DISTRIK BENAWA
KAMPUNG THAMAKSIN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas perlindungan dan penyertaan-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan dalam penulisan Profile Desa Thamaksin ini dengan baik
dan sukses dalam waktu yang singkat, tujuan dari pada Profil ini adalah sebagai pelengkap
dalam satu desa yang memenuhi syarat untuk tidak dikanggu gugat oleh siapa pun. Oleh
sebab itu, kami menyampaikan terima kasih atas masukan dan saran kepada kami dalam
penulisan profil ini supaya profil Desa ini dapat berguna bagi kita semua.
Adapun dalam penulisan profil kampung ini banyak kekurangan maupun dalam penulisan
yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh yang berwenang namun, sesuai dengan
kemampuan lingkungan kampung yang kami tercantum dalam penulisan laporan profil ini
sehingga kami juga mohon maaf sebelum laporan kami ini ke dinas bersangkutan di Elelim.
namun harapan kami bahwa laporan profil kampung ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir dari laporan profil kampung ini, kami juga tak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapa Bupati Kabupaten Yalimo di Elelim
2. Bapak Asisten 1 Sekda Kabupaten Yalimo di Elelim
3. Bapak Kepala Dinas BPMK Kabupaten Yalimo di Elelim
4. Bapak Kepala Dinas PMK Kabupaten Yalimo di Elelim
5. Bapak Kepala dinas Infektorat Kabupaten Yalimo di Elelim
6. Bapak Kepala Distrik Benawa di Benawa
7. dan 6 (enam) Kepala Kampung di Wilayah Gilika
Mengetahui,
KEPALA DISTRIK BENAWA
PENEHAS PEYON,S.Sos
NIP. 1982101720050001
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka eksistensi
kelembagaan desa akan semakin berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu
menjadi perhatian luas untuk bagaimana bisa dilindungi dan diberdayakan agar kedepan
menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga sudah bisa tercipta suatu landasan
yang kuat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat
desa yang adil, makmur dan sejahtera. Saat ini (Medio Februari 2015), Undang-undang
Desa baru menghasilkan dua instrument peraturan pelaksanaan yakni, UU No.6 Tahun
2014 diikuti dengan PP No 43/2014 tentang Paraturan Pelaksana UU Desa dan PP
No.60/2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN dan Perpres No.11 /2015
tentang Kementerian Dalam Negeri. Perpres No. 12/2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Peraturan turunan tentu menjadi
pekerjaan rumah yang mendesak diselesaikan, termasuk Perdasi dan Perdasus yang
diamanatkan undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 pun harus diselsaikan. Sementara
itu, otonomi khusus Papua sampai saat ini belum dievaluasi.
Kembali pada desa, dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan masyarakat desa,
maka Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa ini, telah memperjelas
karakteristiknya dengan sebutan desa dan desa adat dimana dulunya berdasarkan UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah tidak pernah dikenal sebutan desa
adat. Namun, fungsinya tetap sama yaitu untuk mewujudkan efektivitas penyelengaraan
pemerintahan desa agar dapat mempercepat proses peningkatan hidup masyarakat desa
dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Adapun sebutan desa adat atau yang disebut
nama lain sesungguhnya disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah
setempat. Seperti di Provinsi Papua dan Papua Barat sesuai Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 disebut kampung. Di Provinsi Sumatera Barat disebut Nagari, demikian pula
di provinsi Bali penyelanggaraan model desa adat sudah berlangsung lama. Hal ini adalah
sebuah pengakuan dan penghormatan Negara terhadap nilai-nilai keberagaman dan
kearifan lokal yang berlaku sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selain itu, untuk lebih melestarikan dan memajukan adat, tradisi dan
budaya setempat agar lebih bergairah untuk mendorong prakarsa, gerakan maupun
partisipasi masyarakat local untuk bangkit membangun desanya.
Sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua,
sebutan desa di Provinsi Papua dan Papua Barat berubah menjadi kampung dan sebutan
kecamatan berubah menjadi distrik. Setelah adanya Undang –Undang Nomor 21 Tahun
2001, dan adanya pemekaran daerah kabupaten dan kota maka jumlah kampung di
Provinsi Papua dan Papua Barat berkembang menjadi 5.204 kampung atau desa dan dari
jumlah itu 4.049 merupakan kampung yang sangat tertinggal. (Sumber
Kementerian PDT) Dalam kenyataan, banyaknya jumlah kampung di Papua, menjadi
ajang rebutan pengaruh calon kepala daerah dalam mendapatkan dukungan suara pada
saat pemilukada berlangsung. Pemekaran kampung sebagai prasyarat untuk peningkatan
volume bantuan dana alokasi umum bagi daerahnya.
