Anda di halaman 1dari 9

Nama: Amin Basnawi

NIM : 20180103124
TUGAS PERKULIAHAN 4

MANAJEMEN STRATEGIK

MAGISTER MANAJEMEN

POTER’S FIVE FORCE ANALYSIS

CV. Sinerga Mandiri Utama

CV. Sinerga Mandiri merupakan yang bergerak dibidang pengelolaan Limbah


Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Non B3 atau limbah barang bekas tak terpakai
(Scrap). CV Sinerga Mandiri Utama merupakan bagian dari Sinerga Group bersama
dengan CV. Sinerga Indonesia, PT. Sinerga Lintas Indonesia, PT.Sinerga Nusantara
Indonesia. Layanan yang diberikan oleh CV. Sinerga Mandiri Utama adalah
pengangkutan, pengumpulan, pengelolaan, dan pemanfaataan limbah B3 maupun limbah
Non B3 bagi perusahaan diseluruh Indonesia.

CV. Sinerga Mandiri Utama menggunakan 5 kekuatan industri menurut analisa


Poter’s 5 Force untuk menentukan intensitas persaingan dalam industri pengolahan
limbah B3 dan non B3 di Indonesia. 5 aspek tersebut menurut Michael Poter adalah:

1. Rivalry among competing firms


2. Potential entry of new competitor
3. Potential development of substitute products
4. Bargaining power of supply
5. Bargaining power of consumer

Dengan melihat kelima aspek ini CV. Sinerga Mandiri utama dapat melihat
potensi peluang yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
keuntungan bagi perusahaan, dan perusahaan juga dapat melihat potensi ancaman yang
ada sehingga ancaman dapat dihindari atau dikurangi.
1. Rivalry among competing firms / Persaingan antar Perusahaan

Rivalry among competing firms merupakan persaingan suatu perusahaan dengan


perusahaan yang lain. Persaingan antara perusahaan pesaing biasanya merupakan yang
terkuat dibandingkan dengan aspek yang lain. Strategi yang dijalankan oleh salah satu
perusahaan dapat berhasil jika strategi tersebut memiliki keunggulan daya saing
dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Perusahaan dapat menjadi market leader jika
perusahaan berhasil memberikan competitive advantage dibanding perusahaan pesaing.

Tingkat persaingan dalam industri pengolahan limbah B3 cukup ketat, karena


hanya perusahaan hanya berfokus pada pengelola limbah B3. Sehingga persaingan
relative kecil. Pesaing yang ada misalnya PT. PPLI, PT. TRIGUNA PRATAMA ABADI,
PT. ECOSTAR GROUP. PT. PRASADHA PAMUNAH LIMBAH INDUSTRI (PPLI)
merupakan salah satu perusahaan penyimpan, pengumpul, pengelola, pemanfaat dan
pemusnah Limbah B3 dan non B3 di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1994.

 Struktur dari kompetisi

Kompetisi dapat dikatakan tinggi apabila banyak perusahaan mempunyai ukuran/


jenis industri yang sama dalam suatu industri. CV. Sinerga Mandiri Utama berfokus pada
pengolahan limbah perusahaan kecil, karena mayoritas perusahaan kecil penghasil limbah
B3 ini belum memiliki kerjasama dengan perusahaan pengelolaan limbah, dan perusahaan
pengelolaan limbah yang sudah besar hanya berfokus berfokus pada perusahaan-
perusahaan besar penghasil limbah. Misalnya ada PT. PPLI terletak Desa Nambo,
Cileungsi, Bogor yang memiliki izin operasi diseluruh Indonesia. PT. PPLI merupakan
perusahaan pertama yang memiliki izin pengolahan limbah B3 di Indonesia. Perusahaan
tersebut hanya berfokus terhadap pengolahan limbah industri perusahaan besar misalnya
PT. Danone Indonesia, PT. Loreal Indonesia, PT. East Jakarta Industrial Park (EJIP), JOB
Pertamina dan Premier Oil Natuna Sea BV yang notabennya merupakan perusahaan besar
yang menghasilkan banyak limbah industri.

 Biaya

Dengan penetapan tarif biaya yang rendah yang dilakukan oleh CV. Sinerga
Mandiri Utama membuat CV. Sinerga Mandiri Utama memiliki pasarnya sendiri. Tidak
hanya berfokus untuk mengelola limbah industri dari perusahaan besar saja, CV. Sinerga
Mandiri Utama juga berfokus pada pengelolaan limbah industri dari perusahaan-
perusahaan kecil. Walaupun dari segi kuantitas lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan besar tapi hasil dari pelayanan pengolahan terhadap perusahaan kecil ini tetap
menghasilkan profit yang besar bagi CV. Sinerga Mandiri Utama. Karena perusahaan
kecil penghasil limbah tidak akan bisa memenuhi syarat angkut dan membayar biaya
layanan pengolahan limbah yang besar. Contohnya ada PT. Triguna Pratama Abadi dan
PT. Eco Star Group yang fokus pada bidang industri pengolahan Limbah B3 pada
perusahaan-perusahaan besar yang mampu membayar biaya pengeloaan limbah yang
besar dan dengan kuota angkut yang perjanjian kerjasama.

2. Potential entry of new competitor / Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Potential entry of new competitor ancaman masuknya pesaing baru tergantung


dari besaran rintangan untuk memasuki pasar, selain itu perusahaan juga sudah
memperkirakan akan reaksi dari perusahaan lama terhadap pada pendatang baru yang
akan memasuki pasar. Hambatan dalam memasuki pasar antara lain: skala ekonomi,
diferensiasi produk,kebutuhan modal, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Jika
hambatan untuk memasuki pasar ini besar, maka perusahaan lama akan memberikan
respon dengan memberikan perlawanan keras terhadap perusahaan baru, sehingga
ancaman masuknya perusahaan baru akan rendah.

Jika semakin banyak kompetitor yang bersaing dalam industri pengolahan Limbah
B3 dapat membuat profit CV. Sinerga mandiri utama turun, namun jika kompetitor atau
pendatang baru sedikit maka CV. Sinerga Mandiri utama akan tetap bisa eksis dan
diuntungkan.

 Kebijakan Pemerintah

Dalam perusahaan pengelola Limbah B3 terdapat hambatan besar dalam


memasuki pasar, karena pemerintah memberlakukan regulasi yang ketat dalam bisnis ini.
Regulasi dalam bisnis pengolahan Limbah B3 di Indonesia antara lain:

 UU 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


 PP No.74 tahun 2001 tentang Pengelolaan bahan Berbahaya dan Beracun
 UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup
 Permenlh No.18 tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Dalam pasal 3 permenlh No.18/2009 menetapkan bahwa:

1. Kegiatan pengangkutan limbah B3 wajib memiliki izin dari Mneteri yang


menyelenggarakan urusan di bidang perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari
Mneteri Negara Lingkungan Hidup
2. Kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 wajib memiliki izin dari
Bupati/Walikota
3. Kegiatan pengumpulan limbah wajib memiliki izin dari :
a. Menteri untuk pengumpulam limbah B3 skala nasional setelah mendapat
rekomendasi dari Gubernur
b. Gubernur untuk pengumpulan limbah B3 skala provinsi
c. Bupati/Walikota untuk skala kabupaten/kota
4. Kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin dari instansi terkait sesuai
kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Negara Lingkungan
Hidup.
5. Kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin dari Menteri Negara
Lingkungan Hidup.
6. Kegiatan pengolahan dan penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin dari Menteri
Negara Lingkungan Hidup.

Dengan banyaknya perizinan yang dibutuhkan dalam industri pengolahan limbah


B3 maka banyak perusahaan pengelola limbah B3 yang melakukan spesialisasi, misalnya
ada perusahaan yang hanya berfokus pada transporter atau pengangkut limbah B3 saja.
Ada perusahaan yang berfokus pada penyimpan dan pengumpul saja. Ada juga
perusahaan limbah B3 yang hanya berfokus pada pemanfaat dan pemusnah saja. Misalnya
pada CV. SIDO URIP merupakan perusahaan pemanfaatan Limbah B3 yang berada di
Karangdawa, Margasari, Tegal yang mempunyai izin pemanfaatan limbah B3 dari
kementerian limgkungan hidup dengan No.07.45.08 tahun 2014. CV. SIDO URIP hanya
berfokus pada pemanfaat saja, tidak fokus terhadap pengangkutan atau pemusnahan
limbah B3. Dengan ketatnya regulasi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia tentang
perizinan dan pengelolaan Limbah B3 akan menjadi hambatan besar bagi pendatang baru
untuk memasuki pasar.
 Kebutuhan Modal

