Anda di halaman 1dari 85

KONSEP MODUL ICU

1. PENGENALAN KEPADA STAFF

2. ORIENTASI UMUM
A. Latar Belakang Rumah Sakit
RS Pertamedika Sentul City merupakan hasil kerjasama antara PT Pertamina Bina Medika,
anak perusahaan Pertamina yang mengelola manajemen rumah sakit jaringan Pertamina dengan
perusahaan pengembang property PT Sentul Investindo. Dibangun diatas lahan seluas 1,25 hektare,
berlokasi di kawasan perumahan Sentul City, Bogor, Jawa Barat. Lokasi rumah sakit ini sangat
mudah ditemukan, karena terletak di jalan utama Jl MH Thamrin, yang menghubungkan exit toll
Sentul Selatan menuju perumahan Sentul City.
Rumah sakit ini akan menjadi rumah sakit bertaraf international dengan layanan unggulan
Cardiac Center dan Liver Center. RS. ini dirancang akan memiliki dua tower terpisah. Dimana
didalamnya akan memiliki ruang khusus untuk pelayanan jantung dan pelayanan liver.
RS.Pertamedika Sentul City akan menerapkan model pelayanan berbeda dengan rumah sakit di
Indonesia pada umumnya. Rumah Sakit ini berada di bawah manajemen PT Pertamedika Sentul
yang merupakan perusahaan joint venture antara PT Pertamina Bina Medika dan PT Sentul
Investindo yang didirikan pada tahun 2011. Rumah sakit ini memulai pelayanan melalui soft
opening pada tanggal 28 Oktober 2013, bersamaan dengan hari Sumpah Pemuda yang turut
memberikan makna bahwa Rumah Sakit Pertamedika Sentul City (RSPSC) merupakan rumah sakit
yang baru berdiri dengan semangat tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
kota Bogor dan sekitarnya.
RSPSC juga telah diresmikan oleh Presiden Direktur PT PERTAMINA, Ibu Karen
Agustiawan, bersamaan dengan peresmian Kilang Minyak CEPU di Blora Jawa Tengah melalui
siaran live streaming dari Jawa Tengah. RSPSC menyelenggarakan ceremony Grand Opening pada
tanggal 20 Januari 2014 yang dibuka serta diresmikan oleh Menko Kesra, Bapak Agung Laksono.
Pada Tahun 2017. RS Pertamedika Sentul City, diakuisisi oleh PT. EMTEK GROUP dan Rencana
nama Rumah Sakit akan diganti menjadi RS Elang Medica Corpora (EMC).
B. VISI MISI Rumah Sakit
VISI
 Menjadi Rumah Sakit pilihan pasien yang terpercaya, terkemuka dan unggul dalam bidang
penyakit hati dan jantung di Indonesia.
MISI
 Membangun institusi kesehatan yang berstandar internasional dan mendedikasikan diri untuk
pelayanan pasien excellent di segala bidang layanan dengan mengutamakan patient safety dan
semangat serta komitmen untuk memberi jaminan atas pelayanan kesehatan terbaik bagi
pelanggan melalui wellness program.
 Membangun dan mengembangkan jasa layanan kesehatan yang terpercaya, cost effective,
memenuhi harapan stakeholders terhadap kondisi keuangan yang baik dan berkesinambungan
serta memiliki tata nilai bisnis berbasis etika profesi dan tanggung jawab sosial.
 Membangun RS. yang menjadi pilihan bagi pasien, dokter dan karyawan yang berada di sentul
city, bogor dan sekitarnya karena memberikan service excellent kepada pelanggan dan
terkemuka dalam program unggulan khususnya menjadi pusat layanan terkemuka dalam
bidang penyakit hati dan jantung di Indonesia.
 Membangun sarana kesehatan yang menjadi pilihan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi tenaga ahli medis profesional kesehatatan.

C. Gambaran Umum ICU di RS Pertamedika Sentul City


Ruang ICU terletak di Lantai 3, kapasitas 8 bed dengan rincian,
 3 bed untuk ICCU,
 4 bed untuk ICU/HCU,
 1 bed Isolasi (tanpa hepafilter dan tekanan negative/positif)
 1 ruang spoolhook,
 Ruang linen
 Ruang Alkes / Obat-obatan
 Ruang Arsip dokumen
 Ruang Ganti Perawat
 Ruang Dokter
 Ruang Kasie
 Ruang Tunggu Pasien
D. Tata Tertib Penunggu dan Pengunjung
Berikut adalah tata tertib penunggu dan pengunjung pasien ruang HCU/ICU/ICCU RS.Pertamedika
Sentul City :
1. Patuhi Jam Kunjung ( Siang : pukul 11.00 – 12.00 WIB, Sore : pukul 18.00 – 19.00).
2. Ganti alas kaki dan memakai baju pelindung sebelum masuk ICU.
3. Cuci tangan dengan handrub sebelum masuk dan setelah keluar ICU
4. Keluarga pasien tidak diperkenankan menunggu di dalam ruangan
5. Hanya keluarga inti (Anak, suami, istri dan orang tua (jika pasien anak) ) yang boleh masuk ke
dalam ruang ICU pada saat jam besuk dan bergantian (maksimal 2 orang ). Pengunjung yang
lain dipersilahkan untuk melihat pasien melalui koridor jenguk.
6. Pengunjung < 12 tahun tidak diperkenankan masuk ICU.
7. Bila ada penjenguk yang sedang sakit dilarang masuk ICU
8. Dilarang mengambil foto atau merekam pasien dan lingkungan ICU degan kamera, ponsel atau
benda sejenis.
9. Dilarang menyentuh pasien, peralatan ICU dan tempat tidur atau benda sekeliling pasien.
10. Dilarang membawa makanan dan minuman ke ICU tanpa sepengetahuan Dokter dan perawat
11. Dilarang memasak di ruang tunggu.
12. Dilarang mencuci pakaian di kamar mandi/WC, wastafel yang berada di lingkungan RS
13. Dilarang membawa senjata tajam, senjata api.
14. Dilarang membawa barang berharga berupa perhiasan dan elektronika, jika terjadi
kehilangan/kerusakan tidak menjadi tanggung jawab Rumah Sakit.
15. Tas dan Asesoris Pribadi dilarang masuk ke ICU.
16. Pengunjung mengisi buku satpam.
17. Apabila di ruangan ICU sedang ada tindakan atau prosedur kepada pasien, keluarga pasien/
pengunjung pasien yang lain dilarang memasuki ruang ICU.
19. Pergantian penunggu dianjurkan untuk dilakukan pada waktu berkunjung dan diberitahukan
kepada perawat ruangan dan wajib meninggalkan nomor telepon yang bisa dihubungi..
20. Penunggu ikut menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan Rumah Sakit.
21. Penunggu yang diijinkan maksimal 2 orang di ruang tunggu dan harus memiliki kartu tunggu.
22. Kartu tunggu dapat diminta pada kepala unit/perawat di ruangan.
23. Dilarang membawa pulang fasilitas/peralatan milik Rumah Sakit.
24. Dilarang merokok, main kartu, main catur atau permainan lainnya di lingkungan Rumah sakit
Pertamedika Sentul City.
E. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi HAIs
HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari
pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari
rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah
pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Angka kejadian terus meningkat mencapai sekitar 9% (variasi3-21%) atau lebih dari 1,4 juta
pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.Kondisi ini menunjukkan penurunan mutu
pelayanan kesehatan. Tak dipungkiri lagi untuk masa yang akan datang dapat timbul tuntutan
hukum bagi sarana pelayanan kesehatan, sehingga kejadian infeksi di pelayanan kesehatan harus
menjadi perhatian bagi Rumah Sakit.
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang
berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas,
dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas
kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan peningkatan angka morbiditas, mortalitas,
peningkatan lama hari rawat dan peningkatan biaya rumah sakit.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk melindungi
pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat,
bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium,
Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga
perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Beberapa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan merupakan lahan praktik bagi
mahasiswa/siswa serta peserta magang dan pelatihan yang berasal dari berbagai jenjang
pendidikan dan institusi yang berbeda-beda. Tak diragukan lagi bahwa semua mahasiswa/siswa
dan peserta magang/pelatihan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penularan infeksi
dan akan beresiko mendapatkan HAIs. Oleh karena itu penting bagi mahasiswa/siswa, peserta
magang/pelatihan, termasuk juga karyawan baru memahami proses terjadinya infeksi,
mikroorganisme yang sering menimbulkan infeksi, serta bagaimana pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit. Sebab bila sampai terjadi infeksi nosokomial akan cukup
sulit mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten terhadap banyak antibiotika. Sehingga
semua mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan yang akan mengadakan praktik di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga karyawan baru yang akan bertugas harus
diberikan Layanan Orientasi dan Informasi (LOI) tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas penjamu, agen
infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi factor resiko pada
penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi
(HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:
1. Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi
hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara
umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi. Contoh
metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan
seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.
Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan
Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan
Standar) dan “Transmission based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan)
4. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap petugas
kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan
tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya.
Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.

a. Rantai Penularan Infeksi


Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata
rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang
diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.
Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis, atau load)
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan
kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir.
Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari
reservoir ke penderita (yang suseptibel).
Ada beberapa cara penularan yaitu :
a. Kontak (contact transmission):
1). Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara fisik
pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen.
2). Indirect/Tidak langsung (paling sering !!!): kontak melalui objek (benda/alat)
perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci
b. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar pendek, tdk
bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut
contoh : Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib), Virus
Influenza, mumps, rubella
c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak penyebaran jauh,
dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis,virus campak, Varisela (cacar
air), spora jamur
d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan
kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang rentan.
Contoh: air, darah, serum, plasma, tinja, makanan
e. Melalui Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat
menularkan kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun
kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu,
binatang pengerat
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang
suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. Faktor yang
mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas,
trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan. Sedangkan faktor lain yang
mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya
hidup, pekerjaan dan herediter.

F. Daftar Fasilitas Alkes/Obat di Ruang ICU

TROLLEY EMERGENCY
A PALING ATAS
Kode
No
Barang Nama Barang

1. E01A3231 15 mm Breathing System for Pediatric with Luer Elbow +Filta Therm
HMEFp+Filter+Paediatric catheter Mouth
2. E01A1598 3 Way Stopcock Terumo TSTR-2K
3 E01A2131 Abbocath 16 G Panjang - Terumo
4 E01A1497 Alkohol 70 % 100 ml
6. E01A1313 Alkohol Swab BD
7 E01A2571 Alkohol Swab Onemed
8 E01A3025 Apron CVKBG
9 E01A1730 Apron Film White
10 E01A1545 Apron Plastik
12. E01A3355 Aquapak Sterilis Wasser-Hudson
13. D20A0801 Asering Infus 500 ml
14. D17A0501 Atrophin Sulfas 0.25 mg Injeksi
15. E01A2654 Bacterial Filter
16. E01A1600 Basic Dressing Set
18. E01A2481 Benang Mersilk 2/0 W 2512 T
19. E01A1982 Benang Mersilk 2-0 W 327
20. E01A1983 Benang Mersilk 3-0 W 570
21. E01A1724 Benang Prolene 3-0 W 8684
22. E01A3223 Benang Prolene 5.0 Cutting W 8006 T
23. E01A1888 Benang Silkam 3/0 HR 26 Black 76041
24. D16H0202 Betadine 10 % Soln 30 ml
25. E01A1434 Betadine 30 ml
26. E01A1438 Betadine 55 mL
27. E01A1318 Bisturi 15
28. E01A1465 Blood Set Terumo
29. E01A1913 BLU Tracheostomy 7.5 Kit
30. E01A1914 BLU Tracheostomy 8 Kit
31. D20A0401 Calcii Gluconas 10 % Injeksi 10 ml
32. E01A3030 Cardio Gel 80 g
33. E01A2632 Certofix Duo V1220
34. E01A2902 Certofix Duo V720
35. E01A1707 Certofix Trio V720
36. E01A2931 Close Suction 12 FR 4.0mm (Covidien)
37. E01A1915 Close Suction 12 FR 4.0mm (Portex)
38. E01A3024 Connecting Tube CVKBG
39. D06C0110 Cortidex 5 mg/ml Injeksi
40. E01A1836 Descosept AF 1 L
41. D06C0102
Dexamethasone 5 mg/ml Injeksi (generik Phapros)
42. E01A2115 Disp Infusion Pump Biotek 100 ml
43. E01A2114
Disp Infusion Pump Dosifuser 100ml Leventon
44. E01A1634 Disp Syringe 1 cc Insulin 100 IU Terumo
45. E01A1633 Disp Syringe 1 cc Tuberculin Terumo
47. E01A3344 Disp Syringe 10 cc - Ciringe
48. E01A1620 Disp Syringe 10 cc Terumo
49. E01A1420 Disp Syringe 20 cc Terumo
50. E01A3318 Disp Syringe 3 cc - Ciringe
51. E01A1618 Disp Syringe 3 cc Terumo
52. E01A3319 Disp Syringe 5 cc - Ciringe
53. E01A1619 Disp Syringe 5 cc Terumo
55. E01A3346 Disp Syringe 50 cc - Ciringe
56. E01A1632 Disp Syringe 50 cc Cat Tip Terumo
57. E01A1631 Disp Syringe 50 cc Terumo
59. E01A3384
Disposible Pressure Transducer System 3 cc/hr/Flowrate Deltrans@II
60. E01A2139 Do care wash gloves tissue
61. D02A0303 Dobuject 250 mg/5ml Injeksi
62. D02A0402 Dopac 40 mg/ml Injeksi
63. E01A1466 ECG Electroda
65. E01A1969 ECG Electroda 3M
66. D02J0201
Epinefrin 1 mg/ml Injeksi (generik Ethica)
67. D02J0101
Epinefrin 1 mg/ml Injeksi (generik Phapros)
68. E01A1700
ETT Clear prof Soft Seal No 5 IDS (Kinking)
69. E01A1702
ETT Clear prof Soft Seal No 6 IDS (Kinking)
70. E01A1703
ETT Clear prof Soft Seal No 6.5 IDS (Kinking)
71. E01A1701
ETT Clear prof Soft Seal No 5.5 IDS (Kinking)
72. E01A1688
ETT Clear prof Soft Seal No 7 IDS (Kinking)
73. E01A1689
ETT Clear prof Soft Seal No 7.5 IDS (Kinking)
74. E01A1690
ETT Clear prof Soft Seal No 8 IDS (Kinking)
75. E01A1996 ETT No 5 Rusch
76. E01A2477 ETT No.4.5 Rusch
77. E01A1467 Extention Tube 150 cm Terumo
78. E01A1662 Extention Tube 75 cm Terumo
79. E01A3252 Filta Therm Filter (HME)
80. D20A1601 Fimahes Infus 500 ml
81. E01A2633 Flow Sensor Adult
82. E01A1495 Folley Catheter No 12 Rusch
83. E01A1647 Folley Catheter No 14 Norta
84. E01A1468 Folley Catheter No 18 Norta
85. E01A1830 Folley Catheter No. 10 Norta
86. E01A1779 Folley Catheter No. 16 Norta
87. E01A1831 Folley Catheter No. 20 Norta
88. E01A2899
Full Kit Nebulizer set salter Ref 8900 dewasa (1171)
89. D02H0101
Furosemide 10 mg/ml Injeksi (generik Indofarma)
90. D20A0602 Gelafusal 4 % Infus 500 ml
91. E01A1760 Gelang Dewasa Merah
92. E01A1762 Gelang Dewasa Putih
93. E01A1655
Gelang Pasien Ekonomis Dewasa Biru (Zebra)
94. E01A1654
Gelang Pasien Ekonomis Dewasa Pink (Zebra)
95. D20A0601 Gelofusine 4 % Infus 500 ml
96. E01A2859 Gigazym 2 L
97. E01A1692 Guedel Airways 100mm/ No 4 IDS
98. E01A1807 Guedel Airways 40mm/ No 000 IDS
99. E01A1808 Guedel Airways 50mm/ No 00 IDS
100. E01A1693 Guedel Airways 60mm/No 0 IDS
101. E01A1691 Guedel Airways 70 mm/No 1 IDS
102. E01A1938 Guedel Bening No 1 Rusch
103. E01A1939 Guedel Bening No 2 Rusch
104. E01A1940 Guedel Bening No 3 Rusch
105. E01A1941 Guedel Bening No 4 Rusch
106. E01A3007 Guedel no 4 Rusch
107. E01A3008 Guedel no 5 Rusch
108. E01A2646 H2O2 3% 1 Liter
109. E01A1240 Handscoon L ( Sensi gloves)
111. E01A2135 Handscoon L Free Powder @60
112. E01A1237 Handscoon M (Sensi gloves)
114. E01A2104 Handscoon M Free Powder @60
115. E01A1234 Handscoon S (Sensi Glove)
117. E01A2136 Handscoon S Free Powder@60
118. E01A1510 Handscoon Steril No. 6 Ansell Gammex
120. E01A2919
Handscoon Steril No. 6 - Ansell Gammex
122. E01A1304
Handscoon Steril No. 6,5 Ansell Gammex
123. E01A1300 Handscoon Steril No. 7 Ansell Gammex
125. E01A1305
Handscoon Steril No. 7,5 Ansell Gammex
127. E01A2872 Handscoon XS (Sensi gloves)
128. E01A1472 Hansaplast 1,25 x 1
129. E01A1473 Hansaplast 1,25 x 4,5
130. E01A1430 Hypavix 10 cmx5 cm
131. E01A1474 Hypavix 5 cm x 5 cm
133. E01A1476 Infus Set Anak Terumo
134. E01A1475 Infus Set Dewasa Terumo
135. D13C1102 Infusan D5 1/4NS Infus 500 ml (SP)
136. D13C0303 Infusan NS Infus 100 ml
137. D13C0305 Infusan NS Infus 500 ml (SP)
138. D20A0802 Infusan Ring As (SP) 500 ml
139. D13C1201 Infusan Ring AS Infus 500 ml (SP)
140. D02A0305 Inotrop 250 mg/10ml Injeksi
141. E01A1858 Intrafix Safeset Anak
142. E01A1706 Intrafix Safeset Dewasa
143. E01A1952 Intubation Stylet 2 / 4.0 Portex
144. E01A1954 Intubation Stylet 4.0 Bicakcilar
145. E01A1682 Intubation Stylet 5.0 IDS
146. D02M0901 Inviclot 5000 IU/ml Injeksi
147. D02B0503
Isosorbide Dinitrarate 5 mg Tablet (generik Indofarma)
148. E01A1792 IV Catheter Surflo W No 18 - Terumo
149. E01A1793 IV Catheter Surflo W No 20 - Terumo
150. E01A1794 IV Catheter Surflo W No 22 - Terumo
151. E01A2198 IV Catheter Surflo W No 26 Terumo
152. E01A2795 Jackson Rees Adult
153. E01A1710 Jackson Rees Pediatric
154. E01A2152 Jelly ECG 80ml
155. D13C0501 KA-EN 3A Infus 500 ml
156. D13C0601 KA-EN 3B Infus 500 ml
157. E01A1511 Kapas Bola 75gr
158. E01A1541 Kapas Lidi Waten Non Steril
159. E01A2174 Kasa Gold 7.5x10+Pouches@10
160. E01A2173 Kasa Gold 7.5x10+Pouches@5
161. E01A1898 Kasa Silver Plus 5 x 10 cm
162. E01A2172 Kasa Silver Plus 5x10+Pouches@5
163. E01A3295 Kasa Silver Plus 7.5x10+Pouches@10
164. E01A2936 Kasa X-Ray Plus 7.5x10+pouches@10
165. E01A1301 Kassa Steril Husada 16 x 16
167. E01A1482 Kassa Verban 10 cm
168. E01A2015 Kassa verban 5cm One Med
169. D02A0102 Kendaron 50 mg/ml Injeksi
170. E01A3251 Kertas ECG for MAC 800
171. E01A1638 Kondom Catheter M
172. E01A1637 Kondom Catheter S
173. E01A1639 Kondom. Catheter L
174. D02H0102 Lasix 10 mg/2 ml Injeksi
175. E01A1238 Leucocrepe 3"
176. E01A1236 Leucocrepe 4"
177. E01A1235 Leucocrepe 6"
178. E01A1650 Leukoplast 3x5 HP
179. E01A1520 Leukoplast 7.5 cm x 4.5
180. D17A0601 Lidocaine 2% injeksi (generik Berno)
181. D17A0602 Lidocaine 2% Injeksi (generik Phapros)
182. E01A1718 LMA Supreme SU # 3
183. E01A1905 Manometer CVP ScalePCS
184. E01A1877 Masker Anak Non Rebreathing
185. E01A1876 Masker Anak Rebreathing
186. E01A1874 Masker Dewasa Non Rebreathing
187. E01A1457 Masker Dewasa Rebreathing
188. E01A2099 Masker Karet ( Stardec )
189. E01A1384 Masker Karet Sensi Mask
191. E01A1453 Masker O2 Anak
192. E01A1452 Masker O2 Dewasa
193. E01A1383 Masker Tali Sensi Mask
195. E01A1906 Medifix Infuset G CVP
196. E01A2134 Medisafe Blood G TTIP -Terumo
197. E01A2133 Medisafe Lancet - Terumo
198. D06C0304 Medixon 125 mg/2 ml Injeksi
199. D20A1101 Meylon 8.4% Injeksi 25 ml
200. E01A1431 Micropore 0.5
201. E01A1486 Micropore 1"
202. E01A1256 Micropore 2
203. E01A2889 Microshield Handsrub 500 ml
204. E01A2890 Microshield Handwash 4 % 500 ml
205. E01A1642 Mortar 10 CM
206. E01A1648 Mortar 13 cm
207. E01A1444 Nacl 0,9 % 500 ml (p)
208. E01A3006 Nasal Canula Dewasa CVKBG
209. E01A1488 Nasal Canula O2 Anak
210. E01A1487 Nasal Canula O2 Dewasa
211. E01A3310
Nasal Oxygen Canula Soft Tip (Adult) - Fresco
212. E01A3311
Nasal Oxygen Canula Soft Tip (Pediatric) - Fresco
213. E01A1677 Nasoparingeal Airway No 6 IDS
214. E01A1678 Nasoparingeal Airway No 7 IDS
215. E01A1679 Nasoparingeal Airway No 8 IDS
216. E01A1626 Needle 18 G Terumo
218. E01A1627 Needle 21 G Terumo
219. E01A1628 Needle 23 G Terumo
220. E01A1423 Needle T 18 (P)
221. E01A1424 Needle T 21 (P)
222. E01A1840 Neoflon 26 G BD
223. E01A1740 North Tracheal Tube 7 IDS
224. E01A1741 North Tracheal Tube 7.5 IDS
225. E01A2796 Nutriline twinflo 2 FR sty mic
226. D20A0101 Otsu - D40 Infus 25 ml
227. D20A0501 Otsu - KCL 7,46 Injeksi 25 ml
228. D20A0202 Otsu - MgSO4 40 % Injeksi 25 ml
229. D13C0301 Otsu NS Infus 25 ml
230. D13C0105 Otsu-D5 5% Infus 500 ml
231. D13C0101 Otsu-D5 Infus 100 ml
232. D13C0302 Otsu-NS Infus 100 ml
233. D13C0304 Otsu-NS Infus 500 ml
234. D13C0201 Otsu-RL Infus 500 ml
235. D20A1201 Otsu-Salin 3 Infus 500 ml
236. E01A1838 Perfectan Endo 2 L
237. E01A1653 Perfursor 150 cm White
238. D03A0102 Phaminov 24 mg/ml Injeksi
239. D02L0703 Phytomenadione 10 mg/ml Injeksi
240. E01A1250 Povidon Iodine 60cc (p)
241. E01A1597 Presept Disinfectant 600 x 0.5
243. D02J0203 Raivas 4 mg/4ml Injeksi
244. E01A1684 Redax Drentech Compact
245. E01A3064 Sentinel Handrub 500 ml
246. E01A2652
Single Heated Wire System with Auto Fill Chamber
247. E01A1966 Stomach Tube 12 Terumo
248. E01A2634 Stomach Tube 16 Silicone
249. E01A1329 Stomach Tube FR 10 - Mas
250. E01A1331 Stomach Tube FR 16 - Mas
251. E01A1791 Stomach Tube No 10 x 120 - JMS
252. E01A1788 Stomach Tube No 14 - Terumo
253. E01A1787 Stomach Tube No 16 - Terumo
254. E01A1789 Stomach Tube No 18 - Terumo
255. E01A1790 Stomach Tube No 20 - JMS
256. E01A1661 Stomach Tube No 3.5 Terumo
257. E01A1785 Stomach Tube No 5 ( 40 cm ) - Terumo
258. E01A1451 Stomach Tube No 8 ( 100 cm) Terumo
259. E01A1786 Stomach Tube No 8 ( 40 cm ) - Terumo
260. E01A1461 Suction Catheter No 10 Stardec
261. E01A1462 Suction Catheter No 12 Stardec
262. E01A1501 Suction Catheter No 14 Stardec
263. E01A1460 Suction Catheter No 6 Stardec
265. E01A1463 Suction Catheter No 8 Stardec
266. E01A1833 Suction Conecting Tube MAS
267. E01A2164 Suction Liner 2L Green w/ Solidi
268. E01A2165 Suction Liner 2L White w/ Solidi
269. E01A1573 Tegaderm 10 cm x 12 cm 1626W
270. E01A1879 Tegaderm 5 cm x 5.7 cm 1610
271. E01A1657 Tegaderm 6 cm x 7 cm 1623W
272. E01A1659 Tegaderm Pad 9 cm x 10 cm 3586
273. E01A2361 Thermacare PACU 102X229cm
274. E01A2911 Thermal Paper (Thermaroll)
275. E01A1824 Thoracic Catheter No 20 Portex
276. E01A1825 Thoracic Catheter No 24 Portex
277. E01A1685 Thoracic Catheter No 28 Portex
278. E01A1686 Thoracic Catheter No 32 Portex
279. E01A2798 Thoracic Catheter With Trocar 12 CH
280. E01A2797 Thoracic Catheter With Trocar 12ch (P)
281. E01A1167 Tongue Spatula Kayu
282. E01A1377 Tongue Spatula Kayu (p)
284. E01A1514 Topi Operasi Wanita
285. E01A1515 Tourniquet
286. E01A1889 Underpad dr J@10
287. E01A2201 Underpad Steril 60x90
288. E01A1402 Underpad@10

289. E01A3230 Uniflow coaxial breathing systems+Filta Therm HMEFp+Clear Guard


Midi Low Volume+Swivel Elbow for Adult Double Flip
290. E01A1521 Urine Bag
291. E01A3067 Urine Bag (Ziffes)
292. E01A1247 UWC HydroX Prefilled Humidifier
294. D02J0202 Vascon 4 mg/4 ml Injeksi
295. E01A1772 Vasofix G 20 B`Braun
296. E01A1773 Vasofix G 22 B`Braun
297. E01A1776 Vasofix G 24 B`Braun
298. E01A1781 Venflon 18 G BD
299. E01A1782 Venflon 20 G
300. E01A1635 Venflon 20 G BD
302. E01A1780 Venflon 22 G BD
303. D02L0701 Vit K Infant 2 mg/ml Injeksi
304. D20A1702 WFI 1000 ml
305. D20A1701 WFI 25 ml
306. E01A1550 Wing Needle 23 Terumo
307. E01A1551 Wing Needle 25 terumo
308. E01A1286 Wundres B 10x20x0.5
309. D17A0603 Xylocaine 10 % spray
310. D17A0604 Xylocaine 2 % Jelly

3. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR


1) Uraian Tugas
a. Kepala ICU
Tanggung jawab penatalaksanaan medis dan administrasi dibebankan pada seorang
dokter yang bekerjafull time atau minimal 50 % waktu kerjanya dicurahkan untuk memberikan
pelayanan intensif dan secara fisik dapat dihubungi dan tidak terikat kewajiban lain yang
menyita waktu dan kedudukannya sebagai kepala ICU . Kepala ICU hanya memiliki tanggung
jawab medis dan administratif untuk bagian yang dibawahinya, dan posisi ini sebaiknya tidak
dirangkap dengan tanggung jawab sebagai atasan di bagian atau fasilitas lain di rumah sakit
tersebut. Kepala ICU bertanggungjawab atas pelayanan yang dilakukan bersama profesi terkait
baik yang menjadi penanggungjawab pasien sebelum dirujuk ke ICU maupun bersama profesi
yang memberi konsultasi dan atau yang ikut melakukan perawatan/terapi. Kepala ICU
sebaiknya seorang yang telah mendalami spesialisasi anestesiologi, ilmu penyakit
dalam, bedah, ilmu kesehatan anak atau bagian lain dan pernah menjalani pelatihan dan
pendidikan formal di bidang kedokteran perawatan intensif.

1. Kepala Perawat
Kepala perawat ICU adalah D III atau sederajat atau perawat yang telah mendapat
pelatihan dan pendidikan di bidang perawatan atau terapi intensif sekurang-kurangnya 6
bulan atau perawat yang telah membantu pelayanan di ICU minimal 1 tahun. Dalam
menjalankan tugasnya kepala perawat dibantu oleh seorang wakil kepala perawat yang
sewaktu-waktu bisa menggantikannya.
Kepala perawat harus mampu menjaga kelangsungan pendidikan bagi staf perawat.
Kepala perawat dan wakilnya sebaiknya tidak dilibatkan dalam aktivitas keperawatan rutin.
2. Staf Perawat
Perawat ruang intensif adalah perawat yang telah mendapat pelatihan dan pendidikan di
bidang perawatan atau terapi intensif sekurang-kurangnya 6 bulan atau perawat yang telah
bekerja pada pelayanan di ICU minimal 1 tahun. Setiap perawat yang bertugas di ICU harus
memiliki kualifikasi tertentu, memahami fungsi ICU ,tata kerja dan peralatan yang
digunakan untuk menjaga mutu pelayanan, mencegah timbulnya penyulit dan mencegah
kerusakan pada alat-alat canggih/mahal.
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah (rasio jumlah perawat terhadap
pasien) adalah Ideal = 1:1 , Optimal =1:2, Minimal = 1:3.
Pelayanan perawatan dilaksanakan 24 jam terus-menerus dan pengaturan tenaganya
dibagi dalam 3 shift jaga. Pada setiap shift ditunjuk perawat penanggungjawab dan
dilakukan serah terima pasien. Untuk setiap penderita sebaiknya ditunjuk seorang perawat
yang bertanggungjawab mengenai perawatan, penyediaan alat-alat medik dan obat-obatan.
Perawat yang sedang menjalani pelatihan bidang perawatan intensif dan keperawatan gawat
darurat harus dilatih dan di bawah pengawasan staf perawat terlatih. Mereka tidak dapat
penuh menggantikan staf perawat reguler.
2) Penjadwalan Dinas
Penjadwalan ICU di bagi mendaji 4 tim yang beranggotakan Katim yang terdiri dari 4 orang dan
untuk palaksana 7 orang yang dibagi menjadi 3 shif (pagi,siang dan malam)
3) SOP ruangan ICU/ICCU/HCU (terlampir di buku SOP di NS ICU)
4) Pendokumentasian formulir ICU (terlampir ada di lemari arsip)
5) Seragam Kerja
Seragam yang digunakan di ruangan ICU berwarna hijau, para ahli psikologi telah berpendapat
bahwa dengan melihat warna hijau, bisa menyegarkan pandangan dan sistem syaraf dalam otak
dengan warna hijau memang memberikan efek rasa aman, yang menyegarkan, menyejukkan, bisa
menyeimbangkan emosi dan juga meredam stres. Dampaknya sangat baik untuk kondisi psikologis.
Untuk seragam RS ada 3 yang dikenakan berdasarkan hari kerja.
6) Istirahat makan
 Untuk istirahat makan bagi yang shif pagi mulai dari jam 12.00-13.00 WIB
 Untuk shif sore dari jam 18.00-19.00
 Untuk shif malam dari jam 06.00-07.00

4. PENGETAHUAN KETERAMPILAN DAN SIKAP


A. SISTEM RANGKA DAN OTOT
1. Sistem rangka
Rangka menurut KBBI adalah tulang tulangan dan kerangka. Rangka manusia merupakan
susunan dari tulang dan kerangka yang ada pada tubuh manusia. Rangka manusia di bagi menjadi 3
yaitu rangka kepala, rangka badan dan rangka anggota gerak.
a). Rangka kepala
Rangka kepala di kenal dengan nama tengkorak. Rangka tulang kepala berbentuk bulat, di susun oleh
tulang-tulang yang berbentuk pipih. Tulang-tulang tersebut bersatu membentuk sendi tetapi tidak
dapat di gerakkan.
b). Rangka badan
Rangka badan di susun oleh berbagai macam tulang di antaranya :
 Ruas tulang belakang, sambungan antar tulang yang dapat di gerakkan ke depan atau
membungkuk ke depan dan kesamping. Sehingga tubuh dapat di bungkukan.
 Tulang dada yang dapat di gerakkan.
 Tulang-tulang rusuk, sambungan tulang-tulang rusuk dapat di gerakkan.
 Tulang rangka badan ada yang berbentuk pipih, misalnya pada tulang rusuk dan belikat.
 Rangka badan membentuk rongga dada yang berfungsi untuk melindungi paru-paru, jantung, hati
dan lambung.
c). Rangka anggota gerak
Rangka anggota gerak terdiri atas rangka tangan dan rangka kaki. Rangka tangan dan rangka kaki
di susun oleh tulang-tulang yang berbentuk pipa dan keras. Setiap tulang di hubungkan dengan sendi
sehingga dapat bergerak.

Klasifikasi rangka dapat di bedakan menjadi dua, yaitu rangka aksial dan rangka apendikular.
d). Rangka aksial
Rangka aksial berada di pertengahan ( sumbu utama ) tubuh. Rangka tersebut terdiri atas
tengkorak, tulang belakang (tulang punggung), tulang iga ( tulang rusuk ) dan tulang dada.
Tengkorak kepala di bentuk oleh cranium (tulang tempurung kepala) pelindung otak dan tulang
muka sebagai pembentuk wajah. Tulang belakang disusun oleh ruas-ruas tulang, atau vertebra yang
saling berkaitan satu dengan yang lain oleh cakram tulang rawan (cakram invertebral).tulang rusuk
di bangun bersama-sama oleh ruas-ruas tulang punggung, tulang rusuk dan tulang dada. Sangkar
tulang rusuk melindungi organ-organ dalam yang ada di dalamnya seperti jantung dan paru-paru.
Tulang dada merupakan tulang pipih berbentuk seperti pedang yang di bedakan atas bagian hulu
(manubrium sterni), bagian badan (korpus sterni), dan bagian taju pedang (proseus rifoid).
e). Rangka apendikular
Merupakan rangka tubuh yang berhubungan dengan pergerakan. Rangka tersebut meliputi gelang
bahu beserta anggota gerak atas dan gelang panggul beserta anggota gerak bawah. Tulang anggota
gerak atas terdiri atas 1 tulang lengan atas (humerus), 1 tulang hasta (ulna) dan 1 tulang pengumpil
(radius). Tulang hasta dan tulang pengumpil juga di sebut tulang lengan bawah. Tulang anggota
gerak bawah terdiri dari 1 tulang paha (femur), 1 tulang kering (libia), dan 1 tulang betis (fibula).
System rangka pada manusia tersusun dari beberapa jaringan ikat yaitu tulang, tulang rawan
(kartilago), dan jaringan ikat fibrosa.
f). Tulang
Rangka manusia dewasa di susun oleh 206 tulang, jumlahnya hamper 40% dari total bobot tubuh.
Ada dua jenis tulang yang ada di dalam tubuh manusia yaitu tulang kompak dan tulang spons.
Tulang kompak tersusun dari banyak unit osteon atau system havers. System havers terdiri atas satu
saluran pusat yang di kelilingi oleh lamela. Measing-masing saluran berisi pembuluh darah.
Pembuluh limfe dan saraf. Tulang spons atau trabekula merupakan bagian dalam beberapa tulang
keras yang memiliki rongga seperti spons. Struktur spons tersebut di susun untuk menahan tekanan
dari beberapa arah. Rongga-rongga di dalam trabekula tersebut berisi sumsum tulang merah, yaitu
jaringan pembuat sel darah. Contoh tulang spons adalah tulang panggul, tulang rusuk, tulang dada,
ruas-ruas tulang belakang, serta pangkal tulang lengan dan kaki.
Selain itu tulang juga mempunyai bentuk-bentuk. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
 Tulang pipa (epifise)
Epifise merupakan tulang panjang berbentuk seperti pipa yang kedua ujungnya membentuk
seperti bonggol. Sebagian besar epifise disusun oleh tulang spons (trabekula). Biasanya dalam
epifise terdapat lapisan kartilago hialin, yaitu tempat terjadinya sambungan antar tulang
(persendian). Bagian tengah pipa berisi sumsum tulang kuning berlemak. Contoh tulang pipa
ini adalah tulang paha, tulang lengan, tulang pengumpil, tulang betis dan tulang kering.
 Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk seperti lempengan tulang yang berfungsi untuk melindungi organ-
organ di bawahnya dan tempat melekatnya otot. Contoh tulang pipih ini adalah tulang
trngkorak, tulang rusuk, tulang dada, dan tulang belikat.
 Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk bulat atau kubus yang berukuran pendek. Tulang yang terdapat pada
persendian tersebut berfungsi untuk meredam getaran akibat goncangan. Contoh tulang
pendek adalah tulang telapak tangan, dan tulang telapak kaki.
 Tulang sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang berbentuk seperti biji. Tulang tersebut terdapat
di dalam tendon yang menghubungkan tulang dengan otot. Contoh tulang sesamoid
adalah tulang patela.
 Tulang tidak beraturan
Tulang ini mempunyai bentuk yang tidak beraturan. Contoh tulang tidak beraturan adalah
tulang vertebra ( tulang belakang ), tulang rahang, tulang wajah, dan tulang panggul.
 Tulang rawan ( kartilago )
Tulang rawan tak sekuat tulang keras.tetapi lebih fleksibel karena mengandung kolage yang
elastis. Selain itu matriks tulang rawan hanya mengandung sidikit kalsium dan fosfor. Tulang
rawan tidak mempunyai jaringan saraf sehingga sangat sesuai dengan lapisan sendi (jaringan
penyambung) yang mengalami tekanan pergerakan yang kuat. Tulang rawan berfungsi sebagai
pendukung rangka tubuh pada lokasi tertentu di lokasi tubuh. Tulang rawan terdiri atas sel-sel
tulang rawan yang di sebut kondrosit yang di kelilingi oleh matriks kondrin. Pada saat masih
embrio tulang rawan di bentuk oleh jaringan mesenkin. Setelah dewasa tulang rawan di bentuk
oleh perikondrium dengan membentuk kondroblas. Kondroblas tersebut akan membentuk
kondrosit.
g). Jaringan ikat fibrosa
Jaringan ikat fibrosa mengandung sel-sel fibroblast dan serat berkolagen. Jaringan tersebut
merupakan penyusun ligament ( penghubung tulang dengan tulang ) dan tendon ( penghubung otot
dan tulang ).

