Anda di halaman 1dari 50

Lube Oils

Kelompok 8
Pengolahan Minyak Bumi

Latif Alfansyah
Lidya Ayu Pratiwi
Muhammad Shohibi
Yusra Yuliana

Departemen Teknik Kimia


Universitas Indonesia
Lubricating Oil
• Lubricating oil atau yang biasa kita kenal dengan nama minyak pelumas adalah
suatu produk turunan minyak bumi yang dapat diperoleh dari residue distilasi
atmosferik yang kemudian di proses lebih lanjut dalam distilasi vakum untuk
kemudian diperoleh lube oil distillate. lube oil distillate ini kemudian dijadikan
sebagai bahan baku untuk sintesis lube base stock, yang mana dari lube base stock
inilah akan didapatkan produk berupa lubricating oil dengan penambahan aditif
kedalamnya.
Lube Oil Distillate

Blending Lube Base


Stock

+ Aditif

Lubricating Oil
Lube Base Stock
Untuk dapat menghasilkan lubricating oil, pertama – tama kita harus memperoleh
lube base stock terlebih dahulu. Lube base stock dapat diperoleh melalui serangkaian
proses guna meningkatkan karakteristik tertentu di dalam lube base stock. Berikut
adalah karakteristik yang menentukan sifat dari lube base stock:
• Karakteristik:
1. Viskositas
2. Viscosity Index
3. Pour Point dan Cloud Point
4. Oxidation Resistance
5. Acidity
Viskositas
Berkaitan pada saat
Viskositas proses start-up mesin
Kinematik dan proses opearsi mesin
(pembakaran)
Viskositas
Lebih sering dijdikan sebagai
Viskositas tolak ukur dalam proses
Dinamik pengolahan raw lube base
stock

• Viskositas suatu komponen yang tinggi menjelaskan bahwa komponen tersebut


memiliki titik didih yang tinggi, sedangkan untuk komponen yang memiliki
viskositas yang rendah, maka titik didihnya pun juga rendah. Dengan begitu
seringkali viskositas bersamaan dengan suhu titik didih dijadikan sebagai
parameter utama dalam proses pemilihan fraksi distilat dari distilasi vakum untuk
dijadikan sebagai bahan baku sintesis lube base stock.
Viscosity Index
Viscosity Index menjelaskan bagaimana nilai viskositas dari suatu oil dapat berubah
sebagai fungsi dari suhu. Nilai VI yang semakin tinggi menandakan bahwa viskositas
yang dimiliki dari suatu oil memiliki nilai resistansi yang tinggi terhadap suhu, dimana
nilai viskositasnya tidak mudah berubah seiring dengan perubahan suhu. Sedangkan
untuk nilai VI yang rendah, maka hal ini menandakan bahwa viskositas dari oil tersebut
mudah berubah seiring dengan perubahan suhu.

Lube base stock


Crude yang baik
VI = 100
Paraffinic memiliki nilai VI
Viscosity yang tinggi
Index
Aditif:
Crude Polyisobutylenes
VI = 0
Naphtenic Polymethacrylic
acid ester
Pour Point dan Cloud Point
• Pour Point  Suhu minimum dimana suatu fluida masih bersifat fluiditif artinya masih dapat
mengalir, sehingga apabila suhu dari fluida ini diturunkan dibawah dari suhu pour point-nya,
maka fluida sudah tidak dapat mengalir lagi dikarenakan nilai viskositasnya yang terlampau
tinggi.
• Cloud Point Suhu dimana kristal wax pertama kali terbentuk melalui proses kristalisasi dari
wax pada fasa cair.

