LP Nodul Tiroid
LP Nodul Tiroid
Sistem Penginderaan
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA Ny. R DIAGNOSA NODUL TIROID
DI POLIKLINIK THT RUMAH SAKIT TK. II PELAMONIA
MAKASSAR
Oleh:
Kelompok III
Ahmad Sayuti, S.Kep.
70900115081
( ) ( )
RESUME KEPERAWATAN
PADA Ny. R DIAGNOSA NODUL TIROID
DI POLIKLINIK THT RUMAH SAKIT TK. II PELAMONIA
MAKASSAR
Oleh:
Kelompok III
Ahmad Sayuti, S.Kep.
70900115081
( ) ( )
E. Klasifikasi
Mayoritas nodul tiroid bersifat asimptomatik. Sebagian besar pasien
dengan nodul tiroid dalam keadaan eutiroid, sementara itu 1% lainnya dalam
keadaan hipertiroidisme atau tirotoksikosis. Keluhan biasanya berasal dari
desakan pada leher atau nyeri jika terjai perdarahan spontan pada nodul.
Anamnesis tentang gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme sangat penting
untuk pasien dengan nodul tiroid, riwayat penyakit tiroid autoimun dalam
keluarga (misalnya Hashimoto thyroiditis, Graves’ Disease), karsinoma tiroid
dan Sindrom Gardner. Jenis-jenis nodul tiroid tercantum dalam tabel 1.
Nodul koloid adalah tipe tersering dan jarang berisiko menjadi
keganasan. Sebagian besar adenoma folikuler bersifat jinak, sebagian lagi
menunjukkan gambaran karsinona folikuler. Tiroiditis kadang bermanifestasi
dalam bentuk nodul (gambar 1). Karsinoma tiroid biasanya teraba sebagai
nodul soliter. Jenis terbanyak dari nodul tiroid ganas adalah karsinoma papiler
(gambar 2). Beberapa “red flags” yang mengindikasikan adanya keganasan
pada tiroid tercantum pada tabel 2.
G. Pemeriksaan Fisik
Anamnesis sangatlah pentinglah untuk mengetahui patogenesis atau
macam kelainan dari nodul tiroid. Perlu ditanyakan apakah penderita dari
daerah endemis dan banyak tetangga yang sakit seperti penderita (endemik).
Apakah sebelumnya penderita pernah mengalami sakit leher bagian depan
bawah disertai peningkatan suhu tubuh (tiroiditis kronis). Apakah ada yang
meninggal akibat penyakit yang sama dengan penderita (karsinoma tiroid tipe
meduler) (Tim penyusun, 1994). Pada status lokalis pemeriksaan fisik perlu
dinilai (Mansjoer, 2001)(APF):
1. jumlah nodul, diffusa atau terlokalisasi
2. Permukaan nodul rata atau noduler
3. konsistensi lunak atau padat
4. Mobilisasi, dapat digerakkan atau terfiksasi
5. nyeri pada penekanan : ada atau tidak
6. pembesaran gelenjar getah bening
Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher
bagian depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan
ludah. Diperhatikan kulit di atasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk,
ulserasi.
Walaupun palpasi adalah metode relevan dalam pemeriksaan fisik
kelenjar tiroid, namun hal ini tidak sensitif dan kurang akurat karena
tergantung pada keterampilan dan pengalaman pemeriksa. Nodul berdiameter
kurang dari 1 cm biasanya tidak teraba, kecuali jika nodul tersebut terletak
pada pars anterior kelenjar tiroid. Lesi yang lebih luas lebih mudah untuk
dipalpasi kecuali nodul yang terletak pada pars posterior kelenjar tiroid.
Selain palpasi kelenjar tiroid, pemeriksaan kelenjar limfe pada kepala-leher
sebaiknya dilakukan. Indikator keganasan tiroid adalah benjolan yang padat
dan terfiksasi, limfadenopati pada regio cervikal, diameter nodul lebih dari 4
cm atau suara serak. (APF)
Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada
tengkuk penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher
penderita.Pada palpasi harus diperhatikan:
1. lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau
keduanya)
2. ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam sentimeter)
3. konsistensi
4. mobilitas
5. infiltrat terhadap kulit/jaringan sekitar
6. apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada
bagian yang masuk ke retrosternal)
H. Diagnosis
Pada tahun 1996, organisasi Thyroid Nodule Task Force of the
American Association of Clinical Endocrinologists dan American College of
Endocrinology memformulasikan pedoman penatalaksanaan untuk pasien
dengan nodul tiroid. Formulasi ini dibuat sebagai evaluasi diagnosis dan
penatalaksanaan nodul tiroid. Gambar 3 adalah algoritma diagnostik dalam
penatalaksanaan nodul tiroid.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Evaluasi Laboratorium
Pemeriksaan TSH sebaiknya dilakukan pada pasien dengan
gejala hipotiroidisme atau tirotoksikosis (gambar 4). Jika kadar TSH dalam
batas normal, maka aspirasi nodul dapat dipertimbangkan. Jika level TSH
rendah, maka diagnosis mengarah ke hipertiroidisme. Sedangkan jika level
TSH meningkat, maka dapat ditegakkan suatu diagnosis hipotiroidisme.
