Anda di halaman 1dari 4

LESI LIDAH PADA PENGGUNA METAMFETAMIN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA

YOGYAKARTA
RENA FUJI ERIN SETYAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lidah adalah bagian rongga mulut yang tersusun atas otot, membran

mukosa beserta papila-papila (Spiegel dan Deschler, 2006). Lidah merupakan

cerminan kesehatan umum seseorang. Lidah memiliki berbagai fungsi penting

seperti membantu proses mastikasi, penelanan, pengecapan, dan fungsi bicara

(Watson, 2002). Trauma, kelainan pertumbuhan dan perkembangan, inflamasi,

infeksi, serta neoplasma dapat mengakibatkan abnormalitas pada lidah berupa lesi

(Neville dkk., 2002).

Penelitian-penelitian yang mengungkapkan prevalensi lesi lidah telah

banyak dilakukan. Penelitian Mojarrad dan Vaziri (2008) menemukan prevalensi

lesi lidah sebesar 39,7% pada subyek 1.600 anak-anak berusia 6-12 tahun di

Hamadan, Iran. Lesi lidah yang ditemukan diantaranya geographic tongue 27,0%,

fissured tongue 12,9%, microglossia dan median rhomboid glossitis 0,2%.

Penelitian lain oleh Jainkittivong dkk. (2007) menemukan 3 lesi lidah yang umum

ditemukan pada pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP)

Universitas Chulalongkorn di Thailand yaitu coated tongue 68,4%, fissured

tongue 22, 8%, dan crenated tongue 10,4%. Penelitian Siang Ma (2012)

menemukan lesi lidah di Malaysia diantaranya coated tongue 45%, crenated

tongue 30%, ankyloglossia 21%, fissured tongue 18%, geographic tongue 7%,

dan hairy tongue 2% dalam total subyek 200 orang pasien rawat jalan di klinik

gigi Kementah, Kuala Lumpur.

1
LESI LIDAH PADA PENGGUNA METAMFETAMIN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA
YOGYAKARTA
RENA FUJI ERIN SETYAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ 2

Berbagai hasil penelitian telah mengemukakan faktor-faktor predisposisi

yang dapat mempengaruhi terjadinya lesi lidah, diantaranya faktor genetik,

penyakit sistemik, kebersihan mulut, kebiasaan buruk, usia, dan jenis kelamin.

Terjadinya lesi lidah seperti coated tongue dan hairy tongue berkaitan dengan

kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol (Gaphor dan Abdullah,

2011). Penelitian lain mengenai prevalensi lesi lidah menunjukkan adanya

korelasi antara terjadinya lesi lidah dengan status kesehatan mulut dan kebiasaan

merokok serta minum minuman beralkohol (Avcu dan Kanli, 2003). Obat-obatan

juga dapat menjadi faktor predisposisi munculnya lesi lidah, walaupun tidak

ditemukan lesi spesifik pada pengguna obat-obatan (Siang Ma, 2012). Penelitian

mengenai lesi lidah pada pengguna obat-obatan telah dilakukan, namun sejauh ini

belum dilakukan penelitian mengenai munculnya lesi lidah pada penyalahgunaan

obat-obatan yang tergolong dalam narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif

lainnya (narkoba).

Penyalahgunaan obat-obatan yang dikategorikan ke dalam narkoba

semakin marak dan banyak disalahgunakan oleh berbagai lapisan masyarakat di

Indonesia. Obat-obatan dapat memberikan pengaruh negatif pada tubuh dan tidak

menutup kemungkinan juga mempengaruhi kondisi lidah. Salah satu narkoba

yang banyak disalahgunakan adalah metamfetamin, yang dikenal dengan sebutan

shabu-shabu. Metamfetamin merupakan narkoba golongan psikotropika yang

umumnya berbentuk serbuk mengkilat seperti garam dapur (Partodihardjo, 2010).

Menurut survei Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2012 di Yogyakarta,


LESI LIDAH PADA PENGGUNA METAMFETAMIN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA
YOGYAKARTA
RENA FUJI ERIN SETYAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ 3

metamfetamin termasuk obat-obatan yang disalahgunakan terbanyak kedua

setelah ganja (Indriany, 2012b).

Metamfetamin dapat digunakan dengan cara diminum, disuntikkan melalui

intravena, dihirup, tetapi umumnya dihisap menggunakan alat bong (Tiara, 2010).

Kemungkinan kebiasaan menghisap metamfetamin dapat mengiritasi lidah

sehingga mempengaruhi munculnya lesi lidah. Metamfetamin juga memberikan

berbagai efek negatif terhadap tubuh, baik secara sistemik maupun lokal.

Metamfetamin secara sistemik menimbulkan berbagai efek diantaranya euforia,

jantung berdebar-debar, dilatasi pupil, dan kenaikan tekanan darah (Hawari,

2006). Efek stimulan membuat pengguna metamfetamin mengalami euforia dalam

jangka waktu lama dan menyebabkan penggunanya malas melakukan

pembersihan mulut (Donaldson dan Goodchild, 2006).

Efek metamfetamin terhadap rongga mulut meliputi peningkatan tensi

pada otot mulut dan sensasi mulut kering (xerostomia) (Rees, 1992). Peningkatan

tensi otot mulut dapat mempengaruhi otot-otot pada lidah, sedangkan xerostomia

dapat disebabkan oleh hiposalivasi. Hiposalivasi muncul sebagai akibat efek

stimulan metamfetamin terhadap reseptor α-adrenergik pada kelenjar saliva

(Klasser dan Eipstein, 2005). Hiposalivasi dapat menyebabkan penurunan self

cleansing pada rongga mulut termasuk di area lidah yang dapat mempengaruhi

munculnya lesi lidah seperti candidiasis dan coated tongue.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat lesi lidah pada

pengguna metamfetamin di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Yogyakarta?


LESI LIDAH PADA PENGGUNA METAMFETAMIN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA
YOGYAKARTA
RENA FUJI ERIN SETYAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ 4

C. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis belum pernah dilaporkan penelitian sejenis yang

membahas mengenai sebaran lesi lidah pada pengguna metamfetamin, khususnya

di Yogyakarta. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian mengenai

sebaran lesi lidah adalah penelitian Jainkittivong dkk. (2007) yang

mengkorelasikan munculnya lesi lidah dengan berbagai faktor antara lain jenis

kelamin, usia, dan kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan. Penelitian ini juga

berbeda dengan penelitian Motallebnejad dkk. (2008) yang meneliti prevalensi

lesi lidah pada populasi masyarakat Iran. Penelitian Siang Ma (2012) juga

meneliti munculnya lesi lidah terkait penggunaan obat-obatan, yaitu obat

kontrasepsi oral, bukan metamfetamin.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran lesi lidah pada

pengguna metamfetamin di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Menambah ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi khususnya tentang

efek metamfetamin pada rongga mulut.

2. Memberikan informasi kepada Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Yogyakarta mengenai efek metamfetamin terhadap rongga mulut, khususnya

terkait munculnya lesi lidah, sehingga dapat dilakukan peningkatan perawatan

dan edukasi kesehatan mulut.

3. Dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai