Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan

didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar tercapainya tujuan itu, setiap

perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu guna memperlancar kegiatan yang

dilaksanakan perusahaan.

Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk

kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap tersebut merupakan salah satu komponen dalam

neraca, sehingga ketelitian dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap

kewajaran penilaiannya dalam laporan keuangan.

Kewajaran penilaian aktiva tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009). Dalam PSAK ini

dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan

administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun, sehingga

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangka waktu yang relatif

lama. Namun, manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin

menurun manfaatnya secara terus menerus, dan menyebabkan terjadi penyusutan

(depreciation).

Seiring dengan berlalunya waktu, aktiva tetap akan mengalami penyusutan (kecuali

tanah). Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk

memberikan jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan

karena penggunaan yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh

ketidakcukupan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan

teknologi).Sehingga penurunan kemampuan aktiva tetap tersebut dapat dialokasikan

sebagai biaya.
Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting, karena

mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode

penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan

tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi.

Selain itu juga mempengaruhi nilai dari aktiva tetap tersebut.

Dalam perhitungan penyusutan aktiva tetap terdapat beberapa metode yang dapat

digunakan, antara lain : metode garis lurus, metode saldo menurun, metode jumlah angka

tahun, metode unit input dan metode unitoutput.

PT XXX adalah salah satu perusahaan jasa kontruksi yang mempunyai kegiatan

usaha melaksanakan rehabilitasi pembangunan. Setiap bagian dalam perusahaan ini

mengambil bagian penting dalam menyajikan pelayanan kepada kelayan, sehingga banyak

menggunakan aktiva tetap dalam kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap yang digunakan

terdiri dari peralatan dan mesin gedung, kendaraan operasional dan peralatan penunjang

lainnya.

Biaya penyusutan suatu aktiva tetap akan mempengaruhi laporan keuangan dan hasil

kinerja perusahaan pada suatu periode akuntansi.Sehingga dalam melakukan penyusutan

aktiva tetapnya, PT XXXmenggunakan metode garis lurus (straight line method),

karena dalam metode ini seluruh biaya aktiva yang sama dialokasikan ke setiap periode

akuntansi selama masa manfaat aktiva tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka metode penyusutan aktiva tetap sangat penting

diterapkan pada PT XXX. Hal ini mendorong penulis untuk membuat Makalah Seminar

dengan judul “Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap pada PT XXX.

1.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah

Aktiva tetap (kecuali tanah) akan berkurang kemampuannya untuk

menghasilkan output bersamaan dengan bertambahnya umur aktiva tetap. Menurunnya

aktiva tetap dalam menghasilkan output dipengaruhi oleh harga perolehan, estimasi masa

manfaat dan estimasi nilai residu pada akhir masa manfaat aktiva tetap tersebut.

PT XXX dalam melakukan penyusutan aktiva tetapnya menggunakan metode garis

lurus (straight line method).


Kebijakan perusahaan berkenaan dengan penyusutan aktiva tetap adalah diakui

apabila perolehannya dilakukan sebelum tanggal tujuh pada bulan bersangkutan. Aktiva

tetap yang perolehannya melebihi tanggal tujuh maka penyusutannya akan diakui pada

bulan berikutnya. Pembebanan penyusutan aktiva tetap seperti ini akan mempengaruhi

biaya penyusutan aktiva tetap. Nilai biaya penyusutan akan mempengaruhi laporan

keuangan dan hasil kinerja perusahaan pada suatu periode akuntansi.

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis mengangkat permasalahan untuk

penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk memperdalam pengetahuan

teoritis yang diperoleh dari perkuliahan dan memperoleh gambaran praktis atas kegiatan

perusahaan, sehingga penulis mengetahui sejauh mana teori yang diperoleh diterapkan

dalam kegiatan perusahaan.

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untukmengumpulkan data-

data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun makalah tugas akhir mengenai

penerapan metode metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Dengan dilaksanakan penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat

kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu sebagai berikut :

1.3.2.1. Kegunaan Teoritis

1. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan,

dan pengalaman dalam bidang studi yang dibahas dalam penelitian ini, khususnya

penerapan metode penyusutan aktiva tetap dan juga dapat memberikan kesadaran bagi

penulis bahwa penelitian yang dilakukan merupakan pengembangan dari ilmu-ilmu yang

sudah dipelajari selama di perkuliahan.

2. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan dan masukan-

masukan kepada para pembaca sehingga lebih dapat memahami tentang penerapan

metode penyusutan aktiva tetap.

1.3.2.2. Kegunaan Praktis

Penulis berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, ide-ide atau

informasi-informasi untuk menyempurnakan penerapan metode penyusutan aktiva tetap

pada PT XXX.

1.4. Objek Penelitian, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Objek penelitian yang diteliti adalah penerapan metode penyusutan aktiva


tetap pada PT XXX. Untuk mendapatkan data dan informasi dalam penyusunan
makalah tentang penerapan metode Penyusutan aktiva tetap, maka penulis
melakukan penelitian pada PT XXX.
Berdasarkan informasi yang diterima penulis dari Finance Sub. Division pada
PT XXX bahwa metode yang digunakan untukmelakukan penyusutan aktiva tetap
adalah metode garis lurus (Straight Line Method).
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan makalah tugas

akhir dengan judul “Penerapan Metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX”, maka

penulis melakukan penelitian pada PT XXX yang berlokasi di jl Angsa no.22 Cibinong Bogor

– Jawa Barat. Penulis melakukan magang pada bagian Keuangan PT XXX mulai tanggal 07

September sampai 09 Oktober 2009.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode studi kasus yaitu

menelaah dan mengamati secara langsung penerapan metode penyusutan aktiva tetap

pada PT XXX yang dijadikan tempat penelitian untuk mendapatkan data dan informasi -

informasi sebagai bahan utama dalam pembuatan makalah tugas akhir, sumber data

tersebut yaitu Data Sekunder.

Data sekunder merupakan data – data yang diperoleh dari buku – buku acuan, karya

ilmiah dan sumber – sumber lainnya yang terkait dengan objek penelitian.

Berikut ini adalah beberapa Tehnik pengumpulan data antara lain :


1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dimaksudkan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh

data sekunder yaitu dengan membaca, mempelajari dan memahami buku – buku, catatan

kuliah serta sumber lain yang berkaitan dengan objek penelitian yang dibahas untuk

dijadikan dasar dalam menyusun makalah tugas akhir ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research )

Penelitian lapangan merupakan penelitian secara langsung terhadap keadaan

perusahaan yaitu dengan mencatat dan mengamati aktivitas atau kegiatan yang

dilaksanakan oleh perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian yang dibahas

dalam makalah tugas akhir ini, sehingga penulis dapat memperoleh data yang sebenarnya.

Penelitian lapangan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

a. Observasi

Dalam hal ini penulis untuk memperoleh data melalui tinjauan langsung ke lapangan

dengan cara mengamati secara langsung kegiatan operasional perusahaan yang berkaitan

dengan objek penelitian.

b. Wawancara

Dalam wawancara tersebut penulis melakukan konsultasi dan Tanya jawab langsung

dengan atau orang yang berwenang dalam perusahaan tersebut. Dari wawancara itu

diharapkan akan diperoleh data mengenai aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, struktur

organisasi berikut perincian tugas, keterangan dan pendapat mereka mengenai pererapan

metode penyusutan aktiva tetap dan biaya yang berkaitan dengan aktiva tetap tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akuntansi Keuangan

Eksistensi suatu perusahaan sangat tergantung pada transaksi-transaksi yang

dilakukannya. Perusahaan yang dapat melakukan transaksi dengan baik berdasarkan

perencanaan dan perhitungan yang baik akan mampu menjaga eksistensinya bahkan akan

mendapatkan pertumbuhan usaha yang baik.


Oleh karena itu, perusahaan sangat membutuhkan suatu sistem yang mengatur

bagaimana transaksi-transaksi harus dilakukan dan pencatatan yang sistematis dalam suatu

periode tertentu sehingga didapatkan laporan yang mampu menggambarkan aktivitas

perusahaan dimasa lalu, dimasa sekarang dan mampu memberikan gambaran prospek

perusahaan dimasa akan datang.

Sistem yang mengatur pencatatan transaksi-transaksi yang telah dilakukan

perusahaan hingga penyusunan laporan dampak keuangan atas transaksi-transaksi itulah

yang disebut akuntansi keuangan.

Pendefinisian akuntansi keuangan oleh para profesional, akademisi dan asosiasi-

asosiasi tentunya dilakukan berdasarkan sudut pandang dan pemahaman mereka masing-

masing.

