Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAn ELECTRONIC FETAL MONITORING (EFM)

I. Konsep Dasar

a. Pengertian
Elektronik Fetal Monitoring (EFM) adalah metode untuk memeriksa kondisi bayi dalam
kandungan oleh mencatat setiap perubahan yang luar biasa dalam denyut jantung. Electronic fetal
monitoring dilakukan di akhir kehamilan atau terus selama tenaga kerja untuk memastikan normal
bayi yang sehat. EFM dapat dimanfaatkan baik secara eksternal maupun internal di dalam rahim.

b. Tujuan
- Untuk mengetahui dan mengobservasi dari gerakan janin selama .
- Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan oksigen janin.
- Untuk mencegah intra uterin fetal death.
- Untuk mencegah dan mengurangi angka kematian ibu dan anak.
- Untuk mengetahui tanda-tanda abnormal pada janin sejak dini.

c. Model Eksternal dan Internal dari Monitoring


Menggunakan monitor eksternal ketuban adalah sederhana dan rasa sakit. Ikat pinggang elastis
dua ditempatkan di sekitar perut ibu. Satu sabuk mendengarkan memegang perangkat ini di tempat
yang lain sambil memegang sabuk kontraksi monitor. Perawat atau bidan menyesuaikan ikat
pinggang untuk mendapatkan yang terbaik dari pembacaan masing-masing perangkat.

Terkadang, sulit untuk mendengar bayi heartbeat dengan pemantauan perangkat eksternal. Lain
kali, monitor mennunjukkan halus menunjukkan tanda-tanda masalah yang berkembang. Dalam
kedua kasus tersebut, dokter atau bidan dapat merekomendasikan bahwa eksternal sabuk diganti
dengan sebuah monitor internal.

Internal adalah memantau elektronik langsung kawat yang terletak di kepala bayi. Penyedia dapat
tempat pada kepala bayi selama ujian internal. Pemantauan internal hanya dapat digunakan bila
cervix sudah terbuka. Perangkat ini menyediakan lebih akurat tentang bayi denyut jantung.

d. Petunjuk Hasil

Hasil Normal
Seorang bayi yang belum lahir, denyut jantung normal berkisar antara 120-160 beats per menit
(bpm). Bayi yang menerima cukup oksigen akan bergerak di sekitar. Monitor strip akan
menampilkan bayi denyut jantung meningkat sebentar karena dia bergerak (seperti dewasa hati
menilai meningkat ketika dia bergerak).

Hasil pemantauan bayi dianggap reaktif ketika bayi denyut jantung meningkat minimal 20 bpm di
atas dasar denyut jantung setidaknya 20 detik. Ini harus terjadi setidaknya dua kali dalam jangka
waktu 20 menit. Reaktif hati menilai jejak/tanda (juga dikenal sebagai non-reaktif stress test)
dianggap sebagai tanda bayi kesejahteraan.

Hasil Abnormal
Jika nilai jantung bayi turun sangat rendah atau meningkat sangat tinggi, sinyal ini masalah yang
serius. Dalam kedua kasus ini sudah jelas bahwa bayi berada dalam kesusahan dan harus segera
disampaikan. Namun, banyak bayi yang mengalami masalah seperti itu tidak memberi tanda-tanda
jelas.

Selama kontraksi, aliran oksigen (dari ibu) melalui plasenta (untuk bayi) untuk sementara
dihentikan. Bayi harus terus nafas yang setiap saat kontraksi. Kedua plasenta bayi dan dirancang
untuk menahan kondisi ini. Antara contractions, bayi harus menerima oksigen lebih dari cukup
untuk melakukannya dengan baik selama kontraksi.

Pertama tanda bahwa bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup antara contractions sering drop
pada bayi denyut jantung setelah kontraksi (akhir perlambatan). Penilaian jantung bayi ke tingkat
normal antara contractions, hanya untuk drop lagi setelah kontraksi berikutnya. Hal ini juga
merupakan tanda distress.

Bayi ini akan melakukan dengan babik jika mereka disampaikan dalam waktu singkat. Kadang-
kadang, tanda-tanda ini berkembang lama sebelum pengiriman diharapkan. Dalam hal ini, C-
bagian yang mungkin diperlukan.

