Buku Komunikasi Terapeutik SMK Keperawatan
Buku Komunikasi Terapeutik SMK Keperawatan
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communication yang bersumber dari kata communis yang
berarti ‘sama’ dan bermakna sama. Komunikasi merupakan sarana pertukaran informasi, pertukaran ide
atau pemikiran diantara dua orang atau lebih. Dalam dunia kesehatan, komunikasi merupakan cara bagi
pasien menyampaikan masalahnya dan cara bagi perawat maupun tenaga kesehatan lainnya memberikan
respon. Seorang perawat perlu memiliki ketrampilan berkomunikasi yang merupakan ketrampilan kritis
(Critical Skill) dalam hal menjalankan asuhan keperawatan.
B. UNSUR/KOMPONEN KOMUNIKASI
Orang yang berperan sebagai pengirim pesan / informasi baik secara verbal maupun nonverbal.
Contohnya: Perawat menawarkan informasi tentang pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit.
Orang yang berperan sebagai penerima pesan / informasi baik secara verbal maupun nonverbal yang
dikirimkan oleh pengirim pesan. Supaya proses komunikasi dapat berjalan dengan baik penerima pesan
haruslah mengolah informasi yang diterima (decoding) sebelum memberikan respons. Contohnya: Pasien
menerima informasi pelayanan kesehatan, informasi ruang perawatan dari perawat.
3. Pesan (Message)
Pesan merupakan sekumpulan informasi yang disampaikan dalam sebuah proses komunikasi yang
mengandung makna, ide, ataupun gagasan. Penyandian atau pengodean pesan menjadi informasi (encoding)
dapat dilakukan untuk disesuaikan dengan sifat dari pengirim pesan maupun saluran pesan yang digunakan.
Untuk mendapatkan pesan yang baik haruslah pesan itu jelas dan terorganisir.
Saluran / Media merupakan sarana dalam menyampaikan pesan yang dimaksudkan. Media saluran
yang dipilih secara tepat akan mempermudah penerimaan pesan sehingga penerima pesan akan dengan
mudah untuk mengerti, memahami, mengiterpretasi dan memberikan respon yang sesuai. Saluran pesan
yang dipilih bisa bervariasi seperti melalui sarana penglihatan (visual), pendengaran, taktil/sentuhan. Dalam
penyampaian pesan bagi jumlah orang yang lebih banyak dapat dipilih media elektronik seperti televisi,
radio, jejaring social, internet. Sedangkan untuk media cetak yaitu poster, brosur, pamphlet, stiker, buku,
spanduk, dll.
Umpan/respon balik merupakan reaksi yang diperagakan oleh penerima pesan sebagai hasil setelah
menerima pesan yang dikirimkan. Umpan balik dapat ditunjukan melalui isyarat verbal maupun nonverbal.
C. BENTUK/MACAM KOMUNIKASI
Komunikasi dibagi menjadi dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Dimana, kedua
bentuk komunikasi ini tidak dapat dipisahkan oleh karena saling ketergantungan satu dengan yang lain
dalam menyampaikan maksud, arti dan makna dari sebuh proses komunikasi.
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata dalam penyampaian pesan melainkan melalui:
Isyarat Vokal (Suara, Bunyi dan Desah), Isyarat Tubuh (Ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan kontak mata),
Isyarat Objek (Benda / Pakaian yang digunakan), Ruang/Jarak, dan Sentuhan/Kontak fisik.
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
a) Kinesik, adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau
anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak
saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat
untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara
mengaduk obat, dan lain-lain.
b) Proksemik, yaitu bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan
orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
c) Haptik, seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu
berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama
dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan
relasi anda dengan seseorang.
d) Paralinguistik, meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak
menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang
rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras.
Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda
dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.
e) Artifak, Kita memahami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material
disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala
dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun
dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga
status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka
pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.
f) Logo dan Warna, Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya
komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang
untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi
swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung
visi dan misi organisasi.
g) Tampilan Fisik Tubuh, Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan
bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking,
bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain).Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada
orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita
merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat
mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang
disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
3. Metakomunikasi
Pesan yang terkandung di dalam pesan yang menyampaikan sikap pengirimnya, dan hasrat pengirim
pesan bagi pendengar merupakan pengertian dari metakomunikasi. Terdapat banyak hal yang dapat
mempengaruhi metakomunikasi seperti:
a. Penampilan diri,
b. Intonasi/Nada Suara
Seseorang dapat dengan mudah ditebak hanya dengan mendengarkan nada suaranya. Nada suara
yang terlalu ditekan dengan volume suara yang kuat dapat dianggap sebagai kondisi yang marah,
bermusuhan dan tidak suka. Sedangkan nada suara yang lembut dan halus memberi pesan persahabatan,
kehangatan, dan perhatian.
c. Ekspresi wajah,
Ekspresi wajah merupakan petunjuk yang jelas tentang pribadi seseorang. Rautan muka akan
menggambarkan apa yang ada di dalam hati. Dalam memberikan pelayanan perawatan, pasien dapat
menilai pelayanan tersebut tulus atau tidak dari ekspresi wajah yang ditunjukkan. Ekspresi wajah yang
mengerut pada bagian dahi, dan mata melotot menunjukkan sikap marah dan tak bahagia. Ekspresi wajah
yang tersenyum dapat memberikan sebuah kenyamanan dan kesembuhan.
d. Postur tubuh,
Postur tubuh yang ditunjukkan melalui cara berjalan, cara duduk dapat menjadi tambahan informasi
bagi perawat tentang kondisi pasien. Cara berjalan yang seperti ditarik dengan tubuh agak condong ke
depan mengisyaratkan bahwa seseorang itu mengidap penyakit Parkinson.
e. Gestur tubuh,
Suatu ide atau gagasan yang sulit atau tidak nyaman diungkapkan dengan kata-kata disebut sebagai
gestur tubuh. Contohnya: Melambaikan tangan dengan orang yang berada di kejauhan sebagai tanda
perhatian dan persahabatan.
f. Sentuhan
Tidak ada cara lain yang dapat memberikan kedekatan komunikas yang lebih dalam antara
seseorang dengan orang yang lain selain sentuhan. Sehingga, adalah bijaksana bila seorang perawat hanya
memberikan sentuhan yang tepat seperti tepukan di bahu yang memiliki arti persahabatan, kekeluargaan,
memberikan dukungan emosi, serta perhatian dengan kondisi pasien.
D. TINGKATAN KOMUNIKASI
1. Komunikasi Personal
a. Komunikasi intrapersonal, ialah komunikasi yang dilakukan oleh diri sendiri seperti berpikir, mengingat,
persepsi, dan sensasi. Seorang individi yang berperan ganda sebagai pengirim sekaligus penerima pesan.
b. Komunikasi interpersonal, ialah komunikasi antar dua orang individu atau lebih (Kelompok kecil).
2. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi yang dilakukan di depan banyak orang atau khalayak ramai.
Dalam komunikasi publik seringkali dijumpai proses komunikasi yang bersifat satu arah oleh karena cara
penyampaian yang terus menerus, interaksi yang bersifat terbatas, dan umpan balik yang lemah.
3. Komunikasi Massa
SESILIA SOMI BELIDO S. Kep
SMK SURA DEWA LARANTUKA
pg. 3
Komunikasi yang menggunakan sebuah lembaga dalam menyampaikan ide, gagasan serta informasi
yang dimaksudkan kepada banyak orang yang penyebarannya melalui media massa. Komunikasi ini
seringkali mengandung pesan yang lebih bervariasi seperti kebudayaan, pendidikan, motivasi, dan lain-lain
yang sumbernya berasal dari reporter, penyiar, editor, dan teknisi.
