2. ORIENTASI UMUM
A. Latar Belakang Rumah Sakit
RS Pertamedika Sentul City merupakan hasil kerjasama antara PT Pertamina Bina Medika,
anak perusahaan Pertamina yang mengelola manajemen rumah sakit jaringan Pertamina dengan
perusahaan pengembang property PT Sentul Investindo. Dibangun diatas lahan seluas 1,25 hektare,
berlokasi di kawasan perumahan Sentul City, Bogor, Jawa Barat. Lokasi rumah sakit ini sangat
mudah ditemukan, karena terletak di jalan utama Jl MH Thamrin, yang menghubungkan exit toll
Sentul Selatan menuju perumahan Sentul City.
Rumah sakit ini akan menjadi rumah sakit bertaraf international dengan layanan unggulan
Cardiac Center dan Liver Center. RS. ini dirancang akan memiliki dua tower terpisah. Dimana
didalamnya akan memiliki ruang khusus untuk pelayanan jantung dan pelayanan liver.
RS.Pertamedika Sentul City akan menerapkan model pelayanan berbeda dengan rumah sakit di
Indonesia pada umumnya. Rumah Sakit ini berada di bawah manajemen PT Pertamedika Sentul
yang merupakan perusahaan joint venture antara PT Pertamina Bina Medika dan PT Sentul
Investindo yang didirikan pada tahun 2011. Rumah sakit ini memulai pelayanan melalui soft
opening pada tanggal 28 Oktober 2013, bersamaan dengan hari Sumpah Pemuda yang turut
memberikan makna bahwa Rumah Sakit Pertamedika Sentul City (RSPSC) merupakan rumah sakit
yang baru berdiri dengan semangat tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
kota Bogor dan sekitarnya.
RSPSC juga telah diresmikan oleh Presiden Direktur PT PERTAMINA, Ibu Karen
Agustiawan, bersamaan dengan peresmian Kilang Minyak CEPU di Blora Jawa Tengah melalui
siaran live streaming dari Jawa Tengah. RSPSC menyelenggarakan ceremony Grand Opening pada
tanggal 20 Januari 2014 yang dibuka serta diresmikan oleh Menko Kesra, Bapak Agung Laksono.
Pada Tahun 2017. RS Pertamedika Sentul City, diakuisisi oleh PT. EMTEK GROUP dan Rencana
nama Rumah Sakit akan diganti menjadi RS Elang Medica Corpora (EMC).
B. VISI MISI Rumah Sakit
VISI
Menjadi Rumah Sakit pilihan pasien yang terpercaya, terkemuka dan unggul dalam bidang
penyakit hati dan jantung di Indonesia.
MISI
Membangun institusi kesehatan yang berstandar internasional dan mendedikasikan diri untuk
pelayanan pasien excellent di segala bidang layanan dengan mengutamakan patient safety dan
semangat serta komitmen untuk memberi jaminan atas pelayanan kesehatan terbaik bagi
pelanggan melalui wellness program.
Membangun dan mengembangkan jasa layanan kesehatan yang terpercaya, cost effective,
memenuhi harapan stakeholders terhadap kondisi keuangan yang baik dan berkesinambungan
serta memiliki tata nilai bisnis berbasis etika profesi dan tanggung jawab sosial.
Membangun RS. yang menjadi pilihan bagi pasien, dokter dan karyawan yang berada di sentul
city, bogor dan sekitarnya karena memberikan service excellent kepada pelanggan dan
terkemuka dalam program unggulan khususnya menjadi pusat layanan terkemuka dalam
bidang penyakit hati dan jantung di Indonesia.
Membangun sarana kesehatan yang menjadi pilihan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi tenaga ahli medis profesional kesehatatan.
TROLLEY EMERGENCY
A PALING ATAS
Kode
No
Barang Nama Barang
1. E01A3231 15 mm Breathing System for Pediatric with Luer Elbow +Filta Therm
HMEFp+Filter+Paediatric catheter Mouth
2. E01A1598 3 Way Stopcock Terumo TSTR-2K
3 E01A2131 Abbocath 16 G Panjang - Terumo
4 E01A1497 Alkohol 70 % 100 ml
6. E01A1313 Alkohol Swab BD
7 E01A2571 Alkohol Swab Onemed
8 E01A3025 Apron CVKBG
9 E01A1730 Apron Film White
10 E01A1545 Apron Plastik
12. E01A3355 Aquapak Sterilis Wasser-Hudson
13. D20A0801 Asering Infus 500 ml
14. D17A0501 Atrophin Sulfas 0.25 mg Injeksi
15. E01A2654 Bacterial Filter
16. E01A1600 Basic Dressing Set
18. E01A2481 Benang Mersilk 2/0 W 2512 T
19. E01A1982 Benang Mersilk 2-0 W 327
20. E01A1983 Benang Mersilk 3-0 W 570
21. E01A1724 Benang Prolene 3-0 W 8684
22. E01A3223 Benang Prolene 5.0 Cutting W 8006 T
23. E01A1888 Benang Silkam 3/0 HR 26 Black 76041
24. D16H0202 Betadine 10 % Soln 30 ml
25. E01A1434 Betadine 30 ml
26. E01A1438 Betadine 55 mL
27. E01A1318 Bisturi 15
28. E01A1465 Blood Set Terumo
29. E01A1913 BLU Tracheostomy 7.5 Kit
30. E01A1914 BLU Tracheostomy 8 Kit
31. D20A0401 Calcii Gluconas 10 % Injeksi 10 ml
32. E01A3030 Cardio Gel 80 g
33. E01A2632 Certofix Duo V1220
34. E01A2902 Certofix Duo V720
35. E01A1707 Certofix Trio V720
36. E01A2931 Close Suction 12 FR 4.0mm (Covidien)
37. E01A1915 Close Suction 12 FR 4.0mm (Portex)
38. E01A3024 Connecting Tube CVKBG
39. D06C0110 Cortidex 5 mg/ml Injeksi
40. E01A1836 Descosept AF 1 L
41. D06C0102
Dexamethasone 5 mg/ml Injeksi (generik Phapros)
42. E01A2115 Disp Infusion Pump Biotek 100 ml
43. E01A2114
Disp Infusion Pump Dosifuser 100ml Leventon
44. E01A1634 Disp Syringe 1 cc Insulin 100 IU Terumo
45. E01A1633 Disp Syringe 1 cc Tuberculin Terumo
47. E01A3344 Disp Syringe 10 cc - Ciringe
48. E01A1620 Disp Syringe 10 cc Terumo
49. E01A1420 Disp Syringe 20 cc Terumo
50. E01A3318 Disp Syringe 3 cc - Ciringe
51. E01A1618 Disp Syringe 3 cc Terumo
52. E01A3319 Disp Syringe 5 cc - Ciringe
53. E01A1619 Disp Syringe 5 cc Terumo
55. E01A3346 Disp Syringe 50 cc - Ciringe
56. E01A1632 Disp Syringe 50 cc Cat Tip Terumo
57. E01A1631 Disp Syringe 50 cc Terumo
59. E01A3384
Disposible Pressure Transducer System 3 cc/hr/Flowrate Deltrans@II
60. E01A2139 Do care wash gloves tissue
61. D02A0303 Dobuject 250 mg/5ml Injeksi
62. D02A0402 Dopac 40 mg/ml Injeksi
63. E01A1466 ECG Electroda
65. E01A1969 ECG Electroda 3M
66. D02J0201
Epinefrin 1 mg/ml Injeksi (generik Ethica)
67. D02J0101
Epinefrin 1 mg/ml Injeksi (generik Phapros)
68. E01A1700
ETT Clear prof Soft Seal No 5 IDS (Kinking)
69. E01A1702
ETT Clear prof Soft Seal No 6 IDS (Kinking)
70. E01A1703
ETT Clear prof Soft Seal No 6.5 IDS (Kinking)
71. E01A1701
ETT Clear prof Soft Seal No 5.5 IDS (Kinking)
72. E01A1688
ETT Clear prof Soft Seal No 7 IDS (Kinking)
73. E01A1689
ETT Clear prof Soft Seal No 7.5 IDS (Kinking)
74. E01A1690
ETT Clear prof Soft Seal No 8 IDS (Kinking)
75. E01A1996 ETT No 5 Rusch
76. E01A2477 ETT No.4.5 Rusch
77. E01A1467 Extention Tube 150 cm Terumo
78. E01A1662 Extention Tube 75 cm Terumo
79. E01A3252 Filta Therm Filter (HME)
80. D20A1601 Fimahes Infus 500 ml
81. E01A2633 Flow Sensor Adult
82. E01A1495 Folley Catheter No 12 Rusch
83. E01A1647 Folley Catheter No 14 Norta
84. E01A1468 Folley Catheter No 18 Norta
85. E01A1830 Folley Catheter No. 10 Norta
86. E01A1779 Folley Catheter No. 16 Norta
87. E01A1831 Folley Catheter No. 20 Norta
88. E01A2899
Full Kit Nebulizer set salter Ref 8900 dewasa (1171)
89. D02H0101
Furosemide 10 mg/ml Injeksi (generik Indofarma)
90. D20A0602 Gelafusal 4 % Infus 500 ml
91. E01A1760 Gelang Dewasa Merah
92. E01A1762 Gelang Dewasa Putih
93. E01A1655
Gelang Pasien Ekonomis Dewasa Biru (Zebra)
94. E01A1654
Gelang Pasien Ekonomis Dewasa Pink (Zebra)
95. D20A0601 Gelofusine 4 % Infus 500 ml
96. E01A2859 Gigazym 2 L
97. E01A1692 Guedel Airways 100mm/ No 4 IDS
98. E01A1807 Guedel Airways 40mm/ No 000 IDS
99. E01A1808 Guedel Airways 50mm/ No 00 IDS
100. E01A1693 Guedel Airways 60mm/No 0 IDS
101. E01A1691 Guedel Airways 70 mm/No 1 IDS
102. E01A1938 Guedel Bening No 1 Rusch
103. E01A1939 Guedel Bening No 2 Rusch
104. E01A1940 Guedel Bening No 3 Rusch
105. E01A1941 Guedel Bening No 4 Rusch
106. E01A3007 Guedel no 4 Rusch
107. E01A3008 Guedel no 5 Rusch
108. E01A2646 H2O2 3% 1 Liter
109. E01A1240 Handscoon L ( Sensi gloves)
111. E01A2135 Handscoon L Free Powder @60
112. E01A1237 Handscoon M (Sensi gloves)
114. E01A2104 Handscoon M Free Powder @60
115. E01A1234 Handscoon S (Sensi Glove)
117. E01A2136 Handscoon S Free Powder@60
118. E01A1510 Handscoon Steril No. 6 Ansell Gammex
120. E01A2919
Handscoon Steril No. 6 - Ansell Gammex
122. E01A1304
Handscoon Steril No. 6,5 Ansell Gammex
123. E01A1300 Handscoon Steril No. 7 Ansell Gammex
125. E01A1305
Handscoon Steril No. 7,5 Ansell Gammex
127. E01A2872 Handscoon XS (Sensi gloves)
128. E01A1472 Hansaplast 1,25 x 1
129. E01A1473 Hansaplast 1,25 x 4,5
130. E01A1430 Hypavix 10 cmx5 cm
131. E01A1474 Hypavix 5 cm x 5 cm
133. E01A1476 Infus Set Anak Terumo
134. E01A1475 Infus Set Dewasa Terumo
135. D13C1102 Infusan D5 1/4NS Infus 500 ml (SP)
136. D13C0303 Infusan NS Infus 100 ml
137. D13C0305 Infusan NS Infus 500 ml (SP)
138. D20A0802 Infusan Ring As (SP) 500 ml
139. D13C1201 Infusan Ring AS Infus 500 ml (SP)
140. D02A0305 Inotrop 250 mg/10ml Injeksi
141. E01A1858 Intrafix Safeset Anak
142. E01A1706 Intrafix Safeset Dewasa
143. E01A1952 Intubation Stylet 2 / 4.0 Portex
144. E01A1954 Intubation Stylet 4.0 Bicakcilar
145. E01A1682 Intubation Stylet 5.0 IDS
146. D02M0901 Inviclot 5000 IU/ml Injeksi
147. D02B0503
Isosorbide Dinitrarate 5 mg Tablet (generik Indofarma)
148. E01A1792 IV Catheter Surflo W No 18 - Terumo
149. E01A1793 IV Catheter Surflo W No 20 - Terumo
150. E01A1794 IV Catheter Surflo W No 22 - Terumo
151. E01A2198 IV Catheter Surflo W No 26 Terumo
152. E01A2795 Jackson Rees Adult
153. E01A1710 Jackson Rees Pediatric
154. E01A2152 Jelly ECG 80ml
155. D13C0501 KA-EN 3A Infus 500 ml
156. D13C0601 KA-EN 3B Infus 500 ml
157. E01A1511 Kapas Bola 75gr
158. E01A1541 Kapas Lidi Waten Non Steril
159. E01A2174 Kasa Gold 7.5x10+Pouches@10
160. E01A2173 Kasa Gold 7.5x10+Pouches@5
161. E01A1898 Kasa Silver Plus 5 x 10 cm
162. E01A2172 Kasa Silver Plus 5x10+Pouches@5
163. E01A3295 Kasa Silver Plus 7.5x10+Pouches@10
164. E01A2936 Kasa X-Ray Plus 7.5x10+pouches@10
165. E01A1301 Kassa Steril Husada 16 x 16
167. E01A1482 Kassa Verban 10 cm
168. E01A2015 Kassa verban 5cm One Med
169. D02A0102 Kendaron 50 mg/ml Injeksi
170. E01A3251 Kertas ECG for MAC 800
171. E01A1638 Kondom Catheter M
172. E01A1637 Kondom Catheter S
173. E01A1639 Kondom. Catheter L
174. D02H0102 Lasix 10 mg/2 ml Injeksi
175. E01A1238 Leucocrepe 3"
176. E01A1236 Leucocrepe 4"
177. E01A1235 Leucocrepe 6"
178. E01A1650 Leukoplast 3x5 HP
179. E01A1520 Leukoplast 7.5 cm x 4.5
180. D17A0601 Lidocaine 2% injeksi (generik Berno)
181. D17A0602 Lidocaine 2% Injeksi (generik Phapros)
182. E01A1718 LMA Supreme SU # 3
183. E01A1905 Manometer CVP ScalePCS
184. E01A1877 Masker Anak Non Rebreathing
185. E01A1876 Masker Anak Rebreathing
186. E01A1874 Masker Dewasa Non Rebreathing
187. E01A1457 Masker Dewasa Rebreathing
188. E01A2099 Masker Karet ( Stardec )
189. E01A1384 Masker Karet Sensi Mask
191. E01A1453 Masker O2 Anak
192. E01A1452 Masker O2 Dewasa
193. E01A1383 Masker Tali Sensi Mask
195. E01A1906 Medifix Infuset G CVP
196. E01A2134 Medisafe Blood G TTIP -Terumo
197. E01A2133 Medisafe Lancet - Terumo
198. D06C0304 Medixon 125 mg/2 ml Injeksi
199. D20A1101 Meylon 8.4% Injeksi 25 ml
200. E01A1431 Micropore 0.5
201. E01A1486 Micropore 1"
202. E01A1256 Micropore 2
203. E01A2889 Microshield Handsrub 500 ml
204. E01A2890 Microshield Handwash 4 % 500 ml
205. E01A1642 Mortar 10 CM
206. E01A1648 Mortar 13 cm
207. E01A1444 Nacl 0,9 % 500 ml (p)
208. E01A3006 Nasal Canula Dewasa CVKBG
209. E01A1488 Nasal Canula O2 Anak
210. E01A1487 Nasal Canula O2 Dewasa
211. E01A3310
Nasal Oxygen Canula Soft Tip (Adult) - Fresco
212. E01A3311
Nasal Oxygen Canula Soft Tip (Pediatric) - Fresco
213. E01A1677 Nasoparingeal Airway No 6 IDS
214. E01A1678 Nasoparingeal Airway No 7 IDS
215. E01A1679 Nasoparingeal Airway No 8 IDS
216. E01A1626 Needle 18 G Terumo
218. E01A1627 Needle 21 G Terumo
219. E01A1628 Needle 23 G Terumo
220. E01A1423 Needle T 18 (P)
221. E01A1424 Needle T 21 (P)
222. E01A1840 Neoflon 26 G BD
223. E01A1740 North Tracheal Tube 7 IDS
224. E01A1741 North Tracheal Tube 7.5 IDS
225. E01A2796 Nutriline twinflo 2 FR sty mic
226. D20A0101 Otsu - D40 Infus 25 ml
227. D20A0501 Otsu - KCL 7,46 Injeksi 25 ml
228. D20A0202 Otsu - MgSO4 40 % Injeksi 25 ml
229. D13C0301 Otsu NS Infus 25 ml
230. D13C0105 Otsu-D5 5% Infus 500 ml
231. D13C0101 Otsu-D5 Infus 100 ml
232. D13C0302 Otsu-NS Infus 100 ml
233. D13C0304 Otsu-NS Infus 500 ml
234. D13C0201 Otsu-RL Infus 500 ml
235. D20A1201 Otsu-Salin 3 Infus 500 ml
236. E01A1838 Perfectan Endo 2 L
237. E01A1653 Perfursor 150 cm White
238. D03A0102 Phaminov 24 mg/ml Injeksi
239. D02L0703 Phytomenadione 10 mg/ml Injeksi
240. E01A1250 Povidon Iodine 60cc (p)
241. E01A1597 Presept Disinfectant 600 x 0.5
243. D02J0203 Raivas 4 mg/4ml Injeksi
244. E01A1684 Redax Drentech Compact
245. E01A3064 Sentinel Handrub 500 ml
246. E01A2652
Single Heated Wire System with Auto Fill Chamber
247. E01A1966 Stomach Tube 12 Terumo
248. E01A2634 Stomach Tube 16 Silicone
249. E01A1329 Stomach Tube FR 10 - Mas
250. E01A1331 Stomach Tube FR 16 - Mas
251. E01A1791 Stomach Tube No 10 x 120 - JMS
252. E01A1788 Stomach Tube No 14 - Terumo
253. E01A1787 Stomach Tube No 16 - Terumo
254. E01A1789 Stomach Tube No 18 - Terumo
255. E01A1790 Stomach Tube No 20 - JMS
256. E01A1661 Stomach Tube No 3.5 Terumo
257. E01A1785 Stomach Tube No 5 ( 40 cm ) - Terumo
258. E01A1451 Stomach Tube No 8 ( 100 cm) Terumo
259. E01A1786 Stomach Tube No 8 ( 40 cm ) - Terumo
260. E01A1461 Suction Catheter No 10 Stardec
261. E01A1462 Suction Catheter No 12 Stardec
262. E01A1501 Suction Catheter No 14 Stardec
263. E01A1460 Suction Catheter No 6 Stardec
265. E01A1463 Suction Catheter No 8 Stardec
266. E01A1833 Suction Conecting Tube MAS
267. E01A2164 Suction Liner 2L Green w/ Solidi
268. E01A2165 Suction Liner 2L White w/ Solidi
269. E01A1573 Tegaderm 10 cm x 12 cm 1626W
270. E01A1879 Tegaderm 5 cm x 5.7 cm 1610
271. E01A1657 Tegaderm 6 cm x 7 cm 1623W
272. E01A1659 Tegaderm Pad 9 cm x 10 cm 3586
273. E01A2361 Thermacare PACU 102X229cm
274. E01A2911 Thermal Paper (Thermaroll)
275. E01A1824 Thoracic Catheter No 20 Portex
276. E01A1825 Thoracic Catheter No 24 Portex
277. E01A1685 Thoracic Catheter No 28 Portex
278. E01A1686 Thoracic Catheter No 32 Portex
279. E01A2798 Thoracic Catheter With Trocar 12 CH
280. E01A2797 Thoracic Catheter With Trocar 12ch (P)
281. E01A1167 Tongue Spatula Kayu
282. E01A1377 Tongue Spatula Kayu (p)
284. E01A1514 Topi Operasi Wanita
285. E01A1515 Tourniquet
286. E01A1889 Underpad dr J@10
287. E01A2201 Underpad Steril 60x90
288. E01A1402 Underpad@10
1. Kepala Perawat
Kepala perawat ICU adalah D III atau sederajat atau perawat yang telah mendapat
pelatihan dan pendidikan di bidang perawatan atau terapi intensif sekurang-kurangnya 6
bulan atau perawat yang telah membantu pelayanan di ICU minimal 1 tahun. Dalam
menjalankan tugasnya kepala perawat dibantu oleh seorang wakil kepala perawat yang
sewaktu-waktu bisa menggantikannya.
Kepala perawat harus mampu menjaga kelangsungan pendidikan bagi staf perawat.
Kepala perawat dan wakilnya sebaiknya tidak dilibatkan dalam aktivitas keperawatan rutin.
2. Staf Perawat
Perawat ruang intensif adalah perawat yang telah mendapat pelatihan dan pendidikan di
bidang perawatan atau terapi intensif sekurang-kurangnya 6 bulan atau perawat yang telah
bekerja pada pelayanan di ICU minimal 1 tahun. Setiap perawat yang bertugas di ICU harus
memiliki kualifikasi tertentu, memahami fungsi ICU ,tata kerja dan peralatan yang
digunakan untuk menjaga mutu pelayanan, mencegah timbulnya penyulit dan mencegah
kerusakan pada alat-alat canggih/mahal.
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah (rasio jumlah perawat terhadap
pasien) adalah Ideal = 1:1 , Optimal =1:2, Minimal = 1:3.
Pelayanan perawatan dilaksanakan 24 jam terus-menerus dan pengaturan tenaganya
dibagi dalam 3 shift jaga. Pada setiap shift ditunjuk perawat penanggungjawab dan
dilakukan serah terima pasien. Untuk setiap penderita sebaiknya ditunjuk seorang perawat
yang bertanggungjawab mengenai perawatan, penyediaan alat-alat medik dan obat-obatan.
Perawat yang sedang menjalani pelatihan bidang perawatan intensif dan keperawatan gawat
darurat harus dilatih dan di bawah pengawasan staf perawat terlatih. Mereka tidak dapat
penuh menggantikan staf perawat reguler.
2) Penjadwalan Dinas
Penjadwalan ICU di bagi mendaji 4 tim yang beranggotakan Katim yang terdiri dari 4 orang dan
untuk palaksana 7 orang yang dibagi menjadi 3 shif (pagi,siang dan malam)
3) SOP ruangan ICU/ICCU/HCU (terlampir di buku SOP di NS ICU)
4) Pendokumentasian formulir ICU (terlampir ada di lemari arsip)
5) Seragam Kerja
Seragam yang digunakan di ruangan ICU berwarna hijau, para ahli psikologi telah berpendapat
bahwa dengan melihat warna hijau, bisa menyegarkan pandangan dan sistem syaraf dalam otak
dengan warna hijau memang memberikan efek rasa aman, yang menyegarkan, menyejukkan, bisa
menyeimbangkan emosi dan juga meredam stres. Dampaknya sangat baik untuk kondisi psikologis.
Untuk seragam RS ada 3 yang dikenakan berdasarkan hari kerja.
6) Istirahat makan
Untuk istirahat makan bagi yang shif pagi mulai dari jam 12.00-13.00 WIB
Untuk shif sore dari jam 18.00-19.00
Untuk shif malam dari jam 06.00-07.00
Klasifikasi rangka dapat di bedakan menjadi dua, yaitu rangka aksial dan rangka apendikular.
d). Rangka aksial
Rangka aksial berada di pertengahan ( sumbu utama ) tubuh. Rangka tersebut terdiri atas
tengkorak, tulang belakang (tulang punggung), tulang iga ( tulang rusuk ) dan tulang dada.
Tengkorak kepala di bentuk oleh cranium (tulang tempurung kepala) pelindung otak dan tulang
muka sebagai pembentuk wajah. Tulang belakang disusun oleh ruas-ruas tulang, atau vertebra yang
saling berkaitan satu dengan yang lain oleh cakram tulang rawan (cakram invertebral).tulang rusuk
di bangun bersama-sama oleh ruas-ruas tulang punggung, tulang rusuk dan tulang dada. Sangkar
tulang rusuk melindungi organ-organ dalam yang ada di dalamnya seperti jantung dan paru-paru.
Tulang dada merupakan tulang pipih berbentuk seperti pedang yang di bedakan atas bagian hulu
(manubrium sterni), bagian badan (korpus sterni), dan bagian taju pedang (proseus rifoid).
e). Rangka apendikular
Merupakan rangka tubuh yang berhubungan dengan pergerakan. Rangka tersebut meliputi gelang
bahu beserta anggota gerak atas dan gelang panggul beserta anggota gerak bawah. Tulang anggota
gerak atas terdiri atas 1 tulang lengan atas (humerus), 1 tulang hasta (ulna) dan 1 tulang pengumpil
(radius). Tulang hasta dan tulang pengumpil juga di sebut tulang lengan bawah. Tulang anggota
gerak bawah terdiri dari 1 tulang paha (femur), 1 tulang kering (libia), dan 1 tulang betis (fibula).
System rangka pada manusia tersusun dari beberapa jaringan ikat yaitu tulang, tulang rawan
(kartilago), dan jaringan ikat fibrosa.
f). Tulang
Rangka manusia dewasa di susun oleh 206 tulang, jumlahnya hamper 40% dari total bobot tubuh.
Ada dua jenis tulang yang ada di dalam tubuh manusia yaitu tulang kompak dan tulang spons.
Tulang kompak tersusun dari banyak unit osteon atau system havers. System havers terdiri atas satu
saluran pusat yang di kelilingi oleh lamela. Measing-masing saluran berisi pembuluh darah.
Pembuluh limfe dan saraf. Tulang spons atau trabekula merupakan bagian dalam beberapa tulang
keras yang memiliki rongga seperti spons. Struktur spons tersebut di susun untuk menahan tekanan
dari beberapa arah. Rongga-rongga di dalam trabekula tersebut berisi sumsum tulang merah, yaitu
jaringan pembuat sel darah. Contoh tulang spons adalah tulang panggul, tulang rusuk, tulang dada,
ruas-ruas tulang belakang, serta pangkal tulang lengan dan kaki.
Selain itu tulang juga mempunyai bentuk-bentuk. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
Tulang pipa (epifise)
Epifise merupakan tulang panjang berbentuk seperti pipa yang kedua ujungnya membentuk
seperti bonggol. Sebagian besar epifise disusun oleh tulang spons (trabekula). Biasanya dalam
epifise terdapat lapisan kartilago hialin, yaitu tempat terjadinya sambungan antar tulang
(persendian). Bagian tengah pipa berisi sumsum tulang kuning berlemak. Contoh tulang pipa
ini adalah tulang paha, tulang lengan, tulang pengumpil, tulang betis dan tulang kering.
Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk seperti lempengan tulang yang berfungsi untuk melindungi organ-
organ di bawahnya dan tempat melekatnya otot. Contoh tulang pipih ini adalah tulang
trngkorak, tulang rusuk, tulang dada, dan tulang belikat.
Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk bulat atau kubus yang berukuran pendek. Tulang yang terdapat pada
persendian tersebut berfungsi untuk meredam getaran akibat goncangan. Contoh tulang
pendek adalah tulang telapak tangan, dan tulang telapak kaki.
Tulang sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang berbentuk seperti biji. Tulang tersebut terdapat
di dalam tendon yang menghubungkan tulang dengan otot. Contoh tulang sesamoid
adalah tulang patela.
Tulang tidak beraturan
Tulang ini mempunyai bentuk yang tidak beraturan. Contoh tulang tidak beraturan adalah
tulang vertebra ( tulang belakang ), tulang rahang, tulang wajah, dan tulang panggul.
Tulang rawan ( kartilago )
Tulang rawan tak sekuat tulang keras.tetapi lebih fleksibel karena mengandung kolage yang
elastis. Selain itu matriks tulang rawan hanya mengandung sidikit kalsium dan fosfor. Tulang
rawan tidak mempunyai jaringan saraf sehingga sangat sesuai dengan lapisan sendi (jaringan
penyambung) yang mengalami tekanan pergerakan yang kuat. Tulang rawan berfungsi sebagai
pendukung rangka tubuh pada lokasi tertentu di lokasi tubuh. Tulang rawan terdiri atas sel-sel
tulang rawan yang di sebut kondrosit yang di kelilingi oleh matriks kondrin. Pada saat masih
embrio tulang rawan di bentuk oleh jaringan mesenkin. Setelah dewasa tulang rawan di bentuk
oleh perikondrium dengan membentuk kondroblas. Kondroblas tersebut akan membentuk
kondrosit.
g). Jaringan ikat fibrosa
Jaringan ikat fibrosa mengandung sel-sel fibroblast dan serat berkolagen. Jaringan tersebut
merupakan penyusun ligament ( penghubung tulang dengan tulang ) dan tendon ( penghubung otot
dan tulang ).
2. Sistem otot
Otot berfungsi sebagai alat gerak penyokong tubuh dan membantu homeostatis. Sebagai alat
gerak aktif, otot mempunyai tiga kemampuan yaitu kontraktibilitas (kemampuan untuk
memendek/berkontraksi), ekstensibilitas (kemampuan untuk memajang/relaksasi), dan elastisitas
(kemampuan untuk kembali ke keadaan semula).
Jaringan otot dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu otot polos, otot lurik, dan otot
jantung.
a. Otot polos
Otot polos bekerja di luar kesadaran karena tidak di pengaruhi oleh system syaraf pusat
sehingga sering disebut otot tak sadar. Otot polos berbentukseperti gelendong yang merincing
pada kedua ujungnya, mempunyai serat memanjang, dan setiap sel mempunyai satu nucleus di
tengah. Rangsangan kontraksi otot polos berasal dari system saraf autonom. Otot polos dapat di
temukan pada kulit, organ-organ dalam, sistem reproduksi, pembuluh darah utama, dan system
ekskresi.
b. Otot lurik
Otot lurik atau otot rangka tersusun dari susunan miofibril. Serabut otot berbentuk memanjang,
mempunyai banyak nucleus dan serat-serat yang melintang dan memanjang. Otot lurik bekerja
di bawah pengaruh system saraf pusat atau di bawah kendali sadar. Oleh karena itu, otot lurik
sering di sebut otot sadar (otot volunteer). Kontraksi otot lurik menyebabkan terjadinya gerakan
pada berbagai tulang dan tulang rawan pada rangka tubuh. Otot lurik merupakan penyusun
sebagian besar daging pada manusia.
c. Otot jantung
Jaringan otot jantung merupakan penyusun sebagian besar jantung manusia. Sel-sel otot jantung
mempunyai serat memanjang dan serat melintang, tetapi tidak sempurna, mempunyai inti sel di
tengah dan serat-serat yang bercabang pada sambungan antarselnya. Otot jantung bekerja secara
tidak sadar (involunter). Sumber ransangan berasal dari system saraf otonom. Ransang otonom
tersebut hanya berfungsi untuk mempercepat atau memperlambat kontraksi jantung.
Kontraksi otot terjadi jika rangsang yang berasal dari saraf motorik melepaskan zat
transmitter (asetilkolin), yang mengakibatkan perubahan permeabilitas pada sarkolema
(membrane sel otot). Ion di luar sarkolema akan mengalir dengan cepat kedalam sel dan
menyebabkan terjadinya pelepasan ion dari dalam kantong reticulum sarkolem. Selanjutnya,
ion akan bersenyawa dengan troponin sehingga tempat aktif miofilamen terlepas dari
pemblokiran tropomision. Lepasnya tropomision menyebabkan interaksi antara aktin dengan
myosin. Serabut myosin akan menggerakkan serabut aktin sehingga kedua serabut tersebut
Nampak saling meluncur. Akibatnya, jarak masing-masing serabut menjadi lebih dekat sehingga
ukuran sel menjadi memendek atau mengerut.
B. Sistem Saraf
Pengendalian fungsi organ-organ di dalam tubuh dilakukan melalui sistem saraf. Sistem saraf
adalah sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Secara anatomi sistem saraf
dapat dibagi menjadi dua, yaitu susunan saraf tepi (perifer) dan susunan saraf pusat.
1. Susunan Saraf Pusat
Susunan saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Pada prinsipnya susunan saraf pusat memiliki fungsi:
a. Pusat persepsi, pemahaman, dan interpretasi
b. Pusat pengambilan keputusan dan respon
c. Pusat pengendalian motoric
d. Pusat pengendalian otonomik
e. Penyimpanan ingatan (memory)
Susunan saraf pusat tersusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla
spinalis).
a. Otak (encephalon)
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak dewasa
adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai sekitar
12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus sesuai
dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk
sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak
seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut
sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus. Adapun pembagian
adalah sebagai berikut:
1). Forebrain (prosencephalon)
Forebrain terdiri dari dua bagian utama, yaitu: telencephalon dan diencephalon. Uraian
lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
a). Telencephalon
Telencephalon terdiri dari kedua belah hemisphere yang simetris dan membentuk otak
besar (cerebrum).Telencephalon merupakan bagian terbesar dari otak manusia dan
memiliki fungsi yang paling kompleks. Ia mengatur gerakan tidak
disadari (volunteer), mengintepretasikan input sensoris dan bertugas sebagai mediator
(perantara) bagi prosesproses kognitif seperti belajar, berbicara dan memecahkan
masalah. Adapun bagian-bagian dari telencephalon adalah:
1)). Cerebral cortex
Cerebral cortex adalah jaringan yang melapisi hemisphere. Bentuk jaringan
cerebral ini bergelombang (berlipat-lipat). Dua pertiga bagiancortex tersembunyi
di dalam lipatan-lipatan tersebut, sehingga luascerebral cortex yang kurang lebih
±75 cm2 dengan ketebalan ±3 mm hanya menempati ruang sebesar ±25cm 2.
2)). Major fissures
Major fissures adalah jurang yang dalam pada lipatan cerebral cortex.
3)). Major gyri
Major gyri adalah punggung gelomban atau bagian permukaan lipatan yang
tampak pada cerebral cortex.
4)). Four lobes
Four lobes adalah 4 bagian pada major fissures yang meliputi: frontal lobe,
parietal lobe, temporal lobe, dan occipital lobe.
5)). Limbic system
Lymbic System terdiri dari limbic cortex dan satu set struktur
interkoneksi (penghubung antara struktur telencephalic dan diencephalic) yang
terletak di pusat forebrain. Struktur utama dari sistem limbic ini
adalah hippocampus (seahorse =kuda laut karena bentuknya seperti kuda laut)
dan amygdala (disebut juga almond, karena bentuknya seperti biji almond) yang
merupakan satu kumpulan nuklei yang terletak di ventrikel lateral pada lobus
temporal, atau terletak di bagian anterior dari hippocampus
6)). Basal ganglia sytem
Basal ganglia adalah kumpulan subcortical nuclei pada forebrain yang terletak di
bagian anterior dari ventrikel lateral. Secara umum basal ganglia terlibat dalam
proses pengendalian gerakan.
b). Diencephalon
1)). Thalamus
Thalamus (Bahasa Yunani = thalamos yang berarti ruangan di dalam) terletak di
bagian dorsal dari diencephalon dan melingkupi dua sisi otak. Tiap bagian
terletak pada sebelah sisi ventrikel ketiga. Kedua lobus thalamus ini dihubungkan
oleh massa intermedia yang terletak dibagian ventrikel ketiga.
2)). Hypothalamus
Hypothalamus terletak di kedua sisi bagian inferior dari ventrikel ketiga di bagian
dasar otak, persis di bawah thalamus. Meskipun bentuknya kecil (hypo = kurang),
kira-kira 1/10 ukuran thalamus, hypothalamus memegang peranan
penting. Hypothalamus mengontrol sistem saraf otonom dan sistem endokrin,
serta memegang peranan penting dalam pengaturan perilaku bermotivasi.
3)). Optic chiasm pituitary gland
Optic chiasm pituitary gland adalah tempat produksi hormone dan pengontrolan
kelenjar-kelenjar endokrin.
2). Midbrain atau mesencephalon, terdiri dri dua bagian utama yaitu: tectum dan tegmentum.
3). Hindbrain, terditi dari:
a). Metenchepalon (otak samping)
1)). Pons
Pada metencephalon terdapat saluran-saluran (traktus) yang naik(ascending) dan
turun (descending), nuclei dari cranial nerves, nuclei yang mengatur tidur dan
terjaga dari tidur, dan bagian dari reticular formation. Bagian-bagian tersebut
membentuk suatu gundukan pada bagian permukaan ventral dari batang otak
yang disebut pons.
2)). Cerebellum
Cerebellum (otak kecil) merupakan versi miniatur dari cerebrum (permukaanya
juga bergelombang)
b). Myelencephalon
Myelencephalon hanya terdiri dari satu struktur utama, yaitu Medulla Oblongata dan
langsung berhubungan dengan sumsum tulang belakang.
Sumsum tulang belakang terletak di tengah rongga (spinal foramen) ruas-ruas tulang
belakang. Panjang sumsum tulang belakang kira-kira hanya 2/3 panjang ruas-ruas tulang
belakang dan 1/3 bagian yang lain diisi oleh akar saraf-saraf tulang belakang yang terdiri
dari cauda equina (ekor utama). Ruas-mas tulang belakang lebih panjang daripada sumsum
tuIang belakang karena meskipun pada tahap embryonal panjang sumsum tulang belakang
sama dengan panjang mas tulang belakang, namun pada perkembangannya mas-mas tulang
belakang berkembang lebih cepat daripada sumsum tulang belakang.
Suatu irisan melintang usus halus menggambarkan susunan mikroskopis dari saluran
pencernaan (gambar). Susunan dari arah luar ke dalam berturut-turut adalah selaput luar
( lapisan serosa), lapisan otot licin, lapisan jaringan ikat vaskuler (lapisan submukosa), dan
lapisan mukosa.
Pergerakan makanan dalam usus halus disebabakan oleh kontraksi lapisan otot usus halus.
Kontraksi tersebut menyebabkan gerakan segmentasi dan peristalsis.Segmentasi adalah
gerakan memeras isi disepanjang saluran untuk mencampur kimus.
Pada epitel mukosa terdapat banyak sel goblet yang menghasilkan lendir untuk
melicinkan makanan serta melindungu usus terhadap kelecetan dan luka-luka akibat zat kimia.
Pada mukosa juga terdapat vilus (jonjot usus) yang berfungsi untuk memperluas bidang
penyerapan.
Makanan yang masuk ke dalam usus halus berbentuk bubur (kimus). Asam klorida (HCl)
yang ikut masuk merangsang kelenjar di dinding usus untuk menghasilkan hormon
sekretin (mengatur pengeluaran getah pankreas) dan hormon kolesistokinin (mengatur
pengeluaran empedu). Getah pankreas dan empedu dialirkan melalulisaluran koledokusyang
bermuara di duodenum. Hasil perombakan oleh getah pankreas dan empedu akan di serap oleh
sesl-sel absorpsi.
Beberapa peptidase, seperti pepsin, tripsin, dan kimotripsin saling bekerja sama dalam
memecah molekul protein. Lemak yang diemulsikan oleh garam empedu dirombak oleh lipase
menjadi asam lemak dan gliserol. Hasil perombakan berupa partikel-partikel yang secara
langsung dapat diserap oleh usus.
Empedu disimpan dalam kantong empedu sebelum masuk ke usus. Empedu bersifat basa
sehingga menetralkan zat makanan bersifat asam yang keluar dari lambung serta membuat pH
yang baik untuk kerja enzim pankreas dan enzim usus. Empedu juga mengandung garam
empedu yang membantu proses hidrolisis lemak di usus.
Pankreas berfungsi sebagai kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin, dan menghasilkan
enzim. Peran pankreas sebagai kelenjar eksokrin adalah menghasilkan getah pankreas yang
mengandung berbagai zat yaitu:
1) Natrium bikarbonat (NaHCO3), bermanfaat menetralkan keasaman isi usus dan menaikkan
pH-nya menjadi sekitar 8.
2) Amilase pankreas (disakarase), yaitu enzim yang berperan untuk memecah pati menjadi
campuran maltosa dan glukosa. Beberapa jenis amilase pankreas antara lain:
3) Lipase pankreas (steapsin), yaitu enzim yang menghidrolisis lemak menjadi campuran asam
lemak dan monogliserida.
4) Protase (peptidase), yaitu enzim yang memecah protein. Getah pankreas mengandung 3
jenis protase yaitu, tripsinogen, kimotripsinogen, dankarboksipeptidase.
5) Nuklease, yaitu enzim yang menghidrolisis asam nukleat (ARN dan ADN) menjadi menjadi
komponen nukleotida.
F. NUTRISI
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh manusia yang
bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta
mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
1. Nutrien (Zat-Zat Gizi)
Elemen Nutrien / Zat Gizi
Karbohidrat
Protein
Lemak
Vitamin
Mineral
Air
Karbohidrat, lemak dan protein disebut energi nutrein karena merupakan sumber energi dari
makanan , sedangakn vitamin, mineral dan air merupakan substansi penting untuk membangun,
mempertahankan dan mengatur metabolisme jaringan.
Fungsi zat gizi yaitu :
1) Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, garakan dan kerja fisik
2) Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan
3) Sebagai pelindung dan pengatur
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama.. Hampir 80% energi dihasilkan dari
karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Karbohidrat yang disimpan dalam
hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari
glukosa, pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk
asam lemak.
Jenis Karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu :
Monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
a. Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan merupakan
molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat langsung diserap oleh pembuluh
darah. Jenis dari Monosakarida adalah glukosa dektrosa yang banyak terdapat pada buah-
buahan dan sayuran, fruktosa banyak terdapat pada buah, sayuran, madu, dan glukosa yang
berasal dari pecahan disakarida.
b. Disakarida
` Jenis disakarida adalah sukrora, maltosa, dan laktosa. Sukrosa dan maltosa banyak pada
makanan nabati, sedangkan laktosa merupakan jenis gula dalam air susu baik susu ibu maupun
susuhewan.
c. Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis polisakarida adalah zat
pati, glikogen dan selulosa.
Fungsi Karbohidrat adalah:
1) Sumber energi yang murah
2) Sumber energi utama bagi otak dan syaraf
3) Membuat cadangan tenga tubuh
4) Pengaturan metabolisme tubuh
5) Untuk efesiensi penggunaan protein
6) Memberikan rasa kenyang
Sumber karbohidrat umunya adalah makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain. Sedangkan pada
karbohidrat hewani berbentuk glikogen.
Metabolisme Karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui pencernaan, absorpsi, dan
metabolisme. Metabolisme Karbohidrat berbentuk monosakarida dan disakarida diserap melalui
mukusa usus. Setelah proses penyerapan (dalam pembuluh darah) semua berbentuk
monosakarida. Monosakarida (Fruktosa, Galaktosa, Glukosa) yang masuk bersama-sama darah
dibawa ke hati. Di dalam hati Monosakarida diubah menjadi glukosa dan dialirkanmelaui
pembuluh darah ke otot. Di dalam otot glukosa dibakar membentuk glikogen melalui Proses
Glikoneogenesis.
Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti jaringan tubuh.
Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino.
Asam amino disimpan didalam jaringan dalam bentuk hormon dan enzim. Asam amino esensial
tidak dapat disintesis didalam tubuh tetapi harus didapatkan dari makanan. Jenis asam amino
esensial diantaranya lisin, triptofan, fenilanin, leusin.Berdasarkan susunan kimianya, protein
dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1). Protein sederhana
Jenis ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya abumin,dan globulin.
2). Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat seperti dengan glikogen membentuk
glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
3). Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton, dan gelatin.
Fungsi Protein
1. Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotic koloid,
keseimbangan asam.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
3. Pengaturan metabolisme
4. Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak
5. Dalam bentuk kromosom, proein berperan sebagai tempat menyimpan dan meneruskan
sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.
Sumber protein
1. Protein hawani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati, udang,
ikan, kerang, ayam dan sebagainya.
2. Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang
hijau, terigu, dan sebagainya.
Metabolisme Protein
Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan dikeluarkan enzim protease
yaitu pepsin. Pepsin mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton. Albuminosa dan
pepton di dalam usus halus diubah menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin
dari pancreas dan selanjutnya diserap atau berdifusi ke aliran darah yang menuju ke
hati.Asam-asam amino disebar oleh hati ke jaringan tubuh untuk menganti sel-sel yang rusak
dan sebagian digunakan untuk membuat protein darah. Karena protein dapat larutdalam air
sehingga umumnya dapat dicerna secara sempurna dan hampir tidak tersisa protein makanan
dalam feses. Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor kembali ke hati kemudian
dilepaskan ikatan nitrogennya sehingga terpecah menjadi dua macam zat yaitu asam organic
dan amoniak. Amoniak dibuang melalui ginjal, sedangkan asam organic dimanfaatkan sebagai
sumber energi.
Lemak
Lamak atau lipid merupakan sumber energi paling besar. Lemak terbagi atas 2, yaitu:
Lemak Baik
Yaitu lemak tidak jenuh (unsaturated fat) yang biasa terdapat pada kacang-kacangan, ikan
salmon, kenari dan . Lemak baik ini memiliki kandungan Asam Omega 3 yang berguna untuk
memelihara kesehatan, menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya jantung koroner.
Lemak Jahat
Yaitu lemak Jenuh (saturated fat) dan lemak trans (trans fat) yang terdapat pada
daging,jeroan atau makanan yang digoreng. Lemak jahat yang berlebih akan meningkatkan kadar
total dan LDL dalam darah. Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan penyaklit jantung,
tekanan darah tinggi dan pemicu . Konsumsi lemak dalam sehari tidak boleh melebihi 35% dari
total kebutuhan kalori harian dan agar bermanfaat, lemak yang dikonsumsi harus lemak baik
(lemak tidak jenuh).
Fungsi Lemak
1. Memberikan kalori, dimana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa oksidasi akan memberikan
kalori sebanyak 9 kkal.
2. Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
3. Memberikan asam-asam esensial
Sumber Lemak
Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih
banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya.
Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti
pada daging sapi, kambing dan lainnya.
Metabolisme Lemak
Lemak diserap melalui proses secara pasif dalam bentuk gliserol asam lemak karena giserol
larut dalam air. Gliserol asam lemak masuk dalam pembuluh darah dan dibawa ke hati. Kemudian
didalam hati dengan proses kimiawi Gliserol diubah menjadi Glikogen. Bersama metabolisme
Hidarat Arang gliserol akan menghasilkan tenaga. Lemak yang dibakar mempunyai hasil
sampingan yang disebut Colesterol.
Mineral
Mineral adalah elemen anorganik untuk tubuh karena perannya sebagai katalis dalam reaksi
biokimia. Mineral dapat diklasifikasikan menjadi makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100
mg atau lebih dan mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dari 100 mg. Termasuk dalam
makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang temasuk dalam mikromineral
adalah klorida, yodium, iron,zinc. Secara umum fungsi dari mineral adalah :
1) Membangun jarigan tulang
2) Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh
3) Memberikan elektemb elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf
4)Membuat berbagai enzim
Vitamin
Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada makanan dan tidak
dapat dibuat di dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena
fungsinya sebagai katalisator. Vitamin dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Vitamin yang larut air : Vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12, folic acid, serta vitamin c.
2) Vitamin yang larut dalam lemak : A , D , E , K
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan.
Air
Air merupakan zat makanan paling dasar yang dibutuhkan oleh manusia. Tubuh
manusiaterdiri atas 50-70% air. Bayi memiliki proporsi air yang lebih besar dibandingkan
denganorang dewasa. Semakin tua umur seseorang, maka proporsi air dalam tubuh akan semakin
berkurang. Pada oang dewasa asupan air antara 120-1500 cc per hari, namun dianjurkan 1900 cc
untuk optimal. Selain itu, air yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan 500- 900 cc per hari.
Kebutuhan air akan meningkat jika terjadi pengeluran air, misalnya
- Melalui keringat berlebih
- Muntah
- Diare
- Gejala Dehidrasi.
TITRASI OBAT
1. Dobutamin/ Dobuject/ Dobutrex
Sediaan : 250 mg/5ml
Konsentrasi
Contoh`` `
: Pasien Tn. “X” BB: 60 Kg, dobuject : 5 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc : 250 mg
1c
: 5 mg = 5000 micro g
1 mic : 1 x 60 Kg x 60 = 0,7 cc/jam
5000
5 mic : 0,7 x 5 = 3,5 cc/jam
2. Dopamin/ Indop/ Dopac
Sediaan : 200 mg/5ml
Konsentrasi
Contoh : Pasien Tn. “X” BB: 60 Kg, dopamin : 5 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc : 200 mg
1 cc : 4 mg = 4000 micro g
1 mic : 1 x 60 Kg x 60 = 0,9 cc/jam
4000
2W3000976Y5T
5 mic : 0,9 x 5 = 4,5 cc/jam
Konsentrasi
Contoh : Pasien Tn. “X” BB: 60 Kg, Vascon : 0,05 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc :4 mg
1 cc : 0,08 mg = 80 micro g
0,01 mic : 0,01 x 60 Kg x 60 = 0,45 cc/jam
80
0,05 mic : 0,45 x 5 = 2,25 cc/jam
4. Cedocard/ NTG/ DBL
Sediaan : 10 mg/10ml
DBL : 50 mg/10ml
5. Cordaron/ Amiodaron
Sediaan : 150 mg/3ml
Dosis
1x3
6. Lasix/ Furosemid/ Impulgan
Sediaan : 20 mg/2cc
*Pyur, tanpa diencerkan
Dosis
7. Heparin/ invicort
Sediaan : 25000 ui/5ml
Dosis
1 x 500
8. Perdipine/ Carsive
Sediaan : 10mg/10ml
Konsentrasi
Contoh : Pasien Tn. “X” BB: 60 Kg, carsive : 1 mic/KgBB/mnit, berapa cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
50 cc : 10 mg
1 cc : 0,2 mg = 200 micro g
1 mic : 1 x 60 Kg x 60 = 18 cc/jam
200
9. Insulin
Dosis
Contoh : berikan insulin kepada Tn.X dengan dosis 4 ui/jam dengan konsentrasi pengenceran 1:2, berapa
cc/jam??
Jawab : konsentrasi diencerkan kedalam spuit 50 cc
1:2
50 cc : 100 ui
4 = 2cc/jam
1x2
10. Midazolam/fortanes/sedacum
Sediaan :
5 mg/5ml
15mg/3ml
Dosis
1/3 x BB
1/3 x BE
x BB x BE
2
8. Analisa gas darah (Terlampir)
Mendiagnose atau mengobati kegagalan pernafasan tanpa pemeriksaan analisa gas darah sama halnya
seperti mengobati koma diabetikum tanpa penetapan kadar gula darah.(7).
Tanpa pemeriksaan analisa gas darah(AGD) tidak seorangpun anestesiologist secara akurat bisa
menetapkan derajat kegagalan pernafasan.
Kebiasaan dalam tindakan anestesi rutin untuk menetapkan adekuatnya fungsi pernafasan selama atau
sesudah operasi hanya didasarkan pada kembang kempisnya reservoir bag atau dada pasien, warna kulit,
mukosa dan darah dilapangan operasi.
Padahal tanda-tanda tersebut bukanlah tanda-tanda dini terjadinya hipoksemia sebab cyanosis baru
terlihat bila tekanan partiel O2 dalam arteri(PaO2) menurun sampai 50 torr. Apalagi kalau Hb <5 g%
cianosis tidak akan terlihat walaupun hipoksemia cukup berat. Pada konstrikasi pembuluh darah perifer
kelihatan seperti cyanosis padahal tanpa hipoksemia. Dalam keraguan apakah cyanosis karena
hipoksemia atau bukan langkah pertama perlakukan sebagai hipoksemia sampai dapat dibuktinan bukan
hipoksemia.
BEBERAPA ISTILAH :
Istilah-istilah dibawah ini merupakan modal dasar yang minimal harus diketahui untuk
menginterpretasikan suatu data gas darah.
PAO2 = Tekanan partiel O2 dalam alveoli.
PaO2 =Tekanan partiel O2 dalam darah arteri.
PACO2 = Tekanan partiel CO2 dalam alveoli.
PACO2 = Tekanan partiel CO2 dalam darah arteri.
(A-a)DO2 = Selisih tekanan partiel O2 antara alveolar dan arteri.
Sa O2 = Saturasi O2 darah arteri.
FiO2 = Konsentrasi O2 dalam gas inspirasi.
pH = Pengukuran konsentrasi H ion.
Data-data yang diperoleh dikelola sehingga memberikan kesan sejauh mana fungsi paru dalam pertukaran
gas berlangsung, adekuat atau non adekuat berdasarkan standar yang telah disepakati dan sejauh mana
keseimbangan asam basa berjalan.
Data-data ini tak bisa langsung menegakkan diagnose harus ditunjang pemeriksaan fisik diagnostik,
riwayat penyakit & pengobatan, pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit dan hematokrit. Tiga
komponen yang berperan utama yaitu PaO2 untuk menetapkan derajat hipoksemia,PaCO2 untuk menilai
kemampuan ventilasi paru, sedangkan pH untuk menentukan status metabolik atau respiratorik.(7).
Harus diingat bahwa keadaan hipoksemia tak selalu menunjukan kegagalan ventilasi tetapi bisa
disebabkan faktor-faktor lain sedangkan hiper atau hipokapnia selalu menunjukan gangguan ventilasi (2).
Oleh karena itu PaCO2 lebih menetukan adekuat tidaknya ventilasi dibandingkan PaO2. Namun penilaian
terhadap PaO2 harus selalu diperioritaskan oleh keadaan hipoksemia lebih memerlukan tindakan yang
cepat daripada hiperkapnia.
Bertambahnya hipoksemia akan merangsang peningkatan ventilasi, minute volume tetapi PaCO2 yang
sedikit dipengaruhi oleh VA/Q imbalance cenderung menurun. (3).
Turunnya PaO2 < 50 torr,PuVR(Pulmonal Vascular Resistance) meningkat secara menyolok apalagi
ditunjang suasana acidosis, dengan demikian akan meningkatkan PAP(Pulmonal Arterial Pressure).(5).
Kalau kita perhatikan derajat hipoksemia dan efeknya terhadap faal organ kita akan beroleh
kesan seberapa jauh turunnya PaO2 berdasarkan gejala-gejala klinis yang ada.
Keterangan :
Normal : PaO2 = 95-100 mm Hg
PvO2 = 40 mm Hg
HbO2 arteri 95%
Hipoksemia :
Efek Slight : PaO2 < 80 mm Hg
Cyanosis ringan PvO2 < 35 mm Hg
Tonus simpatis meninggi HbO2 < 95%
Tensi meninggi, tachikardi
Marked : PaO2 < 60 mmHg
Cyanosis jelas PvO2 < 28 mmHg
Tensi turun HbO2 < 90 %
Bradikardi High : PaO2 < 35 mm Hg
Cyanosis berat PvO2 < 19 mm Hg
Kesadaran hilang HbO2 < 70%
Bradikardi extreem
Circulasi arrest mati.
Hiperkapnia akan mendorong timbulnya respiaratorik acidosis.
Membran cell agak mudah dilewati CO2 tetapi agak lambat dilewati bikarbonas, sehingga bila terjadi
respiratori acidosis lebih cepat berkembang kedalam cell tubuh tetapi cepat hilang waktu expirasi.(8).
Dengan perubahan pH yang sama dalam darah effek respiratori acidosis dengan demikian jauh lebih besar
daripada metabolik acidosis, tetapi anehnya jika hiperkapni sendiri terjadi telah di selidiki sampai PaCO2
238 mm Hg belum dijumpai kerusakan yang irreverible organ-organ apalagi kalau disupply O2 yang
cukup.(8).
Kalau kita tinjau hubungan derajat hiperkapni dengan efeknya terhadap faal organ maka kita mendapat
gambaran sebagai berikut :
Keterangan :
Normal : PaCO2 = 40 mm Hg
PvCO2 = 46 mm H
Hiperkapnia :
Efek Slight : PaCO2 > 45 mm Hg
Stimulasi respirasi : PvCO2 > 51 mm Hg
subjective air hunger tonus simpatis meninggi,tensi naik, nadi cepat, gangguan irama,paralyse vasomotor
perifer,kulit panas,merah,keringat,serum K meninggi.
Marked : PaCO2 > 60 mm Hg
stimulasi parasimpatis, tendensi
PvCO2 > 66 mmHg
aritmia, depressin myocard.
High : PaCO2 > 75 mm Hg mengantuk,
PvCO2 > 81 mm Hg CO2 narcose
PaCO2 > 100 mm Hg kesadaran hilang
PvCO2 > 106 mm Hg general inhibisi
terhadap ANS.
Tidak ada nilai absolut baik PaCO2 maupun PaO2 yang dapat menentukan policy terapi khusus. Arti
terapetik O2 pada PaO2 50 mmHg pada pasien2 cardiogenic shock berbeda dengan penderita emphysema
atau bronchitis chronica dengan PaO2 yang sama.
Bahkan dalam kategori diagnostik tidak ada nilai yang tepat pada tekanan berapa sebaiknya policy terapi
dimulai.(3)
Sebab pada penderita COPD(Chronic Obstructive Pulmonary Disease) justru PaO< 60 mmHg
dibutuhkan untuk mengendalikan respirasi.(2)
III. Tehnik AGD :
Darah arteri yang diambil sebagai sampling bukan darah vena, karena darah vena menggambarkan
metabolisme yang dialirinya tidak menggambarkan circulasi umum.
Semua arteri sistemik mengandung darah dengan komposisi yang sama. Kalau venous O2 content yang
diinginkan lebih tepat sampel vena centralis yang diambil via catheter arteri pulmonalis.
Sampel darah arteri menggambarkan fungsi pertukaran gas dari paru-paru dan bisa memberikan
keterangan kualitas darah yang disupply keseluruh tubuh.(2).
Punctie arteri sebaiknya dengan anestesi lokal untuk menghilangkan nyeri yang menimbulkan
vasospasmo.
Syring yang digunakan sebaiknya terbuat dari gelas bukan dari plastik karena O2 bisa berdiffusi kedalam
substansi plastik.(1).
Syring harus dibasahi dulu dengan heparin sebelum dipakai.
Sebaiknya sampel darah yang diambil segera diperiksa karena konsumsi O2 dari whole blood pada suhu
38 derajat Celcius cukup untuk menurunkan PaO2 sebesar 3mm Hg permenit atau bila terpaksa dijaga
tetap dingin agar konsumsi O2 menurun.(1).
Yang perlu diingat sebelum dilakukan pemeriksaan, catat berapa FiO2 yang diberikan untuk menentukan
apakah PaO2 yang diperoleh sesuai denganFiO2 yang diberikan sebab PaO2 seharusnya 5x
FiO2(misalnya FiO2 20% seharusnya PaO2 = 5×20 =I00 mmHg)
IV.INTERPRETASI :
Yang paling penting adalah interpretasi data-data yang diperoleh untuk diagnostik/terapi dan evaluasi.
Apakah terapi sudah adekuat.
a.Tekanan partiel O2(PaO2):
Langkah pertama yang perlu dievaluasi adalah PaO2 sebab hipoksemia butuh terapi sedini mungkin. Kita
ketahui PaO2 apakah normal tergantung pada ketinggian letak dari permukaan laut, umur dan FiO2 yang
diberikan. Walaupun begitu telah disepakati setiap PaO2 < 70 mm Hg sudah bisa dianggap hipoksemia.
(3).
Tetapi tidak setiap penderita hipoksemia membutuhkan terapi O2 tergantung penderitanya seberapa jauh
perlu diterapi. Kalau penderita COPD justru membutuhkan PaO2 50-60 mmHg untuk menstimulir
respiratory center.
PaO2 normal diberbagai ketinggian dapat diperkirakan menurut rumus :
PB
—– x PaO2 pada 760 permukaan laut
760
Umpama tekanan barometrik(PB) pada ketinggian 3300 feet adalah 670 mm Hg maka PaO2 setinggi
3300 feet = 670 /760 x PaO2 setinggi permukaan laut.
Penurunan yang tepat PaO2 dengan kenaikan umur masih merupakan perdebatan.
Kita dapat meminjam tabel dibawah ini yang kira-kira dianggap benar, Tabel ini untuk FiO2 21% dan
setinggi permukaan laut.
———————————————————————
PaO2 (mmHg) SaO2 (%) Clinical
———————————————————————
100 90 muda, normal
80 95 orang tua
60 90 shoulder of curve
PenurunanO2
40 75 O2 transport
melemah critical hypoxaemia
kadar O2 darah vena yang normal
20 35 lowest tolerated level
————————————————————————
Adapted from G.I.Snider, Interpretation of arterial oxygen and carbodioxide pressure chest: 63 :801,
1973.
————————————————————————
Penurunan PaO2 sebesar 25 mm Hg dari 95 mm hg menjadi 75 mm hg hanya berpengaruh sedikit
perubahan pada oxyhaemoglobine sama artinya situasi seseorang mendaki sampai ketinggian 6000 feet
dari permukaan laut atau bertambahnya umur dari 20 tahun menjadi 70 tahun atau penderita penyakit
paru-paru moderate.
Tetapi penurunan PaO2 sebesar 25 mm Hg dari 60 mm Hg menjadi 35 mmHg lain halnya, akan terjadi
perubahan yang serius.
Peningkatan PaO2 diatas 90 mm Hg tidak akan memperbaiki kemampuan Hb mengangkut O2 karena Hb
cukup saturated pada PaO2 80 mmhg.
B. Tekanan Partiel CO2(PaCO2):
Normal : 36 – 44 mmHg
Metabolisme tubuh waktu istirahat menghasilkan kira-kira 200 cc CO2 per menit dimana dalam keadaan
ventilasi normal, paru mampu mengeluarkan CO2 yang diproduksi seluruhnya.(2).
Total CO2(TCO2) adalah jumlah HCO3,CO2,H2CO3 yang ada dalam darah venous kira-kira 52,0
volume % sedangkan dalam darah arteriel 48,2 volume %.
Bila terjadi perubahan ventilasi dimana produksi CO2 tetap tetapi pengeluaran meningkat atau menurun
akan terlihat berupa penurunan atau peningkatan PaCO2.
Pada keadaan hypoventilasi terjadi peninggian PaCO2 sedangkan pada hyperventilasi penurunan PaCO2.
Kebanyakan molekul CO2 bergabung dengan air(H2O) membentuk H2CO3 yang akan
berdisosiasi menjadi ion bikarbonat (HCO3) dan ion hidrogen(H). _ +
CO2 + H2O < =====> H2CO3 < ======> HCO3 + H
Bila PaCO2 meningkat reaksi bergeser kekanan membentuk ion HCO3 dan ion H yang lebih banyak.
Kenaikan ion H disini tak bisa dibuffer dengan bicarbonat buffer system tapi akan dibuffer oleh
hemoglobin buffer system.
Mekanisme buffering :
H (+) + Hb (-) ——–> HHb
H2CO3 + Hb (-) ———>HHb + HCO3(-).
Setiap satu buffer base Hb digunakan, terbentuk satu buffer base yang lain (HCO3) sehingga total buffer
konstant.
Dengan perkataan lain tak ada dijumpai base excess atau defisit tetapi jumlah bikarbonat meningkat
(normal 22-26 meq/L).
Acidosis yang timbul akibat meningkat PaCO2 diatas 45 mm Hg disebut respiratorik acidosis. Spesifikasi
respiratorik acidosis antara lain:( 9 ).
PaCO2 > 45 mm Hg.
Base excess normal
HCO3 meninggi.
Kita ketahui dalam tubuh kita ada 4 system buffer(2).
bikarbonat
posphat
Hb
protein
Jumlah seluruh buffer base dari semua system buffer = total buffer base.
Dalam keadaan normal (pH = 7,4 dan PaCo2 40 mm Hg) jumlah buffer base antara 45-50 meq/L.
Kekuatan buffer darah sebagian besar ditentukan oleh bikarbonat dan Hb.
Pada hyperventilasi PaCO2 menurun dengan demikian reaksi bergeser kekiri.
H2O + CO2 < =====> H2CO3 <=====> HCO3(-)+ H(+).
Mekanismebuffering
HHb ——-> H(+) + Hb(-)
HHb + HCO3(-) ——> Hb(-) + H2CO3 ——> H2O + CO2.
Terlihat setiap satu buffer HCO3 terpakai, terbentuk satu buffer Hb sehingga dengan demikian tak ada
perubahan total buffer base dengan demikian tak ada base excess tetapi jelas HCO3 turun.
Alkalosis yang timbulnya akibat menurunnya PaCO2 < 35 mmHg.
Spesifikasi respiratorik alkalosis antara lain:(9).
PaCO2 < 35 mm Hg
Base excess (BE) normal
HCO3 menurun
pH: Simbol pH merupakan hubungan terbalik dan logaritma dengan konsentrasi H(+), bila konsentrasi
H(+) meninggi maka PH menurun, dan bila konsentarsi H(+) menurun, pH akan meninggi.
Normal pH adalah 7,35 – 7,45. disebut asidosis bila pH < 7,35 dan alkalosis bila pH > 7,45.
Batas pH dimana hidup masih mungkin adalah diantara 6,7 -7,9. dan pH < 7,25 atau > 7,55 hampir selalu
memerlukan terapi.(9).
Diperkirakan 13000 meq CO2 harus dikeluarkan oleh paru setiap hari, dan 30-50 meq.
H(+) yang harus dikeluarkan oleh ginjal.(2,9).
Kontrol konsentrasi H(+) dilakukan dengan 2 cara:(2).
– buffer transport
– eliminasi yang cepat oleh paru dan ginjal secepat diproduksi.
Baik acidosis maupun alkalosis bisa disebabkan faktor respiratorik dan metabolik. Bila faktor respiratorik
sebagai penyebab utama dijumpai peningkatan atau penurunan PaCO2 abnormal dan bila faktor
metabolik akan dijumpai peningkatan atau penurunan total buffer base > 3 meq, atau dengan perkataan
lain base excess > + 3 meq atau >-3 meq.
Penetapan gangguan metabolik berdasarkan konsentrasi HCO3 tidak mutlak oleh karena HCO3
dipengaruhi faktor metabolik maupun respiratorik sedangkan base excess hanya dipengaruhi faktor
metabolik.(9).
Penetapan metabolik acidosis atau alkalosis bisa saja berdasarkan konsentrasi HCO3 plasma darah yang
telah diseimbangkan pada PaCO2 45 mmHg dan dengan O2 pada suhu 38 derajat Celcius, dengan
penetapan pada PaCO2 40 mmHg faktor respiratorik yang merubah kadar HCO3 dapat disingkirkan,
Standard bikarbonat normal 22-26 meq
Dengan demikian gambaran kasus acidosis / alkalosis adalah:
————————————————————————
Type ! PaCO2 ! Base Excess ! Standard Bicarbonat ! HCO3 ! pH
Resp acid ! >45mmHg ! Normal ! 22-26 meq/L ! naik ! < 7,35
Resp alk. ! <35mmhg ! Normal I 22- 26 meq/L I turun I > 7,45
Metabacid I normal I >- 3meq/L I < 22 meq/L I turun I < 7,35
Metabalk I normal I >+ 3meq/L I > 26 meq/L I naik I > 7,45
————————————————————————
Kadang-kadang metabolik/respiratorik asidosis /alkalosis bisa terjadi bersamaan atau respiratorik acidosis
bersamaan dengan metabolik alkalosis yang ini bisa salah satu berupa kompensasi yang lain tinggal kita
menetapkan mana yang primer dan yang mana faktor kompensasinya.
Contoh :
a. Respiratorik acidosis : PaCO2 60 mm Hg
pH 7,30
base excess + 2 meq/L
b. Respiratorik alkalosis : PaCO2 30 mm Hg
pH 7,50
base excess 0 meq/L
c. Respiratorik acidosis + PaCO2 75 mm Hg
Metabolik acidosis pH 7,20
base excess 10 meq/L
d. Respiratorik alkalosis + PacO2 32 mm Hg
Metabolic acidosis pH 7,6
base excess + 15 meq/L
e. Primer resp acidosis + PaCO2 60 mm Hg
kompensasi metalkalosis pH 7,32
base excess + 6 meq/L
f. Primer metalkalosis + PaCO2 50 mm Hg
respiratorik acidosis pH 7,48
Base excess + 10 meq/L
Untuk menentukan mana yang primer dan mana yang kompensasi perhatikan dulu pH apakah acidosis
atau alkalosis bila pH > 7,4 disebut alkalosis dan < 7,4 disebut acidosis.
Baru faktor metabolik atau respiratorik sesuaikan dengan pH bila yang sesuai metabolik maka yang
primer adalah metabolik sedangkan kompensasinya adalah respiratorik; umpama PaCO2 > 45 mmH,
sedangkan pH < 7,4 maka respiratorik primer, kompensasinya metabolik Biasanya peningkatan/
penurunan PaCO2 sebesar 10 mmHg sesuai dengan penurunan/peningkatan pH sebesar 0,08 unit.(6).
Bila PaCO2 naik 30 mm Hg berarti pH turun 3x 0,08 unit = 0,24 unit.
Kenapa bisa demikian ?
Mari kita lihat persamaan Henderson – Hesselbach :
HCO3
PH = 6,1 + log ———-
H2CO3
Pada PaCO2 40 mm Hg, maka kadar HCO3 lebih kurang 25,4 meq/L,& H2CO3 1,27 meq/L.
25,4
pH = 6,1 log —————-
1,27
= 7,4
Seandainya PaCO2 60 mm Hg maka H2CO3 akan meningkat sebesar 20/40 x 1,27 meq/L = 0,63meq/L.
Kadar H2CO3 pada PaCO2 60 mmHg = 1,27 + 0,63 = 1,9 meq/L.
Kita subsitusikan kembali kerumus tadi:
25,4
pH = 6,1 + log ———
1,9
= 6,1 + 1,126
= 7,226
Penambahan PaCO2 sebesar 20 mmHg dapat menurunkan pH (7,4- 7,226 = 0,17 unit).
Perhitungan ini tak begitu tepat benar hanya digunakan untuk kepentingan praktis namun kesalahan tak
begitu bermakna.
Untuk menetapkan komponen respiratory pada keimbangan asam basa sesudah data gas arteri diperoleh
langkah-langkah berikut yang perlu diperhatikan:(6)
1.Hitung deviasi PaCO2 dari normal (40 mmHg).
Apakah menurun atau meningkat, berapa besar ?
2.Hitung berapa pH yang seharusnya pada PaCO2 yang diukur ?
3.Apakah pH yang dihitung sama dengan pH yang diukur ?
Bila sama berarti semuanya akibat gangguan respiratorik (pure respiratorie).
Ini disebut Golden rules I
==================================
I PaCO2 naik 10 mm Hg = pH turun 0,08 I
I PaCO2 turun 10 mm Hg = pH naik 0,08 I
==================================
Bila pH yang diukur kurang dari pH yang dihitung berarti perubahan tersebut akibat pengaruh metabolik
acidosis dan bila lebih besar akibat metabolik alkalosis.
Berapa besar jumlah acidosis atau alkalosis menyertainya dapat ditentukan dngan Golden rules II.(6)
Perubahan pH 0,15 setara perubahan base 10 meq/L
Kenaikan pH 0,15 setara kenaikan base 10 meq/L demikian juga penurunan.
Kenapa demikian?
base (25,4 meq/L) normal
pH = 6,1 + log ————————————
acid (1,27 meq/L) PaCO2 40 mm Hg
Sekiranya base meningkat dari 25,4 menjadi 35,4 maka :
35,4
pH = 6,1 + log ———
1,27
= 6,1 + 1,445 = 7,545.
Jadi perubahan base 10 meq/L sebanding dengan perubahan pH (7,45-7,4)=0,15 unit.
Contoh(1):
PaCO2 52 mm Hg, pH 7,30
Kenaikan PaCO2 = 52 – 10 = 12 mm Hg.
kenaikan PaCO2 10 mmHg sebanding dengan penurunan pH 0,08 unit.
Kenaikan PaCO2 12 mm Hg = 12/ 10 x 0,08 unit= 0,1 unit.
Jadi pH seharusnya = 7,4 – 0,1 = 7,3, terlihat pH yang dihitung = pH yang diukur.
Dengan demikian tak ada komponen metabolik hanya ada acidosis respiratorik murni.
Contoh (2):
PaCO2 50 mm Hg, pH 7,26
Kenaikan PaCO2 = 50 – 40 = 10 mm Hg.
Sebanding dengan penurunan pH. 0,08 unit.
Jadi pH yang dihitung = 7,4 – 0,08 = 7,32,kenyataan pH yang diukur 7,26.
Selisih pH yang dihitung dengan yang diukur = 7.32 – 7,26
= 0,06.
Penurunan pH 0,15 sebanding penurunan base 10 meq/L.
Penurunan pH o,06 = 0,06 / 0,15 x 10 meq/L = penurunan base 4 meq/L.
Jadi base excess = – 4 meq /L.
Kesimpulannya suatu acidosis respiratorik dengan metabolik asidosis yang menyertainya.
Bila PaCO2 normal maka komponen respiratorik bisa disingkirkan.
Harold A Braun cs menetapkan acidosis /alkalosis yang murni berdasarkan rumus berikut:(20)
A. Respiratorik acidosis murni :
Akut : pH turun 0,08 setiap PaCO2 naik 10 mmHg.
Kronis : pH turun 0,03 setiap PaCO2 naik 10 mmHg.
B. Respiratorik alkalosis murni :
Akut : pH naik 0,1 setiap PaCO2 turun 10 mmHg.
C. Metabolik acidosis murni:
PaCO2 = (1,54 x HCO3 ) + 8
Contoh:
PaCO2 = 38 mm Hg ,pH 7,22, bikarbonat = 15 meq/L.
PaCO2 = ( 1,54 x 15 ) + 8
= 31,10
Kelihatannya PaCO2 yang dihitung lebih rendah dari PaCO2 diukur.
Jadi bukan metabolik acidosis murni tetapi metabolik acidosis dengan kompensasi respiratorik alkalosis.
Metode Peter A Stewart :
Banyak masalah asam basa pada pasien kritis yang tidak dapat dijelaskan dengan pendekatan Handerson-
Hasselbach.
Pendekatan Stewart berdasarkan kenetralan elektrik dan konservasi massa.
Dalam larutan encer jumlah ion bermuatan positif harus sama dengan jumlah ion yang bermuatan negatif
ini yang dimaksud dengan kenetralan elektrik sementara konservasi massa maksudnya jumlah suatu
substansi tetap konstan kecuali dia ditambah atau dibentuk, diambil atau dihancurkan.
Dalam air murni konsentrasi H ion harus sama dengan konsentrasi OH. Setiap perubahan komposisi
elektrolit dalam suatu larutan akan menimbulkan perubahan H dan OH ion. Untuk mempertahankan
prinsip kenetralan elektrik, misalnya peningkatan ion Cl bermuatan negatif akan meningkatkan H ion
yang disebut acidosis. Karena kenaikan H ion akan menurunkan OH, maka bisa disebut penurunan OH
membuat acidosis dan kenaikan OH menimbulkan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen ditentukan secara
independen oleh tiga variabel yaitu strong ion difference (SID), konsentrasi total asam lemah non volatile
( ATOT), dan PCO2.
Yang dimaksud dengan ion kuat adalah ion yang sempurna /hampir sempurna berdisosiasi.
Umpama kalau kita melarutkan NaCl kedalam air maka larutan tersebut akan mengandung ion Na,Cl,H
dan OH dan molekul H2O. Baik ion Na maupun Cl tak akan bersenyawa dengan ion H, maupun OH
membentuk NaOH atau HCl karena ion Na dan Cl merupakan ion-ion yang kuat yang selalu berdisosiasi
sempurna. Ion-ion kuat itu umumnya inorganik namun ada juga yang organik seperti laktat, sebenarnya
ion lemah tapi sebab pKa laktat 3,9 pada pH fisiologis laktat akan berdisosiasi secara
sempurna.Umumnya setiap zat yang mempunyai konstanta disosiasi > 10.000 meq/L dianggap sebagai
ion-ion kuat.
Jadi istilah strong bukan strong concentrated solution tapi strong discociated. Jumlah total dari
konsentrasi asam-asam lemah (Atot) terdiri dari protein dan fosfat inorganik.
Kadar fosfat kecil dianggap tak berperan kecuali dalam jumlah yang sangat besar. Protein plasma terdiri
dari albumin dan globulin namun albumin paling berkontribusi. Setiap penurunan kadar albumin plasma
akan menyebabkan alkalosis sebaliknya peningkatannya menyebabkan asidosis. SID berarti perbedaan
antara kation dan anion (ion Na + K + Ca + Mg ) – ( Cl +laktat)
Nilai normalnya pada orang sehat 40 – 42 meq/L.
Inti pendekatan Stewart adalah yang merubah konsentrasi ion H adalah salah satu atau lebih dari tiga
varibel independen tadi bukan H ion atau HCO3 ion.
Fenci cs membuat klasifikasi gangguan asam basa berdasarkan metode Stewart :
Acidosis | Alkalosis
—————————————— ———————————————
I Respiratory PCO2 naik ! PaCO2 turun
II Non Respiratory (metabolik):
1.Abnormal SID:
a.Water excess/deficit SID & Na turun ! SID&Na naik
b.Imbalance of strong anion
aa.CL excess/deficit SID turun, Na naik ! SID naik&Cl turun
ab.Unidentified anion SID turun, Na naik !
2.Non volatile weak acids:
a. Serum albumin naik ! turun.
b. Inorganik fosfat naik ! turun.
———————————————————————————————
Perubahan SID dapat disebabkan oleh :
1.Kelebihan atau kekurangan cairan dalam plasma dimana anion atau kation kuat akan terdilusi atau
terkonsentrasi (dilutional acidosis) atau concentrational alkalosis).
2.Perubahan konsentrasi ion Chlorida.
3.Perubahan konsentrasi anion kuat yang lain.
[HCO3]
pH = pka + log
0,03 PaCO2
Harga normal :
pH : 7,36 – 7,44
[HCO3] : 22 – 26 mEq/L
PaCO2 : 36 – 44 mmHg
6. Kriteria masuk
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam
keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas satu-1)
didahulukan rawat ICU dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas dua-2) dan
pasien sakit kritis atau terminal dengan prognosis yang jelek untuk sembuh (prioritas tiga-3). Penilaian
obyektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk
pasien.
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
dukungan / bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, dan lain-lainnya. Contoh pasien
kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotoraksik, atau pasien shock septic. Mungkin ada baiknya
beberapa institusi membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi
dibawah tekanan darah tertentu. Pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas ditinjau dari
macam terapi yang diterimanya.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien ini beresiko sehingga
memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantauan intensif menggunakan metoda seperti
pulmonary arterial catheter sangat menolong. Contoh jenis pasien ini antara lain mereka yang menderita
penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major.
Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya, mengingat kondisi mediknya
senantiasa berubah.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil dimana status kesehatannya sebelumnya, penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing atau kombinasinya, sangat mengurangi
kemungkinan kesembuhan dan/atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh-contoh pasien ini
antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial, temponade, atau
sumbatan jalan napas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi
penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 (tiga) mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi
penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
kardiopulmoner.
d. Pengecualian
Jenis pasien berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk masuk ICU, dan hanya dapat
masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa, atas persetujuan Kepala ICU. Lagi pula
pasien-pasien tersebut bila perlu harus dikeluarkan dari ICU agar fasilitas yang terbatas tersebut dapat
digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga).
1) Pasien yang telah dipastikan mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu dapat dimasukkan ke
ICU bila mereka potensial donor organ, tetapi hanya untuk tujuan menunjang fungsi-fungsi organ
sementara menunggu donasi organ.
2) Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi
“perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR”. Sesungguhnya
pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk
meningkatkan kemungkinan survival-nya.
3) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
4) Pasien yang secara fisiologis stabil yang secara statistik resikonya rendah untuk memerlukan terapi
ICU. Contoh-contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien
diabetic ketoacidosis tanpa komplikasi, keracunan obat tetapi sadar, concusion, atau payah jantung
kongestif ringan. Pasien-pasien semacam ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit intermediet untuk
terapi definitif dan /atau observasi.
7. Kriteria keluar
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi,
atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau
manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil. Contoh-contoh hal terakhir adalah pasien dengan tiga atau
lebih gagal sistim organ yang tidak berespons terhadap pengelolaan agresif.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak memerlukan terapi intensif telah
berkurang.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi,
tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi
intensif kontinyu kecil. Contoh dari hal terakhir antara lain adalah pasien dengan penyakit lanjut
(penyakit paru kronis, penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-
lainnya yang telah tidak berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya, yang prognosis jangka
pendeknya secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi yang potensial untuk memperbaiki
prognosisnya.
Dengan mempertimbangkan perawatannya tetap berlanjut dan sering merupakan perawatan khusus setara
pasien ICU, pengaturan untuk perawatan non-ICU yang sesuai harus dilakukan sebelum pengeluaran dari
ICU.
d. Pengkajian ulang kerja
Setiap ICU hendaknya membuat peraturan dan prosedur-prosedur masuk dan keluar, standard perawatan
pasien, dan kriteri outcome yang spesifik. Kelengkapan-kelengkapan ini hendaknya dibuat tim
multidisipliner yang diwakili oleh dokter, perawat dan administrator rumah sakit, dan hendaknya dikaji
ulang dan diperbaiki seperlunya berdasarkan keluaran pasien (outcome) dan pengukuran kinerja yang
lain. Kepatuhan terhadap ketentuan masuk dan keluar harus dipantau oleh tim multidisipliner, dan
penyimpangan-penyimpangan dilaporkan pada badan perbaikan kualitas rumah sakit untuk ditindak
lanjuti.
B. Prasarana
1. Lokasi
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan atau mempunyai akses yang
mudah ke Unit Gawat Darurat, laboratorium dan radiologi.
2. Disain
Standar ICU yang memadai ditentukan disain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat.
Bangunan ICU merupakan :
a. Terisolasi
b. Mempunyai standar tertentu terhadap :
1) Bahaya api
2) Ventilasi
3) AC
4) Exhausts fan
5) Pipa air
6) Komunikasi
7) Bakteriologis
8) Kabel monitor
c. Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata
1) Area pasien :
a) Unit terbuka 12 – 16 m2 / tempat tidur
b) Unit tertutup 16 – 20 m2 / tempat tidur
c) Jarak antara tempat tidur : 2 m
d) Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur
e) Unit tertutup 1 ruangan 1 tempat tidur cuci tangan
Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU. ICU tersier paling sedikit 3 outlet udara-
tekan, dan 3 pompa hisap dan minimal 16 stop kontak untuk tiap tempat tidur.
Pencahayaan cukup dan adekuat untuk opservasi klinis dengan lampu TL day light 10 watt/m2. Jendela
dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil. Disain dari unit juga memperhatikan
privasi pasien.
2) Area kerja meliputi :
a) Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat dengan pasien.
b) Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan penyimpanan obat dan alat
(termasuk lemari pendingin).
c) Ruang yang cukup untuk mesin X-Ray mobile dan mempunyai negatif skop.
d) Ruang untuk telpon dan sistem komunikasi lain, komputer dan koleksi data, juga tempat untuk
penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang cukup resepsionis dan petugas administrasi.
3) Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan / AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban sesuai dengan luas
ruangan. Suhu 22o – 25o kelembaban 50 – 70%.
4) Ruang Isolasi
Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri.
5) Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Untuk menyimpan monitor, ventilator, pompa infus dan pompa syringe, peralatan dialisis, alat-alat sekali
pakai, cairan, penggantung infus, troli, penghangat darah, alat hisap, linen dan tempat penyimpanan
barang dan alat bersih.
6) Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor
Untuk menyimpan monitor, ventilator, pompa infus dan pompa syringe, peralatan dialisis, alat-alat sekali
pakai, cairan, penggantung infus, troli, penghangat darah, alat hisap, linen dan tempat penyimpanan
barang dan alat bersih.
7) Ruang perawat
Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang bertugas dam pimpinannya.
8) Ruang staf Dokter
Tempat kegiatan organisasi dan administrasi termasuk kantor Kepala bagian dan staf, dan kepustakaan.
9) Ruang Tunggu keluarga pasien
10) Laboratorium
Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan terpusat.
C. Peralatan
1. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU dan harus sesuai
dengan beban kerja ICU, diseuaikan dengan standar yang berlaku.
2. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.
3. Peralatan dasar meliputi :
a. Ventilator
b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
c. Alat Hisap
d. Peralatan akses vaskuler
e. Defibrilator dan alat pacu jantung
f. Alat pengatur suhu pasien.
g. Peralatan drain thorax.
h. Pompa infus dan pompa syringe
i. Peralatan portable untuk transportasi
j. Tempat tidur khusus.
k. Lampu untuk tindakan
l. Continous Renal Replacement Therapy
Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk prosedur diagnostik dan atau terapi
khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.
Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia untuk penggunaan alat-alat
termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila terjadi malfungsi.
D. Monitoring Peralatan (Termasuk peralatan portable yang digunakan untuk transportasi pasien).
8.Ketenagaan
a.Tenaga medis
b.Tenaga perawat yang terlatih
c.Tenaga Laboratorium
d.Tenaga non perawat : pembantu perawat , cleaning servis
e. Teknisi
B. Tujuan.
Tujuan melakukan pemasangan EKG adalah untuk menentukan kelainan seperti:
1. Gangguan irama jantung (disritmia).
2. Pembesaran atrium atau ventrikel.
3. Iskemik atau infark miokard.
4. Infeksi lapisan jantung (perikarditis).
5. Efek obat-obatan.
6. Gangguan elektrolit.
7. Penilaian fungsi pacu jantung.
C. Persiapan.
1. Alat.
Mesin EKG.
Kabel untuk sumber listrik.
Kabel untuk bumi (ground).
Kabel elektroda ekstremitas dan dada.
Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat.
Balon penghisap elektroda dada.
Jelly.
Kertas tissue.
Kapas Alkohol.
Kertas EKG.
Spidol.
2. Pasien.
Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG.
Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang
selama perekaman.
Cara menempatkan elektrode sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar
pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan.
Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri
dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
1) Merah (RA / R) lengan kanan.
2) Kuning (LA/ L) lengan kiri.
3) Hijau (LF / F ) tungkai kiri.
4) Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground).
5) Hubungkan kabel dengan elektroda:
a. Kabel merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kanan.
b. Kabel kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kiri.
c. Kabel hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri.
d. Kabel hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kanan.
Bersihkan p u l a p e r m u k a a n k u l i t d i d a d a k l i e n y a n g a k a n d i p a s a n g
e l e k t r o d a prekordial dengan kapas alkohol dan beri jelly pada setiap elektroda,
pasangkan pada tempat yang telah dibersihkan.
Hubungkan kabel dengan elektroda :
1) C1 : untuk Lead V1 dengan kabel merah.
2) C2 : untuk Lead V2 dengan kabel kuning .
3) C3 : untuk Lead V3 dengan kabel hijau
4) C4 : untuk Lead V4 dengan kabel coklat
5) C5 : untuk Lead V5 dengan kabel hitam
6) C6 : untuk Lead V6 dengan kabel ungu. Pada C2 dan C4 merupakan titik-titik untuk
mendengarkan bunyi jantung I dan II.
Cara Merekam EKG.
1) Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
2) Periksa kembali standarisasi EKG.
3) Kalibrasi 1 mv (10 mm).
4) Kecepatan 25 mm/detik. Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol
run/start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2-3 kali berturut-turut dan periksa
apakah 10 mm.
5) Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut
yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan,
tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3kali, setelah itu matikan mesin EKG.
6) Rapikan pasien dan alat-alat.
7) Ca ta t d i pi n g g ir ki r i a ta s k er t a s E KG: Na m a p a s ie n , Um u r,
Ta n g g a l / J a m , D o k t e r yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah.
8) Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa.
9) Hal-hal penting yang harus diperhatikan :
a. Status kesehatan klien, pantau setiap saat.
b. Pemasangan EKG harus sesuai dengan cara yang benar.
c. Pasien diusahakan jangan terkena besinya, jangan batuk, dan tidak mengobrol, karena akan
mempengaruhi hasil EKG.
10) Hal-hal penting yang harus dicatat :
1. Nama pasien.
2. Status klien (usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tekanan darah).
3. Tanggal/jam.
4. Dokter yang merawat.
5. Yang membuat perekaman pada kiri bawah.
6. Rekam medik pasie.
7. Frekuensi jantung per menit .
8. Irama jantung.
9. G e l o m b a n g P.
10. Interval P-R.
11. Kompleks QRS.
12. Gelombang T dan U.
13. Kelainan EKG yang ditemukan.
7. TEKNIK PEMBERIAN 02
1) Tekanan ruangan : low flow 0,21- 0,40 dan hight flow lebih dari 0,40
2) FIO2 : frekuensi inspirasi O2
3) Inspirasi ( + awirflaser ) CPAP, IPPV.
8. STANDART PROSEDUR
1) Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
2) Siapkan alat secara ergonomic
3) Pasang sampiran
4) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan mengeringkan dengan handuk bersih
5) Atur posisi pasien setengah duduk ( fowler )
6) Isi gas humidifier dengan water of irrigation setinggi batas yang tertera
7) Hubungkan flow meter dengan tabung oksigen
8) Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur konsentrasi O2 dan amati ada
tidaknya gelembung udara dalam gas flow meter
9) Hubungkan kanul nasal dengan flow meter
10) Alirkan oksigen sesuai kebutuhan
11) Cek aliran kanul nasal dengan menggunakan punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran
oksigen
12) olesi ujung kanul nasal dengan jelly
13) Pasang kanul nasal
14) Bereskan alat dan rapikan pasien
15) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkan dengan handuk
16) Dokumentasi
13. Definisi
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat bantu mekanik yang
berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-
paru melalui jalan nafas buatan. Ventilasi mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan
intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
II. Fisiologi Pernafasan Ventilasi Mekanik
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontrkasi,
rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru,
sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan
ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra
thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.
III. TUJUAN PEMASANGAN VENTILATOR
1. Memperbaiki pertukaran gas
2. Mengatasi distress nafas (Menurunkan konsumsi oksigen, Menurunkan beban kerja otot nafas)
3. Memperbaiki ketidakseimbangan (Memperbaiki compliance, Mencegah cedera paru lebih lanjut)
4. Kontrol eliminasi CO2
5. Menurunkan kerja jantung (Gagal jantung)
6. Profilaksis (Pasca operasi bedah besar)
IV. INDIKASI PEMASANGAN VENTILATOR
1. Gangguan ventilasi (Gagal nafas)
2. Gangguan oksigen (hipoksemia)
3. Secara fisiologis memenuhi kriteria
RR > 35x/menit
Tidal volume <5ml/kgBB
PO2 <100 mmHg dengan FiO2 100%
PaCO2 >55 mmHg
Penggunaan otot tambahan dalam bernafas
4. Pemberian sedasi berat
5. Menurunkan atau mencegah TIK
MACAM-MACAM VENTILATOR
1. Volume Cycled Ventilator
2. Pressure Cycled Ventilator
3. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah napas permenit. Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
MODE-MODE VENTILATOR
Mode Control.
Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali
inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan
dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan
ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi
pneumothorax.
Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory
Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu
sendiri. Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan nafas pasien. Mode
IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga
masih memerlukan bantuan
Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa
bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien
harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka
udara pernafasan tidak diberikan.
CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah
bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan
melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
Istilah Dalam Ventilator Mekanik
FiO2 adalah fraksi atau konsentrasi oksigen dalam udara yang diberikan kepada pasien.
PaO2 adalah tekanan parsial oksigen yaitu perbedaan konsentrasi antara oksigen di alveolus dan
membrane
I:E Ratio Perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Nilai normal 1:2
Volume Tidal. Jumlah udara yang keluar masuk paru dalam satu kali nafas. Nilai normal 10 –15
ml per kgBB untuk dewasa dan 6-8 ml per kgBB untuk anak.
Minute Volume. Jumlah udara yang keluar masuk dalam satu menit. Nilainya = volume tidal x
RR
Positive end expiratory pressure (PEEP) atau tekanan positif akhir ekspirasi digunakan untuk
mepertahankan tekanan paru positif pada akhir ekspirasi untuk mencegah terjadiya kolaps paru
dan meningkatkan pertukaran gas dalam alveoli. Nilai antara 5-15 mmHg, maksimal 12 mmHg
untuk anak.
ALARM PADA VENTILATOR
Sistem Alarm
Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk,
terjadi fighting, dll
1. Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax,
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru (VAP)
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi,
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas