Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“OBAT PRAMEDIKASI OPERASI”

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Instrumen Anestesi

Dosen Pengampu : Ns. Sri Suparti, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :
Eka Anjeli Oktafia ( 2011100005)
Chamelia Dewi Agustin ( 2011100006 )
Asep Anggriawan ( 2011100020 )

KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


JL.KH. Ahmad Dahlan ,Dusun lll,Dukuhwaluh,Kec.Kembaran,Kabupaten
Banyumas,Jawa Tengah 53182
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit dan nyeri ketika
melakukan tindakan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh (Amarta, 2010). Pemilihan obat anestesi yang tepat dan cara pemberian
yang benar akan meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan terhadap sistem tubuh,
khususnya pada sistem kardiovaskuler, sistem respirasi dan temperatur tubuh. Hal ini
disebabkan hampir semua jenis obat anestesi menimbulkan efek samping terhadap sistem
kardiovaskuler, sistem respirasi dan temperatur tubuh (Hall dan Clarke, 1983).
Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anestesi dengan tujuan untuk
melancarkan induksi, pemeliharaan dan pemulihan anestesi. Reaksi saraf simpatis terhadap
rasa takut atau nyeri tidak dapat disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri
mengaktifkan saraf simpatis untuk menimbulkan perubahan dalam berbagai derajat yang
mengenai setiap system dalam tubuh. Banyak dari perubahan ini yang disebabkan oleh suplai
darah ke jaringan, sebagian karena stimulasi eferen simpatis yang ke pembuluh darah dan
sebagian karena naiknya katekolamin dalam sirkulasi. Impuls adrenergic dari rasa takut
timbul di korteks serebri dan dapat ditekan dengan tidur atau dengan sedative yang mencegah
kemampuan untuk menjadi takut bila ada penyebab takut yang sesuai. Tanda akhir dari reaksi
adrenergic terhadap rasa takut ialah meningkatnya detak jantung dan tekanan darah.

2
BAB II

PEMBAHASAN KONSEP OBAT – OBATAN

A. Obat Pramedikasi

 Definisi

Pada umumnya persiapan anestesi diawali dengan persiapan psikologis / mental


bagi pasien yang akan diberikan anestesi. Serta pemberian obat-obat yang dipilih untuk
tujuan tertentu sebelum induksi dimulai. Kedua macam persiapan ini yang sebetulnya
dinamakan premedikasi. Dengan premedikasi ini diharapkan bahwa saat memasuki
prabedah, pasien akan bebas dari rasa cemas, cukup mengalami sedasi tetapi mudah
dibangunkan dan kooperatif.

 Tujuan

1. Memberikan rasa nyaman kepada pasien : menghilangkan rasa kawatir, memberikan


ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesia dam mencegah muntah
2. Memudahkan atau memperlancar induksi
3. Mengurangi dosis obat anestesi
4. Menekan reflek yang tidak diharapkan
5. Mengurangi sekresi : saluran nafas, saliva
6. Mengurangi resiko aspirasi
7. Merupakan salah satu teknik anestesi

 Indikasi

Kondisi pasien yang akan menjalani pembedahan.

3
B. Klasifikasi Obat Pramedikasi

Klasifikasi obat yang sering digunakan untuk Pramedikasi :

a. Golongan hipnotik sedative : Barbiturat, Benzodiazepin

b. Analgetik narkotik : Fentanyl, Morfin

c. Neuroleptic : Droperidol, Dehidrobenzoperidol

d. Antikolinergik : Atropin, Skopolamin

C. Golongan

a. Golongan hipnotik sedative

Nama Barbiturate
Indikasi Kejang, insomnia berat, gangguan kecemasan, atau sebagai obat untuk
menginduksi atau memulai proses pembiusan (anestesi).
Tujuan Mengontrol dan mengobati kejang, insomnia berat, gangguan
kecemasan.
Dosis Awal
Dewasa :100-200 mg suntikan dalam (deep injection), diberikan 60-90
menit sebelum operasi.Lansia: Pengurangan dosis mungkin diperlukan.
Rumatan
Dewasa : Dosis induksi 50–120 mg yang diberikan melalui suntikan
ke pembuluh darah vena (intravena/IV). Dosis pemeliharaan 20–40 mg
suntik IV dengan kecepatan 3 ml/menit.
Anak usia >1 bulan : Dalam bentuk sediaan 1 %, dosisnya adalah 25
mg/kgBB yang diberikan melalui suntikan ke dalam otot
(intramuskular/IM).
15 – 20 mg/kgBB/hari IV dengan pemberian yang tidak melebihi
kecepatan 2 mg/kgBB/menit, dan tidak melebihi 1000 mg/dosis. Dapat
diulangi dengan dosis 5 – 10 mg/kgBB bolus setelah 15 – 30 menit bila
diperlukan.

4
Sediaan : Vial
Cara pemberian : Intra muscular, Intra Vena
Efek obat a. Muncul sensasi seperti melayang
b. Sakit kepala
c. Kikuk dan sulit menjaga keseimbangan
d. Mual atau muntah
e. Lemas atau lelah yang berlebihan
f. Kantuk
g. Sakit perut
h. Gelisah atau bingung
i. Tekanan darah rendah

Nama Benzodiazepin
Indikasi Obat penenang atau sedatif yang dapat digunakan dalam pengobatan
gangguan kecemasan, serangan panik, kaku otot, insomnia, kejang,
status epileptikus, atau sindrom putus alkohol.
Tujuan Sebagai obat penenang
Dosis Awal dan rumatan : Sedasi pra operasi
Anak : 1-15 thn 50-150 mcg / kg. Rute digunakan dalam kasus luar
biasa.
Premedikasi pembedahan
- Dewasa: 70-100 mcg / kg (5 mg) diberikan 20-60 menit sebelum
operasi, alternatif, 1-2 mg, diberikan 5-30 menit sebelum operasi.
- Anak: 1-15 thn 80-200 mcg / kg diberikan 15-30 menit sebelum
operasi.
- Lansia: 2-3 mg (rentang dosis: 20-50 mcg / kg) diberikan kira-kira
20-60 menit sebelum operasi, sebagai alternatif, dosis IV awal 500
mcg, diberikan 5-30 menit sebelum prosedur.
Sedasi (suntikan) intravena untuk prosedur bedah gigi dan
bedah minor
- Dewasa : Awalnya, 2-2,5 mg pada tingkat 2 mg / menit 5-
10 menit sebelum prosedur, dg kelipatan 0,5-1 mg dengan
interval minimal 2 menit. Dosis total: 2,5-7,5 mg (kira-kira

5
0,07 mg / kg).
- Anak : 6 hingga 5 tahun 50-100 mcg / kg hingga total 600
mcg / kg. Maks: 6 mg, 6-12 thn 25-50 mcg / kg hingga total
400 mcg / kg. Maks: 10 mg. Dosis awal diberikan selama 2-3
menit dengan.
- Lansia : Awalnya, 0,5-1,5 mg pada tingkat maksimal 2 mg
/ menit 5-10 menit sebelum,  penambahan 0,5-1 mg jika
dibutuhkan. Dosis total maksimal: 3,5 mg.

Induksi anestesi
- Dewasa : Dosis total: 150-250 mcg / kg  dan 300-350 mcg /
kg bagi mereka yang belum menerima premedant. Dosis
tambahan dapat diberikan, hingga 600 mcg / kg . Untuk
sedasi dalam kombinasi anestesi: 30-100 mcg / kg dengan
dosis 30-100 mcg / kg / jam.
- Anak > 7 thn 150 mcg / kg.
- Lansia : 50-150 mcg / kg menjalani premedikasi dan 150-
300 mcg / kg pada mereka yang belum menerima premedant.

Sedasi (suntikan intravena) dalam perawatan kritis


- Dewasa : Memuat dosis: 0,03-0,3 mg / kg, dapat diberikan
dalam kelipatan 1-2,5 mg disuntikkan selama 20-30 detik,
setiap dosis. Perawatan: 0,02-0,2 mg / kg / jam. Untuk pasien
dengan hipotermia, hipovolemia atau vasokonstriksi: Kurangi
dosis pemeliharaan.
- Anak : Neonatus kurang dari 32 minggu 60 mcg / kg /
jam dengan infus, berkurang setelah 24 jam sampai 30 mcg /
kg / jam. pengobatan: 4 hari, Neonatus lebih dari 32 minggu
dan bayi hingga 6 bulan 60 mcg / kg / jam. pengobatan: 4
hari pada neonatus, lebih dari 6 bln hingga 12 thn. Pengisian
dosis: 50-200 mcg / kg minimal 3 menit. Perawatan: 30-120
mcg / kg / jam.

