Anda di halaman 1dari 130

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Menurut federasi obstetric ginekologi internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila dihitung saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional, kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu, dan

trimester ketiga 13 minggu (Prawiohardjo, 2014).

b. Tanda-Tanda Kehamilan Trimester III

Pada masa rantai konsepsi (fertilisasi), implantasi (nidasi) terjadi

perubahan rohani dan jasmani, karena terdapat pengeluaran hormon

spesifik dan menimbulkan gejala dan tanda hamil sebagai tanda

dugaan hamil, tanda kemungkinan hamil, dan tanda pasti kehamilan

(Bandiyah, 2009).

Tanda-tanda kehamilan trimester III adalah tanda pasti yang

menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung

9
10

oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan menurut (Hani dkk, 2010)

terdiri atas hal-hal berikut ini :

1) Terdapat gerakan janin dalam Rahim pada usia kehamilan sekitar

20 minggu.

2) Denyut jantung janin dapat didengar pada usia 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler).

3) Teraba bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan

bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba

dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester akhir).

4) Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

c. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada ibu hamil Trimester III

1) Perubahan Fisiologis

a) Sistem Reproduksi

(1) Uterus

Pada usia gestasi 30 minggu, fundus uteri dapat

dipalpasi dibagian tengah antara umbilicus dan

sternum. Pada usia kehamilan 38 minggu, uterus

sejajar dengan sternum. Tuba uterin tampak agak

terdorong ke dalam di atas bagian tengah

uterus.Frekuensi dan kekuatan kontraksi otot segmen

atas rahim semakin meningkat. Oleh karena itu

segmen bawah uterus berkembang lebih cepat dan


11

meregang secara radial, yang jika terjadi bersamaan

dengan pembukaan serviks dan pelunakan jaringan

dasar pelvis, akan menyebabkan presentasi janin

memulai penurunannya ke dalam pelvis bagian atas.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya tinggi fundus

yang disebut dengan lightening.

Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc. Donald

No. Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


1. 22-28 minggu 24-25 cm diatas simfisis
2. 28 minggu 26,7 cm diatas simfisis
3. 30 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
4. 32 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
5. 34 minggu 31 cm diatas simfisis
6. 36 minggu 32 cm diatas simfisis
7. 38 minggu 33 cm diatas simfisis
8. 40 minggu 37,7 cm diatas simfisis
Sumber : Sofian, A. 2012.

Tabel 2.2
Tinggi Fundus Uteri Menurut Leopold

No. Usia Tinggi Fundus Uteri


Kehamilan
1. 28 minggu 2-3 jari diatas pusat
2. 32 minggu Pertengahan pusat – px
3. 36 minggu 3 jari dibawah pc atau sampai
setinggi pusat
4. 40 minggu Pertengahan pusat – px, tetapi
melebar kesamping
Sumber : Sofian, A. 2012
12

(2) Serviks Uteri

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan

menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini

terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya

edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan

terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-

kelenjar serviks (Prawiohardjo, 2011).

(3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti

dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu

korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium.

Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7

minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan

sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang

relatif minimal (Prawiohardjo, 2011).

(4) Vagina dan Vulva

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi

dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di

perinium dan vulva, sehingga pada vagina akan

terlihat berwarna keungu-unguan yang dikenal dengan

tanda Chadwick (Prawiohardjo, 2011).


13

(5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan

warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang

juga akan mengenai daerah payudara dan paha.

Perubahan ini dikenal dengan namastrie gravidarum.

Pada garis yang terdapat dipertengahan perutnya (linea

alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang

disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan

muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan

leher yang disebut dengan oblosma atau melisma

gravidarum. Selain itu, pada aerola dan daerah

genetalia akan terlihat pigmentasi yang berlebihan

(Prawiohardjo, 2011).

(6) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan

merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah

bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan

vena-vena dibawah kulit akan terlihat. Puting

payudara akan terliahat besar, kehitaman, tegak dan

terdapat colostrum (Prawiohardjo, 2011).


14

(7) Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama

kehamilan berasal dari uterus dan isinya.Kemudian

payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular.

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg (Prawiohardjo, 2011). Pada

trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi

baik dianjurkan menambah berat badan per minggu

sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi

kurang atau berlebih, dianjurkan menambah berat

badan per minggu masing-masing 0,5 kg dan 0,3 kg

(Prawiohardjo, 2011).

b) Sistem Kardiovaskular

Kondisi tubuh dapat memiliki dampak besar pada

tekanan darah.Posisi telentang dapat menurunkan curah

jantung hingga 25%.Kompresi vena cava inferior oleh

uterus yang membesar selama trimester ketiga

mengakibatkan menurunnya aliran balik vena.Sirkulasi

uteroplasenta menerima proposi curah jantung yang

terbesar, dengan aliran darah meningkat dari 1-2% pada

trimester pertama hingga 17% pada kehamilan cukup

bulan.Hal ini diwujudkan dalam peningkatan aliran darah


15

maternal ke dasar plasenta kira – kira 500 ml/menit pada

kehamilan cukup bulan. Menurut Irene M. Bobak

peningkatan volume darah terjadi selama kehamilan, mulai

pada 10-12 minggu usia kehamilan dan secara progresif

sampai dengan usia kehamilan 30-34 minggu. Anemia

adalah suatu kondisis dimana terdapat kekurangan sel

darah merah atau haemoglobin. Kadar Hb < 11 gr/dl (pada

trimester I dan III) atau < 10,5 g/dl (pada trimester II)

(Kemenkes RI, 2013). Menurut Manuaba, anemia pada ibu

hamil dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu tidak

anemia (Hb 11 gr/dl), anemia ringan (Hb 910 gr/dl),

anemia sedang (Hb 7-8 gr/dl), anemia berat (< 7 gr/dl)

(Suryandari dan Happinasari, 2015). Program intervensi

untuk menanggulangi ataupun mencegah kekurangan zat

besi salah satunya adalah peningkatan konsumsi makanan

kaya gizi.Untuk menanggulangi masalah anemia defisiensi

zat besi melalui peningkatan asupan makanan dapat

diupayakan dengan mengonsumsi bahan makanan yang

mengandung zat besi tinggi dan/atau meningkatkan

konsumsi bahan makanan yang bersifat meningkatkan

absorbsi zat besi. Memberikan zat besi 60 mg/hari dapat

menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl/bulan. Sedangkan


16

bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat

besi antara lain buah-buahan, sayur-sayuran yang kaya

akan vitamin A, C serta asam folat (Ani, L.S, 2013).

c) Sistem Respirasi

Perubahan hormonal pada kehamilan trimester tiga

yang memengaruhi aliran darah ke paru – paru

mengakibatkan banyak ibu hamil akan merasa susah

bernafas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan rahim

yang membesar yang dapat menekan diafragma, sehingga

ibu hamil merasa susah bernafas.

d) Sistem Pencernaan

Pada kehamilan trimester tiga, lambung berada pada

posisi vertikal dan bukan pada posisi normalnya, yaitu

horizontal.Kekuatan mekanis ini menyebabkan

peningkatan intragastrik dan perubahan sudut

persambungan gastro-esofageal yang mengakibatkan

terjadinya refluks esofageal yang lebih besar.Penurunan

drastis tonus dan motilitas lambung dan usus ditambah

relaksasi sfingter bawah esophagus merupakan faktor

predisposisi terjadinya nyeri ulu hati, konstipasi, dan

hemoroid.Hemoroid terjadi akibat konstipasi dan naiknya

tekanan vena-vena dibawah uterus termasuk vena


17

hemoroidal.Konstipasi dikarenakan hormon progesteron

menimbulkan gerakan usus makin berkurang (relaksasi

otot – otot polos) sehingga makanan lebih lama didalam

usus dan juga dapat terjadi karena kurangnya

aktifitas/senam dan penurunan asupan cairan.Nyeri ulu hati

dianggap akibat adanya sedikit peningkatan intragastrik

yang dikombinasikan dengan penurunan tonus sfingter

bawah esophagus sehingga asam lambung refluks ke

dalam esophagus bagian bawah.

e) Sistem Perkemihan

Perubahan anatomis yang sangat besar terjadi pada

system perkemihan saat hamil yaitu ginjal dan ureter.Pada

akhir kehamilan, terjadi peningkatan frekuensi Buang Air

Kecil (BAK) karena kepala janin mulai turun sehingga

kandung kemih tertekan.Perubahan struktur ginjal ini juga

merupakan aktivitas hormonal (estrogen dan progesteron),

tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan

peningkatan volume darah.

f) Sistem Muskuloskeletal

Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami

perubahan karena janin membesar dalam abdomen.Untuk

mengompensasi penambahan berat badan ini, bahu lebih


18

tertarik ke belakang dan tulang belakang lebih

melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur (Marmi,

2015). Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang

umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari

pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser

pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi

sakroiliaka, sakrokoksigis danx pubis akan meningkat

mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh

hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan

perubahan sikap ibu dan pada akhirnya dapat

menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita

(Saifuddin, dkk, 2014).

g) Kenaikan Berat Badan

Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg,

terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan volume

berbagai organ atau cairan intrauterine (Sukarni dan

Margaret, 2016).
19

Tabel 2.3
Perhitungan Berat Badan Berdasarkan Indeks Masa Tubuh

Kategori IMT Rekomendasi


Rendah <19,8 12,5-18
Normal 19,8-26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemeli 16-20,5
Sumber : Walyani, E. 2016.
Ket : IMT = BB/(TB)2IMT : Indeks Masa Tubuh
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
2) Perubahan Psikologis

a) Adaptasi Maternal

Kehamilan adalah suatu krisis yang mematangkan dan

dapat menimbulkan stress tetapi imbalannya adalah wanita

tersebut siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggung

jawab dan memberi perawatan. Konsep dirinya berubah,

siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya,

secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya

sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk

bertanggung jawab kepada makhluk lain (Salmah dkk,

2006).

b) Hubungan Interpersonal

Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap

untuk berperan sebagai ibu, pada saat anggota keluarganya


20

menyadari peran ibu mereka, bisa terjadi konflik dan

ketegangan.Diperlukan komunikasi yang efektif antara ibu

dengan suami dan keluarganya.Komponen yang penting di

sekeliling ibu hamil adalah ibunya sendiri, reaksi dalam

kehamilan anaknya, menghargai kemandirian anaknya,

keberadaanya dimasa lampau dan sekarang, dan keinginan

untuk mengenangnya (Salmah dkk, 2006).

c) Hubungan dengan Janin

Hubungan ibu dengan anak dimulai selama hamil,

ketika ibu menghayal dan memimpikan dirinya sebagai

ibu.Ibu ingin dekat, hangat, bercerita dengan bayinya dan

mencoba membayangkan adanya tangisan bayi, gangguan

terhadap kurangnya kebebasan dan kegiatan mengasuh

anak.Hubungan ibu dan anak berkembang dalam fase

selama hamil (Salmah dkk, 2006).

d. Tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester III

Kehamilan Trimester III adalah kehamilan pada usia 29-42

minggu atau 7-10 bulan. Pada umumnya 80-90% kehamilan

berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai

dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis

(Prawirohardjo, 2011).Berikut adalah tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III:
21

1) Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta

yaitu plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta previa

adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi

sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir. Solusio plasenta

adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal

terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.Pada

Kehamilan usia lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, banyak dan kadang-kadang tidak selalu disertai dengan

rasa nyeri (Asrinah, 2010).

2) Sakit Kepala Yang Berat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam

kehamilan.Sakit kepala yang serius adalah sakit kepala yang

hebat yang menetap dan tidak hilang setelah

beristirahat.Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat

tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah

gejala dari pre-eklampsi (Alickha, 2012)


22

3) Penglihatan Kabur

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak,

misalnya pandangan kabur atau berbayang. Perubahan

penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang

hebat. Assesmen yang mungkin adalah gejala dari

preeklampsia (Alickha, 2012).

4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu hamil mengalami

bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada

sore hari dan hilang setelah beristirahat dengan meninggikan

kaki. Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika

muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat

dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat

pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia (Alickha,

2012).

5) Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester

III.Ibu harus dapat membedakan antara urine dengan air

ketuban. Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis

dan berwarna putih keruh,berarti yang keluar adalah air

ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan,hati-hati akan


23

adanya persalinan preterm (< 37 minggu) dan komplikasi

infeksi intrapartum (Alickha, 2012).

6) Gerakan janin tidak terasa

Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama

bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan

bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakan bayi akan

melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring untuk beristirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik. Bayi harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal

10x dalam 24 jam.Jika kurang dari itu,maka waspada akan

adanya gangguan janin dalam rahim, misalnya asfiksia janin

sampai kematian janin (Alickha, 2012).

7) Nyeri perut yang hebat

Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah

bukan his seperti pada persalian. Pada kehamilan lanjut, jika

ibu merasakan nyeri yang hebat, tidak berhenti setelah

beristirahat, disertai tanda-tanda syok yang membuat keadaan

umum ibu makin lama makin memburuk dan disertai

perdarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita

harus waspada akan kemungkinan terjadinya solusio

placenta(Alickha, 2012).
24

Nyeri perut yang hebat bisa berarti apendiksitis, kehamilan

etopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm,

gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi

placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya

(Asrinah,2010).

e. Ketidaknyamanan dalam kehamilan pada Trimester III

Ketidaknyamanan kehamilan trimester III adalah keadaan tidak

nyaman yang dirasakan oleh ibu hamil trimester III yaitu dari mulai

umur kehamilan 28 m inggu sampai 40 minggu. Ketidaknyamanan

kehamilan trimester III meliputi:

1) Konstipasi atau sembelit

Konstipasi atau Sembelit selama kehamilan terjadi karena

Peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi

otot sehingga usus kurang efisien, konstipasi juga dipengaruhi

karena perubahan uterus yang semakin membesar, sehingga uterus

menekan daerah perut (utri, 2012).

2) Edema atau pembengkakan

Kaki bengkak terjadi pada hamil trimester ketiga.Terdapat dua

gangguan kaki bengkak yaitu retensi (penahanan) air dan garam

karena gestosis dan tertekannya pembulu darah, karena bagian

terendah bayi mulai masuk pintu atas panggul (Bandiyah, 2009).