II. Pengkajian
Dalam hal pengumpulan data (pengkajian), pengumpulan data dasar terdiri dari informasi subjektif
dan objektif mencakup berbagi masalah keperawatan yang diidentifikasi pada daftar diagnose
keperawatan pada tahun 1992 yang dikembangkan oleh NANDA. Data subjektif yang dilaporkan
oleh klien dan orang terdekat, informasi ini meliputi persepsi individu; yaitu apa yang seseorang
inginkan untuk berbagi. Namun, perawat perlu memperhatikan ketidak sesuaian yang dapat
menandakan adanya faktor-faktor lain seperti kurang pengetahuan, mitos, kesalahan konsep, atau
rasa takut.
Data objektif diobservasi (secara kuantitatif atau kualitatif) dan dapat diuji oleh orang lain.
Meliputi temuan dari pemeriksaan fisik dan tes diagnostic. Evaluasi dari kumpulan data subjektif
dan objektif mengarah pada identfikasi masalah-masalah atau area dari masalah atau kebutuhan.
Masalah-masalah ini diekspresikan sebagai diagnose keperawatan (Doenges, 2001:13).

Menurut Donna L Wong, dkk. (2002:359), pengkajian terkait dengan EFM ini, pada janin
dilakukan suatu pengkajian yang meliputi presentasi janin, posisi janin, DJJ, dan identfikasi
keteraturan serta ketidakteraturan pola DJJ. Semua informasi pada saat pengkajian harus
didokumentasikan pada rekam medic. Checklist yang dipakai untuk pengkajian DJJ sebagai
berikut:

A. Nama Klien :

C. Waktu/Tanggal :
1. Apa dasar dari denyut jantung janin (DJJ)?
- beats/menit

Berikut Ceklist salah satu potongan monitor yang diamati


- Rata-rata denyut jantung janin (DJJ) 110 – 160 beats/menit
- Takikardy (>160 beats/menit)
-Bradikardy (<100>5 beats/menit)
- Variabilitas ketidakhadiran
- Variabilitas yang ditandai (>25 beats/menit)

3. Adakah perubahan kadang-kadang atau berkala di (dalam) denyut jantung janin?


- Akselerasi dengan pergerakan hal-hal janin
- Reperative akselerasi dengan singkatan masing-masing
- Awal turunnya kecepatan ( tekanan kepala)
-Penurunan kecepatan yang terakhir (ketidakcukupan uteroplacental )
--Turunnya kecepatan variabel ( tekanan tali)
-Lembut
- Sedang
- Parah
- Turunnya kecepatan yang diperpanjang

4. Apa yang telah ditunjukkan oleh aktivitas kandungan ?


-Frekuensi (mencapai puncak ke puncak atau pemula untuk mulai
-Durasi (awal sampai akhir)
-intensitas (Dalam mm hg hanya dengan pipa ke dalam saluran tubuh di dalam kandungan)
-Waktu beristirahat sedikitnya 30 detik
-Nada beristirahat (Tekanan <15 mm Hg Pressure)

D. Komentar :
E. Nomor Panel :
F. Apa yang dapat atau harusnya telah dilaksanakan :

Pengkajian dalam hal ini bukan hanya pada klien, evaluasi dari peralatan EFM harus dilakukan
untuk meyakinkan bahwa peralatan dapat bekerja dengan baik dan dapat digunakan sebagai
pengkajian yang akurat dan dapat bekerja sesuai dengan fungsinya dan juga mencegah serta
menghindari dampak yang negative baik bagi ibu serta janin. Menurut Donna L Wong, dkk.
(2002:359), checklist yang dapat dipakai dalam mengkaji peralatan EFM sebagai berikut:

A. Persiapan dari Monitor


1. Apakah kertas yang dimasukkan sudah benar?
2. Apakah kabel dari transducer telah dimasukkan dengan tepat pada saluran keluar dari monitor?

B. Ultrasound Transducer
1. Sudahkah gel ultrasound tranmisi digunakan pada transducer?
2. Apakah FHR sudah dites dan tercatat pada kertas monitor?
3. Bekerjakah sinyal lampu atau suara beep pada saat denyut jantung?
4. Apakah sabuk pengaman dan nyaman bagi wanita yang hamil?

C. Tocotransducer
1. Apakh tocotransducer posisinya telah kuat pada sedikit tempat jaringan tubuh ibu?
2. Apakah tocotransducer penggunaanya tanpa gel atau pasta?
3. Apakah tombol pen-set telah disesuaikan antara tanda 10 dan 20 mmHg dan telah tercatat pada
kertas monitor?
4. Apakah pengaturan ini telah dilakukan selama kontraksi?
5. Apakah sabuk pengaman dan nyaman bagi wanita yang hamil?

D. Elektroda Spiral
1. Apakah kawat terpasang dengan kuat pada bagian plat kaki?
2. Apakah elektroda spiral terpasang pada bagian presentasi janin?
3. Apakah permukaan bagian dalam dari bagian plat kaki dilapisi dengan gel elektroda, jika
dibutuhkan?
4. Apakah keamanan plat kaki baik untuk paha wanita?
E. Kateter Internal/Ketegangan Meteran
1. Apakah panjang garis dari kateter terlihat pada introitus?
2. Apakah kateter ini tercatat pada kertas monitor dan itu telah terkalibrasi?
3. Apakah aktifitas dari uterus telah dites?

III. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menunjukkan masalah keperawatan/masalah klien, orang terdekat, dan atau
perawat yang memerlukan intervensi keperawatan dan penatalaksanaan (Doenges, 2001:14).

- Diagnosa keperawatan untuk wanita yang menggunakan electronic fetal monitoring untuk
pengkajian status bayi adalah

1) Penurunan cardiac output berhubungan dengan supine hipotensi sekunder dengan posisi ibu.
2) Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan kompresi tali pusat, ketidak akuatan
placenta.
3) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan keadaan hypoxemia, infeksi sekunder internal
monitoring atau pengambilan sample darah.
4) Nyeri berhubungan dengan pemakaian sabuk untuk posisi transduser, posisi ibu komplikasi
pada pemasangan internal elektroda pengambilan sample darah.

 Hasil yang diharapkan ditujukan pada wanita hamil, keluarga, dan janin meliputi :
1) Ibu hamil dan keluarga menyatakan bahwa mereka mengerti tujuan dipasang monitor.
2) Ibu hamil dan keluarga dapat mencegah situasi yang membahayakan sirkulasi ibu dan janin.
3) Janin tidak mengalami hypoxemia/anoxia.
4) Bila terjadi gangguan pada janin bisa diidentifikasi secepatnya dan segera dilakukan intervensi
keperawatan yang sesuai seperti resusitasi intra uterin.

IV. Rencana Keperawatan dan Implementasi


Merupakan tanggung jawab perawat dalam hal pengkajian pola denyut jantung janin. Intervensi
independen mendokumentasikan hasil observasi dan tindakan sesuai dengan standart operasional
prosedur (SOP), melaporkan ketidakteraturan pola pada dokter atau pada perawat, bidan yang
bersertifikat.
Menurut Donna L Wong, dkk. (2002:360), adapun protocol untuk penilaian pemantauan jantung
janin sebagai berikut:

Mengajari Pasien atau keluarga


1. Menjelaskan tujuan monitoring.
2. Menjelaskan prosedur.
3. Menyediakan dasar pemikiran untuk maternal selain memposisikan terlentang.

Perawatan
1. Membantu perempuan pada posisi yang nyaman selain dari terlentang.
2. Perubahan posisi ibu sedikitnya tiap 2 jam.
3. Perubahan tempat dari sabuk monitor eksternal setiap 2 jam saat yang memungkinkan.
4. Menyediakan perawatan perineum yang dibutuhkan saat monitoring internal dilakukan.

Pengkajian Ibu atau Janin


-Memperoleh 20 menit suatu potongan EFM untuk semua pasien, mengakui sebagai unit tenaga
kerja.

=Pasien Resiko Rendah


1. Auskultasi atau kaji jejak/tanda setiap 30 menit dalam fase aktif atau tahap pertama dari inpartu.
2. Auskultasi atau kaji tanda setiap 15 menit Dalam tahap kedua.

=Pasien Resiko Tinggi


1. Auskultasi atau kaji tanda setiap 15 menit dalam fase aktif dan setiap 5 menit dalam tahap kedua.

=Auskultasi – Semua Pasien


2. Hitung garis dasar FHR diantara kontraksi.
3. Kaji FHR selama kontraksi dan untuk itu palinng sedikitnya 30 detik setelah kontraksi.
4. Catat penambahan atau pengurangan dari FHR.
5. Kaji FHR sebelum ambulasi.
6. Interpretasikan data FHR, rencana keperawatan dan respon pasien.
7. Memberitahukan hal yang utama penyedia perawatan kesehatan.

=EFM – Semua Pasien


 Kaji dan interpretasikan garis FHR, variable dari FHR (perpanjangan untuk eksternal
monitoring, istilah panjang dan pendek untuk internal monitoring), dan menunjukkan atau
menghilangkan dari penurunan dan peningkatan.
=Pengkajian Untuk Semua Pasien
 Kaji aktifitas kandungan untuk frekuensi dan durasi, intensitas dari kontraksi dan pola istirahat
kandungan.
 Kaji model FHR setelah terjadi rupture membrane, latihan senam keagle dan beberapa prosedur
invasive.
Kondisi Yang Dapat Dilaporkan
1. Meunjukkan pola ketidakteraturan.
2. Memperburuk dari pola yang sudah ada.
3. Menunjukan dari adanya disritmia jantung.
4. Kesulitan dalam memperoleh tanda FHR yang adekuat atau inadekuat suare FHR.

Ukuran Kegawatan
 Menerapkan ukuran berikut dengan seketika dalam hal pola yang tidak teratur:
1. Posisikan pasien dalam posisi lateral untuk menambah uteroplacenta atau membebaskan
tekanan tali.
2. Mengurus oksigen pada 8 – 10 L/min atau protokol rumah sakit dengan masker.
3. Menghentikan oxytocin jika diinfus.
4. Mengoreksi hypovolemia maternal dengan terus meningkat IV menilai protokol atau sebagai
yang diperintah.
5. Mengkaji untuk perdarahan atau penyebab lain dari pola perubahan, seperti maternal
hypotension
6. Memberitahu hal utama penyedia perawatan kesehatan
7. Menyediakan antisipasi kegawatan untuk interfensi pembedahan jika pola ketidakteraturan
berkelanjutan disamping intervensi.

Dokumentasi
=Rekaman Pasien – Auskultasi
-Garis dasar FHR, nilai dan ritme, penambahan dan pengurangan

= Rekaman Pasien – EFM


1. Metode dari pemantauan, perubahan dalam metode, dan penyesuaian untuk peralatan
2. Cakupan FHR, variable, penunjukan dari penurunan atau peningkatan
3. Aktifitas uterus sebagai penentuan dari palpasi atau dari external atau internal monitoring
4. Interpretasi dari dari data FHR, intervensi keperawatan, dan respon pasien
5. Memberitahu hal utama penyedia perawatan kesehatan

= Monitor Strip
1. Identifikasi data pasien
2. Pengkajian, prosedur dan intervensi (pengobatan dll)
3. Memberitahu hal utama penyedia perawatan kesehatan
4. Kejadian pasti atau signifikan (pengujian steril vagina, rupture membrane dan lain-lain)
5. Penyesuaian dari peralatan pemantauan

NCP (Nursing care plan) / Rencana Keperawatan Selama Persalinan:


Dx. 1 - Ansietas pada ibu berdasarkan kurangnya pengetahuan tentang penggunaan monitor
elektronik
= Hasil yang diharapkan:
Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang fetal monitoring dan menunjukkan
penurunan kecemasan (cirri-ciri fisik ansietas menurun, menurunkan ketakutan).

= Intervensi:
1. Jelaskan dan demonstrasikan pada ibu dan pedamping persalinan tentang cara kerja monitor
elektronik (internal/eksternal) dalam pengukuran DJJ dan pendeteksian kontraksi uterus.
R/ Menghilangkan ketakutan dan meyakinkan ibu bahwa dia aman untuk beraktifitas dengan
monitor.

2. Ketika mensetting monitor, jelaskan pada pasangan yang perawat lakukan dan mengapa.
R/ Meningkatkan pengetahuan dan menurunkan kecemasan.

3. Jelaskan walaupun posisi miring atau posisi fowler dianjurkan untuk monitoring secara optimal,
perubahan posisi diperbolehkan untuk mengurangi ketidaknyamanan. Dianjurkan utk sering
merubah posisi (selain telentang) dan jelaskan hasil dari monitoring.
R/ Mengurangi ketidaknyamanan dan menurunkan kecemasan.

Dx 2 - Resiko terjadinya injury pada janin berdasarkan inakuratnya posisi transducers /electrodes,
misinterpretasi hasil, kegagalan teknik pengkajian.
=Hasil yang diharapkan:
Keadaan janin baik pada saat pengkajian dan kelaianan pada janin dapat dideteksi secara tepat.

=Intervensi:
1. Perhatikan panduan dan checklist tindakan monitoring.
R/ Memastikan penempatan alat monitoring dan hasil yang akurat dari monitor.
2. Cek penempatan monitoring selama proses.
R/ Memastikan bahwa bekerja dengan benar.
3. Pengkajian secara regular dan perekaman hasil dari EFM (DJJ, variability, decelerations,
aktifitas uterus, kontraksi uterus, dan fase istirahat).
R/ Mengevaluasi keadaan janin dan peningkatan perkembangan persalinan
4. Auskultasi DJJ dan palpasikontraksi rutin.
R/ Cross check hasil EFM dan memastikan keadaan janin.

V. Evaluasi
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil yang diharapkan (yang
dikembangkan dalam fase perencanaan dan di dokumentasikan dalam rencana keperawatan)
adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk menentukan seberapa baik
rencana asuhan tersebut berjalan dan bagaimanan selama proses terus menerus. Revisi rencana
keperawatan adalah komponen penting dalam evaluasi.

Pengkajian ulang adalah proses evaluasi terus menerus yang terjadi tidak hanya hasil yang
diharapkan terjadi pada klien di tinjau ulang atau bila keputusan dibutuhkan apakah klien siap atau
tidak untuk pulang. (Doengos, 2001:15).
Evaluasi adalah proses berkelanjutan. Perawat dapat mengasumsikan perawatan tersebut telah
efektif saat hasil yang diharapkan untuk perawatan dapat terjadi. (Wong, 2002:366).

Daftar Pustaka

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC.

EFM (Electronic Fetal Monitoring)


EFM merupakan metode untuk memeriksa kondisi bayi dalam rahim dengan mencatat
setiap perubahan yang tidak biasa dalam denyut jantung nya. Menggunakan dua elektrode yang
dipasang pada fundus (untuk menilai aktifitas uterus) dan pada lokasi punctum maximum denyut
jantung janin pada perut ibu. Dapat menilai aktifitas jantung janin pada saat his / kontraksi maupun
pada saat di luar his / kontraksi. Menilai juga hubungan antara denyut jantung dan tekanan
intrauterin.

Tujuan EFM :
• Denyut jantung janin mengalami penyesuaian konstan karena menanggapi lingkungan dan
rangsangan lainnya.
• Monitor janin mencatat detak jantung bayi yang belum lahir dan grafik pada selembar kertas.
• Pemantauan janin elektronik biasanya disarankan untuk kehamilan berisiko tinggi, saat bayi berada
dalam bahaya kesusahan.
• Alasan khusus untuk EFM meliputi: bayi dalam posisi sungsang, persalinan premature.

Indikasi Pemeriksaan EFM :


• Oligohidramnion Hipertensi
• FHR abnormal
• Malpresentasi dalam persalinan
• DM, Kehamilan ganda
• Persalinan bekas SC
• Trauma abdomen
• Ketuban pecah lama
• Air ketuban kehijauan
• Kehamilan resiko tinggi
• Induksi persalinan.
• Persalinan prematur

Interpretasi EFM
• Pertimbangan interpretasi dipengaruhi
– Intrapartum/antepartum
– Fase persalinan (stage of labor)
– Usia kehamilan
– Presentasi janin  Malpresentasi
• Terapi induksi persalinan
• Monitoring langsung atau tidak langsung
• Janin normal : pada saat kontraksi : jika frekuensi denyut jantung tetap normal atau meningkat
dalam batas normal, berarti cadangan oksigen janin baik (tidak ada hipoksia).
• Pada janin hipoksia : tidak ada akselerasi, pada saat kontraksi justru terjadi deselerasi / perlambatan,
setelah kontraksi kemudian mulai menghilang (tanda insufisiensi plasenta).

Interpretasi Dasar EFM


Baseline djj
 Rerata djj (FHR) dalam keadaan stabil kecuali akselerasi dan deselerasi (110-160 dpm)
 Takikardia
 Bradikardia
Baseline Variability
 Normal 5 bpm antar kontraksi
 Ragu 5 bpm selama < 30 menit
 Abnormal < 5 bpm selama 90 menit

Kriteria Hasil EFM


a. Hasil Normal
• Detak jantung bayi yang belum lahir ini biasanya berkisar 120-160 denyut per menit (bpm)
• Seorang bayi yang menerima cukup oksigen melalui plasenta akan bergerak di sekitarnya.
• Strip monitor akan menunjukkan detak jantung bayi meningkat sebentar saat ia bergerak (seperti
denyut jantung orang dewasa meningkat ketika iabergerak).
• Strip monitor bayi dianggap reaktif ketika detak jantung bayi meningkat setidaknya 20 bpm di atas
denyut jantung dasar minimal 20 detik.
• Hal ini harus terjadi setidaknya dua kali dalam periode 20 menit.
• Pelacak denyut jantung reaktif (juga dikenal sebagai tes non-stres reaktif) dianggap sebagai tanda
baik bayi.

b. Hasil Tidak Normal


• Jika denyut jantung bayi turun sangat rendah atau naik sangat tinggi, hal ini menandakan masalah
serius. Dalam kedua kasus ini jelas bahwa bayi dalam kesusahan dan harus disampaikan segera.
Namun, banyak bayi yang mengalami masalah tidak memberikan tanda-tanda yang jelas seperti
itu.
• Selama kontraksi, aliran oksigen (dari ibu) melalui plasenta (untuk bayi) untuk sementara
dihentikan. Seolah-olah bayi harus menahan napas selama setiap kontraksi. Baik plasenta dan bayi
yang dirancang untuk menahan kondisi ini. Antara kontraksi, bayi harus menerima lebih dari
oksigen yang cukup untuk melakukannya dengan baik selama kontraksi.
• Tanda pertama bahwa bayi tidak mendapatkan cukup oksigen antara kontraksi seringkali
penurunan detak jantung bayi setelah kontraksi (deselerasi akhir). Detak jantung bayi pulih ke
tingkat normal antara kontraksi, hanya untuk drop lagi setelah kontraksi berikutnya. Ini juga
merupakan tanda lebih halus dari marabahaya.
• Bayi-bayi ini akan melakukannya dengan baik jika mereka disampaikan dalam waktu singkat.
Kadang-kadang, tanda-tanda berkembang jauh sebelum pengiriman diharapkan. Dalam kasus itu,
C-section mungkin diperlukan.

EFM Akselerasi
• Akselerasi – peningkatan sesaat FHR 15 dpm selama sekurangnya 15 detik
• Arti klinis tidak ditemukannya akselerasi pada KTG normal masih belum jelas
• Ditemukannya akselerasi pada KTG memiliki korelasi dengan outcome janin (bayi) yang baik

EFM Deselerasi
perlambatan sementara dibawah tingkat basal 15dpm selama  15 detik.
a. Deselerasi Dini:
 Kompresi kepala pada jalan lahir
 Penurunan DJJ dimulai saat kontraksi dan kembali ke basal setelah kontraksi berakhir
 Perlu diperhatikan terutama bila ditemukan pada awal proses persalinan atau pemeriksaan
antenatal
 Jika ada deselerasi dini : dalam batas normal, observasi. Kemungkinan akibat turunnya kepala,
atau refleks vasovagal

b. Deselerasi Lambat
 Penurunan FHR tetap berlangsung meskipun kontraksi uterus telah kembali ke basal
 Adanya deselerasi lambat yang berulang meningkatnya resiko asidosis arteri umbilikalis dengan
nilai Apgar <7 pada menit ke 5 dan meningkatkan resiko serebral palsy.
 Jika ada deselerasi lambat : indikasi untuk terminasi segera.
Penyebab deselerasi lambat :
o Insufisiensi akut dan kronik pembuluh feto-plasenter
o Terjadi pada kontrasi uterus yang memanjang
o Dirangsang oleh hipoksemia
o Dihubungkan dengan asidosis metabolik dan respiratorik
o Biasanya ditemukan pada pasien hipertensi/preeklampsiaCommon pada pasien dengan PIH, DM,
IUGR atau lainnya, diabetes mellitus dari kekurangan plasenta.
c. Deselerasi variabel
• Konfigurasi FHR tidak ritmik dan konsisten
• Rule of 60 (decrease of 60 bpm,or rate of 60 bpm and longer than 60 sec)
• Disebabkan oleh kompresi tali pusat atau plasenta
• Sering ditemukan pada keadaan oligohidramnion atau ketuban pecah dini
• Sering menimbulkan RDS/Sindroma distres pernafasan meskipun ringan
• Potensial menimbulkan asidosis bila muncul berulang kali
• Jika ada deselerasi variabel (seperti deselerasi dini tetapi ekstrim), hal ini merupakan tanda
keadaan patologis misalnya akibat kompresi pada tali pusat (oligohidramnion, lilitan tali pusat,
dan sebagainya). Juga indikasi untuk terminasi segera.
• Batasan waktu untuk menilai deselerasi : tidak ada.
• Seharusnya penilaian ideal sampai waktu 20 menit, tapi dalam praktek, kalau menunggu lebih
lama pada keadaan hipoksia atau gawat janin akan makin memperburuk prognosis.
• Kalau grafik denyut datar terus : keadaan janin non-reaktif.
• Uji dengan bel ("klakson"…ngooook), normal frekuensi denyut jantung akan meningkat.

Masalah dan kenyataan penggunaan EFM


 Pemantauan denyut jantung janin secara elektronik saat ini “harus” dilakukan pada kehamilan
resiko tinggi.
 Masalah perbedaan interpretasi termasuk “over confidence” ditemukan tidak hanya antar dokter
pemeriksa tetapi pada seorang pemeriksa yang memeriksa hasil KTG yang sama 2 kali
 Meningkatkan kejadian seksio sesarea (RR 1.41)
 Meningkatkan persalinan bedah obstetrik pervaginam (RR 1.20)
 Tidak mempengaruhi kejadian cerebral palsy
 Menurunkan rerata kejang neonatorum (RR 0.51)
 Tidak mempengaruhi nilai APGAR

2.4 Pemeriksaan Penunjang lainnya :


Antara lain Fetal salp stimulation,dan fetal acoustic stimulation. Pemeriksaan tersebut
merupakan tindakan invasif yang memerlukan peralatan canggih dan tenaga kesehatan yang
terampil karena memiliki resiko pada ibu dan janin. Bukti dari adanya kegawatan janin adalah
ditemukannya kadar pH darah janin yang rendah, dan hal ini berkaitan juga dengan rendahnya nila
APGAR. Pemeriksaan penunjang ini harus sangat selektif dalam pemilihannya, artinya harus ada
indikasi medis yang benar, dan dilakukan pada tempat yang benar pula.

BAB III
KESIMPULAN
Pemantauan kesejahteraan janin memegang peranan penting di dalam pengawasan
kehamilan dan persalinan. Pemantauan ini seharusnya sudah dilakukan sejak kehamilan trimester
pertama hingga trimemester ketiga dan saat persalinan. Metode sederhana seperti pemantauan
gerak janin dan mendengarkan DJJ dapat membantu mendeteksi abnormalitas secara dini asalkan
dilakukan dengan benar. Alat bantu diagnostik canggih bukan merupakan sesuatu yang harus
disediakan karena masih banyak hal penting lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan ibu dan janin serta kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pemeriksaan
KTG saja tidak cukup untuk menilai kesejahteraan janin. Penambahan pemeriksaan volume cairan
amnion merupakan prasyarat minimal yang harus ditambahkan pada pemeriksaan KTG.
Pemeriksaan profil biofisik telah terbukti meningkatkan ketepatan evaluasi kesejahteraan janin.
Mengingat dampak jangka panjang dari hipoksia intrauterin terhadap janin, maka hasil
pemeriksaan KTG beserta interpretasinya disarankan untuk disimpan selama 25 tahun. Pelatihan
pemantauan kesejahteraan janin yang terstandarisasi akan meningkatkan kualitas pelayanan
berbasis pendidikan dan penelitian.

KESEHATAN MASYARAKAT NASIONALPembahasan Sebagian besar pria di Indonesia


tidak ikut KB. Fakta ini menunjukkan bahwa program KBdi Indonesia belum berhasil mengajak
pria ber-KB. Hal ini disebabkan kemungkinan program KB diIndonesia masih terfokus pada
wanita. Sebagian besar pria di Indonesia yang ber-KB menggunakan alatkontrasepsi kondom
yang menunjukkan bahwa kondom adalah alat kontrasepsi yang paling dikenal dandiminati di
kalangan pria. Kondom yang kemudian dilanjutkan sebagai alat pengendali fertilitas priayang
dominan memang telah digunakan sejak sekitar 400 tahun lalu.6 Pilihan kondom sebagai
alatkontrasepsi juga mencerminkan keterbatasan pria dalam memilih alat kontrasepsi. Responden
yangterpapar media massa lebih banyak yang ikut ber-KB daripada responden yang tidak
terpapar mediamassa. Selain itu, responden yang kontak informasi KB melalui media massa juga
lebih banyak yang ikut ber-KB daripada responden yang tidak mendapat kontak informasi KB
melalui media massa. Pertanyaanumum tentang pengaruh media massa terhadap perilaku
seseorang banyak diperdebatkan, termasuk efektelevisi terhadap kekerasan, pendidikan anak, dan
produk pilihan konsumen. Bukti keefektifan mediatersebut beragam, tetapi komunikasi media
massa dapat menginformasikan dan memotivasi seseorangdalam memilih metode KB, sehingga
bermanfaat mengatur fertilitas sebagai tujuan reproduksi mereka.15Berbagai penelitian secara
konsisten menemukan bahwa keterpaparan dengan media massa berdampak positif terhadap
keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana. Keterpaparan media berdampakkuat pada
perilaku dan sikap reproduksi, termasuk keikutsertaan pria dalam ber-KB.16 Terdapathubungan
yang signifikan antara akses media massa dengan penggunaan metode kontrasepsi pada pria.17
Keterpaparan dengan media berpengaruh signifikan terhadap penggunaan kontrasepsi
pada pria.18 Keterpaparan media audiovisual penting bagi pria dalam menentukan perilaku yang
berhubungan
dengan kontrasepsi.19 Penelitian ini menemukan bahwa pria yang mengalami kontak
dengan informasi KBmelalui media massa lebih mempunyai kecenderungan untuk ber-
KB daripada pria yang tidak mendapat kontakinformasi KB melalui media massa.
Promosi KB di media massa ternyata memberi dampak bagi keikutsertaan priadalam
ber-KB. Pesan-pesan audio seperti pesan KB atau pesan visual melalui koran
mempunyai peran pentingdalam meningkatkan kesadaran akan kontrasepsi. Kontak
pesan atau informasi KB berdampak kuat pada perilakudan sikap reproduksi,
termasuk keikutsertaan pria dalam ber-KB. Kontak informasi KB melalui TV, radio,
dankoran penting dalam membentuk sikap dan perilaku reproduksi seseorang.16,20
Kesimpulan Kesertaaan pria diIndonesia dalam program KB secara nasional masih
tergolong rendah. Pria yang terpapar media massamempunyai kecenderungan yang
lebih besar untuk ber-KB daripada pria yang tidak terpapar dengan mediamassa.
Selain itu, pria yang mendapat kontak KB melalui media massa lebih mempunyai
kecenderungan untukber-KB daripada pria yang tidak mendapat kontak KB melalui
media massa. Saran Media massa memegangperanan penting dalam mendorong pria
untuk ber-KB, sehingga pihak yang berkepentingan diharapkan terusmeningkatkan
promosi KB melalui media massa seperti TV, radio, dan koran/majalah

Anda mungkin juga menyukai