Anda di halaman 1dari 50

DESKRIPSI KAIN BATIK DAN PENGGUNAANYA

A. Nomor Batik 1
B. Nama Pola Parang Barong
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Barong 19 cm, dengan bagian – bagian yang lengkap, yaitu:
mlinjon, mata gareng, uceng, sirapan dan bagongan
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan dengan pecahan – pecahan yang disengaja
(Wonogiren), dikerjakan dengan sangat teliti
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Upacara pernikahan, Pisowanan Agung di Kraton, lamaran oleh
keluarga bangsawan
M. Pemakai Dahulu dikenakan khusus untuk raja atau keluarga raja saja. Saat
ini siapapun dapat menggunakannya sejauh di luar lingkungan
kraton. Dewasa
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Parang Barong, parang yang besar, melambangkan kebesaran dan
kewibawaan
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Dibuat dengan kualitas yang sangat tinggi, batikan yang sempurna,
Kualitas,Kelangkaan dsb mengikuti kaidah – kaidah pola batik, sangat langka
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

1
A. Nomor Batik 2
B. Nama Pola Parang Sekar Pisang Gurdha
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Sekar Pisang 19 cm yang dipadu dengan ragam hias gurdha
dalam bentuk lar dan sawat
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kereta Kencana
J. Keterangan Teknik Proses kerokan dengan teknik pecahan / Wonogiren. Batikan
tingkat menengah
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Lingkungan kraton, Pisowanan, lamaran oleh keluarga bangsawan
M. Pemakai Dahulu dikenakan khusus untuk keluarga raja / lingkungan kraton.
Dewasa
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Parang Sekar Pisang Gurdha, menampilkan ragam hias Bunga
Pisang. Buah yang selalu dilibatkan dalam upacara –upacara adat
sebagai lambang pangan
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Pola yang bagus dan langka. Namun kualitas batikannya terutama
Kualitas,Kelangkaan dsb ceceknya kurang halus.
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

2
A. Nomor Batik 3
B. Nama Pola Parang Barong Sisik Rinengga
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Barong 19 cm, yang diberi ragam hias sisik pada bagian
bagongannya, dipadukan dengan Parang Barong yang seluruh
bagiannya diisi dengan hiasan (Rinengga), dengan modifikasi
mlinjon
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kereta Kencana
J. Keterangan Teknik Proses kerokan. batikan tingkat halus, namun kualitas lilin
klowong kurang baik
K. Ciri Khusus Paduan ragam ragam hias sisik dan rerenggan sangat sesuai
L. Penggunaan Lingkungan kraton, atau Sudagaran;Upacara – upacara adat pada
umumnya
M. Pemakai Lingkungan kraton atau Sudagaran
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Parang Barong Sisik Rinengga. Pola induk berupa Parang Barong
yang dihiasi isen sisik dan rerenggan. Tidak ada arti khusus
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Pola yang sangat langka, dengan penampilan yang cukup impresif
Kualitas,Kelangkaan dsb karena adanya isen sisik dan rerenggan.
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

3
A. Nomor Batik 4
B. Nama Pola Parang Barong Ukel Seling Cakar
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Barong 24 cm yang seluruh bagiannya di isi ragam isen ukel,
dipadukan dengan lereng yang terdiri dari pola Nitik Cakar.
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kereta Kencana
J. Keterangan Teknik Proses Kerokan dengan batikan parang serta ukel yang halus sekali. Namun
lereng nitiknya kurang halus dan tidak menggunakan canthing khusus nitik
K. Ciri Khusus Ragam hias isen ukel sangat halus dan sempurna, dengan ukuran barong yang
sangat besar
L. Penggunaan Lingkungan kraton, untuk acara – acara adat bagi keluarga raja /kraton
M. Pemakai Lingkungan kraton, untuk dewasa
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Parang Barong yang sangat besar melambangkan keagungan dan kekuasaan,
Keseluruhan selain itu juga berarti permohonan agar selalu dipenuhi kebutuhan hidupnya
(Nitik Cakar) / mudah mencari nafkah
P. Nama & Arti Isen Isen ukel. Tidak ada arti khusus
Pola
Q. Nama & Arti Isen -
Latar
R. Apresiasi Jenis pola dengan ukuran yang sangat jarang dijumpai. Merupakan karya yang
Keseluruhan, Jiwa, sangat indah.
Kualitas,Kelangkaan
dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

4
A. Nomor Batik 5
B. Nama Pola Parang Barong Soklatan
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Barong yang seluruh bagiannya disoga termasuk latar belakang
mlinjonnya.
E. Pabrik Pembuat Perusahaan Batik “Trisni”, Surakarta
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1966
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses lorodan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses lorodan dengan kualitas batikan sedang, dengan inovasi pengerjaan,
antara lain ragam hias isen uceng dibiarkan tetap putih (Biasanya disoga).
Demikian pula klowong tempat mlinjonnya. Sedangkan latar mlinjonnya
disoga, ini jarang sekali ada.
K. Ciri Khusus Seperti karya – karya dari Perusahaan Batik “Trisni”, maka pada karya Ini
juga menampilkan inovasi – inovasi yang menarik.
L. Penggunaan Upacara – upacara adat, pesta – pesta
M. Pemakai Kalangan istana atau masyarakat umum. Dewasa
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Parang Barong 19 cm, dengan bagian – bagian lengkap, yaitu: mlinjon, mata
Keseluruhan Gareng, uceng, sirapan dan Bagongan
P. Nama & Arti Isen -
Pola
Q. Nama & Arti Isen -
Latar
R. Apresiasi Karya yang sangat langka. Adanya inovasi dalam pembuatannya menambah
Keseluruhan, Jiwa, menarik perkembangannya.
Kualitas,Kelangkaan
dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

5
A. Nomor Batik 6
B. Nama Pola Parang Barong Ukel Latar Hitam
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Barong 19 cm dengan bagian mata Gareng serta Bagongan nya diisi
ukel, sedangkan bagian sirapan dibuat latar hitam
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1966
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kereta Kencana
J. Keterangan Teknik Proses kerokan dengan kualitas batikan sedang, Namun dengan isen ukel
halus
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Upacara – upacara adat, pesta – pesta
M. Pemakai Kalangan istana maupun Sudagaran. Dewasa
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Parang Barong 19 cm, dengan bagian – bagian lengkap, yaitu: mlinjon, mata
Keseluruhan Gareng, uceng, sirapan dan Bagongan
P. Nama & Arti Isen -
Pola
Q. Nama & Arti Isen -
Latar
R. Apresiasi Karya yang sangat langka, dengan adanya isen ukel di bagian mata Gareng
Keseluruhan, Jiwa, dan Bagongan
Kualitas,Kelangkaan
dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

6
A. Nomor Batik 7
B. Nama Pola Parang Gondosuli
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Gondosuli dalam ukuran yang besar, 17 cm
E. Pabrik Pembuat Perusahaan Batik “Widjaja” Surakarta
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1966
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan dengan kualitas batikan sedang
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Upacara – upacara adat tradisi Jawa oleh keluarga bangsawan maupun
Sudagaran
M. Pemakai Kalangan kraton ataupun Sudagaran. Dewasa, lanjut usia
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Parang Gondosuli. Gondosuli adalah sejenis tumbuhan dengan bunga yang
Keseluruhan berbau harum
P. Nama & Arti Isen -
Pola
Q. Nama & Arti Isen -
Latar
R. Apresiasi Pola batik yang sangat kuna
Keseluruhan, Jiwa,
Kualitas,Kelangkaan
dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

7
A. Nomor Batik 8
B. Nama Pola Parang Pamor
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Pamor dengan ukuran 40 cm
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1950
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses lorodan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses lorodan dengan kualitas batikan sedang. Riningan agak
kasar
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Upacara – upacara adat di lingkungan kraton
M. Pemakai Keluarga raja, keluarga bangsawan, terutama pria
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Parang Pamor melambangkan citra penuh kewibawaan dan
keagungan
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Dalam ukuran ini sangat langka, namun kualitas produk kurang
Kualitas,Kelangkaan dsb bermutu
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

