Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………..

Daftar Isi……………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah…………………………………………..


2. Tujuan……………………………………………………………………
3. Rumusan Masalah……………………………………………………

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori………………………………………………………..
2. Kerangka Berpikir……………………………………………………

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………….

BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan. Beberapa
hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan, termasuk
resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap
tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara
kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia tidak biru lagi.
Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit
paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini
menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga
meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.

Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara
mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar
10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan, dll. Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu diwaspadai, tetapi
organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis polutan yang dianggap
serius.Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan,serta mudah merusak harta
benda adalah partikulat yang mengandung partikel aspa dan jelaga, hidrokarbon, sulfur dioksida,
dan nitrogen oksida. Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan
bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan
bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi
bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta
orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Celakanya,
para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut
berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.

1. Tujuan
1. Mengetahui dampak polusi udara bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di
bumi.
2. Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi pencemaran udara.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian diatas maka dalam karya ilmiah ini akan diangkat permasalahan:

1. Apa sajakah dampak polusi uadara bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi?
2. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi pencemaran udara?

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan
fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global.

Secara umum definisi udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan
kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan
manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan
oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran
udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional,
maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.

Gas oksigen merupakan komponen esensial bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia.
Komposisi seperti itu merupakan udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia.
Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun
kualitasnya.Oleh karena itu dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat ditemukan solusi
alternatif untuk mengatasi bahayanya pencemaran udara. dan dengan dilaksanakanya solusi
alternatif tersebut diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan misalnya berkurangnya
polusi udara,dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat pencemaran udara, dampak terhadap
tanaman, Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, mengurangi efek rumah kaca, hujan asam,
kerusakan lapisan ozon.

Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam bentuk gas
dapat dibedakan menjadi:

 Golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)


 Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen
dioksida)
 Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon)
 Golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap)

Sedagkan jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga, yaitu:

 Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah
 Bahan organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene
 Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua,
yaitu:

 Pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan,
dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri,
rumah tangga, asap kendaraan bermotor.
 Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan.

Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi:

 Sulfur dioksida (SO2)


 Karbon monoksida (CO)
 Nitrogen dioksida (NO2)
 Ozon (O3)
 Hidro karbon (HC)
 PM 10, Partikel debu ( PM 2,5 )
 TSP (debu)
 Pb (Timah Hitam)

Beberapa definisi gangguan fisik pada polusi udara diantaranya :

 polusi udara.
 panas.
 radiasi.

Beberapa definisi gangguan kimia pada polusi udara diantaranya :


 asap industri.
 asap kendaraan bermotor.
 asap pembangkit listrik.
 asap kebakaran hutan.
 asap rokok.

Beberapa definisi gangguan biologi pada polusi udara diantaranya :

 timbunan gas metana pada lokasi urungan tanah.


 timbunan gas metana pada tempat pembuangan sampah.
 uap pelarut organik.

Efek Negatif Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Tubuh

Tabel 1 menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara terhadap makhluk hidup. Rentang nilai
menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat kesehatan untuk dihuni oleh manusia.
Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur dioksida dan partikulat matter adalah beberapa
parameter polusi udara yang dominan dihasilkan oleh sumber pencemar. Dari pantauan lain
diketahui bahwa dari beberapa kota yang diketahui masuk dalam kategori tidak sehat
berdasarkan ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah Jakarta (26 titik), Semarang (1 titik),
Surabaya (3 titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik), Palangkaraya (4 titik),
dan Pekan Baru (14 titik). Satu lokasi di Jakarta yang diketahui merupakan daerah kategori
sangat tidak sehat berdasarkan pantauan lapangan [1].

Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Karbon Sulfur
Nitrogen
Kategori Rentang monoksida Ozon (O3) dioksida Partikulat
(NO2)
(CO) (SO2)
Luka pada Luka pada
Beberapa Beberapa
spesies spesies
tumbuhan tumbuhan
Sedikit Tidak ada
Baik 0-50 Tidak ada efek akibat akibat
berbau efek
kombinasi kombinasi
dengan SO2 dengan O3
(Selama 4 (Selama 4
Jam) Jam)
Perubahan Luka pada Luka pada Terjadi
51 – kimia darah Beberapa Beberapa penurunan
Sedang Berbau
100 tapi tidak spesies spesies pada jarak
terdeteksi tumbuhan tumbuhan pandang
Peningkatan Bau dan Penurunan Bau, Jarak pandang
Tidak 101 – pada kehilangan kemampuan Meningkatnya turun dan
Sehat 199 kardiovaskular warna. pada atlit yang kerusakan terjadi
pada perokok Peningkatan berlatih keras tanaman pengotoran
yang sakit reaktivitas debu di mana-
jantung pembuluh mana
tenggorokan
pada
penderita
asma
Meningkatnya
kardiovaskular Olah raga
pada orang ringan
bukan Meningkatnya mengakibatkan Meningkatnya Meningkatnya
perokok yang sensitivitas pengaruh sensitivitas sensitivitas
Sangat
berpenyakit pasien yang parnafasan pada pasien pada pasien
Tidak 200-299
Jantung, dan berpenyakit pada pasien berpenyakit berpenyakit
Sehat
akan tampak asma dan yang asma dan asma dan
beberapa bronchitis berpenyaklt bronchitis bronchitis
kelemahan paru-paru
yang terlihat kronis
secara nyata
300 –
Berbahaya Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
lebih

Sumber: Bapedal [1]

Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang

Pencemar Sumber Keterangan


Buangan kendaraan
Karbon Standar kesehatan: 10 mg/m3
bermotor; beberapa proses
monoksida (CO) (9 ppm)
industri
Sulfur dioksida Panas dan fasilitas Standar kesehatan: 80 ug/m3
(S02) pembangkit listrik (0.03 ppm)
Buangan kendaraan
Partikulat Standar kesehatan: 50 ug/m3
bermotor; beberapa proses
Matter selama 1 tahun; 150 ug/m3
industri
Nitrogen Buangan kendaraan Standar kesehatan: 100 pg/m3
dioksida (N02) bermotor; panas dan fasilitas (0.05 ppm) selama 1 jam
Standar kesehatan: 235 ug/m3
Ozon (03) Terbentuk di atmosfir
(0.12 ppm) selama 1 jam

Sumber: Bapedal [2]

Tabel 2 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah
melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya
penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun
sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117
hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun)
[3]. Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang
pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya
penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya
di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.

BAB III

PEMBAHASAN

Tulisan ini mengetengahkan sekilas pandang mengenai pencemaran udara. pengertian,


pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan manusia serta teknologi terbaru untuk
menguranginya. Semakin pesatnya kemajuan ekonomi mendorong semakin bertambahnya
kebutuhan akan transportasi, dilain sisi lingkungan alam yang mendukung hajat hidup manusia
semakin terancam kualitasnya, efek negatif pencemaran udara kepada kehidupan manusia kian
hari kian bertambah. Untuk itulah tulisan singkat ini dipersembahkan sebagai bahan awal untuk
melangkah menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Pencemaran udara adalah
masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara
umum serta menurunkan kualitas lingkungan.

Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor.
Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Sementara itu
pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri,
perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat
diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari
pembangkit listrik, industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu
lintas kendaraan bermotor dan tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi
terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor
merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih
dari 50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir
menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik
melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi penerapan
teknologi pengurangan emisi.

Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran akibat sumber alamiah
(natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal dari kegiatan manusia
(anthropogenic sources), seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di
dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia
(anthropogenic sources), yaitu Karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen
(NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termask ozon.

Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif,
baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb),
suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon
monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100%
timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan
hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari
pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor
industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta
konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas.

# Sumber pencemaran udara #

Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya.
Pencemaran udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.

Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer
adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon
monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari
pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah
sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.

Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini
pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan
hubungannya dengan pemanasan global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer semakin
meningkat.

Kegiatan manusia

 Transportasi
 Industri
 Pembangkit listrik
 Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan bakar)
 Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

Sumber alami

 Gunung berapi
 Rawa-rawa
 Kebakaran hutan
 Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi

Sumber-sumber lain

 Transportasi amonia
 Kebocoran tangki klor
 Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah
 Uap pelarut organik

Jenis-jenis pencemar
 Karbon monoksida
 Oksida nitrogen
 Oksida sulfur
 CFC
 Hidrokarbon
 Ozon
 Volatile Organic Compounds
 Partikulat

Karbon Monoksida (CO)


Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data
mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak
atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO
merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di
dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama
yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi
untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan
otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian
emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi
karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan
bermotor.

Nitrogen Dioksida (NO2)

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat
mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh
gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan
mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau
kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap
manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

Sulfur Oksida (SOx)

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang
tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut
sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2
sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar
1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua
dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Ozon (O3)

Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen
fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan ozon sangat berguna
untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di udara pada ketinggian
30km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah
molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom
oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat di
daerah panjang gelombang 240-320 nm.

Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru
yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan
padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang
terbentuknya sel-sel kanker.

Khlorin (Cl2)

Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas
khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin
sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.Selain bau yang
menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas
khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat
membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan.
Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen seperti pada proses
yang terjadi di bawah ini.

Partikulat Debu (TSP)

Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat
langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa
ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih
besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.

Timah Hitam (Pb)

Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang
menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan
akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau
diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit
kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan.

Dampak Pencemaran Udara


Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar.
Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh
sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut),
termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat
pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.

Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan
kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun
1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun
2015.

Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat
yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis

Hujan asam

pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari
hujan asam ini antara lain:

 Mempengaruhi kualitas air permukaan


 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan
 Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan
troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global.

Dampak dari pemanasan global adalah:

 Pencairan es di kutub
 Perubahan iklim regional dan global
 Perubahan siklus hidup flora dan fauna
Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi
yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai
stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih
cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat
mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.

Apa yang Harus Dilakukan?

Penanggulangan pencemaran udara tidak dapat dilakukan tanpa menanggulangi penyebabnya.


Mempertimbangan sektor transportasi sebagai kontributor utama pencemaran udara, maka sektor
ini harus mendapat perhatian utama.

 menyerukan kepada pemerintah untuk memperbaiki sistem transportasi yang ada saat ini,
dengan sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan dan terjangkau oleh publik.
Prioritas utama harus diberikan pada sistem transportasi massal dan tidak berbasis
kendaraan pribadi.
 juga menyerukan kepada pemerintah untuk segera memenuhi komitmennya untuk
memberlakukan pemakaian bensin tanpa timbal.
 Di sektor industri, penegakan hukum harus dilaksanakan bagi industri pencemar.

Solusi

Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor
transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar
lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta
kematian yang diakibatkan karenanya.

* Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan
angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.

* Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai
salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar
potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.

* Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan.
Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran
berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.

* Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan
dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat
laju
* Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun
secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan
tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan
kelengkapan kendaraan yang lain.

* Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.

 Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar gas:

1. Keringanan pajak kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar gas berupa
PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor). Ref. PERPU. No.21 tahun 1997
2. Pemberian keringanan pajak untuk bea-impor conversion kit, sehingga harga jualnya
dapat ditekan dan terjangkau oleh masyarakat
3. Peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM)
untuk memasang Catalytic Converter pada setiap kendaraan baru yang sudah diproduksi

 Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Kebijakan pemerintah untuk percepatan


pembuatan BBN antara lain:

1. Peraturan Pemerintah (PP) No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional.
2. Instruksi Presiden (Inpres) No.1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan BBN.
3. Keputusan Presiden (Keppres) No.10 tahun 2006 tentang Tim Nasional pengembangan
BBN untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran.

BAB IV

KESIMPULAN

Dampak Polusi Udara bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi:

 Mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan

Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut),
termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat
pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.

Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat
yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

 merusak estetika
 mengganggu kenyamanan
 merusak gedung, kantor, dan perumahan

Hujan asam

pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari
hujan asam ini antara lain:

 Mempengaruhi kualitas air permukaan


 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan
 Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan
troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global.

Dampak dari pemanasan global adalah:

 Pencairan es di kutub
 Perubahan iklim regional dan global
 Perubahan siklus hidup flora dan fauna

Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi
yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai
stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih
cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat
mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.

Melihat kenyataan seperti dituliskan diatas, polusi udara merupakan salah satu permasalahan
lingkungan yang serius di Indonesia saat ini, sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor dan peningkatan ekonomi transportasi. Uji kelayakan emisi yang sejak
beberapa tahun terakhir didengung-dengungkan oleh pemerintah dan LSM ternyata juga tidak
berjalan dengan yang diharapkan. Jumlah kendaraan bermotor di jalan raya kian hari semakin
meningkat. Di wilayah DKI Jakarta, menambah semakin terpuruknya kondisi lingkungan udara
kita. Penulis berharap semoga dengan kenaikan harga pokok bahan bakar minyak bagi kendaraan
yang ditetapkan pemerintah dapat menjadi salah satu momentum bagi kita semua untuk
melangkah berpikir tentang lingkungan udara yang sehat. Kesadaran masyarakat akan
pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dan didukung dengan penyediaan angkutan massal
yang baik dan nyaman oleh pemerintah akan menciptakan lingkungan udara yang sehat bagi
manusia Indonesia

Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor
transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar
lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta
kematian yang diakibatkan karenanya.

* Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai
salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar
potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.

* Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan.
Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran
berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.

* Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan
dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat
laju

* Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun
secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan
tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan
kelengkapan kendaraan yang lain.

* Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.

* Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN)

DAFTAR PUSTAKA

 Sudrajad, Agung., 2006Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan diakses pada

tanggal 2 Desember 2008 dari: http//kamase_ugm@yahoo.co.id

 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengertian Pencemaran Udara,

Jakarta, 21 – 09 – 2006.

 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Zat – zat Pencemar Udara,

Jakarta, 21 – 09 – 2006.
 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengendalian Pencemaran Udara,
Jakarta, 21 – 09 – 2006.
 http://gogrenindonesia.blogspot.com
 http:// www.walhi.or.id/ kampanye/cemar/udara/penc_udara_info_020604/

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan karya tulis ini. Penyusunan karya tulis ini disusun untuk memenuhi
tugas kimia tentang lingkungan. Selain itu tujuan dari penyusunan karya tulis ini juga
untuk menambah wawasan tentang masalah pencemaran dan dampak yang
ditimbulkannya terhadap lingkungan dan kesehatan.

Akhirnya kami menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan karya tulis selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis :

Noor Afif

DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................. i

Kata Pengantar........................................................................................................... ii

Daftar Isi.................................................................................................................... iii

Pendahuluan............................................................................................................... 1

1. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1


2. Rumusan Masalah/Permasalahan............................................................... 1

3. Tujuan Penulisan........................................................................................... 2

4. Manfaat Penulisan......................................................................................... 2

Pembahasan............................................................................................................... 2

Penutup....................................................................................................................... 5

1. Kesimpulan..................................................................................................... 5

2. Saran................................................................................................................ 5

Sumber Bacaan.......................................................................................................... 5

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Pada awal sejarah manusia, sifat dan ragam pencemaran yang dilakukan
manusia adalah sederhana. Jenis zat atau senyawa yang terlihat di dalam masalah ii
tidak terlalu kompleks. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai peningkatan
kemajuan teknologi, mempengaruhi juga sifat dan ragam pencemaran. Pencemaran
yang dialami pada masa-masa lalu umumnya kurang bersifat fatal. Tidak demikian
dengan sifat dan ragam pencemaran masa sekarang ini. Banyak pencemaran yang
bersifat fatal terhadap makhluk hidup, dan banyak juga pencemaran yang bersifat
secara lambat-lambat mematikan terhadap manusia.

Berdasarkan sifat lingkungan dan sifat pencemarannya, maka masalah


pencemaran yang kita hadapi adalah : pencemaran udara, pencemaran perairan,
pencemaran suara atau kebisingan, dan pencemaran tanah.
2. Rumusan Masalah/Permasalahan

Adapun rumusan masalah pada karya tulis ini adalah sebagai berikut :

a. Seberapa besar pencemaran yang terjadi pada masa sekarang ini.


b. Apa saja penyebab dari pencemaran udara.
c. Apa dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara pada lingkungan dan
kesehatan.
d. Bagaimana mula-mula pencemaran udara terjadi.
e. Adakah cara untuk meminimalkan terjadinya pencemaran udara.

3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk menyelesaikan tugas kimia
tentang lingkungan dan untuk memperluas pengetahuan tentang pencemaran
lingkungan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia.

4. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah kita dapat mengetahui lebih
dalam tentang masalah pencemaran lingkungan beserta dampak yang
ditimbulkannya dan kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar pencemaran
lingkungan disebabkan oleh ulah manusia sendiri.