25

3) Insomnia

Pada trimester ketiga kehamilan, bayi sering menendang,

sehingga ibu hamil akan merasa kurang nyaman dan merasa sulit

untuk tidur (Putri, 2012).

4) Nyeri punggung bawah (nyeri pinggang)

Nyeri punggung bawah (Nyeri pinggang) merupakan nyeri

punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung

bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring

pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat

pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya

(Putri, 2012).

5) Sering buang air kecil

Pada bulan-bulan pertama kehamialn kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan

sering berkemih. Keadaan ini akan menghilang dengan makin

tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada

akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas

panggul, keluhan itu akan kembali (Prawiohardjo, 2011).

6) Hemorrhoids

Secara khusus ketidaknyamanan ini terjadi pada trimester II

dan III.Hal ini sering terjadi karena konstipasi.Sama halnya

dengan varises, pembuluh darah vena didaerah anus juga


26

membesar.Diperparah lagi akibat tekanan kepala terhadap vena di

rektum (bagian dalam anus).Konstipasi berkontribusi dalam

menimbulkan pecahnya hemorrhoids sehingga menimbulkan

perdarahan (Putri, 2012).

7) Sesak Nafas

Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah

bernafas hal ini karena tekanan bayi yang berada dibawa

diafragma menekan paru ibu (Putri, 2012).

8) Kontraksi Perut

Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu.Kontraksi berupa

rasa sakit yang ringan, tidak teratur, dan hilang bila anda duduk

atau istirahat (Putri, 2012).

9) Keluar cairan vagina

Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah

normal.Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya

agak kental dan mendekati persalinan lebih cair (Putri, 2012).

10) Varises pada kaki

Varises adalah pembesaran pembuluh darah sampai tampak

dari luar (Bandiyah, 2009).

f. Kebutuhan Psikologis ibu hamil Trimester III

Menurut Janiwarty dalam bukunya yang berjudul Pendidikan

Psikologi untuk Bidan, ciri-ciri perubahan psikologis selama hamil di


27

trimester tiga ibu akan merasakan kecemasan atau khawatir, emosi

yang berubah ubah, adanya keinginan untuk berhubungan seksual.

g. Kebutuhan Fisiologis ibu hamil Trimester III

1) Nutrisi

Ibu hamil harus memenuhi kebutuhan nutrisinya seperti kalori,

asam folat, protein, kalsium dan zat besi dengan baik agar dapat

mencapai indeks masa tumbuh yang sesuai.

2) Oksigen

Ibu hamil membutuhkan udara yang bersih bebas dari polusi.

Pada ibu hamil, kebutuhan oksigen meningkat dari 500 ml

menjadi 700 ml dan ini relatif sama dari trimester I, II dan III.

Kriteria oksigen yang dimaksud adalah bersih dan segar, tidak

berpolusi dan kotor, tidak berbau.

3) Personal Hygiene

Personal hygine yang perlu diperhatikan yaitu perawatan

rambut, perawatan gigi, mandi untuk menjaga kebersihan kulit,

perawatan payudara, dan perawatan vulva danan vagina.

4) Seksualitas

Keinginan berhubungan seksual pada waktu hamil sebagian

besar tidak berubah, bahkan sebagian kecil makin meningkat,

berkaitan dengan meningkatnya hormon estrogen. Berhubungan


28

seks pada kehamilan itu boleh dilakukan dan tidak ada masalah

tapi pada kasus seperti riwayat kelahiran prematur, ancaman

keguguran, keluar cairan dari vagina yang tidak diketahui

penyebnya, penyakit menular seksual, plasenta previa, dan lain-

lain dilarang atau harus membatasi untuk melakukan hubungan

seksual selama kehamilan.

5) Pakaian

Pakaian yang baik untuk dikenakan pada ibu hamil harus

nyaman, mudah menyerap keringat, mudah dicuci, tanpa sabuk

atau pita yang menekan dibagian perut atau pergelangan tangan,

pakaian juga tidak baik terlalu ketat.

6) Senam Hamil

Senam yang dilakukan oleh ibu hamil pada setiap semester.

Senam hamil penting bagi seorang ibu yang sedang

mempersiapkan diri untuk persalinan terutama untuk ibu dengan

usia kandungan lebih dari 20 minggu.

7) Istirahat Dan Tidur

Selama hamil, tubuh ibu butuh tidur selama 6-8 jam sehari,

namun ibu hamil biasanya perlu tambahan waktu istirahat dan

tidur sekitar 30 menit hingga 1 jam setiap rentang 3 hingga 4 jam.


29

8) Eliminasi

a) Eliminasi Urin (BAK)

b) Eliminasi Alvi (BAB)

h. Asuhan Antenatal Care

1) Pengertian Antenatal Care

Asuhan anatenatal adalah upaya preventif pelayanan kesehatan

obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melaui

serangkaian pemantauan rutin kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013) Pelayanan

antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan

berkualitas diberikan pada semua ibu hamil. Tujuan umumnya

adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh

pelayanan antenatal yang bekualitas sehingga mampu menajalani

kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan

bayi yang sehat. Sedangkan tujuan khususnya ialah:

a) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan

berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,

konseling KB dan pemberian ASI.

b) Menghilangkan “missed opportunity” pada hamil dalam

mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan

berkualitas.
30

c) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang

dideritas ibu hamil.

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

e) Mempersiapkan ibu agar berjanlan normal dan pemberian ASI

ekslusif

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

g) Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan

pada ibu hamil sedini mungkin.

h) Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan

sesuai dengan sistem rujukan yang ada.

2) Jadwal Kunjungan ANC

Menurut Kemenkes RI (2013) untuk menghindari resiko

komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu

hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensip yang

berkualitas minimal 4 kali.


31

Tabel 2.4

Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Trimester Jumlah Waktu Kunjungan


Kunjungan yang Dianjurkan
Minimal
I 1x Sebelum minggu ke-16
II 1x Antara minggu ke 24-28
III 2x Antara minggu ke 30-32
Antara minggu ke 36-38
Sumber :Saifuddin, dkk. 2013

Tujuan dari asuhan antenatal adalah memantau kemajuan

kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan

persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu

agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif,

empersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi (Saifuddin, dkk, 2013). Setiap kehamilan dapat berkembang

menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.Itu sebabnya mengapa

ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya

(Saifuddin, dkk. 2013).


32

3) Standar Pelayanan ANC

Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, ada sepuluh

standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan yang dikenal

dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T yaitu

sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2013):

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan (T1)

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan

pertunbuhan janin. Berat badan ibu selama hamil akan

bertambah 6,8-15,8 kg, pengukuran berat badan dilakukan

untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil, jika

kenaikan berat badan ibu kurang dari normal, kemungkinan ibu

berisiko keguguran, anak lahir prematur, berat badan lahir

rendah, gangguan kekuatan rahim saat mengeluarkan anak dan

perdarahan post partum (Sinclair, 2010).

b) Pemeriksaan tekanan darah (T2)

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah

>140/90 mmHg) pada kehamilan dan pre-eklamsia (hipertensi

disertai edema pada ektermitas dan atau proteinuria).Tekanan

darah yang normal 110/80 sampai dengan 140/90 mmHg, bila


33

melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya pre-

eklamsia.

c) Nilai status gizi/ ukur lingkar tangan atas (T3)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama

oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil

berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK), disini maksudnya

ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang

dari 23,5 cm, ibu hamil dengan KEK dikhawatirkan akan

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Depkes RI, 2009).

d) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (T4)

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin

sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.Standar pengukuran

menggunakan pita ukur setelah kehamilan 24 minggu.


34

Tabel 2.2
Tinggu Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan

Tinggi Fundus Tinggi Fundus Uteri Usia


Uteri (Leopold) Kehamilan
berdasarkan cm
22 cm Sepusat 24 minggu
S 25 cm 3 jari atas pusat 28 minggu
27 cm Pertengahan pusat dan 32 minggu
processus xifoideus (px)
30 cm 1 jari bawah px 36 minggu
33 cm 2 jari bawah px 40 minggu
Sumber :Sulistyawati, 2011
e) Menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (T5)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir

semester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal.Pemeriksaan ini dlakukan untuk mengetahui letak

janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala

atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan

letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian denyut

jantung janin dilakukan pada akhir semester I dan selanjutnya

setiap kali kunjungan antenatal.Denyut jantung janin yang

normal yaitu > 120 kali/menit atau < 160 kali/menit.Apabila

salah satu dari itu terjadi maka menunjukkan adanya gawat

janin.
35

f) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi

Tetanus Toksoid bila diperlukan (T6)

Imunisasi artinya kekebalan.Pemberian imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) artinya pemberian kekebalan penyakit tetanus

pada ibu dan bayi yang dikandungnya.Sehingga pada saat

melahirkan ibu dan bayi terhindar dari penyakit tetanus

(Mandriwati, 2011).Pada saat kontak pertama, ibu hamil

diskrining status imunisasi TT-nya, pemberian imunisasi TT

pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat

ini.Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar

mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus.Ibu hamil

dengan status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu

diberikan imunisasi TT lagi.Pemberian imunisasi TT tidak

mempunyai interval maksimal, hanya terdapat interval minimal

(Kementrian Kesehatan Indonesia, 2013).

Tabel 2.3
Jadwal Pemberian Imunisasi TT
TT Interval % Masa
Perlindungan Perlindungan
TT1 - 0% -
TT2 4 minggu setelah TT1 80% 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 95% 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 99% 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 99% Seumur hidup
36

Sumber : Kemenkes Indonesia, 2013

g) Pemberian Tablet Zat Besi Minimal 90 tablet selama kehamilan

(T7)

Pemberian tablet besi (Fe) sebnyak minimal 90 tablet

selama kehamilan (T7) Untuk mencegah anemia zat besi,

setiap ibu hamil harus mendapatkan tablet tambah darah dan

asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan

sejak kontak pertama. Tablet penambah darah dapat diberikan

sebanyak 1 tablet sehari. Tiap tablet mengandung FeSO4 320

mg (zat besi 60 mg) dan Asam Folat 500 mg, minimal masing-

masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum

bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan

(Depkes RI, 2013).

h) Tes laboratorium rutin dan khusus (T8)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil

adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.

Pemeriksaan labortorium rutin adalah pemeriksaan

laboratorium yang harus dilakukan setiap ibu hamil yaitu

golongan darah, haemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik

daerah endermis (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan

laboratoium khusus adalah pemeriksaan laboratorium yang


37

dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan

kunjungan antenatal. Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi :

i) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk

mmpersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

j) Pemeriksaan kadar Haemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar haemoglobin darah ibu hamil dilakukan

minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester

ketiga. Pemeriksaan ini ditunjukkan untuk mengetahui ibu

hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama

kehamilannya.

k) Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan

pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.Pemeriksaan ini

ditunjukkan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu

hamil.Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

pre-eklamsia pada ibu hamil.

l) Pemeriksan glukosa urin

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya


38

minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

kedua, dan sekali pada trimester ketiga.

m) Pemeriksaan Veneral Diseases Research Laboratory (VDRL)

Tes laboratorium untuk mendeteksi penyakit menular

seksual HIV/AIDS

4) Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

atau P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan

dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

komplikasi bagi ibu hamil termasuk perencanaan penggunaan KB

pasca salin dengan menggunakan stiker sebagai media notofikasi

sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Adapun tujuan khusus program

P4K ini adalah terdatanya status ibu hamil, adanya perencanaan

persalinan dan terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat.

Adapun manfaat dari P4K yaitu :

a) Mempercepat berfungsinya desa siaga

b) Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standart

c) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

terampil

d) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun


39

e) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini

f) Meningkatnya peserta KB pascasalin

g) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi

h) Menurunnya kesakitan dan kematian ibu dan bayi

2. Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen Asuhan Kebidanan mengacu pada KEPEMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan kebidanan yang

meliputi :

a. Standar I : Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien.Meliputi :

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan,

riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial

budaya)

a) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami.

b) Umur : Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah wanita

dengan usia 20-35 tahun. Usia di bawah 20 tahun dan diatas 35

tahun mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi.

Usia di bawah 20 tahun meningkatkan insiden pre-eklampsia

dan usia diatas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes melitus


40

tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang lama pada nulipara,

seksiosesaria, persalinan preterm, IUGR, anomaly kromosom

dan kematian janin (Varney, dkk, 2008).

c) Suku / Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang wanita

berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan,

pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.

d) Agama : Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai

dengan keyakinannya.

e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu

sehingga tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi

termasuk dalam hal pemberian konseling sesuai dengan

pendidikan terakhirnya.

f) Pekerjaan : Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi

pencapaian status gizinya (Hidayat, 2009). Hal ini dapat

dikaitkan antara asupan nutrisi ibu dengan tumbung kembang

janin dalam kandungan, yang dalam hal ini dipantau melalui

tinggi fundus uteri ibu hamil.

g) Alamat : Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan

dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.

(1) Keluhan Utama : Menurut Bobak, dkk (2005),

Prawirohardjo (2011) dan Varney, dkk (2008), keluhan


41

yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi sering

kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat

pembesaran uterus serta merasa khawatir akan kelahiran

bayinya dan keselamatannya. Konstipasi dan sering lelah

merupakan hal yang wajar dikeluhkan oleh ibu hamil

(Mochtar, 2015). Selain itu, ketidaknyamanan yang

dirasakan ibu hamil trimester 3 antara laininsomnia,

kesemutan, keputihan, kram pada kaki, edema dependen,

ptialism, hemoroid, konstipasi, dan varises pada kaki dan

atau vulva. Keringat berlebih dan gusi berdarah juga

disebut ketidaknyamanan pada ibu hamil (Sulistyawati,

2014).

(2) Riwayat Menstruasi : Untuk mengkaji kesuburan dan siklus

haid ibu sehingga didapatkan hari pertama haid terakhir

(HPHT) untuk menentukan usia kehamilan dan

memperkirakan tanggal taksiran persalinannya

(Prawirohardjo, 2011).

(3) Riwayat Perkawinan : Untuk mengetahui kondisi

psikologis ibu yang akan mempengaruhi proses adaptasi

terhadap kehamilan, persalinan dan masa nifas-nya.

