Anda di halaman 1dari 8

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa Indonesia (Sri Rahayu) 145

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA


INDONESIA KELAS VII DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH

Sri Rahayu
Alumni Program Pascasarjana
Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Abstrak:Tujuan penelitian ini adalah (1) memaparkan proses pengembangan Lembar


Kerja Siswa (LKS) Bahasa Indonesia Kelas VII dengan model pembelajaran berbasis
masalah, (2) Memaparkan kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa Indonesia Kelas
VII dengan model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan, meliputi : (a)
kualitas produk Kerja Siswa (LKS), dan (b) kualitas penggunaan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Jenis penelitian ini adalah peneltian pengembangan denganmodel 4-D adalah
define, (pendefinisian), design (desain dan perancangan), develop (pengembangan),
dan disseminate (diseminasi atau penyebaran). Pengumpulan data dilakukan dengan
instrmen lembar validasi ahli, lembar keusioner, lembar observasi. Teknik analisa data
dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu, teknik analisis data kualitas LKS dan
penerapan LKS dengan model pembelajaran berbasis masalah.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses pengembangan terdiri dari dua tahap:(1)tahap analisis
pemahaman penyusun tentang LKS dan kebutuhan siswa dan (2) tahap perancangan
antara lain menghasilkan rangkuman materi tiap-tiap kompetensi dasar. Kualitas
produk berdasarkan validasi ahli diperoleh rata-rata 72,48% berarti baik, kualitas
penggunaan berdasarkan kuesioner kepada guru dan observasi terhadap siswa
diperoleh rata-rata 75,65% berarti baik.

Kata kunci: pengembangan, lembar kerja siswa, pembelajaran berbasis masalah

Abstract:The research aimed to (1) describe the process of developing the Indonesian
Student Workheet using Problem Based Learning Model, (2) show the quality of the
Indonesian Student Work Sheet using Problem Based Learning Model, including: (a)
the product quality of the Student Worksheet and (b) the using quality of the Student
Worksheet. The type of the research was research and development using 4-D model,
those are definition, design, development, and dissemination. The data collection used
instrument of validation sheet from the expert, questionnaire sheet, observation sheet.
The technique of data analysis divided into three, the technique of data analysis of
student worksheet quality and the implementation of student work sheet using Problem
Based Learning. The results showed that the development process consisted of two
stages: (1) the analysis phase of the writer’s understanding about the Student
Worksheet and it’s need, and (2) the design phase which produced the summaries of the
materials in each basic competences. The product quality based on the expert gained
the score in average of 72.48%, good, the using quality based on the questionnaires to
the teacher and observation to the students gained the score in average of 75, 65, good.

Keywords: development, student worksheets, problem-based learning


146 EDU-KATA, Vol. 4, No. 2, Agustus 2017

PENDAHULUAN Lembar Kerja Siswa (LKS), dalam


Bahan ajar dapat dikelompokkan pemanfaatannya biasanya diberikan
menjadi empat yaitu : (1) Bahan kepada tiap siswa yang mana nantinya
cetak (printed) antara lain handout, buku, guru menugaskan siswa untuk
modul, lembar kerja siswa, brosur, mengerjakan berbagai soal yang terdapat
leaflet, wallchart, foto/gambar, di dalam LKS tersebut. Penggunaan LKS
model/maket. (2) Bahan ajar dengar oleh guru sangat membantu guru dalam
(audio) seperti kaset, radio, piringan melaksanakan pembelajaran karena pada
hitam, dan compact disk audio. (3) Bahan LKS ini terdapat soal-soal yang dapat
ajar pandang dengar (audio visual) seperti langsung dikerjakan. Ketika guru telah
video compact disk, film. (4) Bahan selesai memberikan materi pelajaran
ajar interaktif (interactive teaching kepada siswa, maka siswa dapat
material) seperti compact disk interaktif memantapkan materi tersebut dengan
(Abdul Madjid, 2007). mengerjakan soal-soal latihan yang
Masalah penting yang sering terdapat pada LKS. Namun dalam
dihadapi guru dalam kegiatan pemanfaatannya LKS ini kurang efektif
pembelajaran adalah memilih atau karena sering tidak aktual, tidak
menentukan materi pembelajaran atau menantang dalam penyelesaian, dan tidak
bahan ajar yang tepat dalam rangka menarik minat siswa untuk
membantu siswa mencapai kompetensi. mengerjakannya, tetapi peserta didik
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dituntut harus tetap mengerjakan tanpa
dalam kurikulum atau silabus, ada evaluasi soal-soal dari guru mata
materi bahan ajar hanya dituliskan pelajaran yang bersangkutan.
secara garis besar dalam bentuk Oleh karena siswa terkadang tidak
“materi pokok”. Menjadi tugas guru memiliki masalah dalam pembelajaran
untuk menjabarkan materi pokok tersebut tersebut, maka inisiatif harus
sehingga menjadi bahan ajar yang dimunculkan agar siswa mempunyai
lengkap. Selain itu, bagaimana cara masalah. Setelah siswa memiliki
memanfaatkan bahan ajar juga masalah, mereka digiring untuk
merupakan masalah. Pemanfaatan berkeinginan menyelesaikan masalah
dimaksud adalah bagaimana cara tersebut melalui motode yang ditetapkan.
mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, Hal inilah salah satu cara pengembangan
dan cara mempelajarinya ditinjau dari LKS dengan model pembelajaran
pihak murid. berbasis ilmiah.
Salah satu bahan ajar yang sudah Uraian di atas memberi inisiatif
dikenal dan banyak dipergunakan dalam kepada penulis untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar secara umum penelitian tentang Pengembangan
oleh lembaga sekolah adalah Lembar Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa
Kerja Siswa (LKS). Bagi guru fungsi Indonesia Kelas VII dengan Model
LKS adalah untuk menentukan siswa Pembelajaran Berbasis Masalah.
dapat belajar maju sesuai dengan Tujuan khusus penelitian ini
kecepatan masing-masing dan materi sebagai berikut :
pelajaran dapat dirancang sedemikian 1) Memaparkan proses
rupa sehingga mampu memenuhi pengembangan Lembar Kerja
kebutuhan siswa, baik cepat maupun Siswa (LKS) Bahasa Indonesia
yang lambat membaca dan memahami Kelas VII dengan model
(Azhar Arsyad, 2005). pembelajaran berbasis masalah.
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa Indonesia (Sri Rahayu) 147