Kadar kalsitonin diperiksa pada pasien dengan riwayat karsinoma tiroid
dalam keluarga. Tes fungsi tiroid sebaiknya tidak digunakan untuk
membedakan nodul tiroid jinak dan ganas. T4, antibodi antitiroid
peroksidase dan pemeriksaan tiroglobulin kurang bermakna dalam
menentukan apakah nodul tiroid bersifat jinak atau ganas, tetapi
pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis penyakit Graves atau tiroiditis
Hashimoto.
J. Penatalaksanaan
Setiap nodul tiroid yang dicurigai mengandung sel-sel kanker harus
ditatalaksana secara pembedahan oleh seorang ahli bedah yang
berpengalaman. Prosedur pembedahan kelenjar tiroid dinamakan
tiroidektomi. Sebagian besar keganasan tiroid dapat disembuhkan dan jarang
mengancam kehidupan. Setiap nodul tiroid yang tidak dihilangkan harus
dievaluasi secara teliti, melalui pemeriksaan nodul setiap 6-12 bulan atau
diobati dengan preparat levotiroksin untuk menekan pertumbuhan nodul.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identifikasi klien.
b. Keluhan utama klien.
1) Pre OP
Data subjektif
a) Pasien mengatakan takut akan di operasi
b) Pasien mengatakan dadanya berdebar debar
c) Pasien mengatakan malu dengan adanya benjolan di lehernya
Data objektif
a) Takikardi
b) Bola mata exopthalmus
c) Kulit basah, terus keluar keringat
d) Muka merah
e) Tremor
f) Terdapat benjolann di lehernya
2) Post OP
Data subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada area luka operasi
Data objektif : Pasien tampak terpasang drain di area luka operasi
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan
karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit gondok, sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
f. Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik
sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi,
pernafasan dan suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher
Pada klien dengan pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
Pada post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka
operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan
hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua
sampai tiga hari.
c. Sistem pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek
dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistem Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan
sakit.
e. Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam
lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan
dengan efek anestesi yang hilang.
f. Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi
otot.
g. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
h. Integritas ego
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil,
depresi.
i. Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,
makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid.
j. Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri orbital, fotofobia.
k. Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu
meningkat, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut
tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada
konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
B. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi partial
mekanik
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya obstruksi
trakeofaringeal
4 Ketidakseimbangan nutrisi 1. Nutritional status: Adequacy of nutrient 1. Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan 2. Nutritional Status : food and Fluid 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
3. Weight Control yang dibutuhkan pasien
Berhubungan dengan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Yakinkan diet yang dimakan
Ketidakmampuan untuk selama….nutrisi kurang teratasi dengan mengandung tinggi serat untuk mencegah
memasukkan atau mencerna indikator: konstipasi
nutrisi oleh karena faktor 4. Ajarkan pasien bagaimana membuat
biologis, psikologis atau 1. Albumin serum catatan makanan harian.
ekonomi. 2. Pre albumin serum 5. Monitor adanya penurunan BB dan gula
3. Hematokrit darah
DS:
4. Hemoglobin 6. Monitor lingkungan selama makan
- Nyeri abdomen 5. Total iron binding capacity 7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Muntah 6. Jumlah limfosit tidak selama jam makan
- Kejang perut 8. Monitor turgor kulit
- Rasa penuh tiba-tiba setelah 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, total
makan protein, Hb dan kadar Ht
DO: 10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor pucat, kemerahan, dan
- Diare
kekeringan jaringan konjungtiva
- Rontok rambut yang
12. Monitor intake nuntrisi
berlebih
13. Informasikan pada klien dan keluarga
- Kurang nafsu makan
tentang manfaat nutrisi
- Bising usus berlebih
14. Kolaborasi dengan dokter tentang
- Konjungtiva pucat
kebutuhan suplemen makanan seperti
- Denyut nadi lemah
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
5 Gangguan body image 1. Body image 1. Body image enhancement
berhubungan dengan: 2. Self esteem 2. Kaji secara verbal dan nonverbal respon
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien terhadap tubuhnya
Biofisika (penyakit kronis),
selama …. gangguan body image 3. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
kognitif/persepsi (nyeri kronis),
4. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
kultural/spiritual, penyakit, pasien teratasi dengan kriteria hasil:
kemajuan dan prognosis penyakit
krisis situasional,
1. Body image positif 5. Dorong klien mengungkapkan
trauma/injury, pengobatan
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan perasaannya
(pembedahan, kemoterapi,
personal 6. Identifikasi arti pengurangan melalui
radiasi)
3. Mendiskripsikan secara faktual pemakaian alat bantu
DS: perubahan fungsi tubuh 7. Fasilitasi kontak dengan individu lain
4. Mempertahankan interaksi sosial dalam kelompok kecil
- Depersonalisasi bagian
tubuh
- Perasaan negatif tentang
tubuh
- Secara verbal menyatakan
perubahan gaya hidup
DO :
Brunner & Suddarth, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume
2.EGC. Jakarta
Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga jilid 1. Media
Aesculapius : Jakarta.
Sudoyo Aru W dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi V.
Jakarta : Erlangga