2. Sistem otot
Otot berfungsi sebagai alat gerak penyokong tubuh dan membantu homeostatis. Sebagai alat
gerak aktif, otot mempunyai tiga kemampuan yaitu kontraktibilitas (kemampuan untuk
memendek/berkontraksi), ekstensibilitas (kemampuan untuk memajang/relaksasi), dan elastisitas
(kemampuan untuk kembali ke keadaan semula).
Jaringan otot dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu otot polos, otot lurik, dan otot
jantung.
a. Otot polos
Otot polos bekerja di luar kesadaran karena tidak di pengaruhi oleh system syaraf pusat
sehingga sering disebut otot tak sadar. Otot polos berbentukseperti gelendong yang merincing
pada kedua ujungnya, mempunyai serat memanjang, dan setiap sel mempunyai satu nucleus di
tengah. Rangsangan kontraksi otot polos berasal dari system saraf autonom. Otot polos dapat di
temukan pada kulit, organ-organ dalam, sistem reproduksi, pembuluh darah utama, dan system
ekskresi.
b. Otot lurik
Otot lurik atau otot rangka tersusun dari susunan miofibril. Serabut otot berbentuk memanjang,
mempunyai banyak nucleus dan serat-serat yang melintang dan memanjang. Otot lurik bekerja
di bawah pengaruh system saraf pusat atau di bawah kendali sadar. Oleh karena itu, otot lurik
sering di sebut otot sadar (otot volunteer). Kontraksi otot lurik menyebabkan terjadinya gerakan
pada berbagai tulang dan tulang rawan pada rangka tubuh. Otot lurik merupakan penyusun
sebagian besar daging pada manusia.
c. Otot jantung
Jaringan otot jantung merupakan penyusun sebagian besar jantung manusia. Sel-sel otot jantung
mempunyai serat memanjang dan serat melintang, tetapi tidak sempurna, mempunyai inti sel di
tengah dan serat-serat yang bercabang pada sambungan antarselnya. Otot jantung bekerja secara
tidak sadar (involunter). Sumber ransangan berasal dari system saraf otonom. Ransang otonom
tersebut hanya berfungsi untuk mempercepat atau memperlambat kontraksi jantung.
Kontraksi otot terjadi jika rangsang yang berasal dari saraf motorik melepaskan zat
transmitter (asetilkolin), yang mengakibatkan perubahan permeabilitas pada sarkolema
(membrane sel otot). Ion di luar sarkolema akan mengalir dengan cepat kedalam sel dan
menyebabkan terjadinya pelepasan ion dari dalam kantong reticulum sarkolem. Selanjutnya,
ion akan bersenyawa dengan troponin sehingga tempat aktif miofilamen terlepas dari
pemblokiran tropomision. Lepasnya tropomision menyebabkan interaksi antara aktin dengan
myosin. Serabut myosin akan menggerakkan serabut aktin sehingga kedua serabut tersebut
Nampak saling meluncur. Akibatnya, jarak masing-masing serabut menjadi lebih dekat sehingga
ukuran sel menjadi memendek atau mengerut.

B. Sistem Saraf
Pengendalian fungsi organ-organ di dalam tubuh dilakukan melalui sistem saraf. Sistem saraf
adalah sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Secara anatomi sistem saraf
dapat dibagi menjadi dua, yaitu susunan saraf tepi (perifer) dan susunan saraf pusat.
1. Susunan Saraf Pusat
Susunan saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Pada prinsipnya susunan saraf pusat memiliki fungsi:
a. Pusat persepsi, pemahaman, dan interpretasi
b. Pusat pengambilan keputusan dan respon
c. Pusat pengendalian motoric
d. Pusat pengendalian otonomik
e. Penyimpanan ingatan (memory)

Susunan saraf pusat tersusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla
spinalis).
a. Otak (encephalon)
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak dewasa
adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai sekitar
12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus sesuai
dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk
sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak
seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut
sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus. Adapun pembagian
adalah sebagai berikut:
1). Forebrain (prosencephalon)
Forebrain terdiri dari dua bagian utama, yaitu: telencephalon dan diencephalon. Uraian
lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
a). Telencephalon
Telencephalon terdiri dari kedua belah hemisphere yang simetris dan membentuk otak
besar (cerebrum).Telencephalon merupakan bagian terbesar dari otak manusia dan
memiliki fungsi yang paling kompleks. Ia mengatur gerakan tidak
disadari (volunteer), mengintepretasikan input sensoris dan bertugas sebagai mediator
(perantara) bagi prosesproses kognitif seperti belajar, berbicara dan memecahkan
masalah. Adapun bagian-bagian dari telencephalon adalah:
1)). Cerebral cortex
Cerebral cortex adalah jaringan yang melapisi hemisphere. Bentuk jaringan
cerebral ini bergelombang (berlipat-lipat). Dua pertiga bagiancortex tersembunyi
di dalam lipatan-lipatan tersebut, sehingga luascerebral cortex yang kurang lebih
±75 cm2 dengan ketebalan ±3 mm hanya menempati ruang sebesar ±25cm 2.
2)). Major fissures
Major fissures adalah jurang yang dalam pada lipatan cerebral cortex.
3)). Major gyri
Major gyri adalah punggung gelomban atau bagian permukaan lipatan yang
tampak pada cerebral cortex.
4)). Four lobes
Four lobes adalah 4 bagian pada major fissures yang meliputi: frontal lobe,
parietal lobe, temporal lobe, dan occipital lobe.
5)). Limbic system
Lymbic System terdiri dari limbic cortex dan satu set struktur
interkoneksi (penghubung antara struktur telencephalic dan diencephalic) yang
terletak di pusat forebrain. Struktur utama dari sistem limbic ini
adalah hippocampus (seahorse =kuda laut karena bentuknya seperti kuda laut)
dan amygdala (disebut juga almond, karena bentuknya seperti biji almond) yang
merupakan satu kumpulan nuklei yang terletak di ventrikel lateral pada lobus
temporal, atau terletak di bagian anterior dari hippocampus
6)). Basal ganglia sytem
Basal ganglia adalah kumpulan subcortical nuclei pada forebrain yang terletak di
bagian anterior dari ventrikel lateral. Secara umum basal ganglia terlibat dalam
proses pengendalian gerakan.

b). Diencephalon
1)). Thalamus
Thalamus (Bahasa Yunani = thalamos yang berarti ruangan di dalam) terletak di
bagian dorsal dari diencephalon dan melingkupi dua sisi otak. Tiap bagian
terletak pada sebelah sisi ventrikel ketiga. Kedua lobus thalamus ini dihubungkan
oleh massa intermedia yang terletak dibagian ventrikel ketiga.
2)). Hypothalamus
Hypothalamus terletak di kedua sisi bagian inferior dari ventrikel ketiga di bagian
dasar otak, persis di bawah thalamus. Meskipun bentuknya kecil (hypo = kurang),
kira-kira 1/10 ukuran thalamus, hypothalamus memegang peranan
penting. Hypothalamus mengontrol sistem saraf otonom dan sistem endokrin,
serta memegang peranan penting dalam pengaturan perilaku bermotivasi.
3)). Optic chiasm pituitary gland
Optic chiasm pituitary gland adalah tempat produksi hormone dan pengontrolan
kelenjar-kelenjar endokrin.
2). Midbrain atau mesencephalon, terdiri dri dua bagian utama yaitu: tectum dan tegmentum.
3). Hindbrain, terditi dari:
a). Metenchepalon (otak samping)
1)). Pons
Pada metencephalon terdapat saluran-saluran (traktus) yang naik(ascending) dan
turun (descending), nuclei dari cranial nerves, nuclei yang mengatur tidur dan
terjaga dari tidur, dan bagian dari reticular formation. Bagian-bagian tersebut
membentuk suatu gundukan pada bagian permukaan ventral dari batang otak
yang disebut pons.
2)). Cerebellum
Cerebellum (otak kecil) merupakan versi miniatur dari cerebrum (permukaanya
juga bergelombang)
b). Myelencephalon
Myelencephalon hanya terdiri dari satu struktur utama, yaitu Medulla Oblongata dan
langsung berhubungan dengan sumsum tulang belakang.

b. Sumsum Tulang Belakang (medulla spinalis)


Sumsum tulang belakang berbentuk silindris dengan ketebalan kira-kira seukuran
jari kelingking manusia dewasa. Fungsi utama dari sumsum tulang belakang
adalah mendistribusikan perintah saraf-saraf motoric ke organ-organ gerak (efektor) seperti
kelenjar-kelenjar endokrin dan otot, serta mengumpulkan informasi-informasi yang akan
dikirim ke otak. Sumsum tulang belakang juga memiliki beberapa fungsi saraf autonomik
dan mengontrol gerakan-gerakan reflex. Sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas
tulang belakang yang terdiri dari 31 ruas dan terbagi atas bagian-bagian berikut:
 Cervical (leher), terdiri dari 8 ruas tulang
 Thoracic (dada), terdiri dari 12 ruas tulang
 Lumbar (punggung bawah), terdiri dari 5 ruas tulang
 Sacral (panggul), terdiri dari 5 ruas tulangCoccygeal (ekor), terdiri dari 1 ruas tulang.

Sumsum tulang belakang terletak di tengah rongga (spinal foramen) ruas-ruas tulang
belakang. Panjang sumsum tulang belakang kira-kira hanya 2/3 panjang ruas-ruas tulang
belakang dan 1/3 bagian yang lain diisi oleh akar saraf-saraf tulang belakang yang terdiri
dari cauda equina (ekor utama). Ruas-mas tulang belakang lebih panjang daripada sumsum
tuIang belakang karena meskipun pada tahap embryonal panjang sumsum tulang belakang
sama dengan panjang mas tulang belakang, namun pada perkembangannya mas-mas tulang
belakang berkembang lebih cepat daripada sumsum tulang belakang.

2. Susunan Saraf Tepi


Saraf tepi berfungsi sebagai alat penghantar impuls (potensial aksi) atau alat konduksi
impuls (potensial aksi) dari reseptor perifer menuju saraf pusat atau disebut saraf sensoris, serta
membawa impuls dari saraf pusat menuju effector atau disebut saraf motoric. Susunan saraf tepi
(perifer) terdiri dari:
a. Saraf Somatis (Sadar)
Saraf somatic adalah saraf yang membawa informasi sensoris ke sistem saraf pusat dan
membawa pesan-pesan dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar di seluruh
tubuh. Saraf sadar bekerja sesuai kesadaran. Saraf somatic terdiri dari dua jenis, yaitu:
1). Saraf-Saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)
Saraf-saraf tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf. Saraf-saraf tersebut mengarah
keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang perjalanannya menuju otot atau
reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang saraf tulang belakang ini
umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah.

2). Saraf-Saraf Kepala (Carnial Nerves)


Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang yang bertugas meninggalkan permukaan ventral
otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi sensoris dan motorik di
bagian kepala dan leher. Dua belas saraf tersebut adalah:
a). Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakan saraf sensori.
b). Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut
merupakan saraf motorik.
c). Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut merupakan
saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik.
b. Saraf Otonom (Tak Sadar)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak saraf
pusat. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak.
Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1). Sistem Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk memacu
kerja organ tubuh (mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar
bronkus), walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja organ tubuh
(memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi
kantung seni).
2). Sistem Saraf Parasimpatik
Sistem saraf yang kerjanya berlawanan dengan sistem saraf simpatik. Karena perlawanan
tersebut mak terbentuklah keadaan yang seimbang.
Sistem saraf tersusun oleh dua jenis sel, yaitu:
a)). Sel Saraf (Neuron)
Neuron adalah sel fungsional yang menyusun jaringan saraf. Jumlah neuron yang
terdapat pada susunan saraf adalah 1011. Neuron-Neuron bergabung membentuk
suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (potensial aksi). Impuls merupakan
manifestasi elektris antara didalam dan diluar membrane sel. Perubahan impuls
tersebut terjadi karena perubahan konsentrasi di dalam dan diuar sel. Elektrolit utama
yang berperan pada perbedaan impuls adalah natrium, kalium, dan chlor.
Penghantaran impuls dilakukan sepanjang membrane sel neuron. Namun apabila
axon bermyelin maka penghantaran dilakukan secara salutatory pada node of ranvier.
Satu sel saraf tersusun dari:

1)). Badan sel


Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke
akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria,
sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan
kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
2)). Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3)). Akson
Akson adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma
badan sel. Di dalam akson terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak
mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan.
Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- sel sachwann yang akan membentuk
suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu
pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang
melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh
lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
b)). Sel Glia (Neuroglia)
Neuroglia adalah sel penunjang. Jumlah neurologi jauh lebih banyak dari neuron
yang ada yaitu 20-30 kali jumlah neuron. Neuroglia mengandung berbagai macam
sel yang secara keseluruhan bertugas di otak dan medulla spinalis. Sedangkan sel
Schwann bertugas di luar sistem saraf pusat. Neuroglia secara struktur mirip dengan
neuron namun tidak dapat menghantarkan impuls. Fungsi sel glia sebagai:
 pelindung atau proteksi terhadap neuron, baik sebagai pelindung mekanis apabila
ada suatu trauma
 membuat selubung myelin
 membentuk sawar darah otak (blood brain barriers) bersama endothel kapiller
 beberapa bahan dasar pembentuk neurotransmitter
 mengambil hasil katabolisme neurotransmitter di celah sinap
 mengabsorbsi beberapa bahan metabolit dari neuron.
C. Sistem Transport dan Respirasi
Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara harfiah sebenarnya
kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh
karena itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam
tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sedangkan respirasi
merupakan suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organic (bahan makanan) di dalam sel
sehingga diperoleh energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk
melakukan beberapa aktivitas, misalnya mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan, dan
reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.
a. Alat Pernapasan
Sistem respirasi manusia dapat terjadi karena adanya alat-alat pernafasan. Alat pernafasan
manusia terdiri dari:
1. Hidung, merupakan muara keluar masuknya udara pernapasan. Di dalam hidung, udara
mengalami beberapa perlakuan sebagai berikut:
a. Udara yang masuk ke hidung akan disaring dulu oleh rambut hidung, sehingga debu dan
partikel kotoran tidak masuk ke dalam paru-paru.
b. Udara dihangatkan oleh kapiler darah yang ada di dalam hidung, sehingga suhunya
sesuai dengan suhu tubuh.
c. Udara dilembabkan oleh lapisan lendir yang ada di dalam rongga hidung
2. Faring, merupakan saluran sepanjang 12,5-13 cm sebagai kelanjutan dari saluran hidung
yang meneruskan udara ke laring. Faring terletak di antara saluran pernapasan dan saluran
pencernaan.
3. Pangkal tenggorokan (laring), terdiri dari lempengan-lempengan tulang rawan. Dinding
bagian dalam dapat digerakkan oleh otot untuk membuka dan menutup glotis. Glotis
merupakan lubang/celah yang menghubungkan trakea dengan faring. Pada saat menelan
makanan, laring terangkat ke atas sehingga tekak menutup rongga glottis (rongga di antara
pita suara), sehingga makanan tidak akan masuk ke dalam trakea. Pada laring orang dewasa
terdapat jakun. Satu tulang rawan pada laring dapat digerakkan oleh otot-otot laring
sehingga dapat menutup dan membuka, menegakkan dan melemaskan pita suara. Pita suara
pada wanita lebih pendek dibandingkan dengan laki-laki, sehingga suaranya lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki.
4. Batang tenggorok (Trakea), berupa saluran berongga dengan dinding dari cincin-cincin
tulang rawan. Pada trakea otot polos untuk menjaga agar bronkus tidak mengempis saat
bernapas. Trakea juga mengandung lendir dan silia untuk menyring debu dan bakteri
masuk bersama udara agar tidak sampai ke paru-paru.
5. Cabang batang tenggorok (bronkus), merupakan percabangan trakea menuju paru-paru kiri
dan paru-pau kanan. Bronkus bercabang-cabang lagi membentuk bronkiolus. Bronkiolus
yang paling ujung disebut bronkiolus respirasi. Pada bronkilus respirasi terdapat
gelembung-gelembung alveolus. Alveolus merupakan tempat terjadinya pertukaran gas
antara darah (di dalam pembuluh darah) dengan udara bebas. Oksigen dari udara berdisfusi
ke dalam darah sedangkan karbon dioksida dan uap air dari darah berdifusi ke udara.
6. Paru-paru (pulmo), jumlahnya sepasang dan terletak di rongga dada. Paru-paru merupakan
tempat terjadinya pertukaran gas yaitu oksigen dan karbon dioksida. Paru-paru kanan
terdiri dari 3 gelambir, sedangkan paru-paru kiri terdiri dari 2 gelambir. Paru-paru
terbungkus oleh selaput rangkap yang disebut pleura. Diantara selaput rangkap ini terdapat
caian yang berfungsi untuk melindungi paru-paru dari gesekan ketika mengembang dan
mengempis.
b. Proses Pernapasan
Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara yang dihirup pada waktu
menarik nafas (inspirasi) masuk melalui lubang hidung (nares) kiri dan kanan selain melalui
mulut. Pada saat masuk, udara disaring oleh bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang
hidung. Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma
melengkung keatas menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal ini disebut
pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma, otot-otot tulang rusuk juga
berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.
Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi
berkurang. Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian atas (naro-
pharinx) lalu kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx). Setelah melalui
tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok atau trachea, dari sana diteruskan ke saluran
yang bernama bronchus atau bronkus. Saluran bronkus ini terdiri dari beberapa tingkat
percabangan dan akhirnya berhubungan di alveolus di paru-paru. Udara yang diserap
melalui alveoli akan masuk ke dalam kapiler yang selanjutnya dialirkan ke vena
pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Gas oksigen diambil oleh darah. Dari sana darah
akan dialirkan ke serambi kiri jantung dan seterusnya.
Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan dikeluarkan melalui
hidung kembali (ekspirasi). Pengeluaran napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma
dan otot-otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi
melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam,
akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya
tekanan dalam rongga dada, maka gas karbon oksida dari dalam paru-paru keluar melewati
saluran pernapasan. Saat menghembuskan napas tidak semua udara dalam paru-paru keluar. Di
dalam masih ada sebagian udara menetap. jadi, ada beberapa volume udara, diantaranya:

Jenis Volume Ukuran Volume Pengertian


Tidal 500 cc Volume udara yang masuk dan keluar paru-paru
saat terjadi pernapasan biasa.

Suplemen 1500 cc Volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari


paru-paru setelah ekspirasi normal

Komplemen 1500 cc Volume udara yang masih dapat dihirup setelah


inspirasi normal

Vital 3500 cc Jumlah volume tidal + volume suplemen +


volume komplemen atau volume maksimal yang
dapat dikeluarkan dalam satu ekspirasi setelah
inspirasi maksimal

Residu 1000 cc Volume udara yang tersisa di dalam paru-paru


setelah melakukan ekspirasi maksimal

1). Transport gas respirasi oleh darah


Pertukaran gas di dalam tubuh tidak hanya berlangsung di paru-paru, melainkan juga di
jaringan. Pertukaran gas terjadi karena perbedaan tekanan udara. Gas yang bertekanan
tinggi akan berdifusi ke tempat gas yang bertekanan rendah. Transport itu terjadi di dalam
respirasi eksternal dan internal.
 Respirasi Eksternal
Reapirasi eksternal merupakan Pertukaran gas dalam paru-paru, dimana darah akan
mendapatkan O2 dari udara dan udara mendapatkan CO 2 dari darah,sehingga darah
Venous berubah menjadi darah arterial. Respirasi eksternal berhubungan dengan
proses pertukaran gas antara udara di dalam alveolus dengan darah di dalam kapiler
paru-paru. Darah yang masuk ke kapiler paru-paru membawa CO 2 bertekanan lebih
tinggi daripada tekanan udara di atmosfer. Oleh karena itu, CO 2 berdifusi keluar dari
darah masuk ke paru-paru.
Sebagian besar dari CO2 yang di bawa oleh plasma darah berupa ion bikarbonat
(HCO3-), sedangkan sisanya berupa CO2 bebas yang segera berdifusi keluar tubuh.
Setelah mendapat ion hydrogen (H+) dari HHb, ion bikarbonat membentuk asam
karbonat. Selanjutnya, asam karbonat (H2CO3) terurai menjadi air dan karbondioksida.
Darah yang masuk ke kapiler paru-paru mengandung sedikit O 2, sedangkan udara di
dalam alveolus mengandung banyak O2 bertekanan tinggi. Oleh karena itu,
O2 berdifusi ke dalam plasma dan masuk ke dalam sel-sel darah merah di dalam paru-
paru. Selanjutnya, hemoglobin menangkap O2 membentuk oksihemoglobin (HbO2).
 Respirasi Internal
Respirasi internal merupakan pertukaran gas dalam jaringan, dimana darah
arterial akan memberikan O2 pada jaringan dan jaringan memberikan CO 2 pada darah,
sehingga darah arterialberubah menjadi darah venous. Respirasi internal berhubungan
dengan pertukaran gas antara darah di dalam pembuluh kapiler dengan cairan jaringan.
Darah yang masuk ke kapiler mengandung oksihemoglobin. Oksihemoglobin akan
membebaskan O2 sehingga berdifusi keluar dari darah dan masuk ke jaringan.
Setelah CO2 berdifusi ke dalam darah, sebagian kecilnya bergabung dengan
hemoglobin dan membentuk karboksihemoglobin. Kebanyakan CO 2 akan berikatan
dengan air membentuk asam karbonat. Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase,
asam karbonat segera terurai membentuk ion hydrogen (H +) dan ion bikarbonat
(HCO3-).
Ion bikarbonat yang terbentuk segera berdifusi keluar dari sel darah merah dan di
bawa oleh plasma darah. Bagian globin dari hemoglobin akan berikatan dengan ion
hydrogen membentuk HHb yang disebut hemoglobin tereduksi. Proses internal dan
eksternal dapat dilihat pada bagan berikut:
2). Frekuensi Pernapasan
Pada umumnya setiap menit manusia mampu bernapas antara 15-18 kali. Cepat atau
lambatnya manusia bernapas disebabkan oleh beberapa factor, antara lain:
1. Umur, umumnya semakin bertambah umur seseorang akan semakin rendah frekuensi
pernapasannya
2. Jenis kelamin, umumnya laki-laki lebih banyak bergerak, sehingga lebih banyak
memerlukan energy
3. Suhu tubuh, semakin tinggi suhu tubuh semakin cepat frekuensi pernapasannya
4. Posisi tubuh, ini berpengaruh terhadap meknisme inspirasi dan ekspirasi.

D. Sistem Saraf dan Indra


1. Hidung
Saraf pembau yang terletak pada selaput lendir dirongga hidung atas, kerang hidung atas
dan permukaan atas kerang hidung tengah.Sel saraf pada hidung berfungsi menangkap zat kimia
yang terdapat dalam udaraSaraf pada hidung terdiri atas nervus, olfaktorius (saraf pembau),
nervus trigeminus, nervus ethmoidalis anterior, dan nervus palatinus anterior
2. Lidah
Memiliki palayanan pensyarafan yg majemuk. Otot-otot lidah mendapat pensyarafan dari
urat syaraf hipoglusus (syaraf otak ke 12).
3. Telinga
Saraaf kranial dalam telinga berperan dalam proses mendengar dan menjaga keseimbangan
tubuh.
4. Mata
Saraf optikus merupakan kumpulan jutaan saraf yang membawa pesan visual dari retina
ke otak. Rangsangan berupa cahaya bisa di interpretasikan di otak melalui saraf optikus. Berarti
saraf optikus meribah cahaya menjadi struktur kimia atau listrik agar bisa di hantarkan di sistem
saraf pusat (otak). Bagian saraf yang mengandung saraf optikus pada bagian retina .retina
megandung saraf cahaya dan pembulu cahaya.
Saraf akulomotoris adalah saraf mata yang bertanggung jawab
terhadap pergerakan bola mata, membua kelopak mata dan menggatur kontrasi upil mata.
Saraf ini berperan untuk mendukung proses penglihatan yang sempurna. Misalnya jika jumlah
cahaya yang masuk ke mata, maka saraf optikus akan menggerakan iris untuk mengecilkan
pupil.
5. Kulit
Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan atau saraf
perasaan tekanan kuat letak nya di sekitar akar rambut. Ruffini merupakan ujung saraf pada
kulit yang peka rehadap rangsangan panas. Meisner erupakan ujung saraf perasaan pada kulit
yang peka terhaadap sentuhan. Klause merupakanujung saraf perasaan yang peka terhadap
rangsangan dingin. Ujung saraf tanpa selaput, merupakan ujung saraf pada nyeri.

E. SISTEM PENCERNAAN MANUSIA


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat di cerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Makanan yang masuk ke dalam
sistem pencernaan dipecah menjadi molekul sederhana melalui dua cara, yaitu cara mekanis dan
kimiawi. Cara mekanis ialah melibatkan pergerakan otot, misalnya mulut, gigi, dan gerak
peristaltik. Cara kimiawi ialah dilakukan oleh enzim pencernaan. Sistem pencernaan manusia
tersusun dari:
1.Saluran pencernaan yang terdiri atas mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, anus, dan rektum.
a. Mulut
Manusia memasukkan makanan ke dalam tubuh dengan cara ditelan, cara seperti ini
disebut ingesti. Mulut dilengkapi dengan beberapa alat tubuh, yaitu lidah, gigi, dan kelenjar
saliva (air liur)
1)). Lidah
Lidah berfungsi untuk membantu membolak-balikkan makanan, membantu mendorong
makanan saat ditelan, sebagai alat pengecap atau perasa, serta merupakan alat indera yang
sensitif terhadap suhu dingin/panas dan tekanan.
2)). Gigi
Gigi bayi pertama kali muncul sesudah berusia enam bulan, disebut gigi susuyang berjumlah
20, yaitu:
a)). Delapan gigi seri (insisivus/I), untuk memotong makanan;
b)). Empat gigi taring (caninus/ C), untuk mencabik-cabik makanan.
c)). Delapan gigi graham untuk mengunyah makanan.
Pada anak usia 6-14 tahun, gigi susu akan tanggal dan diganti oleh gigi tetap yang
berjumlah 32. Gigi tetap terdiri atas 8 gigi seri, 4 gigi taring, 8 gigi graham depan
(premolar/P), dan 12 gigi graham belakang (molar/M)
3)). Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva digunakan untuk memudahkan penelanan makanan, membantu
mencerna makanan secara kimiawi karena mengandung enzim amilase (ptialin) dan lipase,
serta melindungi selaput mulut terhadap suhu panas atau dingin dan kondisi asam atau
basa.
Dalam rongga mulut manusia terdapat tiga pasang kelenjar saliva, yaituglandula
parotis (menghasilkan saliva atau ludah), glandula sublingualis(mengahsilkan air dan
lendir), glandula submandibularis (menghasilkan air dan lender).
b. Faring
Faring merupakan bagian yang pendek tempat pertemuan jalur makanan dan udara. Pada
saat makanan berada di dalam faring, langit-langit lunak berotot naik untuk mencegah
makanan masuk ke rongga hidung; pernapasan akan terhenti sementara; laring naik dan
epiglotis tertutup untuk mencegah makanan masuk ke dalam laring. Lidah mencegah makanan
kembali ke dalam mulut. Kontraksi otot faring menggerakkan gumpalan makanan (bolus) ke
dalam kerongkongan.
c. Kerongkongan
Kerongkongan merupakan sebuah tabung lurus, berotot, dan berdinding tebal. Bolusakan
melalui kerongkongan menuju lambung yang disebabkan oleh gerak peristaltik dinding
kerongkongan. Gerak peristaltikadalah gerak bergelombang dari depan sampai belakang yang
ditimbulkan oleh kontraksi dan relaksasi otot yang terjadi secara berurutan.
d. Lambung
Lambung (ventrikulus) terletak dibawah sekat rongga badan atau di bagian atas rongga
perut. Lambung mempunyai bebrapa fungsi utama yaitu:
1). Menyimpan makanan
2). Mengaduk makanan
3). Mempersiapkan proses hidrolisis enzimatik protein (proses pencampuran makanan dengan
enzim-enzim).
Lambung terdiri atas tiga bagian. Makanan pertama kali asuk ke lambung
melaluikardiak, kemudian makanan menuju fundus dan pilorus. Pilorus berdekatan dengan
otot pengunci (sfinkter pilorus) yang berguna untuk mengatur penyaluran makanan ke usus.
Dinding lambung terdiri atas beberapa lapisan otot, yaitu otot memanjang dilapisan luar,
otot melingkar dilapisan tengah, dan otot yang tersusun miring dilapisan dalam. Apabila otot-
otot tersebut berkontraksi, makanan di dalam lambung akan bercampur dengan getah lambung
dan hancur menjadi bubur. Dalam diding lambung terdapat kelenjar lambung yang
menghasilkan lendir, getah lambung, dan hormon gastrin.
a). Lendir lambung, dihasilkan oleh sel penghasil lendir.
b). Getah lambung, di dalamnya terdapat bahan-bahan sebagai berikut:
1)) Asam klorida (HCl)
2)) Pepsin
3)) Renin
c). Hormon Gastrin, merupakan hormon yang merangsang lambung untuk menyekresi getah
lambung.
Dalam lambung, makanan akan dicerna hingga menjadi kimus (bubur usus) yang
berwarna kekuningan dan bersifat asam. Pada saat kimus masuk ke dalam usus, sifat asam
dengan cepat dinetralkan oleh sekresi cairan bersifat basa dari hati dan pankreas.
e. Usus Halus
Usus halus mempunyai panjang kira-kira 8,5 meter. Pada dindingnya terdapat banyak
kelenjar yang menghasilkan getah usus, yang disebut kelenjar liberkuhn.
1). Struktur usus halus
Struktur usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a). Duodenum (usus dua belas jari), yaitu bagian depan usus halus dengan panjang kira-
kira 25 cmm, berbentuk U, dan menjadi muara saluran empedu serta pankreas.
b). Jejenum (usus kosong), bagian kedua usus halus dengan panjang kira-kira 7 m.
c). Ileum (usus penyerapan), bagian terakhir usus halus dengan panjang kira-kira 1 m.

Suatu irisan melintang usus halus menggambarkan susunan mikroskopis dari saluran
pencernaan (gambar). Susunan dari arah luar ke dalam berturut-turut adalah selaput luar
( lapisan serosa), lapisan otot licin, lapisan jaringan ikat vaskuler (lapisan submukosa), dan
lapisan mukosa.
Pergerakan makanan dalam usus halus disebabakan oleh kontraksi lapisan otot usus halus.
Kontraksi tersebut menyebabkan gerakan segmentasi dan peristalsis.Segmentasi adalah
gerakan memeras isi disepanjang saluran untuk mencampur kimus.
Pada epitel mukosa terdapat banyak sel goblet yang menghasilkan lendir untuk
melicinkan makanan serta melindungu usus terhadap kelecetan dan luka-luka akibat zat kimia.
Pada mukosa juga terdapat vilus (jonjot usus) yang berfungsi untuk memperluas bidang
penyerapan.
Makanan yang masuk ke dalam usus halus berbentuk bubur (kimus). Asam klorida (HCl)
yang ikut masuk merangsang kelenjar di dinding usus untuk menghasilkan hormon
sekretin (mengatur pengeluaran getah pankreas) dan hormon kolesistokinin (mengatur
pengeluaran empedu). Getah pankreas dan empedu dialirkan melalulisaluran koledokusyang
bermuara di duodenum. Hasil perombakan oleh getah pankreas dan empedu akan di serap oleh
sesl-sel absorpsi.
Beberapa peptidase, seperti pepsin, tripsin, dan kimotripsin saling bekerja sama dalam
memecah molekul protein. Lemak yang diemulsikan oleh garam empedu dirombak oleh lipase
menjadi asam lemak dan gliserol. Hasil perombakan berupa partikel-partikel yang secara
langsung dapat diserap oleh usus.

2). Proses penyerapan makanan di dalam usus halus


Sel-sel usus halus menyerap zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Material sisa
yang tidak dapat dipergunakan lai oleh tubuh disalurkan ke uasus besar.
Pada penyerapan lemak, asam lemak bereaksi dengan garam empedu
membentukemulsi, kemudian bersama gliserol diserap kel dalam vilus. Dalam vilus , asam
lemak terpisah dengan garam empedu dan mengikat gliserin membentuk lemak
(fosfolipid). Fosfolipid dilepaskan ke dalam sistem getah bening berupa bulatan-bulatan
kecil berlapis protein (kilomikron), kemudian dibawa ke vena di dekat jantung.
Zat-zat gizi lain, misalnya vitamin, mineral, dan air akan diabsorpsi oleh pembuluh
darah kapiler. Garam empedu yang tersisa akan masuk ke dalam darah dan dibawa ke hati
untuk dibentuk menjadi empedu kembali.
f. Usus Besar (kolon) dan Anus
Kolon manusia terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian yang naik (asenden), melintang
(trasenden), dan turun (desenden). Saluran kolon berakhir pada suatu ruang yang
disebut rektum. Rektum bermuara dipermukaan tubuh dalam lubang yang disebut anus. Dalam
rektum terdapat otot yang berfungsi untuk menahan turunnya feses ke anus, disebut katup
Housten.
Anatar usus besar dan usus halus dipisahkan oleh klep yang disebut ileoskum yang berguna
unuk mencegah makanan agar tidak kembali ke usus halus. Pada
ujung ileosekum terdapat apendiks (umbai cacing; usus buntu). Kolon menyerap kembali air
dan garam yang berasal dari zat-zat buangan dari usus halus.
Usus besar mengandung poulasi bakteri simbion yang bekerja pada subtrat selulosa
tumbuhan, pektin, sel-sel usus yang lepas, dan polisakarida dari lendir usus. Hasil
fermentasinya berupa asam organik, gas metan, hidrogen. Selama digesti juga terdapat
populasi bakteri yang memproduksi vitamin B dan K. Vitamin tersebut diserap oleh sel-sel
permukaan usus besar. Sisa-sisa proses pencernaan dibuang melalui anus (defekasi).

2. Kelenjar pencernaan yang terdiri atas hati dan pancreas


Hati dan pankreas merupakan hasil pertumbuhan bagian depan usus yang berkelenjar. Hati
merupakan kelenjar pencernaan yang terbesar, bobotnya dapat mencapai 2 kg. Fungsinya adalah
sebgai berikut:
 Menghasilkan empedu (bilus).
 Tempat penimbunan zat-zat makanan dari darah berupa glikogen.
 Menyerap unsur besi dai darah yang telah rusak.
 Tempat penyimpanan darah.
 Tempat pembentukan fibrinogen dan heparin.
 Mengubah provitamin A (karoten) menjadi vitamin A dan provitamin D (ergosterol)
menjadi vitamin D.
 Detosifikasi (menawarkan sifat racun) obat dan minuman alkohol.
 Tempat penghancuran sel darah merah.

Empedu disimpan dalam kantong empedu sebelum masuk ke usus. Empedu bersifat basa
sehingga menetralkan zat makanan bersifat asam yang keluar dari lambung serta membuat pH
yang baik untuk kerja enzim pankreas dan enzim usus. Empedu juga mengandung garam
empedu yang membantu proses hidrolisis lemak di usus.
Pankreas berfungsi sebagai kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin, dan menghasilkan
enzim. Peran pankreas sebagai kelenjar eksokrin adalah menghasilkan getah pankreas yang
mengandung berbagai zat yaitu:
1) Natrium bikarbonat (NaHCO3), bermanfaat menetralkan keasaman isi usus dan menaikkan
pH-nya menjadi sekitar 8.
2) Amilase pankreas (disakarase), yaitu enzim yang berperan untuk memecah pati menjadi
campuran maltosa dan glukosa. Beberapa jenis amilase pankreas antara lain:
3) Lipase pankreas (steapsin), yaitu enzim yang menghidrolisis lemak menjadi campuran asam
lemak dan monogliserida.
4) Protase (peptidase), yaitu enzim yang memecah protein. Getah pankreas mengandung 3
jenis protase yaitu, tripsinogen, kimotripsinogen, dankarboksipeptidase.
5) Nuklease, yaitu enzim yang menghidrolisis asam nukleat (ARN dan ADN) menjadi menjadi
komponen nukleotida.

F. NUTRISI
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh manusia yang
bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta
mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
1. Nutrien (Zat-Zat Gizi)
Elemen Nutrien / Zat Gizi
 Karbohidrat
 Protein
 Lemak
 Vitamin
 Mineral
 Air
Karbohidrat, lemak dan protein disebut energi nutrein karena merupakan sumber energi dari
makanan , sedangakn vitamin, mineral dan air merupakan substansi penting untuk membangun,
mempertahankan dan mengatur metabolisme jaringan.
Fungsi zat gizi yaitu :
1) Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, garakan dan kerja fisik
2) Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan
3) Sebagai pelindung dan pengatur

 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama.. Hampir 80% energi dihasilkan dari
karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Karbohidrat yang disimpan dalam
hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari
glukosa, pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk
asam lemak.
Jenis Karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu :
Monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

a. Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan merupakan
molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat langsung diserap oleh pembuluh
darah. Jenis dari Monosakarida adalah glukosa dektrosa yang banyak terdapat pada buah-
buahan dan sayuran, fruktosa banyak terdapat pada buah, sayuran, madu, dan glukosa yang
berasal dari pecahan disakarida.
b. Disakarida
` Jenis disakarida adalah sukrora, maltosa, dan laktosa. Sukrosa dan maltosa banyak pada
makanan nabati, sedangkan laktosa merupakan jenis gula dalam air susu baik susu ibu maupun
susuhewan.
c. Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis polisakarida adalah zat
pati, glikogen dan selulosa.
Fungsi Karbohidrat adalah:
1) Sumber energi yang murah
2) Sumber energi utama bagi otak dan syaraf
3) Membuat cadangan tenga tubuh
4) Pengaturan metabolisme tubuh
5) Untuk efesiensi penggunaan protein
6) Memberikan rasa kenyang
Sumber karbohidrat umunya adalah makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain. Sedangkan pada
karbohidrat hewani berbentuk glikogen.
 Metabolisme Karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui pencernaan, absorpsi, dan
metabolisme. Metabolisme Karbohidrat berbentuk monosakarida dan disakarida diserap melalui
mukusa usus. Setelah proses penyerapan (dalam pembuluh darah) semua berbentuk
monosakarida. Monosakarida (Fruktosa, Galaktosa, Glukosa) yang masuk bersama-sama darah
dibawa ke hati. Di dalam hati Monosakarida diubah menjadi glukosa dan dialirkanmelaui
pembuluh darah ke otot. Di dalam otot glukosa dibakar membentuk glikogen melalui Proses
Glikoneogenesis.
 Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti jaringan tubuh.
Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino.
Asam amino disimpan didalam jaringan dalam bentuk hormon dan enzim. Asam amino esensial
tidak dapat disintesis didalam tubuh tetapi harus didapatkan dari makanan. Jenis asam amino
esensial diantaranya lisin, triptofan, fenilanin, leusin.Berdasarkan susunan kimianya, protein
dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1). Protein sederhana
Jenis ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya abumin,dan globulin.
2). Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat seperti dengan glikogen membentuk
glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
3). Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton, dan gelatin.

Fungsi Protein
1. Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotic koloid,
keseimbangan asam.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
3. Pengaturan metabolisme
4. Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak
5. Dalam bentuk kromosom, proein berperan sebagai tempat menyimpan dan meneruskan
sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.

Sumber protein
1. Protein hawani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati, udang,
ikan, kerang, ayam dan sebagainya.
2. Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang
hijau, terigu, dan sebagainya.

Metabolisme Protein
Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan dikeluarkan enzim protease
yaitu pepsin. Pepsin mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton. Albuminosa dan
pepton di dalam usus halus diubah menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin
dari pancreas dan selanjutnya diserap atau berdifusi ke aliran darah yang menuju ke
hati.Asam-asam amino disebar oleh hati ke jaringan tubuh untuk menganti sel-sel yang rusak
dan sebagian digunakan untuk membuat protein darah. Karena protein dapat larutdalam air
sehingga umumnya dapat dicerna secara sempurna dan hampir tidak tersisa protein makanan
dalam feses. Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor kembali ke hati kemudian
dilepaskan ikatan nitrogennya sehingga terpecah menjadi dua macam zat yaitu asam organic
dan amoniak. Amoniak dibuang melalui ginjal, sedangkan asam organic dimanfaatkan sebagai
sumber energi.
 Lemak
Lamak atau lipid merupakan sumber energi paling besar. Lemak terbagi atas 2, yaitu:
Lemak Baik
Yaitu lemak tidak jenuh (unsaturated fat) yang biasa terdapat pada kacang-kacangan, ikan
salmon, kenari dan . Lemak baik ini memiliki kandungan Asam Omega 3 yang berguna untuk
memelihara kesehatan, menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya jantung koroner.

Lemak Jahat
Yaitu lemak Jenuh (saturated fat) dan lemak trans (trans fat) yang terdapat pada
daging,jeroan atau makanan yang digoreng. Lemak jahat yang berlebih akan meningkatkan kadar
total dan LDL dalam darah. Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan penyaklit jantung,
tekanan darah tinggi dan pemicu . Konsumsi lemak dalam sehari tidak boleh melebihi 35% dari
total kebutuhan kalori harian dan agar bermanfaat, lemak yang dikonsumsi harus lemak baik
(lemak tidak jenuh).

Fungsi Lemak
1. Memberikan kalori, dimana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa oksidasi akan memberikan
kalori sebanyak 9 kkal.
2. Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
3. Memberikan asam-asam esensial

Sumber Lemak
Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih
banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya.
Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti
pada daging sapi, kambing dan lainnya.

Metabolisme Lemak
Lemak diserap melalui proses secara pasif dalam bentuk gliserol asam lemak karena giserol
larut dalam air. Gliserol asam lemak masuk dalam pembuluh darah dan dibawa ke hati. Kemudian
didalam hati dengan proses kimiawi Gliserol diubah menjadi Glikogen. Bersama metabolisme
Hidarat Arang gliserol akan menghasilkan tenaga. Lemak yang dibakar mempunyai hasil
sampingan yang disebut Colesterol.
 Mineral
Mineral adalah elemen anorganik untuk tubuh karena perannya sebagai katalis dalam reaksi
biokimia. Mineral dapat diklasifikasikan menjadi makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100
mg atau lebih dan mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dari 100 mg. Termasuk dalam
makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang temasuk dalam mikromineral
adalah klorida, yodium, iron,zinc. Secara umum fungsi dari mineral adalah :
1) Membangun jarigan tulang
2) Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh
3) Memberikan elektemb elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf
4)Membuat berbagai enzim
 Vitamin
Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada makanan dan tidak
dapat dibuat di dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena
fungsinya sebagai katalisator. Vitamin dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Vitamin yang larut air : Vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12, folic acid, serta vitamin c.
2) Vitamin yang larut dalam lemak : A , D , E , K
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan.
 Air
Air merupakan zat makanan paling dasar yang dibutuhkan oleh manusia. Tubuh
manusiaterdiri atas 50-70% air. Bayi memiliki proporsi air yang lebih besar dibandingkan
denganorang dewasa. Semakin tua umur seseorang, maka proporsi air dalam tubuh akan semakin
berkurang. Pada oang dewasa asupan air antara 120-1500 cc per hari, namun dianjurkan 1900 cc
untuk optimal. Selain itu, air yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan 500- 900 cc per hari.
Kebutuhan air akan meningkat jika terjadi pengeluran air, misalnya
- Melalui keringat berlebih
- Muntah
- Diare
- Gejala Dehidrasi.
TITRASI OBAT
1. Dobutamin/ Dobuject/ Dobutrex
Sediaan : 250 mg/5ml

Dosis x BB x Waktu menit (60)

Konsentrasi
Contoh`` `
: Pasien Tn. “X” BB: 60 Kg, dobuject : 5 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc : 250 mg
1c
: 5 mg = 5000 micro g
1 mic : 1 x 60 Kg x 60 = 0,7 cc/jam
5000
5 mic : 0,7 x 5 = 3,5 cc/jam
2. Dopamin/ Indop/ Dopac
Sediaan : 200 mg/5ml

Dosis x BB x Waktu menit (60)

Konsentrasi
Contoh : Pasien Tn. “X” BB: 60 Kg, dopamin : 5 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc : 200 mg
1 cc : 4 mg = 4000 micro g
1 mic : 1 x 60 Kg x 60 = 0,9 cc/jam
4000
2W3000976Y5T
5 mic : 0,9 x 5 = 4,5 cc/jam

3. Vascon/ Raivas/ Norepineprine


Sediaan : 4 mg/4ml

Dosis x BB x Waktu menit (60)

Konsentrasi
Contoh : Pasien Tn. “X” BB: 60 Kg, Vascon : 0,05 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc :4 mg
1 cc : 0,08 mg = 80 micro g
0,01 mic : 0,01 x 60 Kg x 60 = 0,45 cc/jam
80
0,05 mic : 0,45 x 5 = 2,25 cc/jam
4. Cedocard/ NTG/ DBL
Sediaan : 10 mg/10ml
DBL : 50 mg/10ml

Dosis x Waktu menit (60)


Konsentrasi
Contoh : Pasien Tn. “X”, NTG : 10 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc :10 mg
1 cc : 0,2 mg = 200 micro g
1 mic : 1 x 60 = 0,3 cc/jam
200
10 mic : 0,3 x 10 = 3 cc/jam

5. Cordaron/ Amiodaron
Sediaan : 150 mg/3ml

Dosis

Waktu (jam) x Konsentrasi


Contoh : Pasien Tn. “X”, Cedocard : 10 mg/jam, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc :150 mg
1 cc : 3 mg
10 mg : 10 = 3,3 cc/jam

1x3
6. Lasix/ Furosemid/ Impulgan
Sediaan : 20 mg/2cc
*Pyur, tanpa diencerkan

Dosis

Waktu (jam) x Konsentrasi


Contoh : Pasien Tn. “X”, lasix : 10 mg/jam, berapa cc/jam??
Jawab : 2 cc : 20 mg
1 cc : 10 mg
10 mg : 10 = 1 cc/jam
1 x 10

7. Heparin/ invicort
Sediaan : 25000 ui/5ml

Dosis

Waktu (jam) x Konsentrasi


Contoh : Pasien Tn. “X”, heparin : 1000 ui/jam, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc :25000 ui
1 cc : 500 ui
1000 ui : 1000 = 2 cc/jam

1 x 500
8. Perdipine/ Carsive
Sediaan : 10mg/10ml

Dosis x BB x Waktu menit (60)

Konsentrasi
Contoh : Pasien Tn. “X” BB: 60 Kg, carsive : 1 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc : 10 mg
1 cc : 0,2 mg = 200 micro g
1 mic : 1 x 60 Kg x 60 = 18 cc/jam
200
9. Insulin

Dosis

Waktu (jam) x Konsentrasi

Contoh : berikan insulin kepada Tn.X dengan dosis 4 ui/jam dengan konsentrasi pengenceran 1:2, berapa
cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
1:2
50 cc : 100 ui
4 = 2cc/jam
1x2
10. Midazolam/fortanes/sedacum
Sediaan :
 5 mg/5ml
 15mg/3ml

Dosis

Waktu (jam) x Konsentrasi


Contoh : berikan fortanes kepada Tn.X dengan dosis 2 mg/jam dengan konsentrasi pengenceran 1:1,
berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
1:1
50cc : 50mg
2 = 2cc/jam
1x1
11. Koreksi Kalium

Rumus : (Kalium Normal – Kalium pasien) x (0,3 x BB) 2 = ……….meq


12. Koreksi sodium bicarbonate
 Dosis penuh
 Dosis

1/3 x BB
1/3 x BE
x BB x BE

2
8. Analisa gas darah (Terlampir)
Mendiagnose atau mengobati kegagalan pernafasan tanpa pemeriksaan analisa gas darah sama halnya
seperti mengobati koma diabetikum tanpa penetapan kadar gula darah.(7).
Tanpa pemeriksaan analisa gas darah(AGD) tidak seorangpun anestesiologist secara akurat bisa
menetapkan derajat kegagalan pernafasan.
Kebiasaan dalam tindakan anestesi rutin untuk menetapkan adekuatnya fungsi pernafasan selama atau
sesudah operasi hanya didasarkan pada kembang kempisnya reservoir bag atau dada pasien, warna kulit,
mukosa dan darah dilapangan operasi.
Padahal tanda-tanda tersebut bukanlah tanda-tanda dini terjadinya hipoksemia sebab cyanosis baru
terlihat bila tekanan partiel O2 dalam arteri(PaO2) menurun sampai 50 torr. Apalagi kalau Hb <5 g%
cianosis tidak akan terlihat walaupun hipoksemia cukup berat. Pada konstrikasi pembuluh darah perifer
kelihatan seperti cyanosis padahal tanpa hipoksemia. Dalam keraguan apakah cyanosis karena
hipoksemia atau bukan langkah pertama perlakukan sebagai hipoksemia sampai dapat dibuktinan bukan
hipoksemia.
BEBERAPA ISTILAH :
Istilah-istilah dibawah ini merupakan modal dasar yang minimal harus diketahui untuk
menginterpretasikan suatu data gas darah.
PAO2 = Tekanan partiel O2 dalam alveoli.
PaO2 =Tekanan partiel O2 dalam darah arteri.
PACO2 = Tekanan partiel CO2 dalam alveoli.
PACO2 = Tekanan partiel CO2 dalam darah arteri.
(A-a)DO2 = Selisih tekanan partiel O2 antara alveolar dan arteri.
Sa O2 = Saturasi O2 darah arteri.
FiO2 = Konsentrasi O2 dalam gas inspirasi.
pH = Pengukuran konsentrasi H ion.
Data-data yang diperoleh dikelola sehingga memberikan kesan sejauh mana fungsi paru dalam pertukaran
gas berlangsung, adekuat atau non adekuat berdasarkan standar yang telah disepakati dan sejauh mana
keseimbangan asam basa berjalan.
Data-data ini tak bisa langsung menegakkan diagnose harus ditunjang pemeriksaan fisik diagnostik,
riwayat penyakit & pengobatan, pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit dan hematokrit. Tiga
komponen yang berperan utama yaitu PaO2 untuk menetapkan derajat hipoksemia,PaCO2 untuk menilai
kemampuan ventilasi paru, sedangkan pH untuk menentukan status metabolik atau respiratorik.(7).
Harus diingat bahwa keadaan hipoksemia tak selalu menunjukan kegagalan ventilasi tetapi bisa
disebabkan faktor-faktor lain sedangkan hiper atau hipokapnia selalu menunjukan gangguan ventilasi (2).
Oleh karena itu PaCO2 lebih menetukan adekuat tidaknya ventilasi dibandingkan PaO2. Namun penilaian
terhadap PaO2 harus selalu diperioritaskan oleh keadaan hipoksemia lebih memerlukan tindakan yang
cepat daripada hiperkapnia.
Bertambahnya hipoksemia akan merangsang peningkatan ventilasi, minute volume tetapi PaCO2 yang
sedikit dipengaruhi oleh VA/Q imbalance cenderung menurun. (3).
Turunnya PaO2 < 50 torr,PuVR(Pulmonal Vascular Resistance) meningkat secara menyolok apalagi
ditunjang suasana acidosis, dengan demikian akan meningkatkan PAP(Pulmonal Arterial Pressure).(5).
Kalau kita perhatikan derajat hipoksemia dan efeknya terhadap faal organ kita akan beroleh
kesan seberapa jauh turunnya PaO2 berdasarkan gejala-gejala klinis yang ada.
Keterangan :
Normal : PaO2 = 95-100 mm Hg
PvO2 = 40 mm Hg
HbO2 arteri 95%
Hipoksemia :
Efek Slight : PaO2 < 80 mm Hg
Cyanosis ringan PvO2 < 35 mm Hg
Tonus simpatis meninggi HbO2 < 95%
Tensi meninggi, tachikardi
Marked : PaO2 < 60 mmHg
Cyanosis jelas PvO2 < 28 mmHg
Tensi turun HbO2 < 90 %
Bradikardi High : PaO2 < 35 mm Hg
Cyanosis berat PvO2 < 19 mm Hg
Kesadaran hilang HbO2 < 70%
Bradikardi extreem
Circulasi arrest mati.
Hiperkapnia akan mendorong timbulnya respiaratorik acidosis.
Membran cell agak mudah dilewati CO2 tetapi agak lambat dilewati bikarbonas, sehingga bila terjadi
respiratori acidosis lebih cepat berkembang kedalam cell tubuh tetapi cepat hilang waktu expirasi.(8).
Dengan perubahan pH yang sama dalam darah effek respiratori acidosis dengan demikian jauh lebih besar
daripada metabolik acidosis, tetapi anehnya jika hiperkapni sendiri terjadi telah di selidiki sampai PaCO2
238 mm Hg belum dijumpai kerusakan yang irreverible organ-organ apalagi kalau disupply O2 yang
cukup.(8).
Kalau kita tinjau hubungan derajat hiperkapni dengan efeknya terhadap faal organ maka kita mendapat
gambaran sebagai berikut :
Keterangan :
Normal : PaCO2 = 40 mm Hg
PvCO2 = 46 mm H
Hiperkapnia :
Efek Slight : PaCO2 > 45 mm Hg
Stimulasi respirasi : PvCO2 > 51 mm Hg
subjective air hunger tonus simpatis meninggi,tensi naik, nadi cepat, gangguan irama,paralyse vasomotor
perifer,kulit panas,merah,keringat,serum K meninggi.
Marked : PaCO2 > 60 mm Hg
stimulasi parasimpatis, tendensi
PvCO2 > 66 mmHg
aritmia, depressin myocard.
High : PaCO2 > 75 mm Hg mengantuk,
PvCO2 > 81 mm Hg CO2 narcose
PaCO2 > 100 mm Hg kesadaran hilang
PvCO2 > 106 mm Hg general inhibisi
terhadap ANS.
Tidak ada nilai absolut baik PaCO2 maupun PaO2 yang dapat menentukan policy terapi khusus. Arti
terapetik O2 pada PaO2 50 mmHg pada pasien2 cardiogenic shock berbeda dengan penderita emphysema
atau bronchitis chronica dengan PaO2 yang sama.
Bahkan dalam kategori diagnostik tidak ada nilai yang tepat pada tekanan berapa sebaiknya policy terapi
dimulai.(3)
Sebab pada penderita COPD(Chronic Obstructive Pulmonary Disease) justru PaO< 60 mmHg
dibutuhkan untuk mengendalikan respirasi.(2)
III. Tehnik AGD :
Darah arteri yang diambil sebagai sampling bukan darah vena, karena darah vena menggambarkan
metabolisme yang dialirinya tidak menggambarkan circulasi umum.
Semua arteri sistemik mengandung darah dengan komposisi yang sama. Kalau venous O2 content yang
diinginkan lebih tepat sampel vena centralis yang diambil via catheter arteri pulmonalis.
Sampel darah arteri menggambarkan fungsi pertukaran gas dari paru-paru dan bisa memberikan
keterangan kualitas darah yang disupply keseluruh tubuh.(2).
Punctie arteri sebaiknya dengan anestesi lokal untuk menghilangkan nyeri yang menimbulkan
vasospasmo.
Syring yang digunakan sebaiknya terbuat dari gelas bukan dari plastik karena O2 bisa berdiffusi kedalam
substansi plastik.(1).
Syring harus dibasahi dulu dengan heparin sebelum dipakai.
Sebaiknya sampel darah yang diambil segera diperiksa karena konsumsi O2 dari whole blood pada suhu
38 derajat Celcius cukup untuk menurunkan PaO2 sebesar 3mm Hg permenit atau bila terpaksa dijaga
tetap dingin agar konsumsi O2 menurun.(1).
Yang perlu diingat sebelum dilakukan pemeriksaan, catat berapa FiO2 yang diberikan untuk menentukan
apakah PaO2 yang diperoleh sesuai denganFiO2 yang diberikan sebab PaO2 seharusnya 5x
FiO2(misalnya FiO2 20% seharusnya PaO2 = 5×20 =I00 mmHg)
IV.INTERPRETASI :
Yang paling penting adalah interpretasi data-data yang diperoleh untuk diagnostik/terapi dan evaluasi.
Apakah terapi sudah adekuat.
a.Tekanan partiel O2(PaO2):
Langkah pertama yang perlu dievaluasi adalah PaO2 sebab hipoksemia butuh terapi sedini mungkin. Kita
ketahui PaO2 apakah normal tergantung pada ketinggian letak dari permukaan laut, umur dan FiO2 yang
diberikan. Walaupun begitu telah disepakati setiap PaO2 < 70 mm Hg sudah bisa dianggap hipoksemia.
(3).
Tetapi tidak setiap penderita hipoksemia membutuhkan terapi O2 tergantung penderitanya seberapa jauh
perlu diterapi. Kalau penderita COPD justru membutuhkan PaO2 50-60 mmHg untuk menstimulir
respiratory center.
PaO2 normal diberbagai ketinggian dapat diperkirakan menurut rumus :
PB
—– x PaO2 pada 760 permukaan laut
760
Umpama tekanan barometrik(PB) pada ketinggian 3300 feet adalah 670 mm Hg maka PaO2 setinggi
3300 feet = 670 /760 x PaO2 setinggi permukaan laut.
Penurunan yang tepat PaO2 dengan kenaikan umur masih merupakan perdebatan.
Kita dapat meminjam tabel dibawah ini yang kira-kira dianggap benar, Tabel ini untuk FiO2 21% dan
setinggi permukaan laut.

Umur (tahun) PaO2(mm Hg)


————————————————————————
! rata-rata ! batas minimal normal!
————————————————————————
20 ! 97 ! 90 I
40 I 90 I 85 I
60 I 85 I 80 I
75 I 75 I 70 I
———————————————————————–
(Dikutip dari Acta Physiology Scand 67: 10, 1966).
Pada permukaan laut PaO2 normal untuk setiap FiO2 secara kasar sebanding dengan 5x FiO2 %(2).
Biasanya kita menduga bahwa darah mencapai jantung kiri dan arteri sistemik seimbang udara alveolar
bila ini benar maka selisih antara PAO2 dengan PaO2 sama dengan nol.
Sebenarnya P(A-a) O2 normal 5-10 mm Hg bila menghirup udara normal (FiO2 0,21) dan sebesar < 100
mm Hg bila FiO2 1,0 (2).
Kenaikan P(A-a)O2 yang menyolok indikasi adanya gangguan diffusi, VA /Q mismatch, dan shunt. VA/Q
mismatch berupa gangguan venrtilasi perfusi dimana ventilasi relatif rendah dibandingkan perfusi
menyebabkan tingginya PACO2 dan rendahnya PAO2 sehingga PaO2 cenderung mendekati PvO2.
Yang dimaksud dengan shunt boleh dianggap bagian dari cardiac output yang beranjak dari circulasi vena
ke circulasi arteri tanpa keuntungan kontak dengan gas alveolar.
Ada 2 jenis shunt:
1. Anatomik shunt : Dalam keadaan normal ada 2 macam anatomik shunt (3-5)% dari cardiac output.
a. Arteri bronchiales cabang dari aorta memberi nutrisi pada cabang bronhus kembali dalam keadaan
desaturated langsung kevena pulmonal
b. Sebagian dari darah arteri coronaria langsung dengan darah desaturated masuk atrium kiri melalui vena
thebesian.
2.Intrapulmonaryshunt:
Suatu keadaan dimana perfusi normal sedangkan alveoli kolaps, sehingga tak ada berkontak dengan
alveoli akibatnya darah venous tanpa pertukaran gas langsung masuk kecirculasi arteri disebut wasted
perfusion.
Jadi bila ada VA /Q yang besar mungkin oleh sebab VA /Q, mismatch atau intrapulmonary shunt,
pemberian FiO2 yang tinggi membantu mengenal mekanisme mana sebagai penyebab.
Bila P(A-a)O2 kembali normal (<100 mm Hg) maka masalahnya adalah VA/Q mismatch tetapi bila P(A-
a)O2 > 100 mm Hg dengan pemberian FiO2 100% maka masalahnya adalah shunt. Dalam penggunaan
praktis bila shunt sebagai penyebab pemberian O2 hanya berpengaruh sedikit, sedangkan bila VA/Q
mismatch akan menambah PaO2.(2).
Untuk menentukan PAO2 kalau PaCO2 diketahui dapat digunakan rumus:
PACO2
PAO2 = PiO2 – ——R
PiO2 = FiO2(PB – PiH2O).
R= respiratory exchange ratio yaitu perbandingan antara volume CO2 yang masuk kealveolar dengan
volume O2 yang dikeluarkan dari alveolar ke circulasi.
Dalam klinik R dianggap 0,8 kalau bernafas dengan udara kamar dan 1,0 kalau bernafas dengan O2
100%(2).
Tekanan uap air PH2O ditrachea diperkirakan 47 mm Hg.
Tekanan atsmosfer(barometrik)(PB) dipermukaan laut kira-kira 700 mmHg.
Jumlah tekanan partiel gas dalam alveoli seimbang dengan tekanan barometrik sehingga tekanan gas
dalam alveoli =
PAN2 + PAO2 + PACO2 + PAH2O = PB.
PB – PAH2O = PAN2 + PAO2 + PACO2.
PiO2 = FiO2 x (PB – PAH2O)
Bila PAO2 telah dihitung menurut rumus :
PaCO2
PAO2 = PiO2- ——– maka P(A-a) O2 bisa didapat.
R
Normalnya P(A-a)O2 bila seseorang bernafas dengan udara kamar tak > 10 mmHg, pada orang tua > 60
tahun tak> 25 mm Hg, bila bernafas dengan FiO2 1,0 harus < 100 mm Hg.
Besarnya FiO2 bila disetarakan dengan flow O2 :
Cara pemberian flow FiO2
—————————————————————-
Nasal canule 2 L / menit 28 %
Nasal canule 6 L/ menit 40 %
Mask tanpa bag 7 L / menit 50 %
Mask dengan 9 L / menit 90 %
rebreathing bag.
——————————————————————-
Diagnose shunt secara cepat dengan memberikan O2 lewat nasal prong 6 L permenit (FiO2 =0,3-0,4),
jika PaO2 > 100 torr mungkin shunt bermakna tak ada, kalau < 100 mm Hg
mungkin ada shunt bermakna(3).
Bila ada shunt ventilasi mekanik mungkin membantu untuk membuka alveoli yang kolaps apa dengan
PEEP (Positive end expiratory pressure).
Setiap keadaan yang meningkatkan konsumsi O2 seperti demam, gelisah atau extraksi O2 yang lebih
banyak dijaringan oleh karena cardiac output yang menurun dimana aliran darah lambat dapat
memperburuk akibat shunt, ini dapat dilihat dari SvO2(saturasi O2 dalam darah vena) yang menurun
berarti adanya konsumsi O2 yang menigkat.(normal SvO2 75%).
Perlu juga kita ketahui hubungan antara PaO2 danSaO2 yang digambarkan melalui curve disosiasi
oxyhaemoglobine agar jelas sejauh mana penurunan maupun peningkatan PaO2 mempengaruhi SaO2
secara bermakna.
Semakin besar saturasi semakin baik mutu Hb semakin besar volume O2 yang dapat diangkut oleh darah
kejaringan, menurut rumus :
g % Hb O2
SaO2 = —————- x 100 %
Hb g% HbO2 = SaO2 x total Hb
Volume % O2 yang diangkut sebagai HbO2 = SaO2 xtotal Hb x 1,34.
Setiap gram Hb dapat bergabung dengan 1,34 ml O2.
Setiap melihat data O2 dalam darah sebaiknya mempelajari arti point-point tertentu pada curve
oxyhaemoglobine yang harus diingat :

———————————————————————
PaO2 (mmHg) SaO2 (%) Clinical
———————————————————————
100 90 muda, normal
80 95 orang tua
60 90 shoulder of curve
PenurunanO2
40 75 O2 transport
melemah critical hypoxaemia
kadar O2 darah vena yang normal
20 35 lowest tolerated level
————————————————————————
Adapted from G.I.Snider, Interpretation of arterial oxygen and carbodioxide pressure chest: 63 :801,
1973.
————————————————————————
Penurunan PaO2 sebesar 25 mm Hg dari 95 mm hg menjadi 75 mm hg hanya berpengaruh sedikit
perubahan pada oxyhaemoglobine sama artinya situasi seseorang mendaki sampai ketinggian 6000 feet
dari permukaan laut atau bertambahnya umur dari 20 tahun menjadi 70 tahun atau penderita penyakit
paru-paru moderate.
Tetapi penurunan PaO2 sebesar 25 mm Hg dari 60 mm Hg menjadi 35 mmHg lain halnya, akan terjadi
perubahan yang serius.
Peningkatan PaO2 diatas 90 mm Hg tidak akan memperbaiki kemampuan Hb mengangkut O2 karena Hb
cukup saturated pada PaO2 80 mmhg.
B. Tekanan Partiel CO2(PaCO2):
Normal : 36 – 44 mmHg
Metabolisme tubuh waktu istirahat menghasilkan kira-kira 200 cc CO2 per menit dimana dalam keadaan
ventilasi normal, paru mampu mengeluarkan CO2 yang diproduksi seluruhnya.(2).
Total CO2(TCO2) adalah jumlah HCO3,CO2,H2CO3 yang ada dalam darah venous kira-kira 52,0
volume % sedangkan dalam darah arteriel 48,2 volume %.
Bila terjadi perubahan ventilasi dimana produksi CO2 tetap tetapi pengeluaran meningkat atau menurun
akan terlihat berupa penurunan atau peningkatan PaCO2.
Pada keadaan hypoventilasi terjadi peninggian PaCO2 sedangkan pada hyperventilasi penurunan PaCO2.
Kebanyakan molekul CO2 bergabung dengan air(H2O) membentuk H2CO3 yang akan
berdisosiasi menjadi ion bikarbonat (HCO3) dan ion hidrogen(H). _ +
CO2 + H2O < =====> H2CO3 < ======> HCO3 + H
Bila PaCO2 meningkat reaksi bergeser kekanan membentuk ion HCO3 dan ion H yang lebih banyak.
Kenaikan ion H disini tak bisa dibuffer dengan bicarbonat buffer system tapi akan dibuffer oleh
hemoglobin buffer system.
Mekanisme buffering :
H (+) + Hb (-) ——–> HHb
H2CO3 + Hb (-) ———>HHb + HCO3(-).
Setiap satu buffer base Hb digunakan, terbentuk satu buffer base yang lain (HCO3) sehingga total buffer
konstant.
Dengan perkataan lain tak ada dijumpai base excess atau defisit tetapi jumlah bikarbonat meningkat
(normal 22-26 meq/L).
Acidosis yang timbul akibat meningkat PaCO2 diatas 45 mm Hg disebut respiratorik acidosis. Spesifikasi
respiratorik acidosis antara lain:( 9 ).
PaCO2 > 45 mm Hg.
Base excess normal
HCO3 meninggi.
Kita ketahui dalam tubuh kita ada 4 system buffer(2).
bikarbonat
posphat
Hb
protein
Jumlah seluruh buffer base dari semua system buffer = total buffer base.
Dalam keadaan normal (pH = 7,4 dan PaCo2 40 mm Hg) jumlah buffer base antara 45-50 meq/L.
Kekuatan buffer darah sebagian besar ditentukan oleh bikarbonat dan Hb.
Pada hyperventilasi PaCO2 menurun dengan demikian reaksi bergeser kekiri.
H2O + CO2 < =====> H2CO3 <=====> HCO3(-)+ H(+).
Mekanismebuffering
HHb ——-> H(+) + Hb(-)
HHb + HCO3(-) ——> Hb(-) + H2CO3 ——> H2O + CO2.
Terlihat setiap satu buffer HCO3 terpakai, terbentuk satu buffer Hb sehingga dengan demikian tak ada
perubahan total buffer base dengan demikian tak ada base excess tetapi jelas HCO3 turun.
Alkalosis yang timbulnya akibat menurunnya PaCO2 < 35 mmHg.
Spesifikasi respiratorik alkalosis antara lain:(9).
PaCO2 < 35 mm Hg
Base excess (BE) normal
HCO3 menurun
pH: Simbol pH merupakan hubungan terbalik dan logaritma dengan konsentrasi H(+), bila konsentrasi
H(+) meninggi maka PH menurun, dan bila konsentarsi H(+) menurun, pH akan meninggi.
Normal pH adalah 7,35 – 7,45. disebut asidosis bila pH < 7,35 dan alkalosis bila pH > 7,45.
Batas pH dimana hidup masih mungkin adalah diantara 6,7 -7,9. dan pH < 7,25 atau > 7,55 hampir selalu
memerlukan terapi.(9).
Diperkirakan 13000 meq CO2 harus dikeluarkan oleh paru setiap hari, dan 30-50 meq.
H(+) yang harus dikeluarkan oleh ginjal.(2,9).
Kontrol konsentrasi H(+) dilakukan dengan 2 cara:(2).
– buffer transport
– eliminasi yang cepat oleh paru dan ginjal secepat diproduksi.
Baik acidosis maupun alkalosis bisa disebabkan faktor respiratorik dan metabolik. Bila faktor respiratorik
sebagai penyebab utama dijumpai peningkatan atau penurunan PaCO2 abnormal dan bila faktor
metabolik akan dijumpai peningkatan atau penurunan total buffer base > 3 meq, atau dengan perkataan
lain base excess > + 3 meq atau >-3 meq.
Penetapan gangguan metabolik berdasarkan konsentrasi HCO3 tidak mutlak oleh karena HCO3
dipengaruhi faktor metabolik maupun respiratorik sedangkan base excess hanya dipengaruhi faktor
metabolik.(9).
Penetapan metabolik acidosis atau alkalosis bisa saja berdasarkan konsentrasi HCO3 plasma darah yang
telah diseimbangkan pada PaCO2 45 mmHg dan dengan O2 pada suhu 38 derajat Celcius, dengan
penetapan pada PaCO2 40 mmHg faktor respiratorik yang merubah kadar HCO3 dapat disingkirkan,
Standard bikarbonat normal 22-26 meq
Dengan demikian gambaran kasus acidosis / alkalosis adalah:
————————————————————————
Type ! PaCO2 ! Base Excess ! Standard Bicarbonat ! HCO3 ! pH
Resp acid ! >45mmHg ! Normal ! 22-26 meq/L ! naik ! < 7,35
Resp alk. ! <35mmhg ! Normal I 22- 26 meq/L I turun I > 7,45
Metabacid I normal I >- 3meq/L I < 22 meq/L I turun I < 7,35
Metabalk I normal I >+ 3meq/L I > 26 meq/L I naik I > 7,45
————————————————————————
Kadang-kadang metabolik/respiratorik asidosis /alkalosis bisa terjadi bersamaan atau respiratorik acidosis
bersamaan dengan metabolik alkalosis yang ini bisa salah satu berupa kompensasi yang lain tinggal kita
menetapkan mana yang primer dan yang mana faktor kompensasinya.
Contoh :
a. Respiratorik acidosis : PaCO2 60 mm Hg
pH 7,30
base excess + 2 meq/L
b. Respiratorik alkalosis : PaCO2 30 mm Hg
pH 7,50
base excess 0 meq/L
c. Respiratorik acidosis + PaCO2 75 mm Hg
Metabolik acidosis pH 7,20
base excess 10 meq/L
d. Respiratorik alkalosis + PacO2 32 mm Hg
Metabolic acidosis pH 7,6
base excess + 15 meq/L
e. Primer resp acidosis + PaCO2 60 mm Hg
kompensasi metalkalosis pH 7,32
base excess + 6 meq/L
f. Primer metalkalosis + PaCO2 50 mm Hg
respiratorik acidosis pH 7,48
Base excess + 10 meq/L
Untuk menentukan mana yang primer dan mana yang kompensasi perhatikan dulu pH apakah acidosis
atau alkalosis bila pH > 7,4 disebut alkalosis dan < 7,4 disebut acidosis.
Baru faktor metabolik atau respiratorik sesuaikan dengan pH bila yang sesuai metabolik maka yang
primer adalah metabolik sedangkan kompensasinya adalah respiratorik; umpama PaCO2 > 45 mmH,
sedangkan pH < 7,4 maka respiratorik primer, kompensasinya metabolik Biasanya peningkatan/
penurunan PaCO2 sebesar 10 mmHg sesuai dengan penurunan/peningkatan pH sebesar 0,08 unit.(6).
Bila PaCO2 naik 30 mm Hg berarti pH turun 3x 0,08 unit = 0,24 unit.
Kenapa bisa demikian ?
Mari kita lihat persamaan Henderson – Hesselbach :
HCO3
PH = 6,1 + log ———-
H2CO3
Pada PaCO2 40 mm Hg, maka kadar HCO3 lebih kurang 25,4 meq/L,& H2CO3 1,27 meq/L.
25,4
pH = 6,1 log —————-
1,27
= 7,4
Seandainya PaCO2 60 mm Hg maka H2CO3 akan meningkat sebesar 20/40 x 1,27 meq/L = 0,63meq/L.
Kadar H2CO3 pada PaCO2 60 mmHg = 1,27 + 0,63 = 1,9 meq/L.
Kita subsitusikan kembali kerumus tadi:
25,4
pH = 6,1 + log ———
1,9
= 6,1 + 1,126
= 7,226
Penambahan PaCO2 sebesar 20 mmHg dapat menurunkan pH (7,4- 7,226 = 0,17 unit).
Perhitungan ini tak begitu tepat benar hanya digunakan untuk kepentingan praktis namun kesalahan tak
begitu bermakna.
Untuk menetapkan komponen respiratory pada keimbangan asam basa sesudah data gas arteri diperoleh
langkah-langkah berikut yang perlu diperhatikan:(6)
1.Hitung deviasi PaCO2 dari normal (40 mmHg).
Apakah menurun atau meningkat, berapa besar ?
2.Hitung berapa pH yang seharusnya pada PaCO2 yang diukur ?
3.Apakah pH yang dihitung sama dengan pH yang diukur ?
Bila sama berarti semuanya akibat gangguan respiratorik (pure respiratorie).
Ini disebut Golden rules I
==================================
I PaCO2 naik 10 mm Hg = pH turun 0,08 I
I PaCO2 turun 10 mm Hg = pH naik 0,08 I
==================================
Bila pH yang diukur kurang dari pH yang dihitung berarti perubahan tersebut akibat pengaruh metabolik
acidosis dan bila lebih besar akibat metabolik alkalosis.
Berapa besar jumlah acidosis atau alkalosis menyertainya dapat ditentukan dngan Golden rules II.(6)
Perubahan pH 0,15 setara perubahan base 10 meq/L
Kenaikan pH 0,15 setara kenaikan base 10 meq/L demikian juga penurunan.
Kenapa demikian?
base (25,4 meq/L) normal
pH = 6,1 + log ————————————
acid (1,27 meq/L) PaCO2 40 mm Hg
Sekiranya base meningkat dari 25,4 menjadi 35,4 maka :
35,4
pH = 6,1 + log ———
1,27
= 6,1 + 1,445 = 7,545.
Jadi perubahan base 10 meq/L sebanding dengan perubahan pH (7,45-7,4)=0,15 unit.
Contoh(1):
PaCO2 52 mm Hg, pH 7,30
Kenaikan PaCO2 = 52 – 10 = 12 mm Hg.
kenaikan PaCO2 10 mmHg sebanding dengan penurunan pH 0,08 unit.
Kenaikan PaCO2 12 mm Hg = 12/ 10 x 0,08 unit= 0,1 unit.
Jadi pH seharusnya = 7,4 – 0,1 = 7,3, terlihat pH yang dihitung = pH yang diukur.
Dengan demikian tak ada komponen metabolik hanya ada acidosis respiratorik murni.
Contoh (2):
PaCO2 50 mm Hg, pH 7,26
Kenaikan PaCO2 = 50 – 40 = 10 mm Hg.
Sebanding dengan penurunan pH. 0,08 unit.
Jadi pH yang dihitung = 7,4 – 0,08 = 7,32,kenyataan pH yang diukur 7,26.
Selisih pH yang dihitung dengan yang diukur = 7.32 – 7,26
= 0,06.
Penurunan pH 0,15 sebanding penurunan base 10 meq/L.
Penurunan pH o,06 = 0,06 / 0,15 x 10 meq/L = penurunan base 4 meq/L.
Jadi base excess = – 4 meq /L.
Kesimpulannya suatu acidosis respiratorik dengan metabolik asidosis yang menyertainya.
Bila PaCO2 normal maka komponen respiratorik bisa disingkirkan.
Harold A Braun cs menetapkan acidosis /alkalosis yang murni berdasarkan rumus berikut:(20)
A. Respiratorik acidosis murni :
Akut : pH turun 0,08 setiap PaCO2 naik 10 mmHg.
Kronis : pH turun 0,03 setiap PaCO2 naik 10 mmHg.
B. Respiratorik alkalosis murni :
Akut : pH naik 0,1 setiap PaCO2 turun 10 mmHg.
C. Metabolik acidosis murni:
PaCO2 = (1,54 x HCO3 ) + 8
Contoh:
PaCO2 = 38 mm Hg ,pH 7,22, bikarbonat = 15 meq/L.
PaCO2 = ( 1,54 x 15 ) + 8
= 31,10
Kelihatannya PaCO2 yang dihitung lebih rendah dari PaCO2 diukur.
Jadi bukan metabolik acidosis murni tetapi metabolik acidosis dengan kompensasi respiratorik alkalosis.
Metode Peter A Stewart :
Banyak masalah asam basa pada pasien kritis yang tidak dapat dijelaskan dengan pendekatan Handerson-
Hasselbach.
Pendekatan Stewart berdasarkan kenetralan elektrik dan konservasi massa.
Dalam larutan encer jumlah ion bermuatan positif harus sama dengan jumlah ion yang bermuatan negatif
ini yang dimaksud dengan kenetralan elektrik sementara konservasi massa maksudnya jumlah suatu
substansi tetap konstan kecuali dia ditambah atau dibentuk, diambil atau dihancurkan.
Dalam air murni konsentrasi H ion harus sama dengan konsentrasi OH. Setiap perubahan komposisi
elektrolit dalam suatu larutan akan menimbulkan perubahan H dan OH ion. Untuk mempertahankan
prinsip kenetralan elektrik, misalnya peningkatan ion Cl bermuatan negatif akan meningkatkan H ion
yang disebut acidosis. Karena kenaikan H ion akan menurunkan OH, maka bisa disebut penurunan OH
membuat acidosis dan kenaikan OH menimbulkan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen ditentukan secara
independen oleh tiga variabel yaitu strong ion difference (SID), konsentrasi total asam lemah non volatile
( ATOT), dan PCO2.
Yang dimaksud dengan ion kuat adalah ion yang sempurna /hampir sempurna berdisosiasi.
Umpama kalau kita melarutkan NaCl kedalam air maka larutan tersebut akan mengandung ion Na,Cl,H
dan OH dan molekul H2O. Baik ion Na maupun Cl tak akan bersenyawa dengan ion H, maupun OH
membentuk NaOH atau HCl karena ion Na dan Cl merupakan ion-ion yang kuat yang selalu berdisosiasi
sempurna. Ion-ion kuat itu umumnya inorganik namun ada juga yang organik seperti laktat, sebenarnya
ion lemah tapi sebab pKa laktat 3,9 pada pH fisiologis laktat akan berdisosiasi secara
sempurna.Umumnya setiap zat yang mempunyai konstanta disosiasi > 10.000 meq/L dianggap sebagai
ion-ion kuat.
Jadi istilah strong bukan strong concentrated solution tapi strong discociated. Jumlah total dari
konsentrasi asam-asam lemah (Atot) terdiri dari protein dan fosfat inorganik.
Kadar fosfat kecil dianggap tak berperan kecuali dalam jumlah yang sangat besar. Protein plasma terdiri
dari albumin dan globulin namun albumin paling berkontribusi. Setiap penurunan kadar albumin plasma
akan menyebabkan alkalosis sebaliknya peningkatannya menyebabkan asidosis. SID berarti perbedaan
antara kation dan anion (ion Na + K + Ca + Mg ) – ( Cl +laktat)
Nilai normalnya pada orang sehat 40 – 42 meq/L.
Inti pendekatan Stewart adalah yang merubah konsentrasi ion H adalah salah satu atau lebih dari tiga
varibel independen tadi bukan H ion atau HCO3 ion.
Fenci cs membuat klasifikasi gangguan asam basa berdasarkan metode Stewart :

Acidosis | Alkalosis
—————————————— ———————————————
I Respiratory PCO2 naik ! PaCO2 turun
II Non Respiratory (metabolik):
1.Abnormal SID:
a.Water excess/deficit SID & Na turun ! SID&Na naik
b.Imbalance of strong anion
aa.CL excess/deficit SID turun, Na naik ! SID naik&Cl turun
ab.Unidentified anion SID turun, Na naik !
2.Non volatile weak acids:
a. Serum albumin naik ! turun.
b. Inorganik fosfat naik ! turun.
———————————————————————————————
Perubahan SID dapat disebabkan oleh :
1.Kelebihan atau kekurangan cairan dalam plasma dimana anion atau kation kuat akan terdilusi atau
terkonsentrasi (dilutional acidosis) atau concentrational alkalosis).
2.Perubahan konsentrasi ion Chlorida.
3.Perubahan konsentrasi anion kuat yang lain.

ad.1.Acidosis karena dilusi dilutional acidosis ):


Air akan mendilusi elektrolit sehingga relatif konsentrasi akan berubah terjadi penurunan SID
menyebabkan acidosis
Contoh:
Plasma dianggap sebagai 1 liter air mengandung Na 140 meq dan Cl 110 meq berarti SID =140-110=30
meq.
Kalau ditambah 1 liter air maka volume larutan menjadi 2 liter (terdilusi) sehingga
Na =140/2 =70 meq/ L dan Cl =110/2=55 meq/L, sehingga SID menjadi (70-55)= 15 meq.
Terjadilah dilutional acidosis, karena penurunan SID.
Kalau satu liter plasma (Na 140 meq/L,Cl 102 meq/L) ditambah larutan NaCl 0,9% ( Na 154 meq /L,Cl
154 meq/ maka hasilnya adalah Na(140 + 154)/2
= 147 meq/L dan Cl(102 + 154)/2 = 128 meq/L sehingga SID menjadi (147-128)=19 meq/L.SID
menurun terjadi acidosis.
Maka dilusi asidosis dikoreksi dengan NaCl phys, keliru, umpama pada operasi TUR prostatectomi.
Terapi yang tepat adalah pemberian Na Laktat.
Plasma (Na 140 meq/L,Cl 102 meq/L (SID =38) ditambah
RL (Na 137 meq/L,Cl i09 meq/L,laktat 28 meq (SID 0)
————————————-
hasilnya Na 277/2 meq/L, Cl 211/2 meq/L, laktat =0
SID = 138,5 – 105,5 = 33 meq/L lebih alkalosis dibanding pemberian NaCl 0,9%.
Laktat 0 meq/L karena termetabolisis.
ad.1b. Concentrational alkalosis:
Penyusutan jumlah cairan meningkatkan konsentrasi Na dan Cl. Satu L larutan dengan komposisi Na 140
meq,Cl 102 diuapkan jadi 0,5 liter maka konsentrasi Na jadi 280 meq danCl 204, maka SID 280-204 =76
meq/L terjadi alkalosis.
Umpama pada dehidrasi, retriksi cairan.
ad.2a.Hiperkloremik asidosis:
Hiperkloremik akan menyebabkan asidosis peningkatan ion H akibat penurunan SID.
Plasma (Na 140 meq/L ,Cl 102) (SID=38) bila Cl naik jadi 130 meq/L maka SID jadi 10 meq/L, asidosis.
Biasanya akibat penambahan cairan yang komposisi Cl sama dengan Na seperti NaCl o,9%, starch in
saline.
Terapi yang tepat adalah meningkatkan SID, bisa diberikan Na bikarbonat atau anion yang gampang
dimetabolisisr seperti Na Laktat, atau Na Asetat.
ad.2b: Hipokloremik alkalosis:
penurunan Cl akan menaikan SID menyebabkan penurunan H terjadi alkalosis, sering akibat pengisapan
cairan lambung mengurangi distensi atau akibat muntah-muntah.
Plasma (Na 140 meq/L.Cl 102 meeq/L)(SID= 38 meq/L) kehilangan Cl kadar Cl menjadi 90 meq
sehingga SID menjadi 50 meq/L; meningkat menyebabkan penurunan ion H sehingga alkalosis.
Terapinya dengan pemberian larutan NaCl 0,9%.
Plasma yang hipokloremik (Na 140 meq/L,Cl 95 meq/L SID 45 tambah larutan NaCl 0,9%(Na 154
meq/L, Cl 154meq/L, SID 0)
Hasilnya :
Na 147 meq/L,Cl 125 meq/L
SID =22 meq/L
Note:Bila SID >38 alkalosis, bila < 38 asidosis.
ad.3. Peningkatan ion-ion yang tak teridentifikasi:
Setiap peningkatan dari anion-anion tersebut akan menurunkan SID, sehingga terjadi asidosis seperti
laktat asidosis, ketoasidosis, gagal ginjal(sulfat dan fosfat) atau
keracunan salisilat.
Cara mengkoreksi asidosis dengan bikarbonat perhitungannya sebagai berikut.
A. Menurut Mark B Revin :(Golden Rules III)
base deficit (meq/L) x BB
Deficit bikarbonat = —————————
4
B. Menurut Harold A Braun:
meq bikarbonat = (BB x 0,5) x ( 24 – HCO3 yang diukur)
Biasanya diberikan separoh dosis segera, kemudian pH ditetapkan lagi. Dalam situasi cardiac arrest bila
pH menurun akut, bisa diberikan dalam dosis penuh agar cepat kembali ke pH normal, tetapi pada kasus
non cardiac arrest pemberian dosis penuh tak dianjurkan karena akan terjadi pergeseran ion yang cepat
antara dalam dan luar cell yang bisa menimbulkan cardiac aritmia atau kejang-kejang.
Pada kronik metabolik asidosis pemberian natrium bikarbonat sebaiknya dengan satu bolus 50% koreksi
dilanjutkan dengan infus drip yang lambat. Harus diikuti pemeriksaan BGA (AGD) yang berulang-ulang.
Terlalu banyak natrium bikarbonat akan menyebabkan metabolik alkalosis, hipokalimia disritmia sampai
koma bila timbul hiperosmolariti.
Pada pasien COPD dengan retensi CO2 tubuh telah mengakumulasi natrium bikarbonat untuk
mempertahankan pH mendekati normal ini yang disebut compensated respiratory acidosis.
CARA MEMBACA AGD
Mekanisme tubuh untuk mempertahankan pH dalam batas normal yaitu paru-paru, ginjal, buffer.stabilitas
pH ditentukan oleh stabilitas perbandingan PaCO2 dengan [HCO3].
Ingat rumus Handerson – Hasselbach

[HCO3]
pH = pka + log
0,03 PaCO2

Dengan rumus diatas bisa diketahui


 pH berbanding lurus dengan [HCO3]
 pH berbanding terbalik dengan PaCO2

Gangguan yang mempengaruhi [HCO3]  metabolik


Gangguan yang mempengaruhi PaCO2  respiratorik
Bila gangguan metabolik [HCO3] maka kompensasinya respiratorik ( PaCO2 ) dan sebaliknya.

Harga normal :
 pH : 7,36 – 7,44
 [HCO3] : 22 – 26 mEq/L
 PaCO2 : 36 – 44 mmHg

Langkah – langkah membaca hasil AGD :


1. Lihat pH ( asidosis atau alkalosis )
2. Lihat [HCO3]. Bila turun / naik sesuai dengan pH ( berbanding lurus )  proses metabolik,
bila tidak  proses respiratorik.
3. Setelah itu lihat komponen PaCO2 bila proses metabolik untuk mengetahui ada kompensasi atau
tidak ( (respiratorik ), dan lihat [HCO 3] bila proses respiratorik untuk melihat ada
kompensasi atau tidak.

pH [HCO3] PaCO2 Interpretasi


Asidosis metabolik
Turun Turun Normal  Belum kompensasi
Turun Turun Turun  Kompensasi sebagian
Normal Turun Turun  Kompensasi penuh
Asidosis respiratorik
Turun Normal Naik  Belum kompensasi
Turun Naik Naik  Kompensasi sebagian
Normal Naik Naik  Kompensasi penuh
Alkalosis metabolik
Naik Naik Normal  Belum kompensasi
Naik Naik Naik  Kompensasi sebagian
Normal Naik Naik  Kompensasi penuh
Alkalosis respiratorik
Naik Normal Turun  Belum kompensasi
Naik Turun Turun  Kompensasi sebagian
Normal Turun Turun  Kompensasi penuh
Turun Turun Naik  Mix asidosis
Naik Naik Turun  Mix alkalosis
9. standar minimum pelayanan icu
Tingkat pelayanan ICU harus diseuaikan dengan kelas rumah sakit. Tingkat pelayanan ini ditentukan oleh
jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah dan macam pasien yang dirawat.
Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
1. Resusitasi jantung paru.
2. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator sederhana
3. Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG, pulse oksimetri terus menerus
5. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
6. Pemeriksaaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
7. Pelaksanaan terapi secara titrasi
8. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien
9. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama transportasi pasien gawat
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada
11. Kemampuan Life support dan monitor selama transport pasien gawat

A. Klasifikasi atau stratifikasi pelayanan ICU


1. Pelayanan ICU primer (standar minimal)
Pelayanan ICU primer mampu memberikan pengelolan resusitatif segera untuk pasien sakit gawat,
tunjangan kardio-respirasi jangka pendek, dan mempunyai peran penting dalam pemantauan dan
pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang beresiko. Dalam ICU dilakukan ventilasi
mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam.
Kekhususan yang harus dimiliki :
a. Ruangan tersendiri ; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruangan perawatan lain.
b. Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
c. Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala.
d. Ada dokter jaga 24 (dua puluh empat) jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru (A,
B, C, D, E, F).
e. Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat.
f. Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu (Hb. Hematokrit, elektrolit, gula
darah dan trombosit), roentgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi.
2. Pelayanan ICU sekunder
Pelayanan ICU sekunder memberikan standar ICU umum yang tinggi, yang mendukung peran rumah
sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya kedokteran umum, bedah, pengelolaan trauma, bedah
saraf, bedah vaskuler dan lain-lainnya. ICU hendaknya mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis
lebih lama melakukan dukungan/bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.
Kekhususan yang harus dimiliki :
a. Ruangan tersendiri ; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruangan perawatan lain.
b. Memiliki ketentuan / kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
c. Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila diperlukan.
d. Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter konsultan intensive care, atau bila tidak tersedia oleh
dokter spesialis anestesiologi , yang bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal
mampu melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut).
e. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien : perawat sama dengan 1:1 untuk
pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2:1 untuk kasus-kasus lainnya.
f. Memiliki lebih dari 50% perawat bersertifikat terlatih perawatan / terapi intensif atau minimal
berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di ICU.
g. Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas tertentu melakukan
pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup.
h. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, roentgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi selama
24 (dua puluh empat) jam.
i. Memiliki ruangan isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi.

3. Pelayanan ICU tersier (tertinggi)


Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan tertinggi untuk ICU, memberikan pelayanan yang tertinggi
termasuk dukungan / bantuan hidup multi-sistim yang kompleks dalam jangka waktu yang terbatas. ICU
ini melakukan ventilasi mekanis pelayanan dukungan / bantuan renal ekstrakorporal dan pemantuan
kardiovaskuler invasif dalam jangka waktu yang terbatas dan mempunyai dukungan pelayanan penunjang
medik. Semua pasien yang masuk ke dalam unit harus dirujuk untuk dikelola oleh spesialis intensive care.
Kekhususan yang harus dimiliki :
a. Memiliki ruangan khusus tersendiri didalam rumah sakit.
b. Memiliki kriteria penderita masuk, keluar dan rujukan.
c. Memiliki dokter sepesialis yang dibutuhkan dan dapat dihubungi, datang setiap saat diperlukan.
d. Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensive care atau dokter ahli konsultan intensive
care yang lain yang bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu
resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut).
e. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien : perawat sama dengan 1: 1 untuk
pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2:1 untuk kasus-kasus lainnya.
f. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat terlatih perawatan / terapi intensif atau minimal
berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di ICU.
g. Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan / terapi intensif baik non-invasif maupun
invasif.
h. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, roentgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi selama
24 (dua puluh empat) jam.
i. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu dalam mendidik tenaga medik dan paramedik agar dapat
memberikan pelayanan yang optimal pada pasien.
j. Memiliki prosedur untuk pelaporan resmi dan pengkajian. (sampai disini).
k. Memiliki staf tambahan yang lain, misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam medik, tenaga untuk
kepentingan ilmiah dan penelitian.

4. Prosedur pelayanan perawatan / terapi (ICU)


Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU:
a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa dan dapat
menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik
problema dasar.
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh :
1) Penyakit
2) Latrogenik
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang nyawanya pada saat itu bergantung pada fungsi alat /
mesin dan orang lain.

5. Indikasi masuk dan keluar ICU


Suatu ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan
keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis. Keadaan ini memaksa
diperlukannya mekanisme untuk membuat prioritas pada sarana yang terbatas ini apabila kebutuhan
ternyata melebihi jumlah tempat tidur yang tersedia di ICU.
Dokter yang merawat pasien mempunyai tugas untuk meminta pasiennya dimasukkan ke ICU bila ada
indikasi segera memindah ke unit yang lebih rendah bila kondisi kesehatan pasien telah memungkinkan.
Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk
ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik,
pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini harus dijelaskan
secara rinci untuk tiap ICU. Harus tersedia mekanisme untuk mengkaji ulang secara retrospektif kasus-
kasus dimana dokter yang merawat tidak setuju dengan keputusan kepala ICU.

6. Kriteria masuk
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam
keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas satu-1)
didahulukan rawat ICU dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas dua-2) dan
pasien sakit kritis atau terminal dengan prognosis yang jelek untuk sembuh (prioritas tiga-3). Penilaian
obyektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk
pasien.
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
dukungan / bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, dan lain-lainnya. Contoh pasien
kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotoraksik, atau pasien shock septic. Mungkin ada baiknya
beberapa institusi membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi
dibawah tekanan darah tertentu. Pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas ditinjau dari
macam terapi yang diterimanya.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien ini beresiko sehingga
memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantauan intensif menggunakan metoda seperti
pulmonary arterial catheter sangat menolong. Contoh jenis pasien ini antara lain mereka yang menderita
penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major.
Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya, mengingat kondisi mediknya
senantiasa berubah.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil dimana status kesehatannya sebelumnya, penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing atau kombinasinya, sangat mengurangi
kemungkinan kesembuhan dan/atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh-contoh pasien ini
antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial, temponade, atau
sumbatan jalan napas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi
penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 (tiga) mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi
penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
kardiopulmoner.
d. Pengecualian
Jenis pasien berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk masuk ICU, dan hanya dapat
masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa, atas persetujuan Kepala ICU. Lagi pula
pasien-pasien tersebut bila perlu harus dikeluarkan dari ICU agar fasilitas yang terbatas tersebut dapat
digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga).
1) Pasien yang telah dipastikan mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu dapat dimasukkan ke
ICU bila mereka potensial donor organ, tetapi hanya untuk tujuan menunjang fungsi-fungsi organ
sementara menunggu donasi organ.
2) Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi
“perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR”. Sesungguhnya
pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk
meningkatkan kemungkinan survival-nya.
3) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
4) Pasien yang secara fisiologis stabil yang secara statistik resikonya rendah untuk memerlukan terapi
ICU. Contoh-contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien
diabetic ketoacidosis tanpa komplikasi, keracunan obat tetapi sadar, concusion, atau payah jantung
kongestif ringan. Pasien-pasien semacam ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit intermediet untuk
terapi definitif dan /atau observasi.

7. Kriteria keluar
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi,
atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau
manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil. Contoh-contoh hal terakhir adalah pasien dengan tiga atau
lebih gagal sistim organ yang tidak berespons terhadap pengelolaan agresif.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak memerlukan terapi intensif telah
berkurang.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi,
tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi
intensif kontinyu kecil. Contoh dari hal terakhir antara lain adalah pasien dengan penyakit lanjut
(penyakit paru kronis, penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-
lainnya yang telah tidak berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya, yang prognosis jangka
pendeknya secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi yang potensial untuk memperbaiki
prognosisnya.
Dengan mempertimbangkan perawatannya tetap berlanjut dan sering merupakan perawatan khusus setara
pasien ICU, pengaturan untuk perawatan non-ICU yang sesuai harus dilakukan sebelum pengeluaran dari
ICU.
d. Pengkajian ulang kerja
Setiap ICU hendaknya membuat peraturan dan prosedur-prosedur masuk dan keluar, standard perawatan
pasien, dan kriteri outcome yang spesifik. Kelengkapan-kelengkapan ini hendaknya dibuat tim
multidisipliner yang diwakili oleh dokter, perawat dan administrator rumah sakit, dan hendaknya dikaji
ulang dan diperbaiki seperlunya berdasarkan keluaran pasien (outcome) dan pengukuran kinerja yang
lain. Kepatuhan terhadap ketentuan masuk dan keluar harus dipantau oleh tim multidisipliner, dan
penyimpangan-penyimpangan dilaporkan pada badan perbaikan kualitas rumah sakit untuk ditindak
lanjuti.

B. Prasarana
1. Lokasi
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan atau mempunyai akses yang
mudah ke Unit Gawat Darurat, laboratorium dan radiologi.

2. Disain
Standar ICU yang memadai ditentukan disain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat.
Bangunan ICU merupakan :
a. Terisolasi
b. Mempunyai standar tertentu terhadap :
1) Bahaya api
2) Ventilasi
3) AC
4) Exhausts fan
5) Pipa air
6) Komunikasi
7) Bakteriologis
8) Kabel monitor
c. Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata
1) Area pasien :
a) Unit terbuka 12 – 16 m2 / tempat tidur
b) Unit tertutup 16 – 20 m2 / tempat tidur
c) Jarak antara tempat tidur : 2 m
d) Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur
e) Unit tertutup 1 ruangan 1 tempat tidur cuci tangan
Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU. ICU tersier paling sedikit 3 outlet udara-
tekan, dan 3 pompa hisap dan minimal 16 stop kontak untuk tiap tempat tidur.
Pencahayaan cukup dan adekuat untuk opservasi klinis dengan lampu TL day light 10 watt/m2. Jendela
dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil. Disain dari unit juga memperhatikan
privasi pasien.
2) Area kerja meliputi :
a) Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat dengan pasien.
b) Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan penyimpanan obat dan alat
(termasuk lemari pendingin).
c) Ruang yang cukup untuk mesin X-Ray mobile dan mempunyai negatif skop.
d) Ruang untuk telpon dan sistem komunikasi lain, komputer dan koleksi data, juga tempat untuk
penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang cukup resepsionis dan petugas administrasi.
3) Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan / AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban sesuai dengan luas
ruangan. Suhu 22o – 25o kelembaban 50 – 70%.
4) Ruang Isolasi
Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri.
5) Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Untuk menyimpan monitor, ventilator, pompa infus dan pompa syringe, peralatan dialisis, alat-alat sekali
pakai, cairan, penggantung infus, troli, penghangat darah, alat hisap, linen dan tempat penyimpanan
barang dan alat bersih.
6) Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor
Untuk menyimpan monitor, ventilator, pompa infus dan pompa syringe, peralatan dialisis, alat-alat sekali
pakai, cairan, penggantung infus, troli, penghangat darah, alat hisap, linen dan tempat penyimpanan
barang dan alat bersih.
7) Ruang perawat
Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang bertugas dam pimpinannya.
8) Ruang staf Dokter
Tempat kegiatan organisasi dan administrasi termasuk kantor Kepala bagian dan staf, dan kepustakaan.
9) Ruang Tunggu keluarga pasien
10) Laboratorium
Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan terpusat.

C. Peralatan
1. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU dan harus sesuai
dengan beban kerja ICU, diseuaikan dengan standar yang berlaku.
2. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.
3. Peralatan dasar meliputi :
a. Ventilator
b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
c. Alat Hisap
d. Peralatan akses vaskuler
e. Defibrilator dan alat pacu jantung
f. Alat pengatur suhu pasien.
g. Peralatan drain thorax.
h. Pompa infus dan pompa syringe
i. Peralatan portable untuk transportasi
j. Tempat tidur khusus.
k. Lampu untuk tindakan
l. Continous Renal Replacement Therapy
Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk prosedur diagnostik dan atau terapi
khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.
Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia untuk penggunaan alat-alat
termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila terjadi malfungsi.

D. Monitoring Peralatan (Termasuk peralatan portable yang digunakan untuk transportasi pasien).

1. Tanda bahaya kegagalan pasokan gas.


2. Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen.
Alat yang secara otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan tekanan pasokan oksigen, yang selalu
terpasang di ventilator.
3. Pemantauan konsentrasi oksigen.
Diperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh ventilator atau sistim pernafasan.
4. Tanda bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistim pernafasan.Pada penggunaan ventilator
otomatis, harus ada alat yang dapat segera mendeteksi kegagalan sistim pernafasan atau ventilator secara
terus menerus.
5. Volume dan tekanan ventilator.
Volume yang keluar dari ventilator harus terpantau. Tekanan jalan nafas dan tekanan sirkuit pernafasan
harus terpantau terus menerus dan dapat mendeteksi tekanan yang berlebihan.
6. Suhu alat pelembab (humidifier)
Ada tanda bahaya bila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi.
7. Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.
8. Pulse oximeter.
Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU.
9. Emboli udara
Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmapheresis, atau alat perfusi, harus ada pemantauan
untuk emboli udara.
10. Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variabel fisiologis lain seperti
tekanan intra arterial dan tekanan arteri pulmonalis, curah jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan
nafas, tekanan intrakranial, suhu, transmisi neuromuskular, kadar CO2 ekspirasi

10. Klasifikasi Pelayanan ICU


a. ICU Primer
b. ICU Sekunder
c. ICU Tersier
a. ICU Primer
 Mampu memberikan pengelolaan resusitasi segera, tunjangan,kardio respirasi jangka
pendek
 Memantau dan mencegah penyulit pasien dan bedah yang berisiko
 Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam
 Ruangan dekat dengan kamar bedah
 Kebijakan / criteria pasien masuk, keluar dan rujukan
 Kepala : dokter spesialis anestesi
 Dokter jaga 24 jam, mampu RJP
 Konsultan dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat
 Jumlah perawat cukup dan sebagian besar terlatih
 Pemeriksaan Laborat : Hb, Hct, Elektrolit,GD, Trombosit
 Kemudahan Rontgen dan Fisioterapi
b. ICU Sekunder
 Memberikan pelayanan ICU umum yang mampu mendukung kedokteran umum, bedah,
trauma, bedah syaraf, vaskuler dsb.
 Tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.
 Ruangan khusus dekat kamar bedah
 Kebijakan dan kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
 Kepala intensivis, bila tidak ada SpAn.
 Dokter jaga 24 jam mampu RJP ( A,B,C,D,E,F )
 Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator,RT dan 2 : 1 untuk pasien
lainnya.
 50% perawat bersertifikat ICU dan pengalaman kerja minimal 3 tahun di ICU
 Mampu melakukan pemantauan invasife
 Lab, Ro, fisioterapi selama 24 jam
c. ICU Tersier
 Memberikan pelayanan ICU tertinggi termasuk dukungan hidup multi sistem ( ventilasi
mekanik , kardiovaskuler, renal ) dalam jangka waktu tak terbatas
 Ruangan khusus
 Kebijakan/ indikasi masuk, keluar dan rujukan
 Kepala : intensivis
 Dokter jaga 24 jam, mampu RJP (A,B,C D,E,F )
 Ratio pasien : perawat = 1:1 untuk pasien dengan ventilator, RT dan 2 : 1 untuk pasien
lainnya.
 75% perawat bersertifikat ICU atau minimal pengalaman kerja di ICU 3 tahun
 Mampu melakukan pemantauan / terapi non invasive maupun invasive.
 Laborat, Ro, Fisioterapi selama 24 jam
 Mempunyai pendidikan medik dan perawat
 Memiliki prosedur pelaporan resmi dan pengkajian Memiliki staf administrasi, rekam medik
dan tenaga lain
7. Syarat - syarat Ruang ICU
 Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih sadar ( Recovery
Room)
 Suhu ruangan diusahakan 22-25 C, nyaman , energi tidak banyak keluar.
 Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar
 Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca.
 Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
 Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
 Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan isolasi.
 Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk mengobservasi pasien

8.Ketenagaan
a.Tenaga medis
b.Tenaga perawat yang terlatih
c.Tenaga Laboratorium
d.Tenaga non perawat : pembantu perawat , cleaning servis
e. Teknisi

9. Sarana & Prasarana yang harus ada di ICU


 Lokasi : satu komplek dengan kamar bedah & Recovery Room
 RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk R.ICU antara 1-2 % dari jumlah
pasien secara keseluruhan.
 Bangunan : terisolasi dilengkapi dengan : pasienmonitor, alat komunikasi, ventilator, AC,
pipaair, exhousefan untuk mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan, keras dan rata, tempat
cuci tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan, v pengering setelah cuci tangan
 R.Dokter & R. Perawat
 R.Tempat buang kotoran
 R. tempat penyimpanan barang & obat
 R. tunggu keluarga pasien
 R. pencucian alat Dapur
 Pengering setelah cuci tangan R.Dokter & R. Perawat
 R.Tempat buang kotoran
 R. tempat penyimpanan barang & obat
 Sumber air Sumber listrik cadangan/ generator, emergency lamp Sumber O2 sentral Suction
sentral Almari alat tenun & obat, instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat
kecil
 Alat –alat penunjang a.l.: Ventilator, Nabulaizer, Jacksion Reese, Monitor ECG, tensimeter
mobile, Resusitato, Defibrilator, Termometer electric dan manual,Infus pump, Syring pump,O2
transport, CVP, Standart infuse, Trolly Emergency,Papan resusitasi,Matras anti decubitus, ICU
kid, Alat SPO2, Suction continous pump dll.
11. EKG
Definisi.
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price,2006). Sewaktu
impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar ke jaringan di sekeliling jantung, dan
sebagian kecil dari arus listrik ini akan menyebar ke segala arah di seluruh permukaan tubuh. Impuls yang
masuk ke dalam jantung akan membangkitkan sistem konduksi pada jantung sehingga terjadi potensial
aksi. Dalam potensial aksi jantung secara umum, terdapat dua fase yang terjadi, yaitu depolarisasi dan
repolarisasi. Depolarisasi adalah rangsangam ketika gelombang rangsang listrik tersebar dari nodus SA
melalui sistem penghantar menuju miokardium untuk merangsang otot berkontraksi. Sedangkan
repolarisasi adalah pemulihan listrik kembali.

B. Tujuan.
Tujuan melakukan pemasangan EKG adalah untuk menentukan kelainan seperti:
1. Gangguan irama jantung (disritmia).
2. Pembesaran atrium atau ventrikel.
3. Iskemik atau infark miokard.
4. Infeksi lapisan jantung (perikarditis).
5. Efek obat-obatan.
6. Gangguan elektrolit.
7. Penilaian fungsi pacu jantung.

C. Persiapan.
1. Alat.
 Mesin EKG.
 Kabel untuk sumber listrik.
 Kabel untuk bumi (ground).
 Kabel elektroda ekstremitas dan dada.
 Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat.
 Balon penghisap elektroda dada.
 Jelly.
 Kertas tissue.
 Kapas Alkohol.
 Kertas EKG.
 Spidol.
2. Pasien.
 Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG.
 Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang
selama perekaman.
 Cara menempatkan elektrode sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar
pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
 Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan.
 Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
 Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri
dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
 Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
1) Merah (RA / R) lengan kanan.
2) Kuning (LA/ L) lengan kiri.
3) Hijau (LF / F ) tungkai kiri.
4) Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground).
5) Hubungkan kabel dengan elektroda:
a. Kabel merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kanan.
b. Kabel kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kiri.
c. Kabel hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri.
d. Kabel hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kanan.
 Bersihkan p u l a p e r m u k a a n k u l i t d i d a d a k l i e n y a n g a k a n d i p a s a n g
e l e k t r o d a prekordial dengan kapas alkohol dan beri jelly pada setiap elektroda,
pasangkan pada tempat yang telah dibersihkan.
 Hubungkan kabel dengan elektroda :
1) C1 : untuk Lead V1 dengan kabel merah.
2) C2 : untuk Lead V2 dengan kabel kuning .
3) C3 : untuk Lead V3 dengan kabel hijau
4) C4 : untuk Lead V4 dengan kabel coklat
5) C5 : untuk Lead V5 dengan kabel hitam
6) C6 : untuk Lead V6 dengan kabel ungu. Pada C2 dan C4 merupakan titik-titik untuk
mendengarkan bunyi jantung I dan II.
 Cara Merekam EKG.
1) Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
2) Periksa kembali standarisasi EKG.
3) Kalibrasi 1 mv (10 mm).
4) Kecepatan 25 mm/detik. Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol
run/start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2-3 kali berturut-turut dan periksa
apakah 10 mm.
5) Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut
yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan,
tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3kali, setelah itu matikan mesin EKG.
6) Rapikan pasien dan alat-alat.
7) Ca ta t d i pi n g g ir ki r i a ta s k er t a s E KG: Na m a p a s ie n , Um u r,
Ta n g g a l / J a m , D o k t e r yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah.
8) Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa.
9) Hal-hal penting yang harus diperhatikan :
a. Status kesehatan klien, pantau setiap saat.
b. Pemasangan EKG harus sesuai dengan cara yang benar.
c. Pasien diusahakan jangan terkena besinya, jangan batuk, dan tidak mengobrol, karena akan
mempengaruhi hasil EKG.
10) Hal-hal penting yang harus dicatat :
1. Nama pasien.
2. Status klien (usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tekanan darah).
3. Tanggal/jam.
4. Dokter yang merawat.
5. Yang membuat perekaman pada kiri bawah.
6. Rekam medik pasie.
7. Frekuensi jantung per menit .
8. Irama jantung.
9. G e l o m b a n g P.
10. Interval P-R.
11. Kompleks QRS.
12. Gelombang T dan U.
13. Kelainan EKG yang ditemukan.

12. Teraphy Oksigen


Oksigen (O2) merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat vital untuk hidup. Oksigen
dalam tubuh diperlukan untuk metabolisme sel.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran
masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
Terapi Oksigen adalah pemberian oksigen dgn konsentrasi yang lebih besar dari pada udara ruang
untuk mencegah hipoksemia.

2. TUJUAN DARI TERAPI OKSIGEN


1) Memenuhi kekurangan oksigen
2) Membantu kelancaran metabolisme
3) Sebagai tindakan pengobatan
4) Mencegah hipoksia
5) Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung

3. TANDA DAN GEJALA


1) Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat fisiologik
meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai. Tanda dan Gejala: Rasa cemas, Gelisah, Tidak mampu
berkonsentrasi, Penurunan tingkat kesadaran, Pusing, Perubahan perilaku, Rasa takut, ansietas,
Peningkatan keletihan, Peningkatan frekuensi nadi, Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan,
Peningkatan tekanan darah, Pucat.
2) Hipokapnia adalah CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. Tanda dan Gejala : Sering
mendesah,Menguap, Pusing,Tangan dan kaki kesemutan, Kejang.
3) Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Tanda dan gejala : Pusing, Nyeri kepala , Disritmia
jantung, Ketidakseimbangan elektrolit, Koma, Henti Jantung.
4) Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbon dioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler.
Hiperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan
hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok.

4. SYARAT – SYARAT PEMBERIAN OKSIGEN


1) Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi
2) Tahanan jalan nafas yang rendah
3) Tidak terjadi penumpukan CO2
4) Efisien
5) Nyaman untuk pasien.

5. INDIKASI UMUM DAN UTAMA PEMBERIAN OKSIGEN


5.1 INDIKASI UMUM
1) Dilakukan pada pasien anoxia , hypoxia
2) Dilakukan pada pasien yang mengalami kelumpuhan alat – alat pernafasan
3) Dilakukan pada pasien yang mendapat trauma paru – paru
4) Dilakukan pada pasien dalam keadaaan gawat , coma dan lain – lain
5) Dilakukan pada pasien yang tiba – tiba memperlihatkan tanda – tanda syok
5.2 INDIKASI UTAMA
1) Klien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas darah
2) Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia
melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan
3) Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan
oksigenmelalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

6. KONTRA INDIKASI PEMBERIAN OKSIGEN


1) Hindari tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit
2) Jauhkan hal – hal yang dapat membahayakan misalnya menghindari api dan tidak merokok dekat
tabung
3) bila menggunakan masker dihidung hendaknya diganti tiap 8 jam.
4) bila menggunakn kedok hidung zat asam harus terpasang betul, sebelumnya memperhatikan apakah
tidak tersumbat atau bocor.
5) kedok zat asam harus sering dibersihkan untuk mencegah bau karet.
6) harus selalu memakai pelembab udara (humidifier) untuk melembabkan O2 guna mencegah iritasi
selaput lendir alat pernafasan.
( Tim Dep Kes RI , 1985 )

7. TEKNIK PEMBERIAN 02
1) Tekanan ruangan : low flow 0,21- 0,40 dan hight flow lebih dari 0,40
2) FIO2 : frekuensi inspirasi O2
3) Inspirasi ( + awirflaser ) CPAP, IPPV.

8. STANDART PROSEDUR
1) Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
2) Siapkan alat secara ergonomic
3) Pasang sampiran
4) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan mengeringkan dengan handuk bersih
5) Atur posisi pasien setengah duduk ( fowler )
6) Isi gas humidifier dengan water of irrigation setinggi batas yang tertera
7) Hubungkan flow meter dengan tabung oksigen
8) Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur konsentrasi O2 dan amati ada
tidaknya gelembung udara dalam gas flow meter
9) Hubungkan kanul nasal dengan flow meter
10) Alirkan oksigen sesuai kebutuhan
11) Cek aliran kanul nasal dengan menggunakan punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran
oksigen
12) olesi ujung kanul nasal dengan jelly
13) Pasang kanul nasal
14) Bereskan alat dan rapikan pasien
15) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkan dengan handuk
16) Dokumentasi

9. EVEK DAN BAHAYA YANG DITIMBULKAN


1) Kebakaran
2) Depresi VentilasI : retensi CO2 dapat menekan ventilasi
3) Keracunan Oksigen : Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi
dalam waktu relatif lama.
4) Terjadinya toktositas

10. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1) Jangan merubah aliran flow meter
2) Dilarang merokok/ menyalakan api/ aliran listrik didekat tabung oksigen

11. Macam-macam alat terapi oksigen


1) Nasal kateter-nasal prong ; 2-4 lpm (24-40 %)
2) Masker sederhana ; 6-8 lpm (simple mask : 40-60 %)
3) Partial non rebreathing mask ; 6- 10 lpm (40-60 %)
4) Rebreathing mask ; 10-12 lpm (80-90 %)
5) Venture mask (24,28,3540,50,60 %)
6) Bag valve mask (bag &mask : 100 %)
7) Respirator (21-100 %)
8) Jackson rees ; 10-12 lpm (100 %)
9) Jet isuflation ; 10-15 lpm
10) CPAP mask atau nasal (21-100 %)
11) Incubator (sampai 40 %)
12) Oxygen tent atau head box (30-50 %)

13. Definisi
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat bantu mekanik yang
berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-
paru melalui jalan nafas buatan. Ventilasi mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan
intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
II. Fisiologi Pernafasan Ventilasi Mekanik
 Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontrkasi,
rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru,
sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
 Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan
ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra
thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.
III. TUJUAN PEMASANGAN VENTILATOR
1. Memperbaiki pertukaran gas
2. Mengatasi distress nafas (Menurunkan konsumsi oksigen, Menurunkan beban kerja otot nafas)
3. Memperbaiki ketidakseimbangan (Memperbaiki compliance, Mencegah cedera paru lebih lanjut)
4. Kontrol eliminasi CO2
5. Menurunkan kerja jantung (Gagal jantung)
6. Profilaksis (Pasca operasi bedah besar)
IV. INDIKASI PEMASANGAN VENTILATOR
1. Gangguan ventilasi (Gagal nafas)
2. Gangguan oksigen (hipoksemia)
3. Secara fisiologis memenuhi kriteria
 RR > 35x/menit
 Tidal volume <5ml/kgBB
 PO2 <100 mmHg dengan FiO2 100%
 PaCO2 >55 mmHg
 Penggunaan otot tambahan dalam bernafas
4. Pemberian sedasi berat
5. Menurunkan atau mencegah TIK
 MACAM-MACAM VENTILATOR
1. Volume Cycled Ventilator
2. Pressure Cycled Ventilator
3. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah napas permenit. Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
 MODE-MODE VENTILATOR
Mode Control.
 Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali
inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan
dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan
ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi
pneumothorax.
Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory
Ventilation.
 Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu
sendiri. Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan nafas pasien. Mode
IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga
masih memerlukan bantuan
Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
 Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa
bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien
harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka
udara pernafasan tidak diberikan.
CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah
bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan
melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
 Istilah Dalam Ventilator Mekanik
 FiO2 adalah fraksi atau konsentrasi oksigen dalam udara yang diberikan kepada pasien.
 PaO2 adalah tekanan parsial oksigen yaitu perbedaan konsentrasi antara oksigen di alveolus dan
membrane
 I:E Ratio Perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Nilai normal 1:2
 Volume Tidal. Jumlah udara yang keluar masuk paru dalam satu kali nafas. Nilai normal 10 –15
ml per kgBB untuk dewasa dan 6-8 ml per kgBB untuk anak.
 Minute Volume. Jumlah udara yang keluar masuk dalam satu menit. Nilainya = volume tidal x
RR
 Positive end expiratory pressure (PEEP) atau tekanan positif akhir ekspirasi digunakan untuk
mepertahankan tekanan paru positif pada akhir ekspirasi untuk mencegah terjadiya kolaps paru
dan meningkatkan pertukaran gas dalam alveoli. Nilai antara 5-15 mmHg, maksimal 12 mmHg
untuk anak.
 ALARM PADA VENTILATOR
Sistem Alarm
 Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk,
terjadi fighting, dll

 Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)

1. Pada paru
 a. Baro trauma: tension pneumothorax,
 b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
 c. Infeksi paru (VAP)
 d. Keracunan oksigen
 e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi,
 f. Aspirasi cairan lambung
 g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
 h. Kerusakan jalan nafas bagian atas

Pada sistem kardiovaskuler


 Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat
meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi
Pada sistem saraf pusat
 Vasokonstriksi cerebral
 Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
 Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi.
 Peningkatan tekanan intra kranial
 Gangguan kesadaran
Pada sistem gastrointestinal
 Distensi lambung, illeus
 Perdarahan lambung.
 RINGKASAN
Status Oksigenasi
 Parameter PaO2, SpO2
 Mencapai PaO2, SpO2 yang diinginkan dgn FiO2terendah
 Variabel FiO2, Mean airway pressure, I:E ratio
 Bila perlu ditambah PEEP
Status Ventilasi
 Parameter PaCO2
 Variabel tidal volume, rate,
 Atur minute volume untuk PaCO2 yang diinginkan
 Waspada efek samping
Perubahan mode
 CMV - ACV - SIMV - PS/VS - CPAP - weaning
 Tergantung kondisi penderita, perbaikan atau perburukan yang terjadi
Status hemodinamik (Terjadi gangguan hemodinamik pada awal ventilasi mekanik)
 Perubahan tekanan negatif ke positif VR, SV, CO, tensi
 Perbaikan ventilasi dan oksigenasi
 Pemberian sedativa
 Hipovolemia
 Terapi vasoaktif dan cairan

5. INDIKASI PASIEN MASUK ICU


a. Indikasi Pasien Masuk ICU
a. Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi intensif dan agresif.
 Gangguan atau gagal nafas akut
 Gangguan atau gagal sirkulasi
 Gangguan atau gagal susunan syaraf
 Gangguan atau gagal ginjal
b. Prioritas 2
•Pementauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital
Misal :
 Observasi intensif pasca bedah operasi : post trepanasi, post open heart, post
laparatomy dengan komplikasi,dll.
 Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
 Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung.
c. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil untuk
penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini mugkin memerlukan terapi intensif untuk
mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau Resusitasi
Kardio Pulmoner
NB : Px. prioritas 1 harus didahulukan dari pada prioritas 2 dan 3

b. Indikasi Keluar ICU


 Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil.
 Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.
 Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator.Pasien mengalami mati batang
otak.
 Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir)
 Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pl.paksa)
 Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau masuk ICU dan tempat
penuh.
Prioritas pasien keluar dari ICU
1. Prioritas I dipindah apabila pasien tidak membutuhkan perawatan intensif lagi, terapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit kemungkinan bila
perawatan intensif dilanjutkan misalnya : pasien yang mengalami tiga atau lebih gagal
sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
2. Prioritas II pasien dipindah apabila hasil pemantuan intensif menunjukkan bahwa
perawatanintensif tidak dibuthkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak
diperlukan lagi
3. Prioritas III tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui
kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit
manfaatnya misal : pasien dengan penyakit lanjut penyakit paru kronis, liver terminal,
metastase carsinoma

Anda mungkin juga menyukai