2) Memaparkan kualitas Lembar grafika (tata letak). Hasil dari validasi ini
Kerja Siswa (LKS) Bahasa merupakan nilai atau status LKS apakah
Indonesia Kelas VII dengan LKS tersebut sudah memenuhi kriteria
model pembelajaran berbasis bahasa yang baik, memiliki model
masalah yang dikembangkan. pembelajaran berbasis masalah, dan
a. Memaparkan kualitas produk Lembar memiliki tata grafika yang baik atau
Kerja Siswa (LKS) Bahasa Indonesia belum. Selanjutnya pengumpulan data
Kelas VII dengan model juga dilakukan untuk mengetahui
pembelajaran berbasis masalah yang penerapan LKS bagi siswa.
dikembangkan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
b. Memaparkan kualitas penggunaan observasi dengan instrumen lembar
Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa observasi yang telah disiapkan.
Indonesia Kelas VII dengan model Teknik analisa data dalam
pembelajaran berbasis masalah yang penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu,
dikembangkan. teknik analisis data kualitas LKS dan
penerapan LKS dengan model
METODE PENELITIAN pembelajaran berbasis masalah. Di bawah
Penelitian ini merupakan jenis ini dijelaskan teknik analisis data, untuk
penelitian pengembangan. Subjek lembar validasi ahli, lembar kuesioner,
penelitian pengembangan ini adalah (1) dan lembar observasi.
Siswa Kelas VII E, VII F, VV G, dan VII
H, SMP Negeri 1 Kebomas Kabupaten HASIL PENELITIAN
Gresik, (2) Guru Bahasa Indonesia Kelas Proses Pengembangan LKS
VII E, VII F, VV G, dan VII H, SMP LKS yang dikembangkan oleh
Negeri 1 Kebomas Kabupaten Gresik, peneliti dalam penelitian pengembangan
dan(3) Validator ahli pembelajaran, ini adalah LKS Bahasa Indonesia Kelas
validator ahli bahasa, dan validator ahli VII Semester Genap pada Kompetensi
grafika. Dasar 9.1, Kompetensi Dasar 10.1, dan
Data dalam penelitian ini terdapat Kompetensi Dasar 11.3.
dua jenis, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari Tahap Pendefinisian
lembar wawancara, observasi, dan Analisis Awal Pembuatan LKS
kuesioner. Sedangkan data sekunder Keberadaan buku ajar bukan satu-
diperoleh dari dokumen berupa LKS. satunya sarana pembelajaran bagi peserta
Instrumen pengumpulan data dalam didik saat ini, meskipun buku ajar berisi
penelitian ini adalah lembar validasi ahli, materi seperti yang ditetapkan dalam
lembar observasi, lembar wawancara, dan kurikulum, peserta didik juga
kuesioner. memerlukan pegangan sumber belajar
a. Lembar Validasi Ahli lainnya agar pembelajaran lebih hidup
b. Kuesioner/Angket dan terarah.
c. Lembar Observasi Pada kenyataannya guru memiliki
Teknik pengumpulan data diawali segudang tugas dan kewajiban yang
dengan permintaan kepada validator sangat menyita waktunya, mulai dari
(para ahli di bidangnya) untuk menilai mempersipkan pembelajaran, mengajar di
LKS Bahasa Indonesia kelas VII dilihat kelas, mengevaluasi dan mengoreksi,
dari tiga aspek yaitu bahasa, model sampai pada tugas administrasi yang
pembelajaran berbasis masalah, dan masih dibebankan kepadanya. Hal inilah
148 EDU-KATA, Vol. 4, No. 2, Agustus 2017