PEMBAHASAN
Hasil-hasil pembakaran dari kendaraan bermotor, pabrik-pabrik dan pemanasan
atau kegiatan masak-memasak di rumah merupakan sumber terbesar dari pada
pencemaran udara yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan manusia. Dari sekian
banyak zat-zat yang dilepaskan dengan cara ini ke dalam atmosfer telah diketahui lebih
dari 100 yang merupakan kontaminan. Benda-benda padat yang termasuk di dalamnya
lebih dari 20 diantaranya adalah unsur-unsur logam. Bagian dari senyawa organik jauh
lebih besar lagi dan meliputi banyak sekali senyawa hidrokarbon alifatik dan juga fenol,
asam serta basa-basa dan banyak senyawa lainnya. Oleh reaksi-reaksi yang terjadi
antara kontaminan-kontaminan tadi di udara, termasuk reaksi fotokimia, maka
senyawa-senyawa baru akan menambah keragaman senyawa-senyawa pencemaran.

Di antara pencemaran-pencemaran udara tadi, senyawa-senyawa yang berada di


dalam suspensi yang terdiri dari butiran-butiran padat atau cair adalah apa yang
disebut aerosol. Aerosol ini dapat terbentuk melalui : peristiwa kondensasi, massa
molekuler bergabung membentuk butiran-butiran yang lebih besar (contoh :
pembentukan awan dari butiran-butiran cair), atau dari proses dispersi : material-
material yang kasar dipecah menjadi butiran-butiran aerosol ini tidak mengendap
melainkan melayang atau terapung-apung di udara dan oleh karena itu mudah sekali
disebarkan angin.

Butiran-butiran alami seperti misalnya kabut, bakteri, spora tumbuh-tumbuhan


dari tepung sari umumnya rendah konsentrasinya di dalam udara; oleh sebab itu,
biasanya tidak menyebabkan pencemaran udara; dari segi kesehatan, benda-benda itu
umumnya tidak membahayakan (kecuali tentu bagi mereka yang peka atau alergi
terhadap benda-benda tadi). Lain halnya dengan butiran-butiran yang dilepaskan oleh
proses-proses buatan, misalnya semen, tepung kuarsa dan asbes, asap minyak, asap
tumbuhan atau rokok dan aerosol-aerosol radio aktif dapat menimbulkan masalah
pencemaran udara yang gawat. Benda-benda itu dapat menimbulkan kerusakan pada
makhluk hidup. Terutama sekali aerosol-aerosol yang butiran-butirannya sangat halus,
dapat masuk paru-paru dan mengganggu pernafasan.

Aerosol-aerosol mampu menunjukkan gaya permukaan yang hebat. Benda-benda


ini mampu mengumpulkan molekul-molekul gas, yang membantu reaksi kimia dari
aerosol tadi dengan gas-gas sekitarnya. Aerosol-aerosol ini dapat mengubah pengaruh
radiasi energi dari matahari. Kemudian oleh karena pengaruhnya sebagai inti
kondensasi, benda-benda itu mampu juga mempengaruhi pembentukan embun atau
kabut.
Telah disinggung di muka bahwa debu merupakan pencemar udara. Dari segi
kesehatan, debu ini dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yakni debu kasar dan debu
halus. Dalam hubungannya dengan kesehatan, debu kasar kurang membahayakan.
Debu ini karena ukurannya, tidak dapat menembus saluran paru-paru. Tambahan lagi,
oleh kemajuan teknologi, debu-debu kasar ini telah banyak dikurangi jumlahnya yang
terhambur ke luar. Lain halnya dengan debu-debu halus. Debu-debu halus ini telah
benar-benar merupakan masalah kesehatan. Debu-debu halus hanya sebagian kecil saja
yang dapat tertahan oleh mekanisme saringan alami dalam sistem pernafasan.
Selebihnya dapat masuk ke paru-paru. Akan lebih gawat lagi pengaruh debu halus ini
apabila terdapat faktor yang menimbulkan komplikasi, seperti halnya senyawa 3,4
benzopiris yang menyebabkan kanker, dan oksida logam berat, seperti senyawa
vanadium, yang bertindak sebagai katalisator. Lebih jauh lagi, oleh pengaruh katalisator
oksida-oksida berbagai logam, maka dioksida belerang berbentuk gas (bila ada) dapat
diubah menjadi trioksida belerang yang sangat berbahaya, senyawa ini dengan uap air
yang ada di dalam saluran paru-paru akan membentuk asam belerang. Berdasarkan
pada proses industrial yang menghasilkan debu-debu halus tadi, maka racun-racun
berikut ini telah didefinisikan : arsenik, berillium, cadmium, timol, selenium, thallium,
uranium, asbes, senyawa khromium dan senyawa air raksa. Asap yang keluar dari
knalpot yang merupakan sisa hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan
dari cerobong-cerobong asap dari kilang-kilang pengolahan minyak mengandung debu-
debu halus yang terdiri dari butiran-butiran timah.

Selain pencemaran sebagai akibat debu halus seperti yang dikemukakan, masih
ada beberapa pencemaran yang ditimbulkan industri, misalnya industri kimia, dan
industri minyak bumi.

Dalam kegiatan berproduksinya itu, industri kimia atau industri minyak, selain
menghasilkan produk-produk pokok, mereka mengeluarkan hasil-hasil ikutan. Hasil-
hasil ikutan yang utama yang dikeluarkan oleh industri kimia adalah gas-gas dan uap-
uap dari senyawa kimia organik seperti misalnya hidrokarbon-hidrokarbon dan
turunan-turunan halagennya, aldea, keton, asma-asam karbosilat, dan senyawa
nitrogen serta belerang (amine, merkaptan, disulfida); gas-gas dan uap-uap senyawa
kimia inorganik seperti misalnya, hidrogen sulfida, asam hidroklorik dan senyawa
fluorin, dioksida belerang, fosida hidrogen; dan akhirnya tepung-tepung beracun seperti
misalnya fluorida dan karbida, arsenik, asbes, dan alloy besi.

Lebih lanjut lagi, selain hasil-hasil tersebut tadi yang dapat menyebabkan
pencemaran, masih terdapat lagi satu jenis pencemaran oleh hasil pabrik yang cukup
mengganggu. Pencemaran ini bersifat bau yang mengganggu. Faktor bau ini seringkali
disebabkan oleh kandungan senyawa tertentu yang sangat rendah, tetapi masih cukup
tajam. Misalnya thiofenol dengan konsentrasi 1 : 10 billium masih cukup mengganggu.

PENUTUP
1. Kesimpulan

- Bahwa pencemaran udara selain disebabkan oleh faktor alam, pencemaran udara
lebih banyak disebabkan oleh manusia, misalnya dari kendaraan bermotor,
kegiatan industri dan sebagainya.

- Selain dapat membahayakan lingkungan, pencemaran udara juga dapat


membahayakan kesehatan manusia.

2. Saran

Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut hendaknya


kita semua ikut menjaga kebersihan udara dan meminimalkan pencemaran udara,
misalnya tidak memakai kendaraan bermotor yang sudah tua, tidak membuang gas
yang berbahaya secara sembarangan terutama bagi kegiatan industri, dan lain
sebagainya agar kebersihan udara tetap terjaga.

Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Bahkan salah satu studi
melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga di
dunia. World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar
polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City. Rekor yang semakin
memiriskan saya.

Di Indonesia sendiri, sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian Ozon dan Polusi Udara
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jawa Barat menduduki peringkat polusi
udara tertinggi di Indonesia.

Dari semua penyebab polusi udara yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang
pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen. Hal ini diakibatkan oleh laju
pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi. Sebagian besar kendaraan bermotor
itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai
ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik (misalnya kadar timbal yang
tinggi). Kebakaran hutan dan industri juga turut berperan.

Dampak Pencemaran Udara Pada Kesehatan

Dari segi kesehatan, pencemaran udara dapat berakibat pada terganggunya kesehatan dan
pertumbuhan anak-anak. Misalnya anemia. Memang, di masa pertumbuhan sel-sel darah merah
terus diproduksi. Namun, karena masuknya timbal akan merusak sel darah merah, maka
jumlahnya makin lama makin berkurang dan akhirnya anak menderita anemia.

