Anda di halaman 1dari 17

Tugas Mata Ajar Kardiovaskuler I

“Pengaturan Aliran Darah di Jantung (Jaringan dan Humoral)”

Fasilitator
Harmayetty, S.Kp., M.Kes.

Oleh
Kelompok 2

Dinda Salmahella 131511133039


Erna Yunita 131511133045
Rizka Maudy Julianti 131511133051
Alip Nur Apriliyani 131511133063
Ni Komang Ayu Santika 131511133066
Heny Oktora Safitri 131511133068
Yenny Paramitha 131511133071
Rahmadanti Nur Fadilla 131511133074

Program Studi S1 Pendidikan Ners


Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
2016
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pengaturan Aliran Darah di Jantung (Jaringan dan Humoral)”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Kardiovaskuler I di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak


yang membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini,
terutama kepada Ibu Harmayetty, S.Kp., M.Kes. selaku fasilitator pada mata
kuliah Kardiovaskuler I di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat


kekurangan baik pada penulisan maupun isi dalam makalah ini. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya kitik dan saran dari semua pihak sebagai penyempurna
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Surabaya, Maret 2016

Penulis
Daftar Isi

hal.

Halaman Judul ........................................................................................... i


Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Bab 1 : Pendahuluan ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................. 2

Bab 2 : Teori aliran darah di jantung...................................................... 4

Bab 3 : Kesimpulan ................................................................................... 13


Daftar Pustaka ........................................................................................... 14
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Jantung merupakan salah satu organ vital yang penting bagi tubuh manusia
untuk mempompa darah keseluruh tubuh. Disisi lain, jantung merupakan
penyebab utama kematian pada manusia. Berdasarkan seluruh data yang telah
dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit
jantung dan pembuluh darah meningkat menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan
tetap meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan
meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Angka yang cukup besar
mengingat penyakit jantung dan pembuluh darah dikategorikan sebagai penyakit
tidak menular.
Penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering terjadi di belahan dunia
contohnya di negara Amerika Serikat diantaranya hipertensi, jantung koroner,
stroke, diabetes, serangan jantung, dan gagal jantung, penyakit tersebut
disebabkan karena adanya penimbunan lemak pada arteri atau aterosklerosis, pola
makan yang buruk, kebiasaan merokok, adanya faktor keturunan, kelebihan berat
badan, kurangnya aktivitas fisik, stres, penyalahgunaan obat, dan lain lain.
Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat terjadi pada semua umur dan jenis
kelamin, serta terjadi secara bio-psikologi. Pada kelainan jantung dan pembuluh
darah ini jantung tidak mampu memompa darah dan mengalirkan darah dengan
normal karena adanya penyempitan dan penyumbatan pada pembuluh darah,
kenaikan tekanan darah, terlalu cepatnya aliran darah pada pembuluh darah
sehingga menyebabkan pembuluh darah pecah.

Penyakit jantung lebih rentan terjadi dengan semakin bertambahnya usia,


lebih dari 80% orang yang terkena serangan jantung berusia di atas 65 tahun. Di
Amerika, penyakit jantung rata-rata mulai menyerang pria ketika berusia 45 tahun
dan wanita ketika berusia 55 tahun. Serrangan jantung di usia muda secara umum
dapat diprediksi melalui gender. Sebelum usia 60 tahun, 1 dari 5 pria Amerika
Serikat menderita penyakit jantung koroner, sedangkan pada wanita hanya 1 dari
17. Hal ini disebabkan karena wanita pada usia muda secara alami memproduksi
hormon esterogen yang membedakannya dengan pria. Ketika wanita memasuki
masa menopause wamnita memiliki kemungkinan yang sama dengan pria untuk
terkena penyakit jantung karena hormon estrogen tidak lagi di produksi seperti
masa muda

Pengetahuan masyarakat umum mengenai jantung dan penyakitnya masih


minim dan mayoritas masyarakat beranggapan bahwa penyakit jantung hanya
terjadi pada orang gemuk; penyakit jantung tidak bisa terjadi pada anak dan orang
muda, tidak ada hubungannya dengan serangan stroke, penyakit jantung hanya
satu macam saja, terjadinya penyakit jantung juga karena seseorang sering
dikagetkan, dan lain lain.

Berdasarkan uraian diatas, pada kondisi normal jantung dan pembuluh darah
mampu bekerja untuk memompa darah dengan lancar. Darah yang dipompa oleh
jantung akan dialirkan ke seluruh tubuh. Aliran darah pada jantung tersebut diatur
oleh jaringan dan humoral/hormon. Oleh karena itu pada makalah ini kami akan
membahas tentang pengaturan aliran darah pada jantung oleh jaringan dan
humoral.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Tujuan umum dari makalah ini adalah agar nantinya sebagai
perawat, mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler baik secara bio, psiko, sosio,
maupun spriritual

1.2.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari makalah ini adalah setelah perkulihan
mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, mengerti dan
mengidentifikasi tentang :
1. Pengaturan aliran darah dari jantung sampai dengan jaringan.
2. Pengaturan aliran darah oleh jaringan pada sistem
kardioveskuler.
3. Pengaturan aliran darah oleh humoral pada sistem
kardioveskuler.
Bab 2

Landasan Teori

2.1 Pengaturan aliran darah di jantung

Sistem aliran darah merupakan suatu sistem yang mengedarkan darah ke


setiap sel di seluruh tubuh. Sistem inilah yang mengantarkan oksigen dan berbagai
nutrisi (seperti asam amino dan elektrolit) menuju ke setiap sel dan
mengembalikan karbondioksida ke paru-paru serta hasil sisa metabolism lain
(seperti urea) menuju ke ginjal (Ganong, 2003). Sistem aliran darah terdiri atas 3
komponen utama, yaitu: darah, pembuluh darah, dan jantung. Ketiga komponen
tersebut harus memiliki fungsi yang baik agar seluruh tubuh dapat menerima
pasokan oksigen dan nutrisi yang adekuat ke setiap sel (Muttaqin, 2009).
Jantung sebagai pusat aliran darah memiliki fungsi memompa darah ke
seluruh tubuh dan menampungnya kembali setelah dibersihkan organ paru-paru.
Jantung berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100 kali per menit. Setiap
denyutannya, darah akan mengalir dari jantung ke seluruh tubuh melewati
jaringan tertutup berupa arteri,arteriol dan kapiler yang pada akhirnya kembali ke
jantung melalui venula dan vena.
Jantung terletak di dada bagian tengah, tepatnya di bawah tulang rusuk.
Jantung diapit oleh paru-paru kiri dan kanan. Anatomi jantung dan ukurannya
bagi tiap orang berbeda-beda. Ada empat ruang utama jantung yang masing-
masing dipenuhi darah dengan kandungan oksigen yang berbeda. Dua buah
ruangan berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan dua ruangan yang
berdinding tebal disebut ventrikel (bilik). Baik atrium maupun ventrikel yang
terletak di kanan dan kiri dibatasi oleh sebuah dinding jaringan yang disebut
septum (Muttaqin, 2009).
Terdapat dua sistem peredaran darah oleh jantung, yakni peredaran darah
pulmonal dan peredaran darah sistemik.
2.1.1 Peredaran darah pulmonal
Peredaram darah pulmonal adalah bagian dari sistem peredaran
darah yang membawa darah dari jantung ka paru-paru dan sebaliknya.
Kontraksi otot jantung serambi kanan akan membuka katup trikuspidalis
dan mendorong darah yang kaya akan karbondioksida menuju bilik kanan.
Kontraksi otot bilik kanan membuka katup dan memompa darah darah
keluar jantung yang dibawa oleh pembuluh darah arteri menuju paru-paru
(arteri pulmonar). Di dalam paru-paru, arteri pulmonar akan masuk ke
kapiler pulmonar yang mengelilingi alveolus. Di dalam alveolus,
dindingnya dikelilingi oleh kapiler, maka disinilah terjadi difusi
pertukaran gas. Vena paru-paru (pulmonari) membawa darah yang kaya
akan oksigen keluar dari paru-paru dan menuju ruang serambi kiri jantung.
Aliran darah pada sirkulasi pulmonal dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:

Gambar 1: Sistem peredaran darah pulmonal

2.1.2 Peredaran darah Sistemik


Peredaran darah sistemik merupakan peredaran darah dari jantung
menuju seluruh jaringan tubuh dan kembali lagi ke jantung. Darah
dipompakan dari ventrikel kiri keluar jantung melalui aorta menuju ke 2
cabang aorta yang berukuran pendek, satu cabang mengalirkan darah yang
kaya akan oksigen ke bagian kepala dan lengan dan cabang lainnya
mengalirkan darah ke berbagai bagian tubuh lainnya. Pembuluh darah
aorta kemudian akan mengalirkan darah melewati arteriol dan kemudian
ke kapiler hingga sampai di setiap sel. Peredaran darah sistemik
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya pertukaran gas, nutrien,
limbah pada semua bagian tubuh kecuali paru-paru. Kemudian darah yang
miskin oksigen dari bagian kepala dan lengan akan kembali masuk jantung
melalui vena cava superior dan darah yang berasal dari bagian tubuh
lainnya masuk jantung melalui vena cava inferior. Aliran darah pada
sirkulasi sistemik dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3: Sistem peredaran darah sistemik

Pada peredaran darah sistemik, aliran darah akan diatur oleh jaringan
dan humoral
1. Pengaturan aliran darah oleh jaringan

Pada kebanyakan jaringan dalam tubuh, aliran darah akan diatur


sesuai dengan kebutuhan jaringan tersebut akan zat gizi, seperti: oksigen,
glukosa, asam amino, asam lemak, dan zat gizi lainnya. Aliran darah pada
jaringan akan meningkat sebagai reaksi terhadap berbagai faktor di dalam
jaringan, misalnya kekurangan oksigen, konsentrasi karbon dioksida atau
ion hidrogen tinggi, dan tingginya proses metabolism (Guyton, 2012).

Setiap organ membutuhkan kebutuhan akan oksigen dan nutrisi


yang berbeda, tergantung pada aktivitas metabolisme sel yang
menyusunnya. Organ yang paling banyak mendapatkan suplai oksigen dan
nutrisi antara lain: otak hati, dan ginjal. Hal ini dikarenakan kebutuhan
akan aliran darah di dalam tiap-tiap jaringan pada organ tersebut sangat
besar; di dalam hati untuk menyokong aktivitas metabolik yang tinggi, di
dalam otak untuk memberikan zat gizi dan mencegah konsentrasi karbon
dioksida dan ion hidrogen terlalu tinggi, dan di dalam ginjal untuk
mempetahankan ekskresi yang memadai (Guyton, 2012). Secara umum,
presentase aliran darah pada setiap organ dapat dilihat pada tabel berikut:

Persentase aliran
Organ ml/menit
darah (%)
Otak 14 700
Jantung 4 200
Bronkus 2 100
Ginjal 22 1100
Hati 27 1350
Portal (21) (1050)
Arterial (6) (300)
Otot (Keadaan tak aktif) 15 750
Tulang 5 250
Kulit (Cuaca sejuk) 6 300
Kelenjar Tiroid 1 50
Kelenjar Adrenal 0,5 25
Jaringan Lain 3,5 175
Menurut Guyton (2012), pengaturan aliran darah oleh jaringan dapat
di bagi dua yaitu:

a. Pengaturan aliran darah jangka pendek


Pengaturan aliran darah oleh jaringan jangka pendek terjadi bila
bila persediaan oksigen dan zat gizi dalam jaringan mengalami
perubahan. Bila penyediaan oksigen ke jaringan berkurang, seperti pada
organ superior, pada kondisi pneumonia, pada keracunan monoksida
(yang meracuni kesanggupan hemoglobin untuk mengangkut oksigen),
atau pada keracunan sianida (yang meracuni kesanggupan jaringan
untuk menggunakan oksigen), aliran darah ke jaringan akan meningkat.
Ketika kejenuhan oksigen arteri turun sampau kira-kira 25% normal,
aliran darah akan meningkat kira-kira tiga kali lipat. Mekanisme
pengaturan tekanan darah jangka pendek berlangsung dari beberapa
detik hingga beberapa menit.

Ada dua teori dasar tentang pengaturan aliran darah oleh jaringan
bila terjadi perubahan kecepatan metabolisme jaringan atau jumlah
oksigen yang tersedia, yaitu:

1. Teori vasolidator.
Menurut teori ini, makin cepat kecepatan metabolisme atau
makin kecil aliran darah atau makin kecil penyediaan oksigen dan
zat gizi lain untuk suatu jaringan, maka makin besar kecepatan
pembentukan dari suatu zat vasolidator. Menurut dugaan, zat
vasolidator tersebut kemudian akan berdifusi kembali ke sfingter
prakapiler, metarteriol, dan arteriol untuk menyebabkan dilatasi atau
pelebaran pembuluh darah. Beberapa zat vasolidator antara lain:
karbon dioksida, asam laktat, adenosin, persenyawaan adenosin
fosfat, histamin, ion kalium, dan ion hidrogen.
Pada saat kita melakukan aktivitas yang berat seperti saat
sedang berolahraga, maka metabolisme akan mengalami peningkatan
yang mengakibatkan jaringan membutuhkan lebih banyak oksigen.
Oleh karena itu zat vasodilator akan berdifusi ke dalam pembuluh
darah sehingga pembuluh darah akan mengalami pelebaran
(vasodilatasi) dan kebutuhan jaringan akan oksigen akan terpenuhi.
Mekanisme saat pembuluh darah mengalami dilatasi dapat dilihat
pada gamba di bawah ini:

Gambar 4: Vasodilatasi pembuluh darah

2. Teori kebutuhan oksigen


Walaupun teori vasolidator diterima oleh kebanyakan ahli
fisiologi, namun beberapa ahli fisiologi masih menyokong teori
lain, yang dapat dinamai teori kebutuhan oksigen atau yang lebih
tepat, teori kebutuhan zat gizi (karena juga melibatkan zat gizi lain
di samping oksigen). Oksigen (maupun zat gizi lain) diperlukan
untuk mempertahankan kontraksi otot vaskular. Sehingga tanpa
suplai oksigen dan zat gizi lain yang adekuat, maka akan
menyebabkan pembuluh darah berdilatasi atau mengalami
pelebaran. Juga peningkatan pemakaian oksigen di dalam jaringan
sebagai akibat peningkatan metabolisme, secara teoritis akan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan setempat dan ini juga
akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di jaringan
tersebut.
b. Pengaturan aliran darah jangka panjang
Bila terjadi perubahan pada aktifitas mekanisme jaringan dalam
waktu yang lama, hal ini akan menimbulkan perubahan pada sistem
sirkulasinya. Mekanisme pengaturan aliran darah jangka panjang
hampir pasti akan menyebabkan suatu perubahan dalam vaskularitas
jaringan. Sebagai contoh, bila tekanan arteri turun menjadi 60 mm Hg
dan tetap berada tingkat ini selama berminggu-minggu, ukuran diameter
pembuluh (dan mungkin juga jumlahnya) di dalam jaringan tersebut
akan bertambah; dan jika tekanan kemudian naik menjadi suatu nilai
yang sangat tinggi, maka akan berkurang. Demikian pula, jika
metabolisme di dalam suatu jaringan tertentu menjadi bertambah
selama jangka waktu yang lama, vaskularitas jaringan akan bertambah;
atau jika metabolismenya berkurang,maka vaskularitas jaringannya
berkurang pula. Jadi, akan ada rekonstruksi vaskularisasi jaringan yang
terus menerus hari demi hari untuk memenuhi kebutuhan jaringan
tersebut. Rekonstruksi ini terjadi dengan sangat cepat (dalam beberapa
hari). Ia juga terjadi dengan cepat pada jaringan yang baru tumbuh,
seperti pada jaringan parut atau jaringan kanker; tetapi sebaliknya, ia
akan sangat lambat di dalam jaringan tua yang sudah terbentuk dengan
baik

2. Pengaturan aliran darah oleh humoral

Pengaturan sirkulasi secara humoral berarti pengaturan oleh zat-zat


yang disekresi atau yang diabsorbsi ke dalam cairan tubuh seperti hormon
dan ion. Beberapa zat ini dibentuk oleh kelenjar khusus dan dibawa di
dalam darah ke seluruh tubuh. Zat lainnya dibentuk di daerah jaringan
setempat dan hanya menimbulkan pengaruh sirkulasi setempat. Faktor-
faktor humoral ini, nantinya akan menyebabkan pembuluh darah
mengalami dilatasi ataupun konstriksi sehingga aliran darah dapat
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Kondisi pembuluh
darah yang mengalami konstriksi dan dilatasi dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

Gambar 5: Vasodilatasi & vasokonstriksi

Faktor-faktor humoral terpenting yang memengaruhi fungsi


sirkulasi di antaranya adalah :

a) Zat Vasokonstriktor
a. Norepinefrin dan Epinefrin
Norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang amat
kuat sedangkan epinefrin tidak begitu kuat. Ketika sistem saraf
simpatis dirangsang di sebagian besar atau seluruh tubuh selama
terjadi stres atau olahraga, ujung saraf simpatis pada masing-masing
jaringan akan melepaskan norepinefrin yang merangsang jantung dan
mengkonstriksi vena serta arteriol. Selain itu, saraf simpatis untuk
medula adrenal juga menyebabkan kelenjar ini menyekresi
norepinefrin dan epinefrin ke dalam darah. Hormon-hormon tersebut
kemudian bersirkulasi ke seluruh tubuh dan menyebabkan efek
perangsangan yang hampir sama dengan perangsangan simpatis
langsung terhadap sirkulasi dengan efek tidak langsung di dalam
darah yang bersirkulasi.

b. Angiotensin II
Pengaruh angiotensin II adalah untuk mengkonstriksi arteri
kecil dengan kuat, yang dapat sangat mengurangi aliran darah di suatu
area jaringan yang terisolasi. Kepentingan nyata dari angiotensin II
adalah bahwa angiotensin secara normal bekerja secara bersamaan
pada banyak arteriol tubuh untuk meningkatkan tahanan perifer total
yang akan meningkatkan tekanan arteri.

c. Vasopressin
Vasopressin disebut juga hormon antidiuretik karena
vasopressin memiliki fungsi utama meningkatkan reabsorbsi air dari
tubulus renal kembali ke dalam darah, dan karena itu akan membantu
mengatur volume cairan tubuh. Vasopressin lebih kuat daripada
angiotensin II sebagai vasokonstriktor, sehingga menjadikannya salah
satu zat vasokonstriktor terkuat tubuh.

d. Endotelin
Endotelin berupa peptida besar yang terdiri atas 21 asam
amino. Zat ini terdapat di sel-sel endotel di seluruh atau sebagian
besar pembuluh darah. Rangsangan yang akan melepaskan zat ini,
pada umumnya adalah adanya kerusakan pada endotel, misalnya
kerusakan yang disebabkan oleh cedera jaringan, atau dengan
menyuntikkan zat kimia yang menimbulkan trauma ke dalam
pembuluh darah.

b) Zat Vasodilator
a. Bradikinin
Bradikinin menyebabkan dilatasi kuat arteriol dan peningkatan
permeabilitas kapiler.

b. Histamin
Histamin memiliki efek vasodilator kuat terhadap arteriol dan,
seperti bradikinin, memiliki kemampuan untuk meningkatkan
permeabilitas kapiler dengan hebat, sehingga timbul kebocoran cairan
dan protein plasma ke dalam jaringan.
Bab 3

Kesimpulan
Daftar Pustaka

Aaronson, Philip I. dan Jeremy P. T. Ward. 2010. At a Glance Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai