Anda di halaman 1dari 3

p

TICS
NO. DOKUMEN No. TERBIT/REVISI HALAMAN
RSUP Dr. M. Djamil
PADANG
TANGGAL DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
TERBIT/REVISI
PANDUAN
PRAKTEK KLINIK DR. dr. Yusirwan Yusuf, Sp.B, Sp.BA. MARS
NIP. 19621121989031001
PENGERTIAN Gerakan yang stereotipik dan repetitive otot (tics motor) maupun ucapan (tics
verbal/vocal) yang tiba-tiba/mendadak, singkat, tidak bertujuan.
ANAMNESIS Terdapat gerakan bibir atau tidak, mata berkedip-kedip, gerakan dagu dan muncul saat
mengalami tekanan/stress.
Gerakan tersebut dapat ditahan, dan meningkat saat cemas, marah, atau kelelahan.
Gerakan akan berkurang saat aktivitas atau tidur dan berfluktuasi.
Pasien tidak nyaman, gatal, atau sensasi yang lain sebelum melakukan gerakan-gerakan
tersebut, dan merasa lebih relaks dengan melakukan gerakan-gerakan tersebut. Adakah
riwayat ADHD maupun gangguan perilaku yang lain.

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik umum dan berat badan.


Observasi, gerakan-gerakan yang dikeluhkan : bibir atau lidah, mata berkedip-kedip,
gerakan dagu, leher, bahu, apakah ada tics vocal yang menyertai (suara-suara yang tidak
bertujuan )

KRITERIA DIAGNOSIS Diagnosis Tics ditegakkan terutama dari anamnesis dan observasi yang baik.

DIAGNOSIS KERJA Tics


DIAGNOSIS BANDING Epilepsi parsial sederhana
PEMERIKSAAN Tidak ada, namun apabila dipikirkan suatu epilepsi parsial sederhana, dilakukan
PENUNJANG pemeriksaan EEG
TALAKSANA Tatalaksana tic bergantung pada beratnya kondisi yang dialami dan apabila menggangu
atau terdapat problem muskulokskeletal maka dapat diberikan obat.

Nonfarmakologi :
 Psikoterapi
 Hipnoterapi
 Tindakan bedah untuk kelainan tingkah laku seperti talamotomi, cingulotomi dan
lain-lain
 Repetituve transcranial magnetic stimulation (rTMS)

Farmakologi :
Tujuan : meningkatkan kualitas hidup pasien dengan tics, dan bukan
untuk menghilangkan tics. Bila anak terganggu saat sekolah, obat hanya
diberikan saat sekolah saja.
 Non farmakologi  Situasi kelas / lingkungan sekolah yang tidak
menimbulkan stress  Terapi behaviour
 Farmakologi Prinsip terapi :
1. Mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan secara bertahap
2. Evaluasi efektivitas obat dan efek samping yang terjadi
3. Gunakan monoterapi
4. Gunakan Tier 1 terutama pada tics yang ringan
5. Pemeriksaan EKG sebelum menggunakan obat Tier 2
6. Turunkan dosis obat secara bertahap

Tier 1 :  Klonidin → dosis permulaan 0,05 mg, dapat ditingkatkan


menjadi 2 x 0,05 mg. Dosis dapat ditingkatkan setiap 5 – 7 hari dan dapat
diberikan sampai 0,1 – 0,4 mg /hari

 Guanfasin → dosis permulaan 0,5 mg malam hari dan dapat


ditingkatkan secara bertahap sampai 3 mg/hari dibagi dalam dua
dosis
 Klonazepam → digunakan sebagai terapi ajuvan pada pasien
dengan kecemasan. Efek samping berupa mengantuk, dizziness,
fatigue.

Tier 2 : Apabila pengobatan pertama dengan Tier 1 tidak berhasil dapat


diberikan neuroleptik yang klasik maupun neuroleptik yang atipik.
Neuroleptik klasik : 192

 Pimozid → 2 – 6 mg/hari, mulai dengan dosis 0,5 – 1 mg/hari


sebelum tidur, dinaikkan secara bertahap
 Flufenazin → 2 – 4 mg/hari, mulai dengan dosis 1 mg/hari
sebelum tidur, dinaikkan secara bertahap
 Haloperidol → 1 - 5 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 0,5
mg/hari, dinaikkan secara bertahap Neuroleptik yang atipik
 Risperidon → maksimal 3 mg/hari dibagi dalam dua dosis, mulai
dengan 0,5 mg/hari, malam hari
 Olanzapin → 5 – 10 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan
2,5 mg sebelum tidur

Obat lain :

 Dopaminergik → dopamin antagonis (tetrabenazin 25 – 100 mg/hari),


dopamin agonis (Pergolid 0,1 – 0,3 mg/hari, dosis terbagi).

 Botulinum toxin (Botox) injeksi dengan dosis maksimal 400 Unit per 3
bulan
EDUKASI Edukasi untuk menyediakan waktu agar dapat memperkecil kondisi yang membuat tegang
dan stress.

PROGNOSIS Tics merupakan gangguan yang kronik namun beberapa penderita akan mengalami remisi
spontan atau menunjukkan perbaikan dengan pengobatan medikamentosa.
Tics yang cepat menjadi berat merupakan prediktor yang buruk.

TINGKAT EVIDENCE I
TINGKAT A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR MEDIS a. Mampu menyimpulkan adanya gangguan gerak berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang sistematis
b. Mampu menafsirkan gambaran / gejala gangguan gerak dan penyakit yang
mendasarinya
c. Mampu merencanakan menafsirkan hasil pemeriksaan penunjang (EEG)
d. Mampu menangani kasus gangguan gerak dengan optimal dan holistik
e. Mampu melaksanakan terapi botox pada gerakan tidak terkendali
f. Menganjurkan fisioterapi
g. Menganjurkan tindakan operasi pada penyakit yang sudah tidak dapat diatasi lagi
dengan terapi medikamentosa

KEPUSTAKAAN a. Aicardi J, Bax Martin, Gillberg C, Tics and other abnormal movement dalam Discase
of the Nervous System in Childbood, 3rd Ed. Mac Keith Press. Wiley-Blackwell London,
2009 :357-8
b. Alvarez EF, Aicardi j. Tic disordes dalam Movement disordes in children. Mac. Keth
Press. 2001 :192-209

DIBUAT OLEH DITINJAU OLEH DISAHKAN OLEH


NAMA dr. Syarif Indra, Sp.S dr. Yan Edward, Sp.THT- dr. Hj. Rose DindaMartini.
KL SpPD K-GER.FINASIM
JABATAN Dokter Spesialis Saraf Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Keperawatan
TANDA TANGAN

BAGIAN/UNIT JML PERSONEL TANDA TANGGAL


TANGAN
Seksi SPO,
Kebijakan dan
Document Control

Anda mungkin juga menyukai