Selain itu kebutuhan akan modal sangat besar bagi perusahaan Limbah B3, karena
dengan ketatnya regulasi yang ada, sehingga membutuhkan waktu yang banyak dan biaya
yang besar untuk memasuki pasar. Misalnya ada PT. PRATAMA MADYA KENCANA
yaitu perusahaan Limbah yang hanya fokus pada Transporter limbah. Karena untuk
memasuki pasar lain sebagai penyimpan, pengumpul, pengelola, pemanfaat, pemusnah
dibutuhkan modal yang berkali-kali lipat lebih besar, dan izin yang lebih banyak. Contoh
lainnya ada CV. NOOR ANNISA CHEMICAL yang berada di Pasar Kemis, perusahaan
mereka hanya bisa fokus pada pengumpulan limbah, dan tidak bisa sebagai transporter
atau pengangkut limbah B3. Dengan demikian maka tingkat ancaman pendatang baru
dalam hal kebutuhan modal ini dapat dikatakan rendah.

 Teknologi

Dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, ini merupakan ancaman


sekaligus peluang bagi perusahaan pengelola limbah industri. Jika perusahaan telat atau
tidak mengikuti perkembangan teknologi yang ada, maka perusahaan akan tertinggal
dengan perusahaan kompititor. Hal tersebut sangat berbahaya bagi perusahaan, tapi jika
perusahaan dapat memanfaatkan teknologi yang ada hal itu merupakan peluang yang
besar. Misalnya dengan membeli alat pengelolaan limbah B3 yang canggih dan proses
pengelolaannya sesuai dengan regulasi yang ada, maka proses pengolahan akan semakin
cepat dan efisien, biaya operasional dapat ditekan dan potensi pencemaran dapat
dikurangi. Perusahaan juga bisa memiliki keunggulan dibandingkan perusahaan
kompititornya.

Tetapi kembali ke masalah permodalan lagi, jika ingin menerapkan teknologi


yang canggih dalam industri pengolahan limbah ini, dibutuhkan modal yang besar, dan
CV. Sinerga Mandiri Utama telah meiliki mesin-mesin pengolah limbah industri B3 yang
canggih sehingga proses produksinya menjadi efisien dan sesaui dengan ketentuan
regulasi yang ada. Contoh perusahaan yang terhambat dengan permasalahan teknologi
adalah PT. GEMA PUTRA BUANA JAKARTA yang hanya menyediakan layanan hanya
terbatas pada layanan transporter atau pengangkutan limbah b3 dengan mengunakan truk
dan truk tangki kimia. Karena jika ingin melakukan pengolahan lebih lanjut dibutuhkan
perizinan lagi dan harus memiliki mesin dengan teknlogi terkini.
3. Potential development of substitute products / Potensi Pengembangan Produk Subtitusi

Dalam hal pengembangan produk subtitusi, pada awalnya perusahaan-perusahaan


di Indonesia menggunakan perusahaan lain untuk mengelola perusahaan limbahnya,
sehingga hamper tidak ada subtitusi dalam industri pengolahan limbah B3. Namun seiring
waktu perusahaan-perusahan besar mulai membuat anak perusahaan yang befungsi
sebagai pengelola limbah hasil industri perusahaan induk. Tapi dengan begitu perusahaan
akan membutuhkan modal yang sangat besar untuk mengurus perizinan dan membeli alat
transportasi khusus Limbah B3, selain itu dibutuhkan juga mesin pengelola limbah yang
canggih dan tentunya mahal, lahan pengolahan pengolahan yang dibutuhkan juga harus
besar, sehingga membutuhkan modal yang besar. CV. Sinerga Mandiri Utama memiliki
produk subtitusi apabila perusahaan memiliki pengolahan limbahan sendiri, walaupun
hanya sedikit perusahaan yang mempunyai perusahaan pengelola limbah industrinya
sendiri, CV. Sinerga Mandiri Utama Harus tetap waspada dan memperhatikan
perkembangan pasar, karena dapat menjadi ancaman bagi perusahaan pengelola limbah
B3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ancaman dari produk subtitusi berada dalam
kategori rendah.