yang sering menjadi alasan informasi maupun soal-soal (pertanyaan-


ketidakberdayaan guru untuk pertanyaan) yang harus dijawab oleh
mengembangkan diri dalam hal peserta didik. LKS ini sangat baik
menyusun dan mengembangkan bahan digunakan untuk menggalakkan
ajar. Akhirnya, proses pembelajaran keterlibatan peserta didik dalam belajar
berlangsung dengan sumber belajar yang baik dipergunakan dalam penerapan
sudah tersedia, yaitu buku ajar dari metode terbimbing maupun untuk
berbagai penerbit yang ada. memberikan latihan pengembangan.
Berkaitan dengan hal itu, maka
sudah waktunya guru memiliki Analisis Cara Pemahaman Siswa
kemampuan tambahan selain mengajar, terhadap KD
yaitu mengembangkan dan menyusun Dalam proses belajar mengajar,
bahan ajar, khususnya yang berupa bahan guru membutuhkan alat sebagai
ajar bentuk cetak. Dengan menyusun pendukung atau penunjang dalam
bahan ajar sendiri diharapkan lebih menyampaikan materi serta untuk
mengena, karena guru berhubungan mencapai tujuan yang diinginkan. Alat
langsung dengan mereka sehingga lebih yang digunakan dapat berupa media dan
memahami sifat dan karakter peserta bahan ajar.
didiknya. Oleh karena itu sangat penting Lembar kerja siswa berfungsi
bagi guru memperoleh pengetahuan sebagai sarana untuk mengaktifkan siswa,
tentang bagaimana mengembangkan dan merangsang belajar siswa untuk
menyusun bahan ajar bentuk cetak, mulai menyampaikan informasi agar
dari bentuk sederhana seperti handout, memahami dan menghayati suatu konsep,
LKS sampai pada bentuk yang melatih keberanian mengemukakan
memerlukan pemikiran yang lebih lama pendapat secara sistematis serta melatih
dan mendalam, seperti diktat, modul, dan siswa mengambil kesimpulan sendiri.
buku ajar.
Analisis Konsep LKS
Analisis Kebutuhan Siswa Saat ini di sekolah-sekolah banyak
Lembar Kerja Siswa (LKS) ditemui penggunaan buku jenis LKS
merupakan salah satu jenis alat bantu (Lembar Kerja Siswa) yang sebenarnya
pembelajaran, bahkan ada yang merupakan buku rangkuman materi
menggolongkan dalam jenis alat peraga pelajaran yang disertai dengan kumpulan
pembelajaran. Dalam pengertian lainnya soal, terutama soal-soal pilihan ganda.
Lembar kerja siswa (LKS) ialah lembar LKS yang semestinya dikerjakan di
kerja yang berisi informasi dan sekolah dalam kegiatan pembelajaran,
perintah/instruksi dari guru kepada siswa seringkali juga harus dikerjakan di rumah
untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar sebagai pekerjaan rumah (PR). Dalam
dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam LKS jenis ini, materi pelajaran biasanya
bentuk penerapan hasil belajar untuk tidak disampaikan dalam bentuk
mencapai suatu tujuan. uraian/bacaan, melainkan sudah dalam
Secara umum LKS merupakan bentuk rangkuman atau poin-poin penting
perangkat pembelajaran sebagai saja. Akibatnya, ketika menggunakan
pelengkap atau sarana pendukung LKS ini, siswa-siswa cenderung langsung
pelaksanaan Rencana Pelaksanaan mengerjakan soal-soal, yang pada
Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa umumnya berupa soal-soal pilihan ganda.
berupa lembaran kertas yang berupa Jika siswa tidak dapat mengerjakan
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa Indonesia (Sri Rahayu) 149