Oxidation Resistance
Seperti yang kita ketahui, di dalam produk turunan lube base stock yang berupa lubricating oil,
penggunaan lubricating oil ini terkait dengan suhu operasi mesin yang tinggi (berkisar pada suhu
260 – 4000C) sehingga hal ini menyebabkan lubricating oil rentan terhadap proses oksidasi.
Timbulnya proses oksidasi dari lubricating oil ini sebagai akibat dari proses pembakaran di mesin,
dimana proses oksidasi ini dapat menyebabkan terbentuknya coke (untuk lube base stock dengan
umpan crude paraffinic) atau sludge (untuk lube base stock dengan umpan crude naphtenic).
Acidity

Mengingat adanya kandungan hidrokarbon di dalam produk lubricating oil, maka hal
ini menyebabkan hidrokarbon di dalam lubricating oil ini dapat mengalami proses
oksidasi pada kondisi operasi mesin, dimana produk yang dihasilkan dari proses
oksidasi ini adalah berupa asam organik. Senyawa asam selain dihasilkan dari proses
oksidasi hidrokarbon dalam lubricating oil, senyawa asam juga dihasilkan sebagai
produk sampingan dari proses pembakaran di dalam mesin.
Treatment

• Solvent Deasphalting
Digunakan untuk memisahkan lube base stock mentah dari aspal serta bertujuan untuk
meningkatkan resistansi lube base stock dari proses oksidasi sehingga hal ini dapat
meminimalisir pembentukan coke dan sludge dari proses oksidasi lube base stock.
• Solvent Extraction dan Hydrocracking
Digunakan untuk meningkatkan nilai VI (viscosity index) dari lube base stock sehingga
viskositas dari lube base stock bersifat lebih stabil terhadap perubahan suhu operasi.
• Solvent Dewaxing dan Selective Hydrocracking
Digunakan untuk menurunkan nilai pour point dari lube base stock sehingga produk
turunannya dapat diaplikasikan pada kondisi suhu yang rendah.
• Hydrotreating dan Clay Treating
Digunakan untuk menurunkan kandungan zat asam organik dan meningkatkan warna dari
lube base stock.
Pengaruh Senyawa Kimia di Dalam Lube Base
Stock • Normal Parafin Dapat meningkatkan nilai pour
point
• Nitrogen  Dapat mempermudah terjadinya
oksidasi
• Sulfur  Dalam jumlah yang tepat dapat
meningkatkan oxidation resistance, namun
apabila berlebih dapat menimbulkan kerak /
deposit
• Aspal  Menurunkan stabilitas warna dari
lubricating oil
• Aromatik  Menurunkan nilai VI sehingga
memiliki stabilitas yang buruk terhadap suhu,
menurunkan nilai oxidation resistance, namun
bersifat sebagai solvent yang baik pada saat
pencampuran dengan aditif
Solvent Deasphalting
• Solvent Deasphalting
Bertujuan untuk meningkatkan resistansi lube base stock dari proses oksidasi
sehingga hal ini dapat meminimalisir pembentukan coke dan sludge dari proses
oksidasi lube base stock. Hal ini dilakukan dengan cara memisahkan asphaltenes
dari umpan raw lube base stock.
Solvent yang umum
digunakan adalah
berupa propana

Propana digunakan karena


dapat melarutkan parafin
dalam raw lube base stock
dengan baik sedangkan
aspal tidak larut didalamnya
Solvent Deasphalting
• Propane Deasphalting Tower
Berfungsi sebagai tempat proses separasi antara aspal (nitrogen) dengan
parafin di dalam raw lube base stock dengan menggunakan solvent
propana. Kondisi Operasi:
• Suhu = 40 – 980C
• Tekanan = 25 – 30 bar

• Menghasilkan produk
atas yang
mengandung 15 –
20% (w/w) propana
dalam larutan
• Produk bawah yang
dihasilkan merupakan
suspensi atau emulsi
yang mengandung 30
– 50% (v/v) propana
dalam larutan.
Solvent Deasphalting
• Flash Tower
Berfungsi sebagai tempat separasi lebih lanjut antara parafin di dalam raw lube base stock dengan
solvent propana yang ikut terbawa selama proses propane deasphalting (berfungsi sebagai proses
regenerasi solvent propana)

Kondisi Operasi:
DAO H.P. Flash Tower
T = 1500C ; P = 10 – 20 bar

DAO L.P. Flash


T = 100 – 1500C ; P = 1 bar

Asphalt H.P. Flash Tower


T = 2900C ; P = 10 – 20 bar

Asphalt L.P. Flash Tower


T = 250 – 2900C ; P = 1 bar
Peningkatan Index Viskositas Dan Ekstraksi Pelarut

Ada 3 pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi senyawa


aromatik dari umpan minyak lube, yaitu :
• Ekstraksi Furfural
Rasio furfural ke minyak berkisar dari 2:1 untuk persediaan ringan
dan 4,5:1 untuk persediaan berat. Kehilangan pelarut biasanya
kurang dari 0,02 % berat raffinate.
• Furfural mudah teroksidasi dan lapisan gas inert digunakan pada
sistem untuk mengurangi oksidasi dan polimerisasi.
• Bentuk furfural adalah sebuah azeotrop dengan air.
• Variabel operasi yang paling penting untuk unit ekstraksi furfural
adalah rasio furfural ke minyak ( F / O ratio ), suhu ekstraksi, dan
rasio ekstrak recycle. Rasio F / O memiliki pengaruh terbesar
pada kualitas dan hasil raffinate tersebut, sedangkan suhu dipilih
sebagai fungsi dari viskositas minyak dan suhu miscibility.
Ekstraksi Fenol
• Fenol akan melarutkan beberapa senyawa parafin, naphthenes dan
aromatik.
• Air bertindak sebagai antisolvent untuk meningkatkan selektivitas fenol,
dan biasanya dari 3 sampai 8 % vol air ditambahkan ke fenol.
• Hasil raffinate meningkat dengan meningkatnya konten air dan/ atau
penurunan suhu.
• Variabel operasi menara ekstraksi adalah :
- Rasio fenol - minyak ( laju treat )
- Suhu ekstraksi
- Persen air dalam fenol
Rasio fenol-minyak bervariasi dari 1:1 sampai 2,5:1 tergantung pada
kualitas dan viskositas umpan serta kualitas dari produk yang diinginkan.
Ekstraksi NMP
• Proses ekstraksi NMP menggunakan N - metil - pirolidon sebagai pelarut.
• Proses ini dikembangkan sebagai pengganti fenol ekstraksi karena
keselamatan, kesehatan, dan lingkungan masalah yang terkait dengan
penggunaan fenol.
• Perbedaan antara proses ekstraksi menggunakan fenol dan NMP:
-Titik didih lebih tinggi untuk NMP yaitu 115 °F (64 °C)
-Titik leleh lebih rendah
-Miscibility lebih lengkap pada NMP dengan air
-Tidak ada pembentukan azeotrop dari NMP dengan air
- Viskositas 69 % yang lebih rendah dari fenol pada 122 °F (50 °C).
Ekstraksi NMP
• Pada ekstraksi NMP, hasil raffinate minyak rata-rata mencapai
3 sampai 5% lebih tinggi.
• Indeks viskositas hidrokarbon

Tipe Hidrokarbon Indeks Viskositas


N- Paraffin 175
i- Paraffin 155
Mononaphtene 142
Dinaphtene 70
Aromatik 50
• Ekstraksi NMP

Skema proses unit ekstraksi NMP menggunakan stripping uap untuk pembaruan
pelarut.
Peningkatan Index Viskositas Dan Penghidrorengkahan

• Komponen fraksi minyak pelumas yang mempunyai viskositas tinggi adalah


mononaftalene dan isoparaffin.
• Penghidrorengkahan dari gas oil vakum meningkatkan konsentrasi paraffin dan
index viskositas dari persediaan minyak pelumas.
• Hidrogenasi dari poliaromatik senyawa aromatik ke senyawa cincin polinaphtanik,
memecahkan cincin polinaphtanik dan isomerisasi n-paraffin yang dinaikkan oleh
konversi yang tinggi, kecepatan ruang yang rendah dan suhu reaksi yang rendah.
Dewaxing
• Tujuan: mengatur pour point dan
cloud point pada minyak agar
sesuai dengan kebutuhan,
dengan cara menghilangkan
wax.
• Ekstraksi memisahkan senyawa
aromatik dan polar
menghasilkan waxy raffinate.
• Dewaxing memisahkan wax (n-
paraffin dan beberapa i-paraffin)
menghasilkan dewaxed oil .
Gambaran senyawa pada proses Ekstraksi dan Dewaxing
Prinsip Dewaxing
Menggunakan pelarut, dan ketika
Refrigeration- campuran didinginkan, terbentuk kristal
Solvent n-paraffin sebagai kristal wax yang
kemudian difiltrasi
Dewaxing
Selective
Merengkah molekul wax menjadi HC ringan
Hydrocracking
Refrigeration-Solvent
• Waxy raffinate terdiri dari paraffin (wax) dan non-paraffin (oil). Penambahan
pelarut yang dingin membuat senyawa non-paraffin larut dalam pelarut tersebut
sehingga viskositasnya menurun.
• Di sisi lain, viskositas wax cenderung tetap, sehingga terbentuk kristal wax dan
filtrasi lebih mudah dilakukan.
• Pendinginan dilakukan supaya diperoleh pour point dari Dewaxed oil yang sesuai
kebutuhan.
• Sebelum di-dewaxing  pour point tinggi (filtration temperature)
• Setelah di-dewaxing  pour point rendah
• Selisih kedua temperatur di atas disebut sebaran Pour-Filter.
Fungsi Solvent
• Fungsi solvent dalam proses dewaxing:
– Melarutkan senyawa non-paraffin
– Menurunkan viskositas campuran sehingga mempermudah proses filtrasi
– Menyediakan volume cairan untuk mempermudah pemompaan dan penyaringan
• Kriteria pemilihan solvent:
1. Solubility 7. Non-toxic
2. Selectivity 8. Non-corrosive
3. Solvent boiling point (BP) lower than oil BP 9. Low freezing point
4. Low heat capacity 10. Inexpensive
5. Heat of vaporization 11. Readily available
6. Low viscosity
• Pelarut yang sering digunakan adalah propane (15%) atau ketone (85%)
• Perbandingan antara keduanya sbb:
Propane Ketone
(+) Mudah tersedia, lebih murah, (+) Sebaran Pour-Filter yang rendah
mudah di recover (kebutuhan refrijerasi rendah)
(+) Dapat dilakukan direct chilling (+) Laju pendinginan yang cepat (shock
(dengan menguapkan pelarut), chilling) untuk meningkatkan
sehingga mengurangi capital dan proses operasi
biaya operasi karena tidak
menggunakan scraped-surface
chillers
(+) Laju filtrasi tinggi karena viskositas (-) Laju filtrasi yang lebih rendah dari
yang rendah pada temperatur yang propane
rendah
(-) Sebaran Pour-Filter yang tinggi

(-) Membutuhkan dewaxing aid


Jenis Solvent
• Jenis pelarut yang sering digunakan antara lain: Methyl Ethyl Ketone (MEK),
Methyl Isobutyl Ketone (MIBK), campuran MEK dan MIBK, atau campuran MEK
dan Toluene
Menghilangkan molekul wax dari
Anti-Solvent
larutan. (Dapat menurunkan
Ex: MEK kebutuhan refrijerasi)
Ketone
(Dual Solvent System)
Pro-Solvent Melarutkan non-paraffin (oil)
Ex: MIBK or Toluene pada larutan
Perbandingan Solvent

