Di susun oleh :
CABANG SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa Yang senantiasa memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari. Shalawat beserta salam kita sanjung sajikan kepada nabi dan rasul
kita, Rasul yang menjadi panutan semua ummat, yakni Nabi Besar Muhammad SAW
serta keluarga dan sahabat beliau yang telah membawa kita dari jurang yang penuh
kesesataan menuju sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kedamaian.
Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang selanjutnya penulis syukuri,
karena dengan kehendaknya, taufiq dan rahmatnya pulalah akhirnya penulis dapat
menyelasaikan makalah ini guna persyaratan untuk mengikuti Intermediate Training
(LK II) Tingkat Nasional Yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Kordinator komisarait UIN Raden Fatah Palembang dengan me-Resume NDP dan
Sejarah HMI.
Resume ini merupakan hasil jerih payah penulis yang sangat maksimal sebagai
manusia yang tidak lepas dari salah dan khilaf. Namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurang dan jauh dari kesempurnaan. Jadi saran, kritik dan
koreksi yang membangun sangat penulis harapkan dari rekan-rekan semua.
Akhirnya, kepada Allah jualah kita memohon. Semoga resume ini bermanfaat
bagi kita sebagai penambah wawasan dan cakrawala pengetahuan. Dan dengan
memanjatkan doa dan harapan semoga apa yang kita lakukan ini menjadi amal dan
mendapat ridho dan balasan serta ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT yang
maha pengasih lagi maha penyayang.
Agus Prasetia W
NILAI DASAR PERJUANGAN ( NDP)
Nilai-nilai Dasar Perjuanga (NDP) HMI merupakan kitab atau buku yang berisi
kumpulan nilai dasar perjuangan yang harus terinternalisasi ke dalam seorang kader,
Nilai-nilai tersebut akan menjelma ke dalam perilaku dam aktivitas kader, baik dalam
arah kehambaan maupun kekhalifahan.
Dari manakah sumber nilai-nilai tersebut ? tidak seperti ideologi pada umumnya
yang berangkat dari gagasan, ide, dan pemikiran manusia, NDP diderivasi dari Al-
Quran dan Hadis, perumusnya adalah Nurcholish Madjid telah menghimpun ayat-ayat
Al-Quran yang berhubungan dengan Tauhid, kemanusiaan, takdir, keadilan sosial,
ekonomi, serta ilmu pengetahuan, kemudian merangkainya menjadi satu konsep yang
utuh tentang pandangan dunia
Dalam batang tubuh atau mantan NDP tidak ada satupun menyebutkan nama
surat Al-Quran, kita hanya menemukan kutipan-kutipan Ayat Al-Quran pada catatan
kaki, demikian juga dengan hadis yang di kutip sangat sedikit. Maka dari itu, tidak
berlebihan jika NDP dikatakan merupakan kumpulan ayat Al-Quran tentang pandangan
Dunia (World view). Cak nur sengaja mengutip ayat-ayat yang mengandung nilai-nilai
universal karena NDP dimaksudkan sebagai panduan bagi kader dalam memahami
islam, NDP tidak dimaksudkan untuk berlaku pada masa tertentu saja namun, di
harapkan NDP tetap relevan walaupun zaman terus berubah, karena kandungannya
berupa nilai-nilai universal
I. Dasar-Dasar Kepercayaan
Kepercayaan adalah kebutuhan yang sangat mendsar bagi manusa karena mansia
tidak mungkin hidup tanpa ada kepercayaan. Manusia masih bisa bertahan beberapa ahri
bila tidak makan dan minum, namun jika tidak memiliki “sesuatu” yang tidak di
percayai hakikatnya ia telah “mati” akan tetapi jika terlalu banyak yang di percayai
oleh manusia hal tersebut akan menjadi masalah. Tidak mungkin manusia memercayai
semuanya, pasti ada satu kepercayaan yang benar, tuhan yang haq dan segala atribut
“kemahaan” yang dimiliki-Nya.
Dalam Bahasa arab, benar dan kebenaran di sebut dengan al-haq kata ini pernah
menjadi kontroversi pada saat muncul dari bibir seorang sufi besar, Manshur Al-Hallaj.
Sufi yang di cap sesat itu mengucapkan “ana al-haq” yang diterjemahkan “Akulah
kebenaran” atau “akulah yang nyata” dan dia harus membayar ucapanya tersebut
dengan nyawanya, seperti yang dikatakan oelh Seyyed Hossein Nasr, banyak orang
keliru memahami ungkapanya. Ungkapanya tidak bisa di mengerti dengan pendekatan
fikih. Sesungguhnya al-haq di terjemahkan dengan kebenaran atau yang nyata juga
merupakan nama Tuhan yang disebut dalam Al-Quran. Allah sesungguhnya adalah
kebenaran Mutlak serta kenyataan mutlak.
Tujuan tertinggi kehidupan manusia adalah mencari kebenran atau al-haq segala
upaya manusia harus dikerahkan untuk menemukan dan mendekatkan kepada
kebenaran. Mengimani, tunduk, serta patuh akan kebenaran. Kendati usaha manusia
untuk menemukan kebenaran terbatas, setidaknya ia akan merasakan manisnya Iman
yang merupakan puncak spritualitas manusia pada saat bertemu dengan al-haq di hari
akhir kelak, kepercayaan yang benar akan membuat kehidupan manusia selamat di
dunia dan akhirat, dan juga membuat kehidupan manusia menjadi bahagia dan selamat.
Realitasnya, dalam proses pencarian kepercayaan yang benar atau Tuhan yang benar,
manusia menukan banyak Tuhan.
Tidak sedikit orang yang mencari dan berusaha menemukan Tuhan dengan
menggunakan berbagai pendekatan, hal ini sudah di jelakan Di NDP bab I.
“tuhan itu ada dan yang ada secara mutlak hanyalah Tuhan, pendekatan ke arah
pengetahuan akan adanya tuhan dapat di tempuh manusia dengan berbagai jalan
baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain”
Kata fitrah disebut sebanyak 30 kali dalam Al-Quran memiliki kandungan makna
yang bermacam-macam. Setidaknya ada dua unsur yang sangat penting dalam konteks
fitrah, Pertama, keimanan kepada Tuhan sebagai rabb, sebagai pencipta, dan perawat
(pemelihara) makhluk. Kedua, pengetahuan tentang jalan kebaikan dan keburukan yang
telah diilhamkan kepada manusia sejak awal penciptaannya.
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman,
“maka kami telah ilhamkan kepada manusia potensi fujur (keburukan) dan
potensi kebaikan atau potensi takwa.”(Q.S Asy-Syams {91}:8).
Manusia sebagai hamba dan pada sisi lain sebagai Khilafah. Sebagai ‘Abd
(basyar), manusia memiliki keterbatasan, kulit (basyar) tidak tahan dibakar atau
ditusuk, sedangkan Khilafah, manusia memiliki kebebasan yang selanjtnya
diimplemantasikan dalam kehidupan sosial manusia. Dua fungsi tersebut tidak dapat di
pisahkan apalagi saling dihadapkan, kemanusian akan menjadi utuh ketika mausia
berhasil menyeimbangkan dimensi kehambaanya dengan dimensi kekhalifannya,
apabila manusia memisahkan salah satunya membuat manusia mengalami keterpecahan
pribadi dan penyakit kejiwaan, seperti kecemasaan, kesepian, kebosanan, perilaku
menyimpang, dan psikosomatik.
Seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT,
tanpa peduli dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan kemampuan akan mengalami
kesepian serta tekanan kejiwaan, ia merasa tidak berharga di hadapan orang lain merasa
tidak dibutuhkan, sebaliknya orang yang mengabdikan dirinya untuk ilmu dan
kemanusian tanpa peduli dengan perkembangan spiritualitasnya akan mengalami
kehampaan spritual. Jalan terbaik adalah menyeimbangkan kedua fungsi tersebut
sebagai hamba Allah SWT, manusia harus mengabdikan dirinya kepada Allah SWT
dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang telah di perintahkanya, ia pun harus
menyadari dirinya lemah tidak berdaya sehingga dirinya tidak angkuh dan sombong, ia
tidak akan menjelma thaghut kendati memilki kekuasaan, harta, dan jabatan karena
semuanya bersumber dari Allah SWT. Sebagai khilafah dia harus mengembangkan
kreativitas diri dengan menjadikan ilmu dan teknologi sebagai sarana mengesplorasi
kekayaan alam untuk kebaikan sesama
HMI sebagai organisasi islam tentu saja selalu seiring dengan gerakan
perkembangan Agama Islam sebagai agama perjuangan dan inilah yang menentukan
dan mengilhami kelahiran HMI.
Sedangkan menurut Budi Riyoko, di samping tiga faktor di atas, terdapat satu
faktor lain yang melatarbelakangi berdirinya HMI, yaitu situasi dunia internasional.5
Berikut uraian latar belakang berdirinya HMI:
Setelah perang Dunia ke-II pada tahun 1945, seluruh negara di Dunia terlibat
dalam perang dingin. Perang dingin ini merupakan perang ideologi antara dua blok
besar ketika itu yaitu pertama, blok Barat dengan ideologi liberalisme dan kapitalisme
yang diwakili oleh Amerika Serikat dan negara-negara pedagang. Kedua, blok Timur
dengan ideologi sosialisme dan komunisme yang diwakili oleh Uni Soviet dan Cina.
Pada saat itu bangsa indoensai yang di jajah oleh bangsa belanda uang di
perlakukan dneganm sangat keji di tanah mereka sendiri, pada saat itu bangsa indonesia
ingin lepas dari belnggu penjajahan. Setelah melalui perjuangan secara terus menerus
dan atas rahmat Allah SWT, maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta dwi
tunggal proklamator atas nama rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
Namun, belum genap dua bulan usia kemerdekaan, penjajah Belanda ingin
menguasai bangsa Indonesia kembali. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Letnan
Jendral Sir Philip Chiristion, Panglima Besar AFNEI (Allied Forces Netherland East
Indies),7 yang terdiri dari 3 divisi membonceng bala tentara Belanda mendarat di
Jakarta tanggal 29 September 1945. Pendaratan kemudian dilakukan di Padang, Medan
dan Bandung pada tanggal 13 Oktober 1945 serta Surabaya pada tanggal 25 Oktober
1945.
Bangsa Indonesia sudah tidak mau lagi dijajah oleh bangsa asing, apalagi yang
dijajah itu keyakinan hidupnya. Karena itu, dengan semangat Jihad dan semangat
kemerdekaan untuk mempertahankan agama dan keutuhan NKRI Meletuslah
pertempuran dibeberapa wilayah Indonesia, seperti pertempuran 10 November selama
15 hari berturut-turut di Surabaya.
Agama islam datang ke Indonesia pada abad 1 hijriah atau abad Ketujuh
/kedelapan masehi langsung dari Arab, masuknya islam secara diam-diam dan damai
hingga positifnya sehingga islam di terima dengan hati terbuka oleh masyarakat
indonesia, sebaliknya akibat negatifnya pun nampak yaitu :
1. Berpadunya ajaran islam dengan unsur-unsur kebudayaan dan adat istiadat yang
berasal dari Hinduisme, Budhaisme, dan Animisme, sehingga menimbulkan
aliran-aliran kebatinan atau Klenik
2. Peradaban barat dengan unsur-unsur sekularisme dan liberalisme menimbulkan
pandangan yang bersifat Barat.
Kedau sebab tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi Hampir di seluruh
dunia Islam. Tuntutan perang kemerdekaan yang tidak dapat di tawar tawar memerlukan
persatuan dan kesatuan sebagai tulang punggung bangsa dan negara. Setelah keluarnya
pengumuman Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang di tandatangni wakil presiden
Drs.Muhammad Hatta, yang membolehkan berdirinya partai-partai.
Julukan Yogyakartan sebagai “kota pelajar” itu telah ada sejak awal
kemerdekaan lebih di konkretkan lagi dengan adanya penghargaan pemerintah kepada
Yogyakarta sebagai bekas Ibukota Republik Indonesia dengan menjadikan Universitas
Gajah Mada sebagai Universitas Negeri pada tanggal 19 Desember 1949 dan di
dirikanya Perguruang Tinggi Islam Negeri (PTAIN) pada tanggal 26 September 1951.
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi dan
dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri.
Bergabungnya dua paham Sekuler dan Komunis, di dunia Perguruan Tinggi dan
Kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya krisis keseimbangan yang sangat tajam,
yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta
pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.12 Jika kondisinya seperti ini, maka bisa
dibayangkan pada masa selanjutnya. Para intelektual pemimpin bangsa di masa depan
adalah orang-orang yang jauh dari akar budaya bangsa yakni Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Berangkat dari situasi kondisi dan pemikiran sebagaimana yang telah diuraikan
di atas, maka Lafran Pane berjuang untuk mendirikan HMI sebagai wadah aspiratif
mahasiswa Islam saat itu.
