Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

Ikancakalang
(katsuwonuspelamis)adalahikanbernilaikomersialtinggidanmerupakankomoditasekspor.Ik
ancakalangdijualdalambentuksegar, beku, ataudiprosessebagaiikankaleng, ikankering,
atauikanasap. Daging ikan cakalang segar mempunyai komposisikimia yang
terdiridarikadar air 70,40 %, lemak 1,81 %, protein 21,45 %, abu 1,27 %, danseratkasar
1,81 %. Ikan cakalang juga mengandung histidin yang tinggiyaitu 13,4 ppm daging
(Garwan 2009)
Huhate (Pole and Line) adalahalattangkap yang terdiridaribambuataujoran,
talipancingdanmatapancing.Alattangkapinirelatifsederhanayaituhanyamenggunakanbamb
u, tali, danmatapancing.Alattangkapinidipakaikhususuntukmenangkapikancakalang,
alattersebutsering di sebutpancingcakalang (Diniahet al,
2001).Alattangkapinidioperasikandengancaramencarigerombolanikandanmenebarumpan,
laluikandikelabuidenganmembuathujanbuatan yang berada di haluankapal,
kemudianmatapancingditurunkanmengarahkeikan.
Berdasarkanuraian di
ataspenulistertarikuntukmemahamisecaradetiltentangkeseluruhanrangkaiankegiatanpengo
perasianPole and Line.

B. Tujuan

Tujuan dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Industri ( PRAKERIN ) antara lain
:
1. Untukmengetahui teknik pengoperasian pole and line
2. Untukmengetahui olah gerak kapal selama operasi penangkapan.
3. Untuk mengetahui prosedur penanganan hasil tangkapan.
4. Untukmengetahui kendala-kendala yang dihadapi selama operasi penangkapan.

C. Metode Pengambilan Data


1. Data Primier
Data primer adalah data yang diperoleh atau diambil secara langsung di lapangan
selama mengikuti PRAKERIN yang meliputi :
a) Interview yaitu pengambilan data dalambentukdeskripsidengan proses
wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan pada saat kapal masih berada di
fishing basedan fishing ground.
b) Observasi yaitu pengambilan data dalambentukangkadangambardengan cara
terlibatsecaralangsung. Caranyaadalahdenganmelakukanpengamatan,
mencatatdanmengambilgambarpadasaatmengikutipengoprasianalattangkappole
1
and line.Sedangkan data yang akandiambilseperti mengamati bagaimana cara
pengoperasian pole and line, mengetahui angin,arus dan olah gerak kapal,
mengamati proses penanganan hasil tangkapan di atas kapal dan mengetahui
kendala-kendala yang dihadapi selama operasi penangkapan.

2. Data Sekunder
Adapun data sekuderadalah data yang
diperolehataudiambilbaikdaridokumentasimaupuncatatan yang telahtersedia di
perusahaanatautelahdibuatolehpihaklain, lembaga-lembagatertentudanstudipustaka.
Data inimeliputitentangperusahaantempatpraktikdanobjekpraktik.

2
BAB II

GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTEK

A. WaktudanTempat
Kegiatan Praktik Kerja Industri ini dilaksanakan mulai dari tanggal di Perairan Fakfa
dengan menggunakan kapal KM.`

B. Struktur Organisasi
Susunan organisasi di KM.yaitu meliputi :

NAHKODA

MUALIM KKM
KELASI JURU MASAK MASINIS
BOI-BOI

PEMANCING

(Sumber: Data primer 2015)

Adapun tugas dari masing-masing susunan organisasi kapal yaitu :


1. Nahkoda :
Bertanggung jawab ketika membawa sebuah kapal dalam pelayaran, baik darifishing
base menuju ke fishing ground dengan selamat. Tanggung jawab itu meliputi
keselamatan awak kapal atau barang muatan(hasil tangkapan) yang ada di kapal.
2. Mualim :
Bertugas membantu tugas dan peran dari seorang nahkoda untuk melakukan atau
mengoperasikan alat-alat navigasi.
3. KKM :
Bertugas dan bertanggung jawab atas seluruh mesin yang ada di kapal.
4. Kepala kerja :
Bertugas memantau dan memerintahkan saat melakukan operasi penangkapan.
5. Masinis :
Bertugas membantu KKM untuk mengontrol dan memperbaiki mesin.
6. Boi-boi :
Bertugas untuk membuang umpan, menjaga umpan agar tetap hidup dan membagi
hasil tangkapan ke seuluruh awak kapal.
7. Pemancing :
Bertugas untuk menaikkan dan menangkap ikan target tangkapan sebanyak mungkin.
8. Koki :
Bertugas menyiapkan makanan bagi awak kapal.

3
BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL PRAKTEK

A. Pelaksanaan
1. PersiapanDokumenKapal
Persiapan ini di lakukan oleh Pihak Perusahaan atau Agen yang meliputi :
a) Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) No. 26.13.0001.56.41943
b) Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) No. 01.05.02.0302.5207
c) Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan
d) Surat Ukur
e) Pas Tahunan
f) Surat Izin Berlayar(SIB )
2. Persiapan operasional
Pelaksanaan kegiatan operasional adalah kegiatan kami dalam melaksanakan praktik
pengoperasian Pole and Line adapun susunan kegiatan dalam melaksanakan kegiatan
operasional ini adalah sebagai berikut :
a) Pemancing
b) Bunker (pengisianbahanbakar)
c) Pemuatanes
d) Pemuatan air bersih
e) Bahanmakanandanobat-obatan
3. PersiapanUmpan
Persiapan umpan hidup dilakukan sebelum kapal menuju fishing ground.
Umpan hidup diperoleh dari nelayan pengusaha ikan umpan (bagan) atau kadang
mencari umpan sendiri. Ikan umpan yang dimaksud adalah umpan ikan hidup seperti
jenis ikan teri (Stollephorus indicus).
Waktu untuk memuat umpan dilakukan malam hari pukul 23:00 mengingat
waktu perjalanan menuju fishing ground masih membutuhkan waktu 5 jam. Sebelum
dilakukan pemuatan umpan hidup maka system sirkulasi air dari palka dibuka.
Umpan dimuat dari jaring penampung pengusaha ikan umpan ke bak umpan
yang ada diatas kapal. Pemindahan ikan dilakukan secara hati-hati dengan proses
aklimatisasi (penyesuaian habitat makluk hidup dengan lingkungan yang baru)agar
ikan umpan hidup tidak mengalami stress atau bahkan mengalami kematian.Karena
kualitas umpan sangat mempengaruhi daya tarik dari ikan target, maka penanganan
ikan umpan hidup harus diperhatikan agar kegiatan penangkapan dapat berlangsung
dengan baik, maka umpan tersebut dipindahkan dari jaring penampung dari
pengusaha bagan ke ember menggunakan sibu-sibu.
Untuk alat tangkap pole and line umpan merupakan salah satu faktor yang
menentukan lamanya suatu kegiatan operasi penangkapan. Umpan yang berada di
jaring penampungan pengusaha umpan hidup (natural bait) di pindahkan ke bak
umpan yang berada di atas kapal. Bak umpan terletak di palka bagian tengah yang
berjumlah 4 buah. Palka tersebut dilengkapi dengan sistem sirkulasi untuk menambah
kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang biasa disingkat dengan DO. Sistem
sirkulasi dapat dilakukan dengan cara membuka penutup sirkulasi air laut yang
terletak pada dasar palka umpan kemudian diberi filter.
Proses pengambilan umpan secara jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

4
a b

c d

Gambar 8. Pengambilan Umpan

Keterangan :
a. Posisi kapal merapat di bagan
b. Bagan umpan hidup
c. Umpan hidup dalam palka
d. Pengambilan umpan saat operasi penangkapan

4. Penentuanfishingground
Dalam pencarian fishing ground dari suatu kapal pole and line tidaklah harus
berputar-putar untuk menemukan kawanan ikan seiring berkembangnya pengetahuan,
maka pencarian dari suatu fishing ground lebihlah mudah yaitu langsung menuju ke
suatu rumpon yang telah sengaja dibuat oleh perusahaan itu sendiri, dan disitulah
dituliskan letak lintang dan bujur dari rumpon itu bertujuan untuk mempermudah
dalam pencarianya. Jadi untuk menuju ke fishing ground seorang nahkoda hanya
mengarahkan haluan kapal kearah garis haluan yang telah di tentukan.
Adapun letak posisi lintang dan bujur di perairan Fak-fak yang menjadi daerah
penangkapan (fishing ground) pada KM. Dioskuri 3A antara lain sebagai berikut :
 Rumpon jeremiah S 03O35’ 558”- E 132O 17’ 860”
 Rumpon imanuel S 03O 32’ 050”- E 132O 23’ 907”
 Rumpon syalom S 03O 35’ 809”-E 132O 10’ 061”

Keberadaan ikan dapat diketahui dengan berbagai tanda-tanda yang ada di


sekitar kapal. Adapun tanda-tanda adanya gerombolan ikan di sekitar rumpon antara
lain :
• Adanya burung laut yang berterbangan dan menyambar di atas permukaan air
• Adanya percikan – percikan air
• Warna laut agak gelap
• Banyak gelembung dari badan air
• Adanya pantulan cahaya oleh sisik ikan