• MEK/MIBK membutuhkan pendinginan yang lebih rendah karena sebaran Pour-


Filter yang rendah (kelarutan wax yang rendah)
• MEK/Toluene akan membutuhkan penurunan temperatur yang lebih besar untuk
mendapatkan Dewaxed oil dengan pour point yang sama (kelarutan wax yang lebih
tinggi)
Ketone Dewaxing
Ketone Dewaxing
• Menggunakan kombinasi Scraped Surface Exchangers (SSE) dengan medium pendingin
berupa cold filtrate kemudian diikuti Scraped Surface Chillers (SSC) dengan pendingin
berupa refrijeran (propane, propylene, ammonia)
• Solvent dicampur raffinate sebagai primary dilution membentuk slurry kemudian
dipanaskan menggunakan steam untuk melelehkan kristal yang terbentuk di tangki.
Kemudian didinginkan melalui feed precooler.
• Slurry melalui tube dari SSE untuk mencapai cloud point (menginisiasi pembentukan
kristal).
• Solvent dapat ditambahkan secara inkremental untuk menurunkan viskositas slurry dan
meningkatkan perpindahan panas.
• Slurry melalui tube dari SSC dan keluar sudah berada dalam temperatur filtrasi dan
masuk ke filter feed drum yang berfungsi menampung slurry sebelum difiltrasi melalui
rotary vacuum.
• Wax dipisahkan dan dikirim ke bagian wax recovery section.
• Sedangkan filtrat (oil dan solvent) dikirim ke Dewaxed Oil recovery section dengan
melewati shell dari SSE terlebih dahulu.
DilchillTM Dewaxing
DilchillTM Dewaxing
• Proses ini dikembangkan oleh Exxon dan merupakan modifikasi dari proses keton
dewaxing. Modifikasi berupa penggantian SSE dengan Crystallizer/Dichill Tower.
• Menggunakan shock chilling dengan menginjeksikan secara langsung solvent yang
sangat dingin pada sebuah mixer yang putarannya sangat cepat.
• Kristal wax yang terbentuk lebih berat (denser).
• Laju filtrasi yang diperoleh lebih tinggi dan kandungan minyak yang diperoleh juga
lebih baik, sehingga mengurangi biaya modal dan biaya operasi.
• Solvent yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit.
DilchillTM Tower
Solvent Recovery
• Dry solvent berasal dari Dewaxed Oil recovery, sedangkan Wet solvent
berasal dari Slack Wax recovery.
• Wet solvent atau waxy solvent cenderung masih mengandung wax dan
tidak bisa didinginkan hingga temperatur yang sama dengan dry solvent.
• Wet solvent dari kolom stripper dan vacuum drier dan solvent dari Low
Pressure Flash diumpankan menuju ke Solvent Dehydrator untuk
direcovery.
Solvent Dehydration
• Solvent dari LP Flash diumpankan ke Dehydrator Tower kemudian produk
atasnya dikombinasikan dengan Wet Solvent dari kolom stripper dan
dengan produk atas dari Water Tower. Kombinasi tersebut masuk ke
decanter.
• Solvent rich phase dikirim ke Dehydrator Tower dan Water rich phase
dikirim ke Water Tower.
• Dry solvent dari produk bawah Dehydrator Tower dikembalikan ke unit
proses, sedangkan air dari Water Tower dikirim ke waste water treatment.
Solvent Splitter
Propane Dewaxing
• Propane sebagai solvent sekaligus medium pendingin secara direct chilling.
• Dewaxing Aid (Paraflow, Acryloid) digunakan untuk memodifikasi struktur
kristal wax
• Prosesnya kontinyu sampai Warm solution drum.
• Batch chillers pendinginan dengan pelepasan sejumlah tekanan (vent gas) dan
cairan propane akan menguap, mendinginkan slurry di dalam chiller.
• Vent gas yang dilepaskan harus dikontrol dan make-up propane harus
dilakukan untuk mengganti propane yang teruapkan sehingga Cold dilution
ratio (CDR) tetap terjaga.
• CDR mempengaruhi laju filtrasi dan juga pour point karena wax dapat larut ke
propane, sehingga pour point dari Dewaxed oil akan meningkat. Sehingga
temperatur harus diturunkan dengan menurunkan tekanan filtrasi.
Selective Hydrocracking
• Terdapat dua tipe:
1. Single catalyst
Hanya untuk menurunkan pour point saja. Menggunakan katais Zeolit
yang secara selektif merengkah n-paraffin
2. Double catalyst
Juga untuk meningkatkan kestabilan oksigen pada produk.
Menggunakan fixed-bed reactor dengan kondisi operasi sebagai berikut:
Selective Hydrocracking
• Yield yang lebih besar (0-15%) dibandingkan yield dari solvent dewaxing,
untuk dewaxed oil dengan pour point yang sama dari feedstocks yang
sama.
• Dihasilkan pour point dan cloud point yang sangat rendah.
• Biaya capital yang lebih rendah.
• Tidak diperlukan lagi hydrofinishing.
Hydrofinishing
• Hydrotreating dari Dewaxed oil diperlukan untuk menghilangkan
komponen kimia yang mempengaruhi warna serta kestabilan warna dari
lube oils.
• Nitrogen merupakan komponen yang paling mempengaruhi kestabilan
warna dan harus dihilangkan pada proses ini.
• Biasanya menggunakan katalis Cobalt-Molybdate dan operasi diset untuk
menghasilkan warna yang diinginkan.
• Kondisi operasinya sbb:
Acid Clay Treatment (Finishing
melalui Kontak dengan Clay/Tanah
Liat)
• Merupakan metode pengolahan refining minyak pelumas dengan
menggunakan penambahan tanah liat dan asam kuat (H2SO4)
• Dewaxed oil dikontakkan dengan tanah liat teraktivasi pada suhu
tinggi untuk meningkatkan stabilitas produk akhir minyak
sehingga minyak semakin baik untuk mesin
• Senyawa polar (molekul yang mengandung aromatik, sulfur dan
nitrogen) diadsorpsi pada tanah liat dan dihilangkan dengan
filtrasi
Dampak terhadap Lingkungan
• Limbah produksi minyak pelumas dapat membahayakan
lingkungan perairan maupun tanah