6
- Lansia : Pengurangan dosis diperlukan.

Oral
Oral Sedasi sebelum operasi
- Anak : 6 bln hingga kurang dari 16 thn 0,25-1 mg / kg
sebagai dosis tunggal 20-30 menit. Maks: 20 mg.

Oral Kejang
- Anak : 3-6 mth Pengaturan rumah sakit: 2,5 mg, lebih
dari 6 bulan - <1 tahun 2,5 mg, 1- < 5 tahun 5 mg, 5- <10
tahun 7,5 mg, 10 – <18 thn 10 mg.

Sediaan :Vial, ampul


Cara pemberian : Intravena, Intramuscular
Efek Obat 1. Sakit kepala
2. Mengantuk
3. Sakit perut
4. Penglihatan kabur
5. Gemetar
6. Kehilangan keseimbangan

b. Analgetic narkotik

Nama Obat Fentanyl


Indikasi sebagai agen anestesi untuk pasien yang akan menjalani operasi, serta untuk
manajemen nyeri. 
Tujuan Meredakan nyeri hebat, menjadi obat tambahan yang digunakan saat
prosedur anestesi atau pembiusan
Dosis Awal :
 Kondisi : Sebagai premedikasi sebelum prosedur operasi
Dewasa : 50–100 mcg, diberikan melalui suntikan ke otot
(intramuskular/IM) atau pembuluh darah (intravena/IV) 30–60

7
menit sebelum operasi.
 Kondisi : Sebagai obat tambahan untuk anestesi umum saat
operasi besar (bedah mayor)
Dewasa : Dosis awal adalah 1–2 mcg/kgBB per jam. Dosis
pemeliharaan 2–20 mcg/kgBB/dosis melalui suntik IV.
Anak usia >2 tahun: 2-3 mcg/kgBB melalui suntik IV atau IM
setiap 1–2 jam sesuai dengan kebutuhan.

 Kondisi : Sebagai obat tambahan untuk anestesi umum saat


operasi kecil (bedah minor)
Dewasa: 0,5–2 mcg/kgBB/dosis melalui suntik IV.
Bentuk obat : Patch transdermal
 Kondisi : Kondisi nyeri kronis pada pasien yang tidak mempan
terhadap opioid
Anak usia >2 tahun dan dewasa: 25–100 mcg/jam, diberikan
setiap 72 jam.
Rumatan :
Sediaan : Suntik, patch transdermal dan infus
Cara Pemberian : IM, IV
Efek Obat  Sakit perut
 Konstipasi
 Mual atau muntah
 Kantuk
 Tubuh terasa lemah
 Sakit kepala, pusing, atau vertigo
 Kulit yang disuntik atau ditempeli obat terasa gatal atau iritasi

c. Neuroleptic

Nama Droperidol
Indikasi Obat penenang saat operasi
Tujuan Mengatasi gangguan kecemasan, meredakan gejala mual dan muntah.

8
Dosis Awal dan rumatan : Dewasa: 0,625 – 1,25 mg setiap 6 jam sekali. Anak-
anak 2-18 tahun: 10 – 50 mcg/kg berat badan (maks. 1,25 mg), setiap 6
jam sekali. Lansia: 0,625 mg setiap 6 jam sekali.
Sediaan : Vial dan Ampul
Cara pemberian : Intravena dan Intramuscular
Efek obat Penurunan tekanan darah, takikardia, kantuk, kepala pusing, demam,
bronkospasme, sembelit, penglihatan kabur.

d. Antikolinergik

Nama Obat Morfin


Indikasi Untuk meredakan dan menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat
diobati dengan analgetik non narkotik yaitu nyeri akibat trombosis
koroner, neoplasma, kolik renal atau kolik empedu, oklusi akut
pembuluh darah perifer, pulmoner atau koroner, perikarditis akut,
pleuritis dan pneumotoraks spontan, trauma misal luka bakar, fraktur
dan nyeri pasca bedah.
Tujuan Menghilangkan rasa nyeri dengan intensitas sedang hingga parah
Dosis Awal :
 Bentuk: Tablet
Dewasa: 5–20 mg, tiap 4 jam.
Anak usia 1–5 tahun: 5 mg, tiap 4 jam. Dosis maksimal adalah 30
mg.
Anak usia 6–12 tahun: 5–10 mg, tiap 4 jam. Dosis maksimal
adalah 60 mg.
 Bentuk: Suntikan intraspinal
Dewasa: Dosis awal adalah 5 mg. Jika dibutuhkan, dosis dapat
ditambahkan sebanyak 1–2 mg setelah 1 jam.
 Bentuk: Suntikan intratechal
Dewasa: 0,2–1 mg sebagai dosis tunggal.
 Bentuk: Suntikan intravena
Dewasa: Dosis awal adalah 1–10 mg, selama 4–5 menit,