(4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu :

Untuk mengetahui kejadian masa lalu ibu mengenai masa


42

kehamilan, persalinan dan masa nifas-nya. Komplikasi

pada kehamilan, persalinan dan nifas dikaji untuk

mengidentifikasi masalah potensial yang kemungkinan

akan muncul pada kehamilan, persalinan dan nifas kali ini.

Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik

untuk memperkirakan lama persalinan kali ini. Metode

persalinan sebelumnya merupakan indikasi untuk

memperkirakan persalinan kali ini melalui seksio sesaria

atau melalui per vaginam. Berat badan janin sebelumnya

yang dilahirkan per vaginam dikaji untuk memastikan

keadekuatan panggul ibu untuk melahirkan bayi saat ini

(Varney, dkk, 2008).

(5) Riwayat Hamil Sekarang : Untuk mengetahui beberapa

kejadian maupun komplikasi yang terjadi pada kehamilan

sekarang. Hari pertama haid terakhir digunakan untuk

menentukan tafsiran tanggal persalinan dan usia kehamilan.

Gerakan janin yang dirasakan ibu bertujuan untuk

mengkaji kesejahteraan janin (Varney, dkk, 2008). Gerakan

janin mulai dapat dirasakan pada minggu ke-16 sampai

minggu ke-20 kehamilan (Bobak, dkk, 2005).

(6) Riwayat Penyakit yang Lalu / Operasi : Adanya penyakit

seperti diabetes mellitus dan ginjal dapat memperlambat


43

proses penyembuhan luka (Hidayat, 2009). Gangguan

sirkulasi dan perfusi jaringan dapat terjadi pada penderita

diabetes melitus. Selain itu, hiperglikemia dapat

menghambat fagositosis dan menyebabkan terjadinya

infeksi jamur dan ragi pada luka jalan lahir (Johnson dan

Taylor, 2005).

(7) Riwayat Penyakit Keluarga : Untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga.

(8) Riwayat Gynekologi : Untuk mengetahui riwayat kesehatan

reproduksi ibu yang kemungkinan memiliki pengaruh

terhadap proses kehamilannya.

(9) Riwayat Keluarga Berencana : Untuk mengetahui

penggunaan metode kontrasepsi ibu secara lengkap dan

untuk merencanakan penggunaan metode kontrasepsi

setelah masa nifas ini.

(10) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

(a) Pola Nutrisi : Makanan yang dianjurkan untuk ibu

hamil antara lain daging tidak berlemak, ikan, telur,

tahu, tempe, susu, brokoli, sayuran berdaun hijau

tua, kacangan-kacangan, buah dan hasil laut seperti

udang. Sedangkan makanan yang harus dihindari

oleh ibu hamil yaitu hati dan produk olahan hati,


44

makanan mentah atau setengah matang, ikan yang

mengandung merkuri seperti hiu dan marlin serta

kafein dalam kopi, teh, coklat maupun kola. Selain

itu, menu makanan dan pengolahannya harus sesuai

dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (Mochtar,

2011).

(b) Pola Eliminasi : Pada kehamilan trimester III, ibu

hamil menjadi sering buang air kecil dan konstipasi.

Hal ini dapat dicegah dengan konsumsi makanan

tinggi serat dan banyak minum air putih hangat

ketika lambung dalam keadaan kosong untuk

merangsang gerakan peristaltik usus (Mochtar,

2011).

(c) Pola Istirahat : Pada wanita usia reproduksi (20-35

tahun) kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar

8-9 jam (Hidayat, 2009).

(d) Psikososial : Pada setiap trimester kehamilan ibu

mengalami perubahan kondisi psikologis.

Perubahan yang terjadi pada trimester 3 yaitu

periode penantian dengan penuh kewaspadaan.

Oleh karena itu, pemberian arahan, saran dan

dukungan pada ibu tersebut akan memberikan


45

kenyamanan sehingga ibu dapat menjalani

kehamilannya dengan lancar (Varney, dkk, 2008).

3) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan

penunjang)adalah data yang diperoleh mulai pemeriksaan fisik

secara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, pemeriksaan panggul,

pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium dan penunjang.

a) Hasil Pemeriksaan

(1) Keadaan Umum : Baik

(2) Kesadaran : Bertujuan untuk menilai status kesadaran

ibu. Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu

mengalami kesadaran penuh dengan memberikan

respons yang cukup terhadap stimulus yang diberikan

(Hidayat, 2009).

(3) Keadaan Emosional : Stabil.

(4) Tinggi Badan : Untuk mengetahui apakah ibu dapat

bersalin dengan normal. Batas tinggi badan minimal bagi

ibu hamil untuk dapat bersalin secara normal adalah 145

cm. Namun, hal ini tidak menjadi masalah jika janin

dalam kandungannya memiliki taksiran berat janin yang

kecil (Kemenkes RI, 2013).

(5) Berat Badan : Penambahan berat badan minimal selama

kehamilan adalah ≥ 9 kg (Kemenkes RI, 2013).


46

(6) LILA : Batas minimal LILA bagi ibu hamil adalah 23,5

cm (Kemenkes RI, 2013).

(7) Tanda-tanda Vital : Rentang tekanan darah normal pada

orang dewasa sehat adalah 100/60 – 140/90 mmHg,

tetapi bervariasi tergantung usia dan variable lainnya.

WHO menetapkan hipertensi jika tekanan sistolik ≥ 160

mmHg dan tekanan diastolic ≥ 95 mmHg. Pada wanita

dewasa sehat yang tidak hamil memiliki kisaran denyut

jantung 70 denyut per menit dengan rentang normal 60-

100 denyut per menit. Namun selama kehamilan

mengalami peningkatan sekitar 15-20 denyut per menit.

Nilai normal untuk suhu per aksila pada orang dewasa

yaitu 35,8-37,3° C (Johnson dan Taylor, 2005).

Sedangkan menurut Varney, dkk (2006), pernapasan

orang dewasa normal adalah antara 16-20 ×/menit.

b) Pemeriksaan Fisik

(1) Muka : Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang

bervariasi pada wajah dan leher (Chloasma

Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating Hormone

(Mochtar, 2011). Selain itu, penilaian pada muka juga

ditujukan untuk melihat ada tidaknya pembengkakan


47

pada daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan bentuk

wajah (Hidayat, 2009).

(2) Mata : Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai

warna , yang dalam keadaan normal berwarna

putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva

dilakukan untuk mengkaji munculnya anemia.

Konjungtiva yang normal berwarna merah muda

(Hidayat, 2009). Selain itu, perlu dilakukan

pengkajian terhadap pandangan mata yang kabur

terhadap suatu benda untuk mendeteksi

kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.

(3) Mulut : Untuk mengkaji kelembaban mulut dan

mengecek ada tidaknya stomatitis.

(4) Gigi / Gusi : Gigi merupakan bagian penting yang

harus diperhatikan kebersihannya sebab berbagai

kuman dapat masuk melalui organ ini (Hidayat,

2009). Karena pengaruh hormon kehamilan, gusi

menjadi mudah berdarah pada awal kehamilan

(Mochtar, 2011).

(5) Leher : Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid

tidak terlihat dan hampir tidak teraba sedangkan


48

kelenjar getah bening bisa teraba seperti kacang

kecil (Hidayat, 2009).

(6) Payudara : Menurut Bobak, dkk (2005) dan

Prawirohardjo (2011), payudara menjadi lunak,

membesar, vena-vena di bawah kulit lebih terlihat,

puting susu membesar, kehitaman dan tegak, areola

meluas dan kehitaman serta muncul strechmark

pada permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai

kesimetrisan payudara, mendeteksi kemungkinan

adanya benjolan dan mengecek pengeluaran ASI.

(7) Perut :Inspeksi : Muncul Striae Gravidarum dan

Linea Gravidarum pada permukaan kulit perut

akibat Melanocyte Stimulating Hormon (Mochtar,

2011).Palpasi :Leopold 1, pemeriksa menghadap ke

arah muka ibu hamil, menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus.

Leopold 2, menentukan batas samping rahim kanan

dan kiri, menentukan letak punggung janin dan

pada letak lintang, menentukan letak kepala janin.

Leopold 3, menentukan bagian terbawah janin dan

menentukan apakah bagian terbawah tersebut sudah

masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat


49

digerakkan. Leopold 4, pemeriksa menghadap ke

arah kaki ibu hamil dan menentukan konvergen

(Kedua jari-jari pemeriksa menyatu yang berarti

bagian terendah janin belum masuk panggul) atau

divergen (Kedua jari-jari pemeriksa tidak menyatu

yang berarti bagian terendah janin sudah masuk

panggul) serta seberapa jauh bagian terbawah janin

masuk ke pintu atas panggul (Mochtar, 2011).

Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160

×/menit (Kemenkes RI, 2010). Pada akhir trimester

III menjelang persalinan, presentasi normal janin

adalah presentasi kepala dengan letak memanjang

dan sikap janin fleksi (Cunningham, dkk, 2009).

Tafsiran Berat Janin : Menurut Manuaba, dkk

(2007), berat janin dapat ditentukan dengan rumus

Lohnson, yaitu :

(a) Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas

panggul

Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram

(b) Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas

panggul
50

Berat janin = (TFU – 11) × 155 gram

(8) Ano – Genetalia : Pengaruh hormon estrogen dan

progesteron adalah pelebaran pembuluh darah

sehingga dapat terjadi varises pada sekitar

genetalia. Namun tidak semua ibu hamil

mengalami varises pada daerah tersebut (Mochtar,

2011). Pada keadaan normal, tidak terdapat

hemoroid pada anus.

(9) Ektremitas : Tidak ada edema, tidak ada varises

dan refleks patella menunjukkan respons positif.

c) Pemeriksaan Penunjang

(1) Hemoglobin : Wanita hamil dikatakan anemia jika

kadar hemoglobin-nya < 10 gram/dL. Jadi, wanita

hamil harus memiliki hemoglobin> 10gr/dL

(Varney, dkk, 2006).

(2) Golongan darah : Untuk mempersiapkan calon

pendonor darah jika sewaktu-waktu diperlukan

karena adanya situasi kegawatdaruratan (Kemenkes

RI, 2013).

(3) USG : Pemeriksaan USG dapat digunakan pada

kehamilan muda untuk mendeteksi letak janin,


51

perlekatan plasenta, lilitan tali pusat, gerakan janin,

denyut jantung janin, mendeteksi tafsiran berat

janin dan tafsiran tanggal persalinan serta

mendeteksi adanya kelainan pada kehamilan

(Mochtar, 2011). Pada trimester 3, komponen

minimal pada pemeriksaan ultrasonografi adalah

jumlah janin, aktivitas jantung janin, posisi janin,

lokasi plasenta, volume cairan amnion, perkiraan

berat janin dan parameter profil biofisik (Varney,

dkk, 2006).

(4) Protein urine dan glukosa urine : Urine negative

untuk protein dan glukosa (Varney, dkk, 2006).

b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, seperti G2P1A0usia 22 tahun usia kehamilan 30 minggu

fisiologis dan janin tunggal hidup. Perumusan masalah disesuaikan

dengan kondisi ibu. Menurut Bobak, dkk (2005) dan Prawirohardjo

(2010), keluhan yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi

sering kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat pembesaran

uterus serta rasa khawatir akan kelahiran bayinya dan keselamatannya.

Selain itu, konstipasi dan sering lelah merupakan hal wajar dikeluhkan

oleh ibu hamil (Mochtar, 2011).


52

c. Standar III : Perencanaan

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara

komprehensif. Sesuai dengan Kemenkes RI (2013), standar pelayanan

antenatal merupakan rencana asuhan pada ibu hamil yang minimal

dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, antara lain timbang berat

badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur LILA, ukur TFU,

tentukan status imunisasi dan berikan imunisasi TT sesuai status

imunisasi, berikan tablet tambah darah, tentukan presentasi janin dan

hitung DJJ, berikan konseling mengenai lingkungan yang bersih,

kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara,

body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil,

serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi, berikan pelayanan tes

laboratorium sederhana, dan lakukan tatalaksana.

d. Standar IV : Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan

rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,

efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan

kebidanan pada ibu hamil itu meliputi menimbang berat badan,


53

mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur LILA,

mengukur TFU, menentukan status imunisasi dan memberikan

imunisasi TT sesuai status imunisasi, memberikan tablet tambah

darah, menentukan presentasi janin dan menghitung DJJ, memberikan

konseling mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi,

pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik,

kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan

persalinan dan kelahiran bayi, memberikan pelayanan tes laboratorium

sederhana, dan melakukan tatalaksana.

e. Standar V : Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,

dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti

sesuai dengan kondisi ibu.Berikut adalah uraian evaluasi dari

pelaksanaan.Telah dilakukan penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan, tekanan darah, LILA, dan TFU.Status

imunisasi tetanus ibu telah diketahui dan telah diberikan imunisasi TT

sesuai dengan status imunisasi.Telah diberikan tablet tambah darah

minimal 90 tablet selama kehamilan.Telah didapat presentasi janin dan

denyut jantung janin.Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali

mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat

dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan seksual,


54

kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan persalinan dan

kelahiran bayi.Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium.Telah

diberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan

permasalahan yang dialami.

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, lengkap dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.Meliputi :

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS,Status Pasien/buku

KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,

kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan


55

g. Asuhan Kebidanan pada ibu hamil

1) Data Objektif (O)

a) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang atau datalaboratorium, meliputi kadar

hemoglobin, hematokrit, kadar leukosit dan golongan darah.

b) Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah Kebidanan

Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain sebagai

berikut.

1) Paritas

Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang

berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan).Dibedakan

dengan primiogravida (hamil yang pertama kali) dan

multigravida (hamil yang kedua atau lebih).

a. Usia Kehamilan dalam Minggu

b. Keadaan janin

c. Normal atau tidak normal

c) Perencanaan

d) Implementasi

e) Melakukan Evaluasi tindakan yang dilakukan

f) Catatan Perkembangan
56

B. Persalinan

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2013)

b. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Manuaba (2010) kala pendahuluan memberikan

tanda-tandasebagai berikut:

1) Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.

Padamultipara, hal tersebut tidak begitu jelas.

2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”


57

5) Serviks menjadi lembek; mulai mendatar, dan

sekresinyabertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).

c. Penyebab Mulainya Persalinan

Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum

diketahui benar, tapi perlu diketahui ada dua hormone yang dominan

saat hamil. (Arsinah, dkk, 2010)

1) Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot Rahim serta

memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

prostaglandin dan mekanis.

2) Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas rahim, menghambat

rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin

dan mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos

relaksasi.

Ada beberapa Teori penyebab terjadinya persalinan (Arsinah,

dkk, 2010) yaitu :

a) Teori Keregangan
58

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam

dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut, maka

akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai

(Arsinah, dkk, 2010)

b) Teori Penurunan Hormon Progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu,

dimana terjadi penimbangan jaringan ikat sehingga pembuluh

darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi

progesterone mengalami penurunan sehingga otot rahim

mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan

progesterone tertentu (Arsinah,dkk,2010)

c) Teori Oksitosin Internal

Oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofisis pars

posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone

dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi

progesterone akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan

oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga dimulai (Arsinah,

dkk,2010)

d) Teori Prostaglandin

Konsepsi prostaglandin meningkat sejak umur

kehamilan 15 minggu, yang di keluarkan oleh


59

desidua.Pemberian prostaglandin saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi

dapat di keluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu

terjadinya persalinan (Arsinah,dkk,2010).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut

Prawirahardjo (2014) adalah diantaranya sebagai berikut:

1) Faktor power

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin

keluar.Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut,

kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang

baik dan sempurna dan tenaga mengejan.

2) Faktor passager

Passager yaitu faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak,

presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin.

3) Faktor passage

Passage yaitu jalan lahir, dibagi menjadi bagian keras yaitu

tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan bagian lunak yaitu

otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.

4) Faktor psikologi
60

Keadaan psikologi ibu memengaruhi proses persalinan.

Dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang

berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.

5) Faktor penolong

Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik yang dimiliki

penolong, diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam

memberikan asuhan tidak terjadi sehingga memperlancar proses

persalinan.

e. Mekanisme Persalinan

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan

serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi

kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk

ke dalam rongga panggul.Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh,

2009) di antaranya adalah :

1) Penurunan (Kepala masuk PAP)

Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium),

sayap sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis dan

pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam

sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang

pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :

a) Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat

sudut lancip kepan dengan pintu atas panggul.


61

b) Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat

studut lancip kebelakang dengan pintu atas panggul.

2) Fleksi

Fleksi yaitu posisi dagu bayi menempel dada dan ubun-ubun

kecil rendah dari ubun-ubun besar. Kepala memasuki ruang

panggul dengan ukuran paling kecil (diameter

suboksipitobregmatika = 9,5) dan di dasar panggul kepala berada

dalam fleksi maksimal.

3) Putar Paksi Dalam

Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan

dari belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas dipragma

pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang

mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di

bawah simpisis.

4) Defleksi

Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun

kecil di bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala

mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan

akhirnya dagu.

5) Putar Paksi Luar

Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk

menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.


62

6) Ekspulsi

Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam

keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul,

sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada

dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru

kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting

di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di

lakukan sehingga tindakan operatif tidak dapat dilakukan (Rustam

Mochtar,2002).

f. Partogr af

Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik,

memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf

dapat dipakai untuk memberikan peringatan awal bahwa suatu

persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, serta

perlunya rujukan.Hal tersebut sangat penting khususnya untuk

membuat keputusan klinis selama kala I persalinan.Kegunaan utama

partograf ada 2 yaitu :

1) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan

memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam

2) Menentukan apakah persalinan berjalan normal atau persalinan

lama, sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai

kemungkinan persalinan lama.


63

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan

membantu penolong persalinan untuk melakukan :

(1) Mencatat kemjuan persalinan

(2) Mencatat kondisi ibu dan janin

(3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran

(4) Mengidentifikasi secara dini adanya penyulit

(5) Menggunakan informasi yang ada untuk membuat

keputusan klinis

Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh

informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam,

kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan

laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dicatat sesuai cara pencatatan partograf. Isi partograf antara

lain:

1) Informasi tentang ibu

Nama dan umur; gravida, para, abortus; nomor catatan medik;

tanggal dan waktu mulai dirawat;dan aktu pecahnya selaput

ketuban.

2) Kondisi janin:

Denyut jantung janin, warna dan adanya air ketuban, penyusupan

(molase) kepala janin.


64

3) Kemajuan persalinan

Pembukaan serviks; penurunan bagian terbawah atau presentasi

janin; garis waspada dan garis bertindak.

4) Waktu dan jam

Waktu mulainya fase aktif persalinan dan waktu aktual saat

pemeriksaan atau penilaian.

5) Kontraksi uterus

Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit; lama kontraksi

(dalam detik); obat-obatan yang diberikan; oksitosin; obat-obatan

lainnya dan cairan IV yang diberikan.

6) Kondisi ibu

Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh; urin (volume, aseton

atau protein).

Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4

cm dan berakhir saat pembukaan lengkap.Pencatatan selama fase aktif

persalinan harus dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan janin

dinilai dan dicatat dengan cara:

1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit.

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit.

3) Nadi : setiap 30 menit.

4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.


65

5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.

6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam30.

7) Produksi urin (2 – 4 Jam), aseton dan protein : sekali

g. Tahapan Persalinan

Menurut Sofian (2011) proses persalinan normal adalah

sebagaiberikut:

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender

bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka

(dilatasi) dan mendatar (effacement).Darah berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler di sekitar kanalis sevisis akibat pergeseran

ketika serviks mendatar dan membuka.Lamanya kala ini pada

primi berlangsung 13 jam dan pada multi adalah 7 jam.Kala

pembukaan dibagi atas 2 fase.

a) Fase Laten : Pembukaan serviks yang berlangsung lambat

sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

b) Fase Aktif : Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3

sub fase, yaitu :

(1) Periode Akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm

(2) Periode Dilatasi Maksimal (Steady) : selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm


66

(3) Periode Deselerasi : belangsung lambat, dalam waktu 2

jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap)

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan

lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.Kepala janin telah turun dan

masuk ke ruang panggul sehingga tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa

mengedan.Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau

buang air besar, dengan tanda anus terbuka.Pada waktu his, kepala

janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum merenggang.

Dengan his dan mengeden yang terpimpin, akan lahir kepala,

diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung

selama 1 ½ jam, pada multi ½ - 1 jam.

3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.Uterus

teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta

yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya.Beberapa saat

kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu

5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina,

dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas

simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-

30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan


67

pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Lamanya kala III pada

primi adalah ½ jam dan pada multi ¼ jam.

4) Kala IV (Kala Observasi)

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi

lahir danuri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap

bahayaperdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi

adalah 14 ½jam dan pada multi adalah 7 ½ jam.

h. Perubahan Fisiologis Pada Masa Persalinan

1) Kontraksi, dorongan otot-otot dinding

Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat

tersendiri.Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya

kontraksi normal muskulus.Kontraksi ini dikendalikan oleh syaraf

intrinsic, tidak disadari, tidak dapat diatur oleh ibu bersalin, baik

frekuensi maupun lama kontraksi. (Sumarah, 2008)

2) Uterus

Uterus terbentuk dari pertemuan duktus Muller kanan dan kiri

digaris tengah sehingga otot rahim terbentuk dari dua spiral yang

saling beranyaman dan membentuk sudut disebelah kanan dan kiri

sehingga pembuluh darah dapet tertutup dengan kuat saat terjadi

kontraksi (Myles, 2009). Terjadi perbedaan pada bagian uterus :

a) Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan

palpasi akan teraba keras saat kontraksi.


68

b) Segmen bawah : terdiri atas uterus dan cerviks, merupakan

daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan

pemendekan segmen bawah uterus.

c) Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus

membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan

kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi

patologis yang dinamakan cincin bandl.

3) Pergeseran Organ Dasar Panggul

Jalan lahir disokong dan secara fungsional ditutup oleh

sejumlah lapisan jaringan yang bersama-sama membentuk dasar

panggul.Struktur yang paling penting adalah m. levator ani dan

fasia yang membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang

demi praktisnya dapat dianggap sebagai dasar panggul.Kelompok

otot ini menutup ujung bawah rongga panggul sebagai sebuah

diafragma sehingga memperlihatkan permukaan atas yang cekung

dan bagian bawah yang cembung. Di sisi lain, m. levator ani

terdiri atas bagian pubokoksigeus dan iliokoksigeus. Bagian

posterior dan lateral dasar panggul, yang tidak diisi oleh m. levator

ani, diisi oleh m. piriformis dan m. koksigeus pada sisi lain.

Ketebalan m. levator ani bervariasi dari 3 sampai 5 mm

meskipun tepi-tepinya yang melingkari rektum dan vagina agak

tebal.Selama kehamilan, m. levator ani biasanya mengalami


69

hipertrofi.Pada pemeriksaan pervaginam tepi dalam otot ini dapat

diraba sebagai tali tebal yang membentang ke belakang dari pubis

dan melingkari vagina sekitar 2 cm di atas himen.Sewaktu

kontraksi, m. levator ani menarik rektum dan vagina ke atas sesuai

arah simfisis pubis sehingga bekerja menutup vagina.Otot-otot

perineum yang lebih superfisial terlalu halus untuk berfungsi lebih

dari sekadar sebagai penyokong (Prawirohardjo, 2011).

Pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah

janin memainkan peran penting untuk membuka bagian atas

vagina.Namun, setelah ketuban pecah, perubahan-perubahan dasar

panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh

bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas

peregangan serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian

tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan

terbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan

episiotomi) struktur membran tipis yang hampir transparan dengan

tebal kurang dari 1 cm. Ketika perineum teregang maksimal, anus

nenjadi jelas membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2

sampai 3 cm dan di sini dinding anterior rektum menonjol. Jumlah

dan besar pembuluh darah yang luar biasa yang memelihara

vagina dan dasar panggul menyebabkan kehilangan darah yang

amat besar kalau jaringan ini robek.


70

4) Ekspulsi Janin

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah

kedua bahu lahir disusui lahirlah trochanter depan dan belakang

sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan,

bahu belakang, badan seluruhnya

i. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

1) Dukungan fisik dan psikologis

Dukungan fisik dan psikologis tidak hanya diberikan oleh

bidan, melainkan suami, keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan

yang lain. Dukungan dapat dimulai sejak awal ibu mengalami

kehamilan. Dukungan fisik dan emosional harus sesuai dengan

aspek sayang ibu yaitu:

a) Aman, sesuai evidence based dan menyumbangkan

keselamatan jiwa ibu;

b) Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, serta emosional

serta merasa didukung dan didengarkan;

c) Menghormati praktek budaya, keyakinan agama, ibu/keluarga

sebagai pengambil keputusan;

d) Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum

memakai teknologi canggih; dan


71

e) Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta

dapat dipahami oleh ibu. (Sumarah dkk,2009).

2) Kebutuhan cairan dan nutrisi

Berdasar hasil penelitian terdahulu bahwa pemberian makanan

padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak

disetujui.Motilitas, absorpsi dan sekresi asam lambung

menurun.Hal ini dapat menyebabkan makanan dapat tertinggal di

lambung sehingga dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun

demikian, kebutuhan akan cairan masih diperbolehkan. Selama

persalinan, ibu memerlukan minum dan sangat dianjurkan minum

minuman yang manis dan berenergi (Sumarah dkk,2009).

3) Kebutuhan eliminasi

Selama persalinan terjadi penekanan pada pleksus sakrum oleh

bagian terendah janin sehingga menyebabkan retensi urin maupun

sering berkemih. Retensi urin terjadi apabila:

a) Tekanan pada pleksus sakrum menyebabkan terjadinya

inhibisi impuls sehingga vesica uretra menjadi penuh tetapi

tidak timbul rasa berkemih;

b) Distensi yang menghambat saraf reseptor pada dinding vesica

uretra;

c) Tekanan oleh bagian terendah pada vesica uretra dan uretra;


72

d) Kurangnya privasi/postur yang kurang baik;

e) Kurangnya kesadaran untuk berkemih; dan

f) Anastesi regional, epidural, blok pudendal sehingga obat

mempengaruhi saraf vesica uretra.

Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu

difasilitasi agar membantu kemajuan persalinan dan pasien merasa

nyaman. Oleh karena itu, anjurkan ibu untuk bereliminasi secara

spontan minimal 2 jam sekali selama persalinan, apabila tidak

mungkin dapat dilakukan kateterisasi (Sumarah

dkk,2009).Pengaruh kandung kemih penuh selama persalinan,

sebagai berikut:

a) Menghambat penurunan bagian terendah janin, terutama bila

berada di atas spina isciadika;

b) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus;

c) Menimbulkan nyeri yang tidak perlu;

d) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II;

e) Memperlambat kelahiran plasenta; dan

f) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dengan

menghambat kontraksi uterus (Sumarah dkk,2009).


73

2. Manajemen Asuhan Persalinan

Manajemen asuhan persalinan mengacu pada KEPEMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan kebidanan yang

meliputi :

a. Standar I : Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien.Meliputi :

1) Data tepat, akurat dan lengkap

a) Data Subjektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan, riwayat

obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)

(1) Identitas

(a) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami

(b) Umur : Semakin tua usia seorang ibu akan

berpengaruh terhadap kekuatan mengejan selama

proses persalinan. Menurut Varney, dkk (2008),

usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

mempredisposisi wanita terhadap sejumlah

komplikasi. Usia di bawah 20 tahun

meningkatkan insiden pre-eklampsia dan usia

diatas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes

melitus tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang


74

lama pada nulipara, seksio sesaria, persalinan

preterm, IUGR, anomali kromosom dan

kematian janin.

(c) Suku / Bangsa : Asal daerah dan bangsa seorang

ibu berpengaruh terhadap pola pikir mengenai

tenaga kesehatan dan adat istiadat yang dianut.

(d) Agama : Untuk mengetahui keyakinan ibu

sehingga dapat membimbing dan mengarahkan

ibu untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya.

(e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat

intelektual ibu sehingga tenaga kesehatan dapat

melalukan komunikasi termasuk dalam hal

pemberian konseling sesuai dengan pendidikan

terakhirnya.