5
5. Olah gerak kapal dalam mendekati rumpon
Posisi kapal saat mendekati kawanan ikan di rumpon adalah dengan cara
melewati rumpon dengan berada di sisi kanan atau kiri rumpon (sesuai dengan posisi
boi-boi). Hal ini dimaksudkan agar penebaran umpan oleh boi-boi tidak terlalu sulit.
Adapun olah gerak kapal di sebabkan oleh angin dan arus yang membawa rumpon
bergerak tidak menentu sehingga posisi yang tepat kapal harus berada tepat di
sekeliling rumpon.
Pada saat hendak menuju rumpon kecepatan kapal antara 1-2 knot,
dimaksudkan agar ikan tidak lari karena adanya gelombang yang disebabkan oleh
kapal. Untuk mengetahui olah gerak kapal saat mendekati fishing ground dapat dilihat
pada gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9. Olah gerak kapal dalam mendekati rumpon

Pada saat kapal sudah berada di rumpon haluan kapal yang benar harus menutup
pergerakan ikan agar ikan tepat berada di haluan kapal dan memudahkannya di angkat
ke plataran deck. Setelah proses olah gerak dilakukan maka para pemancing mulai
mengoperasi alat tangkap mereka masing-masing.

B. Sarana Praktek
1. Armada Penangkapan
Di tempat pelaksanaan PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN )
tepatnya PT. Radios Apirja Sorong mempunyai armada kapal penangkapan yang
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Armada kapal penangkapan
NO Nama kapal Call sign Spesifikasi (bahan, GT)
1 KM. Dioskuri 3A Delta 3 Fiber, 87 GT
2 KM. Dioskuri 4A Delta 4 Fiber, 57 GT
3 KM .Dioskuri 6A Delta 6 Fiber, 87 GT
4 KM .Dioskuri 7A Delta 7 Fiber, 87 GT
(Sumber : Data Primer 2015)

Kapal-kapal yang ada dalam tabel diatas adalah kapal milik PT. Radios Apirja
Sorong yang mempunyai surat laik operasi (SLO) kapal perikanan.

6
Gambar 1. Kapal KM. Dioskuri 3A

Spesifikasidan Kontruksi Kapal

Spesifikasi kapal
1. NamaKapal : KM Dioskuri3A
2. Nahkoda :Kres Tomasoa
3. Pemilik kapal :Tie Samuel Timothie
4. Jumlah palka : 15
a. 2 palka sementara
b. 4 palka umpan hidup
c. 3 palka air bersih
d. 6 palka hasil tangkapan
5. Jumlah propeller : 1 pasang
6. Tempat dan tahun pembuatan : Sorong, 2004
7. Bahan : Fyber
8. Putaran baling-baling : kanan
9. Gross ton : 87
10. Mesin induk : Yuachai
11. Ukuran kapal :
a. Panjang 25,47
b. Lebar 5,60
c. Tinggi 2,75
12. Tanda selar : GT 87 No.754 /MMj
13. Bendera : Indonesia

7
2. Alat dan Bahan

1) Alat
Alat yang digunakan pada saat melaksanakan PRAKERIN ini seperti pada
table 1 di bawah ini.
Tabel 1. Alatyang digunakan dalam melaksanakan PRAKERIN
No Nama Spesifikasi Kegunaan
1. Joran (rod) Terbuat dari bambu yang cukup Untuk memudahkan
tua dan elastis. bagian pangkal 3 gerakan mata
- 4 cm. bagian ujung 1 – 1,5 cm pancing di bawah
dengan panjang 2 – 2,5 meter. permukaan air.
Jumlah 30 batang.
2. Tali Bahan (PVA) panjang 5 cm Pengganti swivel
penghubung dengan 0,5 mm. Jumlah 1 roll. agar tali utama
joran dengan (main line) tidak
tali utama terbelit.
(main line)
3. Tali utama Bahan Sebagai tali
(mainline) polyethylene(PE)panjangnya 1,5- pancing.
2 meter. Nomor 7 dengan 0,5
mm. Jumlah 1 roll.
4. Tali sekunder Bahan polyamide Untuk mengikat
(PA)monofilament dengan mata pancing.
panjang 40 cm dan 0,2 mm.
5. Mata pancing Bahan stainless steel. Panjang Untuk mengikat
(hook) 6,5 cm. nomor 2,5 – 2,8 tipe ikan.
regular hook tanpa mata
kail/pengait. Jumlah 5 dos.
6. Rumbai- Terbuat dari potongan tali rafia Sebagai umpan
rumbai berwarna biru dan merah dengan tiruan
panjang 9 cm yang dilipat (imitasionbait).
menjadi 2 bagian (panjangnya
4,5 cm). dan bulu ayam dengan
panjang 5-6 cm.
7. Serok (Skop Jumlah 2 buah. Serok kecil Untuk mengangkat
Net) terbuat dari waring panjang umpan yang ada
pegangan 25 cm dan 15 cm pada dalam bak umpan
lingkaran serok. Serok terbesar yang akan
terbuat dari waring panjang dilemparkan oleh
pegangan 1,5 meter dengan 45 boy-boy.
cm.
8. Kamera Handphonejumlah 1 buah Untuk dokumentasi