8
A. Nomor Batik 9
B. Nama Pola Parang Barong
C. Daerah Yogyakarta
D. Penjelasan Umum Parang barong Yogyakarta berukuran 40 cm, dengan modifikasi
pada latar mlinjon, sebagian ditembok /berwarna putih dan bentuk
ragam hias isen uceng yang dibuat lebih panjang
E. Pabrik Pembuat Perusahaan Batik Sidho Asih, Yogyakarta
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1950
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Sintetis
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan dengan bahan pewarna sintetis memungkinkan
pencelupannya cepat, sehingga dapat dicegah adanya pecahan –
pecahan pada bagian tembokan / putih
K. Ciri Khusus Pola Yogyakarta dengan penampilan yang kaku (Lihat ragam hias
isen ucengnya)
L. Penggunaan Upacara – upacara Adat, Pesta –pesta
M. Pemakai Raja dan kalangan kraton, bangsawan, terutama pria, dewasa
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Parang Barong, parang yang besar, melambangkan kebesaran dan
kewibawaan
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Penampilan berbeda dari Parang Barong, sangat impresif dan
Kualitas,Kelangkaan dsb langka
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

9
A. Nomor Batik 10
B. Nama Pola Parang Barong
C. Daerah Yogyakarta
D. Penjelasan Umum Parang Barong Yogyakarta berukuran 33 cm, dengan bagian
lengkap, yaitu: mlinjon, mata Gareng, sirapan dan Bagongan.
E. Pabrik Pembuat Perusahaan Batik Puspa Nugraha
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1950
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Sintetis
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan yang dikerjakan sangat hati- hati, dan pengerjaan
celupan yang bagus, sehingga tidak ada pecahan meski bagian –
bagian tembokannya lebar
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Upacara – upacara dalam kraton antara lain: Grebeg Maulud,
Jumenengan, Pisowanan – pisowanan, Ngabekten dalam bentuk
Dodot
M. Pemakai Hanya dipakai oleh raja
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Parang Barong, parang yang besar, melambangkan kebesaran dan
kewibawaan
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Parang Barong yang sangat langka. Hanya boleh dikenakan oleh
Kualitas,Kelangkaan dsb raja, karena ukurannya. Saat ini di luar kraton dapat dipakai Oleh
masyarakat umum. Pembuatannya sangat sulit, terutama pada garis
tipis yang membatasi bagongan dan sirapan.
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

10
A. Nomor Batik 11
B. Nama Pola Parang Pamor
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Pamor 20 cm
E. Pabrik Pembuat Perusahaan Batik Puspa Nugraha
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1950
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan
K. Ciri Khusus Ukuran lebih besar dari yang biasanya (8 cm)
L. Penggunaan Khitanan, lamaran, upacara-upacara adat lainnya kecuali
perkawinan, pesta-pesta.
M. Pemakai Lingkungan kraton, kerabat raja, khususnya pria.
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Parang pamor melambangkan citra penuh kewibawaan dan
keagungan
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Parang pamor yang bagus dan langka dijumpai dalam ukuran ini
Kualitas,Kelangkaan dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

11
A. Nomor Batik 12
B. Nama Pola Parang Rusak Gurdha, Sudagaran
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Parang Rusak yang ragam hiasnya sudah tidak menurut pakem.
Kemungkinan dibuat di daerah /desa – desa pinggiran, dan
disesuaikan dengan selera setempat oleh masyarakat pedagang.
Perubahan terlihat pada ragam hias mlinjon dan uceng nya, juga
bentuk gurdhanya
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1950
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses Kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan kasar
K. Ciri Khusus Bentuk mlinjon dan uceng yang sangat berbeda. Uceng diganti
dengan cecek rembyang
L. Penggunaan Sehari – hari
M. Pemakai Kalangan saudagar, petani
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Parang Rusak, yang asli adalah pola Parang yang diciptakan oleh
Raja Mataram Pertama Panembahan Senopati yang menandai
keadaan saat beliau bermeditasi di Pantai Selatan, dari Parang
Kusuma sampai desa Dlepih, penuh dengan tebing – tebing
pegunungan yang rusak terhempas ombak.
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Inovatif, namun pengerjaannya sangat kasar, kurang teliti.
Kualitas,Kelangkaan dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

12
A. Nomor Batik 13
B. Nama Pola Lung – lungan Kanthil
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Lung – lungan Kanthil yang dibuat dengan teknik Wonogiren
(Pecahan)
E. Pabrik Pembuat Puspa Nugraha
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1966 – 1970
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses lorodan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kereta Kencana
J. Keterangan Teknik Proses Lorodan dengan pecahan – pecahan / Wonogiren yang pada
periode tahun – tahun tersebut sangat digemari konsumen. Tingkat
batikan edang
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Sehari – hari dan resmi
M. Pemakai Umum, terutama masyarakat saudagar
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Lung – lungan Kanthil melambangkan harapan agar selalu diingat,
dalam Bahasa Jawa “kanthil” / menempel .
P. Nama & Arti Isen Pola Isen pola pada bunga kanthilnya disebut cecek Rembyang. Tidak
ada arti khusus
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Akan tampil sangat cantik bila dikerjakan dengan batikan halus.
Kualitas,Kelangkaan dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

13
A. Nomor Batik 14
B. Nama Pola Gedhegan
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Gedhegan adalah salah satu isen latar yang sangat populer, namun
disini ditampilkan sebagai pola induk. Pada saat berkembangnya
batik Belanda, isen latar ini sangat banyak digunakan selain isen –
isen latar lainnya, seperti gringsing, sisik, galaran, blanggreng dan
lain – lainnya
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1950
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan, dengan batikan halus,dan pengerjaan yang teliti
(Tanpa pecahan wedelan)
K. Ciri Khusus Pewarnaan sangat rata
L. Penggunaan Sehari – hari
M. Pemakai Umum, masyarakat Saudagar
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Gedhegan, tanpa arti khusus, hanya dekoratif. Gedhegan berarti
menyerupai gedheg, yaitu dinding rumah rakyat kebanyakan yang
terbuat dari dinding bambu. Ragam hias ini adalah bentuk
anyaman dari dinding bamboo tersebut.
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Gagasan yang inovatif dan jarang dari para saudagar.
Kualitas,Kelangkaan dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

14
A. Nomor Batik 15
B. Nama Pola Soca
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Pola Batik yang tergolong baru, muncul dan terkenal sejak
dikembangkannya teknik babaran Wonogiren. Sejak Tahun 1950
oleh masyarakat batik ditampilkan pola – pola yang terdiri dari
benda – benda yang ada di sekitar kita, maupun ragam hias daerah
seperti Sandang Pangan, Api Revolusi dan sebagainya
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses Kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kereta Kencana
J. Keterangan Teknik Proses kerokan, dengan tingkat batikan sedang. Teknik
Wonogirennya cukup rapi.
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Sehari – hari
M. Pemakai Umum, masyarakat Saudagar
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Soca adalah “Mata” dalam bahasa Jawa halus (Krama Inggil), yang
dimaksudkan di sini adalah mata yang terdapat pada pokok kayu
Jati, terlihat dengan garis – garis umur dari pokok jati tersebut.
P. Nama & Arti Isen Pola Cecek dan sawut
Q. Nama & Arti Isen Latar Pola yang unik yang menambah khasanah pola batik Indonesia
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Gagasan yang inovatif dan jarang dari para saudagar.
Kualitas,Kelangkaan dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

15
A. Nomor Batik 16
B. Nama Pola Gringsing Byur
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Gringsing merupakan salah satu isen latar. Namun disini
ditampilkan sebagai pola induk, sejak saat berkembangnya batik
Belanda di tahun – tahun 1840 – 1910, dengan bentuk yang
bermacam – macam, misalnya persegi, seperti kipas atau ukuran
yang besar.
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1950
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan, dengan pengerjaan yang sangat teliti dan batikan
yang cukup halus. Kualitas lilin batik yang bagus, sehingga tidak
ada pecahan – pecahan, baik pada wedelannya (Biru) maupun
soganya.
K. Ciri Khusus Terdapat Lubang / sobek
L. Penggunaan Sehari – hari, pesta
M. Pemakai Umum, masyarakat Saudagar
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Gringsing Byur (Seluruh bidang menampilkan isen latar
Gringsing). Gringsing merupakan stilisasi sisik ikan
P. Nama & Arti Isen Pola -
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Karya yang indah dan langka.
Kualitas,Kelangkaan dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

16
A. Nomor Batik 17
B. Nama Pola Lung – lungan Kepet Latar Kacang Kawak
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Kacang Kawak merupakan isen latar yang sangat kuna. Oleh
masyarakat Sudagaran di sini dipadukan dengan pola induk berupa
lung – lungan dengan kepet (=Kipas) yang ditampilkan dengan
teknik tribusana.
E. Pabrik Pembuat Ken Dedes
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses lorodan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses lorodan, dengan batikan dan riningan yang cukup halus dan
teliti.
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Sehari – hari, upacara masyarakat Sudagaran dan umum
M. Pemakai Umum, masyarakat saudagar
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Lung – lungan Kepet Latar Kacang Kawak, tidak ada arti khusus
P. Nama & Arti Isen Pola Kacang kawak = Kacang yang sudah sangat tua. Isen pola cecek
rembyang, cecek telu, cecek ukel dan cecek.
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Karya Sudagaran yang bagus dengan penampilan isen latar yang
Kualitas,Kelangkaan dsb pengerjaannya sangat teliti
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

17
A. Nomor Batik 18
B. Nama Pola Ratu Ratih Ukel
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Ratu Ratih merupakan pola lung – lungan. Pada pola ini diberi isen
latar ukel. Merupakan pola dari Pura Mangkunegaran.
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kupu (Jepang)
J. Keterangan Teknik Proses kerokan, dengan tingkat batikan halus dan pencelupan soga
alam yang sempurna
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Pernikahan, upacara tujuh bulanan (Jawa= Mitoni), upacara –
upacara tradisi lainnya
M. Pemakai Lingkungan Kraton, umum
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Ratu Ratih melambangkan ratu dan patih, Dewa Kamajaya dan
dewi Kamaratih (Dua sosok yang selalu berdampingan dan tidak
terpisahkan), karenanya dikenakan pada upacara pernikahan.
P. Nama & Arti Isen Pola Cecek, cecek rembyang, sisik melik, cecek byur dan sawut. Tidak
ada arti khusus.
Q. Nama & Arti Isen Latar -
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Pola yang sangat terkenal dari Pura Mangkunegaran, yang sangat
Kualitas,Kelangkaan dsb indah.
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

18
A. Nomor Batik 19
B. Nama Pola Lintang Trenggana
C. Daerah Surakarta
D. Penjelasan Umum Mulai dikenal lagi pada tahun – tahun 1965, pada saat yang
bersamaan dengan merebaknya batik – batik Wonogiren.
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses kerokan
H. Bahan Pewarna Alam
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kereta Kencana
J. Keterangan Teknik Proses kerokan, dengan tingkat batikan sedang.
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Sehari – hari
M. Pemakai Umum, masyarakat Saudagar
N. Bentuk Kain Panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Lintang Trenggana dengan pola induk berbagai stilisasi burung dan
bintang dan bulan. Pada latarnya dihiasi tebaran kembang jeruk
sebagai isen latar. Tidak memiliki arti khusus.
P. Nama & Arti Isen Pola Cecek, cecek pitu, sisik, cacah gori, sawut, sisik melik,
Q. Nama & Arti Isen Latar Kembang Jeruk
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Pola dengan tampilan khusus karena pengaturan ragam hiasnya
Kualitas,Kelangkaan dsb yang berbeda. Pola ini merupakan pola yang sangat terkenal di
Surakarta.
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

19
A. Nomor Batik 20
B. Nama Pola Semen Cuwiri
C. Daerah Yogyakarta
D. Penjelasan Umum Semen Cuwiri dengan pola seperti ini terdapat baik di Yogyakarta
maupun Surakarta dari jenis batik Sudagaran. Dilihat dari batikan di
kedua sisi yang tampak sangat sama, karya ini adalah buatan
Yogyakarta. (Terusannya sama dengan reng – rengannya, hal
tersebut merupakan salah satu ciri khas batik tulis Yogyakarta)
E. Pabrik Pembuat -
F. Tahun Pembuatan ± tahun 1965 – 1970
G. Teknik Pembuatan Tulis, Proses lorodan dengan granitan
H. Bahan Pewarna Sintetis
I. Jenis Bahan Mori Primisima, Cap Kereta Kencana
J. Keterangan Teknik Proses lorodan dengan teknik granitan (= Selain dirining Juga
diterapkan cecek diseluruh Klowongannya) dengan batikan yang
halus. Granitan ini banyak didapati pada produk batik Sudagaran.
K. Ciri Khusus -
L. Penggunaan Sehari – hari
M. Pemakai Masyarakat Sudagaran, umum
N. Bentuk Kain panjang
O. Nama & Arti Keseluruhan Semen Cuwiri. Cuwiri nama sejenis burung. Pola ini dari kelompok
Semen, namun dengan ragam hias pokok yang tidak lengkap. Disini
hanya terdapat empat macam, yaitu meru, garuda, burung dan
binatang (seharusnya delapan macam). Penciptaan pola Semen
Rama oleh Sinuhun PB IV ini diilhami dari cerita Ramayana. yaitu
pada saat Prabu Rama Wijaya memberikan wejangan kepada
Gunawan Wibisana (Adik Prabu Dasamuka raja Alengka) ketika
akan menjadi raja menggantikan kakaknya. Wejangan tersebut
dikenal dengan nama Hasta Brata (Hasta= Delapan). Dalam pola
Semen Rama, ke delapan ajaran tersebut disimbolkan dengan
delapan macam ragam hias pokok /utama dari pola tersebut, yaitu:
1. Meru, berupa bentuk gunung atau awan. Melambangkan
ajaran bersifat adil kepada sesama. Disebut ajaran Yamabrata
2. Garuda, berupa ragam hias lar. Merupakan ajaran keteguhan
hati dalam melangkah seperti halnya matahari menyinari
Bumi. Disebut ajaran Suryabrata
3. Pohon Hayat, berupa ragam hias bentuk tumbuhan atau
pohon hayat, sebagai ajaran untuk memberikan darma

20
kepada rakyatnya / kemakmuran. Disebut ajaran Indrabrata
4. Lidah Api, berupa ragam hias bentuk lidah api, yang
melambangkan kekuatan untuk menumpas angkara murka
dan melindungi kaum yang lemah, yang ditampilkan dengan
bentuk lidah api tau Cemukiran. Disebut ajaran Agnibrata.
5. Kapal, joli, bangunan, melambangkan watak pemaaf, seperti
ungkapan bahasa jawa “Jembaring samudra Pangaksama”,
dilambangkan dengan ragam hias yang ada kaitannya dengan
air / samudra, misalnya naga, kapal. Disebut ajaran
Barunabrata.
6. Pusaka, melambangkan watak dapat menghargai rakyatnya
dengan anugerah. Disebut ajaran Danabrata.
7. Binatang, melambangkan watak pemberi “Pepadhang”
kepada mereka yang sedang dalam kesusahan atau kesulitan.
Dilambangkan dengan ragam hias binatang. Disebut ajaran
Sasibrata.
8. Burung, melambangkan watak keluhuran budi dan
kedudukan yang tinggi, namun tidak memiliki sifat “Aja
Dumeh Kuwasa”. Dilambangkan dengan ragam hias burung
atau “Iber – iberan”. Disebut ajaran Bayubrata.
Keterangan: Tidak semua pola yang termasuk pola semen selalu
memiliki ke delapan ragam hias pokok tersebut, ada yang hanya
tiga, empat, lima, enam, tujuh. Namun untuk disebut Semen harus
memiliki ragam hias yang bernama “Meru” dari mana kata Semen
berasal.
Meru adalah singkatan nama gunung “Mahameru”, gunung tertinggi
dalam ajaran agama Hindu, tempat bersemayamnya para dewa.
Gunung terdiri dari tanah dimana tumbuhan bersemi. Dari kata semi
inilah diperoleh kata Semen. Karenanya ragam hias “Meru”
berbentuk seperti gunung, dan merupakan ciri dimana sebuah pola
batik dapat disebut Semen.
P. Nama & Arti Isen Pola Cecek, cecek pitu, cecek kepyur, cecek rembyang
Q. Nama & Arti Isen Latar Isen latar disebut mrutu sewu. Tidak ada arti khusus
R. Apresiasi Keseluruhan, Jiwa, Karya yang bagus baik batikan maupun pengerjaannya..
Kualitas,Kelangkaan dsb
S. Asal Koleksi Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T. Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U. Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

21
A Nomer Batik 21
B Nama Pola Babon Angrem Latar Galar
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola babon Angrem dengan latar galar soklatan
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1960-1965
G Teknik Pembuatan Tulis, proses lorodan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori Primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses lorodan dengan galaran soklatan (tanpa adanya garis-garis wedelan
pada galarnya. Sebelum diwedel latarnya ditembok seluruhnya, baru
setelah dilorod dibuat galarnya). Kualitas batikan sangat kasar.
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Sehari-hari, upacara 7 bulanan
M Pemakai Umum, masyarakat saudagar
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Babon Angrem melambangkan kesabaran dan kasih sayang seperti ayam
Keseluruhan betina yang sedang mengerami telurnya
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek, sawut, cecek rembyang, cecek sawut, dan sisik melik. Tidak ada
arti khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar Galaran, tidak ada arti khusus.
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat jarang
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

22
A Nomer Batik 22
B Nama Pola Semen Rama
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Semen rama merupakan pola Surakarta yang diciptakan oleh Sunan Pakoe
Boewono IV, yang merupakan pola batik yang menampilkan ajaran Hasta
Brata setelah beliau mengangkat putranya sebagai putra mahkota, agar
selalu ingat makna ajaran tersebut yang berisi ajaran keutamaan yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin (Penjelasan selengkapnya lihat lampiran).
Pola Semen Rama dengan ragam hias lengkap.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1960-1965
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses Kerokan dengan kualitas batikan halus. Ragam hias pokoknya
ditampilkan dengan bentuk yang beragam
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Berbagai upacara adat Jawa, terutama upacara perkawinan. Dengan arti
filosofis selain kedua mempelai diharapkan akan memiliki ke-delapan sifat
luhur dari seorang pemimpin, juga agar cinta mereka langgeng seperti
Rama dan Sinta
M Pemakai Kalangan Istana, umum, saudagar
N Bentuk Kain Panjang
O Nama dan Arti Semen Rama (arti lihat lampiran)
Keseluruhan
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek, cecek pitu, cecek kepyur, sawut, sisik melik, cecek sawut. Tanpa
arti khusus
Q Nama dan Arti Isen Latar Ukel. Tanpa arti khusus.
R Apresiasi Keseluruhan, Karya yang indah dengan pengerjaan dan batikan yang sesuai.
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

23
LAMPIRAN:

Penciptaan pola Semen Rama oleh Sunan Pakoe Boewono IV ini diilhami dari cerita Prabu Ramawijaya
yang memberikan wejangan kepada Raden Gunawan Wibisana, adik Prabu dasamuka, saat akan menjadi
raja. Wejangan tersebut kemudian dikenal dengan nama Hasta Brata (Hasta:delapan). Dalam pola Semen
Rama, ke-delapan ajaran tersebut disimbolkan dengan delapan macam ragam hias pokok/utama dari pola
tersebut, yaitu:

1. Meru (lihat tempelan nomer pada kain)


Berupa bentuk gunung atau awan, melambangkan ajaran bersifat adil kepada sesama. Disebut ajaran
Yamabrata.
2. Garuda
Berupa ragam hias lar, merupakan ajaran keteguhan hati dalam melangkah, seperti halnya matahari
menyinari bumi. Disebut ajaran Suryabrata
3. Pohon Hayat
Berupa ragam hias bentuk tumbuhan atau pohon hayat, sebagai ajaran untuk memberitakan darma
kepada rakyatnya/kemakmuran. Disebut ajaran Indrabrata.
4. Lidah Api
Berupa ragam hias bentuk lidah api yang melambangkan kekuatan untuk menumpas angkara dan
melindungi kaum yang lemah, yang ditampilkan dengan bentuk lidah api, atau cemukiran. Disebut
ajaran Agnibrata
5. Kapal, Joli, Bangunan
Melambangkan watak pemaaf seperti ungkapan bahasa Jawa: Jembaring Samudra Pangaksama,
dilambangkan dengan ragam hias yang ada kaitannya dengan air/samudra, misalnya naga, kapal.
Disebut ajaran Barunabrata.
6. Pusaka
Melambangkan watak dapat menghargai rakyatnya dengan anugerah. Disebut ajaran Danabrata
7. Binatang
Melambangkan watak pemberi “pepadhang” kepada mereka yang sedang dalam kesusahan atau
kesulitan. Dilambangkan dengan ragam hias binatang. Disebut ajaran Sasibrata
8. Burung
Melambangkan watak keluhuran budi dan kedudukan yang tinggi, namun tidak memiliki sifat “aja
dumeh kuwasa”. Dilambangkan dengan ragam hias burung atau “iber-iberan”. Disebut ajaran
Bayubrata.

KETERANGAN:

Tidak semua pola yang termausk pola Semen selalu memiliki ke-delapan ragam hias pokok tersebut, ada
yang hanya 3, 4, 5, 6, atau 7, namun untuk disebut pola semen harus memiliki ragam hias yang bernama
meru, dari mana kata Semen tersebut berasal. Meru adalah singkatan nama gunung Mahameru, gunung
tertinggi dalam ajaran Hindhu, tempat bersemayam para dewa. Gunung terdiri dari tanah dimana tumbuhan

24
bersemi. Dari kata semi inilah asal kata semen. Karenanya ragam hias meru berbentuk seperti gunung, dan
merupakan ciri dimana sebuah pola batik dapat disebut semen.

25
A Nomer Batik 23
B Nama Pola Lung-lungan Ayam Wana Kupu Sewu
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola Lung-lungan dengan stilisasi kupu yang sangat beragam dan
penempatan ragam hias ayam yang vertical, yang tidak lazim.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1960 - 1965
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan, dengan tingkat batikan halus
K Ciri Khusus Penempatan ragam hias ayam yang tidak lazim.
L Penggunaan Sehari-hari, pesta
M Pemakai Umum, masyarakat saudagar tua atau muda, dengan segala pangkat.
N Bentuk Kain Panjang
O Nama dan Arti Ayam Wana Kupu Sewu. Arti filosofinya diharapkan dapat memberikan
Keseluruhan daya tarik, karena ayam hutan memiliki daya tarik indah dan luwes dalam
alam lingkungannya.
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek, cecek pitu, cecek kepyur, cecek rembyang, sawut, sawut cecek,
sisik melik. Tanpa arti khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar Ukel
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat jarang, sangat impresif dengan ragam hias kupu dalam
Jiwa, Kualitas, berbagai bentuk dan indah dalam penempatan ragam hias ayam yang tidak
Kelangkaan, dsb lazim.
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

26
A Nomer Batik 24
B Nama Pola Lung Kusuma Kukila
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Jenis pola ciptaan baru dengan isen latar berupa paduan isen cacah gori
dan kreasi baru
E Pabrik Pembuat Sanijati
F Tahun Pembuatan +/- 1970
G Teknik Pembuatan Tulis proses lorodan
H Bahan Pewarna Sintetis
I Jenis Bahan Voilissima
J Keterangan Teknik Proses lorodan, dengan 3 kali celupan (wedelan, coklat muda dan sogan)
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Sehari-hari, acara-acara resmi
M Pemakai Umum, tua, muda
N Bentuk Bahan kemeja
O Nama dan Arti Lung Kusuma Kukila, tidak ada arti khusus
Keseluruhan
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek, cecek rembyang, cecek pitu, sisik, sungut, pari sewuli. Tidak ada
arti khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar Cacah gori, kitiran. Tidak ada arti khusus.
R Apresiasi Keseluruhan, Pola ciptaan baru.
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

27
A Nomer Batik 25
B Nama Pola Lung Wijayakusuma
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Bunga Wijayakusuma yang dirangkai dengan tangkai-tangkai kecil dengan
benang sari yang berdiri pada bentuk seperti ragam hias meru, sebagai
petunjuk bahwa bunga ini adalah bunga yang tinggi kedudukannya serta
pembawa keadilan. (Lambang meru dalam Hastabrata). Namun demikian
pola ini bukan dari kelompok semen meski ada ragam hias lar juga, tetapi
pola yang sangat tua.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1950
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses Kerokan, dengan batikan sedang, dan penyelesaian yang kurang
bagus, banyak bagian-bagian yang “remuk”
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Upacara-upacara adat, sehari-hari
M Pemakai Tua, muda, masyarakat saudagar
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Lung Wijayakusuma memberikan kehidupan dan keadilan
Keseluruhan
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek kepyur, cecek, cecek pitu, cecek rembyang, dan sawut. Tanpa arti
khusus
Q Nama dan Arti Isen Latar Ukel. Tanpa arti khusus.
R Apresiasi Keseluruhan, Saat ini pola ini jarang dijumpai, mungkin karena sulit pengerjaanya,
Jiwa, Kualitas, terutama isen sawutnya (=sawut urip)
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

28
A Nomer Batik 26
B Nama Pola Sidadrajad
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola Sidadrajad berkembang pada zaman pemerintahan Sinuhun PB III
sebagai perkembangan dari pola Wirasat. Perbedaannya bentuk
bertemunya ke-empat titik membentuk “dlima” sebagai modifikasi belah
ketupat dan terdiri dari pola-pola batik Sidamukti, Sidaluhur, Truntum, dan
Cakar, dengan kotak yang dibatasi oleh ragam hias sawut cecek
berhadapan. Sidamukti dan Sidaluhur adalah perkembangan dari pola
Sidamulya yang diciptakan pada zaman pemerintahan Sinuhun PB II
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1950
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan sedang
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Upacara-upacara adat (pernikahan, 7 bulan kehamilan, dll)
M Pemakai Dewasa, orang tua
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Sidadrajad melambangkan permohonan akan kehidupan yang dikaruniai
Keseluruhan derajad yang tinggi, sebagai rangkuman dari penyusunnya yaitu pola
mukti, mulya, mudah rezeki, dan bahagia.
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek, cecek sawut, cecek pitu. Tanpa arti khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Pola kuna yang tetap hidup karena arti filosofinya yang indah.
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

29
A Nomer Batik 27
B Nama Pola Ceplok Blibar (Lereng Blibar)
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Ceplok/Lereng Blibar merupakan pola yang sangat kuna. Menampilkan
sebuah bunga/buah dengan 8 helai mahkota bunga dalam tiga macam
tampilan ragam hias pokok. Sering disebut Lereng Blibar karena bunganya
juga disusun dalam format lereng.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1950
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan.
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan, dengan tingkat batikan halus.
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Sehari-hari
M Pemakai Muda, orang tua
N Bentuk Kain Panjang
O Nama dan Arti Ceplok/Lereng Blibar. Tidak ada arti khusus
Keseluruhan
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek rembyang, sawut, sungut, cecek pitu. Tidak ada arti khusus
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Meskipun sederhana, pola ini sangat indah
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

30
A Nomer Batik 28
B Nama Pola Tirta Teja
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Salah satu pola dari kelompok pola nitik, yaitu pola batik yang meniru pola
tenunan kain Patola dari Gujarat, India. Patola adalah wastra yang di Pulau
Jawa dikenal dengan nama cindhe. Dibatik dengan canting khusus yang
ujung paruhnya berbentuk bujur sangkar. Sentra batik yang terkenal
dengan batik Nitik adalah desa Wanakrama, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. Pola yang dikembangkan dari pola Patola ini menjadi sangat
banyak kebih dari 80 buah. Pola ini juga terdapat pada batik Yogyakarta.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1960
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses Kerokan dengan tingkat batikan halus dan pekerjaan kerokan yang
dikerjakan dengan teliti
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Sehari-hari
M Pemakai Umum, sudagaran
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Tirta Teja berarti air emas. Menampilkah stilisasi tetesan-tetesan air. Tanpa
Keseluruhan arti khusus
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek
Q Nama dan Arti Isen Latar Cecek kepyur
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat kuna
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

31
A Nomer Batik 29
B Nama Pola Tirta Tumetes
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola batik yang terdiri dari 5 ragam hias isen batik yang ditata dalam
format lereng
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1950
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan yang sangat halus
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Sehari-hari
M Pemakai Umum, sudagaran
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Melambangkan tetesan-tetesan air yang terdiri dari berbagai unsur yang
Keseluruhan bermanfaat bagi manusia. Isen yang merupakan pola induk terdiri dari
cecek, upan-upan, mata deruk, dan slimped.
P Nama dan Arti Isen Pola -
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat jarang, sangat sederhana, namun sangat impresif
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

32
A Nomer Batik 30
B Nama Pola Lereng Tirta Tumetes Gurdha
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola batik yang terdiri dari 10 ragam hias isen batik yang ditata dalam
format lereng, dipadu dengan ragam hias pokok gurdha berbentuk sawat.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1940
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Cent yang saat itu masih dapat diperoleh.
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan yang sangat halus dan pengerjaan
yang sangat teliti. Mori dengan kualitas yang sangat bagus dipadu dengan
komposisi lilin yang benar menghasilkan hasil batikan yang sempurna.
K Ciri Khusus Hasil batikan sangat utuh. Ada beberapa lubang.
L Penggunaan Sehari-hari, perhelatan
M Pemakai Umum, sudagaran
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Melambangkan tetesan-tetesan air yang terdiri dari berbagai unsur yang
Keseluruhan bermanfaat bagi kehidupan manusia yang ditampilkan dengan 10 macam
ragam hias isen batik, antara lain mata deruk, upan-upan, cecek, slimped,
canthel. Diperindah dengan sawat gurdha dalam bentuk yang sangat indah
dan batikan yang sempurna.
P Nama dan Arti Isen Pola Isen pola (pada gurdha )yang melambangkan kekuasaan, disini kekuasaan
Tuhan yang memberikan air bagi kehidupan manusia, terdiri dari cecek,
cecek kepyur, cecek rembyang, cecek pitu, sawut, dan ukel. Tanpa arti
khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Karya yang sangat indah, baik batikannya, polanya, dan arti filosofinya dan
Jiwa, Kualitas, sangat langka.
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

33
A Nomer Batik 31
B Nama Pola Truntum
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Truntum yang tersusun dari 7 ragam hias isen uceng. Bentuk ceplokannya
ini sangat bervariasi ada yang tersusun dari daung bunga, maupun ragam
hias mata deruk dan lain-lain, dengan jumlah selalu 7 buah. Truntum
Yogyakarta berbeda penampilannya.
E Pabrik Pembuat Wahyu Nugroho
F Tahun Pembuatan +/- 1960
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan halus
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Upacara perkawinan
M Pemakai Orang tua calon pengantin, pengantin putri saat midadareni
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Truntum mempunyai makna filosofis:
Keseluruhan  Tumbuh kembalinya cinta kasih
 Berkumpul kembalinya cinta
Jumlah uceng 7 buah melambangkan suatu permohonan pertolongan (7
dalam bahasa jawa artinya pitulungan atau pertolongan). Diciptakan oleh
permaisuri Sinuhun PB III G. K. R. Kencana ( G. K. R. Beruk). Periksa
lampiran.
P Nama dan Arti Isen Pola Mata deruk
Q Nama dan Arti Isen Latar Cecek dan cecek pitu
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sejak diciptakan selalu hadir dalam upacara-upacara adat sampai
Jiwa, Kualitas, saat ini
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

Lampiran Pola Truntum:

Pola yang diciptakan oleh G. K. R. Kencana ( G. K. R. Beruk) terjadi pada saat beliau diasingkan (istilah
jawa: dikebonkan) dari kraton dalem Sinuhun PB III. Dengan kesedihan dan keprihatinan yang mendalam,

34
beliau berusaha memohon kepada Allah YME pertolongan agar kesedihan yang dideritanya segera berlalu
dan mengisi hari-hari nya dalam pengasingan dengan membatik.

Pada hari pertama beliau membatik dan berdoa tersebut, Sinuhun PB III yang lewat di pesanggrahan beliau,
berhenti dan menyapa Kanjeng Ratu, yang sebelumnya tidak pernah terjadi, pola batik apa yang sedang
dibuatnya. Dijawab oleh Kanjeng Ratu bahwa pola tersebut belum beliau beri nama. Sejak hari itu dan setiap
pagi berikutnya Sinuhun selalu mengunjungi tempat Kanjeng ratu membatik.

Pada saat batikan selesai dan dibabar tiba-tiba raja berkenan memanggil kembali permaisuri untuk berada
kembali ke kraton dalem. Saat itu Kanjeng Ratu ingat bahwa pola batik ciptaannya belum diberi nama. Maka
diberinya nama pola Truntum yang berisi kisah yang terjadi pada beliau saat membatiknya hingga selesai.
Makna dari pola Truntum adalah:

 Tumbuh kembalinya cinta kasih Sinuhun pada dirinya


 Berkumpul kembalinya beliau dengan Sinuhun

35
A Nomer Batik 32
B Nama Pola Lereng Tirta Tumetes Gurdha
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola batik yang terdiri dari 2 ragam hias isen batik yang ditata dalam
format lereng, dipadu dengan ragam hias pokok gurdha berbentuk sawat.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1940
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Cent yang saat itu masih dapat diperoleh.
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan sedang
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Sehari-hari, perhelatan
M Pemakai Umum, sudagaran
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Melambangkan tetesan-tetesan air yang terdiri dari ragam hias isen cecek
Keseluruhan dan upan-upan. Diperindah dengan sawat gurdha yang melambangkan
kekuasaan. Disini adalah kekuasaan Tuhan yang memberikan air bagi
kehidupan manusia.
P Nama dan Arti Isen Pola Isen pola pada gurdha terdiri dari cecek, cecek rembyang, cecek pitu,
sawut, dan ukel. Tanpa arti khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat langka.
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

36
A Nomer Batik 33
B Nama Pola Ceplok Bokor Kencana
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola yang termasuk dalam kelompok ceplok ini terdiri dari ragam hias
yang berbentuk bokor dan di dalamnya terdapat ragam hias pokok gurdha
dan bunga setaman. Pinggiran bawah kain dihiasi dengan ragam hias isen
ukel yang ditata dalam format seperti pinggiran dalam format terang bulan,
yang mulai terkenal awal tahun 1950.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1960
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan sedang dan komposisi lilin yang
kurang bagus
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Sehari-hari, upacara-upacara tradisional, oleh tua maupun muda.
M Pemakai Lingkungan kraton, semua golongan pangkat, umum
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Bokor Kencana: Bokor adalah tempat air bunga sebagai kelengkapan
Keseluruhan upacara dan merupakan ampilan pada upacara raja. Sedangkan kencana
adalah emas. Arti filosofi dari pola ini adalah pengharapan agar diberi
kewibawaan dan keagungan. Diciptakan pada akhir abad 19, pemerintahan
Sinuhun PB IX
P Nama dan Arti Isen Pola Isen-isen pola terdiri dari cecek, cecek pitu, cecek rembyang, cecek
kepyur, dan sawut.
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang merupakan “gagrak anyar” atau jenis baru dari Kasunanan
Jiwa, Kualitas, Surakarta
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

37
A Nomer Batik 34
B Nama Pola Sidaluhur Sudagaran
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola yang termasuk dalam kelompok ceplok ini adalah hasil inovasi dari
pola Sidaluhur olah pengusaha batik Sudagaran. Batas segi empat yang
biasanya berupa deretan sawut cecek diganti dengan bentuk lung-lungan
dengan 3 bunga. Gurdha yang biasanya berada di dalam segi empat
ditempatkan pada titik pertemuan empat segi empat. Sedangkan 3 ragam
hias utama lainnya (rumah, binatang, dan tumbuhan) tetap ada di dalam
kotak. Seluruh pola yang ditampilkan dengan cecek disebut tekhnik
gedhong kosong, yang terdapat dalam produk-produk batik Sudagaran.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1960
G Teknik Pembuatan Tulis, proses lorodan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori prismissima, Cap Kereta Kencana
J Keterangan Teknik Proses lorodan, dengan tingkat batikan yang sangat halus dan teknik
gedhong kosong yang memerlukan kerapian dan kehalusan pembuatan
polanya yang semua terdiri dari cecek.
K Ciri Khusus Seluruh pola terdiri dari susunan cecek
L Penggunaan Sehari-hari, resmi
M Pemakai Kaum sudagar, umum.
N Bentuk Kain panjang kelengan
O Nama dan Arti Sidaluhur Sudagaran melambangkan permohonan agar diberi kehidupan
Keseluruhan yang luhur, yang dilambangkan oleh ke-empat ragam hias pokoknya, yaitu:
 Gurdha : kewibawaan dan kekuasaan
 Rumah : papan
 Binatang dan tumbuhan : melambangkan sandang pangan
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek, cecek rembyang, cecek kepyur, sisik melik, dan sirapan.
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Batik yang sangat langka. Hasil inovasi para saudagar.
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

38
A Nomer Batik 35
B Nama Pola Truntum Sri Kuncara Buntal Gurdha
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Dua macam pola batik yang dipadu menjadi satu. Disini seolah-olah pola
Truntum menjadi isen latar, sedangkan pola Sri Kuncara menjadi pola
pokok. Pada kenyataannya memang pola Sri Kuncara tidak pernah berdiri
sendiri, selalu ditampilkan dengan isen latar seperti gringsing atau sisik.
Dan yang sangat lazim adalah dipadukan dengan pola truntum sebagai isen
latarnya. Selain sangat indah, perpaduan kedua pola batik ini mempunyai
arti filosofi yang juga sangat indah, ditambah ragam-ragam hias lain yaitu
gurdha dan buntal.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1950
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan batikan halus.
K Ciri Khusus Pola Sri Kuncara yang dibuat berbeda dari biasanya dengan tambahan
gurdha dan buntal latar ukel.
L Penggunaan Upacara adat (pernikahan, 7 bulanan, dll)
M Pemakai Mempelai, orang tua mempelai
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Pola keseluruhan terdiri dari 2 buah pola batik: Truntum dengan arti
Keseluruhan filosofis tumbuh kembalinya cinta kasih dan berkumpul kembalinya cinta
sebagai isen latar dan Sri Kuncara dengan arti filosofi yang mengandung
harapan agar diberikan kehidupan yang lebih mulia sebagai pola induk.
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek, cecek pitu, cecek telu, sawut, dan kembang pacar.
Q Nama dan Arti Isen Latar Truntum dengan arti filosofi tumbuh kembalinya cinta kasih dan
berkumpul kembalinya cinta
R Apresiasi Keseluruhan, Pola ini memiliki pola induk Sri Kuncara yang berbeda dengan biasanya,
Jiwa, Kualitas, dengan adanya tambahan gurdha dan buntal dengan latar ukel, menjadikan
Kelangkaan, dsb pola ini pola yang langka.
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

39
A Nomer Batik 36
B Nama Pola Ceplok Ganggong Kolang Kaling
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola yang termasuk dalam kelompok Ganggong, merupakan pola tertua,
yang selalu ditandai dengan adanya ragam hias benang sari bunga
Ganggeng yang ditata bersilangan sebagai pusat atau pancer dari bentuk
segi empat dari sedulur papat lima pancer, sebuah lambing yang sangat
dihormati dalam filsafat Jawa.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1940
G Teknik Pembuatan Cap, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Cent (import dari Belanda)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan cap-capan dengan pengerjaan yang sangat teliti,
sehingga nampak seperti batik tulis.
K Ciri Khusus Karena morinya sangat tua, terdapat lubang-lubang pada bagian-bagian
tertentu pada batik ini.
L Penggunaan Sehari-hari
M Pemakai Umum, sudagaran segala usia
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Ceplok Ganggong Kolang Kaling menampilkan segi empat (empat titik)
Keseluruhan dengan pancer bunga ganggengnya, dari falsafah sedulur papat lima
pancer. Lihat Lampiran.
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sudah sangat jarang dijumpai
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

40
LAMPIRAN:

Sedulur papat lima pancer disebut juga sangkan paraning dumadi karena menggambarkan proses kelahiran
seorang bayi ke dunia. Sedulur papat terdiri dari:

1. Saat si ibu merasakan sakit saat akan melahirkan


2. Saat keluarnya air ketuban (air kawah) disebut kakang kawah, saudara tua dari si bayi karena lahir
lebih dahulu.
3. Saat lahirnya si bayi
4. Saat keluarnya placenta (ari-ari) disebut adi ari-ari, karena lahir setelah bayi lahir.

Pola batik yang menggambarkan ini adalah Pola Kawung. Terdiri dari empat lingkaran/elips yang
bersinggungan dengan pusatnya ditengah berupa ragam hias mlinjon sebagai pancernya. Pada umumnya,
pola ceplok melambangkan falsafah ini. Pola ceplok menggambarkan pola yang bertemu pada 4 titik
membentuk belah ketupat. Disebut juga Pancaniti, yang menggambarkan formasi saat sang raja mengadakan
prosesi. Dua menteri di depan dan dua menteri di belakang. Beliau ada di tengah-tengah sebagai pancer,
dimana raja sebagai hakim pangarsa, patih sebagai jaksa, pujangga sebagai panitera, senapati dan ulama
sebagai perimbangan keputusan.

Juga merupakan penataan letak desa zaman dahulu. Satu di tengah dan empat di depan dan belakangnya.
Bagi orang Jawa, keempat titik tadi merupakan tenaga alam semesta, purwa (timur, awal dari segalanya),
daksina (selatan, puncak dari kehidupan segalanya), pracuna (barat, terbenamnya matahari), dan untara
(utara, lambing berakhirnya suatu kehidupan di dunia). Keempat arah ini disebut Mancapat dalam
kebudayaan Jawa.

41
A Nomer Batik 37
B Nama Pola Sidamukti Bokor Kencana
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Berbeda dengan biasanya, pola Sidamukti di sini tidak ditampilkan dengan
bentuk belah ketupat, tetapi dalam bentuk bokor, dengan pinggiran yang
dihiasi ragam hias mata deruk bukan sawut cecek.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1940
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam, dengan kadar kayu tegeran yang lebih banyak pada komposisi warna
soganya, sehingga warna soganya cenderung kuning
I Jenis Bahan Mori Primissima, Cap Cent (Belanda)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan batikan yang sangat halus dan “lenggah”. Warna
soga yang kekuningan menunjukkan kadar soga yang banyak mengandung
kayu tegeran.
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Segala jenis upacara tradisional
M Pemakai Muda dan dewasa. Baik di dalam kraton, sudagaran, maupun umum.
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Sidamukti Bokor Kencana. Bokor adalah alat untuk upacara di dalam
Keseluruhan kraton, yang biasa dibawa oleh abdi dalem putri. Oleh karenanya
merupakan lambang yang sangat dihormati. Melambangkan permohonan
agar dikaruniai kehidupan dengan kedudukan yang tinggi dan
nafkah/rezeki yang melimpah (=”mukti”). Dilambangkan dengan 4 buah
ragam hias utama:
1. Garudha (dalam bentuk sawat ), lambing kekuasaan/keluhuran
2. Joli/ rumah, lambing papan, tempat tinggal
3. Tumbuhan, lambang sandang
4. Binatang, lambang pangan
P Nama dan Arti Isen Pola Cecek, cecek kepyur, cecek pitu, sawut, sirapan, cecek telu, dan mata
deruk. Tidak ada arti khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar Ukel
R Apresiasi Keseluruhan, Batik yang sangat indah baik pola maupun pengerjaannya. Batikan sehalus
Jiwa, Kualitas, ini saat ini sangat jarang dijumpai. Sayang di beberapa tempat terdapat
Kelangkaan, dsb pecah-pecah saat diwedel (dicelup warna biru tua).
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)
42
A Nomer Batik 38
B Nama Pola Ceplok Mlathi Rinonce
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola ceplok dengan pola yang sangat tua. Perpaduan antara bunga melati
dan kembang keruk yang ditampilkan dalam pola ceplok ini, sangat
sederhana, namun indah.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1940
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori prismissima, Cap Cent (Belanda)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan batikan tingkat menengah
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Sehari-hari
M Pemakai Umum, sudagaran
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Ceplok Mlathi Rinonce, perpaduan antara bunga melati dan bunga jeruk.
Keseluruhan Melambangkan kesederhanaan namun indah dan wangi
P Nama dan Arti Isen Pola -
Q Nama dan Arti Isen Latar Kembang jeruk, melambangkan kesederhanaan
R Apresiasi Keseluruhan, Sudah sangat langka diperoleh karena sangat tuanya
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

43
A Nomer Batik 39
B Nama Pola Sekar Jagad
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola Sekar Jagad ini juga terdapat di Yogyakarta, karena merupakan pola
yang sangat dikenal masyarakat. Tersusun oleh pola-pola batik tradisional,
ragam hias pengisi dan ragam hias isen-isen. Dalam perkembangannya, ada
yang disusun dengan satu jenis kelompok pola, misalnya pola parang saja,
(Sekar Jagad Parang), pola ceplokan saja (Sekar Jagad Ceplok), atau pola
semen (Sekar Jagad Semen). Penampilannya yang indah tergantung pada
peletakan jenis pola-pola nya yang serasi, dimana penempatan pola latar
putih dan hitam seimbang.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1950
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan sebagian sedang, namun ada
bagian-bagian dengan batikan yang halus. Kelihatan demikian karena
banyak pola-pola dengan bagian-bagian klowongnya pecah-pecah. Banyak
kemungkinan pembatiknya banyak.
K Ciri Khusus Sebagian besar klowongnya pecah-pecah
L Penggunaan Upacara-upacara tradisional
M Pemakai Semua golongan dalam masyarakat, terutama bagi mereka yang sudah
lanjut usia
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Sekar jagad (=Bunga-bunga dunia). Diberi nama demikian karena terdiri
Keseluruhan dari bermacam-macam batik dan ragam hias isen latar tradisional yang
memiliki berbagai arti filosofi, sehingga secara keseluruhan merupakan
lambang berbagai ilmu. Arti filosofi pola ini secara keseluruhan adalah
pengharapan agar menjadi orang yang melebihi sesama (=pinunjul),
memiliki berbagai ilmu, berwatak luhur dengan pakarti utami. Karenanya,
biasanya dipakai oleh golongan tua yang telah memiliki berbagai
pengetahuan tentang kehidupan. Pola ini berkembang di Surakarta pada
akhir abad 18. Pada kain batik ini, pola penyusunnya adalah:
1. Gol. Parang: Parang Peniti, Parang Klithik, Parang Tuding, Parang
Sekar Pisang, Parang Centhung, Parang Baris, dan Parang Rusak.
2. Gol. Ceplok: Truntum, Kembang Jeruk, Madubrangta, Nitik Cakar,
Slobog (2 macam), Kawung Prabu, Ceplok Ganggong, Kawung

44
Picis, Limaran, Blanggreng (2 macam), Ceplok Kitiran, Sidamukti,
Jamblang (2 macam), Gedhegan, Kacang Kawak, Ceplok Sri
Wedari, Kawung Picis Cecek, Gedhegan Galar.
3. Gol. Lereng: Udan Liris (2 macam), Lereng Kerton
4. Lung-lungan dengan isen latar: gringsing, canthel, mrutu sewu,
galaran, sungut, kembang jeruk, sisik.
5. Gol. Semen: Semen Gabah Sinawur, Satriya Manah, Semen Prabu
6. Lung-lungan Urang Ayu
7. Masih banyak lagi yang merupakan fragmen dari suatu pola,
sehingga sulit ditentukan pola yang dimaksud.
P Nama dan Arti Isen Pola -
Q Nama dan Arti Isen Latar -
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat indah, yang memerlukan pengetahuan tentang pola untuk
Jiwa, Kualitas, membuatnya, bila diinginkan pola dengan semua arti filosofi.
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

45
A Nomer Batik 40
B Nama Pola Lintang Trenggana Buntal Gurdha
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Modifikasi dari pola Lintang Trenggana. Disini dipadukan dengan buntal
yang berupa untaian bunga dengan isen latar ukel dan ragam hias Gurdha
dalam bentuk Sawat (Garuda dengan kedua sayap dan ekor).
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1940
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan yang sangat halus, dapat dilihat dari
ragam hias isen sawutnya yang ditampilkan dengan sawut urip (sawut
hidup) yang sangat indah pada ekor gurdhanya, disamping bentuk sawat
gurdhanya yang sangat lenggah
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Upacara-upacara tradisional, sehari-hari
M Pemakai Dewasa, tua
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Lintang Trenggana Buntal Gurdha, melambangkan permohonan agar selalu
Keseluruhan diberi petunjuk/pencerahan seperti bintang-bintang menerangi dunia agar
menjadi orang yang luhur budinya.
P Nama dan Arti Isen Pola Isen pola: cecek, cecek rembyang, sawut cecek, sawut, cacah gori, sisik
melik. Tidak ada arti khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar Isen latar: cecek kepyur/mrutu sewu, kembang jeruk, cacah gori, dan cecek
pitu.
R Apresiasi Keseluruhan, Batik yang sangat indah yang dibuat dengan batikan yang saat ini sudah
Jiwa, Kualitas, sangat jarang dijumpai kehalusannya.
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

46
A Nomer Batik 41
B Nama Pola Cuwiri Mentul
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola ini terkenal dibuat oleh pembatik-pembatik dari desa Matesih atas
order dari Pura Mangkunegaran. Merupakan bentuk lain dari Semen
Cuwiri. (no. 20)
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1950
G Teknik Pembuatan Tulis, proses lorodan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses lorodan dengan tingkat batikan diatas sedang, namun dengan cecek
yang sangat halus dan teliti, dapat dilihat menyebar pada cecek kepyurnya
yang sangat rata jarak-jaraknya.
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Upacara-upacara tradisional, di kraton maupun umum
M Pemakai Dewasa
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Cuwiri mentul, termasuk kelompok semen, dengan ragam hias pokok
Keseluruhan penyusunnya berupa meru, garudha (dalam bentuk lar maupun sawat),
pohon hayat, rumah, binatang, burung, damparan, dan lidah api.Ragam
hias mentul nya ditata pada meru yang paling besar. Arti filosofi dari pola
ini sama dengan pola semen pada umumnya (Lihat penjelasan Semen
Rama)
P Nama dan Arti Isen Pola Isen pola: cecek, sawut cecek, sisik, cacah gori, cecek kepyur, sirapan, dan
sawut.Tidak ada arti khusus.
Q Nama dan Arti Isen Latar Cecek kepyur (disebut juga mrutu sewu)
R Apresiasi Keseluruhan, Pada pola Cuwiri mentul yang dibuat atas perintah Kraton Kasunanan
Jiwa, Kualitas, Surakarta atau Pura Mangkunegaran, bentuk-bentuk ragam hias pokoknya
Kelangkaan, dsb masih sangat pakem. Batik ini bentuk-bentuk ragam hias pokoknya sudah
disesuaikan dengan selera setempat, sehingga kelihatan kaku dan agak
kasar.
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

47
A Nomer Batik 42
B Nama Pola Sidadrajad
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola Sidadrajad adalah pengembangan dari pola Sidamulya, yang isinya
terdiri dari beberapa pola batik yaitu Truntum, Nitik Cakar, Sidaluhur, dan
Sidamulya sendiri. Perbedaan Sidadrajad dengan Wirasat adalah pada
bentuk kotaknya (disini bentuk delima) dan batas kotaknya bukan sawut
cecek yang berdampingan tetapi dua baris sawut cecek yang berhadapan,
dibatasi dengan deretan mata deruk diseling cecek telu. Pada pola ini pola-
pola penyusunnya adalah truntum, nitik (bukan cakar), sidaluhur, dan
sidamukti. Pola ini muncul pada +/- tahun 1800
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1945-1960
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan, dengan tingkat batikan halus dan pengerjaan yang teliti.
Dikerjakan dengan kualitas lilin batik yang sangat baik, yang
menghasilkan klowong yang utuh dan cecek-cecek halus yang tidak
rontok. (lepas lilinnya)
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Lingkungan kraton dan umum untuk upacara-upacara tradisional.
M Pemakai Dahulu hanya orang-orang tua dalam lingkungan kraton. Saat ini segala
usia dan selain di kraton, masyarakat umum pun juga menggunakannya.
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Sidadrajad, arti filosofi yang dikandungnya adalah melambangkan suatu
Keseluruhan pengaharapan agar dikaruniai suatu kehidupan yang bermartabat dan
mulia.
P Nama dan Arti Isen Pola Isen pola: cecek, sawut cecek, cecek telu, cecek pitu, uceng sawut, mata
deruk, sungut, cacah gori, dan sirapan.
Q Nama dan Arti Isen Latar Isen latar: cecek pitu, cecek kepyur, ukel.
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat tua, yang hingga saat ini banyak dilibatkan dalam
Jiwa, Kualitas, upacara-upacara tradisional, seperti pernikahan dan 7 bulan kehamilan.
Kelangkaan, dsb Batik ini sangat indah dan jarang ditemui saat ini batikan yang halus
seperti ini.
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)
48
A Nomer Batik 43
B Nama Pola Karonsih Puspa
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Karonsih Puspa ini adalah Karonsih batik kraton, sedangkan Karonsih
batik Sudagaran kedua burungnya ditampilkan tidak mengalami stilisasi
seperti ini demikian juga bunga-bunga dan pepohonan yang menyertainya.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1940
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Cent (Belanda)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan tingkat batikan halus namun proses girahan dan
penyogaannya kurang sempurna sehingga terdapat belang-belang disana-
sini, disamping bagian tembokannya kurang bersih.
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Upacara-upacara tradisional, sehari-hari
M Pemakai Lingkungan kraton, masyarakat umum, dewasa
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Karonsih Puspa melambangkan cinta kasih pria dan wanita yang indah
Keseluruhan seperti bunga
P Nama dan Arti Isen Pola Isen pola: cecek, cecek sawut, cecek pitu, sawut, sisik melik, cecek kepyur,
mata deruk, kembang suruh.
Q Nama dan Arti Isen Latar Isen latar: ukel
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat langka saat ini, dengan batikan yang halus dan indah
Jiwa, Kualitas,
Kelangkaan, dsb
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

49
A Nomer Batik 44
B Nama Pola Ceplok Taman Kedhaton
C Daerah Surakarta
D Penjelasan Umum Pola ceplokan ini sangat jarang. Disusun dengan konsep mancapat, dimana
segi empatnya dibatasi dengan rangkaian ragam hias ukel yang
melambangkan buntal. Lambang kedhaton atau kratonnya berupa garudha
dalam bentuk lar. Bunga-bunga dalam tamannya berupa stilisasi macam-
macam bunga yang dipadu dengan raja kupu/kupu yang terindah hiasan
sayapnya dan terbesar. Disamping bunga-bunga terdapat ragam hias lung-
lungan sebagai ragam hias pengisi.
E Pabrik Pembuat -
F Tahun Pembuatan +/- 1960-1965
G Teknik Pembuatan Tulis, proses kerokan
H Bahan Pewarna Alam
I Jenis Bahan Mori primissima, Cap Kupu (Jepang)
J Keterangan Teknik Proses kerokan dengan batikan yang sangat halus dan pengerjaan yang
sangat rapi dalam prosesnya.
K Ciri Khusus -
L Penggunaan Upacara-upacara adat tradisional, sehari-hari
M Pemakai Semua umur
N Bentuk Kain panjang
O Nama dan Arti Ceplok Taman Kedhaton menggambarkan keadaan kegembiraan, seperti
Keseluruhan keceriaan yang terdapat dalam taman yang berisi aneka bunga dan kupu-
kupu. Melambangkan kebahagiaan/kegembiraan.
P Nama dan Arti Isen Pola Isen pola: cecek, cecek sawut, kembang pacar, cacah gori, cecek
rembyang, uceng, ukel.
Q Nama dan Arti Isen Latar Isen latar: cecek kepyur dan stilisasi berbagai kuncup-kuncup bunga yang
bertaburan.
R Apresiasi Keseluruhan, Pola yang sangat luar biasa dengan batikan yang sempurna. Pola semacam
Jiwa, Kualitas, ini sangat jarang, karena kemungkinan adanya kesulitan dalam pembuatan
Kelangkaan, dsb buntal ukel nya yang memang jarang ada.
S Asal Koleksi Ibu Mieke Laksmiati Soedarso
T Pemilik Koleksi Ibu Hj. Ita Soedarso (Putri Alm. Ibu Mieke Laksmiati Soedarso)
U Deskripsi Oleh Toetti T. Soerjanto (Kurator Museum Batik Danar Hadi)

50

Anda mungkin juga menyukai