4. Bargaining Power of Supplier / Daya Tawar-Menawar Penjual/Pemasok

Daya tawar pemasok dapat menjadi ancaman bagi perusahaan jika perusahaan
hanya berfokus bergantung dengan satu pemasok. Tetapi dalam industri pengelolaan
limbah B3 hal berbeda terjadi. Karena merupakan industri jasa yang memiliki izin khusus
dari pemerintah.

 Konsentrasi Pemasok
Perusahaan pengelola limbah mendapat pasokan bahan baku dari perusahaan-
perusahaan penghasil limbah B3. Kini hampir setiap perusahaan menghasilkan limbah B3
dalam proses produksinya, mereka tidak bisa membuang atau mengelola sendiri limbah
industri mereka, sehingga dibutuhkan perusahaan lain yang mempunyai izin limbah B3.
CV. Sinerga mandiri utama akan menetapkan tarif pengangkutan dan pengolahan
tergantung jenis limbah industri yang dihasilkan. Terdapat juga kuota pengangkutan dan
biaya pengangkutan yang harus dibayarkan kepada CV. Sinerga Mandiri Utama.
Misalnya saja PT. Alkindo Mitra Raya yang merupakan pabrik penyedia bahan baku bagi
perusahaan Propan Raya. Hampir semua limbah industri yang dihasilkan oleh PT.
Alkindo Mitra Raya merupakan Limbah B3 yang perlu dikelola lebih lanjut. Dan dengan
ketatnya regulasi dari pemerintah PT. Alkindo mau tidak mau harus bekerja sama dengan
perusahaan pengelola Limbah B3 agar tidak terbentur dengan regulasi yang ada. Oleh
karena itu daya tawar pemasok dalam hal ini dapat dikatakan rendah.

 Profitabilitas Pemasok
Jika perusahaan pemasok meningkatkan produksinya maka CV. Sinerga Mandiri
Utama juga akan diuntungkan. Karena jumlah produksi meningkat maka limbah industri
yang dihasilkan juga akan mengalami meningkat. Dengan banyaknya limbah industri dan
dengan adanya regulasi yang ada tentu akan membuat tingkat daya tawar pemasok akan
menjadi rendah.

5. Bargaining Power of Costomers / Daya Tawar-Menawar Pembeli/Konsumen

Pembeli mempunyai peran yang penting untuk keberlangsungan hidup suatu


perusahaan, begitu juga dengan perusahaan pengelola limbah. Setelah proses
pengangkutan, penyimpanan, penimbunan dan pengolahan proses selanjutnya yaitu
pemanfaatan harus dilakukan. Begitu juga dengan CV. Sinerga Mandiri Utama tidak
dapat memanfaatkan semua produknya hasil pengolahan limbah B3 yang ada dan
bekerjasama dengan perusahaan lain yang memanfaatkan limbah sebagai bahan baku
produksinya. PT. Jobs Colouring merupakan perusahaan pemanfaat limbah B3 yang
memiliki izin No.B-4850/MENLH/07/2208 yang berada Banyusari, Karawang. CV.
Sinerga Mandiri Utama selaku pengelo limbah dapat bekerja sama dengan PT Job
Colouring selaku pemanfaat, dengan menggunakan limbah B3 hasil olahan CV. Sinerga
mandiri Utama sebagai bahan baku produksinya. Selain itu ada PT. Daya Pengelola
Limbah Industri (DPLI) yang berada di Debong Wetan, Dukuh Turi, Tegal yang
mempunyai mempunyai izin pemanfaatan limbah b3 dari kementerian lingkungan hidup
dan kehutanan dengan Nomor SK.795/Menlhk/Setjen/PLB.3/10/2016.

Dengan memanfaatkan hasil pengolahan limbah B3 sebagai dasar bahan baku


produksi tentu membuat perusahaan pemanfaat dapat menghemat biaya bahan baku
produksinya. Dan juga CV. Sinerga Mandiri Utama mendapat profit dengan menjual
kembali hasil pengolahan limbah B3 tersebut. Meskipun begitu masih ada perusahaan lain
yang mempunyai hasil pengolahan limbah B3 yang sama dengan CV. Sinerga Mandiri
Utama. Sehingga CV. Sinerga Mandiri Utama tidak dapat terlalu menekan harga. Oleh
karena itu daya tawar bagi pembeli masuk dalam kategori sedang.
Potential Entry of New Competitor

PT. Pratama Madya Kencana


PT. Gema Putra Buana

Rendah

Bargaining Power of Consumers Rivalry Among Competing Firms


Bargaining Power of Suppliers
PT. Jobs Colouring PT. PPLI
PT. Alkindo Mitra Raya
PT. DPLI PT. Triguna Pratama abadi
PT. Propan Raya
PT.Ecostar Group
Rendah
Sedang
Sedang

Potential Development of Subtitute Products

Rendah

KESIMPULAN

 Persaingan antara perusahaan dalam indutri pengelola limbah B3 tergolong sedang,


karena setiap perusahaan pengelola limbah industri memiliki izin pengolahan yang
berbeda-beda. Ada perusahaan yang hanya berfokus pada transporter atau pengangkut
limbah B3 saja. Ada perusahaan yang berfokus pada penyimpan dan pengumpul saja.
Ada juga perusahaan limbah B3 yang hanya berfokus pada pemanfaat dan pemusnah
saja, sehingga pesaingan antar industri relatif sedang. Selain itu juga ada perusahaan
yang fokus pada pengolahan limbah industri perusahaan besar saja yang sesuai kuota
angkut dan mampu mebayar biaya pengolahan yang besar saja. Ada juga perusahaan
seperti CV. Sinerga Mandiri Utama yang juga berfokus pada perusahaan-perusahaan
kecil penghasil limbah industri.
 Ancaman dari pendatang baru juga relatif rendah, karena regulasi dari pemerintah
Indonesia yang begitu ketat tentang perizinan dan pengelolaan Limbah B3, selain itu
dibutuhkan waktu yang lama untuk kepengurusan izin pengelolaan limbah B3 dan
juga diperlukan modal yang besar untuk perusahaan baru yang akan memasuki pasar.
Belum lagi dengan perkembangan teknologi yang pesat dibutuhkan mesin-mesin
pengolah limbah B3 yang canggih dan berharga mahal yang tentu membutuhkan
modal yang besar bagi perusahaan pendatang baru. Sehingga hal terebut akan menjadi
barrier to entry yang kuat bagi pendatang baru dalam industri pengelolaan Limbah
B3.
 Ancaman dari pengenmbangan produk subtitusi juga relatif rendah. hampir tidak ada
subtitusi dalam industri pengolahan limbah B3. Namun seiring waktu perusahaan-
perusahan besar mulai membuat anak perusahaan yang befungsi sebagai pengelola
limbah hasil industri perusahaan induk. Tapi hanya sedikit perusahaan yang
mempunyai perusahaan pengelola limbah industrinya sendiri.
 Daya tawar-menawar dari pemasok juga rendah karena dalam industri pengolahan
limbah B3 perusahaan pengelola limbah mendapat pasokan bahan baku dari
perusahaan-perusahaan penghasil limbah B3 dan mereka tidak bisa membuang atau
mengelola sendiri limbah industri mereka karena terbentur dengan regulasi yang ada,
sehingga dibutuhkan perusahaan lain yang mempunyai izin limbah B3.
 Daya tawar-menawar dari pembeli dalam kategori sedang. Karena pembeli hasil
pengolahan limbah B3 adalah perusahaan yang memanfaatkan hasil pengolahan
limbah B3 sebagai dasar bahan produksinya. Meskipun begitu masih ada perusahaan
lain yang mempunyai hasil pengolahan limbah B3 yang sama dengan CV. Sinerga
Mandiri Utama. Sehingga CV. Sinerga Mandiri Utama tidak dapat terlalu menekan
harga.

Anda mungkin juga menyukai