(f) Pekerjaan : Status ekonomi seseorang dapat

mempengaruhi pencapaian status gizinya

(Hidayat, 2009). Hal ini dikaitkan dengan berat

janin saat lahir. Jika tingkat sosial ekonominya

rendah, kemungkinan bayi lahir dengan berat

badan rendah.
75

(g) Alamat : Bertujuan untuk mempermudah tenaga

kesehatan dalam melakukan follow up terhadap

perkembangan ibu.

a) Keluhan Utama : Rasa sakit pada perut dan pinggang

akibat kontraksi yang datang lebih kuat, sering dan

teratur, keluarnya lendir darah dan keluarnya air

ketuban dari jalan lahir merupakan tanda dan gejala

persalinan yang akan dikeluhkan oleh ibu menjelang

akan bersalin (Mochtar, 2015).

b) Pola Nutrisi : Bertujuan untuk mengkaji cadangan

energi dan status cairan ibu serta dapat memberikan

informasi pada ahli anestesi jika pembedahan

diperlukan (Varney, dkk, 2008).

c) Pola Eliminasi : Saat persalinan akan berlangsung,

menganjurkan ibu untuk buang air kecil secara rutin

dan mandiri, paling sedikit setiap 2 jam (Varney, dkk,

2008).

d) Pola Istirahat : Pada wanita dengan usia 18-40 tahun

kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam

(Hidayat, 2009).

b) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang)
76

(1) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Kesadaran : Bertujuan untuk menilai status

kesadaran ibu. Composmentis adalah status

kesadaran dimana ibu mengalami kesadaran

penuh dengan memberikan respons yang cukup

terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat,

2009).

(c) Keadaan Emosional : Stabil.

(d) Berat Badan : Bertujuan untuk menghitung

penambahan berat badan ibu.

(2) Tanda-tanda Vital : Secara garis besar, pada saat

persalinan tanda-tanda vital ibu mengalami

peningkatan karena terjadi peningkatan metabolisme

selama persalinan. Tekanan darah meningkat selama

kontraksi yaitu peningkatan tekanan sistolik 10-20

mmHg dan diastolik 5-10 mmHg dan saat diantara

waktu kontraksi tekanan darah akan kembali ke

tingkat sebelum persalinan. Rasa nyeri, takut dan

khawatir dapat semakin meningkatkan tekanan

darah. Peningkatan suhu normal adalah peningkatan

suhu yang tidak lebih dari 0,5° C sampai 1° C.


77

Frekuensi denyut nadi di antara waktu kontraksi

sedikit lebih tinggi dibanding selama periode

menjelang persalinan. Sedikit peningkatan frekuensi

nadi dianggap normal. Sedikit peningkatan frekuensi

pernapasan masih normal selama persalinan (Varney,

dkk, 2008).

(3) Pemeriksaan Fisik

(a) Muka : Muncul bintik-bintik dengan ukuran

yang bervariasi pada wajah dan leher

(Chloasma Gravidarum) akibat Melanocyte

Stimulating Hormon (Mochtar, 2015). Selain

itu, penilaian pada muka juga ditujukan untuk

melihat ada tidaknya pembengkakan pada

daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan

bentuk wajah (Hidayat, 2009).

(b) Mata : Pemeriksaan sclera bertujuan untuk

menilai warna , yang dalam keadaan normal

berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan

konjungtiva dilakukan untuk mengkaji

munculnya anemia. Konjungtiva yang normal

berwarna merah muda (Hidayat, 2009). Selain

itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap


78

pandangan mata yang kabur terhadap suatu

benda untuk mendeteksi kemungkinan

terjadinya pre-eklampsia.

(c) Payudara : Menurut Bobak, dkk (2005) dan

Prawirohardjo (2011), akibat pengaruh hormon

kehamilan, payudara menjadi lunak,

membesar, vena-vena di bawah kulit akan lebih

terlihat, puting payudara membesar, kehitaman

dan tegak, areola meluas dan kehitaman serta

muncul strechmark pada permukaan kulit

payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan

payudara, mendeteksi kemungkinan adanya

benjolan dan mengecek pengeluaran ASI.

(d) Ekstremitas : Tidak ada edema, tidak ada

varises dan refleks patella menunjukkan

respons positif.

(4) Pemeriksaan Khusus

(a) Obstetri

Abdomen

Inspeksi : Menurut Mochtar (2015), muncul

garis-garis pada permukaan kulit perut (Striae

Gravidarum) dan garis pertengahan pada perut


79

(Linea Gravidarum) akibat Melanocyte

Stimulating Hormon.

Palpasi :Leopold 1, pemeriksa menghadap ke

arah muka ibu hamil, menentukan tinggi

fundus uteri dan bagian janin yang terdapat

pada fundus. Leopold 2, menentukan batas

samping rahim kanan dan kiri, menentukan

letak punggung janin dan pada letak lintang,

menentukan letak kepala janin. Leopold 3,

menentukan bagian terbawah janin dan

menentukan apakah bagian terbawah tersebut

sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih

dapat digerakkan. Leopold 4, pemeriksa

menghadap ke arah kaki ibu hamil dan

menentukan bagian terbawah janin dan berapa

jauh bagian terbawah janin masuk ke pintu atas

panggul (Mochtar, 2015).

Tafsiran Tanggal Persalinan : Bertujuan untuk

mengetahui apakah persalinanya cukup bulan,

prematur atau postmatur.


80

Tafsiran Berat Janin : Menurut Manuaba, dkk

(2007), berat janin dapat ditentukan dengan

rumus Lohnson, yaitu :

1) Jika kepala janin belum masuk ke pintu

atas panggul

Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram

2) Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas

panggul

Berat janin = (TFU – 11) × 155 gram

Auskultasi : Denyut jantung janin normal

adalah antara 120-160 ×/menit (Kemenkes RI,

2013).

Bagian Terendah : Pada akhir trimester III

menjelang persalinan, presentasi normal janin

adalah presentasi kepala dengan letak

memanjang dan sikap janin fleksi

(Cunningham, dkk, 2009).

Kontraksi : Durasi kontraksi uterus sangat

bervariasi, tergantung pada kala persalinan ibu

tersebut. Kontraksi pada awal persalinan

mungkin hanya berlangsung 15 sampai 20

detik sedangkan pada persalinan kala I fase


81

aktif berlangsung dari 45 sampai 90 detik

dengan durasi rata-rata 60 detik.Informasi

mengenai kontraksi ini membantu untuk

membedakan antara konraksi persalinan sejati

dan persalinan palsu (Varney, dkk, 2008).

(b) Gynekologi

Ano – Genetalia

Inspeksi : Pengaruh hormon estrogen dan

progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh

darah sehingga terjadi varises pada sekitar

genetalia. Namun tidak semua ibu hamil akan

mengalami varises pada daerah tersebut

(Mochtar, 2015). Pada keadaan normal, tidak

terdapat hemoroid pada anus serta

pembengkakan pada kelenjar bartolini dan

kelenjar skene.Pengeluaran pervaginam seperti

bloody show dan air ketuban juga harus dikaji

untuk memastikan adanya tanda dan gejala

persalinan (Mochtar, 2015).

Vaginal Toucher : Pemeriksaan vaginal toucher

bertujuan untuk mengkaji penipisan dan

pembukaan serviks, bagian terendah, dan status


82

ketuban. Jika janin dalam presentasi kepala,

moulding, kaput suksedaneum dan posisi janin

perlu dikaji dengan pemeriksaan dalam untuk

memastikan adaptasi janin dengan panggul ibu

(Varney, dkk, 2008). Pembukaan serviks pada

fase laten berlangsung selama 7-8 jam.

Sedangkan pada fase aktif dibagi menjadi 3 fase

yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan

fase deselerasi yang masing-masing fase

berlangsung selama 2 jam (Mochtar, 2015).

Kesan Panggul : Bertujuan untuk mengkaji

keadekuatan panggul ibu selama proses

persalinan (Varney, dkk, 2008). Panggul paling

baik untuk perempuan adalah jenis ginekoid

dengan bentuk pintu atas panggul hampir bulat

sehingga membantu kelancaran proses persalinan

(Prawirohardjo, 2011).

b) Pemeriksaan Penunjang

(1) Hemoglobin : Selama persalinan, kadar hemoglobin

mengalami peningkatan 1,2 gr/100 ml dan akan

kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari


83

pertama pasca partum jika tidak kehilangan darah

yang abnormal (Varney, dkk, 2008).

(2) Cardiotocography (CTG) : Bertujuan untuk

mengkaji kesejahteraan janin.

(3) USG : Pada akhir trimester III menjelang persalinan,

pemeriksaan USG dimaksudkan untuk memastikan

presentasi janin, kecukupan air ketuban, tafsiran

berat janin, denyut jantung janin dan mendeteksi

adanya komplikasi (Mochtar, 2015).

(4) Protein Urine dan glukosa urine : Urine negative

untuk protein dan glukosa (Varney, dkk, 2008).

b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa persalinan disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti G2P1A0usia 22 tahun usia kehamilan

39 minggu inpartu kala I fase aktif dan janin tunggal hidup.

Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Rasa takut,

cemas, khawatir dan rasa nyeri merupakan permasalahan yang dapat

muncul pada proses persalinan (Varney, dkk, 2008).

c. Standar III : Perencanaan

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi

ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara


84

komprehensif. Penilaian dan intervensi yang akan dilakukan saat

persalinan adalah

1) Kala I

a) Lakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi ukur

tanda-tanda vital ibu, hitung denyut jantung janin, hitung

kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan dalam, serta catat

produksi urine, aseton dan protein (WHO, 2013).

b) Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.

c) Atur aktivitas dan posisi ibu yang nyaman.

d) Fasilitasi ibu untuk buang air kecil.

e) Hadirkan pendamping ibu seperti suami maupun anggota

keluarga selama proses persalinan.

f) Ajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.

g) Berikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic rocking,

kompres hangat dingin pada pinggang, berendam dalam air

hangat maupun wangi-wangian serta ajari ibu tentang teknik

relaksasi dengan cara menarik napas panjang secara

berkesinambungan untuk mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan oleh ibu.

h) Informasikan tentang perkembangan dan kemajuan persalinan

pada ibu maupun keluarga.

2) Kala II
85

a) Anjurkan ibu untuk mimilih posisi yang nyaman saat bersalin.

b) Ajari ibu cara meneran yang benar.

c) Lakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal.

3) Kala III

a) Lakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan

managemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan

persalinan normal.

4) Kala IV

a) Lakukan penjahitan luka jika ada luka pada jalan lahir.

b) Fasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri, istirahat dan

nutrisi.

c) Lakukan observasi kala IV sesuai dengan standar asuhan

persalinan normal.

d. Standar IV : Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan

dengan rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada ibu.

1) Kala I

a) Melakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi

mengukur tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung


86

janin, menghitung kontraksi uterus, melakukan pemeriksaan

dalam, serta mencatat produksi urine, aseton dan protein

(WHO, 2013).

b) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.

c) Mengatur aktivitas dan posisi ibu.

d) Memfasilitasi ibu untuk buang air kecil.

e) Menghadirkan pendamping ibu seperti suami maupun

anggota keluarga selama proses persalinan.

f) Mengajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.

g) Memberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic

rocking, kompres hangat dingin pada pinggang, berendam

dalam air hangat maupun wangi-wangian serta mengajari ibu

tentang teknik relaksasi dengan cara menarik napas panjang

secara berkesinambungan untuk mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan oleh ibu.

h) Menginformasikan tentang perkembangan dan kemajuan

persalinan pada ibu maupun keluarga.

2) Kala II

a) Menganjurkan ibu untuk mimilih posisi yang nyaman saat

bersalin.

b) Mengajari ibu cara meneran yang benar.


87

c) Melakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal.

3) Kala III

a) Melakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan

managemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan

persalinan normal.

4) Kala IV

a) Melakukan penjahitan luka jika ada luka pada jalan lahir.

b) Memfasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri, istirahat

dan nutrisi.

c) Melakukan observasi kala IV sesuai dengan standar asuhan

persalinan normal.

e. Standar V : Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,

dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti

sesuai dengan kondisi ibu.

5) Kala I

a) Telah dilakukan pengawasan menggunakan partograf,

meliputi ukur tanda-tanda vital ibu, hitung denyut jantung

janin, hitung kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan dalam,

serta catat produksi urine, aseton dan protein (WHO, 2013).


88

b) Ibu bersedia untuk makan dan minum sebagai upaya

persiapan kelahiran bayi.

c) Ibu memilih untuk jalan-jalan terlebih dahulu lalu berbaring

dengan posisi miring ke kiri.

d) Ibu bersedia untuk buang air kecil secara mandiri.

e) Suami ibu dan atau anggota keluarga ibu telah mendampingi

ibu selama proses persalinan.

f) Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik relaksasi dengan

benar.

g) Telah diberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic

rocking, kompres hangat dingin pada punggung, berendam

dalam air hangat maupun wangi-wangian pada ibu, ibu dapat

melakukan teknik relaksasi dengan menarik napas panjang

dengan baik dan benar serta ibu merasa nyaman.

h) Ibu maupun keluarga telah mendapatkan informasi mengenai

perkembangan dan kemajuan persalinan.

6) Kala II

a) Ibu memilih posisi setengah duduk untuk melahirkan bayinya.

b) Ibu mengerti dan dapat meneran dengan benar.

c) Bayi lahir jam 10.00 WIB menangis kuat dengan jenis

kelamin laki-laki (Hanya sebagai contoh).

7) Kala III
89

a) Plasenta lahir spontan dan lengkap pada jam 10.10 WIB

dengan luka pada jalan lahir (Hanya sebagai contoh).

8) Kala IV

a) Luka pada jalan lahir telah didekatkan dengan teknik

penjahitan jelujur dan benang cromic.

b) Ibu bersedia untuk disibin, istirahat, makan dan minum.

c) Observasi kala IV telah dilakukan sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal.

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, lengkap dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan.Meliputi :

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir ang tersedia (Rekam Medis/KMS,Status Pasien/buku

KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan

6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan


90

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;

penyuluhan, kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan.

C. Bayi Baru Lahir

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Menurut saifuddin, bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran. Menurut M. Sholeh Kosim, bayi

baru lahir normal adalah berat bayi lahir antara 2500-4000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan

kongenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi, 2015).

b. Perubahan Fisiologis Bayi Segera Setelah Lahir

1) Termoregulasi

Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru

lahir kelingkungannya melalui cara pertama evaporasi yaitu

kehilangan panas melalui proses penguapan atau perpindahan panas

dengan cara merubh cairan menadi uap. Cara kedua konduksi yaitu

kehilangan panas dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak

langsung dengan tubuh bayi.Cara ketiga konveksi yaitu kehilangan

panas tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan

tubuh bayi.Cara keempat radiasi yaitu kehilangn panas yang terjadi


91

karena bayi ditempatkn di dekat benda-bend yng mempunyai suhu

lebih rendh dari suhu tubuh bayi. (Muslihatun, 2010)

2) Sistem Pernafasan

Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika

harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama

kali. Dan proses pernapasan ini bukanlah kejadian yang mendadak,

tetapi telah dipersiapkan lama sejak intrauterin. Selama dalam

uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui

plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paruparu

bayi. Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio,

tepatnya pada umur kehamilan 24 hari dan pada umur kehamilan

34-36 minggu struktur peru-peru matang, artinya paru-paru sudah

bisa mengembangkan sistem alveoli. Pernafasan pertama pada bayi

normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir. Saat

kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan

yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan

tibatiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan

yang ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian

perifer paru-paru untuk kemudian diabsorbsi. Karena terstimulus

oleh sensor kimia, suhu,


92

serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk yang

pertama kalinya (Marmi, 2015).

3) Sistem Pencernaan

Secara fungsional, saluran pencernaan bayi belum matur

dibandingkan orang dewasa. Sebelum lahir janin cukup bulan akan

mulai mengisap dan menelan. Kapasitas lambung sangat terbatas,

kurang dari 30 ml untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas

lambung ini akan bertambah secara perlahan, seiring dengan

pertumbuhan bayi. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi

sendiri sangat penting, contohnya memberikan makan sesuai

keinginan bayi atau ASI on demand (Rochmah, 2012).

4) Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan bersirkulasi keseluruh tubuh guna

menghantarkan oksigen ke jaringan.Perubahan sirkulasi ini terjadi

akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah

tubuh.Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung berpengaruh pada

aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah

mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan

resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Vena umbilikus,

duktus venosus, dan arteri hipogastrika pada tali pusat menutup

secara fungsional dalam beberapa menit setelah bayi lahir dan


93

setelah talipusat di klem.Penutupan anatomi jaringan fibrosa

berlangsung dalam 2-3 bulan (Rochmah, 2012).

5) Metabolisme Glukosa

Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Setelah

talipusat diklem, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar

glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir kadar glukosa

darah akan turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi baru lahir yang tidak

dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat

glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai

persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan

menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama

bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Keseimbangan

glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada

bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan

dalam satu jam pertama, otak bayi akan mengalami risiko. Bayi

baru lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin merupakan

kelompok yang paling berisiko, karena simpanan energi mereka

berkuang atau digunakan sebelum lahir (Rochmah, 2012).

6) Sistem Ginjal

Janin membuang toksin dan homeostatis cairan/elektrolit

melalui plasenta. Setelah lahir ginjal berperan dalam homeostatis

cairan/elektrolit. Lebih dari 90% bayi berkemih dalah usia 24 jam,


94

dan memproduksi urine 1-2 ml/jam. Pematangan ginjal berkembang

sampai usia gestasi 36 minggu. (Deslidel, 2011)

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dibedakan menjadi

yaitu asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir sampai dengan 2

(dua) jam dan setelah 2 (dua) jam setelah lahir.

Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir mengacu pada

KEPEMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan

kebidanan yang meliputi :

a. Standar I : Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien.Meliputi :

1) Data Subjektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan, riwayat

obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)

a) Identitas Bayi

(1) Nama : Untuk mengenal bayi.

(2) Jenis Kelamin : Untuk memberikan informasi pada

ibu dan keluarga serta memfokuskan saat

pemeriksaan genetalia.

(3) Anak ke- : Untuk mengkaji adanya kemungkinan

siblingrivalry.
95

b) Identitas Orangtua

(1) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami.

(2) Umur : Usia orangtua mempengaruhi

kemampuannya dalam mengasuh dan merawat

bayinya.

(3) Suku / Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang

wanita berpengaruh terhadap pola pikir mengenai

tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang

dianut.

(4) Agama : Untuk mengetahui keyakinan orangtua

sehingga dapat menuntun anaknya sesuai dengan

keyakinannya sejak lahir.

(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual

orangtua yang dapat mempengaruhi kemampuan dan

kebiasaan orangtua dalam mengasuh, merawat dan

memenuhi kebutuhan bayinya.

(6) Pekerjaan : Status ekonomi seseorang dapat

mempengaruhi pencapaian status gizi (Hidayat,,

2009). Hal ini dapat dikaitkan dengan pemenuhan

nutrisi bagi bayinya. Orangtua dengan tingkat sosial

ekonomi yang tinggi cenderung akan memberikan

susu formula pada bayinya.


96

(7) Alamat : Bertujuan untuk mempermudah tenaga

kesehatan dalam melakukan follow up terhadap

perkembangan bayi.

c) Data Kesehatan

(1) Riwayat Kehamilan : Untuk mengetahui beberapa

kejadian atau komplikasi yang terjadi saat

mengandung bayi yang baru saja dilahirkan.

Sehingga dapat dilakukan skrining test dengan tepat

dan segera.

(2) Riwayat Persalinan : Untuk menentukan tindakan

segera yang dilakukan pada bayi baru lahir.

2) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang)

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan Umum : Baik

(2) Tanda-tanda Vital : Pernapasan normal adalah antara

30-60 kali per menit, dihitung ketika bayi dalam posisi

tenang dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan

(Varney, dkk, 2008). Bayi baru lahir memiliki frekuensi

denyut jantung 110-160 denyut per menit dengan rata-

rata kira-kira 130 denyut per menit. Angka normal pada


97

pengukuran suhu bayi secara aksila adalah 36,5-37,5°

C (Johnson dan Taylor, 2005).

(3) Antropometri : Kisaran berat badan bayi baru lahir

adalah 2500-4000 gram, panjang badan sekitar 48-52

cm, lingkar kepala sekitar 32-37 cm, kira-kira 2 cm

lebih besar dari lingkar dada (30-35 cm) (Ladewig,

London dan Olds, 2006). Bayi biasanya mengalami

penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama

yang harus kembali normal pada hari ke-10. Sebaiknya

bayi dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4

dan hari ke-10 untuk memastikan berat badan lahir

telah kembali (Johnson dan Taylor, 2005).

(4) Apgar Score : Skor Apgar merupakan alat untuk

mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir dalam

hubungannya dengan 5 variabel. Penilaian ini

dilakukan pada menit pertama, menit ke-5 dan menit

ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan

bahwa bayi berada dalam keadaan baik (Johnson dan

Taylor, 2005).

b) Pemeriksaan Fisik Khusus

(1) Kulit : Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda,

mengindikasikan perfusiperifer yang baik. Bila bayi


98

berpigmen gelap, tanda-tanda perfusiperifer baik dapat

dikaji dengan mengobservasi membran mukosa,

telapak tangan dan kaki. Bila bayi tampak pucat atau

sianosis dengan atau tanpa tanda-tanda distress

pernapasan harus segera dilaporkan pada dokter anak

karena dapat mengindikasikan adanya penyakit. Selain

itu, kulit bayi juga harus bersih dari ruam, bercak,

memar, tanda-tanda infeksi dan trauma (Johnson dan

Taylor, 2005).

(2) Kepala :Fontanel anterior harus teraba datar. Bila

cembung, dapat terjadi akibat peningkatan tekanan

intracranial sedangkan fontanel yang cekung dapat

mengindikasikan adanya dehidrasi. Moulding harus

sudah menghilang dalam 24 jam kelahiran.

Sefalhematoma pertama kali muncul pada 12 sampai

36 jam setelah kelahiran dan cenderung semakin besar

ukurannya, diperlukan waktu sampai 6 minggu untuk

dapat hilang. Adanya memar atau trauma sejak lahir

harus diperiksa untuk memastikan bahwa proses

penyembuhan sedang terjadi dan tidak ada tanda-tanda

infeksi (Johnson dan Taylor, 2005).


99

(3) Mata : Inspeksi pada mata bertujuan untuk

memastikan bahwa keduanya bersih tanpa tanda-tanda

rabas. Jika terdapat rabas, mata harus dibersihkan dan

usapannya dapat dilakukan jika diindikasikan (Johnson

dan Taylor, 2005).

(4) Telinga : Periksa telinga untuk memastikan jumlah,

bentuk dan posisinya. Telinga bayi cukup bulan harus

memiliki tulang rawan yang cukup agar dapat kembali

ke posisi semulai ketika digerakkan ke depan secara

perlahan. Daun telinga harus berbentuk sempurna

dengan lengkungan-lengkungan yang jelas pada

bagian atas. Posisi telinga diperiksa dengan penarikan

khayal dari bagian luar kantus mata secara horizontal

ke belakang le arah telinga. Ujung atas daun telinga

harus terletak di atas garis ini. Letak yang lebih rendah

dapat berkaitan dengan abnormalitas kromosom,

seperti Trisomi 21. Lubang telinga harus diperiksa

kepatenannya. Adanya kulit tambahan atau aurikel

juga harus dicatat dan dapat berhubungan dengan

abnormalitas ginjal (Johnson dan Taylor, 2005).

(5) Hidung : Tidak ada kelainan bawaan atau cacat lahir.


100

(6) Mulut : Pemeriksaan pada mulut memerlukan

pencahayaan yang baik dan harus terlihat bersih,

lembab dan tidak ada kelainan seperti palatoskisis

maupun labiopalatoskisis (Bibir sumbing) (Johnson

dan Taylor, 2005).

(7) Leher : Bayi biasanya berleher pendek, yang harus

diperiksa adalah kesimetrisannya. Perabaan pada leher

bayi perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya

pembengkakan, seperti kista higroma dan tumor

sternomastoid. Bayi harus dapat menggerakkan

kepalanya ke kiri dan ke kanan. Adanya pembentukan

selaput kulit mengindikasikan adanya abnormalitas

kromosom, seperti sindrom Turner dan adanya lipatan

kulit yang berlebihan di bagian belakang leher

mengindikasikan kemungkinan adanya Trisomo 21

(Johnson dan Taylor, 2005).

(8) Klavikula : Perabaan pada semua klavikula bayi

bertujuan untuk memastikan keutuhannya, terutama

pada presentasi bokong atau distosia bahu, karena

keduanya berisiko menyebabkan fraktur klavikula,

yang menyebabkan hanya mampu sedikit bergerak


101

atau bahkan tidak bergerak sama sekali (Johnson dan

Taylor, 2005).

(9) Dada : Tidak ada retraksi dinding dada bawah yang

dalam (WHO, 2013).

(10) Umbilikus : Tali pusat dan umbilikus harus diperiksa

setiap hari untuk mendeteksi adanya perdarahan tali

pusat, tanda-tanda pelepasan dan infeksi. Biasanya tali

pusat lepas dalam 5-16 hari. Potongan kecil tali pusat

dapat tertinggal di umbilikus sehingga harus diperiksa

setiap hari. Tanda awal terjadinya infeksi di sekitar

umbilikus dapat diketahui dengan adanya kemerahan

disekitar umbilikus, tali pusat berbau busuk dan

menjadi lengket (Johnson dan Taylor, 2005).

(11) Ekstermitas : Bertujuan untuk mengkaji kesimetrisan,

ukuran, bentuk dan posturnya. Panjang kedua kaki

juga harus dilakukan dengan meluruskan keduanya.

Posisi kaki dalam kaitannya dengan tungkai juga harus

diperiksa untuk mengkaji adanya kelainan posisi,

seperti deformitas anatomi yang menyebabkan tungkai

berputar ke dalam, ke luar, ke atas atau ke bawah.

Jumlah jari kaki dan tangan harus lengkap. Bila bayi

aktif, keempat ekstremitas harus dapat bergerak bebas,


102

kurangnya gerakan dapat berkaitan dengan trauma

(Johnson dan Taylor, 2005).

(12) Punggung : Tanda-tanda abnormalitas pada bagian

punggung yaitu spina bifida, adanya pembengkakan,

dan lesung atau bercak kecil berambut (Johnson dan

Taylor, 2005).

(13) Genetalia : Pada perempuan vagina berlubang,

uretra berlubang dan labia minora telah menutupi

labiamayora. Sedangkan pada laki-laki, testis berada

dalam skrotum dan penis berlubang pada ujungnya

(Saifuddin, 2006).

(14) Anus : Secara perlahan membuka lipatan bokong lalu

memastikan tidak ada lesung atau sinus dan memiliki

sfingterani (Johnson dan Taylor, 2005).

(15) Eliminasi : Keluarnya urine dan mekonium harus

dicatat karena merupakan indikasi kepatenan ginjal

dan saluran gastrointestinal bagian bawah (Johnson

dan Taylor, 2005).

c) Pemeriksaan Refleks

(1) Morro : Respon bayi baru lahir akan menghentakkan

tangan dan kaki lurus ke arah luar sedangkan lutut

fleksi kemudian tangan akan kembali ke arah dada


103

seperti posisi dalam pelukan, jari-jari nampak terpisah

membentuk huruf C dan bayi mungkin menangis

(Ladewig, dkk, 2006). Refleks ini akan menghilang

pada umur 3-4 bulan. Refleks yang menetap lebih dari

4 bulan menunjukkan adanya kerusakan otak. Refleks

tidak simetris menunjukkan adanya hemiparises,

fraktur klavikula atau cedera fleksus brakhialis.

Sedangkan tidak adanya respons pada ekstremitas

bawah menunjukkan adanya dislokasi pinggul atau

cidera medulla spinalis (Hidayat, 2009).

(2) Rooting : Setuhan pada pipi atau bibir menyebabkan

kepala menoleh ke arah sentuhan (Ladewig, dkk,

2008). Refleks ini menghilang pada 3-4 bulan, tetapi

bisa menetap sampai umur 12 bulan khususnya selama

tidur. Tidak adanya refleks menunjukkan adanya

gangguan neurologi berat (Hidayat, 2009).

(3) Sucking : Bayi menghisap dengan kuat dalam

berenspons terhadap stimulasi. Refleks ini menetap

selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur

tanpa stimulasi. Refleks yang lemah atau tidak ada

menunjukkan kelambatan perkembangan atau

keaadaan neurologi yang abnormal (Hidaya, 20089.