9
dilanjutkan dengan 1 mg selama 5–10 menit.
Rumatan :
Sediaan : Tablet dan Suntikan
Cara Pemberian : oral, intraspinal, intratechal, dan intravena
Efek Obat a. Sakit kepala
b. Kram perut
c. Gugup
d. Rasa kantuk yang parah
e. Konstipasi
f. Perubahan mood
g. Sulit berkemih
h. Mual atau muntah

Nama Spokopolamin
Indikasi Kram perut, usus, atau saluran kemih.
Tujuan Hyoscine butylbromide digunakan untuk meredakan kram perut, usus,
atau saluran kemih, gejala irritable bowel syndrome.Hyoscine
hydrobromide digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan, mual,
muntah, dan vertigo
Dosis
Bentuk: Tablet

 Dewasa: 10 mg, 3 kali sehari. Jika diperlukan, dosis dapat


ditingkatkan hingga 20 mg, 4 kali sehari.
 Anak-anak usia 6–11 tahun: 10 mg, 3 kali sehari.

Kondisi : Kram perut akibat gangguan saluran pencernaan atau


saluran kemih

Bentuk: Tablet

 Dewasa: 20 mg, 4 kali sehari.


 Anak-anak usia 6–11 tahun: 10 mg, 3 kali sehari.

10
Bentuk: Suntik

 Dewasa: 20 mg, disuntikkan ke otot (intramuskular/IM) atau ke


pembuluh darah (intravena/IV). Dosis maksimal 100 mg per hari.

Sediaan Obat : Tablet dan Injeksi

Cara pemberian : Oral dan IM / IV


Efek obat a. Kulit atau mulut kering
b. Penglihatan kabur
c. Rasa lelah atau kantuk
d. Pusing
e. Konstipasi
f. Nyeri atau sulit buang air kecil

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada umumnya persiapan anestesi diawali dengan persiapan psikologis / mental
bagi pasien yang akan diberikan anestesi. Serta pemberian obat-obat yang dipilih untuk
tujuan tertentu sebelum induksi dimulai. Kedua macam persiapan ini yang sebetulnya
dinamakan premedikasi. Tujuannya memberikan rasa nyaman kepada pasien :

11
menghilangkan rasa kawatir, memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan
analgesia dam mencegah muntah, memudahkan atau memperlancar induksi, mengurangi
dosis obat anestesi. Indikasinya kondisi pasien yang akan menjalani pembedahan.
Klasifikasi obat yang sering digunakan untuk pramedikasi
 Golongan hipnotik sedative : Barbiturat, Benzodiazepin
 Analgetik narkotik : Fentanyl, Morfin
 Neuroleptic : Droperidol, Dehidrobenzoperidol
 Antikolinergik : Atropin, Skopolamin

DAFTAR PUSTAKA
Indrawati,Lili. 1998. Jurnal Kedokteran. Lembaga Penelitian Universitas YARSI Bii
Jakarta. Jakarta
Husnul,diyah. Makalah Hipnotik dan sedative. Jakarta. (Diakses pada 1 Desember 2021 )
Rahmi,selvia. 2019. Makalah Farmakologi Sedativ-Hipnotik. Jakarta. Academia.edu
(Diakses pada 1 Desember 2021)
Lusiana,Ester. 2019. Makalah Analgetik. Politekkes Kemenkes Palembang. Palembang.
(Diakses pada 2 Desember 2021)

12
Tias,Taufik. 2011. Makalah Analgesik. Batam. Scibe.com .(Diakses Pada 2 Desember
2021)
Sartina,Desy. 2020. Makalh Antikonergik. Jakarta. Scibd. .(Diakses Pada 2 Desember
2021

13

Anda mungkin juga menyukai