9. Buku dan alat 2 buah Untuk mencatat data


tulis di lapangan
(Sumber: Data Primer 2015)

8
2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan PRAKERIN ini dapat dilihat
pada tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Bahanyang digunakan dalam pelaksanaan PRAKERIN
No Nama Jumlah Kegunaan
1. Ikan teri 140-150 ember Umpan untuk memancing
(Stoleprorus ikan target.
commersonii.sp)
umpan hidup
(natural bait)
2. Es 1200 Balok (1 balok = 50 Untuk pengawetan dan
kg) penyimpanan ikan.
3. Solar 10 Ton Untuk bahan bakar
4. Oli 60 Liter Untuk pelumas mesin
5. Minyak tanah 50 Liter Untuk bahan bakar masak

3. Alat Navigasi
Alat-alat navigasi yang di gunakan pada kapal KM. Dioskuri 3a yaitu dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
1). Kompas Magnet
kompas merupakan salah satu alat bantu navigasi yang harus ada pada setiap
kapal. Kompas digunakan untuk menentuka haluan kapal dan sangat membantu
dalam hal bernavigasi.
Merk : Daiko Fungsi : Untuk Menentukan Haluan
Kapal

Gambar 3.Kompas Magnet KM.

2). GPS (Global Positioning System)


Merupakan suatu sistem alat penentuan posisi keberadaan kapal, waktu tempuh
ETA(Estimati Time Arrival) dan kecepatan. Alat ini juga dapat digunakan untuk
menyimpan posisi fishing ground (rumpon).
Merk : Garmin
Fungsi : Untuk Menentukan Posisi,Waktu Tempuh dan Kecepatan Kapal

9
Gambar 4. GPS KM.

3). Teropong
Teropong merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk memperjelas
gambar yang berada pada ukuran yang cukup jauh danjuga untuk mencari
gerombolan ikan.
Merk : Nikon
Fungsi : Untuk memperbesar penglihatan pada jarak jauh.

4. Konstruksi Alat Tangkap


Pole and line biasanya juga disebut dengan “Huhate”. Alat ini sangat
sederhana secara jelas adalah sebagai berikut :

Gambar5 .KonstruksiAlatTangkapPole and Line

10
Keterangan :
1. Joran
2. Tali utama(main line)
3. Tali sekunder
4. Mata pancing(hook)

a) Joran
Joran umumnya terbuat dari bahan bambu yang cukup tua dengan elastisitas yang
baik. Joran yang digunakan adalah bambu yang berwarna kuning atau bambu yang
sudah tua. Panjang joran antara 2 – 2,7 meter, bagian pangkal dengan Ø 3-4 cm dan
bagian ujung Ø 1-1,5 cm.
b) Taliutama(main line)
Tali utama adalah bagian yang terbuat dari bahan sintetis Polyetheline (PE)
dengan panjang sekitar 1,5-2 meter, yang disesuaikan dengan panjang joran yang
digunakan, tinggi haluan kapal dan posisi duduk pemancing.
c) Talisekunder
Tali sekunder terbuat dari bahan monofilament berupa tali berwarna putih
dengan panjang 25-30 cm dengan Ø 0,2 mm. hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terputusnya tali utama dengan mata pancing akibat gigitan ikan target penangkapan.
d) Mata pancing
Mata pancing merupakan salah satu komponen yang sangat penting dari satu
unit pancing. Dalam kegiatan penangkapan menggunakan alat tangkap Pole and Line,
mata pancing (hook) yang digunakan tidak berkait balik (barb). Dilihat dari
bentuknya yaitu bentuk punggung lurus yang berbentuk J,berdasarkan jumlah pengait
yaitu mata pancing berkait tunggal (single hook). No. mata pancing yang digunakan
adalah 2,5-2,8 tipe regular hook. Penomoran pada mata pancing ditentukan oleh lebar
celah mata pancing (gap) dan diameter-diameter batang mata pancing (wire diameter)
FAO dalam prado (1990). Ukuran panjang mata pancing 6,5 cm, pada bagian atas
mata pancing terdapat timah berbentuk silinder dengan panjang sekitar 2 cm dengan
Ø 8 mm,yang dilapisi Nikel sehingga berwarna mengkilap dan menarik perhatian ikan
sasaran.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini :

A B

C D

Gambar 6. Joran,tali utama,tali sekunder dan hook


Keterangan :

11
A. joran
B. tali sekunder
C. tali utama(main line)
D. mata pancing (hook)

5. Alat Bantu Penangkapan


Dalam pengoperasian pole and line, diperlukan alat bantu penangkapan yang
berguna untuk membantu dalam pengoperasian alat tangkap pole and line sangat
berpengaruh dalam pengoperasian pole and line untuk itu sebelum melakukan operasi
penangkapan,terlebih dahulu harus mempersiapkan alat bantu apa saja yang
dibutuhkan untuk membantu proses pengopersian alat tangkap pole and line.
Alat bantu penangkapan tersebutdapat diihat pada gambar di bawah ini antara lain :