104

(4) Grasping : Respons bayi terhadap stimulasi pada

telapak tangan bayi dengan sebuah objek atau jari

pemeriksa akan menggenggam (Jari-jari bayi

melengkung) dan memegang objek tersebut dengan

erat (Ladewig, dkk, 2005). Refleks ini menghilang

pada 3-4 bulan. Fleksi yang tidak simetris

menunjukkan adanya paralisis. Refleks menggenggam

yang menetap menunjukkan gangguan serebral.

(Hidayat, 2009).

(5) Startle : Bayi meng-ekstensi dan mem-fleksi lengan

dalam merespons suara yang keras, tangan tetap rapat

dan refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan.

Tidak adanya respons menunjukkan adanya gangguan

pendengaran (Hidayat, 2009).

(6) Tonic Neck : Bayi melakukan perubahan posisi bila

kepala diputar ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi

ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang

berlawanan. Normalnya refleks ini tidak terjadi pada

setiap kali kepala diputar. Tampak kira-kira pada umur

2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan (Hidayat,

2009).
105

(7) Neck Righting : Bila bayi terlentang, bahu dan badan

kemudian pelvis berotasi ke arah dimana bayi diputar.

Respons ini dijumpai selama 10 bulan pertama. Tidak

adanya refleks atau refleks menetap lebih dari 10

bulan menunjukkan adanya gangguan sistem saraf

pusat (Hidayat, 2009).

(8) Babinski : Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki

dorsofleksi, dijumlah sampai umur 2 tahun. Bila

pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2

tahun menunjukkan adanya tanda lesi ekstrapiramidal

(Hidayat, 2009).

(9) Merangkak : Bayi membuat gerakan merangkak

dengan lengan dan kaki bila diletakkan pada abdomen.

Bila gerakan tidak simetris menunjukkan adanya

abnormalitas neurologi (Hidayat, 2009).

(10) Menari atau melangkah : Kaki bayi akan bergerak ke

atas dan ke bawah bila sedikit disentuhkan ke

permukaan keras. Hal ini dijumpai pada 4-8 minggu

pertama kehidupan. Refleks menetap melebihi 4-8

minggu menunjukkan keadaan abnormal (Hidayat,

2009).
106

(11) Ekstruasi : Lidah ekstensi keluar bila disentuh dan

dijumpai pada umur 4 bulan. Esktensi lidah yang

persisten menunjukkan sindrom Down (Hidayat,

2009).

Galant’s : Punggung bergerak ke arah samping bila

distimulasi dan dijumpai pada 4-8 minggu pertama.

Tidak adanya refleks menunjukkan

b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan (NCB SMK).Masalah yang dapat terjadi pada bayi baru

lahir adalah bayi kedinginan.

c. Standar III : Perencanaan

Menurut Bobak, dkk (2005), penanganan bayi baru lahir antara

lain bersihkan jalan napas, potong dan rawat tali pusat, pertahankan

suhu tubuh bayi dengan cara mengeringkan bayi dengan handuk

kering dan lakukan IMD, berikan vitamin K 1 mg, lakukan

pencegahan infeksi pada tali pusat, kulit dan mata serta berikan

imunisasi Hb-0.

d. Standar IV : Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan

dengan rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara


107

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada bayi, meliputi membersihkan jalan napas, memotong dan

merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara

mengeringkan bayi dengan handuk kering dan melakukan IMD,

memberikan vitamin K 1 mg, melakukan pencegahan infeksi pada tali

pusat, kulit dan mata serta memberikan imunisasi Hb-0 (Bobak, dkk,

2005).

e. Standar V : Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi bayi kemudian dicatat,

dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti

sesuai dengan kondisi bayi.Bayi dapat menangis dengan kuat dan

bergerak aktif.Bayi telah dikeringkan dengan handuk dan telah

dilakukan IMD selama 1 jam.Tali pusat bayi telah dirawat dengan

benar.Bayi telah dijaga kehangatannya dengan cara dibedong.Bayi

telah mendapatkan injeksi vitamin K 1 mg, salep mata dan imunisasi

Hb-0.

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, lengkap dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.Meliputi :


108

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir ang tersedia (Rekam Medis/KMS,Status Pasien/buku

KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,

kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan.

g. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi segera setelah lahir

1) Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap mikroorganisme yang

terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun

beberapa saat setelah lahir. Oleh karena itu dalam asuhan bayi baru

lahir, semua peralatan dan pakaian dalam keadaan bersih.

2) Penilaian segera setelah lahir

Penilaian meliputi apakah bayi cukup bulan, apakah air ketuban

jernih dan tidak bercampur mekonium, apakah bayi menangis atau

bernapas, apakah tonus otot baik.


109

3) Pencegahan kehilangan panas

Segera setelah bayi lahir upayakan untuk mencegah hilangnya

panas dari tubuh bayi, hal ini dapat dilakukan dengan cara

mengeringkan tubuh bayi, selimuti bayi terutama pada bagian

kepala dengan kain yang kering, menunda untuk memandikan bayi

seblum suhu tubuh stabil, yaitu 6 jam setelah bayi lahir, dan

menjaga lingkungan agar tetap hangat.

4) Asuhan pada tali pusat

Setelah tali pusat dipotong dan diikat, biarkan tali pusat tetap dalam

keadaan terbuka tanpa mengoleskan cairan atau bahan apapun ke

puntung tali pusat.Apabia tali pusat berdarah, bernanah, kemerahan

yang meluas dan berbau maka segera ke pelayanan kesehatan untuk

segera ditangani.

5) Inisiasi menyusu dini

Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah

lahir selama kurang lebih 1 jam (IMD).

6) Manajemen laktasi

Memberikan ASI sedini mungkian akan membina ikatan emosional

dan kehangatan ibu dan bayi. Manajemen laktasi meliputi masa

antenatal, segera setelah bayi lahir, masa neonatal dan masa

menyusui selanjutnya.
110

7) Pencegahan infeksi mata

Penggunaan antibiotik profilaksis seperti Gentamicin 0,3% atau

oksitetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah penyakit mata

karena klamidia (penyakit menular seksual).

8) Pemberisan vitamin K1

Vitamin K1 diberikan secara injeksi IM setelah kontak kulit dan

selesai menyusu untuk mencegah perdarahan pada bagian otak

akibat defisiensi vitamin K yang dialami sebagian bayi baru lahir

9) Pemberian imunisasi

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi penyakit

hepatitis Bterhadap bayi, tertama jalur penularan melalui ibu

kepada bayi. Imunisasi ini diberikan 1 jam setalah pemberian

vitamin K1, pada saat bayi berumur 2 jam.

10) Pemeriksaan bayi baru lahir

Pemeriksaan bayi baru lahir dapat dilakukan 1 jam setelah kontak

ke kulit. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan antropometri,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan refleks, dan pemeriksaan penunjang

(laboratorium) apabila ada indikasi penyakit tertentu.

D. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

1. Konsep Dasar

a. Pengertian
111

Nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat

reproduksi pulih seperti masa sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008)

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2010).

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus, involusi uterus merupakan suatu porses kembalinya

uterus ke keadaan sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi

otot – otot polos uterus (Ambarwati, 2010)

b) Locheaadalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui

vagina selama puerperium (Ambarwati, 2010).

(1) Lochea Rubra, Lochea ini muncul pada hari ke 1-4 masa

post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena

berisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.

(2) Lochea Sanguolenta, Cairan yang keluar berwarna merah

kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4

sampai ke 7 post partum.


112

(3) Lochea Serosa, Lochea ini berwarna kuning kecoklatan

karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi

plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 post

partum.

(4) Lochea Alba, Mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang

mati. Lochea ini berlangsung selama 2-6 minggu post

partum. (Ambarwati, 2010).

b) Vagina

Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae

kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara

bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8 setelah

melahirkan. Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke

4.Esterogen setelah melahirkan sangat berperan dalam penebalan

mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali (Maryuani, 2014).

2) Perubahan sistem perkemihan

Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama

kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat

pascapartum.Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitif

dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau


113

sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual (Ambarwati,

2010).

3) Perubahan Gastrointestinal

Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena

kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan

defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya

mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan

merobek atau merusak jahitan jika melakukan defekasi (Ambarwati,

2010).

4) Perubahan musculoskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan (Ambarwati, 2010).

5) Perubahan endokrin

a) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3

jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan

mamae pasca hari ke-3 post partum (Ari Sulistyawati,2014).

b) Hormon pituitary
114

Prolaktin darah akan mengikat dengan cepat. Pada wanita yang

tidak menyusi, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH

dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu

ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi (Ari

Sulistyawati,2014).

c) Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi

oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi per-tama ini

bersifat anovulasi karena rendahnya kadar esterogen dan

progesteron (Ari Sulistyawati,2014).

d) Kadar esterogen

Seleteh persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang

bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang

meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam

menghasilkan ASI. (Ari Sulistyawati, 2014)

6) Perubahan tanda – tanda vital

a) Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit

meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam

pertama pascapartum (Maryuani, 2014).


115

b) Nadi

Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali

normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Apabila

denyut nadi diatas 100 selama puerpurium, hal tersebut

abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi/ hemoragi

pascapartum lambat (Maryuani, 2014)

c) Tekanan darah

Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah

melahirkan.Penurunan takanan darah bisa mengindikasikan

adanya hipovolemia yang berkaitan dengan hemorhagi

uterus.Peningkatan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg

yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan,

bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia (Maryuani, 2014).

d) Pernafasan

Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum

hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryuani, 2014).

c. Kebutuhan Pada Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat

mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status

gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang


116

mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status ggizinya kurang

biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah

penting , karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia

yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA(Ari

Sulistyawati,2014).

b. Ambulasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak

dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-

paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.

Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara

berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam

sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri

tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat

terpenuhi (Sulistyawati,2014).

c. Eliminasi

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat

buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat

mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat

meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu
117

malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera

buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya komplikasi post partum

(Sulistyawati,2014). Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah

harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan

memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak

boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar,

anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan

minum air putih (Sulistyawati,2014).

d. Kebersihan Diri

Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk

melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari

keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post

partum, antara lain :

a) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi

dan alergi kulit pada bayi.

b) Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu

dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.

c) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.

d) Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai

membersihkan daerah kemaluan


118

e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh

daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder

(Sulistyawati,2014).

e. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk

memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu

post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan

c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat

bayi dan diri sendiri (Sulistyawati,2014).

f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.Tetapi banyak budaya

dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya

40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu

etrgantung pada pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati,2014).

g. Latihan / Senam Nifas


119

Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya

ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani

persalinan normal) (Sulistyawati,2014).

d. Tahap Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI, 2015), yaitu:

1) Periode pasca salin segera (immediate post partum) 0-24 jam

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa

ini sering terdapat masalah, misalnya pendarahan karena utonia

uteri.Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus dengan teratur

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran luchea,

tekanan daran dan suhu.

2) Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam- 1 minggu

Periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam

keadaan normal, tidak ada pendarahan abnormal, lochea tidak

berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan

dan cairan, ibu dapat menyusui bayinya dengan baik dan melakukan

perawatan ibu dan bayinya sehari-hari.

3) Periode pasca salin lanjut (late post partum) 1 minggu – 6 minggu

Periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

e. Kunjungan

(1) Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan


120

Tujuan :

Memeriksa tanda bahayayang harus di deteksi secara dini yaitu:

a) atonia uteri ( uterus tidak berkontraksi dengan baik)

b) Robekan jalan lahir yang dapat terjadi pada daerah perineum,

dinding vagina.

c) Adanya sisa plasenta seperti selaput, kotiledon

d) Ibu mengalami bendungan/ hambatan pada payudara

e) Retensi urine / air seni tidak dapat keluar dengan lancer atau

tidak keluar sama sekali.

(2) Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan

Tujuan:

Mengenali tanda bahaya seperti : Masitis( radang pada payudara),

abces payudara( payudara mengeluarkan nanah), metritis,

peritonitis.

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau yang abnormal dari lochea.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat.
121

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan

tanda-tanda penyakit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

(3) Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan

Tujuannya: Sama dengan kunjungan nifas ke 2 (6 hari setelah

persalinan).

(4) Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan

Tujuan:

a) Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini ( Mochtar, 1998).

f. Tujuan asuhan pada ibu nifas

Asuhan masa nifas diperlukan karena pada periode nifas merupakan

masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Tujuan dari perawatan nifas

ini adalah:

1) Memulihkan kesehatan klien

2) Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan

3) Mengatasi anemia

4) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan

sterillisasi.
122

5) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot (senam

nifas) untuk memperlancar eredaran darah.

6) Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

7) Mendapatkan kesehatan emosi.

8) Mencegah infeksi dan konflikasi.

9) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.

10) Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI).

11) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai

masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi

dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

12) Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman

serta kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan

bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui KIE.

13) Memberikan pelayanan Keluarga Berencana. ( Nugroho, 2014 )

2. Manajmen Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas mengacu pada

KEPEMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan

kebidanan yang meliputi :


123

(a) Standar I : Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien.Meliputi :

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan,

riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial

budaya)

(a) Identitas

(1) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami.

(2) Umur : Semakin tua usia seseorang berpengaruh terhadap

semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan

adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon

inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktivitas

fibroblast (Johnson dan Taylor, 2005).

(3)Suku / Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang wanita

berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga

kesehatan, pola kebiasaan sehari-hari (Pola nutrisi, pola

eliminasi, personal hygiene, pola istirahat dan aktivitas)

dan adat istiadat yang dianut.


124

(4) Agama : Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai

dengan keyakinannya.

(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu

sehingga tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi

dengan istilah bahasa yang sesuai dengan pendidikan

terakhirnya, termasuk dalam hal pemberian konseling.

(6) Pekerjaan : Status ekonomi seseorang dapat

mempengaruhi pencapaian status gizinya (Hidayat dan

Uliyah, 2008). Hal ini dapat dikaitkan antara status gizi

dengan proses penyembuhan luka ibu. Jika tingkat sosial

ekonominya rendah, kemungkinan penyembuhan luka

pada jalan lahir berlangsung lama. Ditambah dengan rasa

malas untuk merawat dirinya.