Timbal yang masuk ke dalam tubuh juga akan merusak sel-sel darah merah yang mestinya
dikirim ke otak. Akibatnya, terjadilah gangguan pada otak. Hal yang paling dikhawatirkan, anak
bisa mengalami gangguan kemampuan berpikir, daya tangkap lambat, dan tingkat IQ rendah.
Dalam hal pertumbuhan fisik, keberadaan timbal ini akan berdampak pada beberapa gangguan,
seperti keterlambatan pertumbuhan dan gangguan pendengaran pada frekuensi-frekuensi
tertentu.

Pada orang dewasa, timbal dapat mempengaruhi sistem reproduksi atau kesuburan. Zat ini dapat
mengurangi jumlah dan fungsi sperma sehingga menyebabkan kemandulan. Timbal juga
mengganggu fungsi jantung, ginjal, dan menyebabkan penyakit stroke serta kanker. Ibu hamil
akan menghadapi risiko yang tinggi jika kadar timbal dalam darahnya di ambang batas normal.
Timbal ini akan menuju janin dan menghambat tumbuh-kembang otaknya. Risiko lain adalah ibu
mengalami keguguran.

Yang perlu diketahui, timbal layaknya musuh dalam selimut. Awalnya, kadar timbal yang tinggi
dalam darah tidak akan menunjukkan gejala penyakit. Dampak baru muncul dalam jangka
panjang.

Sudah banyak studi yang dilakukan berkaitan dengan pencemaran timbal. Pada tahun 2001 anak-
anak pernah dijadikan sampel riset dampak timbal. Dari sampel darah sebanyak 400 yang
diambil dari siswa SD kelas II dan III di Jakarta, hasilnya sekitar 35 persen sampel ternyata
memiliki kadar timbal dalam darah di atas normal. Angka ini berarti melebihi ambang batas
kadar timbal pada tubuh anak-anak yang ditetapkan CDC (Center for Deseases Control and
Prevention) yang hanya 10 mikrogram per desiliter.
Dampak Pencemaran Udara pada Lingkungan

Menghambat fotosistesis tumbuhan. Terhadap tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat
pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat
menghambat proses fotosintesis.

Menyebabkan hujan asam. pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain: Mempengaruhi kualitas air
permukaan, Merusak tanaman, Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah
sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan, serta Bersifat korosif sehingga
merusak material dan bangunan.

Meningkatkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC,
metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global. Pemanasan global sendiri akan berakibat pada;
Pencairan es di kutub, Perubahan iklim regional dan global, Perubahan siklus hidup flora dan
fauna.

Kerusakan lapisan ozon. Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km)
merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari.
Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer.
Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian
molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada
lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat
mengakibatkankanker kulit serta penyakit pada tanaman.

Mengurangi Pencemaran Udara

Untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan melalui beberapa usaha
antara lain:

 Mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak
menghasilkan gas karbon monoksida.
 Pengolahan atau daur ulang limbah asap industri
 Penghijauan dan reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon pengganti
 Menghentikan pembakaran hutan.
Nasionalisme etnis dalam Negara-Negara dunia ketiga »

Pencemaran Udara akibat transportasi di Jakarta


April 15, 2009 by andrisky aprianzal

Lingkungan merupakan tempat dimana manusia melakukan aktifitas dan kegiatannya dan

sebagai sarana dimana manusia berinteraksi dalam kehidupannya sehari-hari, manusia yang

hidup dengan lingkungannya akan cenderung mengikuti trend lingkungannya dan beradaptasi

dengan lingkungannya, atau bahkan tidak bias beradaptasi. Lingkungan yang ada disekitar kita

menjadi beberapa bagian, antara lain adalah lingkungan fisik yang berhubungan dengan sumber

daya alam, adapun sumber daya alam tersebut terbagi menjadi sumber daya alam yang dapat

diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang ada

disekitar kita dapat disebut dengan the commons, the commons tersebut seperti hutan,sungai,

danau, laut, udara dan lain-lainnya.

Pada beberapa commons yang disebutkan diatas tadi, saya tertarik dengan udara, karena

sifat udara disini sangat primer sebagai kebutuhan manusia secara individu. Manusia tidak akan

hidup bila tidak dapat menghirup udara, yaitu oksigen. Namun, pada kenyataannya udara

memang memiliki beberapa kandungan dan unsur-unsur tertentu. Kandungan-kandungan udara

yang biasa kita kenali adalah oksigen dan karbondioksida, oksigen adalah udara yang kita hirup

untuk kelangsungan hidup manusia di dunia ini. Sedangkan karbondioksida adalah udara yang

keluar dari tubuh kita, atau hasil dari pembakaran tubuh kita, dan udara tersebut akan dihirup

oleh tumbuh-tumbuhan yang nantinya akan melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen

kembali.

Rantai pernapasan tersebut memperlihatkan bahwa kehidupan manusia sebagai mahluk

sosial bukan hanya bergantung pada manusia yang lain, namun ternyata manusia memiliki
ketergantungan pada lingkungannya juga, hal demikian dapat disebut dengan sama-sama

menguntungkan atau simbiosis mutualisme. Oleh karena itu, manusia yang hidup di dunia ini

juga harus memperhatikan sumber daya alam yang ada disekitarnya. Antara lain adalah tanaman

dan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar kita, karena dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman-

lah yang memberikan oksigen kepada kita. Bahkan dapat membersihkan udara yang ada disekitar

kita.

Oleh karena itu, melihat pentingnya udara bagi kehidupan manusia, saya mencoba

mambuat tulisan tentang pencemaran udara yang ada di kota Jakarta. Dengan menggunakan

metode progressive contextualization dalam melihat kasus pencemaran udara di Jakarta ini.

Memang menarik kalau kita melihat tentang masalah lingkungan dengan metode progressive

contextualization yang ditawarkan Vayda, dengan melihat tindakan-tindakan aktor-aktor yang

terlibat dalam masalah pencemaran udara ini kita dapat mencari jawaban-jawaban yang dapat

memecahkan permasalahan tersebut. Akan tetapi, jika saya melihat berbagai kejadian-kejadian

yang telah berkembang saat ini, tingkat polusi udara akibat transportasi ini tidak berubah, tapi

semakin bertambah dari masa ke masa.

Pada era modern ini kehidupan kota yang sudah penuh tampaknya memiliki beberapa

permasalahan dengan udara, bahkan saat ini kejadian-kejadian tentang pencemaran udara sudah

sangat sering terjadi. Pencemaran udara dapat diartikan berubahnya salah satu komposisi udara

dari keadaan normalnya, dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga

akan mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman. Sejalan dengan perkembangan

industri pada daerah perkotaan, kesetimbangan komposisi udara terganggu bahkan komposisinya

berubah yaitu dengan masuknya zat-zat pencemar seperti polutan. Gas H2S merupakan salah satu

polutan udara yang bersifat toksik (Manahan, 1994). Pemanasan global dan efek rumah kaca
(ERK) semakin dibicarakan oleh para ahli. Pada kesempatan ini, sebagai seorang antropolog

yang melihat permasalahan ekologi, saya mencoba melihat kasus pencemaran udara yang ada di

Jakarta akibat transportasi ini dengan melihat sebab-sebab apa saja, sehingga terjadi

pencemaran tersebut. Sebab yang akan saya lihat pada kesempatan ini adalah sebab pencemaran

udara dari transportasi. Pada umumnya terdapat dua sumber pencemaran udara yang terjadi,

antara lain adalah pencemaran udara yang terjadi akibat sumber yang alami atau dari sumber

daya alam (natural resources), seperti pencemaran akibat letusan gunung berapi, kemudian

gempa dan lain-lain. Kemudian adalah pencemaran udara yang terjadi akibat kegiatan manusia,

dan disebabkan secara langsung oleh manusia (anthropogenic sources), antara lain adalah emisi

pabrik dan akibat dari sumber-sumber kegiatan manusia, seperti dari transportasi.

Transportasi sebagai sarana dan fasilitas yang diciptakan oleh teknologi masa kini

ternyata menambah permasalahan dalam pencemaran udara. Namun, apakah kesalahan

pencemaran udara dilimpahkan begitu saja kepada pengguna atau pembuat teknologi tersebut?,

tidak juga seperti itu, karena kuantitas transportasi dan juga kualitasnya juga perlu diperhatikan,

bahkan kebijakan-kebijakan pemerintah tentang transportasi juga perlu diperhatikan. “Pada masa

sekarang ini, pencemaran udara di Indonesia 70%nya diakibatkan oleh emisi kendaraan

bermotor, karena kendaraan bermotor memiliki zat-zat yang berbahaya bagi udara disekitar kita,

antara lain adalah timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen

(NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox)”.

Kutipan diatas merupakan pernyataan yang menunjukkan bahwa keadaan udara yang ada

disekitar kita khususnya di Jakarta memang sudah terkontaminasi dengan zat-zat seperti

Suspended Particulate Matter (SPM), yang menyumbang banyak timbal/timah hitam pada udara

disekitar kita, dan masih ada zat-zat lainnya seperti hydrocarbon (HC), karbonmonoksida(CO)
dan oksida fotokimia (Ox), seperti tertera pada kutipan diatas tersebut. Sedangkan sebagai

manusia kita seharusnya tidak menghirup udara-udara tersebut. Akan tetapi dalam melihat hal ini

menggunakan kacamata Contextualization Progressive Vayda saya melihat adanya hal-hal lain

yang merupakan sebab-sebab pencemaran udara akibat transportasi. Kendaraan bermotor

merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang utama di daerah perkotaan. Emisi yang

paling signifikan dari kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas

karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang

berlangsung sempurna. Pembakaran yang sempurna dapat dicapai dengan tersedianya suplai

udara yang berlebih. Namun demikian, kondisi pembakaran yang sempurna dalam mesin

kendaraan jarang terjadi.

Sebagian kecil dari bahan bakar dioksidasi menjadi karbon monoksida (CO). Sebagian

hidrokarbon (HC) juga diemisikan dalam bentuk uap dan partikel karbon dari butiranbutiran sisa

pembakaran bahan bakar. Hampir semua bahan bakar mengandung zat-zat ‘kotoran’ dengan

kemungkinan pengecualian bahan bakar sel (hidrogen) dan hidrokarbon ringan seperti metana.

Diantara zat-zat kotoran tersebut adalah sulfur yang dioksidasi menjadi sulfur dioksida (SO2)

pada proses pembakaran, dan kadang menjadi sulfat yang dapat membantu proses nukleisasi

partikel (pembentukan partikel) dalam gas buang. Zat-zat kotoran lainnya seperti vanadium

dalam oli tidak dapat terbakar, atau mengandung produk pembakaran yang memiliki tekanan uap

yang rendah sehingga mendorong pembentukan partikel lebih jauh. Senyawa-senyawa timbel

organik (dalam bensin bertimbel) juga membentuk partikel dalam gas buang. Pada akhirnya,

pada temperatur pembakaran yang tinggi, gas nitrogen (N2) di dalam atmosfer dan senyawa

nitrogen yang dikandung dalam bahan baker dioksidasi menjadi oksida nitrit (NO) dan nitrogen-

dioksida (NO2).
Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan

kondisi pembakaran dalam mesin; sehingga langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas buang

harus mengkombinasikan teknologi pengendalian dengan konservasi energi dan teknik-teknik

pencegahan pencemaran. Pengalaman dari negara-negara maju menunjukkan bahwa emisi zat-

zat pencemar udara dari sumber transportasi dapat dikurangi secara substansial dengan

penerapan teknologi kendaraan seperti katalis (three-way catalyst) dan juga pengendalian

manajemen lalu lintas setempat. Namun, untuk kondisi Indonesia, dengan pertumbuhan

perkotaan yang cepat yang meningkatkan kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor di

daerah perkotaan perlu terus dilakukan upaya mengurangi emisi kendaraan bermotor. Dalam

beberapa tahun terakhir jumlah kendaraan bermotor bertambah rata-rata 12% per tahun.

Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia juga memicu terjadinya peningkatan

polusi , namun hal seperti ini tampaknya menjadi rumit ketika melihat faktor produksi dalam

pertumbuhan kendaraan bermotor. Jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor ternyata merupakan

tindakan yang dapat dilihat dengan progressive contextualization Vayda ketika ingin

mendeskripsikan suatu pengrusakan lingkungan (terkait disini masalah pencemaran udara akibat

transportasi) terbukti tidak terbatas hanya melihat aktor-aktor pengguna transportasi saja. Namun

dapat melihat lebih luas bagaimana tindakan-tindakan tersebut dapat terjadi sehingga

mengakibatkan dampak bahaya.

kita dapat melihat bagaimana pertumbuhan kendaraan bermotor yang mengeluarkan

emisi dan mencemarkan udara disekitar kita. Kalau saya memperhatikan tabel diatas, saya

berasumsi bahwa terjadi peningkatan kuantitas kendaraan pada setiap tahunnya, maka jika

dihitung sampai dengan sekarang jumlahnya semakin bertambah dari tahun ke tahun hingga

sekarang 2007 ini. Diperkirakan jumlahnya bertambah 10 kali lipat dari tahun 1999.
Sedangkan Kendaraan bermotor yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM)

mengandung timah hitam (Leaded) berperan sebagai penyumbang polusi cukup besar terhadap

kualitas udara dan kesehatan. Kondisi tersebut diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi yang

melanda negara kita sejak tahun 1997.

Pada saat ini komposisi jumlah sepeda motor adalah yang terbesar, yaitu kurang lebih

73% dari jumlah seluruh kendaraan bermotor pada kurun waktu 2002-2003 (pertambahan sepeda

motor mencapai 30% dalam 5 tahun terakhir). Perbandingan antara jumlah sepeda motor dan

penduduk di Indonesia diperkirakan mencapai 1:8 pada tahun 2005. kendaraan bermotor dalam

kurun waktu 20 tahun (1983-2003). Berdasarkan data statistik dan beberapa asumsi, diperkirakan

pada tahun 2020 jumlah kendaraan bermotor akan mencapai 90 juta, atau lebih dari tiga kali

jumlah kendaraan saat ini. Dari jumlah tersebut, lebih kurang 70% terdistribusi di daerah

perkotaan. Walaupun diasumsikan bahwa reduksi emisi per kendaraan per kilometer akan dapat

tercapai di masa mendatang sebagai hasil dari penerapan teknologinya.

kendaraan bermotor dan angkutan sangat buruk akibat mahalnya suku cadang dan

perawatan yang kurang baik sehingga proses pembakaran kurang sempurna, akibat krisi moneter

yang terjadi di Indonesia, maka terjadilah ketidakteraturan produksi harga dan juga tingkat harga

BBM yang tiba-tiba saja melonjak, ini semakin memperparah keadaan, sehingga kerusakan pada

kendaraan akibat mahalnya suku cadang dan perawatan kendaraan terjadi banyak sekali dan ini

mengakibatkan emisi gas buang yang berlebihan dan dampaknya adalah pencemaran udara yang

semakin mengandung berbagai zat yang kotor dan berbahaya.

Pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta yang lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya telah

mendorong perubahan gaya hidup sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan dan daya beli

masyarakat Kota Jakarta. Kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi meningkat, dan
mengambil porsi transportasi jalan yang lebih besar dibanding moda transportasi lainnya. Seiring

dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan layanan angkutan umum dan fasilitas angkutan

tidak bermotor, perlu dilaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku

masyarakat.[8Tujuannya adalah masyarakat mengurangi perjalanan dengan menggunakan

kendaraan pribadi dan mengalihkan sebagian perjalanannya dengan menggunakan angkutan

umum dan kendaraan tidak bermotor. Hal tersebut dapat membantu pemerintah dalam

melakukan kebijakan sistem transportasi yang lebih baik akan penggunaan transportasi yang

lebih baik dari sistem transportasi yang diharapkan oleh masyarakat, untuk menuju kepada

kegiatan transportasi yang diinginkan oleh kebanyakan orang di negeri ini, yaitu nyaman, bebas

dari polusi, aman, sehat dan baik.

Dengan adanya kondisi yang tidak memungkinkan dari beberapa permasalahan

pencemaran udara yang ada di sekitar kita, maka masalah sistem transportasi ini, saya melihat

sebagai suatu hal yang mempengaruhi udara sebagai commons yang diungkapkan oleh Hardin

dalam tulisannya Tragedy of the commons. Udara disini sebagai commons dirusak oleh beberapa

kepentingan seperti pabrik-pabrik dan transportasi yang pada akhirnya menimbulkan beberapa

tragedy pada suatu ladang besar. Masalah produksi kendaraan bermotor sebagai suatu alasan

untuk memperbanyak demi mencari keuntungan merupakan tragedy yang tak terelakkan.

Memang manusia sekarang semuanya telah mengetahui bahwa pengaruh polusi udara dapat

menyebabkan pemanasan efek rumah kaca (ERK) yang akan menimbulkan pemanasan global

atau (global warming), ini merupakan sebuah peringatan kepada industri dan kebijakan

transportasi agar melihat kepada masalah udara disekitar mereka.


Dari berbagai sumber, saya mencoba menggambarkan bagaimana pencemaran udara itu

terjadi disekitar kita, maksudnya adalah sebagai penekanan betapa pentingnya keadaan dan

kondisi kerusakan udara yang ada di kota Jakarta

Berikut ini adalah gambaran bagaimana proses pencemaran udara yang ada di kota

Jakarta.

http://s636.photobucket.com/albums/uu86/andrisky85/?action=view&current=polusi.gif

Asap knalpot yang keluar dari Bus yang ada dalam gambar diatas menunjukkan bahwa

kondisi kendaraan yang kurang baik dan tidak sesuai dengan kendaraan bermotor yang

sewajarnya. Ini disebabkan dari mesin yang kurang perawatan dan kurang baik, sehingga

mengakibatkan zat kotor yang keluar dari knalpot kendaraan seperti SPM (suspended particulate

matter), Nox, dan zat kimia berbahaya yang lainnya mempengaruhi udara sekitar, kemudian

perubahan udara tersebut mengakibatkan adanya perubahan suhu yang terjadi dalam kehidupan

manusia.

Perspektif kritis Garret Hardin tentang Tragedy of Commons yang diungkapkannya

ternyata terbukti melalui aktor-aktor pengguna sumber daya alam sebagai commons mereka yang

selalu diharapkan dari commons tersebut, dalam konteks disini adalah pencemaran udara, yang

menjadi bencana pembangunan akibat krisis ekologi yang berkepanjangan. Pembangunan

transportasi yang terus dikembangkan menyusul dengan pembangunan pasar yang ada ternyata

dapat mendorong terjadinya apa yang disebut dengan bencana pembangunan. Proses

pembangunan yang ada di Indonesia dalam konteks transportasi, menimbulkan bencana

pembangunan yang kemudian menjadi permasalahan ekologis, udara sebagai salah satunya

commons yang open access menjadi berbahaya bagi orang-orang disekitarnya.


Sebenarnya dalam melihat kasus pencemaran udara akibat transportasi, dapat juga

dengan melihat pentingnya menterjemahkan ”pengetahuan” sebagai kebudayaan dari pengguna

sumber daya tersebut. Misalnya dengan mengartikan ”culture” sebagai sebuah perangkat yang

digunakan manusia-manusia yang ada disekitarnya dapat menjelaskan prilaku kita terhadap

lingkungan kita. Penjelasan tentang pengetahuan normative manusia dalam menggunakan

sumber daya alam juga saya tambahkan untuk menjelaskan konteks pencemaran udara yang ada

di Jakarta ini, karena transportasi sebagai suatu dampak bukan satu-satunya yang disalahkan tapi

penggunaannya yang tidak teratur (disorder) dapat menimbulkan ”abuse” bagi lingkungan kita,

terutama udara.

Singgungan tentang transportasi dan lingkungan juga dapat diungkapkan dengan masalah

prilaku manusia terhadap lingkungannya. Sebenarnya transportasi sebagai perangkat teknologi

yang seharusnya memudahkan manusia menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan kita.

Kandungan-kandungan timah hitam dan SPM dapat mengganggu kesehatan kita secara langsung,

dan ini menyebabkan kematian bagi yang menghirupnya, atau penyakit-penyakit yang

mematikan. Lalu apakah produksi dari transportasi sebagai alasan pembangunan teknologi dapat

dijadikan alasan bagi para pembuat keputusan. Ini yang menjadi perdebatan bagi mereka yang

belum memahami bagaimana mengartikan sebuah lingkungan dan teknologi agar berdampingan

secara bersamaan tanpa adanya bahaya dan disorder.

Dampak sosial yang ditimbulkan oleh lingkungan transportasi semakin memburuk

apalagi kalau kita melihat dari kondisi lingkungan transportasi yang ada di Jakarta. Masalah

transportasi yang menjadi permasalahan lingkungan sebenarnya bukan masalah baru lagi. Ketika

sebuah kebijakan transportasi dikeluarkan berbagai macam elemen masyarakat mencari dampak

sosial dan dampak biologisnya terhadap manusia yang ada disekitarnya. Sebagai contoh, di
Jakarta sumber pencemaran udara yang utama adalah kendaraan bermotor dan industri, yang

mana kendaraan bermotor menyumbang sekitar 71% pencemar oksida nitrogen (NOX), 15%

pencemar oksida sulfur (SO2), dan 70% pencemar partikulat (PM10) terhadap beban emisi total.

Tampaknya emisi gas dan kandungannya menjadi beban moral bagi pengguna

transportasi dan industri transportasi. Permasalahan seperti ini, menjadi fenomena pembangunan,

dimana pembangunan transportasi yang diharapkan pemerintah ternyata belum memadai dan

masih banyak kekurangan, oleh karena itu, saya sebagai seorang antropolog ekologi mencoba

menjelaskan apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam kasus ini. Pada artikel Transportation and

Environment yang diedit oleh Wohlwill, Everett dan Altman diterangkan bagaimana dampak

sosial transportasi dengan lingkungan yang menimbulkan depresi terhadap masyarakat

sekitarnya dari sudut pandang ekologi. Di artikel ini diungkapkan bahwa dampak dari

transportasi (dalam konteks ini saya melihat pencemaran udara), bahwa udara yang tercemar

akibat transportasi menimbulkan tingkat stress pada manusia yang mengalami gangguan

tersebut. Dari perspektif ekologi bahwa prilaku manusia yang beradaptasi dengan proses akan

menjadi jenuh apabila adaptasi tersebut dilakukan dengan terus menerus atau sering, sehingga

orang yang dalam kehidupan sehari-harinya mengalami gangguan udara dari transportasi dan

mengalami kejenuhan dapat menimbulkan stress dan depresi (kajian ini terjadi pada

behaviournya). Karena apa yang adaptif dan bukan adaptif bagi mereka cenderung merubah

prilaku kolektif dari masyarakat, ini dapat ditunjukkan bahwa tingkat stress di kota-kota besar

seperti di Jakarta tingkat stress dan deprese semakin tinggi.

Manusia sebagai faktor yang menentukan keberlanjutannya lingkungan yang ada di

sekitar mereka menjadi tidak berdaya, karena pengrusakan lingkungan itu sendiri dilakukan oleh

tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung-jawab. Sehingga kejadian-kejadian seperti


pencemaran udara tidak terhindarkan oleh lingkungan kita sebagai manusia yang hidup di alam

semesta ini. Bukan hanya itu saja ternyata permasalahan ekologi yang terjadi akibat transportasi

ini juga menjadi permasalahan psikologis yang ada pada masyarakat urban. Semakin tinggi

tingkat pencemaran udara maka kecenderungan tingkat stress juga akan semakin tinggi. Asumsi

tersebut saya gunakan dalam menggambarkan proses dari lingkungan transportasi yang

diungkapkan oleh Llewellyn pada artikelnya.

Bagaimana dampak sosial yang terjadi pada kolektif masyarakat yang ada lingkungan

transportasi, artinya ini dapat dikaitkan dengan tingkat kejenuhan seperti kemacetan dan polusi

udara yang meningkat. Seharusnya pemerintah memperhatikan sosial impact yang terjadi pada

masyarakat akibat dari pencemaran udara ini, karena kebijakan transportasi dan lingkungan

diatur oleh pemerintah dibawah departemen-departemen dan juga Pemda DKI Jakarta.

Pemerintah sebagai salah satu aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan dari masalah

pencemaran udara, dapat berpengaruh juga pada kegiatan transportasi di Jakarta. apalagi

mengenai kebijakan tarnsportasi yang berhubungan dengan lingkungan atau Transportation

Environment yang menurut Lynn sebagai suatu penyebab munculnya dampak sosial. Arti dari

dampak sosial yang dimaksudkan oleh Lynn adalah transportasi yang tidak teratur (disorder),

yang kemudian mengganggu kehidupan manusia. Masalah order dan disorder dari manajemen

transportasi suatu kota didukung oleh pemerintah, yang sekarang dibawah Pemda (pemerintah

daerah).

Pada saat ini transportasi selalu dijadikan alasan utama bagi pencemaran kota, apakah

pencemaran kota yang merusak udara disekitar kita merupakan suatu akibat dari kelalaian dari

pemerintah dan produsen kendaraan bermotor yang mendesain kendaraan bermotor belum sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan.


Polusi udara di Jakarta adalah yang terparah di seluruh Indonesia, sampai-sampai sebagian
warga Jakarta memberikan julukan "kota polusi" kepadanya. Munculnya julukan tersebut
tentu bukan tanpa alasan sama sekali. Data-data di bawah ini bisa memberikan gambaran
tentang parahnya polusi udara di Jakarta.

Pertama, dalam skala global, Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di
dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Kedua, masih dalam skala global, kadar partikel
debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9
(yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia
pada tahun 2004. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per
meter kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Ketiga, jumlah
hari dengan kualitas tidak sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun 2003, Jakarta
dinyatakan sehat hanya selama 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Kelompok Kerja
Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah hari dengan kualitas
udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50 hari. Namun pada tahun 2006, jumlahnya justru
naik di atas 51 hari. Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika Jakarta dijuluki "kota
polusi" karena begitu keluar dari rumah, penduduk Jakarta akan langsung berhadapan
dengan polusi.

Penyebab paling signifikan dari polusi udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang
menyumbang andil sebesar ±70 persen. Hal ini berkorelasi langsung dengan perbandingan
antara jumlah kendaraan bermotor, jumlah penduduk dan luas wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan data Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di
DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni 2009 adalah
9.993.867 kendaraan, sedangkan jumlah penduduk DKI Jakarta pada bulan Maret 2009
adalah 8.513.385 jiwa. Perbandingan data tersebut menunjukkan bahwa kendaraan
bermotor di DKI Jakarta lebih banyak daripada penduduknya. Pertumbuhan jumlah
kendaraan di DKI Jakarta juga sangat tinggi, yaitu mencapai 10,9 persen per tahun. Angka-
angka tersebut menjadi sangat signifikan karena ketersediaan prasarana jalan di DKI Jakarta
ternyata belum memenuhi ketentuan ideal. Panjang jalan di DKI Jakarta hanya sekitar 7.650
kilometer dengan luas 40,1 kilometer persegi atau hanya 6,26 persen dari luas wilayahnya.
Padahal, perbandingan ideal antara prasarana jalan dan luas wilayah adalah 14 persen.
Dengan kondisi yang tidak ideal tersebut, dapat dengan mudah dipahami apabila kemacetan
makin sulit diatasi dan pencemaran udara semakin meningkat.

Penyebab lain dari meningkatnya laju polusi di Jakarta adalah kurangnya ruang terbuka hijau
(RTH) kota. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna
mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan.
RTH kota memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah sebagai bagian dari sistem sirkulasi
udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air
hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan
angin. Kurangnya RTH kota akan mengakibatkan kurangnya kemampuan ekosistem kota
untuk menyerap polusi.

Berdasarkan perhitungan para ahli, luas RTH kota idealnya adalah minimal 30 persen dari
luas seluruh wilayah kota. Perhitungan ini telah diadopsi dalam Pasal 29 UU Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Sayangnya, dengan segala permasalahannya, Jakarta
tampaknya belum dapat memenuhi luas ideal RTH kota dalam waktu dekat. Hingga tahun
2009, RTH Jakarta hanya 9 persen, sedangkan rencana RTH Jakarta pada tahun 2000-2010
hanya ditetapkan sebesar 13,94 persen. Ketidakmampuan Jakarta untuk memenuhi luas ideal
RTH kota tentu akan berimbas pada memburuknya kadar polusi.

Buruknya kadar polusi udara di Jakarta menimbulkan banyak masalah sosial bagi
penduduknya. Masalah utamanya tentu saja adalah masalah kesehatan. Menurut data
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 46 persen penyakit di Jakarta disebabkan oleh
pencemaran udara, di mana penyakit-penyakit umumnya adalah infeksi saluran pernapasan,
asma, dan kanker paru-paru. Selain penyakit-penyakit itu, polusi juga berpotensi
mengakibatkan perubahan fisiologis pada manusia seperti: melemahkan fungsi paru-paru dan
memengaruhi tekanan darah.

Dampak lanjutan dari menurunnya kualitas kesehatan masyarakat adalah meningkatnya


biaya untuk pengobatan. Jika masyarakat sakit-sakitan, tentu saja akan ada beban sosial
pada masyarakat yang akan memengaruhi GDP (Gross Domestic Product). Sebagai ilustrasi,
biaya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diakibatkan oleh polusi udara pada tahun
1998 mencapai Rp 1,8 triliun. Apabila peningkatan kadar polusi tidak juga dicegah, biaya
tersebut akan terus meningkat dan bisa mencapai Rp 4,3 triliun pada tahun 2015.

Selain masalah kesehatan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat, polusi buruk juga
memengaruhi estetika kota. Tentu tidak nyaman melihat suasana kota yang udaranya hampir
terus-menerus dicemari kabut asap polusi dari kendaraan bermotor dan industri.

Untuk menghilangkan citra negatif Jakarta sebagai kota polusi, sudah semestinya apabila
masyarakat dan Pemerintah DKI Jakarta perlu menetapkan dan melaksanakan langkah-
langkah perbaikan yang tepat. Langkah-langkah yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan
aspirasi masyarakat perlu diidentifikasi dan kemudian dihindari untuk mencegah resistansi
(perlawanan) dari masyarakat agar upaya perbaikan yang ditempuh tidak menjadi
kontraproduktif. Sebagai contoh, rencana pembatasan jumlah kendaraan bermotor untuk
membantu mengurangi polusi dan kemacetan menuai protes dari para pelaku industri
otomotif karena pembatasan tersebut dapat mengurangi produktivitas mereka dan berimbas
pada kehidupan dan pekerjaan para tenaga kerja sektor otomotif. Sebagai alternatif solusi,
Pemerintah perlu memperbaiki sektor transportasi dan fasilitas angkutan umum sehingga
para pengguna kendaraan pribadi tidak akan segan-segan untuk beralih ke kendaraan umum.
Dalam beberapa kasus (seperti pengoperasian busway), cara ini sudah menampakkan hasil
yang lumayan. Pemerintah perlu menyadari bahwa membludaknya penggunaan kendaraan
pribadi di Jakarta disebabkan terutama oleh buruknya fasilitas angkutan umum yang
mengakibatkan penumpang merasa tidak aman dan nyaman menggunakannya.

Pelaksanaan dan penegakan hukum memegang peran yang sangat krusial dalam mencegah
laju polusi, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di seluruh Indonesia. Fakta membuktikan
bahwa ketidaktegasan dalam pelaksanaan hukum menyumbang andil signifikan dalam
peningkatan polusi di Indonesia. Sebagai contoh, UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan telah memberlakukan kewajiban uji emisi kendaraan bermotor.
Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) UU tersebut menyatakan, "Untuk mencegah pencemaran udara
dan kebisingan suara kendaraan bermotor yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan
hidup, setiap kendaraan bermotor wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas
buang dan tingkat kebisingan. Setiap pemilik, pengusaha angkutan umum dan/atau
pengemudi kendaraan bermotor wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan
yang diakibatkan oleh pengoperasian kendaraannya."

Orang yang melanggar ketentuan tersebut akan terkena sanksi pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 67 UU tersebut: "Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak
memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang, atau tingkat kebisingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama
2 (dua) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)." Dalam
kenyataan, kita bisa melihat sendiri dengan sejelas-jelasnya banyak kendaraan bermotor di
negara kita yang bebas berlalu lalang di jalan umum dengan mengeluarkan asap hitam pekat
dan suara yang memekakkan telinga. Itulah salah satu contoh pahit penegakan hukum di
Indonesia.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penanganan polusi membutuhkan keterlibatan
seluruh masyarakat. Pelaksanaan kebijakan apapun tentu tidak akan mendatangkan hasil
maksimal apabila hanya mengandalkan peran Pemerintah. Sebagai contoh, aturan yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk mencegah polusi tidak akan banyak berarti tanpa
kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dan sinergi antara Pemerintah
dan masyarakat dalam perbaikan lingkungan juga perlu digalakkan. Pada dasarnya, banyak
warga Jakarta yang telah memahami persoalan kota mereka dan telah berinisiatif untuk ikut
memperbaikinya. Gerakan "bike to work" (bersepeda ke tempat kerja) adalah salah satu contoh
bentuk kepedulian warga Jakarta untuk mengurangi emisi kendaraan bermotor. Kepedulian
dan partisipasi warga perlu terus dijaga sebagai aset penting dalam pemeliharaan kesehatan
lingkungan.

Tingginya tingkat pencemaran udara di Jakarta tidak lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah
angkutan umum yang menggunakan bahan bakar solar.

"60 persen pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda yang bergerak atau transportasi
umum, terutama karena mereka memakai bahan bakar solar, "

Ekonomi

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) kembali menyelenggarakan Program Expose Langit


Biru 2011 hari ini di Hotel Dharmawangsa, Jakarta. Langit Biru merupakan program KLH yang
bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas udara perkotaan dari pencemaran udara,
khususnya yang bersumber dari kendaraan bermotor melalui penerapan transportasi
berkelanjutan. Saat ini, pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi di kota-kota besar di
Indonesia tidak saja menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas tetapi juga menimbulkan
masalah lain seperti kecelakaan lalu lintas, polusi udara, kebisingan, kerugian ekonomi serta
kesehatan.
Kerugian ekonomi dan dampak kesehatan akibat pencemaran udara dari sumber bergerak di
kota-kota di Indonesia, di tahun 1994 World Bank studi memperkirakan biaya ekonomi akibat
pencemaran udara di Jakarta mencapai Rp. 500 milyar. Studi ini menghitung terjadi 1.200
kematian prematur, 32 juta masalah pernapasan, dan 464.000 kasus asthma. Sementara data
Profil Kesehatan Jakarta tahun 2004 menunjukkan sekitar 46% penyakit masyarakat bersumber
dari pencemaran udara antara lain gejala pernapasan 43%, iritasi mata 1,7%, dan asthma 1,4%,
sementara infeksi saluran pernapasan dan masalah pernapasan lainnya selalu berada di jajaran
paling atas.

Studi tersebut saat ini sedang diperbaharui oleh KLH melalui Clean Fuel and Clean Vehicle
Project, dimana draftreport tahun 2011 menunjukkan adanya 9 penyakit yang langsung
berhubungan dengan sumber pencemaran udara. Hasil laporan sementara menunjukkan biaya
ekonomi dari sisi kesehatan yang harus dikeluarkan untuk kota Jakarta saja di tahun 2010
mencapai 37 Trilliun rupiah (sumber : draft study PCFV – KLH tahun 2011). Dengan
pertimbangan hasil inilah KLH melalui program Langit Biru berkeinginan agar pencemaran
udara dapat diturunkan, sehingga biaya ekonomi ini tidak terbuang sia-sia dan dapat diturunkan
serta digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.

Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA, dalam sambutannya
mengatakan, “Hasil evaluasi kualitas udara perkotaan tahun 2011 akan diintegrasikan ke dalam
Program Adipura untuk kriteria pencemaran udara dan menjadi bagian dari penilaian kota dalam
pelaksanaan Program Adipura Tahun 2012. Tahun-tahun selanjutnya evaluasi kualitas udara
perkotaan ini akan dilaksanakan di seluruh kota metropolitan dan kota besar serta ibukota
propinsi di Indonesia. Penilaian dilakukan baik terhadap aspek fisik maupun non fisik, yang
pada intinya adalah mendorong kota-kota di Indonesia untuk menerapkan transportasi yang
berwawasan lingkungan (Environmental Sustainable Transport) sebagaimana kesepakatan
negara-negara di Asia yang tertuang dalam AICHI Statement”.

Expose Langit Biru kali ini meliputi 2 (dua) kegiatan yaitu Pertama, Evaluasi Kualitas Udara
Perkotaan yang merupakan upaya KLH dalam menurunkan pencemaran udara dari sektor
transportasi melalui promosi dan penerapan kebijakan transportasi berkelanjutan di daerah
perkotaan. Dan, Kedua yaitu Evaluasi Penaatan Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Tipe Baru Melalui Random Sampling. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya KLH
dalam mendorong industri otomotif untuk memproduksi kendaraan bermotor rendah emisi dan
rendah konsumsi bahan bakar berdasarkan pada teknologi terbaik yang tersedia (Best Available
Technology).

Pengumuman Expose Langit Biru terbaik 2011 merupakan hasil dari evaluasi kualitas udara
perkotaan yang dilaksanakan di 26 kota metropolitan, yaitu 14 Kota metropolitan DKI Jakarta (5
wilayah), Semarang, Surabaya, Medan, Bandung, Tanggerang, Makassar, Depok, Palembang,
Bekasi dan 12 kota besar, yaitu Surakarta, Batam, Malang, Balikpapan, Bogor, Yogyakarta,
Bandar Lampung, Denpasar, Samarinda, Banjarmasin, Padang dan Pekanbaru selama Bulan
Maret – September 2011. Selain itu KLH juga mengumumkan 2 (dua) industri otomotif yang
produknya rendah emisi dan rendah konsumsi bahan bakar berdasarkan pada teknologi terbaik
yang tersedia.
Dalam kegiatan ini, beberapa kegiatan baik fisik dan non fisik telah dievaluasi. Kegiatan non
fisik berupa survei pendapat para pemangku kepentingan yang ada di kota-kota tersebut dan
pengisian formulir data kota. Adapun kegiatan fisik meliputi uji emisi “Spotcheck” kendaraan
bermotor selama 3 hari dengan target 500 kendaraan pribadi perhari. Kegiatan lain adalah
Pemantauan Kualitas Udara Udara Jalan Raya (roadside monitoring) untuk parameter SO2, CO,
NO2, HC, O3, PM10 dan penghitungan kinerja lalu lintas (Kecepatan lalu lintas dan Kerapatan
Kendaraan (VCR) di jalan raya). Seluruh kegiatan fisik dilakukan secara serentak di tiapkota di 3
ruas jalan arteri yang dipilih bersama dan dianggap mewakili kota tersebut.

Dari hasil evaluasi terhadap 26 kota pada tahun 2011 ini telah diperoleh 3 (tiga) kota dengan
nilai tertinggi sebagai Kota Langit Biru untuk Kategori Kota Metropolitan, yaitu Kota Surabaya,
Kota Medan dan Kota Jakarta Timur. Disamping itu telah ditetapkan pula 3 (tiga) Kota Langit
Biru Terbaik untuk Kategori Kota Besar, yaitu Kota Surakarta, Kota Batam dan Kota Malang.

Lebih lanjut, MenLH juga menegaskan, “Selain meningkatkan kualitas udara kota, Program
Langit Biru juga telah berhasil menjawab tantangan upaya-upaya inovatif untuk program
penurunan konsumsi bahan bakar minyak sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca yang
merupakan penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim dari sektor transportasi”.

Dalam rangka mendorong industri otomotif memproduksi kendaraan bermotor rendah emisi dan
rendah konsumsi bahan bakar berdasarkan pada teknologi terbaik yang tersedia di dunia, KLH
melalui kegiatan evaluasi penaatan baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru
melakukan pengujian melalui random sampling. Parameter yang dipantau meliputi emisi CO,
HC, PM dan NOx, fuel consumsion (carbon balance) dan CO2. Hasil pengukuran pengujian ini
akan dibandingkan dengan nilai rendah emisi sesuai dengan KepmenLH No. 252 Tahun 2004
tentang Peringkat Hasil Uji Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru.

Selain itu, KLH melalui kegiatan evaluasi penaatan baku mutu emisi gas buang kendaraan
bermotor tipe baru telah melakukan pengujian terhadap 33 jenis kendaraan bermotor roda 4. Dari
hasil pengujian ini, didapatkan nilai terbaik (a) untuk kendaraan berbahan bakar bensin yaitu
Honda CR-V RE3 2WD 2.4 CKD A/T dengan nilai 98.118; (b) untuk kendaraan berbahan bakar
solar yaitu Toyota Fortuner 2.5 G M/T dengan nilai 55.770.

Sebagai bentuk apresiasi kepada 6 (enam) kota terbaik sebagai “Kota Langit Biru 2011”, KLH
memberikan plakat dan sebuah sepeda listrik yang merupakan salah satu kendaraan ramah
lingkungan, serta plakat untuk Agen Pemegang Merek kendaraan rendah emisi dan rendah
konsumsi bahan bakar yang diwakili oleh PT. Honda Prospect Motor dan PT. Toyota Motor
Manufacturing.

Kegiatan lain yang dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan pencemaran udara di
kota adalah Pemantauan Kualitas Bahan Bakar di SPBU. Kualitas BBM sangat berpengaruh
terhadap emisi yang dihasilkan, semakin baik kualitas BBM tersebut maka semakin sedikit pula
emisi berbahaya yang dikeluarkan dari proses pembakarannya.

Anda mungkin juga menyukai