A B

Gambar 7.Water Sprayer dan Rumpon


Keterangan :
A. water sprayer
B. rumpon

a) Penyemprotair(water sprayer)
Penyemprot air( water sprayer) yang terbuat dari pipa yang terletak di bagian
tepi kapal yaitu di bawah para-para(flaying deck). Penyemprot air ini berfungsi
untuk menyemprotkan air ke arah kawanan ikan agar kawanan ikan tersebut
mengira air yang jatuh adalah umpan yang disebar sehingga mempermudah para
pemancing untuk mengoperasikan alat tangkap.
b) Rumpon
Rumpon adalah pengumpul ikan atau Fish Agretion Device(FAD).
Digunakanpada operasi penangkapan poleand linedengan tujuan ikan dapat
terkumpul dalam suatu area (catchable area).
Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan
berdasarkan buih atau gelembung/gelembung udara yang timbul di permukaan
air,warna air gelap karena pengaruh gerombolan ikan di sekitar rumpon.Selain
rumpon adapun tempat yang bisa menjadi daera penengkapan (Fishing Ground)
yaitu adanya kayu hanyut atau adanya burung-burung yang berterbangan di atas
permukaan air laut.

12
C. Hasil Praktek
1. OperasiPenangkapan
Sebelum kegiatan pemancingan dilakukan, maka terlebih dahulu
mempersiapkan palka sementara untuk ditaburi es yang diambil dari bak atau palka es
dan kemudian di hancurkan untuk di letakan ke dalam palka sementara sebagai dasar
pada palka sementara.
Setelah mendekati rumpon (jarak 1 mil) dilakukan persiapan alat tangkap.
Pada kegiatan ini, seluruh ABK masing-masing mempersiapkan alat tangkap (pole
and line) yang akan digunakan. Alat tangkap tersebut kemudian dirangkai jadi satu,
setelah itu semua ABK mengambil posisi sebagai tempat pemancingan.
Penentuan posisi pemancing dilakukan berdasarkan keahlian memancing.
Berdasarkan pengalaman atau keahlian pemancing dapat dikelompokkan dalam 3
kelompok :
1) Pemancing yang berada di bagian haluan depan merupakan pemancing yang
sudah berpengalaman dan telah memahami teknik pemancingan dengan baik. Di
posisi ini jumlah pemancing sekitar 5-6 pemancing.
2) Pemancing yang berposisi dibelakang pemancing no.1 terbagi di kiri dan kanan
haluan kapal merupakan pemancing yang sudah bisa namun kurang menguasai
teknik pemancingan. Di posisi ini jumlah pemancing 6 terbagi di kiri dan kanan
haluan.
3) Pemancing yang berposisi dibelakang pemancing no.2 terbagi kiri dan kanan
haluan merupakan pemancing pemula yang terdiri dari ABK dan taruna praktik.
Di posisi ini jumlah pemancing 6 terbagi di kiri dan kanan haluan kapal.

Kegiatan pemancingan dimulai dengan pengangkatan umpan hidup dari palka


umpan ke tempat bak umpan yang salah satu sisi bagian sampingnya dibocor
kemudian dialirkan air (sirkulasi) agar ikan dalam bak penampung tersebut tetap
dalam keadaan hidup karena kualitas umpan juga mempengaruhi ketertarikan ikan
target terhadap umpan.
Umpan tersebut mulai ditebar oleh boy-boy Saat kapal berada dalam posisi
dibawah angin. Pelemparan umpan dimulai dari jarak jangkauan yang sejauh mungkin
kemudian diarahkan kehaluan kapal. Pelemparan umpan tersebut di maksudkan untuk
menggiring ikan target penangkapan kearah haluan kapal untuk mempermudah
jangkaun pemancing. Saat mendekati umpan harus di perhatikan dari arah mana
sebuah kapal mendekati ikan tersebut. Posisi kapal harus menghadang ikan tersebut
pada posisi kiri atau kanan dari arah renang ikan tersebut. Penentuan dari mana arah
kapal itu harus mendekat dilakukan dengan mengamati arah renang ikan
menggunakan teropong.
Proses tertangkapnya ikan oleh alat tangkap pancing tidak lain adalah karena
ketertarikan ikan terhadap umpan yang di tebar. Ketertarikan ini timbul akibat rasa
lapar ikan, yang juga merupakan salah satu faktor ikan-ikan berenang lebih aktif lagi.
Pemancingan dilakukan setelah terlihat ikan meloncat-loncat menandakan
bahwa schooling (gerombolan) ikan tersebut akan memakan umpan dengan baik.
Adapun tingkah laku ikan cakalang (katsuwonus pelamis) yang akan memakan umpan
dengan baik akan berada pada suatu formasi yang tidak teratur, kecepatan dan arah
renang yang sama dan bentuk riakkan yang sama dengan satu atau dua ekor ikan pada
bagian depan melakukan loncatan-loncatan.
Kelompok demikian biasanya tidak takut terhadap kapal yang mendekat.
Sedangkan ikan-ikan yang tidak memakan umpan dengan baik ciri-cirinya antara lain