Perbedaan sudut pandang dan pemahaman terhadap akuntansi keuangan telah

melahirkan banyak variasi definisi tentang akuntansi keuangan. Berikut ini definisi tentang

akuntansi keuangan yang didapat dari beberapa sumber, antara lain :

A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT)mendefinisikan akuntansi sebagai:


“Proses mendefinisikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan
informasi dalam hak memprtimbangkan berbagai alternative dalam pengambilan
keputusan”.

American Institute of Certified Public Accounting (AICPA)mendefinisikan akuntansi sebagai :


“Suatu seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam
ukuran moneter transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk menafsirkan hasilnya”.

Accounting Principle Board (APB) mendefinisikan akuntansi sebagai:


“Suatu kegiatan jasa yang fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif umumnya
dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan ekeonomi sebagai dasar memilih beberapa alternatif”.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang akuntansi keuangan, maka dapat

disimpulkan bahwa akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan

dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor,

pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah

persamaan akuntansi.
Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu

perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan

tersebut. Laporan ini disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik

perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai

pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang saham.

Hal penting akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

yang merupakan aturan-aturan atau pedoman yang harus digunakan didalam pengukuran

dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal.

2.2. Aktiva Tetap

2.2.1. Pengertian Aktiva tetap

Suatu entitas memerlukan sebuah laporan keuangan untuk mengikhtisarkan posisi

keuangannya. Neraca adalah salah satu laporan keuangan dasar yang biasanya disusun

oleh organisasi yang mencari laba, untuk digunakan oleh investor, kreditor, dan

pengambilan keputusan eksternal yang lainnya. Neraca menggambarkan posisi keuangan

dengan komponen aktiva (harta/asset) dan pasiva (kewajiban dan modal/payable and

equity). Aktiva terdiri dari aktiva lancar (current asset), aktiva tetap (fixed asset) dan aktiva

lain-lain (other asset).

Aktiva tetap merupakan salah satu komponen dalam neraca yang sangat penting bagi

perusahaan untuk pelaksanaan kegiatan operasional dan sebagai penunjang tercapainya

tujuan didirikan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, ketelitian dan kecermatan dalam

pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaian dalam laporan

keuangan.

Sebelum membahas aktiva tetap lebih mendalam, terlebih dahulu penulis akan

memaparkan tentang definisi-definisi aktiva tetap. Berikut ini definisi-definisi mengenai aktiva

tetap dari berbagai sumber :

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009) menyatakan bahwa:


”Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif
dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”.

Warren, et all (2008, 440) menyatakan bahwa:


“Aset tetap (fixed assets) merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen,
dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai
bagian dari operasi normal”.

Rudianto (2009, 276) menyatakan bahwa:

“Aktiva tetap merupakan barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen

dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan bukan untuk diperjualbelikan”.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang aktiva tetap, dapat disimpulkan

bahwa aktiva tetap merupakan suatu aset yang mempunyai bentuk fisik, mempunyai nilai

yang relatif besar, dimiliki oleh perusahaan dan digunakan dalam operasi normal

perusahaan sehari - hari serta tidak untuk diperjualbelikan dan bersifat permanen atau

mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi.

2.2.2. Karakteristik Aktiva Tetap

Aktiva tetap mempunyai beberapa karakteristik, berikut beberapa definisi karakteristik

aktiva tetap dari berbagai sumber.

Firdaus A Dunia (2005, 151) menyatakan bahwa karakteristik aktiva tetap, yaitu :
1. Maksud perolehannya adalah digunakan dalam kegiatan perusahaan, dan bukan untuk
diperjualbelikan dalam kegiatan normal perusahaan ;
2. Umur atau jangka waktu pemakaiannya yang lebih dari satu tahun ;
3. Bahwa pengeluaran untuk aktiva tersebut harus merupakan pengeluaran yang nilainya
besar atau material bagi perusahaan tersebut. Dalam perolehannya, perusahaan harus
membuat kebijaksanaan keuangan atau akuntansi mengenai nilai atau jumlah minimum
pengeluaran yang dapat dikapitalisasi atau yang dianggap sebagai pengeluaran barang
modal.