sebuah soal, maka siswa akan mencari Desain Awal LKS


jawabannya dalam rangkuman materi Desain awal sebagai pengembangan
pelajaran di LKS tersebut. Jika kondisi LKS ini dilakukan dengan mengadaptasi
ini dibiarkan terus-menerus, bukan tidak langkah-langkah pengembangan yang ada
mungkin bahwa kemampuan siswa untuk dari berbagai sumber. LKS Bahasa
memahami bacaan, berpikir kritis, dan Indonesia SMP Kelas VII Semester
berpikir kreatif tidak akan berkembang. Genap ini disusun dan dikembangkan
Masalah ini terjadi pada anak-anak di SD melalui langkah-langkah sebagai berikut :
bukan di jenjang pendidikan tinggi a) Menetapkan standar kompetensi,
seperti SMA dan Perguruan Tinggi yang judul, dan tujuan pembelajaran
semestinya banyak dilatih untuk memiliki (kompetensi dasar) yang ingin
kemampuan membaca yang baik, berpikir dicapai. Tujuan pembelajaran
kritis, dan berpikir kreatif. (kompetensi dasar) merupakan TPU
pada Kurikulum 1994, sedangkan
Tahap Perancangan indikator merupakan TPK.
Menyiapkan KD dan Perangkat b) Menganalisis dan menjabarkan KD
Pembelajaran Pendukung menjadi indikator
Penggunaan LKS sangat besar c) Menetapkan prosedur, jenis, dan alat
peranannya dalam proses pembelajaran, penilaian berbasis kelas sesuai
sehingga seolah-olah penggunaan LKS dengan misi kurikulum, dalam hal ini
dapat menggantikan kedudukan seorang adalah Kurikulum Tingkat Satuan
guru. Hal ini dapat dibenarkan, apabila Pendidikan.
LKS yang digunakan tersebut merupakan d) Menetapkan alternatif kegiatan
LKS yang berkualitas baik. Perancangan (pengalaman belajar) yang dapat
LKS Bahasa Indonesia SMP Kelas VII memberikan peluang yang optimal
Semester Genap dalam penelitian ini kepada peserta didik untuk
telah mempertimbangkan hal-hal sebagai mengembangkan keterampilan-
berikut : keterampilan proses di dalam dirinya.
a) Syarat-syarat Didaktik e) Menetapkan dan mengembangkan
b) Syarat-syarat Konstruksi bahan / media / sumber yang sesuai
c) Syarat-syarat Teknis dengan kemampuan dasar yang akan
dicapai, karakteristik peserta didik,
Pemilihan Media Pembelajaran fasilitas (sarana dan prasarana), dan
Media pembelajaran yang dipilih karakteristik lingkungan peserta
adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) didik.
Bahasa Indonesia SMP Kelas VII f) Menyusun LKS Bahasa Indonesia
Semester Genap. SMP Kelas VII Semester Genap yang
lengkap, yaitu menuangkan hasil-
Pemilihan Bentuk Penyajian hasil yang telah dilakukan menjadi
Media pembelajaran ini berbentuk sebuah LKS.
lembaran-lembaran kerja siswa untuk Adapun struktur LKS Bahasa
materi satu semester genap kelas VII Indonesia SMP Kelas VII Semester
yang selanjutnya dicetak dan dijilid Genap adalah sebagai berikut :
dalam bentuk buku. 1. Judul, mata pelajaran, semester, dan
tempat
2. Petunjuk belajar
3. Kompetensi yang akan dicapai
150 EDU-KATA, Vol. 4, No. 2, Agustus 2017

4. Indikator Nilai validasi sebesar 84,00%


5. Informasi pendukung sesuai dengan pendapat Riduwan (2009)
6. Tugas-tugas dan langkah-langkah menunjukkan hasil yang baik, artinya
kerja bahasa yang digunakan LKS Bahasa
7. Penilaian Indonesia kelas VII adalah baik dan layak
digunakan sebagai bahan pengajaran
Kualitas LKS model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Validasi Isi LKS oleh Ahli a) Validasi Penyajian dan Kegrafikan
Pembelajaran LKS oleh Ahli Grafik
Berikut ini penjelasan tentang hasil Berikut ini penjelasan tentang hasil
validasi ahli pembelajaran Bahasa validasi ahli bahasa terhadap LKS Bahasa
Indonesia terhadap LKS. Hasil validasi Indonesia. Hasil validasi ini
menunjukkan bahwa jumlah nilai untuk menunjukkan bahwa jumlah nilai untuk 9
23 item pernyataan adalah 87, sehingga item pernyataan adalah 26, sehingga rata-
rata-rata 3,78. rata 2,89. Selanjutnya dari jumlah
Selanjutnya dari jumlah pernyataan pernyataan yang ada dimasukkan ke
yang ada dimasukkan ke dalam rumus dalam rumus nilai untuk mengambil
nilai untuk mengambil kesimpulan kesimpulan sebagai berikut :
sebagai berikut : Jumlah Skor Validator
Nilai = Jumlah Skor Tertinggi x 100%
Jumlah Skor Validator
Nilai = Jumlah Skor Tertinggi x 100% 26
= x 100%
= x 100% = 0,5778 x 100%
= 0,7565 x 100% = 57,78%
= 75,65% Nilai validasi sebesar 57,78%
Nilai validasi sebesar 75,65% sesuai dengan pendapat Riduwan (2009)
sesuai dengan pendapat Riduwan (2009) menunjukkan hasil yang kurang, artinya
menunjukkan hasil yang baik, artinya penyajian dan kegrafikan yang digunakan
LKS Bahasa Indonesia kelas VII adalah LKS Bahasa Indonesia kelas VII adalah
baik dan layak digunakan sebagai bahan kurang baik dan kurang layak digunakan
pengajaran model Pembelajaran Berbasis sebagai bahan pengajaran model
Masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah.
Revisi LKS sebagai bagian dari Tahap
Validasi Bahasa LKS oleh Ahli Bahasa Pengembangan
Berikut ini penjelasan tentang hasil Penulis memperbaiki LKS sesuai
validasi ahli bahasa terhadap LKS Bahasa dengan hasil validasi yang telah
Indonesia. Validasi itu menunjukkan dilakukan oleh validator ahli. Revisi LKS
bahwa jumlah nilai untuk 5 item terdiri dari tiga bagian sebagaimana yang
pernyataan adalah 21, sehingga rata-rata disarankan oleh validator.
4,2. Selanjutnya dari jumlah pernyataan b) Perbaikan Isi berdasarkan
yang ada dimasukkan ke dalam rumus Pembelajaran Berbasis Masalah
nilai untuk mengambil kesimpulan c) Perbaikan Bahasa
sebagai berikut : d) Perbaikan Penyajian dan Kegrafikan
Jumlah Skor Validator
Nilai = Jumlah Skor Tertinggi x 100%
21
Kualitas Penggunaan
= x 100% Uji Coba Terbatas LKS
= 0,84 x 100% Uji coba terbatas LKS ini dilakukan
= 84,00% kepada siswa satu kelas berjumlah 32
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa Indonesia (Sri Rahayu) 151

anak pada Juni 2013. Uji coba terbatas = 69,17%


dilakukan dengan memaksimalkan Nilai validasi sebesar 68,18%
peranan guru dan siswa. Siswa sesuai dengan pendapat Riduwan (2009)
dikelompokkan menjadi beberapa menunjukkan hasil yang cukup, artinya
kelompok dengan model pembelajaran para observer dan guru menilai aktivitas
berbasis masalah. anak ketika menggunakan LKS Bahasa
Indonesia kelas VII cukup.
Penggunaan oleh guru
Tanggapan guru terhadap LKS Revisi Hasil Uji Coba LKS
Bahasa Indonesia yang dikembangkan Hasil uji coba terbatas yang telah
menunjukkan bahwa jumlah nilai untuk diuraikan di atas secara umum telah
11 item pernyataan masing-masing guru berjalan sesuai kriteria pembelajaran
adalah 37, 39, 37, 37, sehingga rata-rata berbasis masalah, sehingga revisi tidak
untuk empat guru 3,4. hasil uji coba terbatas tidak diperlukan.
Selanjutnya dari jumlah pernyataan
yang ada dimasukkan ke dalam rumus Implementasi Sesungguhnya
nilai untuk mengambil kesimpulan Implementasi sesungguhnya
sebagai berikut : dilakukan kepada siswa sejumlah 95 anak
Jumlah Skor Validator dalam empat ruang kelas. Hasil
Nilai = Jumlah Skor Tertinggi x 100%
150
implementasi menunjukkan bahwa siswa
= x 100% bisa aktif, terlibat langsung dalam
= 0,6818 x 100% pembelajaran serta mampu membangun
= 68,18% pembelajaran.
Nilai validasi sebesar 68,18% Implementasi LKS agar lebih efektif
sesuai dengan pendapat Riduwan (2009) melalui model pembelajaran berbasis
menunjukkan hasil yang cukup, artinya masalah memang peran guru dan siswa
para guru menilai LKS Bahasa Indonesia harus benar-benar difungsikan sesuai
kelas VII dapat digunakan dengan nilai tatacara model pembelajaran berbasis
cukup. masalah. Hakikat masalah dalam melalui
model pembelajaran berbasis masalah
Penggunaan oleh siswa adalah kesenjangan antara situasi nyata
Tanggapan observer dan guru dan kondisi yang diharapkan.
terhadap aktivitas siswa ketika Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari
pembelajaran menggunakan LKS Bahasa adanya keresahan, keluhan, kerisauan,
Indonesia Kelas VII Semester Genap atau kecemasan. Oleh karena itu, maka
menunjukkan bahwa jumlah nilai untuk materi pelajaran tidak terbatas pada
12 item pernyataan masing-masing materi pelajaran yang bersumber dari
observer dan guru adalah 40, 45, 38, 43, buku saja, tetapi dapat bersumber dari
sehingga rata-rata untuk empat guru 3,5. peristiwa-peristiwa tertentu sesuai
Selanjutnya dari jumlah pernyataan dengan kurikulum yang berlaku.
yang ada dimasukkan ke dalam rumus
nilai untuk mengambil kesimpulan Cetak LKS dan Publikasi LKS
sebagai berikut : Pencetakan LKS untuk kepentingan
Nilai
Jumlah Skor Validator
= Jumlah Skor Tertinggi x 100% publikasi kepada seluruh siswa SMP
kelas VII tidak dapat dilakukan tanpa
166
= x 100% koordinasi dengan pihak-pihak terkait,
= 0,6917 x 100% sehingga penulis dalm hal ini tidak dapat
152 EDU-KATA, Vol. 4, No. 2, Agustus 2017

melakukan sendiri kegiatan tersebut. nilai 75,65% berarti cukup, dan


Penulis melakukan cetak LKS dan hasil observasi kepada siswa
publikasi LKS bersama-sama dengan didapatkan nilai 75,65% berarti
MGMP Bahasa Indonesia SMP Negeri cukup, diperoleh rata-rata 75,65%
Kabupaten Gresik. berarti baik.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA
pengembangan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka kesimpulan
penelitian ini sebagai berikut: Abdorrakhman Ginting, Esensi Praktis
1. Proses pengembangan terdiri dari dua Belajar dan Pembelajaran
tahap, pertama analisis yang (Bandung: Humaniora, 2008).
menghasilkan pemahaman oleh
penyusun secara utuh tentang LKS, Abdul Majid,Perencanaan Pembelajaran
mengumpulkan beberapa LKS yang Mengem-bangkan Standar
telah digunakan oleh siswa, Kompetensi Guru (Bandung :
pemahaman guru terhadap kebutuhan PT Remaja Rosdakarya, 2007).
siswa sehingga menyimpulkan untuk
menyusun LKS, draft tentang cara-
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media
cara memahamkan siswa terhadap
Pembelajaran (Ciputat Pers: Jakarta,
KD dalam LKS, menyusun LKS
2002).
menjadi pilihan dan siap untuk
ditidaklanjuti. Kedua adalah tahap
perancangan antara lain menghasilkan Azhar Arsyad, Media Pembelajaran
rangkuman materi tia-tiap kompetensi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
dasar, tersusun rangkuman materi, 2005).
perlatihan, dan soal-soal dalam uji
kompetensi, mencetak LKS dalam Darliana. 1991. Metode Pembelajaran
lembaran-lembaran, mencetak dalm Ketrampilan Proses. Jakarta:
bentuk buku yang merupakan Depdikbud.
gabungan dari bab-bab yang telah
disusun oleh guru. Dhari, HM. dan Dharyono, AP. 1988.
2. Kualitas LKS Perangkat Pembelajaran. Malang:
a. Kualitas produk berdasarkan Depdikbud.
validasi ahli pembelajaran
didapatkan nilai 75,65% berarti
baik, validasi dari ahli bahasa
didapatkan nilai 84,00% berarti
baik, dan validari dari ahli grafika
dan penyajian didapatkan nilai
57,78% berarti kurang, diperoleh
rata-rata 72,48% berarti baik.
b. Kualitas penggunaan berdasarkan
kuesioner kepada guru dan
observasi terhadap siswa. Hasil
kuesioner kepada guru didapatkan

Anda mungkin juga menyukai