13
biasa membentuk formasi yang tidak teratur, arah gerak yang tidak tetap dan
menciptakan olakan-olakan yang besar dipermukaan. Saat pemancingan berlangsung,
posisi kapal harus senantiasa menggiring ikan ke salah satu haluan kapal. Haluan
kapal harus tetap menhadang arah gerakan ikan. Pemancingan dilakukan dengan cara
menurunkan mata pancing dipermukaan perairan namun posisi mata pancing tidak
boleh terendam terlalu dalam karena apabila ada ikan yang ukurannya besar maka tali
pancing mudah putus akibat gigitan ikan tersebut.
Oleh karena itu lebih baik menggerak-gerakkan mata pancing tersebut ±5 cm
dibawah permukaan air. Dengan adanya water splinkers system maka ikan sasaran
menganggap mata kail yang ditutupi dengan tali rafia dan bulu ayam tersebut adalah
umpan hidup. Karena perasaan lapar ikan terganggu dengan adanya water splinkers
system, maka ikan sasaran tersebut segera memakan umpan, dengan demikian
dilakukan penarikan mata pancing sehingga ikan target tersebut akan terjerat dan
susah untuk meloloskan diri.
Saat ikan sudah terkait pada mata pancing tersebut, ikan akan berusaha lepas
dengan cara bergerak menjauh dari kapal, karena ikan dilengkapi dengankemampuan
renang. Demikian seterusnya saat terasa ada tarikan dari ikan tersebut barulah pancing
tersebut diangkat dengan tujuan agar ikan yang tertangkap tidak lepas kemudian
disentakkan di haluan kapal. Adapun kekuatan sentakan disesuaikan dengan besar
kecilnya ikan target yang terjerat oleh pancing agar ikan yang sudah terjerat tidak
jatuh kembali ke laut. Proses pemancingan dapat dilihat pada gambar 10 dibawah ini.

Gambar10. Proses setting KM. Dioskuri 3A

14
2. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan pengoperasian pole and line adalah jenis ikan pelagis yang hidup di
permukaan air. Dalam pengoperasiannya kami mendapatkan hasil sasaran tangkapan
sesuai dengan target adalah : Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) tergolong sumberdaya perikanan pelagis
penting dan merupakan salah satu komoditi ekspor nir-migas. Ikan cakalang terdapat
hampir di seluruh perairan Indonesia, terutama di bagian timurIndonesia. Kegiatan
penangkapan ikan tuna termasuk cakalang telah berkembang di perairan Indonesia,
khususnya perairan timur Indonesia sejak awal tahun 1970-an. Penangkapan cakalang
di Indonesia dilakukan dengan menggunakan huhate (pole and line), pancing tonda
(troll line).
Ikan Cakalang bernilai ekonomis tinggi, dikatakan demikian karena spesies
ikan ini digunakan sebagai bahan baku oleh berbagai jenis industri pengolahan seperti
cakalang fufu, ikan kayu, ikan kaleng, abon cakalang, dan masih banyak lagi. Ikan
cakalang juga tercatat sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk segar, beku
maupun olahan. Dari kegiatan produk olahan yang menggunakan ikan cakalang
sebagai bahan baku. Untuk mengolah berbagai produk tersebut memerlukan pula
investasi untuk memilik armada kapal, membangun pabrik pengolahan, pabrik es,
gudang beku dan lembaga pemasaran. Ikan cakalang adalah nama dagang lokal
daerah. Untuk wilayah pasar yang lebih luas dipakai skipjack tuna sebagai nama
dagang internasional. Nama ini diambil dari bahasa Inggris, sedangkan nama ilmiah
di sebut Katsuwonus pelamis di ambil dari bahasa Jepang yang artinya ikan keras.
Collete(1983) dalam Rukka, A.H.(2006), menjelaskan bahwa tubuh ikan
Cakalang (Gambar 11) berbentuk memanjang dan agak bulat ( fusiform ), dengan dua
sirip punggung yang terpisah. Bagian punggung ikan cakalang berwarna biru
keunguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna keperakan, dengan
4 hingga 6 garis berwarna hitam yang memanjang di samping badan. Ciri-ciri khusus
ikan cakalang (c. pelamis) dapat dilihat pada gambar 11 dibawah ini.

Gambar 11. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis).

(Sumber: Rukka, A.H., 2006)

3. Prosedur Penanganan
Penangan hasil tangkapan memiliki peranan yang sanga penting di mana
hasil tangkapan perlukan dengan sedemikian rupa sehingga hasil tangkapan yang
telah ditangkap dapa bertahan dengan kondisi segar sampai pada saat pembongkaran.
Hasil tangkapan ditangani dengan cepat,tepat dan higinis sehingga mutu dari hasil
tangkapan dapat terjaga dan harga jualannya pun maksimal,dan ini sesuai dangan

15
prinsip penanganan hasil tangkapan yaitu untuk memanfaatkan ikan sebaik-baiknya
agar dapat digunakan maksimal mungkin sebagai bahan pangan karena produksi
yang banyak sekali dilakukan dengan berbagai cara. Ikan yang baru ditangkap dapat
dipertahankan kesegarannya dalam jangka waktu yang lama, dapat diolah dan
diawetkan dalam bentuk pangan.

 Pengumpulanikandalampalka
Setelah kegiatan pemancingan telah selesai, ikan akan terkumpul dalam
palka sementara, pada palka ini berisi air dingin atau biasanya di sebut pre-
cooling yang bertujuan agar ikan tetap segar pada waktu sebelum dimasukan ke
dalam palka utama. Pada pengumpulan dalam palka ini dimaksudkan agar ikan
pada saat penangkapan tidak mudah lolos dari bagian deck pemancingan.
 Penyemprotan
Setelah ikan terkumpul di palka sementara, ikan akan di angkat ke atas
deck untuk di semprot dengan air, proses ini bertujuan untuk membersikan ikan
dari kotoran,bakteri, darah dan lender. Sehinggan ikan terjaga mutunya hingga
sampai ke fishing base.
 Pemindahanpalka
Kegiatan ini adalah untuk memisahkan antara ikan besar dan ikan kecil,
dan menurut jenisnya. Pemindahan ikan dari palka sementara kedalam palka
utama/induk harus dilakuakan secara cepat dan baik agar mutu ikan bagus.
Adapun cara pemindahan yang harus di perhatikan yaitu dengan menaruh ikan
yang lebih besar di dasar palka hal ini di lakukan agar ikan yang kecil tidak
terindis yang mengakibatkan tubuh ikan kecil rusak.
 PengisianEs
Sebelum ikan dimasukan kedalam palka, masukan dulu pipa yang
bertujuan untuk menyedot air dari sisa es yang mencair dari dalam palka.
Kemudian bagian landasan palka di isi es balok yang telah dihancurkan setebal
25 cm, kemudian ikan dimasukan kedalam palka dan selanjutnya di tumpukan
lagi es diatas ikan tesebut setebal 5 cm kemudian di masukkan lagi ikan dan pada
bagian atas palka di masukkan es setebal 30 cm yang bertujuan agar menghambat
suhu panas dari atas palka. Proses pengisian es seperti ini bertujuan untuk proses
mendinginkan ikan secara merata.

4. Pembongkaran
Setelahselesaioperasipenangkapanikanmakakapalakankembalikefishing base
untukmelakukankegiatanberikutnyayaitupembongkaranhasiltangkapan di
pelabuhanpendaratanikanmilik PT. Radios ApirjaSorong.Posisikapalsaatberada di
pelabuhanperusahaanyaituhaluankapalberadatepat di pintugerbang agar memudahkan
proses pengangkutan,pemindahanhasiltangkapankeperusahaan.Ikan yang
dibongkaritunantinyaakandipindahkandalamgudangcold storage, sebelumituikan di
timbangdan di sortirmenurut size danjenisnya. Proses pembongkaran

5. Pembersihan Palkah dan Deck


Kegiatan ini adalah kegiatan setiap kapal perikanan setelah melakukan
pembongkaran palka ikan. Kegiatan ini dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi
terhadap hasil tangkapan berikutnya. Sisa pembongkaran ikan terdapat bakteri dan
terkontaminasi oleh polutan. Polutan dapat menyebabkan kerusakan pada hasil
tangkapan akibat aktifitas bakteri sehingga kualitas akan menurun. Kegiatan ini

16
biasanya di lakukan oleh semua awak kapal dan di mulainya pembersihan dari haluan
kapal: plataran,palka,dinding-dinding kapal hingga buritan : dapur dan toilet.

6. Kendala-kendala Selama Penangkapan


Adapun kendala-kendala yang kami alami pada saat pengoperasian pole and
line antara lain :
a. Pengaruh ombak dalam proses penangkapan, karena jika terjadi ombak besar para
pemancing sulit mengontrol alat tangkap untuk memancing ikan.
b. Pengaruh cuaca ,karena jika hujan pemancing akan sulit untuk melakukan
pengoperasian.
c. Mesin trouble saat operasi penangkapan,karena jika terjadinya trouble mesin pada
operasi penangkapan maka pergerakan kapal mengejar gerombolan ikan akan
terhambat.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) III maka
kesimpulan yang dapat kami ambil antara lain :
• -Alat tangkap pole and line terdiri dari bambu cukup tua dengan elastisitas yang baik
kemudian dirangkai dengan tali penghubung yang biasa di sebut tali sekunder. Setelah
itu dihubungkan langsung dengan mata pancing atau hook.
-Kegiatan penangkapan dilakukan dengan cara menurunkan mata pancing setelah ikan
target mendekat kearah haluan kapal. Ikan yang terjerat pada mata pancing (hook)
kemudian disentak (ditarik) sehingga ikan target (tuna dan cakalang) secara otomatis
jatuh diatas dek.
• Olah gerak kapal di sebabkan oleh angin dan arus yang membawa rumpon bergerak
tidak menentu sehingga posisi yang tepat kapal harus berada di bawah angin dan tepat
berada di sekeliling rumpon.
• Prosedur penanganan hasil tangkapan ditangani dengan cepat,tepat dan higinis
sehingga mutu dari hasil tangkapan dapat terjaga dan harga jualannya pun tinggi,dan
ini sesuai dangan prinsip penanganan hasil tangkapan yaitu untuk memanfaatkan ikan
sebaik-baiknya agar dapat digunakan semaksimal mungkin sebagai bahan pangan
yang berkualitas.
• Kendala-kendala yang di alami saat pengoperasian alat tangkap pole and linebanyak
yang diperoleh dari faktor alam. Sehingga menghambat kelancaran proses
pemancingan.

B. Saran

Terkait dengan berbagai kendala yang di dapatkan dilapangan maka kami menyarankan
agar :
• Dalam kegiatan penangkapan, penggunaan umpan harus diperhitungkan agar kegiatan
pemancingan dapat berlangsung lebih lama atau dilakukan penangkapan pada pagi
dini hari dan sore hari saat ikan sasaran sedang bergerak ke permukaan perairan untuk
mencari makan.
• Dalam proses kegiatan penangkapan harus di lengkapi alat-alat keselamatan kerja
yang bertujuan melindungi para pemancing dari bahaya-bahaya yang terjadi seperti
terbenturnya badan ikan,tersangkutnya mata pancing, dan terjatuh ke laut. Dan pada
bagian atas dari bridgekapal-kapal pole and line harus tertulis utamakan keselamatan
(safety first).
• Karena adanya ikan yang berukuran besar (tuna) yang dapat memutuskan tali mata
pancing maka posisi mata pancing sebaiknya 5 cm dibawah permukaan laut dan tidak
lebih dari 5 cm dari permukaan air laut.
• Alat tangkap cadangan harus disiapkan sebelum melakukan penangkapan karena pada
saat penangkapan putusnya tali-tali, patahnya joran sulit dipungkiri karena banyaknya
ikan yang berukuran besar berasosiasi di sekitar rumpon (Fish Agregator Device).

18
DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta, Indonesia.
Direktorat Sarana Perikanan Tangkap. 2005. Identifikasi Beberapa Alat Penagkapan Ikan
Yang Diperbolehkan Dan Dilarang Oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta,Indonesia.
Ferno, A.And Olsen. S. 1994. Marine Fish Behavior in Capture and Abudance Estimation.
Fish New Book. Harlonds Ltd, Bodmin. Cornwall. Britain. 221 p
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya dengan Alat, Metode Dan Taktik
Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,Fakultas Perikanan IPB,
Bogor.
Hadiwiyanto. S. 1993. Prinsip Penanganan Hasil Tangkapan Dan cara Mempertahankan
Kesegaran ikan. Rineka Cipta Jakarta
Hela, L. And T. Leavastu. 1970.Fisheries Oceanografi. Fishing news book Ltd. London.
238 p.
Prado, J. 1990. Fisherman’s work book. Food and Agriculture Organization of The United
Stated Nations. Oxfrord-British. 180 p.
Rukka, A. H. 2006. Teknologi Penangkapan Pilihan Untuk Ikan Cakalang di Perairan Selayar
Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis Magister Sains Institut Pertanian Bogor. Bogor,
Indonesia.
Sayuti, M. 2009. Diktat Penanganan dan Penyimpanan Hasil Tangkapan. APSOR. Sorong,
Indonesia.
Subani, W. dan Barus, H.R. 1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia.
Sudirman dan A. Mallawa. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadja Mada
University Press, Yogyakarta.

Lampiran.1 Prosedur Kerja

Fishing base a. Persiapan operasional


 Bahan bakar
 Bahan makanan
 Es
 Obat-obat
19  Air tawar
Bagan
a. Pembelianumpan
hidup
b. Menaruhdan
meyimpan umpan di
bak

a. Olah gerak kapal


b. Operasi penangkapan
c. Penanganan hasil
Fishing ground

20

Anda mungkin juga menyukai