1. Perkembangan
Pada hakikatnya manusia mengalami tumbuh-kembang secara fisik dan mental. Bila mengalami
gangguan pada hal tumbuh –kumbung seperti dijumpai pada anak penderita autis, yang memiliki
keterbatasan kemampuan dalam berkomunikasi sehingga membutuhkan cara khusus untuk berbicara
dengan mereka.
2. Persepsi
Cara setiap individu memberikan makna serta arti bagi informasi yang dikirimkan serta diterima
dibentuk melalui pengalaman tentang peristiwa yang pernah terjadi dan dilalui sehingga membentuk
pandangan pribadi yang disebut dengan istilah persepsi.
3. Nilai
Nilai berhubungan erat dengan keyakinan seseorang yang dimiliki dan dipeluk yang kemudian
membentuk standar perilaku sehingga memberi dampak pada cara seseorang menilai suatu informasi yang
diterima.
5. Jenis Kelamin
6. Tingkat Pengetahuan
8. Emosi
9. Lingkungan
- Northouse (1998), komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau ketrampilan perawat untuk membantu
klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan
dengan orang lain.
- Stuart G. W (1998), komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien,
dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka
memperbaiki pengalaman emosional klien
- S. Sundeen (1990), Hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasam yang ditandai tukar menukar
perilakum perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan yang intim yang terapeutik.
Melalui komunikasi terapeutik, diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita
penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tak mampu menerima
keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran dirim penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan
pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang
lain
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan
komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanyam perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 2000). Rogers (1974) mengemukakan
bahwa hubunga yang mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien
merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan
koping.
3. Peningkatan fungsin dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis
Terkadang klien menetapka ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
Taylor, dkk (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya terlalu mendekati ideal
diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal
akan merasa rendah diri.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan
mengalami harga diri yang rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu
klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
Suatu proses komunikasi akan menuntun pada terbentuknya hubungan antara satu individu dengan
individu yang lain seperti terjalinnya suatu persahabatan. Hubungan ini akan bersifat resiprokal dan
berkelanjutan. Menurut Roger dalam Stuart G. W (1998), terdapat beberapa karakteristik seorang perawat
(helper) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:
1. Kejujuran, sangat penting dalam membina hubungan saling percaya , bersifat terbuka, kata-kata akan
selaras dengan perbuatan sehingga pasien akan terhindar dari perasaan curiga, tak percaya, menarik diri,
merasa dibohongi, dan berpura-pura patuh pada perawat.
2. Tidak membingungkan & Ekspresif, dengan menggunakan kata-kata yang sederhana, jelas , mudah
dipahami dan tidak berbelit-belit. Serta menunjukkan ekspresi yang sesuai sehingga klien tidak mendapati
ketidaksesuai yang dapat menyebabkan kebingungan.
3. Bersikap positif, Ditunjukkan melalui sikap yang hangat, penuh perhatian, memberikan pengahargaan
terhadap klien, dan menciptakan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam
mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
4. Empati bukan simpati, yaitu perawat turut merasakan permasalahan yang diderita pasien tanpa
membawanya berlarut-larut sehingga ia dapat memikirkan masalah klien secara objektif bukan perawat larut
dalam masalah bersama pasien sehingga tak mampu melihat permasalahan secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien, artinya dalam pelayanan keperawatan, seorang
perawat haruslah berorientasi pada klien sehingga ia harus melihat masalah klien dari sudut pandangan
6. Menerima klien apa adanya, Seorang penolong yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien
apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau
diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka
perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
7. Sensitif terhadap perasaan klien. Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat
menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap
perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi
ataupun perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Perawat harus mampu
memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya,
demikian pula terhadap dirinya sendiri.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang terstruktur
dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G.W, 1998 menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi
terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan
atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.
1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan
bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien.
Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin
dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain
(Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam
menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan
mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005)
sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3. Mengumpulkan data tentang klien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam tahap
ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini,
serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
2. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien
dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan
menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
4. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini
merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
3. Tahap Kerja