Anda di halaman 1dari 53

PEMERINTAH KABUPATEN YALIMO

DISTRIK BENAWA
KAMPUNG THAMAKSIN
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas perlindungan dan penyertaan-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan dalam penulisan Profile Desa Thamaksin ini dengan baik
dan sukses dalam waktu yang singkat, tujuan dari pada Profil ini adalah sebagai pelengkap
dalam satu desa yang memenuhi syarat untuk tidak dikanggu gugat oleh siapa pun. Oleh
sebab itu, kami menyampaikan terima kasih atas masukan dan saran kepada kami dalam
penulisan profil ini supaya profil Desa ini dapat berguna bagi kita semua.
Adapun dalam penulisan profil kampung ini banyak kekurangan maupun dalam penulisan
yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh yang berwenang namun, sesuai dengan
kemampuan lingkungan kampung yang kami tercantum dalam penulisan laporan profil ini
sehingga kami juga mohon maaf sebelum laporan kami ini ke dinas bersangkutan di Elelim.
namun harapan kami bahwa laporan profil kampung ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir dari laporan profil kampung ini, kami juga tak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapa Bupati Kabupaten Yalimo di Elelim
2. Bapak Asisten 1 Sekda Kabupaten Yalimo di Elelim
3. Bapak Kepala Dinas BPMK Kabupaten Yalimo di Elelim
4. Bapak Kepala Dinas PMK Kabupaten Yalimo di Elelim
5. Bapak Kepala dinas Infektorat Kabupaten Yalimo di Elelim
6. Bapak Kepala Distrik Benawa di Benawa
7. dan 6 (enam) Kepala Kampung di Wilayah Gilika

Thamaksin, November 2016

KEPALA KAMPUNG KETUA BMK

GILION PALUKE AZERT MEKE

Mengetahui,
KEPALA DISTRIK BENAWA

PENEHAS PEYON,S.Sos
NIP. 1982101720050001
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i


KATAPENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii

BAB. I PENDAHULUAN ........................................................ 1


A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Undang-Undang Desa .......................................................... 3
C. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Papua ................... 5
D. Langkah Kedepan Membangun Desa di Papua ................... 6
E. Dasar Penyusunan Profil Desa ............................................. 7

BAB. II PERAN KEPALA DESA .......................................... 8


A. Peran Kepala Desa ............................................................... 8
B. Peraturan Desa/Kampung Thamaksin.................................. 10

BAB. III PROFIL KAMPUNG .............................................. 15

A. Profil Kampung Thamaksi ................................................... 15


B. Sejarah Kampung Thamaksin .............................................. 15
C. Kondisi Pembangunan Desa Thamaksin………………….. 16
D. Visi dan Misi Desa Thamaksin…………………………… 17
E. Demografi data Penduduk Desa Thamaksin……………… 18
F. Struktur Kelembagaan Desa……………………………… 20
G. Luas Wilayah dan Keadaan Alam………………………... 22
BAB IV KEADAAN EKONOMI MASYARAKAT......…... 29
A. Keadaan Ekonomi…………………………………………. 29
B. Bidang Sosial Budaya …………………………………….. 30
C. Bidang Pemerintahan……….……………………………… 30
D. Bidang Pembangunan…………………………………...…. 30
E. Bidang Kesehatan …………………………………………. 30
F. Bidang Perekonomian …………………………………….. 30
BAB V HASIL KEPUTUSAN RAPAT BMK……………… 33
A. Hasil Keputusan Rapat ……………………………………. 33
B. Hasil Keputusan Harga dan lain lain………………………. 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 41


TENTANG PENULIS……………………………………… 42
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………….. 52
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut pemerintah desa sebagai


ujung tombak pemerintah yang merupakan akronim dari pemerintah pusat dimana
berafiliasi langsung dengan masyarakat diharapkan dapat secara efektif dalam
menjalankan tugas-tugas pemerintah sebagai pemerintah yang berada di desa guna
terwujudnya pembangunan disegala bidang. Desa dimaknai sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan berada di
kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem
penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakatnya. Peran aparatur pemerintah desa sangat diharapkan dalam
rangka
mewujudkan peran pemerintahan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah dalam
UU No. 32 tahun 2004, yakni pemerintah desa diberikan kewenangan untuk mengatur
dan mengurus daerahnya masing-masing demi kesejahteraan rakyat yang berimbas
kepada terwujudnya pembangunan nasional. Dalam lingkungan pemerintah desa, kepala
desa dan seluruh perangkat desa sebagai pelaksana tugas pemerintah di desa yang
diharapkan dapat melaksanakan tugas pemerintah desa dengan baik demi terciptanya
kesejahteraan dan pembangunan rakyat di desa. Peran aparatur Pemerintah di Kampung
Meyado belum terealisasi dengan baik dalam pelayanan publik terhadap masyarakat,
suatu hal dapat dikatakan terealisasi dengan baik dan efisien apabila sesuai dengan yang
dikehendaki oleh masyarakat.
Konsekuensi logis dalam Undang-Undang No.6 Tahun 2014 membawa optimisme
akan terjadinya revolusi pembangunan yang berbasis Desa. Namun demikian, membawa
juga pesimisme setelah mengikuti perkembangan dalam setahun pasca disahkan undang-
undang ini. Khusus pesimisme, dapat terjadi diantaranya, sosialisasi undang-undang ini
tidak serius dilakukan. Undang-Undang Desa mengisyaratkan titik tolak pembangunan
harus perangkat dari Desa dengan memberikan kewenangan penuh kepada Masyarakat
dan Perangkat Desa. Semangat yang dibawa oleh undang-undang ini adalah
penghargaan atas keberagaman hak-hak tradisional, sebagai payung hukum bagi
pemerintahan desa, memberi anggaran yang besar langsung turun ke desa, membuka
kesempatan mengelola potensi desa melalui badan usaha milik desa, dan mendorong
adanya transfer teknologi.
Berhadapan dengan itu di Papua sendiri sejak 2001 sudah diberlakukan Undang-
Undang Nomor. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua yang memuat semua hal
yang terkait dengan kepentingan hak-hak hidup masyarakat adat Papua, seperti
penghargaan dan perlindungan hak-hak adat dalam aspek ekonomi, sosial budaya, politik
dan hukum termasuk pemberdayaan pemerintahan kampung. Disamping UU Nomor 21
Tahun 2001 yang mengatur kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten, Undang-
undang Desa juga memberikan perhatian pada masyarakat adat Papua yang hidup di desa
atau kampung. Sekalipun kenyataannya belum terimplementasi dengan baik amanat
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 ini, perhatian pada pembangunan di Papua selalu
berangkat dari persoalan pembangunan kampung sebagai basis hidup orang asli Papua.
Dengan begitu, wacana pembangunan Papua selalu merujuk pada karakterisktik
geografis, keberagaman sosial budaya, dan kekhususan lainnnya. Demi berhasilnya
undang-undang Desa, maka hal-hal yang berkaitan dengan Otonomi Khusus menjadi
factor penting untuk dipertimbangkan. Dari karakteristik desa atau kampung di Papua,
masyarakat Papua sebenarnya hidup dalam karakteristisk geografis yang menantang.
Hampir semua Desa atau Kampung di Papua adalah kampung yang tertinggal terutama
masalah pendidikan dan kesehatan, sementara ekonomi masyarakat dan infrastrukur
masih juga jauh panggang dari api. Bukan baru kali ini saja perhatian pada kampung-
kampung di Papua mulai didengungkan, tetapi selama tiga belas tahun pelaksanaan
undang-undang Otsus, telah juga diberi perhatian pada kampung dengan berbagai
program seperti Respek dan PNPM MANDIRI, Prospek dan lain-lain. Tetapi apa yang
terjadi, semua itu belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Apa masalahnya? Dibalik
optimisme undang-undang desa, apa yang harus dilakukan untuk Papua? Apakah
diberlakukan kebijakan affirmatif lagi untuk kampung di Papua.
B. Undang-Undang Desa dan Masyarakat Adat

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka eksistensi
kelembagaan desa akan semakin berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu
menjadi perhatian luas untuk bagaimana bisa dilindungi dan diberdayakan agar kedepan
menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga sudah bisa tercipta suatu landasan
yang kuat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat
desa yang adil, makmur dan sejahtera. Saat ini (Medio Februari 2015), Undang-undang
Desa baru menghasilkan dua instrument peraturan pelaksanaan yakni, UU No.6 Tahun
2014 diikuti dengan PP No 43/2014 tentang Paraturan Pelaksana UU Desa dan PP
No.60/2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN dan Perpres No.11 /2015
tentang Kementerian Dalam Negeri. Perpres No. 12/2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Peraturan turunan tentu menjadi
pekerjaan rumah yang mendesak diselesaikan, termasuk Perdasi dan Perdasus yang
diamanatkan undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 pun harus diselsaikan. Sementara
itu, otonomi khusus Papua sampai saat ini belum dievaluasi.

Kembali pada desa, dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan masyarakat desa,
maka Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa ini, telah memperjelas
karakteristiknya dengan sebutan desa dan desa adat dimana dulunya berdasarkan UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah tidak pernah dikenal sebutan desa
adat. Namun, fungsinya tetap sama yaitu untuk mewujudkan efektivitas penyelengaraan
pemerintahan desa agar dapat mempercepat proses peningkatan hidup masyarakat desa
dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Adapun sebutan desa adat atau yang disebut
nama lain sesungguhnya disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah
setempat. Seperti di Provinsi Papua dan Papua Barat sesuai Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 disebut kampung. Di Provinsi Sumatera Barat disebut Nagari, demikian pula
di provinsi Bali penyelanggaraan model desa adat sudah berlangsung lama. Hal ini adalah
sebuah pengakuan dan penghormatan Negara terhadap nilai-nilai keberagaman dan
kearifan lokal yang berlaku sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selain itu, untuk lebih melestarikan dan memajukan adat, tradisi dan
budaya setempat agar lebih bergairah untuk mendorong prakarsa, gerakan maupun
partisipasi masyarakat local untuk bangkit membangun desanya.
Sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua,
sebutan desa di Provinsi Papua dan Papua Barat berubah menjadi kampung dan sebutan
kecamatan berubah menjadi distrik. Setelah adanya Undang –Undang Nomor 21 Tahun
2001, dan adanya pemekaran daerah kabupaten dan kota maka jumlah kampung di
Provinsi Papua dan Papua Barat berkembang menjadi 5.204 kampung atau desa dan dari
jumlah itu 4.049 merupakan kampung yang sangat tertinggal. (Sumber
Kementerian PDT) Dalam kenyataan, banyaknya jumlah kampung di Papua, menjadi
ajang rebutan pengaruh calon kepala daerah dalam mendapatkan dukungan suara pada
saat pemilukada berlangsung. Pemekaran kampung sebagai prasyarat untuk peningkatan
volume bantuan dana alokasi umum bagi daerahnya.

Dari motif politik demikian, akhirnya eksistensi nilai kesatuan masyarakat adat pada
suatu wilayah tertentu terpecah belah akibat terbentuknya kampung-kampung baru sesuai
kepentingan politik penguasa lokal. Padahal, dalam sistem dan struktur adat, nilai dan
tradisi yang berlaku pada masyarakat adat secara fungsional tidak dapat dipisah-pisahkan
satu sama lain. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 96 mengatakan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupate/kota melakukan penataan
kesatuan masyarakat hukum adat dan ditetapkan menjadi desa adat.

Dilakukan penataan dimaksud adalah terhadap suatu kesatuan hukum adat beserta hak
tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai sebuah
kesatuan politik dan kesatuan hukum yang tentunya tidak mengancam kedaulatan dan
integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia serta substansi norma hukum adatnya
sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di
Provinsi Papua maupun Papua Barat, sistem kesatuan masyarakat adat sesungguhnya
sudah terbentuk secara turun temurun. Polanya sudah tertata sedemikian rupa dengan
struktur kepemimpinan adat yang terpola begitu rapih dan ketat. Seperti tradisi sistem
kepala suku yang berlaku pada masyarakat adat Lembah Baliem dan juga sistem ke-
ondoafian yang berlaku pada masyarakat adat Sentani. Mulai dari wilayah kekuasaan
(konfederasi perang), kepala suku perang, kepala suku penjaga adat, tua-tua adat, kepala
suku penjaga kesuburan, tua-tua adat penjaga perdaiaman, ketertiban, seluruhnya tertata
rapi dan masing-masing berperan sesuai fungsinya.
Membaca gambaran peningkatan dana bantuan desa tersebut cukup menantang bagi
aparat kelembagaan desa atau kampung. Namun semua bantuan dana tersebut adalah
sebuah konsekuensi logis dari amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa Pasal 71, ayat (2) alokasi anggaran tersebut bersumber dari Belanja Pusat dengan
mengefektifkan program berbasis desa secara merata dan berkeadilan. Selain dana yang
bersumber dari belanja pusat, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mengamanatkan
pula sumber pendapatan desa itu antara lain, dari : (1) Penghasilan Desa; (2) Bagian dari
hasil pajak daerah dan Retribusi Daerah kabupaten/kota; (3) Alokasi Dana Desa yang
merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota ; (4) Bantuan
keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan
dan belanja daerah kabupaten/kota; (5) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari
pihak ketiga; dan (6) lain-lain pendapatan desa yang sah.
Jika dikalkulasi secara matematis, setiap tahun dana pembangunan desa bisa mengalir
sekitar Rp. 1 milliar lebih. Angka ini menjadi isu yang cukup seksi sehingga memikat
perhatian begitu besar para politisi untuk berebut memanfaatkannya sebagai isu politik
yang strategis untuk menarik hati rakyat, termasuk dijadikan materi pokok kampanye
dalam pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 lalu.

C. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Papua

Kita harus keluar dari praktik-praktik kotor selama ini diberlakukan, dimana jabatan
kepala kampung sering dipolitisasi oleh kepentingan politik penguasa lokal. Siapapun
menjadi kepala kampung adalah orang yang diangkat langsung oleh kepala daerah,
sehingga loyalitas seorang kepada kampung terhadap kepemimpinan kepala daerah begitu
tinggi. Praktik pengangkatan jabatan kepala kampung dilakukan oleh kepala daerah
sebenarnya sudah bertentangan dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah, dimana kepala kampung harus dipilih secara langsung oleh
masyarakat, namun para kepala daerah kabupaten/kota di provinsi Papua dan Papua Barat
selama ini bertindak sendiri sesuai kemauan politiknya dengan melanggar undang-undang
dimana seorang kepala kampung ditunjuk sendiri melalui SK Bupati. Hal ini berlangsung
bertahun-tahun lamanya, namun pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Dalam
Negeri tetap membiarkan praktik-praktik yang melanggar amanat undang-undang itu
terus berlangsung.
Walaupun Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sudah tegas mengatur
bahwa pemilihan kepala desa (kepala kampung) dilakukan secara langsung oleh rakyat
namun berkaca pada pengalaman buruk selama ini, kemungkinan untuk melakukan
pelanggaran tetap terbuka. Pemilihan kepala kampung ditunjuk langsung oleh kepala
daerah sesuai kepentingan politiknya. Jika kebiasaan ini tidak segera berubah, maka
fungsi penyelenggaraan pemerintahan kampung tidak akan efektif bekerja untuk
membangun kampungnya menuju peningkatan kesejahterahan bersama masyarakat adat
di kampung tersebut. Oleh karena itu dalam pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 ini
mekanisme pemilihan kepala kampung di Provinsi Papua dan Papua Barat harus diletakan
pada amanat undang-undang yaitu dipilih langsung oleh masyarakat adat.

D. Langkah Kedepan Membangun Kampung di Papua

Merujuk pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa atau
kampung adat jika diinklusifkan dalam tatanan kepemimpinan masyarakat adat
sebagaimana tersebut di atas, tentu akan lebih afdol dan bergerak lebih efektif dan
harmonis. Maka kalau pemerintah ingin menata kehidupan masyarakat adat di Tanah
Papua agar lebih maju dan sejahtera, sebaiknya dirujuk saja ke dalam sistem dan struktur
kesatuan masyarakat adat yang sudah ada dan diformalkan menjadi kampung adat (desa
adat). Masing-masing struktur kelembagaan adat diangkat sebagai pelaku dalam
komposisi lembaga pemerintahan kampung adat. Misalnya, kepala suku perang diangkat
menjadi kepala kampung adat dan berikutnya turun ke struktur kelembagaan adat yang
lain. Dengan demikian, struktur kelembagaan kampung adat akan berfungsi lebih dinamis
dan lebih efektif dalam memanfaatkan bantuan dana desa atau mengelola dana kampung
adat secara bertanggung jawab. Sebelum merealisasikan pemerintah kampung adat, maka
perlu kiranya melakukan pemetaan terhadap desa adat di Papua termasuk melanjutkan
pemetaan yang dilakukan selama ini. Tentu saja pemetaan yang dimaksud adalah
pemetaan partisipatif yang melibatkan seluruh warga dalam wilayah adat yang
bersangkutan. Dalam kerangka pemetaan inilah dilakukan pula sosialisasi undang-undang
desa, dan evaluasi pelaksanaan program yang selama ini dilaksanakan di tingkat
kampung, sebagai bagian dalam menata kembali hubungan masyarakat adat dan negara.
Selanjutnya adalah mempersiapkan perangkat kampung untuk menyelenggarakan
pemerintahan kampung dalam suatu manajemen modern yang transparan, partisipasi dan
akuntabel.
E. Dasar Pelaksanaan
Adapun dasar pelaksanaan pembuatan Profil desa ini berdasarkan permendagri dan
Undang-Undang Desa sebagai Berikut :
1. Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua;
2. Disamping UU Nomor 21 Tahun 2001 yang mengatur kebijakan di tingkat Provinsi
dan Kabupaten;
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Program seperti Respek dan PNPM
MANDIRI, Prospek dan lain-lain;
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua.
5. Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa,
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Paraturan Pelaksana Undang-
Undang Desa dan
7. Peraturan Pemerintah Nomor. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
APBN dan Perpres No.11 /2015 tentang Kementerian Dalam Negeri;
8. Perpres No. 12/2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal;
BAB II
PERAN KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DESA

A. Peran Kepala Desa


Peran Kepala Desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan,
sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya. Peran aparatur pemerintah desa sangat diharapkan dalam rangka
mewujudkan peran pemerintahan sesuai dengan yang diharapkan oleh dalam UU Nomor
32 Tahun 2004, yakni Pemerintah Desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan
mengurus daerahnya masing-masing demi kesejahteraan rakyat yang berimbas kepada
terwujudnya pembangunan nasional.
Pengaturan mengenai sebutan desa menjadi kampung serta kecamatan distrik diatur
dalam undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otomi khusus bagi Provinsi Papua
sampai sejauh ini peran aparatur Pemerintah di Kampung belum terealisasi dengan baik
dan efesien apabila sesuai dengan yang dikehendaki oleh Governance Masyarakat.
Artinya, pencapaian hal yang dimaksudkan diatas merupakan pencapaian dan tujuan yang
dilakukan sesuai dengan tindak-tindakan untuk mencapai tujuan dan maksud dari pada
masyarakat.

Tujuan yang dimaksud disini adalah peran peran dari pada pemerintah kampung
khusunya kepala kampung dalam proses pencapaian tujuan dan/atau keberhasilan dalam
melaksanakan program atau kegiatan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Salah
satu sasaran utama dari peran kepala Kampung yakni terciptanya pelayanan yang baik
kepada masyarakat. Peran aparatur pemerintah desa merupakan upaya yang diharapkan
oleh masyarakat untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif
yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik (Anwar, 2005).
Dalam pengamatan penulis dilapangan, peran setiap Kepala Kampung masih belum
efektif dan efisien dalam menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak bekerja sesuai
dengan apa yang diharapkan dari masyarakat. hal ini menyebabkan proses pelayanan
kepada masyarakat kurang baik.
Masalah yang dapat dirasakan secara langsung tentang penyelenggaraan pemerintahan
kampung seperti pelayanan pembuatan surat keterangan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
surat keterangan akte kelahiran yang kurang lancar, disebabkan karena pemerintah
kampung yang sering terlambat masuk kantor dan pulang lebih awal dari waktu yang
telah ditentukan. Oleh sebab itu pelayanan belum maksimal kepada masyarakat.

Demikian juga ada salah satu faktor utama yang membuat masyarakat mengeluh
terhadap peran dari pada kepala kampung dan perangkat kampung sering meninggalkan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayanan masyarakat (public service). Selain itu
peran Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugasnya belum maksimal. Masih
kurangnya program pemerintahan kampung yang tidak terealisasi baik sesuai dengan
harapan masyarakat kampung setempat.
B. PERATURAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN YALIMO


DISTRIK BENAWA
KAMPUNG THAMAKSIN

PERATURAN KAMPUNG THAMAKSIN


Nomor : 014/PERKAM-THAM/DIS-BEN/V/2016

TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KAMPUNG
TAHUN ANGGARAN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA KAMPUNG THAMAKSIN

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan pasal ….. Peraturan Daerah Kabupaten
Yalimo Nomor …. Tahun ….. tenteng ….. Kepala Kampung menetapkan
Pendapatan dan Belanja Kampung tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kampung (APBKam);
b. bahwa Rancangan Peraturan Kampung tentang Anggaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) sebagaimana dimaksud pada
huruf a, telah dibahas dan disepakati bersama Badan musyawarah Kampung
(BAMUSKAM);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Rancangan Peraturan Kampung Thamaksin
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) menjadi
Peraturan Kampung Thamaksin tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kampung (APBKam) Tahun 2016.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian
Barat (Lembaga Negara Rebuplic Indonesia) Tahun 1969 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 2907;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme Lembaran
Negara Rebuplic Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Rebuplic Indonesia Nomor 3851;
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua (Lembaga Negara Rebuplik Indonesia) Tahun 2001 Nomor
135, tambahan Lembaga Negara Rebuplik Indonesia Nomor 4551
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Papua (Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 112, tanbahan
Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 4884);

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten


Yalimo Provinsi Papua (Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Tahun 2008
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 4803);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Rebuplic Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara
Rebuplic Indonesia Nomor 2495);
6. PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelksanaan UU Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 123,
tambahan Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 5539), sebagaimana
telah diubah PP Nomor 47 Tahun 2015 tentang perubahan atas PP Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Rebuplic Indonesia tahun 2015 Nomor 157
tambahan Lembaran Negara Rebuplic Indonesia Nomor 5717);
7. PP Rebuplik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana Kampung yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (Negara
Rebuplik Indonesia Tahun 2014 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara
Rebuplic Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan PP Nomor 8 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas PP
Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana kampung yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( Lembaran Negara Rebuplic
Indonesia Tahun 2016 Nomor …. Tambahan Lembaran Negara Rebuplic
Indonesia Nomor ….);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI) Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pengolahan Keuangan Kampung (Berita Negara Rebuplik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2093);
9. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Yalimo Nomor ….. Tahun …..
tentang …. Lembaran Daerah Kabupaten Yalimo Tahun ….. Nomor ….. );

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN MUSYAWARAH KAMPUNG THAMAKSIN

MEMUTUSKAN

Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN KAMPUNG THAMAKSIN TENTANG


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KAMPUNG TAHUN ANGGARAN
2016

Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung Tahun Anggaran 2016 dengan Rincian sebagai
berikut :

1. Pendapatan Kampung
2. Belanja Kampung
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung Rp. ……………….
b. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp. ……………….
c. Bidang Belanja Modal Rp. ……………….
d. Bidang Tak Terduka Rp. ……………….
Jumlah Belanja Rp. ………………..
Surplus / Devisit Rp…………………

Pasal 2

Uraian lebih lanjut mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam)
sebagaimana dimaksud pada pasal 1, tercantum dalam lampiran Peraturan Kampung ini
berupa Rincian Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung.

Pasal 3

Lampiran-lampiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari Peraturan Kampung ini.
Pasal 4

Kepala Kampung menetapkan Perturan Kepala Kampung dan/atau Keputusan Kepala Kampung guna
Pelaksanaan Peraturan Kampung ini.

Pasal 5

Peraturan Kampung ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Kampung ini dalam Lembaga Kampung dan
Berita Kampung oleh Sekretaris Kampung.

Ditetapkan di : Thamaksin
Pada Tanggal : 25 Mei 2016

KEPALA KAMPUNG THAMAKSIN

GILION PALUKE
BAB III
PROFIL DESA THAMAKSIN

A. Profil Desa Thamaksin


Profil desa merupakan langkah untuk mengetahui tentang batas-batas dan jarak antar desa
serta mengetahui berapa hasil kekayaan alam dan keadaan lingkungan suatu kampung.
Maka lebih dan kurangnya kami membahas tentang pemenuhan kekayaan desa
Thamaksin dibawah ini.

B. Sejarah Desa Thamaksin

Nama Thamaksin di ambil dari nama kampung setempat yang pertama kali Injil masuk di
kampung tersebut, Desa Thamaksin baru dimekarkan pada tahun 2013 yang lalu sampai
dengan sekarang ini.
Ceritera rakyat tentang awal mula kampung thamaksin dipimpin oleh kepala suku besar
yang namanya, Sahengi Sahe sebagai raja untuk pimpin kampung tersebut sekaligus
menerima injil di daerah itu.
Sedang pemerintah Desa Thamaksin baru mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan perundang-undangan. Sebalum Desa Thamaksin di mekarkan sebagai desa
definitif, Thamaksin merupakan bagian dari desa induk Gilika yang di kepalai oleh :
Petrus Nelambo, selanjutnya alm. Paulus Bere dan yang ketiga Andinus Wisal sampai
saat ini.

C. Kondisi Pembangunan Desa Thamaksin


Kondisi geografis Desa Thamaksin sangat sulit dengan berbagai kondisi
penggunaannya sehingga bila dibandingkan dengan desa-desa lain diwilayah Kecamatan
Benawa, tidak bisa dipungkiri bahwa Desa Thamaksin termasuk tertinggal dalam
pembangunan terutama dalam bidang sarana dan prasarana. Hal ini dapat dilihat dalam
hal sarana dan prasarana jalan, sarana gedung kantor, air bersih’ Sampai saat ini Desa
Thamaksin baru memiliki pembangunan. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa di Desa
Thamaksin masih banyak masyarakat dibawah garis kemiskinan, yaitu sekitar 970 jiwa
dari total 1.135 jiwa penduduk Desa Thamaksin atau 90% dari jumlah penduduk Desa
Thamaksi.

Namun demikian, Desa Thamaksin juga terus berusaha semaksimal mungkin untuk
lebih giat dan selalu menbangun desa ini sehingga mampu mensejajarkan diri dengan
desa-desa lain di Kecamatan Benawa. Hal ini bisa dilihat dengan adanya keseriusan Desa
Thamaksin untuk selalu meningkatkan pembangunan di segala bidang, sebab sudah
terbukti walaupun hanya tiga tahun saja menjabat kepala desa sudah beberapa
pembangunan dalam tabel dibawah ini :

Table 1.1. jenis Pembangunan Kampung

No Tahun Tahap Jenis Pembangunan


Pelaksanaan Penerimaan
1 2 3 4

1 Tahun 2013 Ke-1 Pembangunan Jembatan Gandung Kali Gilika


Ke-2 Pembangunan Kantor BMK
2 Tahun 2014 Ke-1 Jalan Karya Kampung
Ke-2 Pembuatan Pagar Keliling Kampung
Ke-3 Penanaman Bibit Buah Merah 50 h
3 Tahun 2015 Ke-1 Pemasangan Air Bersih
Ke-2 Pembuatan Kolam Ikan
4 Tahun 2016 Ke-1 1. Pembangunan Kantor Kampung
2. Jalan Karya Kampung 450 m
Ke-2 1. Pembangunan Rumah Layak Huni
D. Visi dan Misi Desa Thamaksin
a. Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan Visi Desa
Thamaksin ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan di Desa Thamaksin seperti pemerintah desa, BPD, tokoh masyarakat,
tokoh agama, lembaga masyarakat desa dan masyarakat desa pada umumnya.
Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan kerja wilayah pembangunan di
Kecamatan. Maka berdasarkan pertimbangan di atas Visi Desa Thamaksin adalah:

Visi : “Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pembangunan Yang


Mandiri dan Berkesinambungan”.

b. Misi

Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat sesuatu
pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa tersebut. Visi
berada di atas misi. Pernyataan visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat di
operasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusunan visi, misipun dalam
penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan
kebutuhan Desa Thamaksin, sebagaimana proses yang dilakukan maka misi Desa
Thamaksin adalah:
1. Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat yang Mencakup Agama, Pendidikan,
Kesehatan dan Ekonomi Masyarakat;
2. Meningkatkan Kinerja Pembangunan di Bidang Ekonomi Berbasis Potensi Local
yang Berwawasan Lingkungan;
3. Mewujudkan Pembangunan Guna Mensejahterakan Masyarakat di Segala Bidang;
4. Meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Ekonomi Rakyat.

Motto : “Kampungku adalah Istanaku, Pembangunan Merupakan Merubah Masa Depan


Kampungku.”
E. Demografi Data Penduduk Desa Thamaksin
Desa Thamaksin hanya terdiri dari 7 (Tujuh) dusun saja dengan jumlah penduduk 1.105
Jiwa atau 301 Kepala Keluarga, dengan perincian sebagaimana tabel berikut;

Tabel 1.2. Jumlah Penduduk

No Jenis Kelamin Jumlah


1 Laki – Laki 610
2 Perempuan 495
3 Kepala Keluarga (KK) 301

Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Menurut Umur


No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)
1 > 65 80
2 60 - 65 98
3 55 – 60 102
4 50 – 55 25
5 45 – 50 40
6 40 – 45 59
7 35 – 40 100
8 30 – 35 100
9 25 - 30 178
10 20 – 25 110
11 15 – 20 98
12 10 – 15 60
13 5 - 10 45
14 <5 20

F. Fasilitas dan Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan di desa Thamaksin belum ada sarana pendidikan tingkat PAUD s/d
Tingkat SMP sehingga anak usia sekolah masih nganggur dan tidak sekolah. Sehingga
anak-anak sekolah di distrik lain seperti Welarek dan di Kabupaten Jayawijaya.
Komposisi penduduk Desa Thamaksin berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tingkat pendidikan masyarakat Desa thamaksin adalah sebagai berikut :

Tabel I.4: Tingkat Pendidikan Masyarakat


No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)
i ii iii
1 Tidak Sekolah / Buta Huruf 508
2 Tidak Tamat SD/Sederajat 574
3 Tamat SD / sederajat 12
4 Tamat SLTP / sederajat 5
5 Tamat SLTA / sederajat 3
6 Tamat D1, D2, D3 -
7 Sarjana / S-1 /S-2 3

Adapun di Desa Thamaksin ada beberapa dusun diantaranya :

Table 1.5. Data Dusun Thamaksin


NO NAMA DUSUN KEPALA DUSUN
1 Darius Paluke Dusun Thamaksin
2 Wilem Meke Dussun Buwi
3 Soleman Sahe Dusun Linglingkona
4 Enos Wabuk Dusun Huroman
5 Natan Meke Dusun Narukanggen
6 Obaja Sahe Dusun Mob Kukna
7 Abraham Paluke Dusun Kwarimi

Pada tahun 2013 berdasarkan peraturan pemerintah yang masih mengaju pada peraturan
daerah untuk menyukseskan pembangunan, Thamaksin ditetapkan sebagai satu Desa yang
definitif sehingga kedudukan Kepala Dusun oleh Kepala Desa yang pertama adalah :
1. Sergius Paluke 2013 s/d 2017
2. ............................................
3. ………………………….. dst.
G. Letak Geografis dan Askesbilitas
a. Desa thamaksin adalah salah satu dari 37 (tiga puluh tujuh) desa yang ada di wilayah
Distrik Benawa yang baru dimekarkan sebagai salah satu distrik definitif dari
Kabupaten Jayawijaya sebelum dimekarkan Kabupaten Yalimo, dengan batas-batas
sebagai berikut :
 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gilika
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ikon
 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Iyap
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Benawa

Adapun Jarak antar Desa dan Kecamatan ialah :


 Thamaksin ke Desa Gilika : 1.010 km
 Thamaksin ke Desa Ikon : 8.705 km
 Thamaksin ke Desa Iyap : 7.35, km
 Thamaksin ke Distrik Benawa : 50,535 km
 Thamaksin ke Desa Pensale : 1.100 km

H. Struktur dan Kelembagaan Desa


Dalam hal ini kelembagaan desa diartikan organisasi dan aturan main yang
menentukan ruang gerak organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Aturan main
yang memberikan gerak berjalannya suatu organisasi itu di antaranya undang-undang,
peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah serta Keputusan Kepala
Daerah. Sedangkan lembaga masyarakat adalah suatu himpunan yang mengatur norma-
norma dari tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehiduapan
masyarakat, dimana wujud konkritnya adalah asosiasi.

Organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama
yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Organisasi Pemerintahan
Kampung/Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan
kampung dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Sementara Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung adalah suatu bagan yang
menggambarkan posisi perangkat kampung, mulai dari orang yang memiliki posisi atau
jabatan yang paling tinggi di kampung hingga kepada posisi atau jabatan yang rendah di
kampung. Dari bagan atau struktur ini juga kita bisa tahu kepada siapa kita harus datang
untuk menyelesaikan suatu urusan yang ada di kampung.
Jabatan tertinggi dalam Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung biasanya adalah
Penasihat yaitu orang yang memberi nasihat terhadap Geuchik untuk memutuskan
sesuatu, dan biasanya penasihat ini adalah orang yang mengerti dan berpengalaman akan
hukum dan adat istiadat yang ada di kampung tersebut. Kemudian posisi kedua adalah
Kepala Desa/Geuchik yang memiliki wewenang memimpin penyelenggaraan
pemerintahan kampung. Mengajukan Rancangan Peraturan Kampung, menetapkan
Peraturan kampung yang telah mendapat persetujuan dari penasihat, membina kehidupan
masyarakat kampung, membina perekonomian kampung.

a. Struktur Pemerintahan Desa

Gilion Paluke

Kepala Kampung

Gunder Meke

Sekretaris

Albert Tapla Natan Meke APARAT Saul Sahe Isack Meke


KAMPUNG
Kaur Umum Kaur Pemerintahan Kaur Pembangunan Kaur Kesra

BMK

Azer Meke Simon Ulunggi Alpius Wabuk Markus Paluke Enos Wabuk Kesiler Paluke Yafet sahe

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Anggota
Masyarakat
I. Luas Wilayah Dan Keadaan Alam
Desa thamaksin memiliki luas wilayah 8.424 Ha. Secara umum dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk pemukiman penduduk, fasilitas umum, lahan perkebunan, dan lahan
pertanian, selebihnya berubah hutan yang belum dimanfaatkan secara maksimal karena
tempat berburu dan meramu yang secara topografi menurut porsentasenya adalah sebagai
berikut :
1. Daratan = 50 %
2. Perbukitan = 65 %
3. Pegunungan = 75 %

J. Iklim
Secara umum desa thamaksin beriklim panas dengan cuaca curah hujan berkisar 150-200
mm/tahun. Dengan keadaan iklim demikian sangat merugikan masyarakat yang pada
khususnya petani.

K. Keadaan Penduduk
Desa thamaksin didiami oleh penduduk dengan jumlah 1.155 jiwa, terdiri dari laki-laki
695 dan perempuan 460 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 290 KK (data tahun 2015).

1. Keadaan Penduduk Menurut Suku


Penduduk desa Thamaksin 99% dihuni oleh suku Mek sebagai suku asli dan 1%
adalah Suku Yali (petugas)
2. Keadaan Penduduk Menurut Agama
Penduduk yang berjumlah 1.155 Jiwa dan/atau 301 KK adalah mayoritas beragama
Kristen Protestan.
3. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian / lapangan kerja
Dari jumlah Penduduk 1.155 Jiwa merupakan 98% adalah Petani dan 2% adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS).
BAB IV
KEADAAN EKONOMI MASYARAKAT

A. Keadaan Ekonomi
a. Mata Pencaharian
Untuk mempertahankan kelangsuangan hidup bagi manusia adalah sangat
dibutuhkannya makanan. Untuk memperoleh makanan tersebut manusia berjuang
demi kelangsunganya itu, usaha tersebut dilihat dari kegiatan manusia itu dalam
kehiduapannya sehari-hari, setiap manusia mempunyai usaha yang berbeda-beda
menurut kemampuan mereka. Kegiatan sehari-hari dalam mencari makanan tersebut
sangat menentukan pola hidup diri manusia itu beserta keluarga.
Mata pencaharian sebagian besar keluarga di desa Thamaksin adalah pada bidang
perkebunan dan tokok Sagu sebagai makanan pokok. Jumlah Kepala Keluarga yang
bekerja di bidang perkebun dan tokok sagu sekitar 884 orang.

b. Pola Penggunaan Lahan


Luas desa Thamaksin seluruhnya sebesar 884 Ha, mayoritas penduduk desa
Thamaksin mempunyai pekerjaan sebagai petani, petani. Maka pola pemilikan lahan
sangat berkaitan erat dengan mata pencahariannya. Lahan tersebut terbagi atas 442
Ha, lahan ternak, 442 Ha merupakan daratan yang dimanfaatkan sebagai lahan
pemukiman, lahan pekarangan, sungai, jalan, pemakaman dan lain-lain.

c. Pemilik Ternak
Selain sebagai petani, buruh dan pedagang, pada umumnya penduduk Desa
Thamaksin juga memelihara binatang ternak. Pemeliharaan ternak dipilih penduduk
desa sebagai tabungan hidup, yang juga digunakan untuk memanfaatkan lahan yang
masih banyak padang rumput, dan memanfaatkan dari hasil tanaman dan perkebunan,
sehingga pakan ternak cukup mudah untuk didapatkan. Jenis ternak yang dipelihara
antara lain Babi, ayam, Ikan dan bebek. Masyarakat Desa Thamaksin tidak pernah
mendapatkan bantuan ternak dari Pemerintah sehingga perlu diperhatikan karena ada
banyak lahan yang bisa dibangun kandang maupun kolam untuk peternakan ikan.
d. Saranan dan Prasarana
Prasarana jalan angkutan merupakan salah satu penunjang tercapainya pemerataan
pembangunan. Adapun pemerataan pembangunan dialaksanakan untuk mencapainya
keadilan social bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang sangat baik serta
stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
Lalu lintas pembangunan dengan Kemranjen sebagai ibu kota kecamatan dan Yalimo
sebagai ibukota Kabupaten dihubungkan dengan jalan darat dengan kontruksi jalan
beraspal dari dan menuju pusat desa, dan menuju ke seluruh dusun belum ada jalan
trans sehingga hasil perekonomian oleh masyarakat belum bisa dikonstribusi ke kota/
Kabupaten.
Keadaan jalan yang beraspal dan beton mengakibatkan mobilitas dalam kegiatan
sehari-hari masyarakat menjadi tinggi sehingga banyak masyarakat desa Thamaksin
yang melakukan urbanisasi terutama kaum muda. Sebagian besar penduduk desa
Thamaksin mencari kerja di luar desa ke Kota atau Distrik untuk beberapa waktu
bahkan beberapa tahun, dan kembali ke desa untuk menetap.

e. Sistem Usaha Tani


Ditinjau dari jenis komoditas yang diusahakan, penyusun system usaha tani yang ada
di daerah Kebarongan dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu komoditas pertanian,
seperti padi, jagung, ketela dan kedelai, komoditas pekebunan, seperti cengkeh,
kelapa, komoditas kehutanan, seperti, sengon mahoni, bamboo, jati.
Jenis komoditas pertanian yang mendominasi yaitu tanaman padi, karena system
pengairan sawahnya adalah menggunakan irigasi dan alirannya pun dilakukan
bergiliran untuk desa lain.
Jenis komoditas perkebunan adalah kelapa dan cengkeh, untuk kelapa oleh penduduk
tidak hanya disadap/dideres air niranya untuk dibuat menjadi gula kelapa, namun
yang utama justru dicari hasil buah kelapanya, bahkan di Desa Kebarongan banyak
pedagang buah kelapa yang mengirimkan komoditas ini ke luar daerah seperti ke
Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang dll. Karena bertambahnya penduduk dan
mendiami desa tanah yang masih kosong maka komoditas pohon ini berkurang dan
sangat berpengaruh dengan hasil produksi kelapa yang tentu saja mengurangi peluang
kerja.
Sedangkan untuk komoditas kehutanan yang banyak adalah tanaman Sagu, buah
merah, sukun dan tananman kopi arapika yang ditanam pada lahan milik perorangan.
(Thamaksin; 15 Oktober 2016).

f. Data Prasarana dan Sarana Meliputi :


1. Transportasi;
2. Informasi dan Komunikasi;
3. Prasarana Air Bersih dan Sanitasi;
4. Prasarana dan Kondisi Irigasi;
5. Prasarana dan Sarana Pemerintahan;
6. Prasarana dan Sarana Lembaga Kemasyarakatan;
7. Prasarana Peribadatan;
8. Prasarana Olahraga;
9. Prasarana dan Sarana Kebersihan.

g. Potensi pengembangan terdiri atas:

1. Sangat Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator lebih dari 80% dari
skor maksimal dari potensi yang diukur;
2. Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator antara 70% sampai 80%
dari skor maksimal dari potensi yang diukur;
3. Cukup Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator antara 60 sampai
70% dari skor maksimal dari potensi yang ukur;
4. Kurang Potensial Dikembangkan jika perolehan skor indikator kurang dari 60%
dari skor maksimal dari potensi yang diukur;.

Hasil scoring potensi umum dan potensi pengembangan menentukan tipologi desa dan
kelurahan. Tipologi desa dan kelurahan sebagaimana dimaksud terdiri atas:
1. Tipologi desa perkebunan;
2. Tipologi desa peternakan;
3. Tipologi desa nelayan;
4. Tipologi desa kerajinan dan industri kecil;
5. Tipologi desa industri sedang dan besar; dan
6. Tipologi desa jasa dan perdagangan.
h. Tingkat Perkembangan Desa

Tingkat perkembangan desa dan kelurahan yang mencerminkan keberhasilan


pembangunan desa dan kelurahan setiap tahun dan setiap lima tahun diukur dari laju
kecepatan perkembangan:
1. ekonomi masyarakat;
2. keamanan dan ketertiban;
3. kedaulatan politik masyarakat;
4. peran serta masyarakat dalam pembangunan;
5. lembaga kemasyarakatan;
6. kinerja pemerintahan desa; dan
7. pembinaan dan pengawasan.

Hasil evaluasi keberhasilan kegiatan pembangunan setiap tahun akan menentukan laju
perkembangan desa dalam kategori cepat berkembang, berkembang, lamban
berkembang, dan kurang berkembang.
1. Kategori Cepat Berkembang : jika perolehan total skor pengukuran mencapai
lebih dari 90% dari total skor maksimal tingkat perkembangan desa setiap tahun.
2. Kategori Berkembang : jika total skor mencapai 60% sampai 90% dari total skor
maksimal tingkat perkembangan desa setiap tahun.
3. Kategori Lamban Berkembang : jika total skor mencapai 30% sampai 60% dari
total skor maksimal tingkat perkembangan desa setiap tahun.
4. Kategori Kurang Berkembang : jika total skor mencapai kurang dari 30% dari
total skor maksimal tingkat perkembangan desa setiap tahun.

Hasil analisis laju perkembangan desa dan kelurahan setiap tahun digunakan untuk
mengukur tingkat perkembangan desa dan kelurahan setiap lima tahun dalam
klasifikasi desa dan kelurahan swasembada, swakarya, dan swadaya.
1. Tingkat Perembangan Swasembada : jika nilai total skor yang diperoleh mencapai
lebih dari 80% dari skor maksimal tingkat perkembangan setiap lima tahun.
2. Tingkat Perembangan Swakarya : jika nilai total skor yang diperoleh mencapai
60% sampai 80% dari skor maksimal tingkat perkembangan setiap lima tahun.
3. Tingkat Perembangan Swadaya : jika nilai total skor yang diperoleh mencapai
kurang dari 60% dari skor maksimal tingkat perkembangan setiap lima tahun.
Analisis terhadap klasifikasi tingkat perkembangan desa dan kelurahan swasembada,
swakarya dan swadaya, menghasilkan klasifikasi status kemajuan desa dan kelurahan
dalam kategori mula, madya dan lanjut.

a. Klasifikasi status kemajuan Swasembada


1. Klasifikasi status kemajuan Swasembada Kategori Mula : apabila perolehan total
skor variabel ekonomi masyarakat, kesehatan masyarakat dan pendidikan
masyarakat kurang dari 90% dari total skor maksimal ketiga variabel selama lima
tahun.
2. Klasifikasi status kemajuan Swasembada Kategori Madya : jika perolehan total
skor variabel keamanan dan ketertiban, kedalulatan politik masyarakat, peranserta
masyarakat dalam pembangunan dan lembaga kemasyarakatan mencapai kurang
dari 90% dari total skor maksimal keempat variabel selama lima tahun.
3. Klasifikasi status kemajuan Swasembada Kategori Lanjut : apabila perolehan total
skor variabel kinerja pemerintahan desa dan kelurahan serta variabel pembinaan
dan pengawasan mencapai kurang dari 90% dari total skor maksimal kedua
variabel selama lima tahun.

b. Klasifikasi status kemajuan Swakarya


1. Klasifikasi status kemajuan Swakarya Kategori Mula : apabila perolehan total
skor variabel ekonomi masyarakat, kesehatan masyarakat dan pendidikan
masyarakat kurang dari 70% dari total skor maksimal ketiga variabel selama lima
tahun.
2. Klasifikasi status kemajuan Swakarya Kategori Madya : jika perolehan total skor
variabel keamanan dan ketertiban, kedaulatan politik masyarakat, peranserta
masyarakat dalam pembangunan dan lembaga kemasyarakatan kurang dari 70%
dari total skor maksimal keempat variabel selama lima tahun.
3. Klasifikasi status kemajuan Swakarya Kategori Lanjut : apabila perolehan total
skor variabel kinerja pemerintahan desa dan kelurahan serta variabel pembinaan
dan pengawasan kurang dari 70% dari total skor maksimal kedua variabel selama
lima tahun.
c. Klasifikasi status kemajuan Swadaya
1. Klasifikasi status kemajuan Swadaya Kategori Mula : apabila perolehan total skor
variabel ekonomi masyarakat, kesehatan masyarakat dan pendidikan masyarakat
kurang dari 50% dari skor maksimal ketiga variabel selama lima tahun.
2. Klasifikasi Desa dan Kelurahan Swadaya Kategori Madya : jika perolehan skor
total keamanan dan ketertiban, kedaulatan politik masyarakat, peranserta
masyarakat dalam pembangunan dan lembaga kemasyarakatan kurang dari 50%
dari total skor maksimal keempat variabel selama lima tahun.
3. Klasifikasi Desa Swadaya Kategori Lanjut : apabila perolehan skor total variabel
kinerja pemerintahan desa serta variabel pembinaan dan pengawasan kurang dari
50% dari total skor maksimal kedua variabel selama lima tahun.

d. Penyusunan Profil Desa


Penyusunan Profil Desa Meliputi Kegiatan:
1. Penyiapan Instrumen Pengumpulan Data;
2. Penyiapan Kelompok Kerja Profil Desa;
3. Pelaksanaan Pengumpulan Data;
4. Pengolahan Data; dan
5. Publikasi Data Profil Desa.
Instrumen pengumpulan data profil desa terdiri daftar isian data dasar keluarga, daftar
isian potensi desa dan kelurahan serta daftar isian tingkat perkembangan desa.
Pelaksanaan kegiatan penyusunan profil desa dilaksanakan secara berjenjang mulai
dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi.

e. Tingkat Desa
1. Kegiatan pengumpulan, pengolahan dan publikasi data profil desa di tingkat
desa/kelurahan dilaksanakan oleh kelompok kerja (Pokja) profil desa di tingkat
desa dan kelurahan.
2. Susunan Pokja profil desa dan kelurahan terdiri dari: penanggungjawab adalah
Kepala Desa, ketua dijabat oleh Sekretaris Desa; dan anggota terdiri dari
perangkat desa, Kepala Dusun/Lingkungan, pengurus lembaga kemasyarakatan
desa dan para kader pemberdayaan masyarakat serta aparat perangkat daerah yang
ada di desa dan kecamatan.
3. Pokja profil desa ditetapkan oleh kepala desa melalui Keputusan Kepala Desa.
f. Publikasi Data Profil Desa
Data profil desa hasil pengolahan disajikan dalam bentuk hardcopy seperti buku dan
papan profil desa serta bentuk softcopy seperti compact disc room, flash disc atau
audio video agar mudah diakses oleh seluruh pelaku pembangunan desa dari tingkat
masyarakat sampai dunia usaha dan institusi pemerintahan pada berbagai tingkatan.
1. Data profil desa hasil pengolahan di tingkat desa disahkan dan dipublikasikan oleh
Kepala Desa melalui Keputusan Kepala Desa.
2. Data profil desa hasil pengolahan di tingkat kecamatan disahkan dan
dipublikasikan oleh camat melalui Keputusan Camat.
3. Data profil desa hasil pengolahan di tingkat kabupaten/kota disahkan dan
dipublikasikan oleh Bupati/Walikota melalui Keputusan Bupati/Walikota.
4. Data profil desa hasil pengolahan di tingkat provinsi disahkan dan dipublikasikan
oleh Gubernur melalui Keputusan Gubernur.

Publikasi data profil desa dilaksanakan melalui surat dinas, publikasi media cetak dan
elektronik, publikasi digital website dan teknologi informasi pemerintahan lainnya.
Data profil desa yang dipublikasikan kabupaten/kota dan provinsi didistribusikan
kepada seluruh pelaku pemerintahan, pembangunan, pelayanan publik dan
pemberdayaan masyarakat serta kepada pemerintah pada berbagai tingkatan mulai
dari desa dan kecamatan sampai pemerintah provinsi, pemerintah pusat serta pihak
lain yang berkepentingan untuk didayagunakan sesuai kebutuhan masing-masing.

g. Siklus Data Profil Desa


1. Daftar isian data dasar keluarga diisi oleh kepala keluarga dan diserahkan kepada
Pokja profil desa dan kelurahan pada bulan Agustus sampai September.
2. Daftar isian data potensi desa dan kelurahan serta data tingkat perkembangan desa
dan kelurahan diisi oleh Pokja profil desa dan kelurahan pada bulan Oktober.
3. Pengolahan data profil desa dilaksanakan pada bulan November.
4. Publikasi data profil desa dilaksnakan pada bulan Desember.
Pengumpulan, pengolahan dan publikasi data potensi desa dilaksanakan setiap tiga
tahun sedangkan data dasar keluarga dan tingkat perkembangan desa dilakukan
setiap tahun dan setiap lima tahun.
B. Bidang Sosial Budaya

Keadaan sosial budaya masyarakat desa thamaksin dalam aktifitasnya sehari-hari adalah
bersamaan hubungan sosial dan komunitas secara timbal balik secara individual maupun
kelompok, seperti bidang adat, agama, dan sosial kemasyarakatan.

C. Bidang Pemerintahan
Sejak terbentuknya menjadi desa definitif tahun 2013, maka berdasarkan undang –
undang nomor 32 tahun ........, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun ....., dan peraturan
daerah yang berlaku, Pemerintah Desa dipimpin oleh Desa beserta perangkatnya yaitu
Sekretaris Desa, Kepala-Kepala Urusan, Kepala Dusun serta didukung oleh Organisasi
dan Lembaga-Lembaga lainnya seperti BMK, APARAT, PKK, LPM BPD Desa.

D. Bidang Pembangunan
Pelaksaan program pembangunan di Desa dimulai dengan adanya MUSBANGKAM,
yang setiap tahunya dilaksanakan bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
(LPMD) dan Badan Perwakilan Kampung (BPK) membahas kegiatan-kegiatan prioritas
yang dibutuhkan masyarakat serta penentuan alokasi dana melaluianggaran bantuan
pemerintah pusat, alokasi dana hibah lewat kecamatan/distrik (proyek PKK), alokasi dana
bantuan pemerintah provinsi dan alokasi dana bantuan pemerintah kabupaten serta alokasi
dana swadaya dan gotong-royong masyarakat Desa Thamaksin.
E. Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan sementara di Desa Thamaksin belum ada POLINDES, PUSTU dan
lain-lain sehingga masyarakat yang sakit berobat di PUSKESMAS yang dibangun di
Desa Gilika, namun para tenaga medis seperti Dokter, Mantri, dan Kader tidak menetap
untuk melayani pasien sehingga banyak masyarakat yang berobat diluar kota.

F. Bidang Perekonomian Desa


1. Bidang Pertanian dan Perkebunan
Desa Thamaksin sebagian besar penduduknya adalah petani. Adapun tanaman
pertanian dan perkebunan yang menunjang perekonomian masyarakat adalah dari
perkebunan seperti : sagu, buah merah, kopi, kacang tanah, ubi, singkong cukup
menunjang kebutuhan sehari-hari. Adapun hasilnya tidak dapat kami uraikan pada
laporan ini. Kemudian pada sektor pertanian adalah pepaya,jagung dan Kacang
Panjang serta kedelai.
2. Bidang Perdagangan
Kebutuhan sembilan bahan pokok masyarakat desa Thamaksin tidak tersedia dan
terjangkau. Karena tidak ada pasar desa dan kios – kios untuk menjual bahan
kebutuhan sehari-hari (sembako) untuk para petani naik hasil perkebunan jangka
panjang maupun jangka pendek dapat dijual di desa ini sendiri dan ke ibukota
kabupaten Yalimo, karena sulit terjangkau alat transportasi darat maupun udara.

3. Bidang Pertanian
Penanaman Jangka Panjang
Pertanian penanaman jangka panjang (PJP) yang ditanami oleh Masyarakat Kampung
Thamaksin adalah :

Table 4.1. Satuan Penanaman Jangka Panjang


No Nama Bohon Jumlah Keterangan
Perbuah Tdk perbuah
1 Pohon Sagu 1000 Pohon Ada Ada
2 Pohon Buah Merah 767 Pohon 150 50
3 Pohon Kopi 2 Lokasi 200 Pohon 170 30
4 Pohon Sukun 100 69 21
5 Pohon Nangka 20 Pohon 16 4
6 Pohon Rambutan 35 Pohon 21 14
7 Pohon Pinang 50 Pohon 38 12
Jumlah 464 131

4. Keadaan Ekonomi Desa Thamaksin


Karena Desa Tinatar merupakan desa pertanian, maka sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut:
Tabel 4.2: Mata Pencaharian Penduduk

No Petani Pedagang PNS Tukang/jasa Lain-Lain


1 2 3 4 5 6
1 85 10 2 - 8

5. Bidang pertanian dan perkebunan


Desa Thamaksin sebagian besar penduduknya adalah petani. Adapun tanaman
pertanian dan perkebunan yang menunjang perekonomian masyarakayt adalah dari
perkebunan seperti : sagu, buah merah, kopi, kacang tanah, ubi, singkong cukup
menunjang kebutuhan sehari-hari. Adapun hasilnya tidak dapat kami uraikan pada
laporan ini. Kemudian pada sektor pertanian adalah pepaya dan jagung.
6. Bidang perdagangan
Kebutuhan sembilan bahan pokok masyarakat desa Thamaksin tersedia dan
terjangkau. hal ini di tunjang dengan adanya beberapa kios – kios besar dan kecil
dan pasar desa yang menjual bahan kebutuhan sehari – hari (sembako) untuk para
petani naik hasil perkebunan jangka panjang maupun jangka pendek dapat dijual di
desa ini sendiri dan ke ibukota kabupaten.

Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Tinatar adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Kepemilikan Ternak


No Ayam Babi Sapi Anjing Lain-lain
1 2 3 4 5 6
1 10 236 - 57 23

Penanaman Jangka Pendek


Pertanian Penanaman Jangka Pendek (PJP) yang ditanam oleh masyarakat kampung
Thamaksin adalah :

 Ternak Babi
 Ternak Ayam
 Ternak Kelinci
 Kolam Ikan dll.

Table 4.4. Peternakan dan Jenisnya Masyarakat Thamaksin

No Nama Hewan Banyaknya Jenis Ket


Jantan Betina
1 Babi 238 Ekor 107 131 Ada
2 Ayam 27 Ekor 12 15 Ada
3 Anjing 53 ekor 33 20 Ada
4 Ikan 7 kolam - - Ada
5 Kelinci 6 ekor 3 3 Ada
Jumlah 155 169
BAB V
HASIL KEPUTUSAN RAPAT
BADAN MUSYAWARAH KAMPUNG

A. Hasil Kekayaan Alam/Hutan

Berdasarkan hasil keputusan rapat tahunan Badan Musyawarah Kampung (BMK)


pada tanggal 07 s/d 10 Februari 2015 di Gilika, dan dalam hasil musyawarah tersebut
mengambil keputusan sesuai dengan keputusan masyarakat di tiap kampung yang ada di
wilayah Gilika, adapun hasil keputusan tersebut sebagai berikut :

a. Hasil Kekayaan Hutan di Desa Thamaksin


1. Burung Cendrawasih
Burung Cendrawasih merupakan hasil kekayaan Hutan orang Papua
sehingga dalam Musyawarah ini kami dilarang keras untuk berburuh
sembarangan, baik pakai Cis/Senapan maupun pake Panah, karena
Burung Cendrawasih merupakan Lambang Orang Papua sehingga
perlu dijaga dan dipelihara dengan baik. Kalau di ketahui ada yang
berburu maka akan dikenakan Tenda sesuai dengan hasil keputusan Musyawarah sebesar
Rp. 10.000.000.00;- (terbilang : Sepuluh Juta Rupiah).
2. Burung Nurri
Burung Nurri merupakan burung yang suaranya nyaring dan asyik
di dengar oleh manusia, burung banyak ini banyak yang di pelihara
manusia di kota-kota, karena apa dibelihara…? Apakah saudara tau
tentang burung ini…? Kalo tidak tau saudara jangan bunuh atau
tempak sembarangan, sebab burung ini ada gunanya di masa yang
akan datang.

3. Burung Kabum/Pek
Alam Papua dihiasi dengan berbagai jenis burung yang mendiami
di hutan yang sangat luas dan kaya raya, sehingga manusia tinggal
mewaris hutan dengan baik dan dijaga serta di belihara supaya
hutan jangan musnah oleh orang-orang pendatang, atau orang luar
Papua.
4. Burung Kasuari
Burung Kasuari yang banyak terdapat di Papua, lebih khusus lagi
di Pegunungan tengah Papua. Namun banyak yang kita bunuh
untuk makan, lihat gambar di sambaing dua orang sedang pikul
burung Kasuari bawa pulang ke rumah untuk di masak. Sehingga
sesuai dengan hasil keputusan rapat maka dilarang untuk bunuh,
baik secara langsung maupun pakai jerat yang di pasang.

5. Ular Tanah
Ular merupakan hewan yang tidak memiliki kaki/tangan tapi bias
jalan dengan cara merayap badan atau kekuatan tenaga yang
memiliki, tentang sejarah ular merupakan asal-usul manusia yang
di sebut dengan Suku Wabuk, khususnya di wilayah Gilika,
sehingga banyak orang yang tak makan Ular tersebut. Dari sisi itu
maka sesuai dengan hasil keputusan bahwa di larang membunuh
ular dengan sembarang, karena menjaga atau menyusui hutan supaya hutan tumbuh subur
dan lain senagainya.

6. Kali
Air merupakan suatu kebutuhan sekunter yang baling utama, entah
itu Manusia maupun makhluk hidup. Bagi manusia selain untuk
minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat sebagai : 1. Sarana
Transportasi, 2. Wisata atau rekreasi, 3. Berguna untuk PLTA, dan
lain sebagainya. Sehingga perlu lestarikan kali/air bagi kehidupan
manusia khususnya di Papua.

7. Seni Budaya
Budaya merupakan tak dapat di lupakan dari dulu, sekarang da
selamanya. Budaya orang Gilika saat tansa baik waktu acara
penyembutan maupun waktu Natalan serta waktu acara besar
lainya seperti gambar di sambaing. Budaya adalah sudah ada
sejak dulu waktu nenekmoyang orang Mek, khususnya di
Gilika.
B. Hasil Keputusan Harga dan lain lain

Keputusan hasil keputusan musyawarah ini semua harga telah di tetapkan di Desa
Thamakasin, antara lain :

a. Mas kawin Perempuan Yang Punya Suami

Perempuan yang sudah punya suami tapi kawin dari orang lain sanksi kepada pelaku
sebagai berikut :

a. Babi 10 ekor
b. Perempuan Pujangan 1 Ekor Babi, apa bila perempuan tersebut sudah punya pacar
maka 2 Ekor Babi.

1. Perkosa Perempuan Pujangan


Harga perkosaan perempuan pujangan 1 Ekor babi atau uang Rp. 1.000.000.00;-
(Terbilang Satu Juta Rupiah) kalau yang sudah punya calon, maka babi 2. Ekor atau
Uang Rp. 2000.000 (Terbilang: Dua Juta). Dan administrasi sebesar Rp. 500.000
(Lima Ratus).

2. Perempuan Kawin Masuk Keluar


Aturan yang berlaku oleh pemerintah Desa dan aturan Gereja perempuan dari
Kabupaten ke Kabupaten, Misalnya, dari Yalimo ke Kab. Yahukimo administrasi
sebesar :
a. Administrasi Gereja Rp. 4.000.000.00;-
b. Administrasi/Pajak Rp. 4.000.000;-

3. Kawin Antar Senting

Dalam data Gereja dan peraturan pemerintah berpintahan perempuan dari Gereja ke
Gereja ialah.
a. Dari GKI ke GJPI Rp. 2.000.000
b. Sebaliknya dari GJPI ke GKI Rp. 2.000.000

4. Pasar Lokal
Kami 14 Pemerintah kampung setempat dan pos rayon dan kereja serta masyarakat
resmi membuka atau aktikan kembali pasar hari selasa dan hari Jumat.
 Harga Pasar yang Berlaku Sebagai Berikut :
a. Pembelian Babi Hidup Kampung Gilika dan sekitarnya Rp. 10.000.000 (sepuluh
juta) ke bawah.
b. Kunjungan atau acara besar dan waktu pesta politik Rp. 15.000.000 (lima belas
juta ) kebawah.
5. Harga Daging
a. Jual daging Wam di pasar harganya Rp. 500.000 (Lima Ratus Ribu) ke bawah.
b. Harga Ayam Kampung Rp. 200.000
c. Waktu acara dan hari-hari besar atau Umum Rp. 400.000
d. Tikus Pohon Rp. 100.000
e. Tikus Tanah Rp. 50.000

6. Pencurian Hasil Bumi


a. Pencuri Babi 1 Ekor Tenda Bayar 2 Ekor Babi
b. Tebang Sagu Milik Orang lain Bayar Tenda Rp. 1.000.000 atau Ganti Dua Pohon
Sagu kepada yang pemilik.
c. Pohon Sagu milik orang lain atau orang yang meninggal tenda 1Ekor Babi Petina
kepada Keluarga/Famili yang ada.
d. Pencuri Sagu 1 Tumang milik orang lain, Tenda Rp. 500.000, atau sagu 1 Pohon .
Pencuri Ayam 1 Ekor, Tenda Rp. 400.000
e. Pencuri Hasil Kebun oleh Manusia tenda Rp. 1.000.000 (Satu Juta)
f. Babi Merusak Kebun orang lain Tenda Rp. 2.000.000 (Dua Juta) kalau tidak
mampu bayar Sagu 1 Pohon setelah tokok baru kasih bungkus dan kasih sama
yang punya kebun.
g. Berburu Hasil Hutan lewat batas wilayah antar Kampung, maka bayar tenda Rp.
10.000.000 (Sepuluh Juta Rupiah).
7. Di Larang Keras Tentang Pembunuhan Manusia.
Sesuai dengan hasil keputusan melalui Musyawarah Kampung maka, kami dari
Intelektual, Belajar, Mahasiswa, Gereja dan Pemerintah Kampung dengan tegas
menolak untuk melakukan aksi pembunuhan yang selama ini terjadi dan waktu yang
akan datang, sebab manusia adalah gambar dan rupa Allah sendiri, maka bagi siapa
yang bunuh manusia maka menganbil dosa 2x libat.
8. Berkosa Perempuan
Sesuai dengan hasil keputusan Musyawarah desaThamaksin bahwa berkosa
perempuan yang punya suami maka bayar Tenda sebagai berikut:
1. Kampung Thamaksin 4 Ekor Babi

5. Daftar Harga Barang-Barang Kios Yang Berlaku di Desa Thamaksin

Table 1.4. Harga Barang

NO NAMA BARANG HARGA HARGA BERLAKU


SATUAN
i ii iii iv
1 Bimoli Jerigen 5 Liter 120,000 Rp. 200,000
2 Bimoli Jerigen Sedang 110,000 Rp. 170,000
3 Bimoli Botol Besar 55,000 Rp. 100,000
4 Bimoli Botol Sedang 30,000 Rp. 60,000
5 Bimoli Botol Kecil 25,000 Rp. 40,000
6 Bimoli Botol Kecil ½ 10,000 Rp. 15,000
7 Garam Halus Besar 10,000 Rp. 20,000
8 Garam Halus Kecil 5000 Rp. 10.000
9 Fetsin Ajinomoto Besar 15,000 Rp. 25,000
10 Fetsin Sedang ½ 10,000 Rp. 20,000
11 Fetsin Kecil 5000 Rp. 10,000
12 Rokok surya 16 15,000 Rp. 25,000
13 Rokok surya 12 12,000 Rp. 20,000
14 Rokok sampoerna 15,000 Rp. 25,000
15 Rokok Marlboro putih 16,000 Rp. 25,000
16 Rokok Marlboro Biru 16,000 Rp. 25,000
17 Rokok Anggur Kupu 5000 Rp. 10,000
18 Mie Goreng /Bungkus 3000 Rp. 6,000
19 Mie Sedap 2500 Rp. 5,000
20 Mie sop ayam 2500 Rp. 5,000 2 Bungkus
21 Batrei ABC Besar 15,000 Rp. 25,000
22 Patrei ABC Kecil 10,000 Rp. 20,000
23 Patrei Alkaline 15,000
24 Patrei Sonny 10,000 Rp. 20,000
25 Senter patrei 3(tiga) Panjang 250,000 Rp. 350,000
25 Senter patrai 2 (dua) 25,000 Rp. 45,000
26 Senter Kepala 30,000 Rp. 45,000
27 Beras Bulog 50 kg 950,000 Rp. 1,500,000
28 Beras Bulog 40 kg 600,000 Rp. 800,000
29 Beras Bulog 20 kg 210,000 Rp. 400,000
30 Beras Bulog 15 kg 200,000 Rp. 300,000
31 Beras bulog 10 kg 150,000 Rp. 200,000
32 Beras Betet 210,000 Rp. 300,000
33 Beras Bulog 1 kg 15,000 Rp. 25,000
34 Beras Betet 1 kg 20,000 Rp. 30,000
35 Barang Panjang asli 200,000 Rp. 350,000
36 Barang Pendek 100,000 Rp. 150,000
37 Barang Terlalu Pendek 70,000 Rp. 100,000
38 Biskuat Roma 10,000 Rp. 15,000
39 Biskuat Kelapa 12,000 Rp. 20,000
40 Biskuat Roma Kecil 9000 Rp. 15,000
41 Biskuat Malkist 10,000 Rp. 15,000
42 Tapisan Besar 20,000 Rp. 30,000
43 Tapisan Kecil 15,000 Rp. 25,000
44 Mok/Kelas 1 Buah 3000 Rp. 5,000
45 Korek Gas Biasa 3000 Rp. 5000
46 Korek Gas Senter 5000 Rp. 10,000
47 Korek Kayu 1000 Rp. 2000
48 Gula pasir 1 Kg 25,000 Rp. 50,000
49 Gula Pasir ½ Kg 10,000 Rp. 20.000
50 Kopi Kapal Api Besar 10,000 Rp. 20,000
51 Kopi Kapal Api Kecil 5000 Rp. 10,000
52 Susu Keleng Putih Avtion 10,000 Rp. 20,000
53 Susu Kaleng Coklat 15,000 Rp. 20,000
54 Susu Kaleng Frisian Flag 18,000 Rp.25,000
55 Ikan Kaleng Sardines Besar 20,000 Rp. 30,000
56 Ikan Kaleng Kecil 10.000 Rp. 15,000
57 Lilin Lampu Besar 1 Buah 3000 Rp. 5000
58 Lilin Lampu Cecil 1 buah 1500 Rp. 3000
59 ABC Moca 1 Bungkus 2000 Rp. 5000 2 Bungkus
60 Silet Goal 1500 Rp. 5000 2 Buah
61 Silet Tiger 1000 Rp. 2000
62 Kaca Muka Besar 15,000 Rp. 20.000
63 Kaca Muka Kecil 5000 Rp. 10,000
64 Sabun rinso 1 kilo 30,000 Rp. 50.000
65 Sabun Rinso ½ Kilo 20,000 Rp. 30,000
66 sabun Rinso Sedang 10,000 Rp. 20.000
67 Sabun Rinso Kecil 5000 Rp. 10.000+4000+2000
68 Sabun B29 15,000 Rp. 25,000
69 Sabun Mandi 5000 Rp. 10,000
70 Sampo Botol 15,000 Rp. 20,000
71 Sampo Plastic 1000 Rp. 2500
72 Sikop Tajam 140,000 Rp. 200.000
73 Sekop Tidak Tajam 120.000 Rp. 180.000
74 Sekop Tanpa Hulu 100,000 Rp. 150,000
75 Pelanga No. 9 100,000 Rp. 150,000
76 - // - No. 18 250,000 Rp. 350,000
77 - // - No. 16 200,000 Rp. 300,000
78 - // - No. 10 110,000 Rp. 150,000
79 - // - No. 12 140,000 Rp. 200.000
80 Kapak Tajam 150,000 Rp. 250,000
81 Kapak Tidak Tajam 100,000 Rp. 200,000
82 Payung Besar 50,000 Rp. 100,000
83 Payung Lipat 30,000 Rp. 60,000
84 Piring Plastik 1 buah 3000 Rp. 5000
85 Sendok Makan 3000 + 5000 Rp. 5000 + 8000
86 Piring Kaleng 5000 Rp. 10,000
87 Kaplek Domino 5000 Rp. 10,000
88 Kartu Coker 15,000 Rp. 25000 1 Pasang
89 Polpent Kering 2000 Rp. 5000 2 Buah
90 Polpoint Poxi 10,000 Rp. 15,000
91 Polpoint kaca 5000 Rp. 10,000
92 Buku tulis Tipis 3000 Rp. 5000
93 Buku tulis tebal 7000 Rp. 10,000
94 Buku Tulis 5000 Rp. 8000
95 Mistar/ penggaris besi 10.000 Rp. 15,000
96 Mistar plastic 5000 Rp. 10.000
97 Mistar segitiga besar 10.000 Rp. 15,000
98 Mistar segiga kecil 5000 Rp. 10,000
99 Penghapus 3000 Rp. 5000
100 Semua Jenis Gula-Gula 3 buah 1000 Rp. 5,000 10 Buah
101 Palon Tiup 1 buah 1000 Rp. 5000 3 buah
102 Karet 1 ikat (10) 1000 Rp. 5000 3 ikat (30)
103 Pola Karet 5000 Rp. 10.000
104 Penang Jahit 10,000 Rp. 15,000
105 Jarum Jahit 1 buah 1000 Rp. 5000 3 buah
106 Penang Noken 10,000 Rp. 20,000
107 Penang Noken Warna 20,000 Rp. 40,000
108 Peneti 5 buah 1000 Rp. 5000 10 Buah
109 Nelong Besar 10,000 Rp. 20.000
110 Nelong Sedang 5000
111 Nelong Kecil 3000 Rp. 5000
112 Matakael Besar 2000 Rp. 4000
113 Matakael Kecil 1000 Rp. 2000
114 Obat Angin 10,000 Rp. 15,000
115 Obat Geliga 10.000 Rp. 15,000
116 Minyak Kayu Putih 10,000 Rp. 15,000
117 Minyak Gosok 10,000 Rp. 15,000
118 Palsem kaki tiga 10,000
119 Lavender Kecil 10,000 Rp. 15,000
120 Lavender Besar 15,000 Rp. 20,000
121 Minyak Kelapa Besar 18,000 Rp. 25,000
122 Minyak Kelapa Kecil 10,000 Rp. 15,000
123 Tudung Kepala besar 25,000 Rp. 30,000
124 Tudung Kecil 15,000 Rp. 20,000
125 Paclin besar 10,000 Rp. 15,000
126 Paiclin Kecil 5000 Rp. 10.000
127 Molto Besar 7000 Rp. 15,000
128 Molto Kecil 5000 Rp. 10,000
129 Kaca Molo 50,000 Rp. 100,000
130 Sisir Kam 5000 Rp. 10,000
131 Sikat Gigi 5000 Rp. 10,000
132 Odol 10,000 Rp. 15,000
133 Sikat Pakaian 10,000 Rp. 15,000
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dengan
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah Desa
4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Menurut Permendagri Nomor 84 Tahun 2015
5. Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa,
6. Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua,
7. Disamping UU Nomor 21 Tahun 2001 yang mengatur kebijakan di tingkat provinsi
dan Kabupaten
8. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Menurut Permendagri Nomor 84 Tahun 2015
9. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang program seperti Respek dan PNPM
MANDIRI, Prospek dan lain-lain.
10. PP No 43/2014 tentang Paraturan Pelaksana UU Desa dan
11. PP No.60/2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN dan Perpres No.11
/2015 tentang Kementerian Dalam Negeri.
12. Perpres No. 12/2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
13. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua.
Tentang Penulis

Markus Nimikom Samma, S.I.Kom. di panggil Masa, Lahir 03 September 1990 di

Gilika/Olohas. Menjalani pendidikan Puta Huruf (Nare-nare) (1987) dan

melanjutkan Sekolah Dasar (SD) Inpres Welarek, selesai Tahun (2002) dan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kurima Welarek Tahun 2005 dan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) YAPIS Wamena (2009) di Wamena, sesudah itu melanjutkan Perguruan Tinggi Swasta (PTS)

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah Jayapura (2013). Selama menjadi

Mahasiswa aktif dalam berorganisasi (Ketua) Ikatan Pelajar mahasiswa Distrik Benawa di Jayapura

periode 2010-2012, (Sekretaris Internal Kampus) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Periode 2011-2013,

(Sekretaris) Komisariat Marthen Luther Kampus STIKOM dan STIH UMEL MANDIRI, Gerakan

Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Masa Bakti 2008-2010, Staf Sekretaris Fungsi (SEKFUNG).

Masyarakat & Pjs, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Jayapura Masa Bakti 2010-

2012 dan Koordinator Distrik Benawa Himpunan Mahasiswa Kabupaten Yalimo (HMKY) Se-Indonesia

di Jayapura periode 2012-2014.

Thamaksin, November 2016

PENULIS
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PROGRAM KERJA DESA THAMAKSIN TAHUN 2013

A. Program Kerja Pembangunan Gedung Serba Guna Tahap Ke-1 Tahun 2013
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PROGRAM KERJA DESA THAMAKSIN TAHUN 2014

A. Program Kerja Jembatan Gandung Tahap Ke-1 Tahun 2014


B. Program Kerja Jalan Karya Tahap Ke-2 Tahun 2014
C. Program Kerja Kegiatan Jln karya dan Penanaman Bibit Buah Merah Tahap ke-3
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PROGRAM KERJA DESA THAMAKSIN TAHUN 2015

1. Kegiatan Program Kerja Pemasangan Air Bersih Tahap Ke-1 Tahun 2015
1. Program Kerja Kegiatan Kolam Ikan Tahap Ke-2 Tahun 2015
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PROGRAM KERJA DESA THAMAKSIN TAHUN 2016

1. Program Kerja Pembangunan Kantor Desa Tahap Ke-1 Tahun 2016


2. Program Kerja Jalan Karya Tahap Ke-1 Thn 2016

Anda mungkin juga menyukai