(7) Alamat : Bertujuan untuk mempermudah tenaga

kesehatan dalam melakukan follow up terhadap

perkembangan ibu.

a) Keluhan Utama : Persoalan yang dirasakan pada ibu

nifas adalah rasa nyeri pada jalan lahir, nyeri ulu hati,

konstipasi, kaki bengkak, nyeri perut setelah lahir,

payudara membesar, nyeri tekan pada payudara dan

puting susu, puting susu pecah-pecah, keringat


125

berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari jika

ibu mengalami hemoroid (Varney, dkk, 2007).

b) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

(1) Pola Nutrisi : Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang

bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori untuk mendapat

protein, mineral, vitamin yang cukup dan minum sedikitnya 2-

3 liter/hari. Selain itu, ibu nifas juga harus minum tablet

tambah darah minimal selama 40 hari dan vitamin A (Varney,

dkk, 2007).

(2) Pola Eliminasi : Ibu nifas harus berkemih dalam 4-8 jam

pertama dan minimal sebanyak 200 cc. Sedangkan untuk

buang air besar, diharapkan sekitar 3-4 hari setelah melahirkan

(Mochtar, 2011).

(3) Personal Hygiene : Bertujuan untuk mencegah terjadinya

infeksi yang dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh,

termasuk pada daerah kewanitaannya dan payudara, pakaian,

tempat tidur dan lingkungan (Varney, dkk, 2007).

(4) Istirahat : Ibu nifas harus memperoleh istirahat yang cukup

untuk pemulihan kondisi fisik, psikologis dan kebutuhan

menyusui bayinya dengan cara menyesuaikan jadwal istirahat

bayinya (Varney, dkk, 2007). Pada wanita usia reproduksi (20-


126

35 tahun) kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam

(Hidayat dan Uliyah, 2008).

(5) Aktivitas : Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin jika

tidak ada kontraindikasi, dimulai dengan latihan tungkai di

tempat tidur, miring di tempat tidur, duduk dan berjalan. Selain

itu, ibu nifas juga dianjurkan untuk senam nifas dengan

gerakan sederhana dan bertahap sesuai dengan kondisi ibu

(Varney, dkk, 2007).

(6) Hubungan Seksual : Biasanya tenaga kesehatan memberi

batasan rutin 6 minggu pasca persalinan untuk melakukan

hubungan seksual (Varney, dkk, 2007).

c) Data Psikologis

(1) Respon Orangtua terhadap Kehadiran Bayi dan Peran Baru

sebagai Orangtua : Respon setiap ibu dan ayah terhadap

bayinya dan terhadap pengalaman dalam membesarkan anak

berbeda-beda dan mencakup seluruh spectrum reaksi dan

emosi, mulai dari tingginya kesenangan yang tidak terbatas

hingga dalamnya keputusasaan dan duka (Varney, dkk, 2007).

(2) Respon Anggota Keluarga terhadap Kehadiran Bayi :

Bertujuan untuk mengkaji muncul tidaknya sibling rivalry.

(3) Dukungan Keluarga : Bertujuan untuk mengkaji kerja sama

dalam keluarga sehubungan dengan pekerjaan rumah tangga.


127

b. Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang)

(1) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Kesadaran : Bertujuan untuk menilai status kesadaran

ibu. Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu

mengalami kesadaran penuh dengan memberikan

respons yang cukup terhadap stimulus yang diberikan

(Hidayat dan Uliyah, 2008).

(c) Keadaan Emosional : Stabil.

(d) Tanda – tanda Vital : Segera setelah melahirkan, banyak

wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah

sistolik dan diastolik kemudian kembali secara spontan

setelah beberapa hari. Pada saat bersalin, ibu mengalami

kenaikan suhu tubuh dan akan kembali stabil dalam 24

jam pertama pasca partum. Denyut nadi yang

meningkat selama persalinan akhir, kembali normal

setelah beberapa jam pertama pasca partum. Sedangkan

fungsi pernapasan kembali pada keadaan normal selama

jam pertama pasca partum (Varney, dkk, 2007).

(2) Pemeriksaan Fisik


128

(a) Payudara : Bertujuan untuk mengkaji ibu

menyusui bayinya atau tidak, tanda-tanda infeksi pada

payudara seperti kemerahan dan muncul nanah dari

puting susu, penampilan puting susu dan areola, apakah

ada kolostrom atau air susu dan pengkajian proses

menyusui (Varney, dkk, 2007). Produksi air susu akan

semakin banyak pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah

melahirkan (Mochtar, 2011).

(b) Perut : Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya nyeri

pada perut (Varney, dkk, 2007). Pada beberapa wanita,

linea nigra dan strechmark pada perut tidak menghilang

setelah kelahiran bayi (Bobak, dkk, 2005). Tinggi

fundus uteri pada masa nifas dapat dilihat pada tabel 2.8

untuk memastikan proses involusi berjalan lancar.

(c) Vulva dan Perineum

(d) Pengeluaran Lokhea : Menurut Mochtar (2011), jenis

lokhea diantaranya adalah Lokhea rubra (Cruenta),

muncul pada hari ke-1-3 pada masa nifas, berwarna

merah kehitaman dan mengandung sel desidua, verniks

caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium serta sisa darah.

Lokhea sanguilenta, lokhea ini muncul pada hari ke-3 –

7 pada masa nifas berwarna putih bercampur merah


129

karena mengandung sisa darah bercampur lendir.Lokhea

serosa, muncul pada hari ke-7 – 14 pada masa nifas,

berwarna kekuningan atau kecoklatan dan mengandung

lebih banyak serum, leukosit dan tidak mengandung

darah lagi.Lokhea alba, muncul pada hari ke- > 14 pada

masa nifas, berwarna putih dan mengandung leukosit,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Bila pengeluaran lokhea tidak lancar disebut

Lochiastasis.

Luka Perineum : Bertujuan untuk mengkaji nyeri,

pembengkakan, kemerahan pada perineum, dan

kerapatan jahitan jika ada jahitan (Varney, dkk, 2007).

Ekstremitas : Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya

edema, nyeri dan kemerahan (Varney, dkk, 2007). Jika

pada masa kehamilan muncul spidernevi, maka akan

menetap pada masa nifas (Bobak, dkk, 2005).

(3) Pemeriksaan Penunjang

(a) Hemoglobin : Pada awal masa nifas jumlah hemoglobin

sangat bervariasi akibat fluktuasi volume darah, volume

plasma dan kadar volume sel darah merah (Varney, dkk,

2007).
130

(b) Protein Urinedan glukosa urine : Urine negative untuk

protein dan glukosa (Varney, dkk, 2006).

b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa masa nifas disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti P2A0usia 22 tahun postpartum

fisiologis. Perumusan maalah disesuaikan dengan kondisi ibu.

Menurut Varney, dkk (2007), ketidaknyamanan yang dirasakan

pada ibu nifas adalah nyeri perut setelah lahir, payudara membesar,

nyeri tekan pada payudara dan puting susu, puting susu pecah-

pecah, keringat berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari jika

ibu mengalami hemoroid.

c. Standar III : Perencanaan

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara

komprehensif. Rencana tindakan asuhan kebidanan pada masa nifas

disesuaikan dengan kebijakan program nasional, antara lain :Periksa

tanda-tanda vital, tinggi fundusuteri, lokhea dan cairan pervaginam

lainnya serta payudara.Berikan KIE (Komunikasi, Informasi dan

Edukasi) mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri,

istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI

eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan payudara dan


131

keluarga berencana. Berikan pelayanan keluarga berencana pasca

persalinan.

d. Standar IV : Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan dengan

rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan asuhan kebidanan

pada masa nifas, adalah :

1) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundusuteri,

lokhea dan cairan pervaginam lainnya serta payudara.

2) Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi,

kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual,

senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar,

perawatan payudara dan keluarga berencana.

3) Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

e. Standar V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah


132

diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

pasien.Meliputi :

1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien

dan/keluarga

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar indak lanjuti

4) Hasil valuasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, lengkap dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan.Meliputi :

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir ang tersedia (Rekam Medis/KMS,Status Pasien/buku

KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

6) p adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,


133

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,

kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan.

g. Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dan menyusui

Proses manajemen adalah suatu pemecahan masalah yang

dapat memberikan metode pengorganisasian rangkaian pemikiran

dan tindakan dalam urutan logis bagi kedua belah pihak, yaitu pasien

dan pelaksana pelayanan kesehatan.

Manajemen postpartum dapat memberi arah yang jelas untuk

mengoordinasi pelayanan, mengajarkan informasi yang penting, serta

menyiapkan ibu postpartum untuk bisa mandiri dalam merawat diri

dan bayinya.

a. Pengkajian

Pengkajian ibu postpartum berfokus pada status fisiologi dan

psikologis ibu, tingkat kenyamanannya, kekurangan pengetahuan

terkait dengan kesiapan untuk belajar, perilaku bonding, serta

penyesuaian terhadap transisi yang diperlukan untuk menjadi

ibu, selain ibu bayi juga perlu dikaji mengenai penyesuaian

fisiologi bayi terhadap lingkungan diluar rahim, kenormalan

fisik, serta kemampuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan

bayi.

a) Identifikasi Diagnosa
134

Setiap ibu dan keluarga mengantisipasi perawatan postpartum

dirumah, karenanya mereka akan memiliki respons yang unik.

Setelah menganalisis data dengan cermat, bidan dapat

menegakkan diagnosa berdasarkan data, yang akan menjadi

pedoman bidan dalam menerapkan tindakan. Diagnosa yang

relevan untuk ibu postpartum yang dirawat dirumah adalah

sebagai berikut.

(1) Kurangnya pengetahuan tentang tanda-tanda komplikasi.

(2) Pengetahuan yang tidak adekuat mengenai menyusui yang

efektif.

(3) Keletihan yang berhubungan dengan kurangan istirahat.

(4) Kurang pengetahuan/keterampilan dan harapan yang tidak

realistis dalam peran menjadi orag tua.

b) Antisipasi timbulnya diagnosa atau masalah potensial

Merupakan kegiatan antisipasi, pencegahan jika

memungkinkan, menunggu dan waspada, serta persiapan

untuk segala sesuatu yang terjadi pada ibu postpartum yang

dirawat dirumah.

c) Perlunya tindakan segera dan kolaborasi

Merupakan melakukan perannya sebagai penolong dan

pengajar dalam mempersiapkan ibu dan keluarganya pada

masa postpartum. Bidan yang memberi perawatan postpartum


135

dirumah melanjutkan perawatan dalam berbagai bentuk dan

cara, misalnya konseling suportif, pengajaran, dan perunjukan

yang didasarkan pada tambahan berkelanjutan kedalam data

dasar. Beberapa data dapat mengindikasikan adanya situasi

darurat dimana bidan harus segera bertindak dalam rangka

menyelamatkan jiwa pasien.

d) Rencana asuhan sesuaai kebutahan

Suatu rencana asuhan diformulasi secara khusus untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan keluarganya.Sedapat mungkin

bidan melibatkan mereka semua dalam rencana dan mengatur

prioritas serta pilihan mereka untuk setiap tindakan yang

dilakukan. Hasil akhir atau tujuan yang ingin dicapai disusun

dengan istilah yang berpusat pada pasien dan diprioritaskan

dengan bekerja sama dengan ibu dan keluarganya. Tujuan

yang ingin dicapai meliputi hal-hal berikut.

(1) Postpartum akan mengalami pemulihan fisilogi tanpa

komplikasi.

(2) Ibu postpartum dapat menyebutkan pengetahuan dasar

yang akurat mengenai cara menyusui yang efektif.

(3) Ibu postpartum mampu mendemontrasikan perawatan yang

tepat untuk diri dan bayinya.


136

(4) Orang tua akan mendemonstrasikan interaksi yang positif

atau sama lain terhadap bayi dan anggota keluarga yang

lain.

e) Implementasi langsung untuk memenuhi kebutuhan

Tindakan atau implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian dilaksankan oleh ibu sendiri, keluarga,

anggota kesehatan yang lain.

f) Evaluasi keefektifan asuhan

Untuk bisa efektif, evaluasi didasarkan pada harapan pasien

yang didentifikasi saat merencanakan asuhan

kebidanan.Bidan bisa merasa cukup yakin bahwa asuhan yang

diberikan cukup efektif, jika hasil akhir berikut bisa dicapai.

(b) Ibu postpartum mengelami pemulihan fisiologis tanpa

komplikasi.

(c) Ibu postpartum menyebutkan pengetahuan dasar yang

akurat mengenai cara menyusui yang efektif.

(d) Ibu postpartum mendemontrasikan perawatan yang tepat

untuk diri dan perawatan bayi yang memadai.

(e) Orangctua yang baru mendemonstrasikan interaksi yang

positif terhadap satu sama lain terhadap bayi dan anggota

keluarga yang lain.


137

Jika bidan menentukan bahwa hasil akhir yang diharapkan

telah dicapai, maka implementasi dilanjutkan sesuai

rencana.Jika data evaluasi menunjukan bahwa hasil akhir

yang diharapkan belum dicapai, maka rencana diperbaiki.

E. Kerangka Pikir

Berdasarka tinjauan teori tentang masa hamil, bersalin, nifas dan

kunjungan ulang masa nifas maupun bayi baru lahir maka peneliti dapat

menyusun kerangka pikir seperti yang tercantum pada gambar yang disajikan

pada halaman 138:


138

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa
Dan Atau Masalah
Kebidanan
3. Perencanaan sesuai
Ibu Hamil 34 dengan teori 1. Kesehatan Ibu
Minggu 4. Implementasi 2. Kesehatan
5. Evaluasi
Janin
6. Laporan
Pelaksanaan Asuhan
Kebidanan

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa
Dan Atau Masalah
Kebidanan
3. Perencanaan sesuai 1. Kesehatan Ibu
Ibu Bersalin dengan teori 2. Kesehatan Bayi
4. Implementasi segera setelah
5. Evaluasi lahir s/d 2 jam
6. Laporan Pelaksanaan dan setelah 2
Asuhan Kebidanan jam

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa
Dan Atau Masalah
Kebidanan
3. Perencanaan sesuai
dengan teori
Ibu Nifas 4. Implementasi 1. Kesehatan Ibu
5. Evaluasi 2. Kesehatan Bayi
6. Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

Gambar 1 : Kerangka pikir asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin dan
nifas serta bayi lahir.

Anda mungkin juga menyukai