LP Insulin DM
LP Insulin DM
PEMBERIAN INSULIN
A. Definisi
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans
kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan
kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan
lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin
menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber
energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati. Insulin
endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin eksogen
adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi.
B. Fungsi
Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara
suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung. Setelah
disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa ke seluruh
tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula darah (blood glucose)
dan merubah glucose menjadi energi.
C. Tujuan
Tujuan pemberian insulin pada diabetesi antara lain untuk mengontrol efek akut
dari diabetes, yaitu mencegah terjadinya hiperglikemia. Selain itu juga untuk
mencegah untuk terjadinya resiko akibat dari komplikasi dari diabetes yang lama
melalui regulasi diabetes yang optimal (Hansen, A Kirketerp, G., Ehrels, G.,
Nordentoft, E, 2007 ). Tujuan utama pemberian insulin adalah mempertahakan
kontrol glikemik dalam kondisi konstan setiap hari dan mencegah terjadinya
komplikasi diabetes lanjut.
Untuk mencapai kontrol glikemik yang optimal, sangat penting untuk memahami
bagaimana insulin diabsorbsi tubuh. Cairan insulin yang disuntikkan mengandung
hexamer yaitu 6 insulin yang bersama-sama berkaitan, secara fisiologis hexamer
bekerja untuk melanjutkan formasi dan penyimpanan granul insulin ke sel beta
pangkreas. Molekul dipecah ke bentuk dimer (2 molekul insulin yang diikat
bersama) dimana dipecah kembali menjadi monomer (1 molekul insulin) sehingga
bisa diambil ke aliran darah dan bisa digunakan oleh tubuh.
D. Anatomi Fisiologi Pemberian Insulin
Situasi paling ideal dalam terapi insulin ialah mempertahankan kerja insulin sesuai
fisiologinya. Kadar insulin yang paling tinggi di dalam darah ialah jika terjadi
hiperglikemia postprandial. Pada pasien IDDM, insulin mutlak diberikan sepanjang
hari sebelum makan. Sedangkan pada pasien NIDDM, harus diketahui kapan
terjadinya hiperglikemia postprandial dengan memprediksikan jenis makanan
yang akan dimakan sehingga dapat diberikan insulin sebelumnya.
Pasien NIDDM mengalami penurunan fungsi sel-sel beta secara perlahan, maka
awalnya akan terjadi hiperglikemia postprandial karena ketidakmampuan ma-
suknya glukosa ke dalam otot. Sedangkan jika telah berlangsung lama maka akan
terjadi peningkatan glukosa akibat kerja hepar yang berlebihan dalam proses
glukoneogenesis sehingga akan terjadi hiperglikemia meskipun pada keadaan
puasa.
E. Klasifikasi
Insulin kerja-singkat dan kerja-cepat merupakan larutan insulin zink kristal yang
regular ( injeksi insulin) yang biasa dilarutkan dalam buffer pada pH netral. Insulin
kerja singkat (yakni regular atau mudah larut ) biasanya harus diinjeksikan 30-45
menit sebelum makan (Dimitriadis and Gerich, 1983). Insulin regular juga dapat
diberkan secara intravena atau intramuscular. Setelah injeksi intravena,
konsentrasi glukosa darah menurun dengan cepat, yang biasanya mencapai titik
terendah dalam waktu 20-30 menit. Tanpa adanya pemberian infus insulin yang
terus-menerus, hormone akan segera menghilang, dan hormon yang regulasi
sifatnya berlawanan (glukagon, epinefrin, norepinefrin, kortisol, dan hormon
pertumbuhan) mengembalikan glukosa plasma ke konsentrasi awal dalam waktu
2-3 jam. Tanpa rasa adanya respons regulsi-berlawanan yang normal (misalnya,
pada pasien diabetes neuropati autonom), glukosa plasma akan tetap tersupresi
selama beberapa jam setelah pemberian bolus insulin 0,15 U/kg, karena kerja
insulin di sel lebih diperpanjang melebihi bersihannya dari plasma. Infus infus
insulin intravena dan bermanfaat untuk pasien ketoasidosis atau jika kebutuhan
insulin berubah secara cepat, seperti selama periode perioperatif, selama proses
persalinan dan pelahiran, dan situasi raat intensif.
Insulin di klasifikasikan sebagai insulin masa kerja pendek, masa kerja sedang
atau masa kerja panjang, berdasarkan waktu yang digunakan untuk mencapai
efek yang terjadi setelah pemberian suntikan. Insulin masa kerja pendek
mencapai kerja maksimal dalam waktu beberapa menit hingga 6 jam setelah
penyuntikan dan digunakan untuk mengontrol hiperglikemia postprandial. Insulin
masa kerja pendek juga digunakan untuk pengobatan intravena dan
penatalaksanaan pasien dengan ketosidpsis diabetik. Insulin masa kerja pendek
juga dapat dikombinasikan dengan insulin masa kerja panjang.
F. Jenis Insulin
Beberapa tipe jenis insulin yang dipakai sesuai dengan aksinya antara lain:
Indikasi : Pengobatan DM
Dosis : dosis sub kutan (SK) bersifat individual (1x/hari, dalam kombinasi
dalam obat antidiabetes oral)
Indikasi : Pengobatan DM
1. Waktu kerja insulin (onset), yaitu waktu mulai timbulnya efek insulin sejak
disuntikkan.
3. Lama kerja insulin (durasi), yaitu waktu dari timbulnya efek insulin sampai
hilangnya efek insulin.
G. Indikasi
H. Kontraindikasi
insulin yang diberikan lebih banyak dari dari yang dibutuhkan untuk metabolisme
glukosa akan menimbulkan reaksi hipoglikemia atau syok insulin, kondisi ini dapat
diatasi dengan memberikan gula peroral atau intravena dengan tujuan
meningkatkan pemakaian insulin. Pada keadaan dimana jumlah inslin tidak cukup,
gula tidak dapat dimetabolismekan sehingga terjadi metabolisme lemak,
pemakaian asam lemak (keton) untuk energi ketoasidosis.
J. Manfaat
Pelaksanaan :
1. Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian terapi injeksi insulin
(Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara pemberian, dan
pendokumentasian). Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan,
waktu kerja, dan masa efek puncak insulin, serta efek samping yang mungkin
timbul.
2. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
3. Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human
insulin.
4. Mengkaji riwayat medik dan riwayat alergi.
5. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau
penurunan jumlah jaringan.
6. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi insulin.
7. Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang telah
dimakan klien.
8. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur pemberian
injeksi insulin
9. Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan untuk klien
(berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).
10. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan,
inflamasi, atau edema.
11. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat
sebelumnya.
12. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab, dimulai dari
bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
13. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan kulit
pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
14. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara
lembut dan perlahan.
15. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
16. Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan jarum yang
sudah tertutup dengan tutupnya.
Craven,R.F & Hirnle,C.J (2007). Fundamental of Nursing: Human health and function
Sixth edition. Philadelphia. Lippincott William & Wilkins
Hansen, B., Kirketerp, G., Ehlers, G., Nordentoft, E. (2007). Evidence-based clinical
guidelines for injection of insulin for adults with diabetes melitus. 2nd edition. Danish
Nurses Organization. Denmark.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta. Salemba Medika