• Limbah produksi minyak pelumas perlu ditangani


dengan baik melalui pengolahan terlebih dahulu agar
tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan
Pengolahan Limbah
• Limbah diflotasi untuk memisakan minyak pelumas dari
air limbah
• Flotasi dilakukan dengan memasukkan tekanan ke
dalam air limbah sehingga minyak pelumas yang
tersuspensi dalam air limbah akan mengapung ke atas
kemudian minyak pelumas yang mengapung dialirkan ke
wadah pengumpul untuk ditampung dan dijual
• Air limbah yang sudah tidak mengandung minyak
selanjutnya akan dinetralisasi untuk mengubah pHnya
yang asam denga penambahan kapur(Ca(OH)2)
• Setelah dinetralisasi, air limbah selanjutnya diturunkan
kadar total suspended solid nya dengan penambahan
kaogulan
• Setelah itu air limbah ditampung di bak sedimentasi untuk
mengendapkan padatan terlarut dan tersuspensi
• Setelah melalui pengecekan di outlet, air limbah dapat
dibuang bila kandungan bahan pencemarnya tidak
melebihi BML yang ditetapkan
Kesimpulan
• Lube Base Stock dihasilkan dari pengolahan Vacuum Gas Oil yang
diperoleh dari distilasi vakum residu atmosferik.
• Lube Base Stock dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai macam produk
finished oil setelah ditambahkan additif.
• Karakteristik yang menentukan kualitas Lube oil di antaranya: viscosity,
viscosity index, pour point, cloud point, oxidation resistance, dan acidity.
• Pengolahan dari crude oil menjadi lube oil melibatkan beberapa proses
seperti: distilasi vakum, ekstraksi, dewaxing, dan finishing.
Referensi
Gary, James H & Glenn E. Handwerk. 2001. Petroleum Refining
Technology and Economics 4th Edition. New York: Marcel
Dekker, Inc.
Hsu, Chang S & Paul R. Robinson. 2006. Practical Advances in
Petroleum Processing Vol.2. Springer.

Anda mungkin juga menyukai