Menurut Weygant, et all (2005,401) mengungkapkan bahwa ada beberapa karakteristik dari

aktiva tetap, yaitu :


1. They have a physical substance ( a definite size and shape) ;
2. Are used in the operations of a business ;

3. Are not Intended for sale to customers.

Sedangkan Menurut Achmad Tjahjono, et all (2009, 112) mengungkapkan beberapa

karakteristik aktiva tetap, yaitu :


1. Dipergunakan untuk operasional perusahaan dan tidak untuk dijual ;
2. Memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi atau satu siklus operasi normal ;
3. Memilki bentuk fisik, karakter ini untuk membedakan dengan aktiva tak berwujud ;
4. Mempunyai nilai yang material.
Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang karakteristik aktiva tetap, maka

dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap mempunyai beberapa karakteristik. Diantaranya

adalah :

1. Aktiva tetap mempunyai wujud/bentuk fisik ;

2. Digunakan dalam operasional perusahaan ;

3. Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi ;

4. Tidak untuk diperjualbelikan ;

5. Mempunyai nilai yang sangat material.

2.2.3. Jenis-Jenis aktiva tetap

Suatu aktiva mungkin saja mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi,

mempunyai nilai relative besar, dan tidak untuk diperjualbelikan kembali. Tetapi bila aktiva

tersebut tidak digunakan dalam aktivitas usaha perusahaan sehari – hari , maka aktiva

tersebut tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap, mungkin lebih tepat

diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang atau aktiva lain – lain.

Setelah dilihat dari karakteristik dari aktiva tetap, selanjutnya penulis akan

memaparkan tentang beberapa pengelompokkan atau jenis-jenis aktiva tetap.

Berikut ini definisi-definisi berbagai sumber bacaan tentang pengelompokan aktiva

tetap ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain yaitu :

Menurut Ahmad Syafi’i syukur (2009, 224) memaparkan bahwa aktiva tetap dibagi menjadi

dua golongan , yaitu :


1. Aktiva tetap berwujud
Merupakan aktiva tetap yang mempunyai bentuk fisik dan dapat dikenali melalui panca
indera.

a. Aktiva tetap berwujud dilihat dari umurnya, dibagi dua :


1. Aktiva tetap berwujud yang mempunyai umur tidak terbatas, misalnya : tanah untuk
dibangun,jenis aktiva ini tidak perlu dilakukan depresiasi.
2. Aktiva tetap berwujud yang mempunyai umur terbatas, dapat dikelompokan menjadi dua,
yaitu :
a. Aktiva tetap berwujud yang dapat diperbaharui, misalnya : gedung, kendaraan, mesin,
peralatan, dsb.
b. Aktiva tetap berwujud yang tidak dapat diperbaharui, misalnya : konsesi tanah tambang.
Aktiva tetap berwujud ditinjau dari mobilitasnya, dibagi menjadi dua :
a. Aktiva tetap berwujud bergerak ;
b. Aktiva tetap berwujud tidak bergerak.
b. Aktiva tetap berwujud ditinjau dari kemampuan mengembangkan diri terbagi menjadi dua,
yaitu :
1. Aktiva tetap berwujud yang tidak dapat
mengembangkan diri ;
2. Aktiva tetap berwujud yang dapat mengembangkan diri.
c. Ditinjau dari Undang-Undang perpajakan, Aktiva tetap berwujud dikelompokan menjadi
empat golongan, yaitu:
1. Golongan 1, aktiva tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis
sampai 4 tahun;
2. Golongan 2, aktiva tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis
diatas 4 tahun sampai dengan 8 tahun ;
3. Golongan 3, aktiva tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis lebih
dari 8 tahun;
4. Golongan 4, aktiva tetap berwujud yang berupa tanah dan bangunan.
2. Aktiva tetap tidak berwujud
Merupakan aktiva jangka panjang yang tidak terlihat secara fisik .Misalnya
: goodwill, franchise,trade mark, dan copy right.

Selain itu juga, Warren, et all (2008, 440) mengelompokkan aset menjadi dua, yakni :
1. Aset tetap berwujud (tangible assets) yang merupakan asset jangka panjang atau asset
yang relatif permanen penggunaannya dan terlihat secara fisik. Nama-nama deskriptif lain
bagi asset-aset ini adalah asset pabrik (plant assets), atau property, pabrik, dan peralatan
(property, plant, and equipment) ;
2. Asset tetap tidak berwujud (intangible assets), merupakan asset jangka panjang yang
bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual serta tidak terlihat secara fisik. Antara
lain paten (patensi), hak cipta, merek dagang, dan goodwill.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang jenis-jenis aktiva tetap, dapat

disimpulkan bahwa jenis-jenis aktiva tetap terbagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Aktiva tetap berwujud, yaitu aktiva tetap yang bersifat jangka panjang dalam aktivitas

operasi perusahaan yang dapat dilihat bentuk fisiknya. Didalamnya meliputi ; tanah,

bangunan, mesin-mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menghasilkan atau
memudahkan penjualan barang dan jasa.

2. Aktiva tetap tidak berwujud, yaitu aktiva tetap jangka panjang yang tidak terlihat secara
fisik. Harta tak berwujud termasuk pos-pos seperti hak cipta, paten, goodwill, dan perjanjian

monopoli.

Walaupun kedua jenis aktiva tersebut berbeda secara sudut pandang fisiknya, akan

tetapi mempunyai manfaat yang sama bagi kelangsungan hidup perusahaan.

2.3. Penyusutan Aktiva Tetap


2.3.1. Perolehan dan Pencatatan Aktiva Tetap

Perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap berwujud dilakukan berdasarkan konsep

harga perolehan (cost concept), artinya setiap aktiva harus dicatat dan dilaporkan dalam

neraca berdasarkan harga perolehannya.

Untuk memperoleh aktiva tetap, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang

tidak hanya dipakai untuk membayar barang itu sendiri sesuai dengan nilai yang tercantum

didalam faktur, tetapi juga untuk beban pengiriman, pemasangan, perantara, balik nama.

Dan keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut disebut

dengan harga perolehan.

Aktiva tetap diperoleh dengan berbagai cara, antara lain: Diperoleh dengan

harga lumpsump (gabungan), diperoleh dengan pembayaran berkala, pembelian dengan

cara leasing, perolehan dengan trand-in, perolehan dengan menerbitkan surat berharga,

perolehan dari donasi dan dibangun sendiri.

Nilai perolehan aktiva tetap diakui sebesar harga perolehannya, oleh karena itu berikut

ini beberapa definisi tentang harga perolehan aktiva tetap :

Menurut Rudianto (2009, 274) menyatakan bahwa :

”Harga perolehan keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva tetap

sampai siap digunakan oleh perusahaan”.

Menurut Wibowo, et all (2008, 160), menyatakan bahwa :

“Harga perolehan adalah semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka memperoleh aktiva

tetap sampai dengan aktiva tersebut siap digunakan”.

Sedangkan menurut Warren, et all (2008, 4400) menyatakan bahwa :

“Harga perolehan aset tetap meliputi semua jumlah yang dikeluarkan perusahaan untuk

mendapatkan aset tetap dan membuatnya siap menggunakannya”.

Berdasarkan definisi dari berbagai sumber diatas tentang harga perolehan, dapat

disimpulkan bahwa harga perolehan merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap.

Aktiva tetap yang

sudah dimiliki perusahaan dicatat dan diakui sebesar nilai bukunya, yaitu :
Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap

2.3.2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Total pengeluaran yang terjadi pada suatu periode akuntansi untuk memperoleh aktiva

tetap tertentu tidak boleh dibebankan seluruhnya sebagai beban periode berjalan. Jika

pengeluaran tersebut seluruhnya dibebankan pada periode berjalan, maka periode berjalan

akan terlalu berat, sedangkan beban periode berikutnya yang ikut menikmati dan

memperoleh manfaat dari aktiva tetap tersebut menjadi terlalu ringan. Dan itu berarti terjadi

ketidakadilan didalam proses pembebanan suatu pengeluaran. Karena itu keadilan

pembebanan pengeluaran dapat terjadi maka harus dilakukan depresiasi terhadap aktiva

tetap tersebut.

Proses depresiasi ini penekanan utamanya adalah pada pengalokasian biaya dari cost

aktiva tetap ke biaya periode untuk ditandingkan dengan pendapatan yang dilaporkan pada
masing-masing periode selama digunakan aktiva tersebut.

Rudianto (2009, 276) menyatakan bahwa :


“Depresiasi atau penyusutan merupakan pengalokasian harga perolehan aktiva tetap
menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aktiva tetap
tersebut”.

Libby, et all (2007, 402) menyatakan bahwa:

“Penyusutan merupakan proses alokasi biaya bangunan dan peralatan selama masa

manfaat produktif aset menggunakan metode yang sistematik dan rasional”.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang harga depresiasi, dapat

disimpulkan bahwa depresiasi merupakanpenurunan kemampuan aktiva tetap bersamaan

dengan berlalunya waktu yang dibebankan sebagai biaya.


Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk

memberikan jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan

karena penggunaan yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh

ketidakcukupan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi).

Terdapat 4 (empat) unsur penting yang diperhitungkan dalam menentukan nilai

depresiasi suatu aktiva tetap berwujud, yaitu :

1. Jumlah yang dapat disusutkan / Harga perolehan

Meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk

dapat digunakan.

2. Masa manfaat ;

Aktiva tetap selain tanah memiliki masa manfaat terbatas karena faktor-faktor fisik dan
fungsional tertentu.

3. Nilai sisa ;

Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.
4. Pola penggunaan

Untuk membandingkan harga perolehan aktiva tetap terhadap pendapatan, beban

penyusutan periode harus mencerminkan setepat mungkin dengan pola penggunaan.

Jurnal penyesuaian yang dibuat untuk mencatat beban depresiasi suatu aktiva tetap

berwujud adalah :

epresiasi Rp. XXX

(credit) Akumulasi depresiasi Rp. XXX

Dalam menentukan beban depresiasi suatu aktiva tetap berwujud terdapat beberapa

metode depresiasi yang secara umum dapat digunakan. Metode-metode depresiasi tersebut

dapat diklasifikasikan menurut beberapa kriteria, antara lain :

1. Berdasarkan Waktu

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) :

Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis

sama besar, sehingga jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan

berupa garis lurus.


Warren, et all (2008, 446) menyatakan bahwa :

”Metode garis lurus adalah metode yang menghasilkan jumlah beban penyusutan yang

sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap”.

Selain itu juga, Ely suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009, 252) menyatakan bahwa :
”Metode penyusutan garis lurus merupakan suatu metode yang membebankan penyusutan
berdasarkan berlalunya waktu dalam jumlah yang sama sepanjang umur ekonomis aktiva
tetap digunakan”.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang metode garis lurus, dapat

disimpulkan bahwa Metode garis lurus(Straight line method) merupakan metode yang

pembebanan depresiasinya sama setiap tahunnya.

Besarnya beban depresiasi dihitung dengan cara sebagai berikut:

Tarif depresiasi = 100% : n, dimana n adalah masa manfaat aktiva

Beban depresiasi = tarif depresiasi x (harga perolehan –nilai residu)

b. Metode pembebanan menurun (Reducing cost method)

Metode depresiasi ini memberikan beban depresiasi yang selalu berkurang dari

periode ke periode berikutnya. Beban depresiasi untuk tahun sekarang lebih besar daripada

beban depresiasi untuk tahun berikutnya.

Metode pembebanan menurun terdiri dari :

1) Metode Jumlah Angka tahun (Sum Of The Years Digit Method):

Penggunaan metode jumlah angka tahun menetapkan nilai penyusutan semakin lama

semakin kecil berdasarkan pada perhitungan bahwa aktiva yang digunakan pada proses

produksi semakin lama semakin berkurang dalam menghasilkan produksi.

Untuk menentukan besarnya jumlah angka tahun dapat juga digunakan rumus

trapezium berikut :
jumlah angka tahun (JAT) = n(n+1)
2

2) Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Depresiasi menurut metode ini dihitung berdasarkan tarif yang tetap dari nilai buku

aktiva tetap berwujud yang di depresiasi.

Karena nilai buku aktiva setiap periode menurun, maka besarnya beban depresiasi

setiap periode otomatis juga selalu menurun.

Besarnya beban depresiasi dihitung dengan cara sebagai berikut :


Tarif depresiasi = 1-n

Beban depresiasi = Tarif depresiasi x Nilai buku aktiva

3) Saldo Menurun Berganda (Double Declining Method)

Metode ini mengalokasikan penyusutan berdasarkan persentase umur ekonimis

terhadap nilai buku aktiva yang bersangkutan, sehingga menghasilkan pembebanan

penyusutan yang menurun.

Depresiasi dihitung berdasarkan tarif yang tetap dari nilai bukunya. Besarnya beban

depresiasi dihitung dengan cara sebagai berikut :

Tarif depresiasi = (2 x 100%) : n

Beban depresiasi = tarif depresiasi x nilai buku aktiva

2. Berdasarkan Penggunaan

a. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) :

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa nilai aktiva tetap adalah sejumlah jam

produksi sehingga taksiran umur aktiva tetap tergantung pada jumlah jam kerja produksi

yang dipakai. Dalam hal ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa atau

pemakaian.

Besarnya beban depresiasi aktiva tetap dihitung dengan cara mengurangkan taksiran

nilai residu dari harga perolehannya dan membagi hasilnya dengan taksiran jumlah jam

pemakaian total dari aktiva tetap tersebut sepanjang umur ekonomisnya.


Depresiasi = Harga perolehan – Nilai sisa

Taksiran jam pemakaian total

b. Metode Jumlah Unit Produksi (Productive-Output Method) :

Pada metode ini penyusutan dihitung atas satuan unit produktif selama masa umur

ekonomisnya, dapat berupa jumlah barang yang diproduksi, jam pemakaian, kilometer

pemakaian dan sebagainya.

Besarnya beban depresiasi aktiva tetap dihitung dengan cara mengurangkan taksiran

nilai residu dari harga perolehan dan membagi hasilnya dengan taksiran jumlah produk yang

akan dihasilkan dari aktiva tetap tersebut sepanjang umur ekonomisnya.


Depresiasi = Harga perolehan – Nilai sisa
Taksiran jumlah total produk
yang dapat dihasilkan
2.4. Penyajian Laporan Keuangan

Pada akhir siklus akuntansi, akuntan perusahaan harus membuat laporan keuangan

perusahaan untuk berbagai pihak yang membutuhkan.

Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa

lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik

ekonominya.

Laporan keuangan terdiri dari :

1. Laporan laba rugi (income statement)

Merupakan suatu laporan yang menunu\jukan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dalam suatu periode akuntansi atau satu tahun. Secara umum

laporan laba rugi terdiri unsur pendapatan dan unsur beban usaha. Pendapatan usaha

dikurangi dengan beban usaha akan menghasilkan laba/rugi usaha.

2. Neraca (balance sheet)

Suatu daftar yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta

informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh. Secara umum neraca dibagi ke dalam

2 sisi, yaitu sisi aktiva dan sisi pasiva.

Sisi aktiva merupakan daftar kekayaan yang dimiliki perusahaan pada suatu saat

tertentu, sedangkan sisi pasiva merupakan sumber dari mana harta kekayaan tersebut

diperoleh.Sumber kekayaan tersebut terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu hutang dan

modal.Karena itulah jumlah aktiva dan pasiva harus selalu sama dan seimbang.

3. Laporan perubahan modal (statement of owner’s equity)

Merupakan suatu laporan yang menunjukkan perubahan modal pemilik atau laba yang

tidak dibagikan dalam suatu periode akuntansi akibat transaksi usaha selama periode

tersebut. Secara umum, pada perusahaan perseorangan laporan perubahan modal terdiri

dari unsur modal, laba usaha dan prive.

Modal pada awal periode ditambah dengan laba usaha periode tersebut, dikurangi

prive yang dilakukan pemilik usaha, akan menghasilkan modal pada akhir periode.

4. Laporan arus kas (statement of cash flows)


Merupakan suatu laporan yang menunjukkan aliran uang yang diterima dan digunakan

perusahaan didalam satu periode akuntansi, beserta sumber-sumbernya. Secara umum

semua aktivitas perusahaan dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok aktivitas utama

berkaitan dengan penyusunan laporan arus kas, yaitu:

a. Aktivitas operasi yaitu berbagai aktivitas yang berkaitan dengan upaya perusahaan untuk

menghasilkan produk, sekaligus semuaupaya yang terkait dengan upaya menjual produk

tersebut.

b. Aktivitas investasi yaitu berbagai aktivitas yang terkait dengan pembelian danpenjualan

harta perusahaan yang dapat menjadi sumber pendapatan perusahaan.

c. Aktivitas pembiayaan yaitu semua aktivitas yang berkaitan dengan upaya mendukung

operasi perusahaan dengan menyediakan kebutuhan dana dari berbagai sumber besrta

konsekuensinya.

Anda mungkin juga menyukai