Dari motif politik demikian, akhirnya eksistensi nilai kesatuan masyarakat adat pada
suatu wilayah tertentu terpecah belah akibat terbentuknya kampung-kampung baru sesuai
kepentingan politik penguasa lokal. Padahal, dalam sistem dan struktur adat, nilai dan
tradisi yang berlaku pada masyarakat adat secara fungsional tidak dapat dipisah-pisahkan
satu sama lain. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 96 mengatakan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupate/kota melakukan penataan
kesatuan masyarakat hukum adat dan ditetapkan menjadi desa adat.
Dilakukan penataan dimaksud adalah terhadap suatu kesatuan hukum adat beserta hak
tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai sebuah
kesatuan politik dan kesatuan hukum yang tentunya tidak mengancam kedaulatan dan
integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia serta substansi norma hukum adatnya
sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di
Provinsi Papua maupun Papua Barat, sistem kesatuan masyarakat adat sesungguhnya
sudah terbentuk secara turun temurun. Polanya sudah tertata sedemikian rupa dengan
struktur kepemimpinan adat yang terpola begitu rapih dan ketat. Seperti tradisi sistem
kepala suku yang berlaku pada masyarakat adat Lembah Baliem dan juga sistem ke-
ondoafian yang berlaku pada masyarakat adat Sentani. Mulai dari wilayah kekuasaan
(konfederasi perang), kepala suku perang, kepala suku penjaga adat, tua-tua adat, kepala
suku penjaga kesuburan, tua-tua adat penjaga perdaiaman, ketertiban, seluruhnya tertata
rapi dan masing-masing berperan sesuai fungsinya.
Membaca gambaran peningkatan dana bantuan desa tersebut cukup menantang bagi
aparat kelembagaan desa atau kampung. Namun semua bantuan dana tersebut adalah
sebuah konsekuensi logis dari amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa Pasal 71, ayat (2) alokasi anggaran tersebut bersumber dari Belanja Pusat dengan
mengefektifkan program berbasis desa secara merata dan berkeadilan. Selain dana yang
bersumber dari belanja pusat, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mengamanatkan
pula sumber pendapatan desa itu antara lain, dari : (1) Penghasilan Desa; (2) Bagian dari
hasil pajak daerah dan Retribusi Daerah kabupaten/kota; (3) Alokasi Dana Desa yang
merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota ; (4) Bantuan
keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan
dan belanja daerah kabupaten/kota; (5) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari
pihak ketiga; dan (6) lain-lain pendapatan desa yang sah.
Jika dikalkulasi secara matematis, setiap tahun dana pembangunan desa bisa mengalir
sekitar Rp. 1 milliar lebih. Angka ini menjadi isu yang cukup seksi sehingga memikat
perhatian begitu besar para politisi untuk berebut memanfaatkannya sebagai isu politik
yang strategis untuk menarik hati rakyat, termasuk dijadikan materi pokok kampanye
dalam pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 lalu.
Kita harus keluar dari praktik-praktik kotor selama ini diberlakukan, dimana jabatan
kepala kampung sering dipolitisasi oleh kepentingan politik penguasa lokal. Siapapun
menjadi kepala kampung adalah orang yang diangkat langsung oleh kepala daerah,
sehingga loyalitas seorang kepada kampung terhadap kepemimpinan kepala daerah begitu
tinggi. Praktik pengangkatan jabatan kepala kampung dilakukan oleh kepala daerah
sebenarnya sudah bertentangan dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah, dimana kepala kampung harus dipilih secara langsung oleh
masyarakat, namun para kepala daerah kabupaten/kota di provinsi Papua dan Papua Barat
selama ini bertindak sendiri sesuai kemauan politiknya dengan melanggar undang-undang
dimana seorang kepala kampung ditunjuk sendiri melalui SK Bupati. Hal ini berlangsung
bertahun-tahun lamanya, namun pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Dalam
Negeri tetap membiarkan praktik-praktik yang melanggar amanat undang-undang itu
terus berlangsung.
Walaupun Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sudah tegas mengatur
bahwa pemilihan kepala desa (kepala kampung) dilakukan secara langsung oleh rakyat
namun berkaca pada pengalaman buruk selama ini, kemungkinan untuk melakukan
pelanggaran tetap terbuka. Pemilihan kepala kampung ditunjuk langsung oleh kepala
daerah sesuai kepentingan politiknya. Jika kebiasaan ini tidak segera berubah, maka
fungsi penyelenggaraan pemerintahan kampung tidak akan efektif bekerja untuk
membangun kampungnya menuju peningkatan kesejahterahan bersama masyarakat adat
di kampung tersebut. Oleh karena itu dalam pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 ini
mekanisme pemilihan kepala kampung di Provinsi Papua dan Papua Barat harus diletakan
pada amanat undang-undang yaitu dipilih langsung oleh masyarakat adat.
Merujuk pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa atau
kampung adat jika diinklusifkan dalam tatanan kepemimpinan masyarakat adat
sebagaimana tersebut di atas, tentu akan lebih afdol dan bergerak lebih efektif dan
harmonis. Maka kalau pemerintah ingin menata kehidupan masyarakat adat di Tanah
Papua agar lebih maju dan sejahtera, sebaiknya dirujuk saja ke dalam sistem dan struktur
kesatuan masyarakat adat yang sudah ada dan diformalkan menjadi kampung adat (desa
adat). Masing-masing struktur kelembagaan adat diangkat sebagai pelaku dalam
komposisi lembaga pemerintahan kampung adat. Misalnya, kepala suku perang diangkat
menjadi kepala kampung adat dan berikutnya turun ke struktur kelembagaan adat yang
lain. Dengan demikian, struktur kelembagaan kampung adat akan berfungsi lebih dinamis
dan lebih efektif dalam memanfaatkan bantuan dana desa atau mengelola dana kampung
adat secara bertanggung jawab. Sebelum merealisasikan pemerintah kampung adat, maka
perlu kiranya melakukan pemetaan terhadap desa adat di Papua termasuk melanjutkan
pemetaan yang dilakukan selama ini. Tentu saja pemetaan yang dimaksud adalah
pemetaan partisipatif yang melibatkan seluruh warga dalam wilayah adat yang
bersangkutan. Dalam kerangka pemetaan inilah dilakukan pula sosialisasi undang-undang
desa, dan evaluasi pelaksanaan program yang selama ini dilaksanakan di tingkat
kampung, sebagai bagian dalam menata kembali hubungan masyarakat adat dan negara.
Selanjutnya adalah mempersiapkan perangkat kampung untuk menyelenggarakan
pemerintahan kampung dalam suatu manajemen modern yang transparan, partisipasi dan
akuntabel.
E. Dasar Pelaksanaan
Adapun dasar pelaksanaan pembuatan Profil desa ini berdasarkan permendagri dan
Undang-Undang Desa sebagai Berikut :
1. Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua;
2. Disamping UU Nomor 21 Tahun 2001 yang mengatur kebijakan di tingkat Provinsi
dan Kabupaten;
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Program seperti Respek dan PNPM
MANDIRI, Prospek dan lain-lain;
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua.
5. Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa,
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Paraturan Pelaksana Undang-
Undang Desa dan
7. Peraturan Pemerintah Nomor. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
APBN dan Perpres No.11 /2015 tentang Kementerian Dalam Negeri;
8. Perpres No. 12/2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal;
BAB II
PERAN KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DESA
Tujuan yang dimaksud disini adalah peran peran dari pada pemerintah kampung
khusunya kepala kampung dalam proses pencapaian tujuan dan/atau keberhasilan dalam
melaksanakan program atau kegiatan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Salah
satu sasaran utama dari peran kepala Kampung yakni terciptanya pelayanan yang baik
kepada masyarakat. Peran aparatur pemerintah desa merupakan upaya yang diharapkan
oleh masyarakat untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif
yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik (Anwar, 2005).
Dalam pengamatan penulis dilapangan, peran setiap Kepala Kampung masih belum
efektif dan efisien dalam menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak bekerja sesuai
dengan apa yang diharapkan dari masyarakat. hal ini menyebabkan proses pelayanan
kepada masyarakat kurang baik.
Masalah yang dapat dirasakan secara langsung tentang penyelenggaraan pemerintahan
kampung seperti pelayanan pembuatan surat keterangan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
surat keterangan akte kelahiran yang kurang lancar, disebabkan karena pemerintah
kampung yang sering terlambat masuk kantor dan pulang lebih awal dari waktu yang
telah ditentukan. Oleh sebab itu pelayanan belum maksimal kepada masyarakat.
Demikian juga ada salah satu faktor utama yang membuat masyarakat mengeluh
terhadap peran dari pada kepala kampung dan perangkat kampung sering meninggalkan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayanan masyarakat (public service). Selain itu
peran Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugasnya belum maksimal. Masih
kurangnya program pemerintahan kampung yang tidak terealisasi baik sesuai dengan
harapan masyarakat kampung setempat.
B. PERATURAN DESA
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KAMPUNG
TAHUN ANGGARAN 2016
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan pasal ….. Peraturan Daerah Kabupaten
Yalimo Nomor …. Tahun ….. tenteng ….. Kepala Kampung menetapkan
Pendapatan dan Belanja Kampung tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kampung (APBKam);
b. bahwa Rancangan Peraturan Kampung tentang Anggaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) sebagaimana dimaksud pada
huruf a, telah dibahas dan disepakati bersama Badan musyawarah Kampung
(BAMUSKAM);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Rancangan Peraturan Kampung Thamaksin
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) menjadi
Peraturan Kampung Thamaksin tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kampung (APBKam) Tahun 2016.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian
Barat (Lembaga Negara Rebuplic Indonesia) Tahun 1969 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 2907;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme Lembaran
Negara Rebuplic Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Rebuplic Indonesia Nomor 3851;
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua (Lembaga Negara Rebuplik Indonesia) Tahun 2001 Nomor
135, tambahan Lembaga Negara Rebuplik Indonesia Nomor 4551
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Papua (Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 112, tanbahan
Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 4884);
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung Tahun Anggaran 2016 dengan Rincian sebagai
berikut :
1. Pendapatan Kampung
2. Belanja Kampung
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung Rp. ……………….
b. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp. ……………….
c. Bidang Belanja Modal Rp. ……………….
d. Bidang Tak Terduka Rp. ……………….
Jumlah Belanja Rp. ………………..
Surplus / Devisit Rp…………………
Pasal 2
Uraian lebih lanjut mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam)
sebagaimana dimaksud pada pasal 1, tercantum dalam lampiran Peraturan Kampung ini
berupa Rincian Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung.
Pasal 3
Kepala Kampung menetapkan Perturan Kepala Kampung dan/atau Keputusan Kepala Kampung guna
Pelaksanaan Peraturan Kampung ini.
Pasal 5
Peraturan Kampung ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Kampung ini dalam Lembaga Kampung dan
Berita Kampung oleh Sekretaris Kampung.
Ditetapkan di : Thamaksin
Pada Tanggal : 25 Mei 2016
GILION PALUKE
BAB III
PROFIL DESA THAMAKSIN
Nama Thamaksin di ambil dari nama kampung setempat yang pertama kali Injil masuk di
kampung tersebut, Desa Thamaksin baru dimekarkan pada tahun 2013 yang lalu sampai
dengan sekarang ini.
Ceritera rakyat tentang awal mula kampung thamaksin dipimpin oleh kepala suku besar
yang namanya, Sahengi Sahe sebagai raja untuk pimpin kampung tersebut sekaligus
menerima injil di daerah itu.
Sedang pemerintah Desa Thamaksin baru mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan perundang-undangan. Sebalum Desa Thamaksin di mekarkan sebagai desa
definitif, Thamaksin merupakan bagian dari desa induk Gilika yang di kepalai oleh :
Petrus Nelambo, selanjutnya alm. Paulus Bere dan yang ketiga Andinus Wisal sampai
saat ini.
Namun demikian, Desa Thamaksin juga terus berusaha semaksimal mungkin untuk
lebih giat dan selalu menbangun desa ini sehingga mampu mensejajarkan diri dengan
desa-desa lain di Kecamatan Benawa. Hal ini bisa dilihat dengan adanya keseriusan Desa
Thamaksin untuk selalu meningkatkan pembangunan di segala bidang, sebab sudah
terbukti walaupun hanya tiga tahun saja menjabat kepala desa sudah beberapa
pembangunan dalam tabel dibawah ini :
b. Misi
Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat sesuatu
pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa tersebut. Visi
berada di atas misi. Pernyataan visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat di
operasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusunan visi, misipun dalam
penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan
kebutuhan Desa Thamaksin, sebagaimana proses yang dilakukan maka misi Desa
Thamaksin adalah:
1. Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat yang Mencakup Agama, Pendidikan,
Kesehatan dan Ekonomi Masyarakat;
2. Meningkatkan Kinerja Pembangunan di Bidang Ekonomi Berbasis Potensi Local
yang Berwawasan Lingkungan;
3. Mewujudkan Pembangunan Guna Mensejahterakan Masyarakat di Segala Bidang;
4. Meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Ekonomi Rakyat.
Pada tahun 2013 berdasarkan peraturan pemerintah yang masih mengaju pada peraturan
daerah untuk menyukseskan pembangunan, Thamaksin ditetapkan sebagai satu Desa yang
definitif sehingga kedudukan Kepala Dusun oleh Kepala Desa yang pertama adalah :
1. Sergius Paluke 2013 s/d 2017
2. ............................................
3. ………………………….. dst.
G. Letak Geografis dan Askesbilitas
a. Desa thamaksin adalah salah satu dari 37 (tiga puluh tujuh) desa yang ada di wilayah
Distrik Benawa yang baru dimekarkan sebagai salah satu distrik definitif dari
Kabupaten Jayawijaya sebelum dimekarkan Kabupaten Yalimo, dengan batas-batas
sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gilika
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ikon
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Iyap
Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Benawa
Organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama
yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Organisasi Pemerintahan
Kampung/Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan
kampung dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Sementara Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung adalah suatu bagan yang
menggambarkan posisi perangkat kampung, mulai dari orang yang memiliki posisi atau
jabatan yang paling tinggi di kampung hingga kepada posisi atau jabatan yang rendah di
kampung. Dari bagan atau struktur ini juga kita bisa tahu kepada siapa kita harus datang
untuk menyelesaikan suatu urusan yang ada di kampung.
Jabatan tertinggi dalam Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung biasanya adalah
Penasihat yaitu orang yang memberi nasihat terhadap Geuchik untuk memutuskan
sesuatu, dan biasanya penasihat ini adalah orang yang mengerti dan berpengalaman akan
hukum dan adat istiadat yang ada di kampung tersebut. Kemudian posisi kedua adalah
Kepala Desa/Geuchik yang memiliki wewenang memimpin penyelenggaraan
pemerintahan kampung. Mengajukan Rancangan Peraturan Kampung, menetapkan
Peraturan kampung yang telah mendapat persetujuan dari penasihat, membina kehidupan
masyarakat kampung, membina perekonomian kampung.
Gilion Paluke
Kepala Kampung
Gunder Meke
Sekretaris
BMK
Azer Meke Simon Ulunggi Alpius Wabuk Markus Paluke Enos Wabuk Kesiler Paluke Yafet sahe
Anggota
Masyarakat
I. Luas Wilayah Dan Keadaan Alam
Desa thamaksin memiliki luas wilayah 8.424 Ha. Secara umum dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk pemukiman penduduk, fasilitas umum, lahan perkebunan, dan lahan
pertanian, selebihnya berubah hutan yang belum dimanfaatkan secara maksimal karena
tempat berburu dan meramu yang secara topografi menurut porsentasenya adalah sebagai
berikut :
1. Daratan = 50 %
2. Perbukitan = 65 %
3. Pegunungan = 75 %
J. Iklim
Secara umum desa thamaksin beriklim panas dengan cuaca curah hujan berkisar 150-200
mm/tahun. Dengan keadaan iklim demikian sangat merugikan masyarakat yang pada
khususnya petani.
K. Keadaan Penduduk
Desa thamaksin didiami oleh penduduk dengan jumlah 1.155 jiwa, terdiri dari laki-laki
695 dan perempuan 460 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 290 KK (data tahun 2015).
A. Keadaan Ekonomi
a. Mata Pencaharian
Untuk mempertahankan kelangsuangan hidup bagi manusia adalah sangat
dibutuhkannya makanan. Untuk memperoleh makanan tersebut manusia berjuang
demi kelangsunganya itu, usaha tersebut dilihat dari kegiatan manusia itu dalam
kehiduapannya sehari-hari, setiap manusia mempunyai usaha yang berbeda-beda
menurut kemampuan mereka. Kegiatan sehari-hari dalam mencari makanan tersebut
sangat menentukan pola hidup diri manusia itu beserta keluarga.
Mata pencaharian sebagian besar keluarga di desa Thamaksin adalah pada bidang
perkebunan dan tokok Sagu sebagai makanan pokok. Jumlah Kepala Keluarga yang
bekerja di bidang perkebun dan tokok sagu sekitar 884 orang.
c. Pemilik Ternak
Selain sebagai petani, buruh dan pedagang, pada umumnya penduduk Desa
Thamaksin juga memelihara binatang ternak. Pemeliharaan ternak dipilih penduduk
desa sebagai tabungan hidup, yang juga digunakan untuk memanfaatkan lahan yang
masih banyak padang rumput, dan memanfaatkan dari hasil tanaman dan perkebunan,
sehingga pakan ternak cukup mudah untuk didapatkan. Jenis ternak yang dipelihara
antara lain Babi, ayam, Ikan dan bebek. Masyarakat Desa Thamaksin tidak pernah
mendapatkan bantuan ternak dari Pemerintah sehingga perlu diperhatikan karena ada
banyak lahan yang bisa dibangun kandang maupun kolam untuk peternakan ikan.
d. Saranan dan Prasarana
Prasarana jalan angkutan merupakan salah satu penunjang tercapainya pemerataan
pembangunan. Adapun pemerataan pembangunan dialaksanakan untuk mencapainya
keadilan social bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang sangat baik serta
stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
Lalu lintas pembangunan dengan Kemranjen sebagai ibu kota kecamatan dan Yalimo
sebagai ibukota Kabupaten dihubungkan dengan jalan darat dengan kontruksi jalan
beraspal dari dan menuju pusat desa, dan menuju ke seluruh dusun belum ada jalan
trans sehingga hasil perekonomian oleh masyarakat belum bisa dikonstribusi ke kota/
Kabupaten.
Keadaan jalan yang beraspal dan beton mengakibatkan mobilitas dalam kegiatan
sehari-hari masyarakat menjadi tinggi sehingga banyak masyarakat desa Thamaksin
yang melakukan urbanisasi terutama kaum muda. Sebagian besar penduduk desa
Thamaksin mencari kerja di luar desa ke Kota atau Distrik untuk beberapa waktu
bahkan beberapa tahun, dan kembali ke desa untuk menetap.
1. Sangat Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator lebih dari 80% dari
skor maksimal dari potensi yang diukur;
2. Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator antara 70% sampai 80%
dari skor maksimal dari potensi yang diukur;
3. Cukup Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator antara 60 sampai
70% dari skor maksimal dari potensi yang ukur;
4. Kurang Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator kurang dari 60%
dari skor maksimal dari potensi yang diukur;.
Hasil scoring potensi umum dan potensi pengembangan menentukan tipologi desa dan
kelurahan. Tipologi desa dan kelurahan sebagaimana dimaksud terdiri atas:
1. Tipologi desa perkebunan;
2. Tipologi desa peternakan;
3. Tipologi desa nelayan;
4. Tipologi desa kerajinan dan industri kecil;
5. Tipologi desa industri sedang dan besar; dan
6. Tipologi desa jasa dan perdagangan.
h. Tingkat Perkembangan Desa
Hasil evaluasi keberhasilan kegiatan pembangunan setiap tahun akan menentukan laju
perkembangan desa dalam kategori cepat berkembang, berkembang, lamban
berkembang, dan kurang berkembang.
1. Kategori Cepat Berkembang : jika perolehan total skor pengukuran mencapai
lebih dari 90% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa setiap tahun.
2. Kategori Berkembang : jika total skor mencapai 60% sampai 90% dari total skor
maksimal tingkat perkembangan desa setiap tahun.
3. Kategori Lamban Berkembang : jika total skor mencapai 30% sampai 60% dari
total skor maksimal tingkat perkembangan desa setiap tahun.
4. Kategori Kurang Berkembang : jika total skor mencapai kurang dari 30% dari
total skor maksimal tingkat perkembangan desa setiap tahun.
Hasil analisis laju perkembangan desa dan kelurahan setiap tahun digunakan untuk
mengukur tingkat perkembangan desa dan kelurahan setiap lima tahun dalam
klasifikasi desa dan kelurahan swasembada, swakarya, dan swadaya.
1. Tingkat Perembangan Swasembada : jika nilai total skor yang diperoleh mencapai
lebih dari 80% dari skor maksimal tingkat perkembangan setiap lima tahun.
2. Tingkat Perembangan Swakarya : jika nilai total skor yang diperoleh mencapai
60% sampai 80% dari skor maksimal tingkat perkembangan setiap lima tahun.
3. Tingkat Perembangan Swadaya : jika nilai total skor yang diperoleh mencapai
kurang dari 60% dari skor maksimal tingkat perkembangan setiap lima tahun.
Analisis terhadap klasifikasi tingkat perkembangan desa dan kelurahan swasembada,
swakarya dan swadaya, menghasilkan klasifikasi status kemajuan desa dan kelurahan
dalam kategori mula, madya dan lanjut.
e. Tingkat Desa
1. Kegiatan pengumpulan, pengolahan dan publikasi data profil desa di tingkat
desa/kelurahan dilaksanakan oleh kelompok kerja (Pokja) profil desa di tingkat
desa dan kelurahan.
2. Susunan Pokja profil desa dan kelurahan terdiri dari: penanggungjawab adalah
Kepala Desa, ketua dijabat oleh Sekretaris Desa; dan anggota terdiri dari
perangkat desa, Kepala Dusun/Lingkungan, pengurus lembaga kemasyarakatan
desa dan para kader pemberdayaan masyarakat serta aparat perangkat daerah yang
ada di desa dan kecamatan.
3. Pokja profil desa ditetapkan oleh kepala desa melalui Keputusan Kepala Desa.
f. Publikasi Data Profil Desa
Data profil desa hasil pengolahan disajikan dalam bentuk hardcopy seperti buku dan
papan profil desa serta bentuk softcopy seperti compact disc room, flash disc atau
audio video agar mudah diakses oleh seluruh pelaku pembangunan desa dari tingkat
masyarakat sampai dunia usaha dan institusi pemerintahan pada berbagai tingkatan.
1. Data profil desa hasil pengolahan di tingkat desa disahkan dan dipublikasikan oleh
Kepala Desa melalui Keputusan Kepala Desa.
2. Data profil desa hasil pengolahan di tingkat kecamatan disahkan dan
dipublikasikan oleh camat melalui Keputusan Camat.
3. Data profil desa hasil pengolahan di tingkat kabupaten/kota disahkan dan
dipublikasikan oleh Bupati/Walikota melalui Keputusan Bupati/Walikota.
4. Data profil desa hasil pengolahan di tingkat provinsi disahkan dan dipublikasikan
oleh Gubernur melalui Keputusan Gubernur.
Publikasi data profil desa dilaksanakan melalui surat dinas, publikasi media cetak dan
elektronik, publikasi digital website dan teknologi informasi pemerintahan lainnya.
Data profil desa yang dipublikasikan kabupaten/kota dan provinsi didistribusikan
kepada seluruh pelaku pemerintahan, pembangunan, pelayanan publik dan
pemberdayaan masyarakat serta kepada pemerintah pada berbagai tingkatan mulai
dari desa dan kecamatan sampai pemerintah provinsi, pemerintah pusat serta pihak
lain yang berkepentingan untuk didayagunakan sesuai kebutuhan masing-masing.
Keadaan sosial budaya masyarakat desa thamaksin dalam aktifitasnya sehari-hari adalah
bersamaan hubungan sosial dan komunitas secara timbal balik secara individual maupun
kelompok, seperti bidang adat, agama, dan sosial kemasyarakatan.
C. Bidang Pemerintahan
Sejak terbentuknya menjadi desa definitif tahun 2013, maka berdasarkan undang –
undang nomor 32 tahun ........, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun ....., dan peraturan
daerah yang berlaku, Pemerintah Desa dipimpin oleh Desa beserta perangkatnya yaitu
Sekretaris Desa, Kepala-Kepala Urusan, Kepala Dusun serta didukung oleh Organisasi
dan Lembaga-Lembaga lainnya seperti BMK, APARAT, PKK, LPM BPD Desa.
D. Bidang Pembangunan
Pelaksaan program pembangunan di Desa dimulai dengan adanya MUSBANGKAM,
yang setiap tahunya dilaksanakan bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
(LPMD) dan Badan Perwakilan Kampung (BPK) membahas kegiatan-kegiatan prioritas
yang dibutuhkan masyarakat serta penentuan alokasi dana melaluianggaran bantuan
pemerintah pusat, alokasi dana hibah lewat kecamatan/distrik (proyek PKK), alokasi dana
bantuan pemerintah provinsi dan alokasi dana bantuan pemerintah kabupaten serta alokasi
dana swadaya dan gotong-royong masyarakat Desa Thamaksin.
E. Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan sementara di Desa Thamaksin belum ada POLINDES, PUSTU dan
lain-lain sehingga masyarakat yang sakit berobat di PUSKESMAS yang dibangun di
Desa Gilika, namun para tenaga medis seperti Dokter, Mantri, dan Kader tidak menetap
untuk melayani pasien sehingga banyak masyarakat yang berobat diluar kota.
3. Bidang Pertanian
Penanaman Jangka Panjang
Pertanian penanaman jangka panjang (PJP) yang ditanami oleh Masyarakat Kampung
Thamaksin adalah :
Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Tinatar adalah sebagai berikut :
Ternak Babi
Ternak Ayam
Ternak Kelinci
Kolam Ikan dll.
3. Burung Kabum/Pek
Alam Papua dihiasi dengan berbagai jenis burung yang mendiami
di hutan yang sangat luas dan kaya raya, sehingga manusia tinggal
mewaris hutan dengan baik dan dijaga serta di belihara supaya
hutan jangan musnah oleh orang-orang pendatang, atau orang luar
Papua.
4. Burung Kasuari
Burung Kasuari yang banyak terdapat di Papua, lebih khusus lagi
di Pegunungan tengah Papua. Namun banyak yang kita bunuh
untuk makan, lihat gambar di sambaing dua orang sedang pikul
burung Kasuari bawa pulang ke rumah untuk di masak. Sehingga
sesuai dengan hasil keputusan rapat maka dilarang untuk bunuh,
baik secara langsung maupun pakai jerat yang di pasang.
5. Ular Tanah
Ular merupakan hewan yang tidak memiliki kaki/tangan tapi bias
jalan dengan cara merayap badan atau kekuatan tenaga yang
memiliki, tentang sejarah ular merupakan asal-usul manusia yang
di sebut dengan Suku Wabuk, khususnya di wilayah Gilika,
sehingga banyak orang yang tak makan Ular tersebut. Dari sisi itu
maka sesuai dengan hasil keputusan bahwa di larang membunuh
ular dengan sembarang, karena menjaga atau menyusui hutan supaya hutan tumbuh subur
dan lain senagainya.
6. Kali
Air merupakan suatu kebutuhan sekunter yang baling utama, entah
itu Manusia maupun makhluk hidup. Bagi manusia selain untuk
minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat sebagai : 1. Sarana
Transportasi, 2. Wisata atau rekreasi, 3. Berguna untuk PLTA, dan
lain sebagainya. Sehingga perlu lestarikan kali/air bagi kehidupan
manusia khususnya di Papua.
7. Seni Budaya
Budaya merupakan tak dapat di lupakan dari dulu, sekarang da
selamanya. Budaya orang Gilika saat tansa baik waktu acara
penyembutan maupun waktu Natalan serta waktu acara besar
lainya seperti gambar di sambaing. Budaya adalah sudah ada
sejak dulu waktu nenekmoyang orang Mek, khususnya di
Gilika.
B. Hasil Keputusan Harga dan lain lain
Keputusan hasil keputusan musyawarah ini semua harga telah di tetapkan di Desa
Thamakasin, antara lain :
Perempuan yang sudah punya suami tapi kawin dari orang lain sanksi kepada pelaku
sebagai berikut :
a. Babi 10 ekor
b. Perempuan Pujangan 1 Ekor Babi, apa bila perempuan tersebut sudah punya pacar
maka 2 Ekor Babi.
Dalam data Gereja dan peraturan pemerintah berpintahan perempuan dari Gereja ke
Gereja ialah.
a. Dari GKI ke GJPI Rp. 2.000.000
b. Sebaliknya dari GJPI ke GKI Rp. 2.000.000
4. Pasar Lokal
Kami 14 Pemerintah kampung setempat dan pos rayon dan kereja serta masyarakat
resmi membuka atau aktikan kembali pasar hari selasa dan hari Jumat.
Harga Pasar yang Berlaku Sebagai Berikut :
a. Pembelian Babi Hidup Kampung Gilika dan sekitarnya Rp. 10.000.000 (sepuluh
juta) ke bawah.
b. Kunjungan atau acara besar dan waktu pesta politik Rp. 15.000.000 (lima belas
juta ) kebawah.
5. Harga Daging
a. Jual daging Wam di pasar harganya Rp. 500.000 (Lima Ratus Ribu) ke bawah.
b. Harga Ayam Kampung Rp. 200.000
c. Waktu acara dan hari-hari besar atau Umum Rp. 400.000
d. Tikus Pohon Rp. 100.000
e. Tikus Tanah Rp. 50.000
melanjutkan Sekolah Dasar (SD) Inpres Welarek, selesai Tahun (2002) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kurima Welarek Tahun 2005 dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) YAPIS Wamena (2009) di Wamena, sesudah itu melanjutkan Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah Jayapura (2013). Selama menjadi
Mahasiswa aktif dalam berorganisasi (Ketua) Ikatan Pelajar mahasiswa Distrik Benawa di Jayapura
periode 2010-2012, (Sekretaris Internal Kampus) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Periode 2011-2013,
(Sekretaris) Komisariat Marthen Luther Kampus STIKOM dan STIH UMEL MANDIRI, Gerakan
Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Masa Bakti 2008-2010, Staf Sekretaris Fungsi (SEKFUNG).
Masyarakat & Pjs, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Jayapura Masa Bakti 2010-
2012 dan Koordinator Distrik Benawa Himpunan Mahasiswa Kabupaten Yalimo (HMKY) Se-Indonesia
PENULIS
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PROGRAM KERJA DESA THAMAKSIN TAHUN 2013
A. Program Kerja Pembangunan Gedung Serba Guna Tahap Ke-1 Tahun 2013
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PROGRAM KERJA DESA THAMAKSIN TAHUN 2014
1. Kegiatan Program Kerja Pemasangan Air Bersih Tahap Ke-1 Tahun 2015
1. Program Kerja Kegiatan Kolam Ikan Tahap Ke-2 Tahun 2015
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PROGRAM KERJA DESA THAMAKSIN TAHUN 2016