II. Awal berdirinya HMI
Berawal dari latar belakang sejarah seperti yang di ungkapkan sebelumnya dan
kondisi objektif ketika itu telah menjadi pendorong dan penjiwaan untuk secepat
mungkin mendirikan HMI.
Gagasan dan ide talah ada sejak bukan Novmber 1946, yang di cetuskan oleh
Lafran Pane, seorang Mahasiswa STI tingkat 1. Akan tetapi ide terebut belum
mendapatkan tanggapan yang positif dari kalangan Mahasiswa walaupun teah berulang
kali Lafran pane melakukan tukar pikiran dengan para Mahasiswa pada saat itu, Lafran
Pane mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah
Tinggi Islam (STI), Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada (sekarang UGM) dan Sekolah
Tinggi Teknik (STT), untuk menghadir rapat, guna membicarakan maksud gagasan
tersebut. Rapat ini dihindari kurang lebih 30 orang mahasiswa yang diantaranya adalah
anggota Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Gerakan Pemuda Islam
Indonesia (GPII).
Teryata Hal tersebut belum juga mendapat respon yang baik dari para Mahsiswa,
bahkan Banyak Mahasiswa yang masih sedikit menentang dan menghina dengan penuh
sinis.walaupun banyaknya kritikan yang datang dari dalam dan luar Islam tidak
membuat patah semangat Lafran Pane untuk mendirikan HMI hal tersebut malah
semakin membuat bertambah tebal semangat, glora dan keyakinan yang membaja dari
Lafan Pane untuk mendirikan Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam.
Sehingga pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiul Awal 1366
H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di jalan Setyodiningrat 30
(sekarang jalan Senopati) Yogyakarta, Lafran Pane dan kawan-kawan memintaizin
kepada Yahya Husein selaku dosen mata kuliah Tafsir untuk menggunakan jam kuliah
tersebut agar dapat mengadakan rapat pembentukan HMI.16 Setelah mendapatkan izin
dari Yahya Husein, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan
memipin rapat yang dalam pemaparannya mengatakan, bahwa hari ini adalah rapat
pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan
sudah beres. Siapa yang mau menerima berdirinya organisasi mahasiswa Islam ini, itu
sajalah yang diajak, dan yang tidak setuju biarkanlah mereka terus menentang.17
Adapun peserta yang hadir dalam rapat tersebut adalah Lafran Pane, Karnoto
Zakarkasyi, Dahlan Husien, Maisaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti
Zainah, Muhammad Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkaramaen, Teyeb Razak, Toah
Mashubi Dan Bidron Hadi.
Rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat
dinyatakan sepakat dan ketetapan hati untuk mengambil keputusan. Adapun keputusan
yang diambil saat itu adalah:
1. Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiul Awal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947,
menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI
yang bertujuan :
Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
Rakyat Indonesia.
Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
2. Menegaskan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam.
3. Sekertariatan HMI dipusatkan di Asrama Mahasiswa, jalan Setyodiningrat 30
(jalan P. Senopati 5, sekolah Asisten Apoteker-SAA-Sekarang).
4. Membentuk pengurus HMI, dengan susuan sebagai berikut
Demikian dengan peristiwa bersejarah 5 Febuari 1947 itu Hmi telah menjadi
kenyataan, berdiri di tengah-tengah Masyarakat dan Bangsa Indonesia yang sedang
berjuang memanggul senjata mengusir penjajah Belanda, dan mempertahankan
Proklamasi 17 agustus 1945.
III. Fase-Fase perkembangan HMI
A. Fase pengukuhan ( 5 Febuari – 30 Noveber 1947 ).
Usaha untuk memperkenalkan HMI pada saat itu dengan di adakan Ceramah-
ceramah dari kalangan terkemuka, pemimpin-pemimpinterkenal dengan mengambil
tema yang aktual seperti:
1. Ismail Banda MA dengan Cara “pengakuan Mesir dan politik Arab League
2. Mr.Ali sasroamijoyo dengan cara “Inter-Asian Realtion Conference”
Isi ceramah-ceramah itu di cetak dan di sebarkan sebagai browsur HMI. Di samping
ceramah ini dia adakan pula kegiatan rekreasi dan diskusi yang mana tidak patut untuk
di lupkan anak muda pada saat itu.
Pada saat kongres PMI di Malang Tanggal 8 Maret 1947, Lefran Pane dan
Asmin Nasution sudah mengadakan pendekatan dengan Mahasiswa-mahasiswa dari
kota-kota lain yang bertujuan agar dapat membuka cabang di kota mereka setalah
pulang dari Kongres.Beberapa bulan kemudian berdiri lah bebeapa cabang HMI di
berbagai kota seperti, Klaten, Solo dan Malang.
Tujuan HMI teretra pada Anggaran Dasar membuktikan rasa tanggung jawab
yang besar bagi kejayaan bangsa dan Negara. Keserakahan Belanda untuk terus
menjajah Indonesia, semakin berkecamukanya perang Kemerdekaan Usaha diplomasi
yang di lakukan di Kuningan Linggarjati, Jawa Barat tanggal 25 Maret 1947, Di
tandatanganinya “Perjanjian Linggarjati” yang isisnya antara lain:
1. Pendayagunana PMII.
2. Penegasaan independen HMI.
3. Dalam menghadapi PEMILU, menyeruhkan kepada segenap anggota HMI
untuk memilih Partai Islam.
4. Mendesak pemerintah supaya mengeluarkan Undang-undang Perguruan
Tinggi.
5. Mendesak Pemerintah agar pelajaran Agama di ajarkan di seklah negeri
.maupun swasta sejak SD sampai Perguruan Tinggi.
6. Menyatakan bahwa Komunisme bertentangan dengan Islam.
7. Megerluarkan konsepsi tentang Peranan Agama dalam Pembangunan.
Inilah garis besar dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam Fase
pertumbuhan dan pembangunan HMI,.
Dendam PKI terhadap HMI yang tertanam karena keikutsertaan HMI dalam
menumpas pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, menempatkan HMI sebagai
organisasi yang harus bubar, karena dianggap sebagai penghalang bagi tercapainya
tujuan PKI. Untuk itulah dilaksanakanlah berbagai usaha untuk membubarkan HMI.
Sesuai hasil Kongres II Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI),
organisasi underbow PKI di Salatiga, Juni 1961, untuk melekuidisi HMI. PKI, CGMI
dan organisasi lainnya yang seideologi mulai melakukan gerakan pembubaran HMI
disokong seluruh simpatisan dari tiga partai besar yaitu Partai Komunis Indonesia
(PKI), Partai Indonesia (PARTINDO) dan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan juga
seluruh underbow ketiga partai tersebut yang semuanya berjumlah 42 partai. Untuk
membubarkan HMI sekitar bulan Maret 1965, dibentuk Panitia Aksi Pembubaran HMI
di Jakarta yang terdiri dari CGMI, GMNI, GRMINDO, GMD, MMI, Pemuda
Marhaenis, Pemuda Rakyat, Pemuda Indonesia, PPI, dan APPI.
Menjawab tantangan ini, Generasi Muda Islam (GEMUIS) yang terbentuk
tahun1964 membentuk Panitia Solidaritas Pembebelaan HMI, yang terdiri dari unsur-
unsur pemuda, pelajar, mahasiswa Islam seluruh Indonesia. Bagi umat Islam, HMI
merupakan taruhan terakhir yang harus dipertahankan setelah sebelumnya Masyumi
dibubarkan. Kalau HMI sampai dibubarkan, maka satu-persatu dari organisasi Islam
akan terkena sapu pembubaran.
Namun gerakan pembubaran HMI ini gagal justeru dipuncak usaha-usaha
pembubarannya. Dalam acara penutupan Kongres CGMI tanggal 29 September 1965 di
Istora Senayan. Meski PKI terus melakukan provokasi kepada Presiden Soekarno,
seperti diungkapkan DN. Aidit, “Kalau anggota CGMI tidak bisa membubarkan HMI,
anggota CGMI yang laki-laki lebih pakai kain sarung saja... kalau semua front (garis
depan-peny) sudah minta, Presiden akan membubarkan HMI”. Namun ternyata HMI
tidak dibubarkan, bahkan dengan tegas Presiden Soekarno mengungkapkan dalam
pidatonya: “Pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada kehidupan organisasi mahasiswa yang revolusioner. Tapi kalau
organisasi mahasiswa yang menyeleweng itu menjadi kontra revolusi umpamanya HMI,
aku sendiri yang akan membubarkannya. Demikian pula kalau CGMI menyeleweng
menjadi kontra revolusi juga akan kububarkan”.
Karena gagal usaha untuk membubarkan HMI, maka PKI sudah siap bermain
kekerasan. PKI takut didahului umat Islam untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan
yang sah, maka meletuslah Pemberontakan G 30 S/PKI 1965.