lain yang secara efektif mentransformasikan
hakikat wacana.
3
Novel ini terdiri dari dua puluh tujuh bab dengan jumlah halaman 312
halaman. Awal kisah dimulai dari kembalinya Murad ke Aceh setelah lima tahun
hidup dalam pelarian. Murad melarikan diri ke pemukiman Pusong. Murad
bertemu dengan Abduh teman seperjuangannya waktu menjadi gerliya dan
melarikan diri ke nrumah orang tuanya, dan ketika merasa tidak aman murad
melarikan diri ke desa nterpencil yang bernma Kleklok dan bertemu dengan
Jemala, Jemala membawa teungku (Murad) ke tempat yang lebih aman
dibandingkan Klekklok disebabkan orang yang memburu Murad akan tiba di
Klekklok. Jemala tidak menyaka akan membawa lari buronan polisi dan
menyelamatkannya. Cerita ini di tutup dengan Jemala dan Murad saling
berpegangan tangan dan memandangi hamparan luasnya ladang ganja. Berakhir
dengan bahagia karena Murad menemukan cinta sejatinya yaitu Jemala.
Bentuk pemikiran tokoh Murad Dalam penelitian ini, tokoh Murad
merupakan objek penelitian yang akan dianalisis menggunakan pendekatan
dekonstruksi. Sekilas tentang tokoh Murad di atas akan diuraikan dalam dua
bentuk analisis yaitu: (1) Perwatakan tokoh Murad sebelum didekonstruksi dan
(2) Perwatakan tokoh Murad setelah didekonstruksi.
a). Perwatakan Tokoh Murad dalam Novel Tanah Surga Merah Karya
Arafat Nur Sebelum Didekonstruksi.
Pada hakikatya tokoh diciptakan oleh pengarang memilik sifat-sifat yang
berbeda. Sifat-sifat inilah yang menentukan watak tokoh. Sehingga sifat itu
menjadi ciri khas tokoh yang bersangkutan. Menurut Aminuddin (2013: 80−81)
ada beberapa cara memahami watak tokoh, diantaranya: tuturan pengarang
terhadap karakteristik pelakunya, gambaran yang diberikan pengarang lewat
gambaran lingkungan kehidupannya maupun cara berpakaian, menunjukkan
bagaimana perilakunya, melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya
sendiri,memahami jalan pikirannya, melihat tokoh lain berbicara tentangnya,
melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya, melihat bagaimana tokoh-
tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya dan melihat bagaimana tokoh
itu dalam mereaksi terhadap tokoh lainnya. Novel Tanah Surga Merah karya
Arafat Nur, tokoh Murad merupakan tokoh utama dalam novel ini. Berikut ini
4
akan dideskripsikan watak tokoh Murad dalam novel Tanah Surga Merah karya
Arafat Nur sebelum didekonstruksi.
A. Pembunuh, Mantan tentara gerlya, Buronan.
Tokoh ini paling banyak terlibat dalam penceritaan. Tokoh Murad
digambarkan oleh penggarang sebagai mantan tentara gerilya, pembunuh, dan
buronan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut:
“Aku hanya seorang mantan tentara gerilya yang menjabat Wakil Panglima
Sagoe merangkap juru bicara” ( Nur, 2016: 14).
“Inilah aku; Murad, yang telah menembak teman seperjuangan yang coba
memerkosa seorang gadis belia” (Nur, 2016: 22).
“Sekarang arah telah berbalik tajam, aku bukan lagi pahlawan melainkan
penjahat buronan yang diintai polisi dan diburu orang-orang Partai Merah
yang menaruh dendam kesumat”(Nur, 2016: 10).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Murad memiliki ciri-ciri fisik seperti
anak muda meskipun umurnya tidak sesuai lagi dengan penampilannya. Murad
melakukan hal tersebut agar pelariannya tidak diketahui oleh musuhnya.
5
B. Catatan Kejahatan
Murad kembali ke Aceh dalam situasi yang tidak tepat, kembalinya Murad
ketanah kelahirannya bertepatan dengan masa pemilihan umum, meskipun
kecintaannya terhadap tanah kelahirannya menyebabkan dia kembali lagi akan
tetapi, status Murad sebagai buronan polisi sangat membahayakan hidupnya,
bahkan rekam jejak Murad sebagai mantan aktivis GAM dipandang dapat
berpotensi mengacaukan pemilu di Aceh. Hal ini terlihat pada kutipan berikut:
6
Murad bukanlah orang kaya karena dia hanya memiliki dua lembar uang
bergambar Tuanku Imam Bonjol atau pecahan lima ribuan dan tiga lembar uang
bergambar Kapitan Pattimura atau pecahan seribuan. Mukhtar lebih msikin
dibandingkan Murad akhirnya memberikan uang bergambar Tuanku Imam Bonjol
kepada kedua anak Mukhtar.
b) Perwatkan tokoh Murad dalam novel Tanah Surga merah Setelah
Didekonstruksi.
Dekonstruksi adalah cara ataumetode melacak unsur-unsur aporia,yaitu
yang berupa makna paradoksial ,makna kontradiktif, makna ironidalam karya
sastra. Tujuan pendekatan dekonstruksi sesunggunya adalah ingin menyingkap
makna-makna tersembunyi yang mengandung banyak kelemahan dan
kepincangan dibalik teks-teks. Bagi Derrida, dekonstruksi merupakan suatu
yangpositif karena telah membongkar dan menjungkir balikkan makna atau logika
sesatyang ada didalamnya, dekonstruksi memberi peluang untuk membangun hal-
hal baru danmenemukan makna baru ( Haryanto, 2012: 308). Berikut ini adalah
uraianperwatakan tokoh Murad dalam novel Tanah Surga merah Setelah
Didekonstruksi.
A. Menjadi Teungku di kampung Klekklok
Karena Murad ingin melarikan diri dari musuh dan polisi setempat dimanapun
dia berada, Murad menyamar menjadi sosok Teungku di kampung Klekklok.
Sehingga Murad sangat disanjung-sanjung di kampun tersebut. Hal ini terlihat
pada kutipan berikut:
“Aku mohon teungku bersedia datang untuk peusijuk, demi keberkatan dan
keselamatan. Sudah menjadi semacam adat di kampung ini bahwa anak lembu
yang baru lahir harus di peusijuk.” (Nur, 2016: 282).
“kedua ekor lembu itu harus segera di peusijuk agar terhindar dari berbagai
nasib buruk, seperti serangan penyakit, atau malah mati mendadak.”(Nur,
2016: 292).
Dari kutipan di atas masyarakat memohon agar Teungku (Murad) agar
melakukan ritual peusijuk yanng diadakan oleh masyarakat kelkklok kalau ada
lemnbunya melahirkan agar lembu mereka terhindar dari nasib buruk, serangan
penyakit atau mati mendadadak.
7
B. Guru mengaji
Sosok Teungku Ahli Ghafar (Murad) menyuruh warga desa klekklok agar
dan memninta subangan dari rumah ke rumah agar anak-anak tersebut bisa
mengaji. Meskipun Teungku Ahli Ghafar tidak begitu ahli dibidang agama dia
bisa membaca alquran dan menngajarkan anak –anak setempat mengaji. Karena
desa klekklok tidak taat beribadah mangaknya sering terjadi musibah. Hal ini
seadanya untuk membeli papan, atap, paku dan segala keperluan (Nur, 2016:
72).”
D. SIMPULAN
Simpulan
perwatakan yang dimiliki tokoh Murad dalam novel Tanah Surga Merah adalah
mantan tentara gerlya, buronan, polisi, dan memiliki catatan kejahtan. Namun
dalam novel Tanah Surga Merah menjadi kontradiktif dengan sebelumnya, yaitu:
8
Daftar Pustaka
Baru Algesindo